Hospital Majapahit Vol 3 No 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    1/119

     

    ISSN : 2085 - 0204

    JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

    HOSPITAL

    MAJAPAHIT

    VOL 3 NO. 2Hlm.

    1 - 111

    Mojokerto

    Nopember 2011

    ISSN

    2085 - 0204

    ERFIANI MAIL

    Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II

    Di BPS Sri Wahyuni, AMd.Keb Desa Melirang Bungah

    Gresik

    NUR SAIDAH

    Perilaku Pantang Makanan Pada Ibu Nifas Di Polindes

    Desa Lebak Rejo Kecamatan Purwodadi

    Kabupaten Pasuruan 

    NURUN AYATI 

    Karakteristik Ibu Hamil Yang Mempengaruhi Keikutsertaan

    Senam Hamil Di BPS “M” Wates Magersari Mojokerto 

    SARI PRIYANTI

    Pengaruh Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Terhadap Penyakit

    Yang Menular Akibat Hubungan Seksual Di MAN Mojokerto

    SRI WARDINI

    Keterkaitan Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini Dengan

    Perdarahan Post Partum Di Rumah Sakit Kamar Medika

    Kota Mojokerto

    WIWIT SULISTYOWATI

    Teknik Menyusui Yang Benar Pada Ibu Primigravida Di Desa Gayaman

    Mojoanyar Mojokerto

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    2/119

     

    JURNAL ILMIAH KESEHATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO

    HOSPITAL MAJAPAHIT

    Media ini terbit dua kali setahun yaitu pada bulan Pebruari dan Bulan Nopember

    diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

    Politeknik Kesehatan Majapahit, berisi artikel hasil penelitian tentang kesehatan

    yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

    Pembina

    Ketua Yayasan Politeknik Kesehatan Majapahit

    Nurwidji

    Pelindung

    Direktur Politeknik Kesehatan MajapahitSarmini Moedjiarto, S.Pd., MM.Pd.

    Ketua Penyunting

    Eka Diah Kartiningrum, SKM.

    Wakil Ketua Penyunting

    Nurul Hidayah, S.Kep., Ners.

    Penyunting Pelaksana

    Dwi Helyanarti, S.Si

     Anwar Holil, M.Pd.

    Penyunting Ahli

    Prof. Dr. Moedjiarto, M.Sc.

    dr. Rahmi, S.A.

    dr. Mohammad Husin

    Sri Sudarsih, S.Kp., M.Kes.

    Henry Sudyanto, S.Kp., M.Kes.

     Abdul Muhith, MM.Kes.

    Lilis Majidah, MM.Kes.

    Distribusi

    Sunarto

    Alamat Redaksi :

    Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    Jl. Jabon – Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363

    Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,

    Email : [email protected]

    BIAYA BERLANGGANAN

    Rp. 20.000,-/Eks + Biaya Kirim

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    3/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    Vol 3. No. 2, Nopember 2011 ISSN : 2085 - 0204

    Pengantar Redaksi,

    Jurnal Hospital Majapahit volume 3 no 2 tahun 2011 ini didominasi oleh berbagai penelitian dibidangkesehatan ibu dan anak, sehingga mayoritas penulisnya adalah bidan. Kemajuan ilmu dan teknologidibidang kesehatan ibu dan anak tak lepas dari perkembangan penelitian dalam bidang kesehatankhususnya kesehatan ibu dan anak.

    Penelitian yang pertama ditulis oleh Erfiani Mail dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kala II di BPS Sri Wahyuni, Amd Keb Desa Melirang Bungah Gresik.Hasil penelitian membahas bahwa ada hubungan usia Hamil Dengan Lama Persalinan Kala II di BPSSri Wahyuni, Amd.Keb Desa Melirang, Bungah, Gresik. Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan

    lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan gangguan pada proses persalinan seperti kondisi psikologisyang kurang siap pada usia kurang dari 20 tahun, dan kondisi fisik yang cenderung menurun pada usialebih dari 35 tahun.Oleh sebab itu tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter harus selalu memberikan

     pendidikan kesehatan pada ibu hamil karena usia ibu hamil sangat berpengaruh khususnya dalam proses persalinan kala II.

    Penelitian yang kedua ditulis oleh Nursaidah dengan judul Perilaku Pantang Makanan PadaIbu Nifas Di Polindes Desa Lebakrejo Purwodadi Pasuruan. Hasil penelitian membahas bahwa adahubungan pengetahuan dengan perilaku pantang makanan pada masa nifas. Penyembuhan luka yanglambat pada ibu nifas dipengaruhi oleh perilaku pantang makanan. Oleh sebab itu disarankan ibu lebihmeningkatkan pengetahuan tentang dampak dari pantang makanan dengan cara membaca buku,

     bertanya pada tenaga kesehatan dan mengikuti seminar-seminar sehingga ibu tidak melakukan pantangmakanan untuk membantu proses penyembuhan luka. Tenaga Kesehatan meningkatkan penyuluhantentang dampak dari perilaku pantang makanan pada ibu nifas dan keluarga sehingga ibu dapatmengubah kebiasaan pantang makanan.

    Hasil penelitian yang ketiga ditulis oleh Nurun Ayati dengan judul Karakteristik Ibu Hamil

    Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Senam Hamil Di BPS M Wates Magersari Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi keikutsertaan senamhamil di BPS “M” Wates Magersari Mojokerto. Pendidikan sangat mempengaruhi pemahamanseseorang sehingga dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhikeikutsertaan ibu dalam senam hamil. Diharapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagaimasukan atau referensi bagi mahasiswa tentang senam hamil dan dapat membantu agar ibu yang tidakmengikuti senam hamil menjadi mau mengikuti senam hamil setelah membaca penelitian ini.

    Hasil penelitian yang keempat ditulis oleh Sari Priyanti dengan judul Pengaruh PengetahuanTerhadap Sikap Remaja Terhadap Penyakit Menular Akibat Hubungan Seksual di MAN Mojokerto.Penelitian ini membahas bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap sikap remaja terhadap penyakityang menular akibat hubungan seksual di MAN Mojokerto.Pengetahuan yang cukup tentang penyakit

    menular seksual akan mendorong seseorang untuk bersikap positif untuk menanggapi tentang penyakitmenular seksual.Hasil penelitian yang kelima ditulis oleh Sri Wardini dengan judul Keterkaitam Pelaksanaan

    Program Inisiasi Menyusu Dini Dengan Perdarahan Post Partum Di RS Kamar Medika KotaMojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang bermakna/signifikan antarainisiasi menyusu dini dengan kejadian perdarahan pasca persalinan, dengan Fisher’s Exact Test  secara

    SPSS didapatkan hasil = 0,000 < α = 0,05. Inisiasi menyusu dini dapat mencegah terjadinya

     perdarahan pasca persalinan. Peningkatan pengetahuan ibu hamil menjelang persalinan melalui

    komunikasi informasi edukasi (KIE) dengan membuat leaflet, brosur, poster dan buku tentang inisiasimenyusu dini. Sehingga ibu bisa kooperatif pada pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

    Hasil penelitian yang keenam ditulis oleh Wiwit Sulistyowati dengan judul Teknik MenyusuiYang Benar Pada Ibu Primipara Di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

    Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu primipara dengan teknik

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    4/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    menyusui yang benar Di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, dengan nilaikorelasi spearman’s rho 0,491 yang termasuk dalam kategori cukup erat.Banyaknya responden yang

    salah dalam melakukan teknik menyusui selain dikarenakan kurangnya pengetahuan juga banyakdipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, pekerjaan ibu primipara dalam melakukan laktasi.

    Redaksi,

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    5/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    Vol 3. No. 2, Nopember 2011 ISSN : 2085 - 0204

    Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel

    Kebijakan Editorial

    Jurnal Hospital Majapahit diterbitkan oleh Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto secara berkala(setiap 6 bulan) dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi hasil penelitian, artikel ilmiahkepada akademisi, mahasiswa, praktisi dan lainnya yang menaruh perhatian terhadap penelitian- penelitian dalam bidang kesehatan. Lingkup hasil penelitian dan artikel yang dimuat di Jurnal HospitalMajapahit ini berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan oleh Politeknik Kesehatan MajapahitMojokerto.

    Jurnal Hospital Majapahit menerima kiriman artikel yang ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

    Inggris. Penentuan artikel yang dimuat dalam Jurnal Hospital Majapahit dilakukan melalui proses blind review oleh editor Hospital Majapahit. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan pemuatartikel, antara lain : terpenuhinya syarat penulisan dalam jurnal ilmiah, metode penelitian yangdigunakan, kontribusi hasil penelitian dan artikel terhadap perkembangan pendidikan kesehatan.Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke Hospital Majapahit, tidak dikirim ataudipublikasikan dalam majalah atau jurnal ilmiah lainnya.

    Editor bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat,dan apabila dipandang perlu editor menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yangdiusulkan untuk dimuat dalam jurnal Hospital Majapahit hendaknya mengikuti pedoman penulisanartikel yang dibuat oleh editor. Artikel dapat dikirim ke editor Jurnal Hospital Majapahit denganalamat :

    Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    Jl. Jabon –  Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363

    Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,

    Email : [email protected]

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    6/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    Vol 3. No. 2, Nopember 2011 ISSN : 2085 - 0204

    Pedoman Penulisan Artikel.

    Penulisan artikel dalam jurnal kesehatan hospital majapahit yang diharapkan menjadi pertimbangan penulis.

    Format.

    1.  Artikel diketik dengan spasi ganda pada kertas A4 (210 x 297 mm).2.  Panjang artikel maksimum 7.000 kata dengan Courier  atau Times New Roman font 11 –  12 atau

    sebanyak 15 sampai dengan 20 halaman.3.  Margin atas, bawah, samping kanan dan samping kiri sekurang kurangnya 1 inchi.

    4.  Semua halaman sebaiknya diberi nomor urut.5.  Setiap table dan gambar diberi nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel atau gambar serta

    sumber kutipan.

