42
MATA KULIAH SELEKTIF HOME CARE NURSING Disusun oleh : Kelompok 5 A.12.1 1. Endar Giri Budiharto 22020112120006 2. Riska Yunita 22020112130027 3. Diksi Puspita Dewi 22020112130031 4. Ebtabes Fianfi 22020112130057 5. Viki Nisa Fuqoha 22020112130057 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Home Cara Kasus V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

y

Citation preview

Page 1: Home Cara Kasus V

MATA KULIAH SELEKTIF

HOME CARE NURSING

Disusun oleh :

Kelompok 5 A.12.1

1. Endar Giri Budiharto 22020112120006

2. Riska Yunita 22020112130027

3. Diksi Puspita Dewi 22020112130031

4. Ebtabes Fianfi 22020112130057

5. Viki Nisa Fuqoha 22020112130057

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

Page 2: Home Cara Kasus V

A. TUBERKULOSIS PARU

1. Pengertiaan Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim infeksi

kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencangkup

80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis, sedangkan 20%

selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar. Diperkirakan

bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi kuman M.

Tuberculosis.

M. Tuberculosis adalah suatu hasil aerobik tahan asam yang

ditularkan melalui inhalasi(udara). Pada hampir semua kasus, infeksi

kasus tuberkulosis didapat dari inhalasi partikel kuman yang cukup

kecil (sekitar 1-5m) dan berbentuk batang. Di dinding kuman terdapat

lipid(asam lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap

asam(asam alkohol) dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.

ketahanan dari asam inilah membuat kuman ini disebut dengan kuman

tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada suhu kering maupun

dingin dalam waktu yang cukup lama. Hal ini terjadi karena kuman

terdapat pada sifat dormant. Dari sifat dormant ini menjadikan penyakit

tuberkulosis aktif lagi. Droplet dikeluarkan melaui batuk, tertawa,

bersin. Nukleus yang terinfeksi kemudian terhirup oleh individu yang

rentang (hospes). Sebelum infeksi pulmonari dapat terjadi, organisme

yang terhirup terlebih dahulu harus melawan mekanisme pertahanan

paru dan masuk jaringan paru.

Pemajanan singkat tuberkulosis tidak selalu menyebabkan infeksi.

Klien yang umumnya terinfeksi adalah mereka yang mempunyai kontak

erat berulang dengan individu terinfeksi yang belum terdiagnosa.

2. Patofisiologis

Kali pertama pasien yang terinfeksi oleh tuberculosis disebut

sebagai “infeksi primer” dan biasanya terdapat pada apeks paru atau

Page 3: Home Cara Kasus V

dekat pleura lobus bawah. Infeksi primer mungkin hanya berukuran

mikroskopis, dan karenanya tidak tampak pada foto ronsen. Tempat

infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik (perkejuan)

tetapi bisa saja tidak, yang menyebabkan pembentukan rongga yang

terisi oleh massa basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang

mati, dan jaringan paru nekrotik. Pada waktunya, material ini mencair

dan dapat mengalir ke dalam percabangan trakheobronkhial dan

dibatukkan. Rongga yang terisi udara tetap ada dan mungkin terdeteksi

ketika ronsen .

Sebagian besar tuberkel primer yang menyembuh dalam periode

bulanan dengan membentuk jaringan parut dan kemudian terbentuk lesi

pengapuran yang juga sebagai tuberkel Ghon. Lesi ini dapat

mengandung basil hidup yang dapat aktif kembali, meski telah

bertahun-tahun, dan menyebabkan infeksi sekunder. Infeksi TB primer

menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil tuberkel

dan proteinnya. Respons imun seluler ini tampak dalam bentuk

sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit

tuberkulin. Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua

sel-sel tubuh 2 sampai 6 setelah infeksi primer. Dan akan dipertahankan

selama basil lebih lanjut

Faktor yang tampaknya mempunyai peran dalam perkembangan

TB menjadi penyakit aktif antara lain:

- Usia lanjut

- Imunosupresi

- Infeksi HIV

- Malnutrisi, alkoholosme dan peyalahgunaan obat

- Adanya penyakit lain, antara lain diabetes melitus, gagal ginjal

kronis, malignasi

3. Penularan Tuberkulosis

Ada dua macam penularan tuberkulosis, yaitu :

Tuberkulosis primer

Page 4: Home Cara Kasus V

Penularan tuberkulosis terjadi melalui inhalasi yang

mengandung kuman yang menjadi droplet muclei dalam udara.

