18

Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018
Page 2: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

Published: 2018-05-21

Articles

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PEREDARAN MIE

INSTAN KADALUARSA DI KOTA DENPASAR I Gst. Ag. Ngr. Nata Wibawa, I Wayan Novy Purwanto 1-15

PDF

• IMPLEMENTASI HUKUM UNTUK PERLINDUNGAN SALES COUNTER

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA NOMOR 1 TAHUN 1970

Deviera Dika Putri Harlapan, Komang Pradnyana Sudibya 1-15

PDF

• TANGGUNG JAWAB PENJAMIN TERHADAP DEBITUR YANG TIDAK DAPAT

MEMENUHI PRESTASI KEPADA KREDITUR

Cok Istri Ratih Dwiyanti Pemayun, Komang Pradnyana Sudibya 1-14

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM LAGU YANG DIUNGGAH TANPA IZIN PENCIPTA DI

SITUS YOUTUBE

P. Dina Amanda Swari, I Made Subawa 1-15

PDF

• AKIBAT HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP PENDISTRIBUSIAN PRODUK

MAKANAN TIDAK BERSERTIFIKASI HALAL

Angelina Putri Suhartini, I Ketut Markeling 1-15

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ATAS HILANG ATAU RUSAKNYA

BARANG DALAM PENGANGKUTAN UDARA

Dewa Ayu Putri Sukadana, Marwanto 1-14

PDF

• EKSISTENSI TINDAKAN RESELLER BERBASIS ONLINE SHOP DALAM

TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI E-COMMERCE DI INDONESIA

I Gusti Agung Ayu Patrecia Marthavira, Ida Ayu Sukihana 1-16

PDF

• PELAKSANAAN KETENTUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN KONSINYASI

ANTARA DISTRIBUTION OUTLET DENGAN SUPPLIER DI DENPASAR SELATAN

Anak Agung Ngurah Dharma Jaya, Ni Ketut Supasti Dharmawan, Anak Agung Sagung Wiratni

Darmadi 1-17

PDF

• PELAKSANAAN OVER CONTRACT RUMAH SEWAAN DI KOTA DENPASAR

I Dewa Gede Angga Windhu Wijaya, Komang Pradnyana Sudibya 1-16

Page 3: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

PDF

• PENYALAHGUNAAN PENYEWAAN PENGINAPAN DI KABUPATEN BADUNG

Ni Putu Rika Efriyanti, Komang Pradnyana Sudibya 1-15

PDF

• AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBEDAAN HARGA BARANG PADA LABEL

(PRICE TAG) DAN HARGA KASIR

A.A. Sagung Agung Sintia Maharani, I Ketut Markeling 1-15

PDF

• UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK MEREK

Kadek Yoni Vemberia Wijaya, I Gusti Ngurah Wairocana 1-6

PDF

• PENETAPAN BOEDEL PAILIT DAN PENGELUARAN BENDA DARI BOEDEL

PAILIT (Analisis Yuridis terhadap Putusan Nomor : 5 / Pdt. Sus. Gugatan Lain-lain/ 2017 /

PN. Niaga. Sby Jo. No. 2 / Pdt. Sus. Pailit / 2017 / PN. Niaga Sby)

Bendesa Gede Mas Indriyanigraha Arjaya, I Gusti Ketut Ariawan

PDF

• PELAKSANAAN OUTSOURCING PADA BANK BRI KANTOR CABANG PEMBANTU

UNIT JIMBARAN

Putu Dian Junintya Dewi, I Wayan Wiryawan, I Made Dedy Priyanto 1-12

PDF

• PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN PROGRAM JAMINAN

HARI TUA BAGI PEKERJA PADA HOTEL RAMADA BALI SUNSET ROAD KUTA

Cokorda Gde Wiyarta, I Ketut Markeling, I Nyoman Darmadha

PDF

• Eksistensi Asas Kebebasan Berkontrak Berkaitan Dengan Klausula Eksonerasi Dalam

