41
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 HOME CARE 2.1.1. Pengertian Home Care Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang- orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya. Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.

Home Care

  • Upload
    yanni

  • View
    33

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kunjungan rumah

Citation preview

Page 1: Home Care

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 HOME CARE

2.1.1. Pengertian Home Care

Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care

adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang

diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan

atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari

penyakit. Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga

yang direncanakan dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf

yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc

Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana pelayanan

kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang

cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi

kesehatannya. Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah

merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. &

Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam keperawatan merupakan layanan

keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang panjang.

Di Amerika Home care sudah terorganisasi mulai sekitar tahun 1880 an,

di mana pada saat itu banyak sekali pasien penyakit infeksi dengan angka

kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah

sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, karena

masyarakat lebih menyukai perawatan di rumah. Kondisi ini berkembang

secara profesional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih

di seluruh USA (visiting nurse/VN) memberikan asuhan keperawatan di

rumah pada keluarga miskin, public health nurses, melakukan upaya promosi

dan prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta perawat praktik

mandiri yang melakukan asuhan keperawatan pasien di rumah sesuai dengan

kebutuhannya (Lerman D dan Eric B.L, 1993). Di Indonesia layanan home

care sebenarnya bukan merupakan hal yang baru karena merawat pasien di

Page 2: Home Care

rumah sudah dilakukan oleh anggota keluarga maupun oleh perawat sejak

jaman dahulu melalui kunjungan rumah.

Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah:

a. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah

sakit yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning

) dan dapat dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh

perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim keperawatan khusus

yang menangani perawatan di rumah.

b. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga,

sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.

c. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen

rentang keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif

diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka, yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan

kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan

akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.

d. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,

direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan

yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau

pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak) (warola,1980 dalam

Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan dirumah yang

disusun oleh PPNI dan Depkes).

2.1.2. Konsep / Model Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care

a. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)

Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal

yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi

lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan

individu yang meliputi:

1) udara bersih,

2) air yang bersih,

3) pemeliharaan yang efisien

Page 3: Home Care

4) kebersihan, serta

5) penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan

sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam

tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui

pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka

yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara

hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.

b. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)

Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi bahwa

manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan

karakter yang berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang

dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan

berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan

karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada

kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan

lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh

serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang

terdiri dari integritas,resonansi dan helicy. Integritas berarti individu

sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan

saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti

bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung

dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan

proses terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi

perubahan baik perlahan – lahan maupun berlangsung dengan cepat.

Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan

merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan

pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka

Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien

secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.

Page 4: Home Care

c. Teori Transkultural nursing (Leininger)

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan

pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus

bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai

”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup

memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan

implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia

meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan

dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional)

terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja

dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling

berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,

ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak

pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

d. Theory of Human Caring (Watson, 1979)

Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi

yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan

dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi

kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean Watson ini

memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia

yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial

(kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,

kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal

(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat,

kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi)

yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan

kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu

kebutuhan aktualisasi diri.

e. Teori Self Care (Dorothea Orem)

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan

kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan

mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik

Page 5: Home Care

keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di

antaranya:

1) Perawatan Diri Sendiri (Self Care)

Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta

dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam

melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia,

perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam

perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang

dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan

yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang

bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia

serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites

terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites

(kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar),

Developmental Self Care  Requisites (kebutuhan yang berhubungan

perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan

yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).

2) Self Care Defisit

Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara

umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat

perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat

tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus

menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum

dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya

perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam

peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam

pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses

Page 6: Home Care

penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut

diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai

pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan

pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta

mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

f. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)

Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan

sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien. (Aziz Alimul Hidayat, 2004)

2.1.3. Landasan Hukum Home Care

Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana

yang sesuai dengan hokum

b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan

mandiri

d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

Landasan Hukum :

a. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

b. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

c. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

d. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran

e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat

f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan

Perkesmas.

h. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal

perawat.

i. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

j. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

Page 7: Home Care

2.1.4. Skill Dasar Yang Harus Dikuasai Perawat

Home Care SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311

menyebutkan ada 23 tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh

perawat home care antara lain :

1) vital sign

2) memasang nasogastric tube

3) memasang selang susu besar

4) memasang cateter

5) penggantian tube pernafasan

6) merawat luka dekubitus

7) Suction

8) memasang peralatan O2

9) penyuntikan (IV,IM, IC,SC)

10) Pemasangan infus maupun obat

11) Pengambilan preparat

12) Pemberian huknah/laksatif

13) Kebersihan diri

14) Latihan dalam rangka rehabilitasi medis

15) Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic

16) Penkes

17) Konseling kasus terminal

18) konsultasi/telepon

19) Fasilitasi ke dokter rujukan

20) Menyiapkan menu makanan

21) Membersihkan Tempat tidur pasien

22) Fasilitasi kegiatan sosial pasien

23) Fasilitasi perbaikan sarana klien.

