48
Laporan Home Visit No Berkas : Berkas Pembinaan Keluarga No RM : Puskesmas Krembung Nama KK : Tn. S Tanggal kunjungan pertama kali 12 September 2013, Nama pembina keluarga pertama kali : Kristina Paskalita Kero, S.Ked Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tangg al Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. S Alamat lengkap : Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No . Nama Kedudukan dalam keluarga L/ P Umu r Pendidik an Pekerja an Pasi en klin Ket 1

Home visit saat ikm ini sangat dibutuhkan semoga bisa membantu dan mempermudah pencarianHome visit saat ikm ini sangat dibutuhkan semoga bisa membantu dan mempermudah pencarian

  • Upload
    agunk

  • View
    32

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Home visit saat ikm ini sangat dibutuhkan semoga bisa membantu dan mempermudah pencarian

Citation preview

LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA

Laporan Home VisitNo Berkas:

Berkas Pembinaan KeluargaNo RM:

Puskesmas KrembungNama KK:Tn. S

Tanggal kunjungan pertama kali 12 September 2013,

Nama pembina keluarga pertama kali : Kristina Paskalita Kero, S.KedTabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan )

TanggalTingkat

PemahamanParaf

PembimbingParaf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Tn. SAlamat lengkap : Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo. NamaKedudukan dalam keluargaL/PUmur Pendidikan PekerjaanPasien klinik (Y/T)Ket

1.Tn. SKKL41Tamat SDPedagangT-

2. Ny. PIstri P30Tamat SMAIRTT-

3.An. MAnak L11SD kelas 4Pelajar T-

4.An. AAnak P2--YDiare

Sumber : Data Primer, September 2013LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITAA. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita diare, berjenis kelamin perempuan, berusia 2 tahun, dimana penderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Krembung, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama:An. AUmur:2 tahun

Jenis kelamin:PerempuanPekerjaan:-Pendidikan:- Agama:Islam

Alamat:Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan Krembung, Kabupaten SidoarjoSuku :Jawa

Tanggal periksa:12 September 2013C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama:Tidak ada keluhan 2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien sekarang tidak ada keluhan. Tidak mencret, tidak muntah. Nafsu makan normal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.3. Riwayat Penyakit Dahulu: Kurang lebih 2 hari sebelum pasien dirawat di Puskesmas Porong (4 hari), pasien mencret lebih dari 5 kali dalam sehari, mencret bersifat encer, sedikit ampas, tidak disertai darah atau lendir, tidak berbau amis, warna kuning. Pasien juga muntah kurang lebih 3 sampai 4 kali dalam sehari setiap kali minum susu. Muntah tidak berisi makanan hanya cairan tidak disertai darah atau lendir. Menurut ibu pasien, 1 hari sebelumnya pasien makan buah klengkeng, kemudian pasien langsung mecret disertai dengan muntah. Pasien tidak panas, cuma lemas Pasien baru pertama kali mencret dan muntah seperti ini Riwayat alergi makanan (-)

Riwayat alergi susu (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi makanan (-)5. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak. Ayah pasien bekerja sebagai pedagang buah dan pengantar buah untuk supermarket di Surabaya. Ibu pasien bekerja sebagai buruh pabrik di Pndaan. Kakak pasien berusia 11 tahun, sekarang duduk di kelas 4 SD. Pasien selalu berada di bawah pengawasan kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tua pasien mempunyai kesibukan masing-masing.6. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan sekali makan hanya 5-6 sendok. Pasien biasanya makan dengan lauk pauk seperti ikan mujair dan ikan lele, pasien tidak terlalu suka mengkonsumsi sayur, tetapi pasien suka mengkonsumsi buah-buahan. Pasien termasuk anak yang susah makan, sehingga ibu pasien membelikan vitamin penambah nafsu makan. Kesan status gizi cukup.