Perjanjian Baku

Marsha Angela Putri Sekarini, I Nyoman Darmadha

PDF

• PENERAPAN TENTANG BATASAN WAKTU PEKERJA ASING UNTUK BEKERJA

PADA PT. HARUM INDAH SARI TOUR & TRAVEL DI DENPASAR DI TINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

Luh Intan Putri Wulandari, I Nyoman Wita 1-15

PDF

• KEDUDUKAN KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN

HAK MILIK ATAS TANAH BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 4 TAHUN

Page 4: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN BESERTA BENDA – BENDA YANG BERKAITAN

DENGAN TANAH

Kadek Septian Dharmawan Prastika, Marwanto Marwanto, A.A Ketut Sukranatha 1-13

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGGUNAKAN JASA

REKREASI WAHANA AIR DI CIWA SEMPURNA KECAMATAN KUTA SELATAN

Ida Bagus Widnyana, I Made sarjana, I Made Dedy Priyanto 1-14

PDF

• PENGELOLAAN WILAYAH PANTAI OLEH PIHAK SWASTA BERDASARKAN

PERJANJIAN DENGAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PASAL 33 AYAT (3) UUD

NRI 1945 YANG MELINGKUPI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT LOKAL

Andre Julio, Ida Bagus Surya Dharmajaya 1-5

PDF

• KEDUDUKAN SERIKAT PEKERJA/BURUH DALAM MELAKUKAN PERUNDINGAN

PEMBENTUKAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA*

Anak Agung Istri Widya Prabarani, I Gusti Ngurah Wairocana 1-13

PDF

• TANGGUNGJAWAB INDUK PERUSAHAAN SEBAGAI PENANGGUNG

(CORPORATE GUATANTEE) ANAK PERUSAHAAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

JIKA TERJADI WANPRESTASI

Ketut Gde Dannu Mertha Wiguna, I Gede Artha 1-14

PDF

• PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN SEBAGAI ANALISIS DALAM

PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BPR GIANYAR PARTASEDANA

I Dewa Gede Cahaya Dita Darmaangga, Dewa Gde Rudy, A.A Gede Agung Darmakusuma 1-13

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS TINDAKAN

PENGAMBILAN PAKSA KENDARAAN BERMOTOR OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN

DI KOTA DENPASAR

A.A Ngr Gde Oka Mahajaya, A.A. Sri Indrawati, Ida Bagus Putu Sutama 1-16

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT KEHILANGAN

KENDARAAN DALAM AREA PARKIR (Studi Kasus Pasar Umum Desa Pakraman

Sukawati)

I Komang Gde Arya Dinatha, Ida Bagus Putu Sutama 1-12

PDF

Page 5: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

• KETIDAKJUJURAN PELAKU USAHA TERHADAP STRUK BELANJA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Putri Nabella Tuntama, I Ketut Tjukup 1-5

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PRODUK

KOSMETIK TANPA KOMPOSISI BAHAN

Luh Putu Dianata Putri, A.A Ketut Sukranatha 1-14

PDF

• IMPLIKASI HUKUM PEMBUBARAN KOPERASI YANG DIPUTUS PAILIT

Ni Nyoman Ratih Kemala Sandy, Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati 1-16

PDF

• PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG TIDAK

DIDAFTARKAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN

Ni Ketut Satya Narayani, I Ketut Sudantra 1-16

PDF

• PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA VILLA

THE SEMINYAK OASIS

Made Nadya Pradnya Sari, I Made Udiana, I Nyoman Mudana

PDF

• ANALISIS KEWENANGAN KPPU MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN/ATAU