2.1.5. Lingkup Pelayanan Home Care

Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home

care adalah:

a. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

Page 8: Home Care

b. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

c. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

d. Pelayanan informasi dan rujukan

e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

f. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

g. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

2.1.6. Pembiayaan Dan Pola Tarif

Kebijaksanaan Tarif dalam Perawatan Kesehatan di rumah mengacu pada

prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai berikut :

1. Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah harus

memperhatikan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi

masyarakat.

2. Penetapan tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah

meskipun dimungkinkan untuk mencari laba namun harus secara seimbang

memperhatikan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan

azas gotong royong.

3. Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah untuk golongan

masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin (asuransi

kesehatan, JPKM,dll) ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu

ikatan tertulis.

4. Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah harus

mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional.

Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif dalam Perawatan Kesehatan di Rumah

selain memperhatikan kebijakan yang telah disebutkan, penetapan tarif

ditetapkan berdasarkan pertimbangan antara lain kategori tindakan dari yang

sederhana sampai dengan yang kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan

klasifikasi pelayanan dari yang biasa atau sederhana sampai dengan yang

dapat dikategorikan mewah. Semua itu dapat dijadikan pertimbangan dalam

memperhitungkan tarif yang layak. Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif

meliputi :

1. Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan.

Page 9: Home Care

Adalah imbalan yang diterima pelaksanaan pelayanan atas jasa yang

diberikan kepada klien dalam rangka pelayanan meliputi :

a. Pelayanan medik meliputi : konsultasi dan tindakan medic

b. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan meliputi konsultasi asuhan

dan tindakan keperawatan serta tindakan medik yang dilimpahkan.

c. Pelayanan Penunjang Medik (Laboratorium, Radiologi, Fisioterapis,

Terapi wicara, refraksionis, dll) meliputi konsultasi dan tindakan

penunjang medik.

d. Pelayanan Penunjang Non Medik meliputi konsultasi oleh petugas

sosial profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.

2. Jasa pelayanan sarana/prasarana

Adalah imbalan-imbalan yang diterima oleh pengelola atas pemakaian

sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai yang

digunakan langsung terhadap klien baik dengan sistem sewa maupun

membeli. Kegiatannya meliputi sewa peralatan medik, peralatan

keperawatan dan alat kesehatan lainnya, transportasi klien, konsultasi per

telepon dan sarana komunikasi lainnya, tindakan perbaikan lingkungan

dalam rangka menciptakan lingkungan terapeutik

Contoh daftar tarif jasa perawatan

No Tindakan Tarif 1X Tindakan

1. Rawat luka 45.000 – 60.000

2. Nebulizier 35.000

3. Angkat jahitan 45.000

4. Penanganan Nyeri 50.000

5. Pemantauan KKP 50.000

6. Pemantauan Hipertensi 35.000

7. Pemantauan CVA 50.000

8. Pemantauan DM 30.000 – 50.000

Page 10: Home Care

Contoh daftar tarif sewa alat :

No Alat Tarif

1. Set rawat luka 30.000-40.000

2. Nebulizier 40.000

3. Set Angkat jahitan 35.000

4. Set hipertensi 10.000 – 20.000

5. Set oksigen + isi 1 m3 60.000

6. Set DM 20.000 – 30.000

Contoh daftar tarif transport

No Transport Tarif

1. Dalam Kota Surabaya 5.000 – 25.000

2. Luar Kota Pasuruan 30.000/km

2.1.7. Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care

Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan home care

antara lain :

1. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan home care yang telah lama berlangsung dilakukan

adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu,

bayi, balita maupun lansia) yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan

puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas

biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini

dilakukan oleh visiting nurse. Institusi sosial yang melaksanakan

pelayanan home care dengan sukarela dan tidak memungut biaya.

Biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan

penyandang dananya dari donatur, misalnya bala keselamatan yang

melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai

wujud pengabdian pada Tuhan.

2. Institusi Swasta.

Institusi swasta dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun

kelompok yang menyelenggarakan pelayanan home care dengan menerima

Page 11: Home Care

imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui

pihak ketiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehtan swasta

tentu tidak berorientasi not for profit services.

3. Hospital home care.

Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat di rumah

sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka

dilanjutkan di rumah.

2.1.8. Bagaimana Merencanakan Institusi Home Care Swasta

Institusi home care swasta baik didirikan secara individu maupun kelompok,

baik untuk satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi memerlukan

perencanaan yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan

kebutuhan pasar mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan

internal.