D. ANAMNESIS SISTEM1. Kulit : warna kulit sawo matang, turgor kulit normal2. Kepala: rambut kepala tidak rontok, 3. Mata: anemis (-), mata cowong (-)4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5. Telinga: keluar cairan (-)6. Mulut: mulut kering (-)7. Tenggorokan: dalam batas normal8. Pernafasan : dalam batas normal9. Kadiovaskuler : dalam batas normal10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan11. Genitourinaria : BAK lancar

12. Neuropsikiatri : Neurologik: kejang (-), lumpuh (-)Psikiatrik

: tidak menangis saat diperiksa13. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas:Atas: bengkak (-), sakit (-)

Bawah: bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak cukup baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi Tanda Vital

Nadi

:100 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu

:36,8 oC

Tensi

:tidak dilakukan Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB:9,5 kg

TB:55 cm

Status Gizi ( Gizi cukup3. Kulit

Warna:Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala:rambut tidak mudah dicabut4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil (+/+)5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-) 8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-)

9. Thoraks

Simetris, retraksi (-)

-Cor:S1S2 tunggal-Pulmo:

I:simetris, jejas (-)

P:nyeri tekan (-)

P:sonor (+/+)

A:suara nafas dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan Rh (-/-), wh (-/-)10. Abdomen

I:dinding perut sejajar dengan dinding dada, jejas (-)

P:supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P:timpani seluruh lapang perut

A:peristaltik (+) normal

11. Ektremitas:akral dingin oedem

- -- -

- -- -

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan darah lengkap:tidak dilakukan

Pemeriksaan feses:tidak dilakukanG. RESUME

Pasien anak perempuan usia 2 tahun dengan keluhan utama mencret. Pasien mencret kurang lebih 5 kali dalam sehari, encer, disertai dengan muntah kurang lebih 3-4 kali dalam sehari.Pasien sudah dirawat di Puskesmas Porong selama 4 hari dan diperbolehkan pulang karena keadaan sudah membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cukup baik, compos mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital, N: 100 x/menit, RR: 24 x/menit, S:36,80C, BB: 9,5 kg, TB: 55 cm, status gizi ( kesan cukup. H. PATIENT CENTERED DIAGNOSISDiagnosis Biologis1. Post Gastroenteritis Akut Dehidrasi Sedang

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.2. Kondisi lingkungan dan rumah bersih dan sehat.

I. PENATALAKSANAANNon Medika mentosa

1. Bed Rest tidak total

Pasien diharapkan dapat beristirahat dengan cukup2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi tinggi, juga minum susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya akan meningkat.Medikamentosa

Pasien mendapat Zink dari puskesmas dan vitamin dari Puskesmas.BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari ayah (Tn. S, 41 tahun), ibu (Ny. P, 30 tahun), kakak (An. H, 11 tahun), pasien (An. A, 2 tahun). Pasien tinggal serumah dengan kedua orangtua dan kakak.

2. Fungsi Psikologis.

An. A tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakak. Hubungan keluarga mereka secara umum terjalin sangat baik, hal ini terbukti dengan permasalahan permasalahan yang ada diatasi dalam keluarga ini. Pasien selalu berada dibawah pengawasan orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya mempunyai kesibukan masing-masing. Sikap pasien sangat aktif dan interaksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar sangat baik. Hubungan antar anggota keluarga ini sangat dekat, hal itu terlihat ketika pasien sakit, ibu dan ayah pasien cuti bekerja untuk menjaga pasien di Puskesmas. 3. Fungsi Sosial

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, baru berusia 2 tahun. Pasien belum mempunyai kedudukan yang penting dalam keluarga atau masyarakat. Pasien tidak rewel ketika diperiksa.