PEMERIKSAAN YANG DIATUR DALAM PASAL 36 UU NO.5 TAHUN 1999

Izabella Wulandari, Ibrahim R 1-14

PDF

• PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

JAMINAN PENSIUN TERHADAP PEKERJA KONTRAK DI PDAM KABUPATEN

TABANAN

I Putu Aris Udiana Putra, I Made Udiana, I Nyoman Mudana

PDF

• EFEKTIFITAS PENGAWASAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

TERHADAP PEDAGANG MAKANAN TRADISIONAL YANG MENGGUNAKAN ZAT

PEWARNA BERBAHAYA DI PASAR BADUNG, KOTA DENPASAR*

I Gusti Ngurah Gede Bayu Brahmantara, I Wayan Wiryawan, A.A. Sri Indrawati 1-17

PDF

• PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP

PEREDARAN MAKANAN YANG TELAH KADALUARSA DI PASAR KERENENG

DENPASAR

I Made Cahyadi, I Wayan Wiryawan, A.A. Sri Indrawati 1-14

PDF

Page 6: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

• RISIKO HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK KAITANNYA DENGAN

PERLINDUNGAN NASABAH

Ferdian Nickolas Pasangka, R.A. Retno Murni, A.A. Ketut Sukranatha

PDF

• PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI LEMBAGA

KEUANGAN NON BANK BERBASIS FINANCIAL TECHNOLOGY JENIS PEER TO PEER

LENDING

I Wayan Bagus Pramana, Ida Bagus Putra Atmadja, Ida Bagus Putu Sutama 1-14

PDF

• PERTANGGUNGJAWABAN PENGUSAHA ATAS TIDAK TERPENUHINYA

PEMBERIAN UPAH MINIMUM BAGI TENAGA KERJA

Ridita Aulia, I Made Mahartayasa 1-14

PDF

• PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGGUNAKAN JASA

TRANSPORTASI PT. GOJEK INDONESIA DI KOTA DENPASAR

Elvina Esmerelda Fanani, Suatra Putrawan, Ida Bagus Putu Sutama 1-14

PDF

• PIHAK YANG BERWENANG MENGAJUKAN PERMOHONAN PERNYATAAN

PAILIT TERHADAP DEBITUR DALAM KREDIT SINDIKASI

I Gusti Ngurah Krisna Aditya Putra, I Nyoman Darmadha 1-16

PDF

• LEGALITAS E-MONEY SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN YANG SAH DALAM

MEMASUKI JALAN BEBAS HAMBATAN

I Dewa Made Krishna Wiwekananda, Made Nurmawati 1-15

PDF

• SUATU PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA KONSUMEN MENGENAI

PERJANJIAN SEWA MAUPUN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR PADA DEALER PT

CAHAYA SURYA BALI INDAH DENPASAR

I Komang Ari Wijayantara, Marwanto Marwanto 1-14

PDF

Page 7: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

1

Eksistensi Asas Kebebasan Berkontrak Berkaitan Dengan Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Baku*

Oleh

Marsha Angela Putri Sekarini**

I Nyoman Darmadha***

Bagian Hukum Bisnis

Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Eksistensi Asas Kebebasan Berkontrak Berkaitan

Dengan Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Baku”. Asas kebebasan

berkontrak merupakan asas yang memberikan suatu pemahaman bahwa setiap

orang dapat membuat suatu perjanjian dengan siapapun dan untuk hal

apapun. Namun seiring dengan tingkat kemajuan di bidang bisnis, hadirnya

perjanjian baku menyebabkan adanya ketidakseimbangan kedudukan antara

pelaku usaha dengan konsumen, yang di mana di dalam kontrak baku sering

kali dipergunakan oleh pelaku usaha untuk mencantumkan klausula

eksonerasi yang memberikan pembatasan kewajiban dan tanggung jawab bagi

pihak pelaku usaha. Permasalahan yang diuraikan di dalam jurnal ilmiah ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana eksistensi asas kebebasan berkontrak

di dalam perjanjian baku dan bagaimana perlindungan hukum bagi pihak yang

dirugikan akibat klausula eksonerasi dalam perjanjian baku yang ditinjau dari

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

* Penulisan karya ilmiah yang berjudul Eksistensi Asas Kebebasan

Berkontrak Berkaitan Dengan Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Baku ini bukan merupakan ringkasan skripsi (di luar skripsi).