1. Analisa Eksternal

memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis maupun

jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya

kebanyakan berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar

membutuhkan layanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah

reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal juga harus melihat pesaing

yang ada di sekitar daerah tersebut baik jumlah, jenis maupun kondisinya.

2. Analisa Internal

memperhitungkan tentang ketersediaan sumber (alam, manusia, dana) baik

yang aktual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu

dianalisa komitmen personal yang ada terhadap rencana pembentukan

institusi home care. Komitmen personal merupakan persyaratan mutlak

yang harus dimiliki untuk mengawali suatu bisnis baru.

Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi home care maka home care

harus memperhatikan hal berikut :

1. Kemudahan meliputi kemudahan untuk dihubungi, untuk mendapatkan

informasi, dan kemudahan untuk membuat janji.

Page 12: Home Care

2. Selalu tepat janji, sangat penting untuk membina hubungan saling percaya

antara masyarakat dengan institusi home care swasta

3. Sesuai standar yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan ciri professional

4. Bersifat responsif terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien.

5. Mengembangkan hubungan kerjasama secara internal dan eksternal untuk

memperbaiki kualitas layanan.

2.1.9. Fase Persiapan

a) Struktur organisasi, yang didalamnya antara lain

1. pimpinan home care

2. manager administrasi

3. manager pelayanan

4. koordinator kasus

5. pelaksana pelayanan.

b) Mekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut :

Berbadan hukum yang ditetapkan dalam akte notaris mengajukan ijin

usaha Home Care kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat

dengan melampirkan :

1. Rekomendasi dari PPNI

2. Ijin lokasi bangunan

3. Ijin lingkungan

4. ijin usaha

5. Persyaratan tata ruang bangunan meliputi :

a. ruang direktur

b. ruang menajemen pelayanan

c. gudang sarana dan peralatan

d. sarana komunikasi

e. sarana transportasi

f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek profesi dan sertifikasi

home care

Page 13: Home Care

c) Daftar tarif dibuat berdasarkan dengan memperhatikan standar harga di

wilayah tempat berdirinya home care dengan memperhatikan golongan

ekonomi lemah

d) Sarana dan Prasarana, meliputi set alat yang sering dipakai seperti

perawatan luka, perawatan bayi, nebulizier, aksigen, suction dan juga

peralatan komputer dan perlengkapan kantor.

e) Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap alat /

bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari pasien / keluarga.

f) Form informed consent, meliputi persetujuan tindakan dari pasien dan

keluarga, persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan.

g) Surat Perjanjian kerjasama antara profesi lain seperti misalnya fisioterapi,

dokter, laboratorium, radiologi dan juga dinas sosial.

h) Transportasi terutama untuk perawat home care dan juga transportasi

pasien bila sewaktu-waktu perlu rujukan ke rumah sakit atau tempat

pelayanan lainnya.

i) Sistem gaji / upah personil home care. Sistem ini harus lebih berorientasi

pada kepentingan perawat pelaksana bukan keuntungan manajemen

semata. Sistem penggajian bisa dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam

setiap kali selesai merawat pasien.

2.1.10. Fase Implementasi

1. Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian

kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien.

2. Hasil pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan

klien selanjutnya dan dibuat kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya

dan sistem perawatan yg dipilih).

3. Surveyor memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan oleh perawat

pelaksana

2.1.11. Fase Terminasi

1. Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg disepakati.

2. surveyor menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan.

Page 14: Home Care

3. Kolektor melakukan kunjungan ke keluarga untuk penyelesaian

administrasi.

2.1.12. Fase Pasca Kunjungan

Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan

a. Angket

b. Pertelepon

c. lewat email

d. Kunjungan

Mengenai : pelyanan perawatan, komunikasi, sarana, dll

2.2. STROKE

2.2.1. Pengertian

Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global

secara mendadak dan akut, berlangsung lebih dari 24 jam yang diakibatkan

oleh gangguan aliran darah. Penyebab dari stroke bisa diakibatkan karena

penyumbatan pada arteri yang disebabkan oleh adanya thrombus dan

embolus. Jumlah penderita stroke semakin meningkat dari hari ke hari, bukan

hanya menyerang penduduk usia tua tapi juga dialami oleh kelompok usia

muda dan produktif. Di Indonesia, insiden dan prevalensi stroke belum

diketahui secara pasti. Diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke setiap

tahunnya, sekitar 2.5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat

ringan hampir setiap hari, atau minimal rata-rata minimal 3 hari sekali ada

seorang penduduk Indonesia, baik tua maupun muda meninggal dunia karena

serangan stroke (Suyono, 2005).

Stroke menyebabkan berbagai defisit neorologik, bergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran, area yang perfusinya tidak

adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).