B. APGAR SCORE

Terwujudnya keluarga sejahtera adalah cita-cita semua pihak. Karena apabila keluarga sejahtera terwujud maka berarti telah terwujud pula keluarga yang sehat. untuk dapat mengukur sehat atau tidak nya suatu keluarga menurut Rosen, Geyman dan Layton, 1980, dikembangkanlah suatu metoda penilaian sederhana yang dikenal dengan nama APGAR Keluarga.Pada metoda ini dilakukanlah terhadap lima fungsi pokok keluarga, yang kemudian tergantung dari pelaksanaan kelima fungsi keluarga tersebut dapat diketahui tingkat kesehatan keluarga yang dinilai. Kelima fungsi keluarga yang dinilai pada APGAR keluarga adalah:1. Adaptation (A) adaptasi ( tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkannya dari anggota keluarga lainnya.

2. Partnership (P) kemitraan ( tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun rembug dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.

3. Growth (G) pertumbuhan ( tingkat kepuasaan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

4. Affection (A) kasih sayang ( tingkat kepuasaan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.

5. Resolve (R) kebersamaan ( tingkat kepuasan anggota keluarga dalam kebersamaan membagi waktu dan ruang antar anggota keluarga.

Setiap aspek diberi skor 0-2, kemudian dijumlahkan.Lima hal tersebut dituangkan dalam sistem skoring, jika jawaban anggota keluarga terhadap pertanyaan adalah sering/selalu maka diberi skor 2, jawaban kadang-kadang diberi skor 1 dan jawaban tidak pernah diberi skor 0. Dengan demikian, penilaian terhadap fungsi keluarga bersifat kuantitatif dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jumlah skor 7-10 disebut highly functional family. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis keluarga berjalan dengan baik sehingga dapat dikatakan keluarga tersebut sehat dan saling mendukung satu sama lain.

2. Jumlah skor 4-6 disebut moderately functional family menunjukkan adanya beberapa fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Jika sebuah keluarga berada pada skor ini, maka perlu dilakukan family therapy untuk memperbaiki fungsi fisiologis keluarga.

3. Jumlah skor 0-3 disebut severely functional family. Hal ini menandakan fungsi fisiologis suatu keluarga tidak berjalan sebagainama mestinya. Family therapy harus segera diakukan pada keluarga yang berada pada skor ini.

Tabel 2.1. APGAR An. A APGAR An. A Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = Sulit dievaluasi, disebabkan oleh pasien masih berusia 2 tahunTabel 2.2. APGAR Tn. SAPGAR Tn. S Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn. S bekerja sebagai kepala keluarga yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang buah-buahan dan mengantarkan buah-buahan ke supermarket di Surabaya, sehingga waktu untuk bersama keluarganya tidak banyak.

Tabel 2.3. APGAR Ny. PAPGAR Ny. P Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. P adalah ibu pasien yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh pabrik di Pandaan, kadang-kadang mendapat shift jaga sore sampai pagi, sehingga jarang berkumpul dengan keluarga.

Tabel 2.4. APGAR An. HAPGAR An. H Terhadap KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

An. H adalah kakak dari pasien yang sedang duduk di kelas 4 SD.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. R adalah 29 (APGAR pasien tidak termasuk), sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. A adalah 9,67. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. A dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu terjalin baik.C. SCREEMTabel 2.5. SCREEM Keluarga An.ASUMBERPATHOLOGYKET

SosialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga begitu juga dengan tetangga dan di masyarakat cukup baik._

CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan_

Religius

Agama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lainPemahaman agama cukup baik, pendrita dan keluarganya rajin menjalankan solat 5 waktu.-

EkonomiEkonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi.-

EdukasiPasien belum bersekolah.-

Medical

Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderitaDalam mencari pengobatan, pasien dan keluarganya langsung mencari layanan kesehatan ke puskesmas, dokter atau Rumah Sakit_

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap:Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo

Gambar 2.1. Genogram Keluarga An. A

Sumber : Data Primer, 12 September 2013E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Gambar 2.2. Pola Interaksi Keluarga An. ADalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?Jawab :

Ibu merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?

Jawab :

Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Selain itu ayah bekerja untuk mendapatkan penghasilan dalam upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.

3. Ketika ayah dan ibu seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Jawab :

Ikut membantu dan mendukung dalam upaya kesembuhan penderita dari penyakitnya.