** Penulis pertama dalam penulisan karya ilmiah ini ditulis oleh Marsha

Angela Putri Sekarini, selaku mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana. ***

Penulis kedua dalam penulisan karya ilmiah ini ditulis oleh I Nyoman

Darmadha, S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis pertama di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Page 8: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

2

1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Metode penelitian yang

digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian normatif. Dalam perjanjian

baku yang bersifat publik, eksistensi kebebasan berkontrak terimplementasi

walaupun dibuat dalam bentuk perjanjian baku, sedangkan dalam perjanjian

baku yang bersifat privat, eksistensi asas kebebasan berkontrak tidak

terimplementasikan. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK) juga merupakan bentuk campur tangan negara dalam

memberikan perlindungan terhadap konsumen, dalam Pasal 18 UUPK dimuat

peraturan yang membatasi kebebasan subjek hukum dalam membuat

perjanjian, termasuk terkait keberadaan klausula eksonerasi dalam perjanjian

baku.

Kata kunci: Asas Kebebasan Berkontrak, Perjanjian Baku, dan Klausula

Eksonerasi.

ABSTRACT

This study entitled "The Existence of Freedom of Contract Relating to

Exoneration Clause in the Standart Contracts". Freedom of Contract is a principle

which gives a comprehension that everyone can make an agreement with anyone

and for any matter. However, in line with the level of progress in the business

field, the presence of standard contracts leads to an imbalance of positions

between business actors and consumers. It is often used by business actors to

include exoneration clauses that provide restrictions on obligations and

responsibilities for business actors. This scientific journal aims to find out how the

existence of the freedom of contract in the standard contracts and how the law for

the aggrieved party due to the exoneration clause in the standard contract based

on “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata” and “Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 about Consumer Protection”. The research method that used in this study is

the normative research. In a public standard contract, the existence of freedom of

contract is implemented even though it is made in the form of standard contract,

whereas in a private standard contract, the existence of freedom of contract is not

implemented. Act No. 8 of 1999 about Consumer Protection (UUPK) is also a form

of state intervention in providing protection to consumers, Article 18 UUPK contains

rules limiting the freedom of legal subjects in making agreements, including in

relation to the existence of the exoneration clause.

Keywords: The Freedom Of Contract, Standard Contracts, and The

Exoneration Clause. I. PENDAHULUAN

Page 9: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

3

1.1 Latar Belakang

Perjanjian merupakan salah satu aspek terpenting di dalam

dunia bisnis, baik yang dilakukan oleh individu dengan individu

maupun dengan kelompok. Lahirnya sebuah perjanjian diawali

dengan adanya kesepakatan antara para pihak yang melibatkan

dirinya di dalam pembuatan perjanjian tersebut. Menurut

hukum perjanjian di Indonesia, seseorang memiliki kebebasan

untuk membuat perjanjian dengan pihak manapun yang

dikehendakinya, dan juga bebas menentukan klausul-klausul

yang akan diperjanjikan di dalam perjanjian tersebut. Kebebasan

untuk menentukan mengenai apa yang diperjanjikan di dalam

pembuatan suatu perjanjian tersebut merupakan implementasi

dari asas fundamental di dalam pembuatan suatu perjanjian,

yakni asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak

merupakan asas yang memberikan suatu pemahaman bahwa

setiap orang dapat membuat suatu kontrak/perjanjian dengan

siapa pun dan untuk hal apa pun. Kebebasan berkontrak

memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang untuk secara

bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian,

diantaranya :

a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak;

b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;

c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian; d. Bebas menentukan bentuk perjanjian; e. Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.1

Namun seiring dengan tingkat kemajuan di bidang bisnis

menyebabkan timbulnya kebutuhan bagi para pelaku bisnis

1 Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 4.

Page 10: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

4

untuk menghadirkan konsep karakteristik bisnis yang cepat,

murah dan sederhana. Karakteristik tersebut menimbulkan

bentuk perjanjian standar/ baku. Hadirnya perjanjian baku

menyebabkan adanya ketidakseimbangan kedudukan antara

pelaku usaha dengan konsumen, yang di mana di dalam kontrak

baku sering kali dipergunakan oleh pelaku usaha untuk

mencantumkan klausula eksonerasi yang memberikan

pembatasan kewajiban dan tanggung jawab bagi pihak pelaku

usaha. Hal ini tentu dapat berpotensi menimbulkan kerugian

bagi konsumen.

