Upload
nguyenkiet
View
244
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN REAKSI DENGAN FREKUENSI
PUKULAN LURUS PADA OLAHRAGA KARATE RANTING
LEMKARI KECAMATAN MOWEWE
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan
pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
OLEH
SUPRIATIN
A1E113097
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
ii
ii
iii
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah untuk senantiasa didengungkan selain
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat limpahan rahmat
dan taufik-Nya sehingga Penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara
kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting
lemkari kecamatan mowewe kabupaten kolaka timur“ ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan banyak terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dr. H. Saifu, M.kes sebagai
pembimbing I dan La Ode Samura, S.Pd.,M.Pd sebagai pembimbing II yang
dengan tulus ikhlas telah mengarahkan dan membimbing penulis semenjak
proposal penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih pula penulis haturkan kepada yang kami hormati:
1. Prof. Dr. Ir. Supriadi Rustad, M.Si selaku Plt Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Dr. H. Jamiluddin, M,Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo.
3. Drs. Muhammad Rusli, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Halu Oleo.
4. Abdul Saman, S.Pd.,M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Halu Oleo.
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
yang telah membuka cakrawala berfikir serta tambahan informasi ilmiah.
iv
iv
6. Drs. Muh, Arsyad, M,Pd.I selaku pelatih Lemkari Ranting Mowewe yang
telah banyak memberi kemudahan pada penulis selama melaksanakan
penelitian.
7. Para anggota club Lemkari Ranting Mowewe yang merupakan subyek
penelitian.
8. Terima kasih ayahandaku Warsidi dan ibundaku Sulastri yang tiada henti
mencurahkan kasih sayangnya dalam membesarkan dan mendidik ananda
sejak kecil serta membiayai pendidikan ananda sampai selesai. Juga kepada
saudaraku Praka fredy dan Astryd yang senantiasa memberi motivasi, kasih
sayang, perhatian, keikhlasan, dan doa yang telah di berikan. Semoga Allah
Swt memberikan rahmat-nya berupa nikmat iman dan nikmat kesehatan.
9. Teman-teman angkatanku Muh. Tranggono, Adelisna, Habriani, Nur Haida,
Lalan Buana, Zazan Ajil Hasan dan semuanya yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu.
10. Sahabat-sahabatku Gladis Efrianingsih AMd, Keb, Yuliana, Lisna Watidewi
S,Pd dan semuanya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu
terimakasi atas suportnya selama proses perkuliahan.
11. Kandaku La Ode Ryan Agusnawan SE yang telah sekian lama memberikan
saya motifasi serta semangat dan dukungan selama menempuh studi sampai
penyelesaian skripsi ini.
v
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan sehingga penulis dengan hati terbuka siap menerima
saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak terutama
dari dosen pembimbing, dosen penguji maupun dari rekan-rekan yang senantiasa
membantu demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis baik langsung maupun
tidak langsung akan mendapat balasan dari Allah Swt dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Amin.
Kendari, Januari 2017
Penulis
vi
vi
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
ABSTRAK....................................................................................................... xii
ABSTRACK...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat Kecepatan Reaksi……................................................ 7
B. Hakekat Pukulan Chudan Tzuki................................................ 13
C. Hakekat Olahraga Karate........................................................... 15
D. Unsur – Unsur Fisik Penunjang Olahraga Karate...................... 19
E. Kontraksi Otot Dalam Melakukan Pukulan Karate................... 25
F. Kerangka Berpikir...................................................................... 29
G. Hipotesis.................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................. 31
B. Identifikasi Variabel................................................................. 31
C. Definisi Operasional Variabel ............................................ 31
vii
vii
D. Populasi dan Sampel................................................. 32
E. Instrumen Penelitian.................................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 33
G.. Teknik Analisis Data………………………………………….. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................... 37
B. Pembahasan............................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................. 44
B. Saran........................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 46
DOKUMENTASI PENELITIAN.................................................................... 50
viii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Deskripsi Statistik Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan
Lurus (Y)................................................................................................. 37
2. Distribusi Frekuensi Data Kecepatan Reaksi Lengan............................. 38
3. Distribusi Frekuensi Data Frekuensi Pukulan Lurus............................... 39
4. Hasil Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi
Pukulan Lurus (Y)................................................................................... 40
ix
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1: Pukulan Chudan Tzuki............................................................................ 15
2.1: Dokumentasi
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1: Data Hasil Penelitian Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi Pukulan
Lurus (Y)...................................................................................................... 45
2: Tabel Persiapan Uji Korelasi Productmoment Kecepatan Reaksi
Lengan (X), Frekuensi Pukulan Lurus (Y)................................................... 46
3: Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X), dan Frekuensi Pukulan
Lurus (Y)...................................................................................................... 47
4: Tabel Statistik r (Product Moment).............................................................. 48
xi
i
ABSTRAK
Supriatin (A1E1 13 097). “hubungan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi
pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe”. Pembimbing I Dr.H.
Saifu, M.Kes dan pembimbing II La Ode Samura, S.Pd.,M.Pd. Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecepatan reaksi lengan
dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan Mowewe.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kecepatan reaksi
lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting lemkari kecamatan
mowewe?”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet ranting lemkari kecamatan mowewe yang
berjumlah 38 atlet. Adapun penarikan sampel berdasarkan purposive sampling yakni atlet yang
dapat melakukan gerakan pukulan lurus dan atlet yang berjenis kelamin putra diperoleh sebanyak
25 atlet yang dijadikan sampel penelitian. Sedangkan instrument yang digunakan untuk
mengukur kecepatan reaksi lengan dengan Nelson Reaction Test, dan untuk mengukur frekuensi
pukulan lurus dengan tes pukulan lurus selama 60 detik.
Data kecepatan reaksi lengan diambil berdasarkan data terbaik dari 2 kali tes, dan data
frekuensi pukulan lurus diambil berdasarkan jumlah pukulan kiri-kanan masing-masing selama
60 detik. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis hipotesis yang diajukan adalah
dengan menggunakan rumus korelasi product moment pada taraf signifikans 0,05.
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikans antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus dimana, rxy = 0,68 ≥
rtabel pada taraf signifikans 0,05:25 = 0,396. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada
olahraga karate ranting lemkari kecamatan mowewe.
Kata kunci: kecepatan reaksi lengan, frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate
xii
i
ABSTRACT
Supriatin (A1E1 13 097). "The Correlation between Hand Reaction Time
with Straight Frecuency at Karate Sport by Lemkari Branch in Mowewe
Regency". The first adviser by Mr. H. Saiful and the second adviser by Mr. Ld
Samura. Department of physical education health and recreation. The faculty of
teacher and education science of Halu Oleo University.
The purpose of this study was to determine the correlation between hand
reaction time with straight frecuency at karate sport by lemkari branch in
Mowewe regency. The problem of this research "Is there the correlation between
hand reaction time with straight frecuency at karate sport by lemkari branch in
Mowewe regency?".
The population in this study hook frecuency were all athlet at karate sport
by lemkari branch in Mowewe regency totaling 38 athlete. Technique sampling
with purposive sampling that is based on consideration of athlet could be taken
straight and based on male gender of 25 athlet. Andthen the instrument used to
measure of hand reaction time with Nelson Reaction Time test, and to measure the
straight frecuency with straight frecuency test by 60 second.
The data analysis technique used to analyze the proposed hypothesis by
using product moment correlation form at significance level of 0.05. The results
obtained from hypothesis test shows that there is a significance correlation
between hand muscle strength with hook frecuency where, rxy = 0.68 significance
level of ≥ rtable at 0.05:25 = 0.396. This study concluded that there is a significant
correlation between hand reaction time with straight frecuency at karate sport by
lemkari branch in Mowewe regency.
Keyword: hand muscle strength, hook frecuency at boxing sport
xiii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi olahraga di indonesia saat ini telah menunjukan
perkembangan yang menggembirakan dan itu bisa dilihat dari berbagai aspek
yang menyangkut tentang masalah keolahragaan. Perkembangan keolahragaan
yang menyentuh masyarakat disegala bidang, telah menuntut kita untuk
senantiasa berpatisipasi di dalamnya dalam bidang apapun, baik itu
menyangkut olahraga prestasi, sport education, olahraga kesehatan, teknologi
olahraga, pemasaran olahraga, olahraga rekreasi serta masing banyak lagi
aspek-aspek keolahragaan yang mestinya kita perhatikan.
Dewasa ini perkembangan olahraga di indonesia cukup mendapat
perhatian, baik dari segi organisasi maupun pembinaannya, namun demikian
masih banyak kendala yang dihadapi untuk perkembangan maupun
pembinaannya, terutama masalah pelatih yang baerkaitan dengan peningkatan
prestasi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa cabang olahraga yang belum
mencapai prestasi yang maksimal. Karena itu para pembina khususnya pelatih
harus memahami pentingnya pembinaan atau program latihan dan kekurangan
yang dimiliki untuk menumbuhkan motivasi dan meningkatkan prestaasi yang
optimal.