Manifestasi klinis dari stroke diantaranya adalah kehilangan motorik,

kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan

efek psikologik, disfungsi kandung kemih. Penderita stroke pada awal terkena

stroke perlu penanganan secara cepat dan tepat agar tidak menyebabkan

Page 15: Home Care

keadaan yang lebih parah atau bahkan kematian. Pada fase lanjutan atau

perawatan lanjutan, diperlukan penangan yang tepat karena dapat

menimbulkan komplikasi-komplikasi.

Seringkali ketika pulang, pasien pasca stroke masih mengalami gejala sisa,

misalnya dengan keadaan : kehilangan motorik (hemiplegi) atau ada juga

pasien yang pulang dengan keadaan bedrest total, kehilangan komunikasi atau

kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif

dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih, pemasangan alat Naso

Gastrium Tube (NGT), sehingga perawatan yang diberikan harus secara terus

menerus dilakukan agar kondisi klien membaik, penyakitnya terkontrol,

risiko serangan stroke ulang menurun, tidak terjadi komplikasi atau kematian

mendadak. Untuk itu perawat perlu mengkaji kebutuhan pasien dalam

perawatan di rumah, sehingga setelah pasien kembali kerumah perawatan

dapat dilakukan oleh keluarga pasien maupun pasien itu sendiri secara terus

menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Adapun

kebutuhan pasien pasca rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis,

sosial dan spiritual.

2.2.2 Kaji Kebutuhan Pasien Pasca Operasi

Menurut WHO (1989, dalam Price, 2004) Stroke adalah disfungsi neurologi

akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara

mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal pada

otak yang terganggu. Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke adalah

setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak.

Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis

atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas

dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah

sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya

dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau

sekunder akibat proses lain seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi

dan diabetes mellitus (Misbach, 1999).

Page 16: Home Care

Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan

tubuh, seperti bergerak, berfikir, berbicara, emosi, membaca, menulis,

melihat, mendengar, dan sebagainya. Manifestasi klinik stroke sangat

bergantung pada daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan fungsi

daerah otak yang mengalami kerusakan tersebut. Ada yang mengalami

lumpuh separo badan, bicara menjadi pelo, sulit menelan, sulit bicara, pelupa,

gerakan tidak terkoordinasi, mudah menangis atau tertawa, banyak tidur,

bahkan ada juga yang koma (Lumbantobing, 2000, Ignatavicius, 2003).

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, dan

cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.

Walaupun setiap orang mempunyai mempunyai sifat tambahan, kebutuhan

yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama.

Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan

posisi pada rentang sehat sakit.

Ditinjau dari konsep holitstik, kebutuhan manusia itu meliputi 4 (empat)

unsur, yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Kebutuhan

fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang individu

yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi secara umum lebih

dulu mencari pemenuhan kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970). Kebutuhan

fisiologis yang dimaksudkan adalah oksigenasi, cairan, nutrisi, eliminasi,

mobilisasi, perawatan diri. Sedangkan dari aspek psikologis, kebutuhan

manusia berkaitan dengan antisipasi terhadap stress dan adaptasi terhadap

lingkungan, konsep diri yang adekuat, self-esteem, dan aktualisasi diri.

2.2.3 Discharge Planning Bagi Pasien Stroke

Discharge Planning dimulai pada tahap awal rehabilitasi. Tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk membantu memelihara keberhasilan rehabilitasi

setelah pasien pulang. Pasien biasanya dipulangkan setelah tujuan perawatan

tercapai (http://www.Strokecenter.org, diakses pada 20 November 2009).

Beberapa hal tentang discharge planning mencakup :

1. Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan

2. Memilih perawatan, bantuan atau peralatan khusus yang dibutuhkan

Page 17: Home Care

3. Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di

rumah (misalnya kunjungan rumah oleh tim kesehatan)

4. Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan

pasien

5. Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan

pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan

mengajarkan tindakan yang dibutuhkan

6. Mendiskusikan hal yang berhubungan dengan seksual. Beberapa orang

yang menderita stroke mempunyai riwayat seksual yang menyenangkan.

2.2.4 Perawatan Pasca Stroke Di Rumah

Sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain, pasien dan

orang yang merawat perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab

yang akan dihadapi. Meskipun sebagian besar pasien telah mengalami

pemulihan yang cukup bermakna sebelum di pulangkan, sebagian masih

memerlukan bantuan untuk turun dari tempat tidur, mengenakan pakaian,

makan, dan berjalan. Perlu dipastikan bahwa Anda mengetahui tentang

layanan komunitas lokal yang dapat memberikan bantuan, termasuk dokter

keluarga, perawat kunjungan rumah, ahli fisioterapi, petugas sosial, ahli terapi

wicara, dan layanan relawan. Anda dapat membuat sebuah catatan harian

sederhana yang mencakup rincian obat pasien dan waktu-waktu perjanjian

bertemu dengan berbagai dokter atau professional kesehatan lain. Sebaiknya

kemajuan pasien dicatat setiap hari atau setiap Minggu (Valery, 2006)

Berdasarkan statistik, pasien stroke yang bertahan hidup kemungkinan besar

akan dirawat di rumah :

1. Secara rata-rata, hingga 80 % pasien stroke kembali ke rumah dalam

enam bulan.