Partikel infeksi ini dapat bertahan di udara selama 1-2 jam,

tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang

buruk dan kelembaban karena dalam suasana yang lembab dan

gelap, kuman dapat bertahan hingga berbulan-bulan. Bila kuman

terisap oleh oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran

pernafasan atau jaringan paru bahkan hingga mencapai alveolar

jika ukurannya <5 mikrometer. Kuman akan menghadapi

neutofil, kemudian baru mikrofag. Kebanyakan partikel ini akan

mati atau dimusnahkan oleh makrofag keluar dari percabangan

trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, perkembangan

kuman berlanjut menjadi sito-plasma mikrofag. Disini ia dapat

terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman kemudian

membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut

sarang primer atau sarang Ghon atau afek primer dan dapat

terjadi pada semua jaringan paru. Jika sarang primer menjalar ke

pleura, akan terjadi efusi pleura. Dari sarang primer akan timbul

peradangan saluran getah bening menujuh hilus (limfangitis

regional). Jika limfangitis lokal bersama limfadenitis regional

menjadi satu akan menjadi kompleks primer. Semua proses ini

memakan waktu 3-8 minggu. Ada kemungkinan pada kompleks

primer ini, antara lain :

- Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat (banyak

terjadi)

- Sembuh dengan menimbulkan sedikit bekas berupa garis-

garis fibrotik. Tipe ini memungkinkan terjadinya

reaktivasi kuman tuberkulosis karena kuman yang

dormant.

- Berkomplikasi dan menyebar secara :

- Perkontinuitatum : menyebar ke sekitarnya

Page 5: Home Cara Kasus V

- Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun

paru disebelahnya

- Hematogen : menyebar ke organ tubuh lain.

Tuberkulosis sekunder

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan

muncul bertahun-tahun setelahnya kemudian menjadi infeksi

endogen yang disebut tuberkulosis dewasa (tuberculosis post

primer atau tuberkulosis sekunder). Mayoritas reinfeksi

mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas

yang menurun. Tuberkulosis sekunder dapat berasal dari infeksi

eksogen dari usia muda menjadi tuberkulosis usia tua. Setelah

mendapatkan pengobatan, akan terjadi kemungkinan terhadap

sarang, antara lain :

- Sarang sembuh dan tidak diperlukan pengobatan kembali

- Sarang aktif eksudatif, perlu pengobatan lebih lanjut

- Sarang yang berada pada fase aktif dan sembuh,

dianjurkan untuk diberikan pengobatan

4. Klasifikasi tuberkulosis

Menurut American Thoracic Society, klasifikasi tuberkulosis

dibagi menjadi :

1. Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat

kontak negatif, tes tuberkulin negatif

2. Kategori I : terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada

infeksi, riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif

3. Kategori II : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit, tes

tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif

4. Kategoti III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit

Page 6: Home Cara Kasus V

Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan

kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis:

- Tuberkulosis paru

- Bekas tuberkulosis paru

- Tuberkulosis paru tersangka, yaitu terbagi menjadi :