Undang-Undang nomor 3 tentang sistem olahraga nasional, Pasal 1
Ayat 4, menyatakan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis
untuk mendorong, membina, serta mengembangkan prestasi jasmani, rohani
dan sosial. Salah satu jenis olahraga yang dapat mendorong, membina serta
1
iii
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial adalah olahraga karate.
Olahraga dikatakan sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan, karena
olahraga karate tidak hanya memberikan latihan fisik dan teknik
(jasmani ) saja, tetapi didalamnya terdapat latihan mental, disiplin pribadi, dan
tanggung jawab kemasyarakatan lebih diutamakan. Karena dengan latihan
tersebut akan membuat seseorang menjadi sportif, bijaksana, berpandangan
luas, pandai menghargai orang lain, dan memiliki jasmani yang kuat.
Cabang olahraga karate adalah cabang olahraga permainan kontak
fisik permainan ini dilakukan oleh salah satu lawan satu yang berlawanan
sebagai olahraga cabang karate di mainkan di atas lapangan empat persegi
panjang dengan permukaan yang rata baik ditempat terbuka (outdoor) maupun
diruangan tertutup ( indoor ), yang bebas dari rintangan.
Olahraga karate begitu besar manfaatnya dalam pemeliharaan kondisi
fisik agar tetap prima. Oleh karena itu untuk mencapai sesuatu prestasi yang
optimal ditentukan oleh banyak faktor, dua faktor diantaranya adalah : (1)
penguasan teknik bermain Karate secara individual dan (2) kerja sama tim
( team work ) yang baik antara pemain yang sebuah tim atau regu. Makin
sempurna penguasaan teknik setiap pemain dan kerja sama dan tim regu, maka
kualitas permainan akan makin baik. Seorang atlet akan mampu
mengembangkan potensinya secara optimal apabila memenuhi faktor-faktor
sebagai berikut : karakterstik fisik, seperti kekuatan, kecepatan, power,
Kecepatan reaksi faktor ini sebagai penunjang penampilan ( performance ),
selain faktor fisik juga harus didukung oleh, faktor-faktor psikologis yang
2
iv
memungkinkan atlet berhasil dalam suatu kompetisi perlu dikembangkan dan
dipertahankan, etika kerja termasuk sikap yang tepat dalam latihan harus
disajikan dan kesempatan untuk berkompetisi dengan atlet lain yang setara atau
tingkat yang lebih tinggi harus tersedia.
Suzuki ( 1975 ) menyatakn bahwa di negara-negara seperti Amerika
dan Australia mengembangkan kombinasi teknik-tenik tendangan ( geri )
dengan pukulan (Tzuki) disertai dengan kelincahan gerakan, kecepatan reaksi
penggunaan konsentrasi tenaga pada saat gerakan dilakukan. Hal ini menjadi
tantangan bagi para pelatih nasional maupun pelatih daerah dalam pembinaan
dan latihan untuk mencapai prestasi yang maksimal perlu adanya proses dan
latihan yang terstruktur dan berkesinambungan.
Karate sebagai salah satu cabang olah raga prestasi, tak luput dari
perkembangan IPTEK Olahraga, meski belum bisa dilakukan secara
menyeluruh tentang IPTEK olah raga ini, masih banyaknya kendala yang
ditemui, sebagai contoh misalnya belum meratanya penyebaran IPTEK Olah
raga baik ke tingkat Pengda Forki maupun Perguruan, sehingga masih
banyaknya metode konfensional yang masih terpaku dengan sistem pembinaan
yang tradisional bahkan sangat fanatik dengan sistem yang ortodok.
Sistem tradisional yang masih kental terasa adalah pada sistem latihan
yang tidak berpegang pada prinsip - prinsip dasar olah raga prestasi dengan
benar. Tidak jarang seorang pelatih ingin menambah porsi latihan anak
didiknya dengan menambah durasi latihan, tanpa memperhatikan kualitas
latihan, intensitas, skill kontrol dan lain-lain, sehingga hasil yang didapat dari
3
v
latihan kurang nyata keberhasilannya. Untuk itu, Penulis bermaksud untuk
membahas tentang analisis cabang olahraga karate yang mecakup tentang
komponen - komponen fisik yang mendukung dalam cabang olahraga karate
gerak dominan yang dilakukan dalam olahraga karate, otot - otot yang terlibat
dalam melakukan gerakan dan juga hubungan kondisi fisik yang akan
diterapkan untuk meningkatkan potensi atlet dalam olahraga tersebut.
Nakayama (1980) menyatakan bahwa latihan-latihan harus
dilaksanakan secara teratur, penuh konsentrasi dan frekuensi pukulan dalam
melaksanakan setiap gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan frekuensi
pukulan yang maksimal maka yang diperlukan unsur kemampuan fisik
khususnya kecepatan reaksi lengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nakayama
(1980) bahwa kecepatan tendangan atau pukulan tidak akan mencapai
kecepatan optimal tanpa didukung oleh kecepatan reaksi.
Penguasaan keterampilan dalam olahraga beladiri karate sangat
diperlukan agar pertandingan dapat berjalan dengan baik, keterampilan tersebut
dapat berupa keterampilan individual dan keterampilan penguasaan
pertandingan, keterampilan individual meliputi : tendangan, pukulan, tangkisan
atau uke dan harai atau sapuan kesemuanya itu untuk mendapatkan point atau
angka bagi individu yang melakukannya. Kesalahan atau kegagalan dalam
melakukan pukulan berarti hilangnya kesempatan individu untuk mendapatkan
angka akan tetapi akan mendapatkan peringatan.
Dijelaskan sebelumnya, bahwa peranan pukulan sangat penting dan
memiliki kesulitan tersendiri serta terbukanya kesempatan untuk memperoleh
4
vi
angka, maka diharapkan oleh seorang atlit dapat mengkombinasikan beberapa
aspek kondisi fisik diantaranya kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi yang
dimaksud dalam hal ini adalah kecepatan reaksi lengan. Kecepatan reaksi
lengan sangat dibutuhkan dalam melakukan pukulan lurus guna menghasilkan
frekuensi pukulan yang optimal dan dengan adanya kecepatan reaksi lengan
mampu menghasilkan gerakan yang gesit yang tidak disangka-sangka oleh
lawan yang membawa seorang karateka pada kemenangan dan pencapain
prestasi yang maksimal.
Penelitian ini akan diadakan pada karateka Ranting Lemkari
Kecamatan Mowewe, adapun alasan peneliti melakukan penelitian ditempat
tersebut yaitu berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat dengan
pelatihnya, dimana karateka ditempat tersebut memiliki karakteristik
kesehariannya dalam melakukan latihan, di mana para karateka belum
memaksimalkan pukulan pada saat pertandingan karate atau pun
memanfaatkan kelengahan lawan pada saat bertanding. Dimana para karateka
sebenarnya sudah memiliki reaksi dan pukulan yang bagus namun para
karateka belum memanfaatkan kecepatan reaksi tersebut dalam melakukan
serangan atau diserang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memandang perlu untuk
mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi yang diberikan oleh kecepatan reaksi lengan terhadap frekuensi
pukulan lurus. Adapun judul yang ingin diteliti adalah “hubungan kecepatan
5
vii
reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari
Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis
mengemukakan permasalahan apakah ada hubungan kecepatan reaksi dengan
frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate Ranting Lemkari Kecamatan
Mowewe Kabupaten Kolaka Timur?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting
lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah sehingga dapat digunakan
oleh para pelatih, guru pendidikan jasmani dan kesehatan, pemandu bakat
dan bahkan pemerhati olahraga khususnya olahraga karate.
b. Untuk dijadikan referensi tentang latihan dalam olahraga karate untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan minat dan bakat anak
khususnya dalam olahraga karate.
6
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Kecepatan Reaksi
Seorang atlet karate yang mempunyai gerakan lamban, akan menemui
kesulitan dalam mengembangkan gerakannya secara cepat serta dalam hal
menghindari atau menangkis serangan lawan secara cepat. Harsono (1988)
tentang pengertian kecepatan, bahwa: “kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang sejenis berturut-turut dalam waktu yang
sesingkatnya atau kemampuan menempuh suatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya”.
Abdul Kadir Ateng (1992) bahwa: “kecepatan adalah kemampuan
individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya atau jumlah banyaknya gerakan perunit waktu”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan merupakan kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melakukan gerak cepat dalam waktu yang relatif
singkat.
Kecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi olahragawan yang
memberikan kemungkinan untuk reaksi secepat mungkin terdapat
rangsangan, dan kemungkinan mampu menampilkan dalam bentuk gerak
secepat mungkin. (Arief Prihastono, 1995) Kecepatan adalah kemampuan
kompleks yang diperlukan untuk aksi-aksi motorik cepat dalam waktu
sesingkat mungkin.