Pencantuman klausula eksonerasi akan sangat merugikan

konsumen yang pada umumnya memiliki posisi lebih lemah jika

dibandingkan dengan pihak pelaku usaha, dikarenakan beban

yang semestinya dipikul oleh pelaku usaha, akan serta merta

berpindah menjadi beban bagi konsumen.2 Walaupun memiliki

kecenderungan merugikan konsumen, namun nyatanya

perjanjian baku masih banyak dipergunakan oleh para pelaku

usaha, misalnya pada bidang perasuransian, perbankan, parkir,

dan lain sebagainya.

Dalam prakteknya, perjanjian baku memang lebih efisien

untuk diterapkan di bidang bisnis, dikarenakan mudah dan

sederhana yang mana seketika itu juga perjanjian dapat

ditandatangani oleh para pihak. Namun, jika dilihat di dalam

perjanjian baku sama sekali tidak mencerminkan unsur dari

asas kebebasan berkontrak. Hal tersebut menunjukan bahwa

telah terjadi penyimpangan dari penerapan asas kebebasan

berkontrak. Semestinya para pihak memiliki kewenangan untuk

turut serta dalam menentukan bentuk dan klausul/ isi dari

2 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.114.

Page 11: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

5

perjanjian. Penerapan asas kebebasan berkontrak harus

dipahami dengan sebaik-baiknya guna mencegah terjadinya

wanprestasi di dalam pelaksanaan perjanjian. Kemudian terkait

dengan adanya klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku,

maka menjadi penting juga untuk mengetahui perlindungan

hukum bagi pihak yang dirugikan akibat klausula eksonerasi

dalam perjanjian baku.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah eksistensi asas kebebasan berkontrak

dalam perjanjian baku ?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak yang

dirugikan akibat klausula eksonerasi dalam perjanjian

baku?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yakni untuk

mengetahui eksistensi asas kebebasan berkontrak di dalam

perjanjian baku dan perlindungan hukum bagi pihak yang

dirugikan akibat klausula eksonerasi dalam perjanjian baku.

II. ISI MAKALAH

2.1 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan di dalam penulisan makalah ini

adalah metode normatif dengan pendekatan perundang-

undangan (The Statute Approach) artinya pendekatan yang

dilakukan dengan menelah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut-paut sesuai hukum yang ditangani.3

3 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cetakan Keenam,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93.

Page 12: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

6

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2.1 Eksistensi Asas Kebebasan Berkontrak Dalam

Perjanjian Baku

Salah satu asas hukum yang dianut dalam hukum

perjanjian adalah “asas kebebasan berkontrak”, yang berarti

setiap orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian yang

memuat syarat-syarat perjanjian macam apapun, sepanjang

perjanjian itu dibuat secara sah dan beritikad baik, serta tidak

melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.4 Keberadaan asas

kebebasan berkontrak dapat dilihat dari beberapa pasal dalam

KUHPerdata, contohnya pada Pasal 1320 ayat (4) dan Pasal

1337 yang memberikan pemahaman bahwa asalkan bukan

mengenai kausa yang dilarang oleh undang-undang atau

bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka

setiap orang bebas untuk memperjanjikannya. Selain itu pada

Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang merumuskan bahwa,

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi yang membuatnya.” Berdasarkan

rumusan pasal tersebut, dapat diartikan bahwa setiap orang

dapat membuat perjanjian dengan isi apa pun, terdapat

kebebasan setiap subjek hukum untuk membuat perjanjian

dengan siapa pun yang dikehendaki, dengan isi dan bentuk

yang dikehendaki.5

Perjanjian baku biasanya dipergunakan dalam kegiatan

yang bersifat publik maupun privat. Perjanjian baku yang

bersifat publik, biasanya dibuat oleh lembaga pemerintah,

4 Gemala Dewi, 2004, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah, Kencana, Jakarta, h. 187.

5 Christiana Tri Budhayati, “Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum Perjanjian di Indonesia”, Jurnal Widya Sari, Vol. 10 No. 3 Januari 2009, h. 236.