    6.  Kutipan dalam teks menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman jika

    dipandang perlu. Contoh :a.  Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Rahman, 2003), jika disertai dengan halaman

    (Rahman, 2003:36). b.  Satu sumber kutipan dengan dua penulis (David dan Anderson, 1989).

    c.  Satu sumber kutipan dengan lebih dari satu penulis (David dkk, 1989).d.  Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (David, 1989, 1992), jika tahun publikasi

    sama (David, 1989a, 1989b).e.  Sumber kutipan dari satu institusi sebaiknya menyebutkan singkatan atau akronim yang

     bersangkutan (BPS, 2007: DIKNAS, 2006).

    Isi Tulisan.

    Tulisan yang berupa hasil penelitian disusun sebagai berikut :

    Abstrak,  bagian ini memuat ringkasan artikel atau ringkasan penelitian yang meliputi masalah penelitian, tujuan, metode, hasil, dan kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks danterdiri antara 200 sampai dengan 400 kata (sebaiknya disajikan dalam bahasa inggris). Abstrak diberi

    kata kunci (key word ) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.

    Pendahuluan, menguraikan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasanuntuk menjadi hipotesis dan model penelitian.

    Kerangka Teoritis, memaparkan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasanuntuk mengembangkan hipotesis dan model penelitian.

    Metode Penelitian, memuat pendekatan yang digunakan, pengumpulan data, definisiDan pengukuran variable serta metode dan teknik analisis data yang digunakan.

    Hasil Penelitian, berisi pemaparan data hasil tentang hasil akhir dari proses kerja teknik analisis data,

     bentuk akhir bagian ini adalah berupa angka, gambar dan tabel.

    Pembahasan, memuat abstraksi peneliti setelah mengkaji hasil penelitian serta teori  –   teori yangsudah ada dan dijadikan dasar penelitian.

    Daftar Pustaka, memuat sumber-sumber yang dikutip dalam artikel, hanya sumber yang diacu sajayang perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    7/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    Jurnal :

    Berry, L. 1995. “ Ralationship Marketing of Service Growing Interest, Emerging Perspective”. Journal

    of the Academy Marketing Science. 23. (4) : 236 –  245.

    Buku :Asnawi SK dan Wijaya C. 2006.  Metodologi Penelitian Keuangan, Prosedur, Ide dan Kontrol .Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Artikel dari Publikasi Elekronik :

    Orr. 2002. “ Leader Should do more than reduce turnover”. Canadian HR Reporter. 15, 18,ABI/INFORM Research. 6 & 14 http://www.proquest.com/pqdauto[06/01/04].

    Majalah :

    Widiana ME, 2004. “ Dampak Faktor-Faktor   Pemasaran Relasional dalam Membentuk Loyalitas Nasabah pada Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi. Tahun XIV. (3) : 193-209.

    Pedoman :Joreskog and Sorbom. 1996. Prelis 2 : User’s Reference Guide, Chicago, SSI International. 

    Simposium :

    Pandey. LM. 2002. Capital Structur and Market Power Interaction : evidence from Malaysia, in ZamriAhmad, Ruhani Ali, Subramaniam Pillay. 2002.  Procedings for the fourt annual Malaysian Finance Assiciation Symposium. 31 May-1. Penang. Malaysia.

    Paper :

    Martinez and De Chernatony L. 2002. “The Effect of Brand Extension Strategies Upon Brand Image”.Working Paper. UK : The University of Birmingham.

    Undang-Undang & Peraturan Pemerintah :

    Widiana ME, 2004. “ Dampak Faktor-Faktor   Pemasaran Relasional dalam Membentuk Loyalitas Nasabah pada Bisnis Asuransi”. Majalah Ekonomi. Tahun XIV. (3) : 193-209.

    Skripsi, Thesis, Disertasi :

    Christianto I. 2008.  Penentuan Strategi PT Hero Supermarket Tbk, Khususnya pada KategoriSupermarket di Kotamadya Jakarta Barat berdasarkan Pendekatan Analisis Konsep Three Stage Fred R. David  (Skripsi). Jakarta : Program Studi Manajemen, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia.

    Surat Kabar :

    Gito. 26 Mei 2006. Penderes. Perajin Nira Sebagian Kurang Profesional. Kompas: 36 (Kolom 4-5).

    Penyerahan Artikel :

    Artikel diserahkan dalam bentuk compact disk (CD) dan dua eksemplar cetakan kepada :

    Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    Jl. Jabon –  Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363

    Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,

    Email : [email protected] 

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    8/119

      HOSPITAL MAJAPAHIT 

    Vol 3. No. 2, Nopember 2011 ISSN : 2085 - 0204

    DAFTAR ISI

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA KALA II

    DI BPS SRI WAHYUNI, AMD.KEB DESA MELIRANG BUNGAH GRESIK .............. 1

    Erfiani MailDosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    PERILAKU PANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS DI POLINDES

    DESA LEBAK REJO KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PASURUAN ........ 20

    Nur SaidahDosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MEMPENGARUHI KEIKUTSERTAAN

    SENAM HAMIL DI BPS “M” WATES MAGERSARI MOJOKERTO ............................ 38

    Nurun AyatiDosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP SIKAP REMAJA TERHADAP

    PENYAKIT YANG MENULAR AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL

    DI MAN MOJOKERTO ....................................................................................................... 54

    Sari Priyanti

    Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    KETERKAITAN PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI

    DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT KAMAR MEDIKA

    KOTA MOJOKERTO ........................................................................................................... 79

    Sri WardiniDosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU PRIMIGRAVIDA

    DI DESA GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO ...................................................... 95

    Wiwit Sulistyowati

    Dosen Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto

    Jl. Jabon –  Gayaman KM. 2 Mojokerto 61363

    Telepon (0321) 329915 Fax (0321) 331736,

    Email : [email protected] 

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    9/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    1

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA KALA II

    DI BPS SRI WAHYUNI, Amd.Keb. DESA MELIRANG BUNGAH

    GRESIK

    Erfiani Mail

    ABSTRAK

    Usia ibu hamil terhadap kala II persalinan sangat berpengaruh seperti lamanya tahapan kaladua (proses pengeluaran bayi). Pada usia hamil kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun juga akanterhambat pada penurunan fungsi hormon kewanitaan, karena pada usia tersebut hormon perempuanmengalami penurunan fungsional karena sudah melewati masa puncaknya, yaitu usia 20-30 tahun.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan lamakala II di BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb Desa Melirang, Bungah, Gresik.

    Rancang bangun penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan retrospective. Variabel

     penelitian ini adalah usia ibu hamil dan lama persalinan kala II. Responden berjumlah 25 respondenyang diambil dengan teknik convinience samping dari seluruh populasi rata-rata perbulan 32responden. Penelitian dilakukan pada tanggal 01 Juni  –  01 Juli 2010. Instrumen pengumpulan datamenggunakan check list yang diambil langsung dari responden, kemudian dianalisa menggunakan uji fisher exact test  dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

    Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara usia ibu hamil dengan lama kala II didapatkan data bahwa lebih dari 50% responden berada dalam usia resiko tinggi kehamilan yaitu 15responden (60%) dan lebih dari 50% responden mengalami persalinan kala II tidak normal yaitu 14responden (56%).

    Hasil uji fisher’s exact test  didapatkan nilai probabilitas hasil perhitungan (ρ) = 0,049 > 0,05

     berarti Ho di tolak sehingga ada hubungan usia Hamil Dengan Lama Persalinan Kala II di BPS SriWahyuni, Amd.Keb Desa Melirang, Bungah, Gresik.

    Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkangangguan pada proses persalinan seperti kondisi psikologis yang kurang siap pada usia kurang dari20 tahun, dan kondisi fisik yang cenderung menurun pada usia lebih dari 35 tahun.

    Tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter harus selalu memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil karena usia ibu hamil sangat berpengaruh khususnya dalam proses persalinan kala II.

    Kata Kunci : usia ibu hamil, lama kala II

    A.  PENDAHULUAN.

    Persalinan dan kelahiran adalah kejadian fisiologis yang normal yang mana kelahiranseorang bayi merupakan peristiwa social yang dinantikan ibu dan keluarga selama 9 bulan.

    Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Sarwono, 2002:100).

    Kondisi psikis yang tidak sehat dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak

     berjalan lancar sehingga kemungkinan oprasi sesar lebih besar. Usia ibu hamil terhadap kala II persalinan sangat berpengaruh seperti lamanya tahapan kala dua (proses pengeluaran bayi).Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena belum siap secara fisikmaupun psikis .Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turunkejalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

    kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) ,lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Pada usiahamil kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun juga akan terhambat pada penurunan fungsi

    hormon kewanitaan, karena pada usia tersebut hormon perempuan mengalami penurunanfungsional karena sudah melewati masa puncaknya, yaitu usia 20-30 tahun (Prianggoro, 2009).

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    10/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    2

    Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua dapat menyebabkan resiko tinggi padakehamilannya. Hasil penelitian di Indonesia sampai saat ini menunjukkan, kebanyakan anakyang lahir dari ibu yang hamil di atas 40 tahun, persentase untuk menderita kelainan kongenitalmakin besar. (Prianggoro, 2010). Jumlah ibu hamil risiko tinggi di Jatim tahun 2005 sebesar

    6.325, dengan ibu hamil yang dirujuk sebanyak 617 (9,75%). Sementara itu target IndonesiaSehat 2010 untuk ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk sebesar 100% (Depkes, 2008). Dampaklanjut dari resiko tinggi kehamilan adalah dapat menyebabkan tingginya angka kematian ibu(AKI) (Prianggoro, 2010).

    Laporan Pembangunan Manusia tahun 2009 menyebutkan angka kematian ibu diMalaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per 100ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100 ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100 ribukelahiran hidup. Padahal, tahun 2005 itu angka kematian ibu masih berkisar di angka 307 per100 ribu kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang belumlama merdeka, yang memiliki angka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup (Farmacia,2010).

    Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi di Jawa Timur di tahun 2009 menurun. Untuk

    kematian bayi berdasarkan data Dinas Kesehatan tahun 2007, sebanyak 854 ribu kematian atausekitar 35 persen 1.000 bayi meninggal per tahun. Angka ini menurun menjadi 32,8 persen ditahun 2009 atau 246 ribu bayi meninggal. Tahun 2014, angka kematian bayi ditarget turun 26 persen. Sementara untuk AKI, selama 2009 sebanyak 260 ribu ibu meninggal setiap 10.000kelahiran per tahun. Angka ini menurun dibanding 2007, yakni 320 ribu ibu meninggal setiap10.000 kelahiran per tahun.

    Menurut dr. Sri Hermiyanti, penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 28%,eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5%, dan lain-lain (SKRT 2001). Sedangkanmenurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalahgangguan pernapasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainandarah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5%,kelainan kongenital 18,1%, pnumonia 15,4%, prematuritas dan BBLR 12,8%, dan RDS 12,8%.Oleh karena itu, upaya penurunan AKB dan AKI perlu memberikan perhatian yang besar padaupaya penyelematan bayi baru lahir dan penanganan penyakit infeksi (diare dan pneumonia)(Dinkes, RI, 2010).

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26-28 April 2010 diBPS Sri Wahyuni, Amd.Keb Desa Melirang, Bungah, Gresik didapatkan data ibu hamilsebanyak 40 ibu hamil. Hasil observasi studi awal didapatkan sebanyak 5 ibu bersalin, 3 diantaranya (60%) berusia antara 20-35 tahun, 2 ibu bersalin lainnya (40%) berusia kurang dari20 tahun. Dari 3 ibu bersalin yang berusia antara 20-35 tahun di dapatkan hasil 2 orang

    (66,67%) mengalami persalinan kala II nya normal dan sisanya 1 orang (33,33%) mengalamikala II yang lama. 2 ibu bersalin yang berusia kurang dari 20 tahun, semuanya (100%)mengalami kala II yang lama.

    Menurut Dr. Seno (2009) Semakin bertambah usia, semakin sulit hamil karena sel teluryang siap dibuahi semakin sedikit. Selain itu, kualitas sel telur juga semakin menurun. Itusebabnya, pada kehamilan pertama di usia lanjut, risiko perkembangan janin tidak normal dantimbulnya penyakit kelainan bawaan juga tinggi, terutama sindroma Down. Meningkatnya usia juga membuat kondisi dan fungsi rahim menurun. Salah satu akibatnya adalah jaringan rahimtak lagi subur. Padahal, dinding rahim tempat menempelnya plasenta. Kondisi ini memunculkankecenderungan terjadinya plasenta previa atau plasenta tidak menempel di tempat semestinya.Selain itu, jaringan rongga panggul dan otot-ototnya pun melemah sejalan pertambahan usia.Hal ini membuat rongga panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi komplikasi yang

     berat, seperti perdarahan. Pada keadaan tertentu, kondisi hormonalnya tidak seoptimal usiasebelumnya. Itu sebabnya, risiko keguguran, kematian janin, dan komplikasi lainnya jugameningkat.

    Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisi fisik belum 100% siap. Kehamilan dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angka kematian ibu

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    11/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    3

    dan janin 4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30 tahun. Beberaparisiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungannaiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. ―Bisa jadi secara mental pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di

    luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubunganseks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun ini (Seno, 2009).

    Penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau pemeriksaan kehamilansecara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Jugahiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol, dll),serta makan makanan yang bergizisesuai kebutuhan anda selama kehamilan (Suririnah, 2007).

    B.  TINJAUAN PUSTAKA.

    1.  Konsep Usia Ibu Hamil

    a.  Fenomena ibu hamil berdasarkan usia

    Menurut Lestariningsih (2009:1) yang mengutip pernyataan Seno Adjie, SpOG.,

    ahli kebidanan dan kandungan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. World Health Organisation (WHO) memberikan rekomendasi untuk usia yangdianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Tapimengingat kemajuan teknologi saat ini, sampai usia 35 tahun masih bolehlah untuk hamil.

    Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisifisik belum 100% siap. Kehamilan dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angkakematian ibu dan janin 4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30 tahun. Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahunadalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. Bisa jadisecara mental pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakandiri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kankerleher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun.Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi. ―Dikurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya,sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan di atas usia 40 tahun.

    b.  Hamil di usia 20-an

    Menurut AyahBunda (2010:1) hamil di usia ini secara fisik, memiliki banyakkeuntungan. Hanya secara psikologis, emosi calon ibu terkadang masih fluktuatif.1)  Kondisi Fisik

    a)  Elastisitas panggul masih bagus. b)  Rahim dalam kondisi prima.c)  Risiko keguguran kecil karena sel telur relatif muda dan kuat meski di trimester

     pertama.d)  Kualitas sel telur yang baik memperkecil kemungkinan bayi lahir cacat akibatketidaknormalan jumlah kromosom.

    e)  Fisik masih cukup kuat.2)  Kondisi psikologis

    a)  Punya cukup waktu untuk aktif mengasuh dan membesarkan anak. b)  Berani mencoba hal-hal baru atau bereksperimen dengan cara baru.c)  Merasa ada penghambat ambisi dan pencapaian karir.d)  Ingin punya anak, tapi belum tentu menyukai fase kehamilan. Beberapa calon ibu

    menampilkan reaksi emosi yang negatif selama kehamilan akibat cemasmenghadapi persalinan dan kondisi fisik yang tidak menyenangkan.

    e)  Suasana hati lebih fluktuatif karena masih bimbang dalam memutuskan sesuatu

    dan secara mental harus mempersiapkan diri menjadi ibu

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    12/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    4

    c.  Hamil di usia 30-an

    Menurut AyahBunda (2010 :1) memasuki usia 35, secara fisik wanita mengalamimasa ovulasi yang tidak teratur sehingga kesehatan reproduksi menurun. Namun secaramental, lebih siap menjadi ibu.

    1) 

    Kondisi fisika)  Memasuki usia 35, kesehatan reproduksi menurun, kesempatan untuk hamil

    tinggal 15%. Karena jarak antarmasa ovulasi menjauh, atau masa ovulasi tidakteratur.

     b)  Karena kondisi kesehatan menurun, maka kualita sel telur pun menurun. Inimeningkatkan risiko keguguran, serta kelainan/cacat bawaan pada janin akibatkelainan kromosom.

    c)  Merupakan masa transisi, hamil perlu kondisi tubuh dan kesehatan, termasuk gizidalam keadaan baik.

    d)  Mulai muncul berbagai keluhan kesehatan saat hamil, seperti tekanan darah tinggidan diabetes yang sering mempengaruhi proses persalinan. Faktor inilah yangmenyebabkan persalinan di usia 30-an cenderung lebih sering dilakukan melalui

    operasi Caesar.2)  Kondisi psikologis

    a)  Karena memang ingin hamil makan lebih menghayati kehamilannya. b)  Karena paham tentang kondisi fisiknya, ia jadi lebih cemas.c)  Lebih siap mental untuk menjadi ibu, hamil dan melahirkan maupun mengakses

     berbagai sumber informasi tentang kehamilan.d)  Emosi sudah lebih stabil dan matang. Kondisi finansial yang lebih mantap,

    mengungtunkan ayah, bunda, dan bayi. Karena jumlah anak yang dimiliki biasanya sedikit, bahkan tak jarang menjadi anak tunggal.

    d.  Hamil di usia 40-an

    Menurut AyahBunda (2010:1) meski emosi sudah jauh lebih stabil, kualitaskromosom tidak sebaik usia muda, sehingga risiko melahirkan anak dengan cacat fisik ataumental akan lebih besar.1)  Kondisi fisik

    a)  Kualitas kromosom tidak sebaik di usia muda. Maka risiko melahirkan anakdengan cacat fisik atau mental aan lebih besar.

     b)  Elastisitas panggul makin berkurang yang menyebabkan kesulitan saatmelahirkan.

    c)  Rongga panggul dan otot-ototnya melemah sehingag tidak mudah lagimenghadap komplikasi yang berat seperti pendarahan.

    d)  Sebagian besar persalinan dilakukan dengan operasi Caesar.e)  Kualitsa sel telur tidak bagus lagi, bisa menyebabkan cacat bawaan bayi.f)  Rentang usia pengasuhan anak tidak panjang. Misalnya: ibu punya bayi di usia

    43, saat anak remaja, usia ibu sudah masuk usia punya cucu.g)  Kemungkinan melahirkan bayi dengan sindroma down 1:100 pada perempuanyang pertama kali melahirkan di usia 40-45, dan 1:40 bila Anda berusia 45 tahunke atas saat pertama kali melahirkan.

    2)  Kondisi Psikologisa)  Merasa aman karena karir dan finansial sudah mapan. b)  Emosi sudah jauh lebih stabil.c)  Bersikap overprotective karena merasa inilah satu-satuanya kesempatan untuk

     punya anak dan mengasuh anak secara overtreatment.

    d)  Kesiapan ayah dan bunda untuk menjadi orangtua mempengaruhi reaksi emosiselama kehamilan. Misalnya besarnya harapan akan kehamilan menimbulkankecemasan kondisi bayi serta proses kelahiran.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    13/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    5

    e)  Kelelahan akibat perubahan kondisi dan hormonal postpartum serta kondisi fisiksecara umum pad aibu usia 40-an, merupakan tekanan yang beasar bagi ayah dan bunda.

    e.  Resiko Kehamilan Di Usia Muda

    Menurut Handayani (2006:1) risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis,umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan".Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik.Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih besar.

    Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi remaja putriseperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak janin.Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan kehamilan/preeklamsia dankelainan letak ari-ari (plasenta previa) yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan.

    Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisien asam folat dalamtubuh. "Akibat kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada ibu yanghamil di usia tua karena biasanya mereka sudah mempersiapkan kehamilan dengan baik.Selain itu, konsumsi gizinya pun cukup karena kehidupan yang sudah mapan

    f. 

    Resiko Kehamilan Di Usia Tua

    Menurut Handayani (2006:1) Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada premigravida tua hampir mirip pada premigravida muda. Hanya saja, karena faktorkematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan berkurang pada premigravida tua. Misalnya menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan kekuranganasam folat. Risiko kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudahmatang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam premigravidatua justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudahmenurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia.

    Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan sindromdown pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan kelainan kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia 30 tahunkemungkinan adanya sindrom down hanya 1:1600, tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dandi usia 40 tahun menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan perubahankromosom akibat usia ibu yang semakin tua.

    g.  Deteksi dan pencegahan kehamilan di usia rawan

    Menurut Soelaeman (2006) semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usiarawan sudah bisa dideteksi. Sebagian malah dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat

    sehingga mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah, misalnya bisadiukur dan diobati sehingga dapat mencegah terjadinya preeklamsia. Kasus plasenta previa juga dapat ditangani dengan bedah sesar "Jadi sebagian kelainan bisa dikoreksi. Sebagianlagi bisa dipantau dengan ketat dan yang lain bisa diatasi dengan melakukan tindakan untuk pertolongan‖. 

    Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya cara untukmeminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi sehat. Namun menurutIndra, kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening darah dan USG pada kehamilandini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan amniosentesis atau mengambil

    contoh jaringan janin untuk dilihat kromosomnya. "Jika janin terbukti menderita downsyndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada suami-istri. Apa yang akan terjadi,apa yang bisa dilakukan oleh dokter, apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila

    diteruskan bagaimana risikonya dan lainnya.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    14/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    6

    h.  Hal-hal yang harus dilakukan pada kehamilan di usia berisiko

    Menurut Soelaeman (2006:1) agar risiko berkurang, ada beberapa hal yangsebaiknya dilakukan ibu jika hamil pertama di usia rawan, yaitu:1)  Konsultasikan kehamilan pada ahlinya karena ibu yang hamil di usia rawan

    memerlukan pengawasan khusus selama kehamilan dan pada proses persalinan.Sebaiknya ibu ditangani dokter spesialis dan bukan bidan atau dokter umum. Bilakondisi tidak memungkinkan, setidaknya ibu pernah satudua kali berkonsultasi dengandokter spesialis agar mendapat pemeriksaan yang khusus dan teliti, seperti pemeriksaan panggul, tekanan darah dan pemeriksaan USG.

    2)  Proses persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memenuhistandar. "Rumah sakit yang tidak memiliki NICU (Neonatal Intensive Care Unit) tentutak dapat memberikan fasilitas yang memadai bagi bayi yang lahir prematur. Padahalrisiko ini bisa terjadi pada ibu yang hamil di usia rawan. Sarana dan prasarana yang baik juga berguna bila terjadi suatu kelainan pada proses persalinan, umpamanya, ibumengalami perdarahan. "Bila di tempat ibu melahirkan tidak tersedia transfusi darah, bukankah berbahaya?"

    3) 

    Berkonsultasi dengan ahli gizi. Terutama untuk ibu yang hamil di usia sangat muda.Umumnya, pengetahuan kehamilan yang dimiliki masih kurang sehingga polamakannya pun tidak baik. Jadi bukan tak mungkin, walau hamil dia tetapmengonsumsi junk food, misalnya. Di sinilah ahli gizi berperan membimbing polamakannya agar menjadi lebih baik. Sedangkan ahli gizi pada premigravida tua tidak begitu diperlukan karena ibu di usia ini biasanya sudah sadar akan gizi yang baik. Polamakan yang baik dapat menghindari anemia, hipertensi dan diabetes pada ibu hamil.

    4)  Lakukan tes amniosentesis pada awal kehamilan bagi wanita berusia 35 tahun ataulebih pada kehamilan pertama untuk menemukan kemungkinan sindrom down danabnormalitas kromosom lain.

    5)  Penuhi konsumsi 0,4 miligram asam folat setiap hari selama 3 bulan sebelumkehamilan (pada kehamilan yang direncanakan). Bila tidak, asam folat bisa diberikan pada 3 bulan pertama kehamilan untuk mengejar ketinggalan kebutuhannya.

    6)  Jangan lupa lakukan aktivitas untuk menjaga kondisi fisik selama hamil. Senam hamil pun sangat disarankan untuk mempelancar proses persalinan.

    7)  Selalu berdo‘a dan berpasrah kepada kekuasan-Nya.

    2.  Konsep Dasar Persalinan

    a.  Pengertian Persalinan

    Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

    uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2006:180).Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

    uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup

     bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Wiknjosastro, 2007:37)b.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses PersalinanMenurut Muhimah (2010:70-72) banyak faktor yang meningkatkan risiko seorang

    wanita hamil untuk mengalami hal di atas, di antara faktor tersebut adalah:1)  Faktor ibu

    Peranan seorang ibu sangat penting dalam menentukan kelancaran proses persalinan. Oleh karena itu dianjurkan bagi setiap wanita hamil untuk mempersiapkan proses ini dengan sebaik-baiknya. Faktor ibu yang menentukan kelancaran proses persalinan antara lain:

    a)  Umur saat kehamilan b)  Pendidikan ibuc)  Pengetahuan ibu terkait kesehatan ibu hamil

    d) 

    Status gizi ibu selama masa kehamilane)  Kondisi fisik dan psikologis selama hamil dan persalinan

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    15/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    7

    2)  Faktor Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan melahirkan memberikan kontribusi

    yang cukup besar terhadap keberlangsungan proses persalinan yang aman. Pada beberapa pusat pelayanan kesehatan tertentu sudah tersedia pelayanan khusus bagi ibu

    hamil (antenatal care) dan melahirkan ( prenatal care). Beberapa faktor pelayanankesehatan yang berkontribusi, yaitu:a)  Tenaga atau petugas kesehatan yang terlatih (bidan, dokter), b)  Fasilitas pelayanan dan perlengkapan kesehatan, danc)  Prosedur penanganan persalinan oleh institusi pelayanan kesehatan

    3)  Faktor LingkunganLingkungan yang mendukung saat proses kehamilan memberi efek terhadap

    kondisi psikologis ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Faktor tersebut,antara lain:a)  Sikap tenaga kesehatan. b)  Dukungan keluarga selama proses kehamilan dan persalinan.c)  Kehadiran suami saat proses persalinan.

    d) 

    Situasi, kondisi, dan suasana tempat saat persalinanc.  Faktor-faktor penting yang mendukung dalam persalinan

    1)   PowerTenaga untuk melahirkan yaitu kontraksi atau his dan tenaga mengejan ibu.

    Fisiologi otot polos telah diteliti dengan baik selama tahun 1960-an dan ketersediaanoksitosin juga menabah stimulus lebih lanjut. Dan ―3P‖, power adalah satu-satunyayang tidak dipengaruhi oleh tindakan operasi dan morbiditas (angka kesakitan) serta(angka kematian) akibat pembedahan tersebut (Henderson, 2006:282).

    2)   PassageJalan kelahiran yang terdiri dari rangka panggul, uterus dan vagina. Sejalan

    dengan waktu, patologi pelvis akibat buruknya nutrisi pada masa kanak-kanak danremaja menyebabkan bertambahnya deformasi panggul, sehingga mengakibatkan berkurangnya dimensi panggul secara jelas. Akibatnya adalah disproporsi sefalo- pelvis (cephalo-pelvic disproportion, CPD) (Henderson, 2006:282).

    3)   PassangerAnak, air ketuban, dan plasenta sebagai isi dari uterus yang akan dilahirkan.

    Derajat fleksi atau defleksi memengaruhi dimensi presentasi. Fleksi dan rotasididorong oleh geometnis kepala dan pelvis yang relatif serta oleh tenaga yang efektif.Karena dahulu kita tidak memiliki kontrol terhadap Kondisi ini, maka masalahmenjadi terbiasa dikonsentrasikan pada cara manipulasi tenaga ketika mekanisme

     persalinan mengalami penundaan (Henderson, 2006:282).4)   Psikis

    Kontraksi rahim memang menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada ibu

    hamil. Rasa sakit karena kontraksi otot rahim sangat individual, tidak hanyatergantung pada keadaan normal orangnya. Perasaan takut dapat menimbulkanketegangan sehingga dapat menyebabkan gangguan his. Dukungan keluarga akanmembuat ibu lebih tenang sehingga persalinan dapat berlangsung lancar (Gulardi,2004:3-5).

    5)   PenolongSebagian besar penolong akan memimpin persalinan dengan mengintruksikan

    untuk menarik nafas panjang dan meneran,segera setelah pembukaan lengkap.Biasanya ibu di bimbing untuk meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih,3

    sampai 4 kali perkontraksi (Gulardi, 2004:3-5).6)   Posisi ibu

    Wanita mungkin ingin melakukan beberapa posisi seperti jongkok. Untuk

     posisi ini dibutuhkan alas yang keras dan wanita membutuhkan penyangga samping.Pada ranjang bersalin,tersedia palang untuk membantu wanita berjongkok. Posisi yang

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    16/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    8

    lain adalah posisi berbaring miring dengan tungkai diatas ditahan oleh perawat atau pemimpin persalinan atau diletakkan diatas banta. Sebagian wanita menyukai posisifowler,sebagaian yang lain menyukai posisi tangan dan lutut atau posisi berdiri saatmengedan.(Bobak, 2004:334).

    d. 