7
ix
Dunia olahraga dikenal sebagai jenis kecepatan. Nossek (1982)
membagi dalam tiga jenis kecepatan yaitu : kecepatan sprint (sprinting
speed), kecepatan reaksi (reaction time), dan kecepatan bergerak (speed of
movement).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak
tertentu, terutama jarak pendek, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau
dengan kata lain bahwa kecepatan adalah suatu kemapuan untuk
menggunakan anggota tubuh atau bahagian-bahagian anggota tubuh dalam
waktu yang relatif singkat.
a. Kecepatan sprint (sprinting speed)
Kecepatan sprint yaitu sebagai kemampuan atlet atau individu untuk
menempuh suatu jarak dan waktu sesingkat mungkin. Kekuatan ini
ditentukan oleh kekuattan otot dan persenndian, kecepatan sprint sangat
diperlukan saat melakukan pukulan secara cepat.
b. Kecepatan reaksi (rection time)
Kecepatan reaksi yang dimaksud adalah sebagai kecepatan menjawab
suatu rangsangan yang ditentukan melalui pengukuran waktu yang digunakan
antara rangsangan dan jawaban rangsangan pertama. Kecepatan ini ditentukan
oleh hantaran implus pada sistem saraf, daya orientasi siituasi dan ketajaman
panca indera.
Kecepatan dipengaruhi oleh waktu reaksi, sedangkan waktu reaksi
tergantung pada proses rangsangan saraf pendengaran, syaraf penglihatan dan
8
x
syaraf perintah. Waktu reaksi yang lebih tua lebih cepat dibanding dengan
anak yang lebih muda. Hal ini dibuktikan oleh Cratty (1978) yang dikutip
oleh Suderi (1999) yang menyatakan bahwa: “waktu reaksi anak usia 3-5
tahun dua kali lebih lambat, dibanding dengan anak dewasa, walaupun usia
itu ada perbaikan waktu reaksi mereka”.
Reaksi atau reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak
secepatnya dalam menanggapi ransangan-ransangan yang datang lewat indra,
syaraf atau feeling lainnya perlu pula dibedakan mengenai reaksi dan refleks.
Refleks adalah jawaban terhadap rangsangan yang disadari. Baik refleks
maupun reaksi keduanya memiliki rangsangan dan jawaban.
Batasan refleks jelas bahwa jawaban atas rangsangan yang tidak
melewati pusat kesadaran sedangkan reaksi pasti akan melewati pusat
kesadaran lebih dahulu. Waktu reaksi adala waktu interval waktu antara
penampilan stimulus inisiasi atau usaha dari respon. Dimana waktu reaksi
dimulai secara sederhana dan mudah untuk diukur wujudnya dan
memperlihatkan pengaruh dari beberapa variasi secara nyata, individu tidak
dapat dijelaskan dengansatu waktu reaksi tanpa mengkhususkan kondisi
dimana ia melakukan tes. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu
reaksi adalah kemampuan yang menyokong tugas dimana terdapat status
stimulus sehingga membutuhkan reaksi yang cepat. Dengan kata lain
kemampuam bereaksi dengan cepat terhadap stimul yang datang.
FSisiologis menurut Jonath dan Krempel dalam Harsono (1988),
kecepatan dapat diartikan sebagai : “Kemampuan yang berdasarkan
9
xi
kelentukan (fleksibilitas), proses sistem persyarafan dan alat-alat otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dalam satu satuan waktu tertentu.” Sedangkan
secara fisikal menurut Syafruddin (1992) bahwa kecepatan dapat diartikan
sebagai : Jarak dibagi waktu, dan hasil dari pengaruh kekuatan terhadap tubuh
yang bergerakdimana kekuatan dapat mempercepat gerakan tubuh. Pada
dasarnya kecepatan itu dibedakan atas kecepatan reaksi dan kecepatan aksi
(gerakan).
Kecepatan reaksi adalah kemampuan untuk menjawab rangsangan
akustik, optik dan rangsangan taktil secrara cepat. Rangsangan akustik
maksudnya adalah rangsangan melalui pendengaran, sementara rangsangan
optik dimaksudkan adalah rangsangan yang diberikan melalui penglihatan,
misalnya seorang atlet beraksi atau bergerak dengan memperhatikan gerakan
tangan pelatihnya atau gerakan lawan, sedangkan rangsangan taktil adalah
rangsangan yang diberikan melalui kulit, misalnya dengan sentuhan pada
kulit. Kecepatan aksi (gerakan) diartikan sebagai kemampuan dimana dengan
bantuan kelentukan sistem saraf pusat dan alat-alat otot dapat melakukan
gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal.
Moeh. Sajoto (1975) mengemukakan bahwa: “kecepatan reaksi adalah
kualitas yang memungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat
mungkin setelah menerima suatu rangsangan.
Berdasarkan uraian di atas, nyatalah bahwa pada cabang olahraga
karate setiap pemain disamping kecepatan juga dituntut unuk memiliki reaksi
yang cepat. Oleh karen itu, atlet karate dalam melakukan pukulan harus
10
xii
melakukan gerakan cepat untuk menghasilkan frekuensi pukulan yang
maksimal.
Seorang pemain yang memiliki kecepatan reaksi lengan memiliki
kemampuan melakukan gerakan pukulan yang maksimal meskipun dalam
keadaan ruang gerak yang sempit. Peni Muthalib (1984) menyatakan bahwa:
“kecepatan reaksi adalah kemampuan melaksanakan gerakan secepat
mungkin baik gerakan yang sama maupun yang tidak sama”. Dengan
demikian kecepatan reaksi lengan adalah kemampuan sistim syaraf otot
lengan dalam merespon gerakan dalam waktu yang cepat.
c. Kecepatan gerak (speed of movemen)
Kecepatan gerak merupakan kecepatan merubah arah dalam gerakan
yang utuh. Kecepatan ini dotentukan oleh kekuuatan otot, daya ledak,
kemampuan koordinasi gerak, kelincahan dan keseimbangan. Kecepatan ini
ditentukan melalui pengukuran waktu antara gerak permulaan dengan gerak
berikutnya.
Karate adalah olahraga yang memerlukan kecepatan. Semua gerakan
yang cepat adalah gerakan gerakan yang menggunakan sistem anaerobik.
Dalam olahraga karate dikerjakan dalam waktu yang lama tidak dapat
diperkiirakan dan tidak semua gerakan bersifat kontinyu, tetapi gerakan-
gerakan cepat yang diselingi gerakan lamban.
Pendapat lain dikemukaan oleh Harsono (1988) bahwa kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan kerja fisik dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh seorang siswa pada saat
11
xiii
melakukan pukulan lurus dengan gerakan yang tepat. Menurut Fox (1989)
unsur kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: proses metabolisme saraf, penghantaran rangsangan,
kontraksi dan relaksi otot, kekuatan dan ketahanan, teknik olahraga yang
bersangkutan, kemauan (motivasi), dan elastisitas otot. Kecepatan reaksi dari
seorang olahragawan sangat dipengaruhi pula oleh respon dan stimulasi saraf.
Untuk meningkatkan kemampuan reaksi maka diperlukan latihan yang terus
menerus sehingga gerakan-gerakan menjadi otomatis dan menjadi gerakan
refleks.
Menurut Harsono (1992) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
yaitu :
a. Proses metabolisme syaraf
b. Penghantaran rangsangan
c. Kontraksi dengan relaksasi otot
d. Kekuatandengan ketahanan
e. Teknik olahraga yang bersngkutan
f. Kemampuan motivasi
g. Elastiisitas otot, kapasitas kontraksi otot dan koordinasi antara otot sinergis
dan otot antagonis
h. Keturunan
Tenaga dan kecepatan dalam permainan bola voli terutama teknik
dasar smash dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kekuatan daya ledak
12
xiv
otot tungkai karena akan mendapatkan lompatan yang makmal dan dengan
demikian akan mudah untuk dapat mengarahkan bola kearah yang dinginkan
B. Hakikat Pukulan Lurus Chudan Tzuki
Menurut Namiek ( 2008 ) bahwa pukulan lurus Chudan Tzuki adalah
pukuan yang mengarah lurus kedepan, dan sasarannya adalah perut, ulu hati
dan dada bagian depan. Pukulan tersebut amat berbahaya karena sasaran
yang dituju adalah bagian vital dari tubuh dan itu bisa mematikan lawan.
Dalam pertandingan karate, pukulan lurus tersebut apa apabila dilakukan
dengan sempurna maka mendapat point nihon atau (2 angka). ( panduan
teknis PON Karate, 2008 )
Pada dasarnya untuk mendapatkan pukulan lurus yang baik dan benar
dalam karate, di awali dengan posisi kuda-kuda dengan baerat badan lebih
berat didepan (posisi Zenkuchudachi). Keunggulan dari pukulan lurus yaitu
pukulan yang dimana sangat mudah dilakukan oleh atlit pemula atau seorang
atlit untuk mendapatkan tambahan point pada pertandingan dan untuk
mendapatkan pukulan yang sempurna dan sah seorang atlit harus mempunyai
kekuatan untuk melakukan pukulan dengan kekuatan yang maksimum serta
dalam waktu yang sangat singkat, sangat diperlukan adanya kekuatan
maksimal pada otot, namun bukan hanya kondisi fisik semata sebagai
penyempurnaan dan sahnya pertandingan, tetapi karate olahraga beladiri yang
mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga beladiri
lainnya seperti silat, judo, kung fu, kempo dan beladiri lainnya.