2. Sekitar 15% pasien, yang bertahan hidup melewati Minggu-minggu

pertama setelah stroke, akhirnya akan dipindahkan ke unit rehabilitasi, di

mana durasi menginap adalah sekitar 3 – 4 minggu.

Page 18: Home Care

3. Sekitar separuh pasien yang bertahan hidup enam bulan setelah stroke

akan mandiri secara parsial atau total untuk menjalani aktivitas sehari-hari

seperti mandi, berpakaian, makan, dan bergerak.

4. Ini mencakup sekitar 10% dari pasien yang memerlukan perawatan jangka

panjang

5. Sekitar sepertiga pasien yang bertahan hidup satu tahun tidak mampu

memperoleh kembali kemandirian mereka, dan proporsi ini relatif tidak

berubah setelah lima tahun.

Beberapa contoh kebutuhan yang diperlukan oleh klien pasca Stroke :

2.2.4.1 Posisi di Tempat Tidur dan Terapi Fisik

Tempat tidur yang ideal bagi pasien stroke adalah tempat tidur yang

padat dengan bagian kepala cukup keras untuk menopang berat ketika

disandarkan; tempat tidur tunggal memungkinkan orang yang merawat

meraih pasien dari kedua sisi. Pada beberapa kasus, ahli terapi

okupasional merancang tempat tidur fungsional khusus bagi pasien.

Pasien yang mengalami imobilisasi perlu diposisikan dan direposisikan

dengan benar di tempat tidur karena hal ini dapat membantu mencegah

komplikasi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia,

kontraktor sendi, dan nyeri bahu. Pada banyak kasus, pasien yang

mengalami imobilisasi dirawat secara penuh di fasilitas perawatan,

namun jika Anda merawatnya di rumah, Anda dianjurkan mengikuti

prosedur berikut :

1. Pastikan bahwa pasien memiliki kasur yang sesuai – bertanyalah kepada

dokter atau ahli terapi okupasional jika perlu.

2. Balikkan pasien dari satu sisi ke sisi lain setiap 2 – 3 jam sepanjang

siang dan malam.

3. Ubahlah posisi lengan dan tungkai setiap 1 – 2 jam sepanjang siang dan

malam hari

4. Pijatlah tungkai yang lumpuh sekali atau 2 kali sehari

5. Gerakkan semua sendi di tungkai yang lumpuh secara lembut dan

perlahanlahan (yaitu, lurus dan menekuk) 5 – 7 kali. Tahanlah sendi di

Page 19: Home Care

setiap posisi selama sekitar 30 detik. Gerakan sebaiknya tidak

menimbulkan nyeri. Ulangi proses ini setiap empat jam. Jika mungkin,

cobalah memberi semangat pasien untuk bekerja sama dengan gerakan

dan meningkatkan mobilitas mereka karena ini akan membantu

mempercepat pemulihan.

6. Topanglah hemiplegik (lemah) dengan buah bantal. Jangan

membaringkan pasien telentang atau menarik lengan yang lumpuh.

2.2.4.2 Membalikkan Pasien

Pasien yang mengalami imobilisasi perlu dibalik dan diposisikan secara

reguler, bahkan pada malam hari. Tersedia beberapa seprai nilon

(misalnya, Slippery Sam, Slide Sheets) yang mempermudah kita

menggerakkan dan menggulingkan pasien. Untuk membalik pasien di

tempat tidur, orang yang merawat harus menyelipkan lengan mereka di

bawah tubuh pasien dan menarik pasien ke arah mereka. Jika pasien

sudah terputar, bukalah dan kencangkan seprai di bawahnya

Punggung pasien juga harus juga diperiksa untuk melihat tanda-tanda

dekubitus. Untuk mencegah timbulnya dekubitus, bersihkan kulit dengan

air hangat, spons, dan sedikit antiseptik atau sabun paling tidak sekali

sehari. Semua seprai yang basah harus langsung diganti (David, 2002.

http://www.strokebethesda.com. Diakses tangggal 8 Mei 2008)

2.2.4.3 Bridging

Latihan ini dapat membantu pasien bergerak di tempat tidur. Pasien

menekuk tungkai mereka yang kuat, dan orang merawat membantu

dengan menekuk tungkai yang lemah dan menahannya dalam posisi yang

dibutuhkan. Pasien kemudian mendorong kaki mereka ke tempat tidur,

dan mengangkat panggul sehingga panggul dapat dipindahkan ke salah

satu sisi dan menurunkan panggul ke posisi yang baru (Valery, 2006)

Page 20: Home Care

2.2.4.4 Mencegah Pembentukan Pembekuan Darah

Pemakaian obat anti – Pembekuan, aplikasi kompresi pneumatic

intermiten, dan penggunaan kaus kompresi dapat membantu mencegah

terbentuknya bekuan darah.