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Keputusan ayah sebagai kepala keluarga.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu penderita.6. Selanjutnya siapa?Jawab :

Selanjutnya adalah ayah dan kakak penderita.

7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Tidak ada8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

Tidak ada.

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?Jawab :

Tidak ada

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

An. A adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakaknya yang sekarang sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar (kelas 4).

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga sehingga apabila ingin membuang hajatnya penderita dan keluarga tidak perlu ke kali dahulu. Untuk melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini tergolong berpenghasilan cukup. Ayah pasien bekerja pedagang buah-buahan dan mengantarkan buah-buahan ke supermarket di Surabaya. Ibu pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik di Pandaan. Ayah dan ibu pasien secara bergantian mengawasi pasien jika salah satu bekerja.Rumah yang dihuni keluarga cukup memadai dan hampir memenuhi standar kesehatan. Lantai sudah berkeramik, tetapi pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Porong dan Puskesmas Krembung.B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6x15 m2, memiliki taman di depan rumah dan terdapat pagar pembatas yang membatasi rumah penderita dengan rumah tetangga. Terdiri dari ruang kamar tamu, ruang keluarga dan tempat menonton TV, 3 kamar tidur, satu kamar makan yang sering digunakan, dapur yang cukup luas, 1 ruangan kecil untuk sholat, dan kamar mandi yang sudah memilki fasilitas jamban keluarga sehingga penderita dan keluarga tidak harus ke kali terlebih dahulu untuk membuang hajat.Terdiri dari 2 pintu keluar (depan dan belakang), jendela dikamar tamu dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka. Di depan rumah terdapat teras. Lantai rumah sebagian besar sudah dikeramik. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan sebagian besar belum ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata yang sebagian besar sudah dicat. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas. Menurut Keputusan Menkes RI No. 829/MENKES/SK/VII/19991, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan saran pembinaan keluarga. Menurut WHO, rumah adalah tempat untuk tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Adapun beberapa persyaratannya adalah sebagai berikut (Kesman, 2005) :1. Bangunan rumah

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat yang membahayakan kesehatan, misalnya:

1) Debu total tidak > 150g/m3

2) Asbes bebas tidak > 0,5 fiber/m3/4 jam

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya miroorganisme patogen.2. Komponen dan penataan ruang

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding, ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan lubang ventilasi.

c. Dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air serta mudah dibersihkan

d. Dinding rumah harus dapat mencegah kebisingan dari luar, rumah yang baik kebisingannya < 50 dB

e. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

f. Bubungan rumah yang memiliki tinggi > 10m harus dilengkapi dengan penangkal petir

g. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, kamar mandi dan ruang main anak.

h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap

3. Pencahayaan, alam atau buatan, langsung atau tidak langsung, dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan

4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman berkisar antara 18-30.

b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%.

c. Konsentrasi gas SO2 tidak >0.10 ppm/24 jam.

d. Pertukaran udara 5 kaki kubik / menit/ penghuni.

e. Konsentrasi gas CO2 tidak > 100 ppm/8 jam.

f. Konsentrasi gas formaldehid tidak > 120 mg/m3.

5. Ventilasi

a. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai

b. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit langit minimal 0.35% dari luas ruang yang bersangkutan

6. Binatang penular penyakit, tidak ada tikus yang bersarang di dalam rumah.

7. Air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman

9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, tidak mencemari tanah

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau dan pencemaran terhadap tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian

a. Tidak padat hunian adalah bila luas seluruh ruangan termasuk kamar mandi dan jamban dibagi jumlah penghuni 10 m2/jiwa.

b. Luas ruang tidur minimal 8 m2 untuk 2 orang, kecuali anak yang berusia < 5 tahunDenah Rumah:

Gambar 3.1. Denah RumahUkuran rumah: 6 x 15 m

BAB IVDAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Diare lebih dari 5 kali dalam sehari b. Penderita muntah kurang lebih 3-4 kali setiap kali minum susu2. Faktor resiko :

a. Kebersihan pribadi penderitaDIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Gambar 4.1. Diagram Permasalahan PasienBAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. Patient Centered Management

1. Suport Psikologis

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepercayaan pada orang tuanya maupun kepada dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Memantau kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dan keluarga. Menentramkan hati penderita terutama ibu penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakit penderita. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi dan seimbang meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Jika penderita menolak makanan yang diberikan, sebaiknya ibu penderita membuat makan menjadi semenarik mungkin.3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai faktor yang menyebabkan diare. Mengajarkan pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan dari rumah yang bergizi tinggi dan seimbang.4. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.

5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak jajan sembarangan, selalu makan masakan rumah), lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari). BAB VITINJAUAN PUSTAKA

DIAREA. DEFINISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K, 2009).Diare merupakan suatu gejala dari suatu penyakit, dan bukan suatu penyakit tersendiri. Banyak penderita diare yang sering mengeluh karena diare bahkan ada diantaranya yang keluhan utamanya ialah mencret-mencret. Pada umumnya timbulnya diare karena passage bolus makanan terlalu cepat dan terganggunya resopsi air dalam usus besar, sehingga menyebabkan sering berak-berak (Hadi, 2002).B. TANDA DAN GEJALA1. Diare (mencret)

2. Muntah

3. Mual

4. Demam

5. Nyeri abdomen

6. Membran mukosa mulut dan bibir kering

7. Fontanel cekung

8. Kehilangan berat badan

9. Tidak nafsu makan

10. Badan terasa lemah

11. Tinja yang berbentuk encer

12. BAB lebih dari 3 kali sehari atau bisa kurang dari 3 kali sehari tetapi yang keluar kebanyakan air (Price, 2005)

C. ETIOLOGI

Etiologi diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis. Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:1. Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.2. Infeksi basil (disentri)3. Infeksi virus rotavirus,4. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),

5. Infeksi jamur (Candida albicans),6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan, dan7. Keracunan makanan.D. KLASIFIKASI DIARE

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan (Simadibrata, 2009):

1) Lama waktu diare; akut atau kronik

2) Mekanisme patofisologis; osmotik atau sekretorik

3) Berat ringan diare; kecil atau besar

4) Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau non-infektif

Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsionalAda lima jenis klinis penyakit diare :

1) Diare akut bercampur dengan air. Gejala akut memiliki gejala yang dating dengan tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberikan makan dan minum yang cukup. Diare akut ini termasuk juga penyakit kolera.2) Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan oleh infeksi yang ditimbulkan oleh virus, bakteri dan parasit maupun non infeksi.3) Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar yang meningkat, diare akut ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus, sepsis yaitu infeksi bakteri dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.4) Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya utama adalah kurang gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar hingga ke luar usus halus. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung (Mansjoer, 2000).Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare:a. Faktor SosiodemografiDemografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponenkomponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu. Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi: tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra, 2000).

1. Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Sander, 2005).

2. Jenis pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja (Widyastuti, 2005).b. Faktor lingkungan

1. Sumber air minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55- 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).

2. Jenis tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah (Notoatmodjo, 2003) :

a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,

b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,

c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,

d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,

e) Tidak menimbulkan bau,

f) Pembuatannya murah, dan

g) Mudah digunakan dan dipelihara.

3. Jenis lantai rumah

Syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit (Notoatmodjo, 2003).c. Faktor nutrisi

Beberapa makanan diketahui dapat menjadi penyebab dari diare. Pada beberapa orang, makanan pedas juga dapat menyebabkan diare. Hal ini terkait capcaisin yang terkandung dalam cabai yang dapat mengiritasi mukosa usus. Keadaan mukosa yang teriritasi dapat menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan ke lumen usus sehingga pasien mengalami diare.E. TERAPITabel 6.1. Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut

Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik

Demam (suhu oral >38,50C), bloody stools,leukosit, laktoferin, hemoccult, sindroma disentri Kuinolon 3 5 hari

Kotrimoksazole 3 5 hari

Travelers diarrhea Kuinolon 1 5 hari

Diare persisten (kemungkinan Giardiasis) Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari

Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari

Kuinolon selama 3 hari

Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon selama 7 hari

Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari

EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry

ETEC Terapi sebagai Travelers diarrhea

EIEC Terapi sebagai Shigellosis

EHEC Peranan antibiotik belum jelas

Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery

Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery

Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1 g/6 jam selama 5 hari

Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.