    Tanda-tanda dan gejala persalinan1)  Tanda Permulaan Persalinan

    Pada permulaan persalinan/kata pendahuluan ( preparatory stage of labor )yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tandasebagai berikut:a)  Lightening atau setting/deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul

    terutama pada primigravida. b)  Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.c)  Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian

    terbawah janin.d)  Perasaan sakit di perut dan di pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan

    tertekannya  fleksus frankenbauser   yang tenletak pada sekitar serviks (tanda

     persalinan false-false labour pains).e)  Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.f)  Terjadi pengeluaran lendir, di mana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa

     bercampur darah (bloody show)2)  Tanda-Tanda in partu

    a)  Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teraturdengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

     b)  Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.

    c)  Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.d)  Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks: perlunakannnya,

     pendataran, dan tenjadinya pembukaan serviks.(Muhimah, 2010:66-67).

    e.  Pembagian Tahap Persalinan

    1)  Kala IPartus di mulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang

     bersemu darah (blody sow). Proses pembukaannya serviks sebagai akibat his dibagidalam 2 fase :a)  Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

    mencapai ukuran 3 cm.

     b)  Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase :(1)  Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.(2)  Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

    cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.(3)  Fase deselerasi : Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

    2)  Kala IIPada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit

    sekali. Karena biasanya dalam hal mi kepala janin sudah masuk di ruang panggul,maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang. secara reflektorismenimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus

    membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalamvulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidakmasuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin

    dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    17/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    9

    anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan padamultipara rata-rata 0,5 jam (Muhimah, 2010:69).a)  Perubahan fisiologis kala II

    Persasuhan alinan Kala II (kala pengeluaran) dimulai dan pembukaan

    lengkap (10 cm) sampai bayi lahir :(1)  His menjadi lebih kuat dan lebih sering => faetus axis pressure(2)  Timbul tenaga untuk meneran(3)  Perubahan dalam dasar panggul(4)  Lahirnya fetus (Asri, 2010:61)

     b)  Respons fisiologis kala II(1)  Sistem cardivaskuler

    (a)  Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlahdarah dalam sirkulasi ibu meningkat

    (b)  Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat(c)  Saat mengejan => cardiac output  meningkat 40-50%(d)  TD sistolik meningkat rata-rata 15mm Hg saat kontraksi

    (e) 

    Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah(f)  Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi

    dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius(2)  Respirasi

    (a)  Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler: Konsumsi oksigenmeningkat

    (b)  Percepatan pematangan surfaktan ( fetus- labor speeds  maturation of surfactant ) Penekanan pada dada selama proses persalinanmembersihkan paru-paru janin dan cairan yang berlebihan

    (3)  Pengaturan suhu(a)  Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu(b)  Keseimbangan cairan   kehilangan cairan meningkat oleh karena

    meningkatnya kecepatan dan kedalarnan respirasi restriksi cairan(4)  Urinaria

    (a)  Perubahan(i)  Ginjal memekatkan urine(ii)  Berat jenis meningkat(iii)  Ekskresi protein trace

    (b)  Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencingmenurun

    (5)  Musculoskeletal(a)  Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang(b)  Fieksibilitas pubis meningkat

    (c) 

     Nyeri punggung(d)  Janin   tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksimaksimal

    (6)  Saluran cerna(a)  Praktis inaktif selama persalinan(b)  Proses pencernaan dan pengosongan lambung memanjang

    (7)  Sistem Syaraf(a)  Janin   kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin   DJJ

    menurun

    c)  Respons psikologis kala II(1)   Emotional distress(2)   Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi => cepat marah

    (3) 

    lemah(4)  takut

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    18/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    10

    (5)  Kultur (Respons terhadap nyeri, Posisi, Pilihan kerabat yang mendampingi,Perbedaan kultur harus diperhatikan) (Asri, 2010:61)

    d)  Kebutuhan dasar selama persalinanPeran Petugas Kesehatan adalah memantau dengan seksama dan

    memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, bagi segi/perasaan maupunfisik, seperti:(1)  Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:

    (a)  Mendampingi Ibu agar merasa nyaman(b)  Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu

    (2)  Menjaga kebersihan diri:(a)  Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dan infeksi(b)  Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan

    (3)  Kenyamanan bagi ibu(a)  Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan/ ketakutan

    ibu, dengan cara:(b)  Menjaga privasi ibu

    (c) 

    Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan(d)  Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu(e)  Mengatur posisi ibu.(f)  Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih

    sesering mungkin (Asri, 2010:63)e)  Tanda bahaya kala II

    (1)  Tanda bahaya bagi janin(a)  Takikardia(b)  Bradikardia(c)  meconium staining(d)  Deselerasi(e)  Hiperaktif(f)

     

    Asidosis(2)  Tanda-tanda bahaya pada ibu

    (a)  Perubahan tekanan darah(b)  Abnormalitas nadi(c)  Abnormalitas kontraksi(d)  Cincin retraksi patologis(e)  Abnormalitas kontur perut bawah(f)  Gelisah atau kesakitan (Asri, 2010:63-64)

    3)  Kala IIISetelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.

    Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dan

    dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dankeluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta dengan pengeluaran darah.

    4)  Kala IVKala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan

     postpartum (Henderson, 2006:287).

    f.  Masalah selama persalinan

    Menurut Henderson (2006:317-322) beberapa masalah dapat terjadi selama masa persalinan diantaranya adalah :

    1)  Kegagalan kemajuan dalam persalinanTidak ada peraturan yang tegas dan cepat berkenaan dengan waktu

     pelaksanaan intervensi untuk mengintervensi persalinan yang tidak mengalami

    kemajuan.2)  Pelahiran dengan operatif dengan instrumen

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    19/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    11

    Jika dibuat keputusan untuk melahirkan bayi dengan menggunakan forsepvakum, seksio sesarea maka bidan berada dalam posisi yang ideal untuk memastikan bahwa ibu mengetahui prosedur yang akan dijalani dan kira-kira berapa lama prosedurtersebut akan berlangsung.

    3) 

    Distosia bahuDistosia bahu adalah kegawatan obstetrik yang jarang terjadi dengan angka

    kejadian 0,1-0,38% (Resnick, 1980) yang meningkat sampai 0,9% (Omu etal. 19950dan 1,4% (Nocon et al) pada semua kelahiran pervaginam

    4)  Retensi plasentaPlasenta umumnya dianggap tertahan jika ia tidak keluar dalam 1 jam setelah

    kelahiran bayi, walaupun beberapa pendapat dapat menyebutkan batasan waktu yanglebih pendek sehingga kala tiga telah ditangani secara aktif

    5)  Perdarahan pasca partumKehilangan darah lebih dari 500 ml dikatakan sebagai perdarahan pasca-

     partum. Perhitungan darah yang hilang pada saat kelahiran terkenal tidak akurat.

    g.  Tindakan Sewaktu Persalinan Dimulai

    Penting untuk pertama kali diketahui, bahwa sensasi ini merupakan sakit pinggangatau ketidaknyamanan perut. Yang mengherankan, betapa banyak wanita yang tidak percaya bahwa mereka dalam keadaan persalinan karena hanya itu yang mereka rasakan.Sulit memberikan batas yang mutlak tentang saat masa pertama kali memasuki persalinan.Variasi utama dalam urutan frekuensi kejadian yang tersering adalah:1)  Show yang tampak sebagai awal haid, sering Setelah permintaan buang air besar pada

    saat yang tidak biasa. Hal ini biasa datang beberapa hari sebelum persalinan dimulaidalam keadaan normal atau setelah kejadian di bawah ini.

    2)  Sensasi sakit pinggang seperti sekitar waktu mulainya haid, yang kadang hilang dantimbul, biasanya dalam interval yang teratur. Ia bias dating lebih cepat atau lebihlambat serta bias segera setelah ―show‖. Perasaan ini dapat disertai dengan pengerasanrahim yang dapat diraba dengan meletakkan tangan di atas dinding perut.

    3) 

    Pecahnya selaput ketuban (kantong tempat bayi hidup dalam rahim) dengan pancaranatau cucuran cairan yang bukan air seni. Peristiwa ini hanya terjadi dalam persentasesebagian kecil wanita, karena biasanya selaput ketuban pecah kemudian dalam persalinan (Muhimah, 2010:68).

    h.  Lama persalinan

    Tabel 1. Perbedaan Lama Persalinan Antara Primigravida Dan Multigravida

    Tahap Persalinan Primigravida Multigravida

    1.  Kala I

    2.  Kala II3.  Kala III4.  Kala IV

    5. 

    Jumlah (tanpa memasukkan kalaIV yang bersifat observasi)

    10-12 jam

    1,5 jam10 menit

    2 jam

    10-12 jam

    6-8 jam

    0,5 jam10 menit

    2 jam

    7-10 jam

    Sumber : (Hanifa, 2005:182 )

    Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau persalinan tidakakan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk kefasilitasrujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam meneran (Azwar,2007:83).

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    20/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    12

    3.  Kerangka Konseptual.

    Sumber : Modifikasi Henderson (2006) dan Lestariningsih (2009)

    Keterangan :

    : diteliti

    : tidak ditelitiGambar 1. Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama

    Kala II DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik

    C.  METODE PENELITIAN.

    1.  Desain Penelitian.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan Observasi dengan rancang bangun“retrospective analitic‖ yaitu rancangan bangun dengan melihat kebelakang dari suatu kejadianyang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti (Hidayat, 2007:57).

    2.  Hipotesis.

    Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktianmenegaskan apakah hipoteisis tersebut dapat diterima atau harus ditolak berdasarkan fakta ataudata empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian.H1  : Ada Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II.Ho : Tidak ada Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II.

    3.  Populasi, Sampel, Variabel, Instrumen Penelitian, dan Definisi Operaisonal.

    Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu bersalin di BPS Sri Wahyuni,

    Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik berjumlah 25 orang pada bulan Mei 2010 dan 15orang pada bulan Juni 2010. sampelnya yaitu ibu bersalin di BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb DesaMelirang, Bungah, Gresik. Teknik sampling yang digunakan adalah  Nonprobability Sampling  dengan convinience samping yaitu sampel yang diambil secara spontanitas. Dengan kata lain

    sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Teknik penarikanconvinience samping sering disebut dengan accidental sampling  (Somantri, 2006).