13
xv
Perbedaan tersebut dapat dilihat baik secara filosofi, tehnik gerakan
maupun atribut yang digunakan selama menjalani proses latihan,
pertandingan serta pada saat pelaksanaan pertandingan. Salah satu perbedaan
didalam penggunaan atribut yakni peralatan dan perlengkapan yang
dipergunakan, seperti baju dan sabuk yang benar sesuai peraturan pada
olahraga karate merupakan penyempurnaan dan sahnya melakukan pukulan
lurus. Selain itu juga terletak pada teknik melakuakan gerakannya. Pukulan
lurus dalam penelitian ini mengarah pada pukulan chudan tzuki. Berikut cara
melakukan pukulan chudan tzuki:
1. Persiapan (sikap awal)
a. Posisi tubuh diawali dengan kuda-kuda dasar (hachijidachiatau shiko
dachi)
b. Genggam jemari tangan (membentuk keoalan)
2. Pelaksanaan (melakukan pukulan)
a. Mendorong lengan lurus kedepan
b. Mengarahkan kepalan tangan tepat kesasaran
3. Gerakan lanjutan (sikap akhir)
a. Jari tangan tetap digenggam
b. Lengan ditarik kembali ke arah pinggang
c. Tangan tetap mengepal dan siap disamping pinggang
( Namiek 2008).
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang karateka adalah bahwa
untuk mendapatkan pukulan yang kuat dan lurus, maka pada waktu melakukan
14
xvi
ayunan tangan harus diikuti dengan dorongan lengan dan bahu agar jangkauan
pukulan lebih jauh dan bobot pukulan lebih kuat. Dorongan lengan dan bahu
yang kuat akan memberikan tambahan energi kepada ltangan dalam melakukan
pukulan tersebut dan sasaran akan lebih cepat dikena. Untuk lebih jelasnya di
bawah ini adalah gambar seorang karateka yang sedang melakukan pukulan
lurus:
Gambar 2.1: Pukulan Lurus (chudan tzuki), (Namiek, 2008)
C. Hakekat Olahraga Karate
Karate adalah seni beladiri yang berasal dari negara Jepang yang
kemudian dibawah masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini
pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “tangan Cina”, akan tetapi
nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei
Gichin Funakoshi mengubah Kanji Okinawa ( Tote : Tangan China ) dalam
kanji Jepang menjadi “karate” ( tangan kosong ) agar lebih muda diterima
15
xvii
oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama
adalah “Kara” yang berarti kosong dan yang kedua, “te” yang berarti tangan
kosong.
Karate sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1963 yang dibawa oleh
para mahasiswa Indonesia yang baru pulang dari studi di Jepang. Para
mahasiswa ini kemudian membentuk perkumpulan karate yang bernama
Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia (PORKI). Kini nama PORKI
diganti menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).
Karate adalah cabang olahraga beladiri dimana bentuk aktivitas
geraknya menggunakan kaki dan tangan seperti pukulan, tangkisan dan
tendangan. Pada zaman sekarang karate juga dibagi menjadi aliran tradisional
dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan
teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik
untuk pertandingan olah raga.
Cabang Olahraga karate mempertandingkan dua nomor yaitu “Kata”
dan “Kumite”. Nomor Kata adalah nomor yang mempertandingkan
pendemonstrasian kemampuan jurus secara perorang ataupun beregu dalam
menguasai ilmu beladiri karate tradisional dengan harmonisasi gerak yang
mencerminkan kekuatan, kecepatan dan keindahan. Dan Nomor Kumite
adalah nomor yang mempertandingkan kemampuan seseorang dalam
pertarungan satu lawan satu.
Beberapa ulasan diatas, maka diambil pengertian bahwa olahraga
karate adalah sebuah olahraga beladiri yang tidak menggunakan alat tetapi
16
xviii
dengan hanya menggunakan tangan kosong. Olahraga karate adalah gabungan
unsur-unsur gerakan tubuh yang tercipta secara sistematis sehingga
menghasilkan gerakan-gerakan tubuh atau jurus-jurus yang digunakan untuk
mempertahankan diri dari serangan lawan tetapi juga gerakan serangan lawan
tetapi juga gerakan serangan dalam olahraga karate juga sangat berbahaya
karena dapat melumpuhkan musuh. Adanya keseimbangan yang mantap
antara pikiran dan gerakan-gerakan yang tercipta akan memberikan sebuah
ketenangan sehingga serangan-serangan yang datng dari musuh dapat
dihindari dengan baik.
1. Teknik Dasar Olahraga Karate
Teknik - teknik dasar karate terdiri dari gerakan memukul, menendang
dan menangkis dengan pusat perkenaan antara bagian tubuh dengan sasaran
antara lain yaitu kepalan tangan, sisi telapak tangan, ujung telapak kaki dan
sisi telapak kaki.
Teknik dasar karate terbagi tiga yaitu :
1) Kihon.
Kihon yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul,
menendang dan menangkis. Teknik Kihon berupa tendangan dan pukulan saja
(sabuk putih). Bila telah masuk ke sabuk cokelat, diajarkan tehnik
membanting dan dibanting. Dan jika telah masuk sabuk hitam, dianggap
sudah menguasai Kihon. Berikut ini akan dijelaskan teknik - teknik dasar
karate :
17
xix
a. Gedan Barai (Tangkisan Bawah) adalah teknik tangkisan dengan satu
tangan dan merupakan salah satu posisi persiapan dalam latihan dasar
selanjutnya dan biasa digunakan untuk menangkis serangan berupa
tendangan yang mengarah keperut.
b. Gyaku Tsuki adalah teknik pukulan yang berlawanan arah dengan gerakan
kuda – kuda.
c. Oi Tsuki teknik pukulan lurus kedepan bersamaan dengan gerakan maju /
mundur.
d. Geri (Tendangan) Tendangan dalam karate antara lain :
Mae Geri (Tendangan lurus kedepan).
Mawashi Geri (Tendangan samping dengan menggunkan kura –kura
kaki).
Yoko Geri (Tendangan menyodok dengan menggunakan sisi telapak kaki).
2) Kata.
Kata yaitu latihan jurus atau rangkaian dari Kihon (teknik dasar
gerakan karate) yang digabung menjadi satu. Dalam Kata diajarkan cara-cara
bertarung yang baik dan benar. Setiap gerakan dan pernapasan akan berbeda-
beda dalam setiap Kata.
3) Kumite
Kumite yaitu latihan bertarung satu lawan satu atau sparring. Teknik
kumite diajarkan saat memasuki sabuk tingkat lanjut yaitu sabuk biru keatas.
18
xx
D. Unsur-Unsur Fisik Penunjang Olahraga Karate
Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik
yang prima. Penting nya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik
secara teoritis maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Harsono (1988) bahwa, “Sukses dalam olahraga
sering menuntut keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam
meningkatkan prestasi atlet.
Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet,
karena tanpa dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi
maksimal akan sulit terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan
kompleks, maka dibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik. Komponen
kondisi fisik yang dibutuhkan oleh seorang karateka saat bertanding adalah
antara lain :
1. Kekuatan ( strength )
Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih
keterampilan gerak. Menurut Sajoto ( 1995 ) kekuatan adalah komponen
kondisi fisisk seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot
untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Disisi lain Nurhasan ( 2000 ) mengatakan bahwa kekuatan adalah
sejumlah daya yang dihasilkan oleh otot ketika otot tersebut berkontraksi.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Bompa ( 1994), menyatakan
bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk menghasilkan daya untuk
mengatasi rintangan.
19
xxi
Jonath ( 1997), mendenifisikan kekuatan otot adalah kemampuan otot
untuk melakukan aktifitas dengan menahan beban yang diangkatnya otot yang
kuat akan membuat kerja sehari_hari menjadi evisien. Pendapat yang hampir
sama dikemukakan ole fox (1993) bahwa kekuatan adalah sebagai suatu gaya
atau regangan suatu kelompok otot yang dapat melakukan tahanan maksimal.
Harsono , (1998) mengatakan kekuatan yang dapat berfungsi :
1. Sebagai daya penggerak setiap aktivitas fisik.
2. Melidungi diri dari kemungkinan cedera.
3. Dengan kekuatan atlet dapat melempar lebih jauh, memukul dengan
keras dan memperkuat stabilitas sendi.
4. Mempermudah atlet dalam mempelajari teknik-teknik olahraga.
5. Merupakan pendukung dari berbagai komponen kemampuan fisik
lainya.