Tuberkulosis paru tersangka yang diobati; BTA negatif,

tetapi tanda-tanda lain positif

Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati; sputum

BTA negatif dan tanda-tanda lain meragukan

Dalam 2-3 bulan, tersanggka TB sudah harus dipastikan apakah

termasuk TB paru aktif atau bekas TB paru

5. Gejala-gejala klinis

Ada banyak gejala klinis yang ditemukan pada pasien dengan

tuberkulosis, meski tidak jarang ada pasien dengan tanpa gejala

- Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi

suhu tubuh dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama

dapat sembuh sementara tetapi kemudian dapat timbul lagi dan

seterusnya hingga pasien merasa merasa tidak pernah terbebas

dari demam influenza ini. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

imunitas pasien dan jumlah infeksi kuman tuberkulosis yang

masuk

- Batuk/batuk darah

Gejala ini banyak ditemukan pada pasien tuberkulosis,

batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang yang keluar.

Karena terlibatnyabronkus pada setiap penyakit tidak sama,

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang atau

berbulan-bulan setelah peradangan. Sifat batuk dimulai dari

batuk kering (non-produktif) yang berlanjut menjadi batuk

Page 7: Home Cara Kasus V

dengan sputum (produktif) kemudian menjadi batuk dengan

darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

- Sesak nafas

Sesak nafas ditemukan ketika penyakit sudah tingkat

lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi setangah paru

- Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Gejala ini muncul

ketika infiltrasi radang susah sampai ke pleura sehingga

menimbulkan pleuritis

- Malaise

Tuberculosis adalah penyakit dengan radang yang

menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia

tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini

semakin lama akan berat dan timbul hilang dengan waktu yang

semakin tidak menentu

Page 8: Home Cara Kasus V

B. KONSEP LANJUT USIA

1. Definisi lansia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut

usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia

bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahakan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual.

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan

umur lansia dari pendapat berbagai ahli yang dikutip dari Nugroh

(2000).

- Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal

1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

- Menurut World Health Organization (WHO)

Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

Usia sangat tua (very old) : di atas 90

tahun

- Menurut Prof. Dr.Ny. Sumiati Ahmad Mohammad

Masa setengah umur (prasenium) : 40-65 tahun

Masa Lanjut usia (senium) : 65 tahun ke atas

- Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI)

Page 9: Home Cara Kasus V

Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan

dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut.

Pertama (fase iuventus) : 25-40 tahun

Kedua (fase virilitas) : 40-55 tahun

Ketiga (fase presenium) : 55-65 tahun

Keempat (fase senium) : 65 hingga tutup usia

- Menurut Prof.Dr Koesoemato Setyonegoro

Masa dewasa muda (elderly adulthood) : 18 atau 20-25

Masa dewasa penuh atau maturitas (middle years) : 25-60 atau 65

Masa lanjut usia (geriatric age) : >65 atau 70

- Masa lanjut usia (geriatric age) itu sendiri dibagi lagi menjadi tiga

batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan

very old (> 80 tahun).

3. Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2000)

a. Sistem Penglihatan

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons

terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa

lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya

ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan

menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan

menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan

hijau pada skala pemeriksaan.

b. Sistem Pernapasan

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas

Page 10: Home Cara Kasus V

sehinnga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat,

kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalam bernapas

menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya

berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,

kemampuan untuk batuk berkurang, dan penurunan kekuatan otot

pernapasan.

c. Perubahan Mental

Faktor-faktor memengaruhi perubahan mental adalah

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan (intellegence quotient-

I.Q.), dan kenangan (memory). Kenangan dibagi menjadi dua, yaitu

kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu)

mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau

seketika (0-10 menit) biasanya dapat berubah kenangan buruk.

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang

mengalami pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi

pada masa pensiun.

Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.

Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.

Kehilangan teman atau relasi.

Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of

mortality)

Page 11: Home Cara Kasus V

C. PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN LANSIA

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia

antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan

meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi

serta memberikan motivasi dan menfasilatsi kebutuhan spiritual bagi

lansia.

A. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang

harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya.

Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan biologis, inspiratif

(saling menguatkan), budaya dan aspirasi, serta nilai-nilai keluarga.

Menurut Carter dan McGoldrick (1998), tugas perkembangan

keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut.