    Usia waktu hamil :1.  < 20 tahun2.  20-35 tahun

    3. 

    35 tahun

    Faktor-Faktor yang

    mempengaruhi persalinan :

    1. 

     Power2.  Passage

    3.  Passanger

    4.  Psikis

    5.  Penolong

    6.  Posisi ibu Primigravida≤120m menit

    Multigravida≤60 menit

    Primigravida>120 menit

    Multigravida

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    21/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    13

    Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia ibu hamil,sedangkan variabel dependennya yaitu lama persalinan kala II. Teknik pengumpulan data untukvariabel usia ibu hamil menggunakan data primer berupa kuesioner dengan teknik wawancarauntuk menanyakan usia ibu hamil yang terakhir kali atau pada waktu penelitian berlangsung,

    untuk variabel lama kala II menggunakan data primer berupa lembar cheklist dengan teknikobservasi dimana peneliti langsung mengamati kejadian kala II pada ibu bersalin. Instrumen pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini adalah checklist .

    Tabel 2. Definisi Operasional Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II

    DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik

    Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala

    Independen:Usia ibu hamil

    Usia ibu pada waktumenjalani kehamilanterakhir di ukurdengan checklist

    1.  Resiko tinggi< 20 atau > 35 tahun

    2.  Tidak beresiko20-35 tahun

    (Lenteraimpian, 2007)

     Nominal

    Dependen:Lama persalinankala II

    Waktu yangdiperlukan untukmenyelesaikan proses persalinan mulai dari pembukaan 10 cm

    sampai bayi lahir,yang di ukur denganlembar observasi

    Persalinan kala II:1.  Normal :

    a.  Multigravida ≤ 60 menit b.  Primigravida ≤ 120 menit

    2.  Tidak Normal:

    a.  Multigravida >60 menit b.  Primigravida >120menit

    (Lenteraimpian, 2007)

     Nominal

    4.  Teknik Analisis Data.

    a.  Univariat

    1) 

    Usia Ibu hamilUntuk kode sub variabel resiko usia ibu hamil hamil sebagai berikut :a)  Beresiko :

    (1)  < 20 Tahun : 1(2)  > 35 Tahun : 1

     b)  Tidak beresiko :(1)  20 –  35 Tahun : 0

    (Lenteraimpian, 2007)2)  Kejadian lama persalinan kala II

    a)   Normal :(1)  Multigravida

    ≤ 60 menit :0(2) 

    Primigravida :≤ 120 menit : 0

     b)  Tidak Normal:(1)  Multigravida:

    > 60 menit :1(2)  Primigravida:

    > 120 menit: 1(Lenteraimpian, 2007)

     b.  BivariateSetelah data di kelompokkan sesuai dengan subvariabel yang diteliti.

    Instrumen yang telah diisi dilakukan pengolahan data dengan cara tabulasi silang

    dalam bentuk prosentase (%) dan untuk mengetahui Hubungan usia ibu hamilDengan Lama Persalinan Kala II menggunakan uji statistik  chi square.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    22/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    14

    e

    e

      f  

      f    f     202   )(  

    Keterangan :Fo : frekuensi observasiFe : frekuensi harapan (Hidayat, 2007:137)

    Dengan hipotesis H0 ditolak bila ²hit ≥ ²tab, berarti ada Faktor-Faktor YangBerhubungan Dengan Lama Kala II DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang

    Bungah Gresik bila ²hit  ≤ ²tab, berarti tidak ada Faktor-Faktor Yang BerhubunganDengan Lama Kala II DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang BungahGresik.

    D.  HASIL PENELITIAN.

    1. 

    Data Umum.a.  Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.

    Tabel 3. Karakteristik Pendidikan Responden di BPS Sri Wahyuni,

    Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik Pada Tanggal 01 Juni -

    01 Juli 2010.

    No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

    1. SD 10 40

    2. SMP 9 36

    3. SMA 6 24

    4. Perguruan Tinggi 0 0

    Total 25 100

    Tabel 3 diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan SD. b.

     

    Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan.

    Tabel 4. Karakteristik Pekerjaan Responden di BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb.

    Desa Melirang Bungah Gresik Pada Tanggal 01 Juni - 01 Juli 2010.

    No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

    1. IRT 9 36

    2. Swasta 9 36

    3. Tani 7 28

    4. PNS 0 0

    Total 25 100

    Tabel 4 menunjukkan bahwa paling banyak pekerjaan responden swasta dan IRTmempunyai proporsi yang sama.

    c. 

    Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak.Tabel 5. Karakteristik Jumlah Anak Responden di BPS Sri Wahyuni,

    Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik Pada Tanggal 01 Juni -

    01 Juli 2010.

    No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

    1. 1 10 40

    2. 2 –  3 15 60

    3. 4 0 0

    Total 25 100

    Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden mempunyai anak 2  –   3orang.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    23/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    15

    2.  Data Khusus.

    a.  Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Resiko Kehamilan.

    Tabel 6. Karakteristik Usia Resiko Kehamilan Responden di BPS Sri

    Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik Pada Tanggal

    01 Juni - 01 Juli 2010.No. Usia Resiko Kehamilan Frekuensi Persentase (%)

    1. Tidak Beresiko 10 40

    2. Resiko Tinggi 15 60

    Total 25 100

    Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari 50 % usia resiko kehamilan respondentinggi.

     b.  Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Persalinan Kala II.

    Tabel 7. Karakteristik Waktu Persalinan Kala II Responden di BPS Sri

    Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik Pada Tanggal

    01 Juni - 01 Juli 2010.

    No. Waktu Persalinan Kala II Frekuensi Persentase (%)

    1. Normal 11 44

    2. Tidak Normal 14 56

    Total 25 100

    Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari 50% Waktu Persalinan Kala II respondentidak normal.

    c.  Usia Resiko Kehamilan Dengan Waktu Persalinan Kala II.

    Tabel 8. Tabulasi Silang Usia Resiko Kehamilan Dengan Waktu Persalinan

    Kala II Responden di BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang

    Bungah Gresik Pada Tanggal 01 Juni - 01 Juli 2010.

    No.Usia Resiko

    Kehamilan

    Waktu Persalinan Kala IITOTAL

    Normal Tidak Normal

    f (%) f (%) f (%)1. Tidak Beresiko  7 28 3 12 10 40

    2. Resiko Tinggi 4 16 11 44 15 60

    Jumlah 11 44 14 56 25 100

    Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 25 responden didapatkan responden yang hamil pada usia tidak beresiko paling banyak mengalami lama kala II normal yaitu 7 responden

    (28%) sedangkan responden yang hamil pada usia beresiko tinggi kehamilan paling banyakmengalami lama kala II yang tidak normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).

    Berdasarkan hasil uji chi-square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh hasil

     bahwa ²hit  ≥ ²tab  = 4,573 ≥  3,841 berarti Ho di tolak. Namun karena nilai frekuensiharapan dari uji chi-square tidak terpenuhi maka peneliti menggunakan uji  Fisher’s exacttest  didapatkan nilai probabilitas hasil perhitungan (ρ) = 0,049 > 0,05 berarti Ho di tolak

    sehingga ada Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II DI BPS SriWahyuni, Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik.

    E.  PEMBAHASAN.

    1.  Usia Hamil

    Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari 50 % usia resiko kehamilanresponden tinggi yaitu 15 responden (60%).

    Menurut Lestariningsih (2009:1) yang mengutip pernyataan Seno Adjie, SpOG., ahlikebidanan dan kandungan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan.World Health Organisation (WHO) memberikan rekomendasi untuk usia yang dianggap paling

    aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Tapi mengingat kemajuanteknologi saat ini, sampai usia 35 tahun masih bolehlah untuk hamil.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    24/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    16

    Fakta lain dari penelitian ini didapatkan berdasarkan pendidikan, paling banyak wanitahamil pada usia beresiko tinggi berpendidikan SMP yaitu sebanyak 12 responden (20%).Menurut Erfandi (2009) dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untukmendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

    informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatanterutama tentang usia yang aman waktu hamil.

    Banyaknya responden berpendidikan rendah yang hamil pada usia beresiko tinggimungkin banyak diakibatkan kurangnya informasi dan sulitnya menyerap informasi.

    Hasil tabulasi silang dengan pekerjaan, didapatkan paling banyak responden yang iburumah tangga, pegawai swasta dan petani mengalami hamil pada usia beresiko tinggi yaitusebanyak 5 responden (20%). Menurut Erfandi (2009) lingkungan adalah segala sesuatu yangada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

    Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individuyang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balikataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu terutama pengetahuan tentang usia yang aman untuk hamil.

    Banyaknya responden yang hamil pada usia beresiko tinggi maka banyak hal yang harusdilakukan seperti harus selalu mengonsultasikan kehamilannya pada ahlinya karena ibu yanghamil di usia rawan memerlukan pengawasan khusus selama kehamilan dan pada proses persalinan. Sebaiknya ibu ditangani dokter spesialis dan bukan bidan atau dokter umum. Bilakondisi tidak memungkinkan, setidaknya ibu pernah satudua kali berkonsultasi dengan dokterspesialis agar mendapat pemeriksaan yang khusus dan teliti, seperti pemeriksaan panggul,tekanan darah dan pemeriksaan USG. Berkonsultasi dengan ahli gizi. Terutama untuk ibu yanghamil di usia sangat muda. Umumnya, pengetahuan kehamilan yang dimiliki masih kurangsehingga pola makannya pun tidak baik. Jadi bukan tak mungkin, walau hamil dia tetapmengonsumsi junk food, misalnya. Di sinilah ahli gizi berperan membimbing pola makannyaagar menjadi lebih baik. Sedangkan ahli gizi pada premigravida tua tidak begitu diperlukankarena ibu di usia ini biasanya sudah sadar akan gizi yang baik. Pola makan yang baik dapatmenghindari anemia, hipertensi dan diabetes pada ibu hamil.