Dokter akan menjelaskan kapan tindakan ini diperlukan dan ia akan

memberikan informasi yang Anda perlukan (Perdossi, 2007).

2.2.4.5 Duduk di Tempat Tidur

Berilah pasien semangat untuk duduk dan bersandar ke bagian kepala

tempat tidur sesegera mungkin – sebagian besar pasien stroke yang

bertahan hidup mampu melakukan ini sendiri dalam satu Minggu.

Mereka sebaiknya menghabiskan lebih banyak waktu duduk dari pada

tidur telentang. Duduk lebih kecil kemungkinannya menyebabkan

tersedak dan mempermudah pasien bernafas dan menelan. Jika mobilitas

pasien sangat terhambat, alat pengangkat dapat membantu mereka

bergerak di tempat tidur dengan aman. Dapat digunakan bantal tambahan

untuk menyumbangkan pasien dan memberikan topangan di sisi yang

lumpuh. Pada awalnya, mungkin diperlukan satu atau dua orang untuk

menegakkan pasien, tetapi sebagian besar orang segera mampu

melakukannya sendiri. Saat duduk, gunakan bantal untuk menopang

lengan yang lumpuh/ lemah (Thomas.D.J, 2000)

2.2.4.6 Perawatan Kulit

Perawatan kulit yang cermat sangat penting untuk mencegah dekubitus

(luka karena tekanan) dan infeksi kulit; adanya hal-hal ini menunjukkan

bahwa perawatan pasien kurang optimal. Keduanya sebaiknya dicegah

alih-alih diobati, karena dekubitus menimbulkan nyeri dan sembuhnya

lama, dan jika terinfeksi, luka ini dapat mengancam nyawa. Pada pasien

stroke, dekubitus dapat terjadi karena berkurangnya sensasi dan

mobilitas. Inkontesia dan malnutrisi, termasuk dehidrasi, juga

Page 21: Home Care

meningkatkan risiko timbulnya dekubitus dan menghambat proses

penyembuhan.

Orang yang tidak dapat bergerak harus sering di putar dan tereposisi, dan

seprai mereka harus terpasang kencang. Bagi pasien yang hanya dapat

berbaring atau duduk di kursi roda, bagian-bagian tubuh yang paling

berisiko antara lain adalah punggung bawah (sakrum), pantat, paha,

tumit, siku, bahu, dan tulang belikat (skapula). Sekali sehari, gunakan

spons kering untuk membatali titik-titik tekanan ini agar mencegah

tertekanya saraf dan terbentuknya dekubitus. Ketika melakukan hal ini,

periksalah ada tidaknya abrasi, lepuh, dan kemerahan kulit yang tidak

hilang ketika ditekan karena hal-hal ini menunjukkan awal dekubitus.

Kulit pasien harus di jaga kering dan diberi bedak.

Untuk pasien dengan fraktur atau inkontinesia urine atau fases,

mengalami malnutrisi atau dehidrasi dan memiliki riwayat dekubitus

(jaringan parut lebih lemah daripada jaringan sehat), reposisi harus

dilakukan lebih sering. Setiap kali dilakukan pembersihan terhadap

inkontinesia, kulit di sekitar juga perlu diperiksa. Semua bagian yang

tertutup perlu dibersihkan, misalnya lipatan kulit yang dalam di bawah

skrotum atau di antara pantat

Sebagian pasien yang hanya dapat berbaring di tempat tidur mungkin

memerlukan kasur khusus, misalnya kasur udara. Namun, perlu diingat

bahwa meski telah menggunakan alat ini, orang yang merawat tetap

harus membalik dan mereposisi pasien dan mengikuti semua

rekomendasi yang diberikan di sini atau oleh profesional perawatan

kesehatan

Jika terbentuk luka, terapi akan paling efektif jika dimulai pada tahap

awal luka. Tunjukkan segala sesuatu yang mungkin mencemaskan anda

kepada ahli terapi, perawat, atau dokter. Identifikasi dekubitus oleh orang

yang merawat sangat penting agar terapi efektif karena masalah

komunikasi atau karena mereka tidak menyadarinya.

Page 22: Home Care

2.2.4.7 Perawatan Mata dan Mulut

Pasien yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus membersihkan

mulutnya dengan sikat lembut yang lembab atau kapas penyerap sekitar

satu jam. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk

pasien yang sulit atau tidak dapat menelan.