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang

sangat penting dalam mendukung kesejahteraan

lansia.Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan suatu

pengalaman yang traumatis, karena pidah tempat tinggal berarti

mengbah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh

lansia dilingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, dengan

pindah tempat tinggal berarti lansia akan kehilangan teman dan

tetangga yang selama ini beinteraksi serta memberikan rasa

aman pada lansia.

Kondisi ini tidak dialami oleh semua lansia, karena indah

tempat tinggal yang telah dilakukan dengan persiapan yang

memadai dan perencanaan yag matang terhadap lingkungan

baru bagi lansia, tentu akan berdampak positif bagi kehidupan

lansia.

2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

Ketika lansia memasuki pension, mak terjadi penurunan

pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena

Page 12: Home Cara Kasus V

biaya hidup terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan

berkurang.

Dengan sering munculnya masalah kesehatan, pengeluaran

untuk biaya esehatan merupakan masalah fungsional yang

utama.Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan

lansia untuk dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan

yang ada.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudka

kebahagian keluarga.Perkawinan mempunyai kontribusi yang

besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan

lansia.

Salah satu mitos tentang lansia adalah dorongan seks dan

aktivitassosialnya yang tidak ada lagi.Mitos ini tidak benar,

karena menurut hasil penelitian memperlihatkan keadaan yang

sebaliknya. Studi-studi semacam ini menentukan bahwa

meskipun terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-

lahan pada lansia, namun keinginan dalam kegiatan seksual

terus ada, bahkan meningkat (Lobsenz,1975). Salah satu

penyebab yang dapat menurunkan aktivitas seksual adalah

masalah psikologis.

4. Penyesuain diri terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas

perkembangan yang paling traumatis. Lansia biasanya telah

menyadari bahwa kematian adalah bagian kehidupan yang

normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa

pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian

untuk menghadapi perubahan tersebut.

5. Pemeliaraan ikatan keluarga antar generasi

Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari

hubungan social, tetapi keluarga tetap menjadi focus interksi

lansia dan sumbarutama dukungan social.Oleh karena lansia

Page 13: Home Cara Kasus V

menarik diri dari aktivitas dunia sekitarnya, maka hubungan

dengan pasangan, anak-anak, cucu, srta saudaranya menjadi

lebih penting.

6. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Hal ini dipandang penting, bahwa penelaahan kehidupan

memudahkan penyesuaian terhadap kejadian-kejadian dimasa

lalu. Lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan

berharap agar dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan

penuh arti (Duvall,1977)

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya

sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitarnya pun perlu memahami

bagaimana melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh

karena itu selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup

serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif da

berbahagia meskipun usianya lanjut.

B. Perawatan kesehatan lansia dirumah

Perawatan kesehatan di rumah adalah sektor yang mengalami

pertumbuhan paling cepat dalam sistem pelayanan kesehatan.  Layanan

perawatan kesehatan rumah dapat berupa perawatan yang berkelanjutan

atau hanya kadang-kadang, menurut kebutuhan lansia terhadap

pelayanan ini.Pelayanan ini diberikan oleh perusahaan swasta untuk

provid atau oleh organisasi daerah atau lembaga perawat non provid

yang berunjung ke rumah-rumah.Pelayanan yang diberikan termasuk

asuhan keperawatan, fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara, pekerjaan

sosial, dan pelayanan bantuan untuk perawatan kesehatan

rumah.Beberapa lansia mungkin menggunakan semua jenis pelayanan,

dan sebagian hanya menggunakan satu jenis pelayanan.

Studi terbaru, menunjukkan pelayanan kesehatan rumah terhadap

lansia untuk mencegah lansia tersebut di rawat kembali di rumah sakit. 