Page 13: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

7

contohnya seperti perjanjian jual beli hak atas tanah dalam

bentuk akta jual beli. Sedangkan perjanjian baku yang bersifat

privat, lebih erat kaitannya dengan perjanjian di bidang bisnis,

contohnya seperti transaksi perbankan, perhotelan,

pengangkutan, dan juga perjanjian kredit.

Pada perjanjian baku yang bersifat publik, eksistensi

asas kebebasan berkontrak terimplementasi walaupun dibuat

dalam bentuk perjanjian baku, karena seperti di dalam

perjanjian jual beli tanah, sebelum dibuatnya akta jual beli

tanah oleh pemerintah, para pihak di dalam perjanjian

sebelumnya telah membuat perjanjian pengikatan, yang di

mana di dalam perjanjian tersebut memberikan kebebasan bagi

para pihak untuk melakukan negosiasi terkait harga, cara

pembayaran, tanggung jawab, resiko, maupun hal lainnya yang

berkaitan dengan penjualan tanah tersebut.

Sedangkan dalam perjanjian baku yang bersifat privat,

eksistensi asas kebebasan berkontrak tidak

terimplementasikan, karena dalam perjanjian baku yang

bersifat privat terjadi proses negosiasi yang tidak seimbang di

antara para pihak, yang di mana pihak yang satu telah

menyiapkan syarat-syarat tertentu (klausul tertentu) pada

formulir perjanjian yang sudah dicetak dan diserahkan kepada

pihak lain untuk disetujui dengan tidak memberikan

kebebasan kepada pihak yang lain untuk melakukan negosiasi

atas syarat-syarat yang tercantum di dalam perjanjian. Dalam

hal ini pihak yang lemah (biasanya konsumen) hanya

diperkenankan untuk membaca dan memahami syarat yang

diajukan oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat, dan

apabila persyaratan tersebut disetujui, maka konsumen

dipersilahkan untuk menandatanganinya (take it). Namun

Page 14: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

8

apabila konsumen tidak menyetujui klausul yang tercantum di

dalam perjanjian, maka transaksi dapat tidak dilanjutkan

(leave it). Itulah sebabnya perjanjian baku yang bersifat privat

biasanya disebut dengan istilah “take it or leave it contract.”6

Dalam perjanjian baku yang bersifat privat, khususnya

perjanjian kredit yang di mana dikarenakan kebutuhan debitur

akan dana yang sangat mendesak, sehingga debitur berada

pada posisi yang lemah. Hal tersebut menyebabkan kedudukan

para pihak menjadi tidak seimbang. Pihak yang lemah biasanya

tidak dalam keadaan yang bebas untuk menentukan apa yang

menjadi keinginannya di dalam perjanjian. Dalam hal yang

demikian pihak yang memiliki posisi lebih kuat biasanya

mempergunakan kesempatan tersebut untuk menentukan

klausula-klausula tertentu dalam kontrak baku, sehingga isi

perjanjian hanya mengakomodir kepentingan pihak yang

kedudukannya lebih kuat.7 Sehingga dapat dipastikan bahwa

perjanjian tersebut akan memuat klausul-klausul yang

menguntungkan bagi pelaku usaha, serta meringankan atau

menghapus kewajiban tertentu yang seharusnya menjadi beban

dari pelaku usaha.

2.2.2 Perlindungan Hukum Bagi Pihak Yang Dirugikan

Akibat Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Baku

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat menjadi UUPK)

tidak memberikan definisi mengenai klausula eksonerasi,

seperti diuraikan di atas perjanjian dengan syarat eksonerasi

6 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo,

Jakarta, h.120. 7 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op.cit., h.114.