Gunakan kain lembab yang bersih untuk membersihkan kelopak mata

pasien jika diperlukan. Jika pasien yang mengantuk terus membuka mata

dalam jangka panjang, mata mereka dapat mengering, yang bisa

menyebabkan infeksi dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini,

dianjurkan penutupan mata dan penggunaan pelumas, salep, atau air mata

buatan yang dapat di beli bebas (1 – 2 tetes setiap 3 – 4 jam)

2.2.4.8 Mencegah Nyeri Bahu

Nyeri bahu merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien stroke,

dialami oleh sekitar 1 dari 5 pasien dalam waktu enam bulan setelah

stroke. Komplikasi ini disebabkan oleh peregangan dan peradangan sendi

bahu yang melemah, dan sangat sering pada pasien dengan tungkai atas

atau bawah yang lemah, atau mereka yang memiliki riwayat gangguan

tungkai atas, diabetes melitus, dan tinggal sendiri di rumah.

Seperti pada banyak komplikasi stroke lain, nyeri bahu jauh lebih mudah

dicegah daripada diobati. Pada kenyataannya, sekali terbentuk, nyeri ini

cenderung menetap, sering kali semakin buruk, terutama jika tidak terapi

dengan benar, dan dapat menyebabkan cacat yang signifikan. Tindakan

pencegahan terbaik adalah penempatan posisi dan reposisi di tempat tidur

menopang lengan yang lemah (lumpuh) dengan bantal atau sandaran

tangan jika mungkin; menghindari peregangan sendi bahu, terutama oleh

tarikan pada lengan lemah; dan menopang lengan yang lemah dengan

lengan yang normal atau dengan menggunakan perban sportif saat

berjalan sehingga lengan tersebut tidak terkulai ke bawah. Pasien stroke

jangan ditarik di lengannya yang lumpuh.

Page 23: Home Care

2.2.4.9 Turun Dari Tempat Tidur Dan Bergerak

Segera setelah pasien mampu, bantulah mereka turun dari tempat tidur

dan duduk di kursi yang nyaman untuk jangka pendek. Peningkatan

mobilitas pasien harus lambat dan bertahap, dan jika mungkin, mengikuti

rangkaian berikut : bergerak di tempat tidur dengan tungkai ke bawah,

berdiri di samping tempat tidur, berjalan ke kursi, duduk di kursi,

berjalan di lantai yang rata.

Pasien harus perlu berupaya mencapai tingkat yang lebih tinggi. Hanya

berbaring dan menunggu perbaikan sama artinya kehilangan kesempatan

untuk pemulihan terbaik. Dalam hal ini, motivasi yang kuat, termasuk

kepercayaan pada proses pemulihan, sangatlah penting. Semangati pasien

untuk secara mental mencoba memerintahkan lengan atau tungkai

mereka yang lumpuh untuk bergerak dan melakukan apa yang mereka

inginkan. Mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka

dapat menggunakan lengan atau tungkai mereka yang sehat untuk

membantu. Hal yang sama berlaku bagi fungsi lain yang hilang atau

terganggu. Seperti yang telah disinggung, tidak seorang pun tahu apa

yang menyebabkan suatu bagian otak mengambil alih sebagian dari

fungsi yang hilang setelah stroke atau cedera otak lainnya, tetapi

kapasitas otak untuk melakukan hal ini sangatlah besar. Oleh karena itu,

pasien jangan pernah menyerah untuk mencoba pulih.

Indikasi terbaik bahwa pasien siap bergerak ke tingkat mobilitas vang

lebih tinggi adalah kemampuan menoleransi tingkat mobilitas yang telah

mereka capai; jika pasien sudah merasa nyaman melakukan suatu

aktivitas selama paling sedikit satu menit, mereka dapat bergerak ke

tingkat selanjutnya. Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu atau dua

orang asisten berdiri dl samping pasien dan membantu pasien, terutama

pada tahap-tahap awal. Ketika berdiri atau berjalan, pasien sebaiknya

berupaya menggunakan tungkai mereka yang lumpuh dengan

menopangkan best badan mereka pada tungkai tersebut sebisa mungkin

dan dengan memindahkan best badan dari satu sisi tubuh ke sisi lainnya.

Pada awalnya pasien harus mencoba hanya beberapa langkah kecil. Sesi

Page 24: Home Care

latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan secara

perlahan, merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika pasien telah

yakin dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik

tangga, tetapi pastikan bahwa susuran tangganya telah aman dan kuat.

Bahkan orang berusia muda yang sehat namun berbaring beberapa hari di

tempat tidur akan mengalami sedikit masalah jika berdiri dengan cepat

dan langsung berjalan. Orang yang mengalami stroke sering kali telah

berusia lanjut dan sistem kardiovaskular mereka sering terganggu,

sehingga toleransi mereka terhadap peningkatan mobilitas dapat sangat

berkurang. Petugas kesehatan sebaiknya memberitahu pasien apakah

mereka boleh berusaha jalan dan apakah mereka dapat mencoba berjalan

sendiri atau dengan bantuan.