Kemampuan perawat kesehatan rumah untuk mengkaji klien secara

berkelanjutan dan mengidentifikasi berbagai gejala eksaserbasi dari

Page 14: Home Cara Kasus V

masalah yang ada memungkinkan perawat untuk melakukan intervensi

seawal mungkin sebelum gejala bertambah buruk.Perawat kesehatan

rumah berada pada posisi ideal untuk mengkaji kebutuhan lansia secara

holistik dan untuk mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan.

Semua bentuk asuhan keperawatan dapat diberikan dalam bentuk

perawatan kesehatan dirumah.Banyak prosedur yang sebelumnya

dianggap teknologi tinggi sekarang telah menjadi umum dalam

perawatan di rumah (misalnya perawatan jalur sentral dan port-a-

cath).Terapi intravena dan hiperalimentasi dilaksanakan secara rutin di

rumah.Banyak tindakan dengan teknologi tinggi dilakukan oleh

perusahaan khusus dan lembaga keperawatan di rumah (home care)

yang bekerja bersama pada kasus-kasus tersebut.Perawat dari

perusahaan khusus membawahi suatu area geogrfis yang besar, kadang-

kadnag sampai beberapa negara bagian.Peralatan yang diperlukan untuk

perawatan lansia disediakan dan dipelihara oleh perusahaan khusus

ini.Yang juga memberikan pelatihan awal dan bantuan dalam

memecahkan masalah bagi perawat perawatan di rumah

setempat.Lembaga perawatan rumah setempat memberikan perawatan

sehari-hari kepada klien. 

 

C. Perawatan orang lanjut usia

Proses bertambahnya usia mulai sejak kita dilahirkan tapi

kecepatan proses ini sangat berbeda pada tiap orang. Perubahan yang

terjadi karena usia yang semakin lanjut mrngurangi rasa kemandirian

kita. Ini berarti orang lanjut usia yang lemah tak dapat lagi merawat

dirinya sendiri dan harus pindah ke tempat keluarga atau rumah

perawatan khusus. Biasanya seseorang sangat terikat pada rumahnya

dan lebih senang tinggal di rumah sendiri, bila memang demikian

keadannya buatlah kehidupan dirumah terasa lebih mudah sehingga ia

tetap dapat bersikap mandiri dalam waktu lebih lama.

Kemungkinan lain adalah dengan mencari tempat dimana

seseorang dapat menjaganya. Dapat dirumah sewa atau apartemen

Page 15: Home Cara Kasus V

dengan perawat yang bertanggung jawab mengurus kehidupan orang

lanjut usia atau suatu rumah khusus untuk orang-orang tua dimana

mereka dapat memiliki kamar sendiri sedangkan makan dan kegiatan

sosial dilakukan bersama-sama. Kemungkinan yang diambil tergantung

dari keaktifan dan kemandirian orang tua yang bersangkutan. Mungkin

orang tua merasa sukar untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan 

untuk mengatasinya seseorang dapat diminta bekerja beberapa kali

dalam seminggu untuk menolongnya.

a. Menjaga keamanan di rumah

Orang lanjut usia biasanya mudah tertimpa bencana. Jatuh

sering terjadi dan meskipun kelihatannya ringan tetapi dapat

menimbulkan cidera berat karena tulang orang lanjut usia lebih

rapuh sehingga mudah retak atau patah. Keseimbangan juga

merupakan masalah dan kalau orang tua terjatuh mereka sering tak

dapat berdiri atau bangkit sendiri. Sekali mereka terjatuh mereka

dapat menjadi takut akan terjatuh lagi sehingga cenderung dudu di

kursi atau ke tempat tidur. Anda perlu meyakinkan dan

mendorongnya agar dia percaya dan berjalan kembali dengan

aman.

Usahakan agar jangan ada ujung karpet yang sobek atau kabel

listrik yang dapat menyebabkan orang tua tersandung.

Lantai tidak boleh terlalu licin.

Jalan masuk ke rumah atau tangga harus diberi penerangan yang

baik. Bereskan mainan anak-anak dan barang-barang lain yang

berserakan.

Tombol-tombol lampu harus dengan mudah dijangkau.