    2.  Lama Persalinan Kala II

    Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari 50% Waktu Persalinan Kala IIresponden tidak normal yaitu 14 responden (56%).

    Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterusmelalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2006:180). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnyaterjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

    (Wiknjosastro, 2007:37)Banyaknya responden yang mengalami kala II lama dapat dipengaruhi oleh beberapa

    hal, menurut hasil tabulasi silang responden yang berpendidikan SMP dan SD mengalami lama

    kala II tidak normal dan responden berpendidikan SMA banyak yang mengalami lama kala IInormal. Pendidikan yang tinggi dapat mempermudah responden dalam menerima informasi daritenaga kesehatan. Pada waktu proses persalinan tenaga kesehatan banyak memberikan informasiatau masukan-masukan pada ibu termasuk informasi tentang cara-cara melakukan persalinanyang aman dan normal. Jika pendidikan ibu kurang maka sulit untuk menerima informasi daritenaga kesehatan tersebut sehingga banyak terjadi kesalahpahaman dari ibu yang dapatmenyebabkan lama kala II menjadi tidak normal berdasarkan waktunya.

    Fakta lain adalah dari pekerjaan, paling banyak responden yang mengalami lama kala IItidak normal adalah responden pegawai swasata dan petani yaitu sebanyak 5 responden (20%).

    Menurut Muhimah (2010:70-72) banyak faktor yang meningkatkan risiko seorang wanita hamilsalah satunya adalah status gizi ibu selama masa kehamilan. Status gizi tersebut dapat dicukupi bila responden mempunyai pekerjaan.

    Pekerjaan secara tidak langsung berpengaruh terhadap persalinan, namun respondenyang mempunyai pekerjaan cenderung mempunyai kondisi ekonomi yang lebih baik sehingga

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    25/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    17

    mereka dapat mencukup kebutuhan nutrisi selama hamil, bagaimanapun juga asupan gizi padaibu hamil sangat menolong pada waktu persalinan. Asupan gizi yang cukup akan membuat power ibu pada waktu persalinan menjadi lebih kuat.

    Jumlah anak juga mempunyai pengaruh pada ibu proses persalinan kala II. Responden

    yang mempunyai 2-3 anak cenderung mengalami proses persalinan kala II normal yaitusebanyak 8 responden (32%). Responden yang telah mengalami beberapa kali persalinancenderung mempunyai kondisi psikis yang lebih baik dari pada responden yang baru sekali ataudua kali mengalami persalinan. Menurut Gulardi (2004:3-5) Kontraksi rahim memangmenimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada ibu hamil. Rasa sakit karena kontraksi ototrahim sangat individual, tidak hanya tergantung pada keadaan normal orangnya. Perasaan takutdapat menimbulkan ketegangan sehingga dapat menyebabkan gangguan his. Dukungan keluargaakan membuat ibu lebih tenang sehingga persalinan dapat berlangsung lancar.

    Kontraksi rahim memang menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman pada ibu hamil.Rasa sakit karena kontraksi otot rahim sangat individual, tidak hanya tergantung pada keadaannormal orangnya. Perasaan takut dapat menimbulkan ketegangan sehingga dapat menyebabkangangguan his. Dukungan keluarga akan membuat ibu lebih tenang sehingga persalinan dapat

     berlangsung lancar.3.  Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Kala II DI BPS Sri Wahyuni,

    Amd.Keb. Desa Melirang Bungah Gresik

    Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 8 dari 25 responden didapatkan respondenyang hamil pada usia tidak beresiko paling banyak mengalami lama kala II normal yaitu 7responden (28%) sedangkan responden yang hamil pada usia beresiko tinggi kehamilan paling banyak mengalami lama kala II yang tidak normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).

    Berdasarkan hasil uji chi-square  pada tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh hasil

     bahwa ²hit ≥ ²tab = 4,573 ≥ 3,841 berarti Ho di tolak. Namun karena nilai frekuensi harapandari uji chi-square  tidak terpenuhi maka peneliti menggunakan uji  Fisher’s exact test  

    didapatkan nilai probabilitas hasil perhitungan (ρ) = 0,049 > 0,05 berarti Ho di tolak sehinggaada faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kala II DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa

    Melirang Bungah Gresik.Menurut Ayah Bunda (2010:1) hamil di usia ini secara fisik, memiliki banyak

    keuntungan. Hanya secara psikologis, emosi calon ibu terkadang masih fluktuatif. Memasuki

    usia 35, secara fisik wanita mengalami masa ovulasi yang tidak teratur sehingga kesehatanreproduksi menurun. Namun secara mental, lebih siap menjadi ibu. Sedangkan pada usia lebih

    dari 35 tahun meski emosi sudah jauh lebih stabil, kualitas kromosom tidak sebaik usia muda,sehingga risiko melahirkan anak dengan cacat fisik atau mental akan lebih besar.

    Sedangkan menurut Muhimah, (2010 : 69) pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebihcepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal mi kepala janin sudahmasuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang.

    secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan

    hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anusmembuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luarhis, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan

    suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahatsebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

    Berdasarkan teori diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang berusia kurang dari 20lebih mempunyai keuntungan dari segi power   terutama pada kala II his menjadi lebih kuat danlebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali, usia yang lebih mudah dapat memenuhi his yangcenderung lebih kuat dan cepat, namun dari segi psikis mereka cenderung belum siap menjadi

    ibu. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak

     berjalan lancar sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih besar. Sedangkan pada usia lebihdari 35 tahun hampir mirip pada premigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    26/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    18

    fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan berkurang pada premigravida tua.Misalnya menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risikokelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang. Panggulnya jugasudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam premigravida tua justru berkaitan dengan

    fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia.

    Sedangkan responden yang hamil pada usia aman (20-35 tahun) paling banyakmendapatkan keuntungan baik dari segi power  yang diperlukan untuk his maupun kondisi psikisyang lebih mapan sehingga menurut hasil penelitian pada usia ini responden lebih banyak yangmengalami persalinan kala II normal.

     Namun masih terdapat sedikit kesenjangan pada hasil penelitian dimana pada usia aman(20-35 tahun) masih terdapat responden yang mengalami persalinan tidak normal yaitusebanyak 3 responden (12%) banyak dikarenakan panggul sempit sehingga menyebabkanresponden menjalani proses kala II menjadi lebih lama.

    Masih terdapatnya responden yang mengalami proses persalinan kala II yang tidaknormal pada usia rawan (>35 tahun dan < 20 tahun) harus dapat diantisipasi oleh para tenaga

    kesehatan. Pemberian konseling tentang kehamilan dan gizi sangat diperlukan bagi ibu hamil pada usia rawan dan juga pemberian melakukan tes amniosentesis pada awal kehamilan bagiwanita berusia 35 tahun atau lebih pada kehamilan pertama untuk menemukan kemungkinansindrom down dan abnormalitas kromosom lain. Dan selalu memotivasi ibu untuk selalumelakukan aktivitas untuk menjaga kondisi fisik selama hamil untuk meningkatkan power padasaat persalinan kala II.

    F.  PENUTUP.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden didapatkan responden yanghamil pada usia tidak beresiko paling banyak mengalami lama kala II normal yaitu 7 responden(28%) sedangkan responden yang hamil pada usia beresiko tinggi kehamilan paling banyakmengalami lama kala II yang tidak normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).

    Berdasarkan hasil uji chi-square  pada tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh hasil

     bahwa ²hit ≥ ²tab = 4,573 ≥ 3,841 berarti Ho di tolak. Namun karena nilai frekuensi harapandari uji chi-square  tidak terpenuhi maka peneliti menggunakan uji  Fisher’s exact test  

    didapatkan nilai probabilitas hasil perhitungan (ρ) = 0,049 > 0,05 berarti Ho di tolak sehinggaada faktor-faktor yang berhubungan dengan lama kala II DI BPS Sri Wahyuni, Amd.Keb. Desa

    Melirang Bungah Gresik.Bagi tenaga kesehatan  diharapkan untuk lebih meningkatkan KIE tentang usia yang

    aman untuk hamil sebagai wujud pelayanan antenatal care bagi ibu hamil karena usia ibu hamilsangat berpengaruh khususnya dalam proses persalinan kala II. Institusi pendidikan memberikaninformasi lebih banyak lagi tentang usia yang aman untuk hamil kepada mahasiswa sehingga

    dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang usia yang aman untuk hamil dan manfaatnya

     bagi proses persalinan.

    DAFTAR PUSTAKA.

    Ari, Hidayat. (2010). Asuhan kebidanan persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika

    Ayahbunda. (2010). Hamil di usia 30an. (http://www.ayahbunda.co.id , diakses tanggal 2 Mei 2010).Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.Farmacia. (2009).  Kematian Ibu, Petaka yang Sulit Surut . (http://www.majalah-farmacia.co.id,

    diakses tanggal 28 April 2010).Handayani. (2006).  Hamil di usia rawan. (http://www.mail-archive.com, diakses tanggal 5 Mei

    2010).Henderson. Christine. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC.

    Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

    Hidayat, A.A. (2009).  Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : SalembaMedika.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    27/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    19

    Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : SalembaMedika.

    JatimProv. (2010).  Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di Jatim Menurun. (http://www.jatimprov.go.id ,diakses tanggal 28 April 2010).

    Lentera Impian. (2007). Kala 2 persalinan. (http://www.lenteraimpian.blogspot.com, diakses tanggal9 Mei 2010).

    Lestariningsih. (2009).  Hamil di Usia 20, 30, atau 40-an. (http://www.ibu-dan-bayi.blogspot.com, diakses tanggal 2 Mei 2010).