Atau Tinidazole 2 g single dose atau Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari

Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 10 hari + pengobatan kista untuk mencegah relaps:

Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari

Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised :

Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari

Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari

Terapi Supportif/Simtomatik : Selama periode diare, dibutuhkan intake kalori yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi dan membantu pemulihan enterosit yang rusak. Obat-obatan yang bersifat antimotiliti tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma disentri yang disertai demam. Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik pada diare akut dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang matang terhadap cost-effective. Kontroversial seputar obat simtomatik tetap ada, meskipun uji klinis telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam pula, tergantung jenis diarenya dan terapi kombinasi yang diberikan. Pada prinsipnya, obat simtomatik bekerja dengan mengurangi volume feses dan frekwensi diare ataupun menyerap air. Beberapa obat seperti Loperamid, Difenoksilat, Kaolin, Pektin, Tannin albuminat, Aluminium silikat, Attapulgite, dan Diosmectite banyak beredar bahkan dijual bebas (Wingate, 2001).F. PROGNOSISPrognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada penyebabnya. Pada SKI prognosis adalah baik, Pada penyakit endokrin,prognosis tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada kemampuan untuk menghindari pemakaian obat-obat tersebut. Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri (Carpenitto, 2000).

BAB VIIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Segi Biologis :

An. A (2 tahun), menderita diare ( sudah dirawat(sudah sembuh Status gizi An.A termasuk dalam kategori gizi cukup

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. H cukup sehat.

2. Segi Psikologis :

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat

Pengetahuan ibu akan penatalaksanaan diare cukup baik3. Segi Sosial :

Problem ekonomi tidak terlalu berpengaruh dalam keluarga ini karena pendapatan keluarga ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Segi fisik :

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny, H cukup sehat.

B. Saran

Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :

Preventif : penderita harus dibiasakan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan seimbang, serta tidak jajan sembarangan

Promotif : edukasi penderita dan keluarga makananyang sehat untuk dikonsumsi Kuratif : saat ini penderita sudah dinyatakan sembuh Rehabilitatif : memberikan makanan yang bergizi tinggi dan seimbang DAFTAR PUSTAKACarpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC

Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL.

Hadi, Sujono. 2002. Gatroenterologi. Bandung : P.T. Alumni BandungKesman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman. Available from URL : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf. Diakses pada tanggal 29 November 2011. Mantra, I. B., 2000. Demografi Umum. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi dalam Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika. Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005 : 163-193.

Simadibrata ,Marcellus dan daldiyono. 2009. Diare akut dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : internapublishing.

Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta : EGC.

Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al. 2001. Guidelines for adults on self-medication for the treatment of acute diarrhoea, Aliment Pharmacol Ther:15;771-82.

Ny. P, 30

Tn. S, 41

An. A, 11

Ny. P, 30

An. H, 11

Tn. S, 41

1. makanan yang tidak seimbang

3. PHBS

2. intoleransi makanan

An. A,

2 th

Teras

An. A, 2

An. H, 11

Kamar Tidur

Ruang Tamu

Kamar Tidur

Ruang Keluarga

Kamar Tidur

Mushola Ruang Makan

Kamar MandiDapur

WC

Keterangan:

: hubungan baik

: hubungan tidak baik

Keterangan :

Tn. S: Ayah Pasien

Ny. P: Ibu Pasien

An. H: Kakak Pasien

An. A: Pasien

PAGE 25