Api harus ada pengamannya dan alat-alat pemanas dengan

minyak harus dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak

mudah terjatuh.

Kelep atau pembuka gas tidak boleh sampai bocor, gas dan

kompor minyak harus digunakan dalam ruangan yang cukup

udara.

Page 16: Home Cara Kasus V

Orang lanjut usia dapat langsung pingsan sebelum menyadari

apa yang terjadi

Simpan semua obat dalam tempat yang aman dan usahakan agar

orang tua dapat membaca label pada kemasan obat. Terutama

bila orang tua minum obat tidur, obat tersebut harus disimpan di

lemari jangan disamping tempat tidur agar tidak diminum secara

berlebihan.

Aspek keamanan lain yang penting adalah perlindungan baik di

dalam rumah maupun di luar. Yang menyedihkan adalah bahwa orang

tua jaman sekarang mudah mencari sasaran kejahatan. Mereka

dibesarkan pada zaman dimana perampokan, jarang dilakukan terhadap

orang tua., sehingga banyak yang meremehkan bahaya dan membiarkan

pintu tak terkunci, jendela terbuka, berbelanja dengan dompet di tas

terbuka sehingga menarik perhatian pencuri. Coba bujuk teman yang

mendampingi  orang tua atau saudara untuk selalu mengamankan

jendela dan pintu dengan menguncinya. Petugas penindak kejahatan di

pos polisi tempat anda juga dapat memberikan nasehat.

Page 17: Home Cara Kasus V

D. PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH

1. Pengertian perawatan kesehatan dirumah

Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari

perawatan jangka panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh

tenaga profesional maupun non-profesional yang telah mendapatkan

pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu

bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan

kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan

kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan

meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan, serta

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari

penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan klien individual dan keluarga harus direncanakan,

dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang

diorganisasi untuk memberi perawatan kesehatan di rumah (home care)

melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari

keduanya (C. Warhola, 1980).

Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah

sebagai bagian intregal dari pelayanan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat

mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang

mereka hadapi. Sedangkan, Stuart (1998) menjabarkan perawatan

kesehatan dirumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah

sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge

planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.

Perawatan di rumah biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah

sakit semula, perawat komunitas di mana klien berada, atau tim khusus

yang menangani perawatan di rumah.

Menurut American Nurses Association (ANA) tahun 1992,

pelayanan kesehatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan

masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis

yang terdiri atas perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat

Page 18: Home Cara Kasus V

psikiatri, perawat maternitas, dan perawat medikal bedah. Berdasarkan

definisi tersebut, maka dapat disimpulkan perawatan kesehatan di

rumah adalah sebagai berikut:

a) Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif, bertujuan

memandirikan klien dan keluarganya.

b) Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan

melibatkan klien dan keluarganya sebagai subjek yang ikut

berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan.

c) Pelayanan dikelola oleh suatu unit atau sarana (intitusi) baik aspek

administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengoordinasikan

berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non-

profesional, di bidang kesehatan maupun non-kesehatan (Depkes,

2002).

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan

primer, sekunder, tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien

melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya.

Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas

dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk

memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita

penyakit kronis (NAHC,1994).

2. Faktor-faktor yang mendukung perawatan kesehatan di rumah adalah

berikut ini (Depkes RI, 2002).

Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak

efisien lagi apabila dirawat di intitusi pelayanan kesehatan.

Misalnya, klien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada

upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.

Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan

pada kasus-kasus penyakit degeratif yang memerlukan perawatan

yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada semakin

meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut

perawatan di rumah. Misalnya, klien pasca-stroke yang mengalami

Page 19: Home Cara Kasus V

komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi

yang membutuhkan waktu relatif lama.

Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit merasakan

bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih dari satu minggu)

tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen.

Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di intitusi pelayanan

kesehatan membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak

dapat menikmati kehidupan secara optimal dan terikat dengan

aturan-aturan yang ditetapkan.