Pasien mungkin perlu dibantu untuk turun dari tempat tidur atau

berpindah dari tempat tidur ke kursi, terutama pada tahap-tahap awal

setelah stroke. Letakkan sebuah kursi yang kuat dan tidak terlalu rendah

dekat tempat tidur untuk membantu pemindahan (jika Anda

menggunakan kursi roda, rem tangan harus terkunci untuk mencegahnya

bergerak). Singkirkan semua keset yang dapat bergerak atau benda lain

yang dapat menyebabkan pasien terpeleset, terantuk, atau jatuh.

Rangkaian tindakan berikut ini dapat digunakan untuk memindahkan

pasien lumpuh dari kursi ke toilet. Sekali lagi, jika menggunakan kursi

roda, pastikan bahwa rem tangan sudah terkunci.

1. Jelaskan proses pemindahan ke pasien, dengan menekankan posisi

akhir.

2. Berdirilah di depan pasien dan peluklah mereka dengan lengan Anda

melingkari punggung atau memegang tali pinggang.

3. Tahanlah tungkai atau kaki yang lemah, jika perlu, dan mulailah

menghitung untuk mengangkat. Hal ini memungkinkan pasien

mengetahui apa yang sedang terjadi sehingga la dapat memberi

bantuan yang maksimal.

4. Mintalah pasien untuk condong ke depan, kemudian angkatlah dan

raihlah lengan kursi yang terletak paling jauh.

Page 25: Home Care

5. Mintalah pasien untuk melangkah berputar, jika mungkin, atau

berputar sedemikian sehingga ia berada di depan kursi atau toilet.

Pasien kemudian dapat duduk.

2.2.4.10 Menelan Dan Makan

Biasanya dokter atau perawat yang berpengalaman dalam menilai

kemampuan menelan akan mengamati adanya tanda-tanda kesulitan

makan atau minum. Tanda-tandanya antara lain adalah bicara pelo,

suara yang basah dan serak, atau mengeluarkan liur di salah satu sisi

mulut. Pasien dapat diberi sedikit air untuk memeriksa kemampuan

mereka menelan, tetapi hal ini harus dilakukan oleh petugas

kesehatan. Jika tidak terdapat masalah yang nyata, pasien dapat

diminta untuk mencoba makanan dan minuman yang dapat ditelan

pasien dengan aman.

Kesulitan menelan sangat berbeda dari satu pasien ke pasien lain.

Ahli terapi wicara akan memberi nasihat mengenai konsistensi

makanan dan minuman yang sesuai. Anda mungkin dinasihati untuk

menghindari makanan tertentu, misalnya makanan yang terlalu

keras, kering, atau beremah-remah. Cairan dapat dikentalkan melalui

beberapa cara. Makanan pengental dapat dibeli di apotek dan pasar

swalayan (misalnya, bubuk puding instan). Anda dapat dengan

mudah mengentalkan susu dengan pisang rebus yang ditumbuk

bubur/pure buah, atau produk susu yang kental, seperti yoghurt. Sup

dapat dikentalkan dengan menambahkan bubuk skim-milk, kentang

rebus lunak, atau sayuran bertepung lainnya. Apa pun metode yang

Anda gunakan, makanan harus halus dan konsisten. Jika Anda

mengalami kesulitan mengentalkan makanan, ahli terapi wicara atau

ahli gizi dapat memberi bantuan.

Jika pasien stroke tidak mampu menyantap cukup makanan untuk

tetap sehat, mereka perlu secara temporer diberi makan melalui

selang, yang dimasukkan melalui hidung hingga ke lambung. Pasien

yang sakit parah atau yang tidak dapat menoleransi adanya selang di

Page 26: Home Care

hidung dapat diberi makan melalui selang yang menembus dinding

perut ke dalam lambung gastroskopi endoskopik perkutis. Pasien

stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang

dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan

miktonutrien. Jika nafsu makan pasien berkurang, mereka dapat

diberi makanan ringan tinggi-kalori yang lezat dalam jumlah terbatas

setiap 2-3 jam, bersama dengan minuman suplemen nutrisional.

Untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi, semua makanan

harus disantap dalam keadaan duduk, jangan berbaring.

Untuk mencegah tumpah, letakkan piring pada alas antiselip dan,

paling tidak pada awalnya, mungkin sebaiknya digunakan piring

yang cekung sehingga makanan tidak mudah tumpah. Terdapat alat-

alat bantu untuk orang yang makan dengan satu tangan dan juga

terdapat mangkuk telur yang dapat ditempelkan ke meja. Ahli terapi

okupasional biasanya menilai kebutuhan pasien akan alat-alat

semacam ini.