    Muhimah. (2010). Senam sehat selama kehamilan. Jakarta : Afabeta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2003).  Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :

    Salemba Medika. Nursalam. (2008).  Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :

    Salemba Medika.Prianggoro, Hasto. (2009).  Hamil Tenang di Usia Matang . (http://www.tabloidnova.com, diakses

    tanggal 23 April 2010).Sarwono, Prawirohardjo. (2002). Ilmu kebidanan. Jakarta : YBP-SP.Sarwono, Prawirohardjo. (2006). Ilmu kandungan. Jakarta : YBP-SP.Seno. (2009). info penting : Hamil di Usia 20, 30, atau 40-an . (http://www.yuwie.com, diakses

    tanggal 23 April 2010.Solaeman. (2006). Hamil di usia rawan. (http://www.mail-archive.com, diakses tanggal 5 Mei 2010).Somantri, Ating. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta : Pustaka Setia.Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta.Suririnah. (2007).  Anda Termasuk Ibu Hamil Dengan Kehamilan Resiko Tinggi?.

    (http://www.infoibu.com, diakses tanggal 23 April 2010).

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    28/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    20

    PERILAKU PANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS

    DI POLINDES DESA LEBAKREJO

    PURWODADI PASURUAN

    Nur Saidah

    ABSTRAK

    Masa nifas memerlukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnyatermasuk dengan perilaku makan pada ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan luka. Saat ini

    masih banyak terjadi pada sebagian kalangan ibu nifas yang masih melakukan tarak atau pantangmengkonsumsi makanan tertentu, padahal mereka masih harus memberikan ASI pada anaknya.Tujuan penelitian mengetahui perilaku pantang makanan pada ibu nifas di Polindes Desa LebakrejoKecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan.

    Jenis penelitian analitik cross sectional . Variabel independen dalam penelitian ini adalah

     perilaku pantang makanan. Pada penelitian ini populasinya adalah ibu nifas di Polindes DesaLebakrejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan sebanyak rata-rata 34 orang.Penelitian inidilakukan pada tanggal 11-27 Juni 2010 dengan jumlah sampel 30 responden. Dengan TeknikSampling  purposive sampling.  Iinstrumen penelitian menggunakan checklist . Uji statistik mannwhitney.

    Hasil didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan pantang makanan sejumlah 21respondem (70%), setengah responden mengalami penyembuhan luka perineum ibu nifas adalah

    lambat sejumlah 15 orang (50%). Hasil uji Rank Spearman dengan SPSS didapatkan bahwa α hitunglebih kecil dari α  tabel yaitu 0,004 < 0,05, artinya ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pantang makanan pada masa nifas.

    Penyembuhan luka yang lambat pada ibu nifas dipengaruhi oleh perilaku pantang makanan.Disarankan ibu lebih meningkatkan pengetahuan tentang dampak dari pantang makanan dengan cara

    membaca buku, bertanya pada tenaga kesehatan dan mengikuti seminar-seminar sehingga ibu tidakmelakukan pantang makanan untuk membantu proses penyembuhan luka. Tenaga Kesehatanmeningkatkan penyuluhan tentang dampak dari perilaku pantang makanan pada ibu nifas dan

    keluarga sehingga ibu dapat mengubah kebiasaan pantang makanan.Kata Kunci : Pantang makanan, Ibu nifas

    A.  PENDAHULUAN.

    Masa nifas merupakan masa setelah partus selesai dan setelah 6 minggu. Akan tetapi,seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 40 hari(Prawirohardjo, 2009:325). Kebutuhan gizi seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya

    sangatlah penting bagi ibu pada masa nifas atau menyusui. Namun fenomena yang sering terjadi

    di masyarakat pedesaan adalah kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-hari.Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut. Fenomena inilah yang masih mempengaruhikebiasaan masyarakat dalam hal memilih dan menyajikan makanan. Masyarakat masihmempercayai adanya pantangan makanan, mereka menerima dan menolak jenis makanan

    tertentu (Tiran, 2006:37). Dalam masa nifas banyak yang terjadi bersifat karakteristik yangmemberikan ciri ibu nifas melakukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatantubuhnya termasuk dengan perilaku makan pada ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan (Prawirohardjo, 2009:356).

    Saat ini masih banyak terjadi pada sebagian kalangan ibu yaitu, 53% ibu nifas yang

    masih melakukan tarak atau pantang mengkonsumsi makanan tertentu yang mana hal tersebutdikarenakan pengaruh dari budaya orang tua terdahulu yang diyakini dapat menimbulkan

    sesuatu yang merugikan bagi mereka, padahal mereka masih harus memberikan ASI pada

    anaknya. Hal inilah yang membuat mereka ingin melakukan pantang makanan, Mereka tidaksadar bahwa tindakannya berpengaruh terhadap pertumbuhan bayinya (Kardinan, 2008).

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    29/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    21

    Berdasarkan data tahun 2008 di Indonesia dengan total ibu nifas 5.067.000 orang dan89% (4.509.630 orang) dari total ibu nifas yang ada mempunyai kebiasaan pantang makanan pada masa nifas seperti tidak boleh makan ikan laut, telur, makan sayur, dan makan makananyang pedas. Data Jawa timur tahun 2008 dengan total ibu nifas 21.043 orang didapatkan data

     bahwa 68% ibu nifas melakukan pantang makanan dan 32% ibu nifas tidak melakukan pantangmakanan. Tingginya angka pantang makanan yang dilakukan oleh ibu nifas ini menjadi penyebab terhadap lamanya penyembuhan luka akibat persalinan dan terham batnya proseslaktasi. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada masa nifasatau menyusui kurang sesuai dengan kaedah pemenuhan gizi yang baik dan seimbang. Hal inidisebabkan karena anjuran atau budaya yang berlaku dalam keluarga. Pantang makanan yangsering terjadi misalnya dilarang makan daging, telur dan ayam (53,5%), sayur sawi dan bayam(12,4%), pantang dengan makanan yang panas (6,3%), dan pantangan terhadap ikan laut(27,8%) (Nasya, 2008). Berdasarkan penelitian di Timur angka pantang makanan pada masanifas mencapai 1.983.214 (80%) dari jumlah ibu nifas yang ada pada tahun 2008 dan penyebabnya adalah pengetahuan yang kurang 26,5%, budaya/anjuran dalam keluarga 37,6%dan status ekonomi sebanyak 25,4% dan paritas 10,5% (Badan Litbang Kesehatan, 2009).

    Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 22  –   25 April 2010 secara wawancara pada 8ibu nifas di Polindes Desa Lebakrejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan didapatkan 7ibu melakukan pantang makanan (seperti sayur sawi, bayam, ikan laut, daging, ayam, telur), 1ibu tidak melakukan pantang makanan dan terdapat 5 ibu nifas mengalami proses penyembuhanluka lambat yang ditandai dengan lochea berbau, bekas luka belum kering masih mengeluarkandarah dan nanah.

    Dampak dari perilaku pantang makanan pada ibu nifas adalah lamanya penyembuhanluka bahkan bisa menyebabkan infeksi yang mengganggu pengecilan rahim (involusi) sehinggarahim akan tetap membesar (sub-involusi). Infeksi yang sudah menjalar ke rahim dapatmengakibatkan perdarahan sehingga ibu biasanya akan diberi obat-obatan untuk membuatdinding dalam rahim berkontraksi sehingga darah dapat dikeluarkan (Rahmi, 2005:13).Kekurangan zat gizi pada masa nifas bisa menimbulkan infeksi. Apalagi pada ibu nifas tentusangat membutuhkan makanan bergizi untuk memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhanluka, dan proses laktasi (Zalilah, 2005:2). Adanya komplikasi masa nifas yaitu infeksi Puerperalis, trauma Tractus Genitourinarius,  Mastitis, Trombophlebitis, abses payudara, bendungan ASI dan puting susu lecet (Prawirohardjo, 2009:356).

    Upaya yang dilakukan agar ibu hamil tidak menerapkan perilaku tarak yaitu dengan penyampaian informasi pada waktu kehamilan khususnya tentang dampak dari pantangmakanan pada masa nifas untuk dapat merubah perilaku masyarakat terutama pada ibu nifas.Pelatihan bagi tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling dampak melakukan

     pantang makanan melalui kegiatan di posyandu arisan dan pertemuan di Desa denganmenyebarkan leafled dan mengikutsertakan suami dan keluarga sangat diperlukan gunamenunjang peningkatan pengetahuan ibu nifas tentang dampak pantang makanan sehingga ibu

    tidak melakukan pantang makanan (Asiandi, 2009).Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitiandengan judul ―Perilaku pantang makanan pada ibu nifas di Polindes Desa Lebakrejo KecamatanPurwodadi Kabupaten Pasuruan‖. 

    B.  TINJAUAN PUSTAKA.

    1.  Konsep Perilaku

    a.  PengertianSemua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun tidak

    langsung yang diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007:62) perilaku adalah keyakinanmengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan.1)  Menurut ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi

    Organisasi yang bersangkutan.2)  Menurut Benjamin Bloom perilaku ada 3 domain : perilaku, sikap dan tindakan.

  • 8/18/2019 Hospital Majapahit Vol 3 No 2

    30/119

    HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 3. No. 2, Nopember 2011 

    22

    Menurut Roger menjelaskan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru dalamdiri orang tersebut terjadi proses yang berurutana)   Awareness (kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

    terlebih dahulu terhadap struktur atau obyek).

     b) 

     Interest  (dimana orang tersebut adanya ketertarikan).c)   Evaluation (menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut).d)  Trial  (dimana orang telah mencoba perilaku baru).e)   Adoption  (dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

    terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2007:144). b.  Teori Determinan Terbentuknya Perilaku menurut Notoatmodjo (2007:178)

    1)  Teori Lawrence GreenMenurut Lawrence Green bahwa perilaku manusia berangkat dari tingkat

    kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu:a)  Faktor predisporisi : yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan

    keyakinan dan nilai-nilai b)  Faktor pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

     bersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya :Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.

    c)  Faktor pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatanatau petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilakumasyarakat.

    2)  Teori Snehandu B. KarKar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

    merupakan fungsi dari :a)   Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

    kesehatannya (behavior itention) b)

     

    Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support )c)  Adanya atau tidak adanya info