Lingkugan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian

klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga

dapat mempercepat kesembuhan.

3. Berikut ini adalah tujuan perawatan kesehatan di rumah

Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan

dan kualitas hidupnya.

Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada

anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.

Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar-keluarga.

Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan

mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi, atau

perawatan positif.

Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

4. Secara umum, lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat

dikelompokkan sebagai berikut

Pelayanan medis dan asuhan keperawatan.

Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang

terapeutik.

Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik.

Pelayanan informasi dan rujukan.

Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kesehatan.

Page 20: Home Cara Kasus V

Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan.

Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial.

5. Secara garis besar peran perawat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

sebagai berikut.

A. Perawatan Langsung

Perawatan yang diberikan melalui interaksi langsung (direct

care) antara perawat dengan klien yang meliputi kegiatan

pengkajian fisik sampai intervensi keperawatan yang dibutuhkan

oleh klien. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan

pada pelayanan perawatan di rumah.

- Pengukuran tanda vital.

- Pemasangan atau penggantian selang lambung (nasogastrik

tube).

- Pemasangan atau penggantian kateter.

- Perawatan luka dekubitus.

- Penghisapan lendir atau mukus.

- Pengambilan preparat (darah, urine, feses, dan lainnya) dalam

rangka pemeriksaan laboratorium.

B. Perawatan Tidak Langsung

Perawatan ini dilakukan ketika klien tidak melakukan

interaksi langsung (indirect care) dengan perawat. Perawatan tidak

langsung cenderung ke arah kegiatan konsultasi maupun konseling.

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbedaan

komponentugas merawat secara pribadi dan pelayanan kesehatan

dirumah yang diadaptasi dari Garvey E. Logue (1988) dalam buku

Community Health Nursing karya Stanhope dan Lancaster (1996).

Komponen Merawat Secara

Pribadi

Pelayanan Kesehatan

di Rumah

Peran dan

Fungsi

Pemberian

pelayanan secara

Distribusi

pencegahan

Page 21: Home Cara Kasus V

individu

Tindakan

pemeliharaan

Petugas/penjaga

Episodik

(pengobatan dan

rehabilitasi)

penyakit

Tindakan

pelayanan

Keterampilan

Rehabiitasi

episodik

(pengobatan dan

rehabilitasi)

Pembayaran Membayar kepada

perawat

Membayar ke agen

pelayanan kesehatan

Pihak ketiga Asuransi pihak ketiga

Biaya Dibayar harian atau

per jam

Dibayar per

kunjungan

Frekuensi Purna-waktu dan

tugas secara

bergantian

Sesuai kebutuhan

klien

6. Manfaat perawatan kesehatan di rumah

Perawatan kesehatan di rumah memiliki manfaat baik untuk

keluarga maupun perawat. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

a) Manfaat untuk keluarga

- Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

- Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan

anggota keluarga yang lain saat sakit.

- Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri.

b) Manfaat untuk perawat

- Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh

dengan lingkungan yang sama.

- Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga

pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan

kondisi rumah klien.

Page 22: Home Cara Kasus V

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SUSPECT TBC

A. Gambaran Kasus

Seorang lansia 70 tahun tinggal dirumah, tidak ada yag menemani

karena tempat tinggal anak-anaknya jauh dan sibuk bekerja. Dari hasil

skinning tanda dan gejala perawat menyimpulkan ia suspect TBC.

Lansia tersebut sudah kurang jelas melihat sesuatu, hanya beraktivitas

didalam rumah dengan meraba-raba benda yang ada. Ia merasa sudah

tidak semangat lagi untuk pergi keluar rumah dan dan merasa dirinya

tidak berguna lagi karena tidak bisa melakukan sesuatu dengan tepat.

Pada saat perawat melakukan kunjungan kerumah terlihat barang-

barang tidak tertata rapi, lantai licin dan dikamar mandi tidak ada

pegangan.