Page 15: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

9

disebut pula perjanjian dengan syarat untuk pembatasan

berupa penghapusan ataupun pengalihan tanggung jawab.

Beban tanggung jawab yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan dihapus oleh penyusun perjanjian

melalui syarat-syarat eksonerasi tersebut.8

Klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku merupakan

upaya pengalihan tanggung jawab dari pelaku usaha kepada

konsumen yang seharusnya tidak diperbolehkan oleh undang-

undang. Namun pada kenyataanya masih banyak ditemukan

klausula eksonerasi pada perjanjian baku yang dibuat oleh

para pelaku usaha, biasanya dibuat dengan huruf yang sangat

kecil dan sulit untuk dimengerti, sehingga menuntut kehati-

hatian ekstra bagi konsumen dalam memahami tiap-tiap butir

klausul, sebab akan dapat berakibat fatal apabila kondisi

tersebut dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk mendapatkan

keuntungan pribadi. Selain itu penempatan klausula

eksonerasi sering kali ditempatkan pada tempat yang susah

untuk dilihat, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi

pihak konsumen (pihak yang dirugikan). Klausula eksonerasi

dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen akibat dari

kedudukan atau posisi tawar-menawar yang tidak seimbang

antara para pihak.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK) juga merupakan bentuk campur tangan

negara dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen,

dalam Pasal 18 UUPK dimuat peraturan yang membatasi

8 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Op.cit. h.115.

Page 16: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

10

kebebasan subjek hukum dalam membuat perjanjian,

termasuk terkait keberadaan klausula baku.

Pasal 18 ayat (1) UUPK menentukan bahwa :

Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau

mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen atau perjanjian apabila :

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak

penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak

penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang atau

jasa yang dibeli oleh konsumen; d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada

pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan

dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan

barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen

yang menjadi objek jual beli jasa; g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang

berupa aturan baru, tambahan, lanjutan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak

gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.”

Jika pelaku usaha melanggar ketentuan mengenai

pencantuman klausula baku/ klausula eksonerasi, maka

sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (3) UUPK, klausula

baku tersebut akan dinyatakan batal demi hukum. Batal demi

hukum artinya syarat-syarat dalam perjanjian tersebut

dianggap tidak pernah ada. Dalam pasal 62 ayat (1) UUPK juga

mengatur mengenai sanksi terhadap pelanggaran Pasal 18

tersebut, yaitu berisikan ancaman hukuman pidana penjara

Page 17: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

11

maksimum 5 (lima) tahun atau pidana denda maksimum Rp.

2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Dalam perjanjian baku yang bersifat publik, eksistensi

kebebasan berkontrak terimplementasi walaupun dibuat

dalam bentuk perjanjian baku, sedangkan dalam

perjanjian baku yang bersifat privat, eksistensi asas

kebebasan berkontrak tidak terimplementasikan.

2. Klausula eksonerasi di dalam perjanjian baku dilarang

penggunaannya, karena bertentangan dengan asas

kebebasan berkontrak.

3.2 Saran

1.Sebaiknya di dalam pembuatan perjanjian baku harus

melindungi kepentingan setiap pihak, agar tidak

menimbulkan kerugian bagi pihak yang memiliki posisi

lebih lemah, sehingga pelaksanaan perjanjian akan

memberikan manfaat yang sama bagi kedua belah

pihak.

2.Bagi para pelaku usaha sebaiknya tidak mencantumkan

klausula eksonerasi pada perjanjian baku yang dapat

menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen.

Page 18: Home /Archives /Vol. 06, No. 03, Mei 2018

12

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Dewi, Gemala, 2004, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan

Perasuransian Syariah, Kencana, Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Cetakan

Keenam, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Miru, Ahmadi, 2007, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak,

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan

Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,

Grasindo, Jakarta.

Jurnal :

Budhayati, Christiana Tri, “Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum Perjanjian di Indonesia”, Jurnal Widya Sari, Vol. 10 No.

3 Januari 2009.

Perundang-undangan :

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)