Disimpulkan bahwa kekuatan (strength) adalah merupakan
kemampuan otot untuk berkontraksi ketika melakukan kerja dalam waktu
tertentu secara maksimal sehingga menghasilkan daya.
kaitannya dengan penelitian ini, unsur kekuatan (strength) sangatlah
penting untuk dimiliki oleh setiap atlet terkhusus atlet karate karena dengan
hal tersebutseorang karateka ketika melakukan tendangan( maegeri chudan )
dengan baik dan benar maka kekuatan yang akan dihasilkanpun akan lebih
berbobot.
20
xxii
2. Kecepatan ( speed )
Olahraga karate adalah salah satu olahraga yang membutuhkan
kecepatan ( speed ). Kecepatan tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa adanya
latihan yang serius. Menurut Nurhasan ( 2000 ) kecepatan dapat diartikan
sebagai kualitas kondisi fisik olahragawan yang memberikan kemungkinan
untuk bereaksi secepat mungkin terhadap suatu rangsangan kemudian mampu
menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin.
Literatul lain, Amrun Bustaman dalam Harsuki ( 2003 ) mengatakan
bahwa kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan
gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Seorang atlet karate harus
memiliki kecepatan yang bagus untuk dapat melakukan gerakan-gerakan,
seperti memukul menangkis dan terlebih dalam menendang ( maegeri
chudan). Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah
kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan secepat mungkin setelah
mendapat stimulus atau rangsang.
3. Daya Tahan ( Endurance )
Berlatih ataupun bertanding dalam cabang olahraga tertentu, daya
tahan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap atlet. Komponen ini
menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam
keadaan aerob, artinya kemampuan dan kesanggupan system peredaran darah
pernapasan, mengambil / menyediakan oksigen yang dibutuhkan, ( Hasruki,
2003 ). Pada pendapat lain mengatakan bahwa ketahanan adalah ketahanan
organism untuk melawan kelemahan dalam jangka waktu yang alam.
21
xxiii
Menurut Soekarman ( 1989 ) bahwa daya tahan dapat dibagi menjadi
dua macam :
a. Daya tahan otot setempat yaitu daya tahan yang menunjukan kemampuan
otot atau sekelompok otot dalam melaksanakan tugas yang cukup lama.
b. Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung untuk mensuplai bahan bakar
keseluruh bagian tubuh dalam waktu yang lama serta intensitas yang tinggi.
Olahraga karate, daya tahan jantung-paru sangat dibutuhkan terlebih
dalam bertanding. Bagusnya daya tahan jantung dan paru akan memberikan
dampak yang bagus karena suplai bahan bakar ( oksigen ) sangat diperlukan
oleh otot untuk melakukan kerja atau gerakan, terkhusus dalam gerakan
menendang ( maegeri chudan ) serta memberikan dampak yang bagus pula
pada ketahanan otot-otot lokal sehingga kecepatan, kekuatan serta daya ledak
tendangan dapat dipertahankan dengan baik sampai pertandinagn usai.
Daya tahan merupakan unsur dasar dari kesegaran jasmani dalam
upaya peningkatan kondisi fisik. Definisi dari daya tahan adalah kemampuan
seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul dalam melakukan aktiavitas
serta cepat pulih kembali dari kelelahan (fox,1993).selnjutnya menurut
bompa,(1994) daya tahan dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu:
1. Daya tahan otot setempat,yaiyu daya tahan yang menunjukkan cukup
lama. Kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melaksanakan
tungasnya.
22
xxiv
2. Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung untuk mensuplai bahan
bakar keseluruh bagian tubuh dalam jangka waktu yang lama serta
intensitas yang tinggi.
4. Kelenturan ( Fleksibilitas )
Fleksibilitas atau kelenturan adalah kemampuan gerak maksimal suatu
persediaan, ( Harsuki, 2003 ). Pada cabang olahraga beladiri, kelenturan
( Fleksibility ) sangat besar peranannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Soeharno ( 1985 ) bahwa kelenturan yang baik akan:
1. Kualitas dan keindahan gerak
2. Membantu meningkatkan kelincahan, kecepatan, koordinasi, gerak dan
power dengan perlakuan gerak yang tetap halus.
3. Mempermudah untuk mempelajari teknik tinggi.
4. Berguna untuk menghemat tenaga dan mencegah cedera.
Melakukan maegeri chudan, kelenturan yang bagus akan
menghasilkan tendangan yang bagus pula. Oleh karena itu seorang karateka
harus memiliki kelenturan terutama pada bagian tungkai dan panggul.
5. Koordinasi ( Koordination )
Melakukan gerakan yang sempurna, koordinasi harus bagus terlebih
dalam melakukan tendangan maegeri chudan. Menurut Amrum Bustaman
dalam Harsuki ( 2003 ) bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk
menggunakan panca indera seperti penglihatan dan pendengaran, bersama-
sama dengan tubuh tertentudidalam melakukan kegiatan motorik dengan
harmonis dan ketepatan yang tinggi.
23
xxv
6. Keseimbangan ( Balance )
Keseimbanngan yang mantap akan lebih menambah performance
setiap atlet dalam melakukan gerakan-gerakan motorik seperti menendang
dalam olahraga karate. Keseimbangan adalah berhubungan dengan sikap
mempertahankan keadaan keseimbangan (equilibrium) ketika sedang diam
atau sedang bergerak, ( Harsuki, 2003 ).
7. Reaksi (reaction)
Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Secara rinci dapat
dijelaskan bahwa anggota tubuh yang membutuhkan komponen kondisi
fisik adalah sebagai berikut :
Punggung membutuhkan kekuatan otot, dan daya tahan otot.
Lengan membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, dan
power.
Tungkai membutuhkan kekuatan otot, daya tahan otot, kelincahan,
kelentukan dan power.
8. Keseimbangan ( Balance )
Keseimbanngan yang mantap akan lebih menambah performa
setiap atlet dalam melakukan gerakan-gerakan seperti menendang.
Keseimbangan adalah berhubungan dengan sikap mempertahankan
keadaan keseimbangan (equilibrium) ketika sedang diam atau sedang
bergerak ( Harsuki, 2003 ).
24
xxvi
Semua komponen-komponen tersebut di atas harus dimiliki oleh
setiap atlet baik pada semua cabang olahraga, maupun olahraga tertentu.
Pada cabang olahraga karate, komponen-komponen di atas harus ada.
Dengan demikian peningkatan prestasi pada cabang olahraga akan tercapai
apalagi dengan dukungan teknologi serta metode-metode latihan yang
telah dikembangkan dengan cara ilmiah.
E. Kontraksi Otot Dalam Melakukan Pukulan Karate
Otot merupakan anggota gerak aktif, sedangkan tulang merupakan
anggota gerak pasif. Otot berkontraksi bila mendapat stimulus. Stimulus
dibawa oleh serabut syaraf eferen dari Sistm Saraf Pusat (SSP), sampai pada
ujung saraf motorik yang melekat pada sel otot yakni neuromuscle junction (
seperti diketahui setiap sel otot dilengkapi dengan serabut saraf). Selanjutnya
rangsangan tersebut masuk ke dalam sel otot melalui tubulus-tubulus.
Tubulus adalah organ yang berupa pipa yang menghubungkan antara
bagian luar sel dan bagian dalam sel. Dengan mekanisme tertentu, rangsangan
tersebut menyebabkan kadar kalsium di cairan sarcoplasma meningkat tajam.
Peningkatan kalsium ini menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan di benang aktin yang pada akhirnya sisi lekat aktin terbuka.
Terbukanya sisi lekat aktin mengakibatkan kepala myosin menempel
selanjutnya terjadilah crossbridge actomiosin. Selanjutnya penguraian ATP di
kepala myosin mengakibatkan kepala-kepala myosin mengadakan power
stroke, akhirnya akan terjadi penarikan aktin ke arah pusat sarcomere oleh
myosin, sehingga sarcomere mengalami pemendekan (Saiful, 2011)
25
xxvii
Dari tipe kontraksinya ,maka dapat dibedakan atas 3 macam tipe
kontraksi seperti yang jelaskan oleh Soekarman (1989) yaitu kontraksi
isometrik, kontraksi isotonik dan kontraksi isokinetik.Kontraksi yang
dimaksudkan dijelaskan sebagai berikut:
a. Kontraksi isometrik
Kontraksi isometrik biasa juga disebut kontraksi statis yaitu suatu
bentk kontraksi otot dimana tidak terjadi pemendekan ataupiun terjadi
pemanjangan otot tetapi otot memliki tensi (tonus) pada saat menahan beban.
Contoh dari kontraksi isometrik seperti pada saat kita mendorong tembok
atau menahan beban.
b. Kontraksi Isotonik
Kontraksi isotonik biasa juga disebut sebagai kontraksi dinamik yang
terdiri dari kosentrik dan eksentrik. Kontrasi kosentrik adalah kontraksi
dimana otot bekerja mengangkat beban yang ada pada lengan sehingga
terjadi pemendekan sudut pada siku.
Kontraksi eksentrik adalah sebaliknya yaitu terjadi saat menurunkan
beban yang berada pada siku, atau terjadi pembesaran sudut lutut atau pada
siku. Kontraksi isotonik yaitu suatu bentuk kontraksi otot yang terjadi
pemendekan dan pemanjang secara teratur dan terus menerus. Contoh dalam
kontraksi isotonik adalah pada saat kita mengangkat dan menurunkan beban
yang ada pada lengan dimana sumbu gerakan terjadi pada persendian lutut
atau siku.
26
xxviii
Melempar bola kasti termasuk dalam bentuk kontraksi isotonik, karena
dalam proses gerakan mulai dari membawa lengan dalam posisi siku sedikit
ditekuk kemudian melemparkan bola dengan membawa siku dan lengan ke
depan hingga lengan lurus ke depan
c. Kontraksi Isokinetik
Kontraksi isokinetik, terjadi apabila otot memendek karena tegangan
ditingkatkan, melalui rentang gerak penuh yang dilakukan pada kecepatan
yang konstan. Kontraksi ini biasanya dilakukan dengan alat bantu mesin
penggerak otot.
Otot dapat berkontraksi berturut-turut secara maksimum untuk jangka
waktu yang lama dikatakan ketahanan ototnya baik. Kadang-kadang
ketahanan otot dikatakan sebagai berlawanan dengan kepayahan. Otot-otot
yang lekas payah dikatakan mempunyai ketahanan otot yang rendah.
Menurut C.R.Jansen (1996), otot lengan adalah Otot lengan terdiri
dari biceps, triceps, dan forearm, Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam
tubuh yang tugas utamanya kontraksi. Kontraksi otot digunakan untuk
memindahkan bagian-bagian tubuh & substansi dalam tubuh.
a. Otot penggerak lengan atas :
1) M. Pectoralis Mayor berfungsi untuk menekuk dan mengadduksi.
Mekanisme kontraksi otot skelet berdasarkan teori sliding filemen menurut
Fox (1993), prosesnya adalah sebagi berikut :
a) Dimulai dengan timbulnya impuls listrik yang disebabakan potensial
akasi yang berasal dari saraf keserabut otot.
27
xxix
b) Ujung saraf mengeluarkan neurotransimitter asetikolin.
c) Asetikolin selanjutnya masuk melalui pada membrane serabut otot.
d) Setelah membrane terbuka maka ion Na masuk sehingga potensial akasi
mulai terjadi.
e) Selanjunya potensial aksi masuk pada reticulum sacoplasma hingga ke
triad.
f) Ion Ca mengikat troponin C sehingga terjadi bidang site akibatnya
filament aktin dan filament myosin saling mengikat dan terjadilah
kontraksi.
g) Setelah ion C kembali dipompa ke dalam reticulum sarcoplasma untuk
menunggu potensial aksi yang baru.
Proses kontraksi itu sendiri dituntut energy dalam hal ini ATP yang
berperan disaat sliding dimana head dari myosin melekat pada celah filament
yang terbuka akibat biding site setelah head dari myosin menempel, ATP
pada head tersebut terurai dan menimbulkan tenaga, head menarik filament
aktin sehingga garis Z mengecil dan terjadilah kontraksi.
2) M. Doltoideus, fungsinya adalah adduksi lengan dan membantu ekstensi
dan fleksi lengan.
3) M. Teres major fungsinya untuk membantu ekstensi lengan.
4) M. Teres minor fungsinya untuk membantu gerakan rotasi lengan.
b. Otot penggerak lengan bawah :
1) M. Biceps brachi, berfungsi untuk fleksi suspinasi lengan bawah.
2) M .Brachialis, fungsinya adalah membantu fleksi lengan bawah.
28
xxx
3) Trichep Brachi, fungsinya adalah membantu fleksi lengan bawah.
4) Pronator quadrates fungsinya adalah untuk supinasi lengan bawah.
F. Kerangka Berpikir
Untuk menghasilkan frekunsi pukulan yang maksimal dan yang baik,
maka sangat dibutuhkan kecepatan reaksi lengan, dimana lengan harus
memiliki kecepatan yang maksimal. Semakin cepat reaksi lengan di ayunkan,
maka semakin baik pula frekuensi pukulan yang dapat dilakukan sehingga
akan semakin sulit lawan untuk mengantisipasinya.
Pukulan lurus membutuhkan keceptan reaksi lengan karena pukulan
lurus dilakukan secara berulang-ulang sehingga harus membutuhkan kecepatan
reaksi lengan. Kecepatan reaksi adalah kemampuan merubah posisi tubuh
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Selain itu kecepatan reaksi merupakan
penentu utama dalam pencapaian prestasi olahraga dan unsur lain merupakan
penunjang dalam proses pembentukan keterampilan gerak. Jika ditinjau dari
aspek biomotorik kecepatan reaksi lengan dibutuhkan untuk mendukung
29
xxxi
efektifnya frekuensi pukulan pada saat seorang atlet melakukan gerakan
pukulan. Sebab dengan adanya kecepatan reaksi lengan akan memudahkan
bagi karateka untuk mengayunkan tangan untuk menghasilkan frekuensi
pukulan yang optimal dan berbobot. Berdasarkan penjelasan diatas, diduga
bahwa kecepatan reaksi lengan memiliki hubungan dengan kemampuan
pukulan lurus.
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis merumuskan
hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara kecepatan reaksi dengan
frekuensi pukulan lurus olahraga karate pada Ranting Lemkari Kecamatan
Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
30
xxxii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan dengan
rancangan korelasional, dimana peneliti ingin mengetahui hubungan
kecepatan reaksi dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
X Y
Keterangan:
X = kecepatan reaksi
Y = frekuensi pukulan lurus
→ = Hubungan
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas adalah kecepatan reaksi (X)
2. Variabel terikat adalah frekuensi pukulan lurus (Y)
C. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak memberikan penafsiran yang keliru tentang variabel yang
dimaksud dalam penelitian ini maka perlu diberi definisi secara operasional
yaitu sebagai berikut:
1. Kecepatan reaksi yang dimaksud dalam peneitian ini adalah kecepatan
reaksi lengan sampel untuk menangkap mistar dengan menggunakan
31
xxxiii
kedua telapak tangan yang dijulurkan terbuka kedepan dada dengan skala
100 mistar berada dibawah (Nurhasan,2008 ).
2. Frekuensi pukulan lurus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
karareka berdiri didepan body protector yang dipegang oleh seorang
petugas tes kemudian atlet diberi aba-aba untuk muai melakukan pukulan
lurus chudan tzuki dengan menggunakan lengan kiri kanan secara
bergantian selama 60 detik.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet karate Ranting
Lemkari yang berjumlah 38 orang.
2. Sampel
Sampel ditarik menggunakan teknik purposive sampling yaitu
berdasarkan pertimbangan jenis kelamin putra dan mampu melakukan gerakan
karate yang baik, tepat dan benar khususnya mampu melakukan pukulan lurus
chudan tzuki sehingga menghasilkan 25 orang. Dengan demikian sampel dalam
penelitian ini berjumlah 25 orang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kecepatan reaksi lengan dan tes kemampuan pukulan lurus . Adapun alat-alat
yang digunakan dalam pelaksanaan tes ini adalah sebagai berikut:
1. Tes untuk mengukur kecepatan reaksi lengan yaitu nelson reaktion test
(Nurhasan, 2008).
32
xxxiv
2. Tes frekuensi pukulan lurus yaitu pukulan lurus selama 60 detik (Hasna
Said, 1984).
F. Teknik Pengumpulan Data
Memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan tes kecepatan reaksi lengan dengan Nelson Reaktion Test
(Saiful, 2013).
a. Atlet duduk dikursi kedua tangan relaks
b. Kedua tangan dijulurkan lurus kedepan dengan dengan telapak tangan
terbuka dan dalam posisi saling berhadapan
c. Tester memegang ujung atas mistar (dengan angkah nol berada di
bawah dan angkah diujung garis mistar dimulai dari angkah 100 dalam
satuan cm) tergantung dengan ujung berada diantara kedua telapak
tangan peserta tes (atlet) dalam keadaan terbuka dan dijulurkan
kedepan.
d. Garis dasar skala penggaris harus berada tepat diatas permukaan ibu jari
kedua telapak tangan
e. Atlet menfokuskan pandangan pada penggaris (mistar).
f. Selanjutnya tester melepaskan mistar pada sela diantara kedua telapak
tangan
g. Atlet merapatkan kedua telapak tangan secepat mungkin untuk
menangkap mistar
33
xxxv
h. Skor yang dilihat adalah angka yang ditunjukkan skala pada mistar
yang berada tepat diatas tankapan kedua teapak tangan.
i. Atlet diberi 2 kali kesempatan
j. Skor yang diambil adalah skor terbaik dari dua kali kesempatan yang
dilakukan.
Alat- alat yang di gunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
terdiri dari :
- Mistar
- Formulir
- Alat tulis
2. Pelaksanaan tes frekuensi pukulan lurus
a. Karateka berdiri di depan pemegang body protector dalam posisi siap
yaitu salah satu kaki berada didepan sebagai kuda-kuda
b. Posisi badan menghadap lurus kedepan
c. Kedua tangan ditekuk dan dikepal disamping badan sebagai pertanda
siap melakukan pukulan
d. Ketika peluit ditiup karateka segera melakukan pukulan secara
berulang-ulang selama 60 detik dengan cara mengayunkan tangan
lurus ke depan mengenai sasaran.
e. Pukulan dilakukan oleh kedua tangan secara bergantian selama 60
detik
34
xxxvi
f. Data yang diambil banyaknya jumlah pukulan lurus dalam sikap
sempurna yang dapat dilakukan selama 60 detik dengan menggunakan
tangan kiri dan kanan.
g. Selanjutnya data yang diperoleh disubtitusi kedalam rumus sebagai
berikut.
t = √
Keterangan:
t = waktu
d = jarak (meter)
2 = tetapan
9,8 = tetapan percepatan gravitasi
Alat yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini
terdiri dari :
a. Peluit
b. Stopwatch
c. Alat tulis
d. Body protector
G. Teknik Analisis Data
Data terkumpul dari kedua variabel yang diteliti tersebut selanjutnya
penulis menguji dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan rumus
statistik product moment menurut Sutrisno Hadi (1988), sebagai berikut:
35
xxxvii
( )( )
* ( ) + * ( )+
Keteerangan:
RXY = Koefisien korelasi variabel x dan y
XY = Jumlah hasil kali nilai x dan y
∑X = Jumlah nilai variabel x
∑Y = Jumlah nilai variabel y
∑X² = Kuadrat nilai variabel x
∑Y² = Kuadrat nilai variabel y
N = Jumlah sampel
Mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel maka digunakan
peta korelasi menurut M. Ali (1985), sebagai berikut :
a. 0,00 – 0,20 = korelasi sangat rendah
b. O,21 – 0,40 = korelasi rendah
c. 0,41 – 0,60 = korelasi sedang
d. 0,61 – 0,80 = korelasi tinggi
e. 0,81 – 1,00 = korelasi sempurna
36
xxxviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Hasil analisis statistik deskripsi yang dimaksud adalah mean, standar
deviasi, nilai maximum dan nilai minimum dari tiap variabel penelitian. Data
statistik deskriptif dapat dilihat pada lampiran I. Adapun hasil statistik
deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1: Deskripsi Statistik Kecepatan Reaksi Lengan (X), Frekuensi
Pukulan Lurus (Y)
Variabel Mean Standar
Deviasi
Nilai
Maximum
Nilai
Minimum
X 1,86 0,43 3,09 1,01
Y 61,48 2,92 69 57
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 1 dapat diketahui:
a. Mean dari kecepatan reaksi lengan (X) adalah 1,86 sekon dengan standar
deviasi 0,43 sekon.
b. Mean dari frekuensi pukulan lurus (Y) adalah 61,48 kali dengan standar
deviasi 2,92
c. Nilai maximum kecepatan reaksi lengan adalah 3,09 sekon sedangkan nilai
minimumnya 1,01 sekon
d. Nilai maximum frekuensi pukulan lurus adalah 69 kali sedangkan nilai
minimum adalah 57 kali
37
xxxix
2. Tabel Distribusi Frekuensi dan Histogram Data Kecepatan Reaksi
Lengan
Untuk melihat distribusi frekuensi data kecepatan reaksi lengan dapat
dilihat pada tabel 2 dan grafik 1 berikut ini.
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Data Kecepatan Reaksi Lengan
Kelas
Interval
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif %
1,01 - 1,41 2 2 8
1,42 - 1,82 9 11 36
1,83 - 2,23 11 22 44
2,24 - 2,64 2 24 8
2,65 - 3,09 1 25 4
Secara grafik, distribusi frekuensi sebaran data kecepatan reaksi
lengan yang ditunjukkan pada tabel 2, dapat dilihat pada gambar grafik
berikut.
Gambar 2: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Keceapatan
Reaksi Lengan
0
2
4
6
8
10
12
1,01 - 1,41 1,42 - 1,82 1,83 - 2,23 2,24 - 2,64 2,65 - 3,09
38
xl
3. Tabel Distribusi Frekuensi dan Histogram Data Frekuensi pukulan
lurus
Untuk melihat distribusi frekuensi data frekuensi pukulan lurus dapat
dilihat pada tabel 3 dan grafik berikut ini.
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Data Frekuensi pukulan lurus
Kelas
Interval
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Kumulatif
Frekuensi
Relatif %
57 -58 4 4 16
59 - 60 8 12 32
61 - 62 4 16 16
63 - 64 5 21 20
65 -66 3 24 12
67 -69 1 25 4
Secara grafik, distribusi frekuensi sebaran data frekuensi pukulan
lurus yang ditunjukkan pada tabel 3, dapat dilihat pada gambar grafik
berikut.
Gambar 3: Histogram Sebaran Distribusi Frekuensi Data Frekuensi
pukulan lurus
0
1
2
3
4
5
6
7
8
57 -58 59 - 60 61 - 62 63 - 64 65 -66 67 -69
39
xli
4. Uji Korelasi Product Moment
Data diuji dengan menggunakan rumus korelasi produc moment. Uji
korelasi dapat dilihat pada lampiran II. Hasil uji korelasi product moment
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4: Hasil Uji Korelasi Kecepatan Reaksi Lengan (X) dengan
Frekuensi pukulan lurus (Y)
Korelasi
Variabel
Koefisien
Korelasi (r)
Koefisien
Determinasi (r²)
r tabel (0,05:25)
X dengan Y -0,68 0,46 0,396
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara
kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus (rXY) adalah sebesar
-0,68. Niai koefisien korelasi negatif bukan berati nilainya berada dibawah
nol, akan tetapi tanda min menggambarkan arah korelasi yaitu korelasi
negatif yang berarti kenaikan frekuensi pukulan lurus diikuti oleh penurunan
nilai kecepatan reaksi, karena semakin baik kecepatan rekasinya maka maka
semakin rendah perolehan nilai pada saat tes kecepatan reaksi. Untuk
mengetahui kebermaknaan hubungan kecepatan reaksi lengan dengan
frekuensi pukulan lurus, maka harga rXY yang diperoleh dibandingkan
dengan nilai tabel korelasi product moment pada taraf signifikan 0,05 dengan
jumlah sampel 25 diperoleh r tabel = 0,396.
Tanda min pada niai koefisien korelasi bukan berarti nilainya rendah
atau berada dibawah nol maka nilai rXY (-0,68) > nilai r tabel (0,396), maka
disimpulkan Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
40
xlii
kecepatan reaksi lengan dengan frekuensi pukulan lurus. Koefisien
determinasi antara kedua variabel (r²) sebesar 0,46 dengan kata lain 46%
frekuensi pukulan lurus ditentukan oleh kecepatan reaksi lengan.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecepatan reaksi
lengan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate. Dalam olahraga
karate pukulan merupakan salah satu teknik dasar yang sangat dominan
digunakan dalam pertandingan. Pukulan lurus merupakan teknik pukulan
yang dilakukan degan cara memukul kearah depan sasaran dada atau ulu hati
dengan kuda-kuda searah dengan arah pukulan. Untuk dapat melakukan
teknik pukulan lurus dengan hasil pukulan yang maksimal maka dibutuhkan
adanya unsur kondisi fisik.
Sekian banyak unsur kondisi fisik dalam meakukan pukulan salah
satunya yang dominan dibutuhkan adalah kecepatan reaksi lengan. Kecepatan
reaksi lengan yang dimaksud disini adalah kemampuan melakukan perubahan
gerak secara cepat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya guna
menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal.
Mengetahui seberapa besar hubungan kecepatan reaksi lengan dan
besarnya kontribusi kecepatan reaksi lengan terhadap frekuensi pukulan lurus
maka dibutuhkan data yang valid yang diperoleh dari hasil penelitian ilmiah.
Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara statistik
deskriptif untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, nilai maximum dan
41
xliii
nilai minimum serta statistik inferensial dengan menggunakan rumus korelasi
produckmoment untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel.
Berdasarkan analisis statistik dengan uji korelasi product moment
pada tabel 4 ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kecepatan reaksi lengan dengan kemampuan pukulan. Hal ini terlihat dari
harga rXY yang diperoleh sebesar -0,68. Nilai rXY yang diperoleh
merupakan gambaran nyata kuatnya hubungan antara kedua variabel. Jika
dilihat pada tabel korelasi maka niai krelasinya berada pada korelasi tinggi.
Besaran koefisien korelasi kecepatan reaksi lengan dengan
frekuensi pukulan lurus menggambarkan adanya korelasi yang signifikan
yang dapat dilihat dari nilai r hitung (-0,68) > r tabel (0,396) pada taraf
signifikan 0,05. Hal ini didukung oleh perolehan nilai koefisien determinasi
(r²) = 0,46, yang berarti bahwa kecepatan reaksi lengan memberikan
kontribusi terhadap frekuensi pukulan lurus sebesar 46%. Sedangkan 54%
dipengaruhi oleh unsur kondisi fisik yang lain seperti kelincahan, kekuatan,
kelanturan, power dan lain-lain.
Besarnya persentase pengaruh faktor kecepatan reaksi lengan
terhadap frekuensi pukulan lurus memberikan gambaran bahwa kecepatan
reaksi lengan merupakan salah satu unsur kemampuan fisik yang mendukung
dalam melakukan pukulan lurus sebagai pemadu gerak ketika melakukan
pukulan secara bergantian dengan kecepatan lengan bergerak berganti posisi
terhadadap arah dan posisi sasaran pukulan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Wahjoedi (2001), bahwa dalam melakukan pukulan
42
xliv
membutuhkan adanya kecepatan reaksi untuk melakukan gerakan mulai dari
adanya stimulus hingga berakhirnya respons dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya guna menghasilkan frekuensi pukulan yang optimal. Dengan
demikian jelas bahwa kecepatan reaksi lengan memiliki hubungan yang
signifikan dengan frekuensi pukulan lurus pada olahraga karate ranting
Lemkari Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur.
43
xlv
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan reaksi lengan
dengan frekuensi pukulan lurus dengan arah hubungan merupakan
korelasi negatif yang menggambarkan bahwa kenaikan nilai frekuensi
pukulan lurus diikuti oleh penurunan nilai kecepatan reaksi. Koefisien
korelasi (rXY) = -0,68 > r tabel = 0,396 dengan koefisien determinasi (r²)
= 0,46 atau 46%. Maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pukulan lurus
secara teori benar ditunjang oleh kecepatan reaksi lengan sebesar 46%.
B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan yaitu sebagai berikut.
1. Disarankan kepada para pelatih karate kiranya dalam melatih atlet
memperhatikan unsur biomotorik kecepatan reaksi lengan khususnya
dalam melatih teknik dasar pukulan.
2. Disarankan kepada peneliti lain yang relevan kiranya dapat meneliti lebih
jauh dengan melibatkan variabel-variabel lain yang berperan dalam
melakukan pukulan pada olahraga karate.
44
xlvi
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Teknis, PON XVII 2008.
Fox, EL, 1993. Sport Physiology. Third Edition, Philadelpia : LUB.
Harsuki, H. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar), PT Raja
Grafindo : Jakarta.
Ilham, HS, Aditya, Wiratama NS, 1996. Karate Untuk Pemula, CV. Gunung Mas.
Pekalongan.
Janssen, 1996.Trainng Lactate Pulse Rate, terjemahan KONI DKI Jakarta
Finlandia : Polar Elctro.
Nakayama, 1980. Keterampilan Dalam Olahraga Karate, Jakarta.
Nurhasan, 2000. Keekuatan Otot Saat berkontraksi, Jakarta
Nurhasan, 2008. Penilaian Pembelajaran Penjas, Universitas Terbuka. Jakarta.
Pearce P, 2001. Bebas Cedera Karate. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pearce, Evelyn C, 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia:
Jakarta.
Saiful, 2013. Tes Pengukuran dan Evaluasi Penjas. Kendari
Sajoto, 1995.Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Dirjen Dikti, Depdikbud,
Jakarta.
Soekarman, 1989.Materi Pokok Pendidikan Atletik (Jakarta : Depdikbud)
Soekarman, 1987. Dasar-dasar Olahraga Untuk pembina, Pelatih, dan atlet,
Jakarta: PT. Masugung
Suharno H.P. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Syaifuddin, Aip. 1996. Pendidikan Jasmani, Jakarta : Dirjendikti. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
S, Namiek. 2008. Belajar Karate Secara Sistematis, CV. Aneka Ilmu : Semarang
Suzuki, Tehnik Dasar Dalam Permainan Karate (Jakarta, 1998)
Soeharno, 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK: Yogyakarta.
Wahjoedi, 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. PT Raja Grifindo :
Jakarta.
45
xlvii
Lampiran I
Data Hasil Penelitian Kecepatan Reaksi Lengan dan Frekuensi Pukulan Lurus
(Y)
No
Kecepatan Reaksi Lengan (X1)
Frekuensi
Pukulan Lurus (Y)
Hasil Tes
Menggunakan Mistar
Dalam Satuan CM
subtitusi dalam
rumus kecepatan
reaksi (Waktu)
1 33 2,59 59
2 10 1,42 65
3 18 1,91 60
4 11 1,49 62
5 24 2,21 58
6 19 1,96 60
7 26 2,30 62
8 19 1,96 60
9 18 1,91 60
10 18 1,91 64
11 10 1,42 63
12 15 1,74 62
13 16 1,81 61
14 7 1,19 65
15 16 1,81 60
16 15 1,75 69
17 11 1,49 64
18 17 1,86 63
19 5 1,01 65
20 21 2,07 59
21 18 1,92 58
22 47 3,09 57
23 21 2,07 58
24 22 2,12 59
25 13 1,63 64
Mean 1,86
61,48
Sd 0,43
2,92
Max 3,09
69
Min 1,01
57
46
xlviii
Lampiran II
Tabel Persiapan Uji Korelasi Product Moment Kecepatan Reaksi Lengan
(X), dan Frekuensi Pukulan Lurus (Y)
No X Y X² Y² XY
1 2,59 59 6,7081 3481 152,81
2 1,42 65 2,0164 4225 92,3
3 1,91 60 3,6481 3600 114,6
4 1,49 62 2,2201 3844 92,38
5 2,21 58 4,8841 3364 128,18
6 1,96 60 3,8416 3600 117,6
7 2,3 62 5,29 3844 142,6
8 1,96 60 3,8416 3600 117,6
9 1,91 60 3,6481 3600 114,6
10 1,91 64 3,6481 4096 122,24
11 1,42 63 2,0164 3969 89,46
12 1,74 62 3,0276 3844 107,88
13 1,81 61 3,2761 3721 110,41
14 1,19 65 1,4161 4225 77,35
15 1,81 60 3,2761 3600 108,6
16 1,75 69 3,0625 4761 120,75
17 1,49 64 2,2201 4096 95,36
18 1,86 63 3,4596 3969 117,18
19 1,01 65 1,0201 4225 65,65
20 2,07 59 4,2849 3481 122,13
21 1,92 58 3,6864 3364 111,36
22 3,09 57 9,5481 3249 176,13
23 2,07 58 4,2849 3364 120,06
24 2,12 59 4,4944 3481 125,08
25 1,63 64 2,6569 4096 104,32
Jml 46,64 1537 91,48 94699 2846,63
47
xlix
Lampiran III
Uji Korelasi Product Moment Kecepatan Reaksi Lengan (X) dengan
Frekuensi Pukulan Lurus (Y)
N : 25
∑X : 46,64
∑Y : 1537
∑X² : 91,48
∑Y² : 94699
∑XY : 2846,63
rXY = ( )( )
√* ² ( )²+ * ( )²
= ( )( )( )
√* ( ) ( )²+ * ( ) ( )²
=
√* +* +
=
√( )( )
=
=
= -0,68
Koefisien determinasi (r²)
r² = 0,68² = 0,46 atau 46%
48
l
Lampiran IV
Tabel Statistik Product Moment (r)
N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan N Taraf Signifikan
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,437 55 0,266 0,345
4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317
6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306
7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296
8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286
9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270
11 0,602 0,755 35 0,334 0,43 95 0,202 0,263
12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 10 0,195 0,256
13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 12 0,176 0,230
14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 15 0,159 0,210
15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 17 0,148 0,194
16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 20 0,138 0,181
17 0,432 0,606 41 0,308 0,398 30 0,113 0,148
18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 40 0,098 0,128
19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 50 0,088 0,115
20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 60 0,080 0,105
21 0,433 0,549 45 0,294 0,38 700 0,074 0,097
22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,07 0,091
23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086
24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 000 0,062 0,081
25 0,396 0,505 49 0,281 0,364
26 0,388 0,496 50 0,279 0,361
49
li
DOKUMENTASI PENELITIAN
GAMBAR 1: SAMPEL SEDANG BERDOA
GAMBAR 2: PENELITI SEDANG MEMBERIKAN PENGARAHAN
lii
GAMBAR 3: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN PEMANASAN
GAMBAR 4: PENELITI SEDANG MEMPERAGAKAN TEKNIK TES
KECEPATAN REAKSI TANGAN
liii
GAMBAR 5: PENELITI SEDANG MEMPERAGAKAN TEKNIK
PUKULAN LURUS
GAMBAR 6: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN TES KECEPATAN
REAKSI TANGAN
liv
GAMBAR 7: SAMPEL SEDANG MELAKUKAN TES PUKULAN LURUS
GAMBAR 8: FOTO BERSAMA PELATIH
lv
lvi