B. Pengkajian

a. Tanggal pengkajian : Kamis, 12 September 2013

b. Identitas klien

Nama : Tn. A

Umur : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

c. Keluhan Utama

Klien suspect TBC mengaku penglihatannya kurang jelas tidak

semangat lagi untuk pergi keluar rumah dan dan merasa dirinya

tidak berguna lagi karena tidak bisa melakukan sesuatu dengan

tepat.

Page 23: Home Cara Kasus V

C. Analisa Data

No

.Data

Masalah

Keperawatan

1 DS :

- Klien merasa tidak semangat lagi untuk pergi

keluar rumah

- Klien merasa tidak berguna lagi karena tidak

bisa melakukan apapun secara tepat

- Kurang jelas melihat sesuatu

DO :

- Klien tinggal sendiri dirumah

- Meraba-raba benda yang ada

- Klien suspect TBC

Resiko harga diri

rendah situasional

2 DS :

- Klien kurang jelas melihat

DO :

- Klien berusia 70 tahun

- Klien tinggal seniri dirumah

- Klien terlihat meraba benda-benda yang ada

dirumah

- Barang-barang tidak tertata rapi

- Lantai licin

- Di kamar mandi tidak ada pegangan

Resiko jatuh

3 Klien suspect TBC

Page 24: Home Cara Kasus V

D. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Resiko harga diri rendah situasional

Kaji alasan-alasan klien menyalahkan diri sendiri melalui

wawancara

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

Hindari memberi penilaian negatif, utamakan memberi pujian

yang realistis

Diskusikan dengan klien aktivitas yang dapat dilakukan sesuai

dengan kemampuan klien

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan

setiap hari sesuai kemampuan

Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rumah

2. Resiko jatuh

Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan baik di

dalam rumah maupun diluar rumah

Atur dan letakkan barang-barang di tempat yang mudah

dijangkau klien

Ajarkan keluarga cara menurunkan resiko jatuh seperti

memberi pegangan pada kamar mandi, memberi pengalas kaki

di depan kamar mandi, mengeringkan lantai sampai benar-

benar kering

Kaji kemampuan penglihatan klien dan anjurkan menggunakan

kacamata yang diresepkan

3. Suspect TBC

Anjurkan klien untuk melakukan tes pemeriksaan penunjang

lebih lengkap seperti rontgen, sputum, pemeriksaam tuberkolik

Berikan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan yang

teratur dan berkala

Pantau kepatuhan klien dalam mengkonsumsi obat secara

teratur dan tepat waktu

Page 25: Home Cara Kasus V

Mendemonstrasikan cara batuk efektif pada penderita TBC,

yaitu dengan cara tarik tafas kemudian tahan selama 3-4 detik

lalu batuk-kan. Tehnik batuk efektif merupakan tindakan yang

dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran

nafas.Tujuan  dari  batuk  efektif  adalah  untuk  meningkatkan 

ekspansi  paru,  mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping

dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. 

Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit TBC

Berikan ventilasi yang adekuat sehingga sirkulasi udara

menjadi lancar

Pastikan klien mendapatkan istirahat yang cukup

Ajarkan klien untuk batuk dan bersin ketisu serta buanglah tisu

pada tempat sampah yang tertutup, agar virus tidak menular

Ajarkan mencuci tangan dengan benar dan menggunakan

sabun setelah melakukan aktivitas

Instruksikan keluarga klien untuk mencuci perlengkapan

makan keluarga dengan klien secara terpisah dengan bersih

Page 26: Home Cara Kasus V

DAFTAR PUSTAKA

1. Makfudli dan Ferry Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

2. Zang, Sherryl Mara & Bailey, Nellie. 2003. Manual Perawatan-di-Rumah

(Home Care Manual). Jakarta : EGC.

3. Mara, Sherly, Bailey, Nellie. 2003. Manual Perawatan-di-rumah.

Jakarta:EGC

4. Maryam, Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba

5. Medika Sudoyo, Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI