Upload
roycopaud
View
658
Download
49
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Batu, 2o Oktober 2011
Disampaikan pada acara :Koordinasi dengan Mitra PAUDTingkat Provinsi Jawa Timur
SISTEMATIKA• Pendahuluan• Konsep Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif• Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-
Integratif– Tujuan– Sasaran– Prinsip-Prinsip– Arah Kebijakan– Strategi– Monitoring dan Evaluasi– Pendanaan
2
LATAR BELAKANG• Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
pilar utama pembangunan • Kualitas SDM sangat ditentukan oleh kualitas pada
usia dini yaitu dari janin hingga anak berusia 6 tahun.
• Periode kritis bagi perkembangan otak manusia 0 - 2 tahun periode emas (golden ages).
• Pengembangan anak usia dini perlu dilakukan secara holistik-integratif:– Mikro: orangtua, anggota keluarga, teman sebaya, dan
sekolah. – Exo: tempat kerja orangtua, komite paud, dan lembaga
perencanaan.– Makro norma, budaya, hukum, dan kebijakan sektor-
sektor sosial.3
LATAR BELAKANG (lanjutan)
• Permasalahan, antara lain: – rendahnya derajat kesehatan dan gizi, – rendahnya kesiapan anak bersekolah, serta – belum optimalnya pengasuhan dan perlindungan anak.
• Tantangan:– jumlah anak usia dini di Jawa Timur sangat besar +
4.600.000 anak– kelembagaan penyelenggara pelayanan Pengembangan
Anak Usia Dini pengelolaan kurang profesional, keterbatasan jumlah, distribusi dan kualitas tenaga, serta fasilitas pelayanan kurang memadai.
– Pemahaman para pemangku kepentingan masih terbatas.
– Program-program Pengembangan Anak Usia Dini belum terintegrasi.
4
LATAR BELAKANG (lanjutan)• Perumusan strategi nasional pengembangan anak usia dini
secara holistik-integratif segera dimulai Bapenas • Periode RPJMN berikut Pengembangan Anak Usia Dini dilakukan
secara lebih tersistematis, menyeluruh dan terintegrasi• Pengembangan Anak Usia Dini secara holistik- integratif
pengejawantahan dari:
– UUD 1945– UU Perlindungan Anak – UU Hak Asasi Manusia – UU Sisdiknas – UU Kesehatan– UU Kewarganegaraan– Komitmen internasional EFA dan WFC.
5
TUJUAN• Strategi Nasional Pengembangan Anak
Usia Dini holistik-integratif digunakan sebagai acuan dalam merumuskan arah kebijakan, strategi, program, dan kegiatan pengembangan anak usia dini holistik-integratif bagi semua jajaran Pemerintah Pusat dan Daerah yang diintegrasikan ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pembangunan.
6
RUANG LINGKUP• Seluruh aspek pengembangan anak
usia 0-6 tahun baik secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi perkembangan anak dalam kerangka ekologi yang mencakup lingkungan mikro, meso, exo dan makro.
7
KONSEPPengembangan Anak Usia Dini
HOLISTIK-INTEGRATIF
8
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
• Beberapa teori dan hasil penelitian untuk memahami aspek-aspek yang esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain: – teori ekologi perkembangan manusia, – kesehatan dan kecukupan gizi, – perkembangan otak, – kecerdasan dan kepribadian anak, – pola pengasuhan, dan – faktor-faktor yang berpengaruh.
9
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
• Teori Ekologi Perkembangan Manusia, Bronfebrenner (1979):
10
• Teori ekologi perkembangan menekankan pentingnya:– Keluarga– Keluarga besarnya – Program-program perawatan dan pendidikan – Lembaga pelayanan kesehatan, – Tempat-tempat belajar di tingkat masyarakat taman
bermain, perpustakaan, dan lingkungan tetangga. • Perkembangan anak ditentukan oleh apa yang dialami:
– Cara berperilaku orang tua atau orang dewasa, berbicara, membacakan buku, menyediakan bahan bermain bagi anak.
– Jumlah dan kualitas interaksi dengan keluarganya dan teman-teman sebayanya.
11
12
Penglihatan Binokuler
Kontrol Emosional
Cara Merespon
Kemampuan bersosialisasiDengan teman sebaya
Bahasa
Kemampuan Kognitif
Simbol-simbol-
Kuantitas Relatif
Umur (tahun )
Sumber : Gillian Doherty, Zero to Six : The Basic for School Readiness, Applied ResearchStrategic Policy, Human Resources Development Canada, May 1997
Penglihatan Binokuler
Kontrol Emosional
Cara Merespon
Kemampuan bersosialisasiDengan teman sebaya
Bahasa
Kemampuan Kognitif
Simbol-simbol-
Kuantitas Relatif
Umur (tahun )
Sumber : Gillian Doherty, Zero to Six : The Basic for School Readiness, Applied ResearchStrategic Policy, Human Resources Development Canada, May 1997
Brain Plasticity: Periode Kritis Perkembangan Otak
13
0 1 4 8 12 16
Usia
SensingPathways
( penglihatan , pendengaran )
Bahasa
FungsiKognitif lebih tinggi
3 6 9-3-6Bulan Tahun
Ke
ham
ilan
Perkembangan Otak Manusia: Pembentukan Sinaps-Sinaps
Sumber: C. Nelson, From Neurons to Neighborhoods, 2000
FAKTOR YANG BERPENGARUH• Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh: determinan
biologis dan faktor lingkungan.• Perkembangan dipengaruhi oleh: kondisi
lingkungan/fisik, kondisi psikologis, dan rangsangan (stimulasi). – Kondisi lingkungan yang menghambat: kekurangan
gizi dan penyakit menurunkan kemampuan kognitif serta mempengaruhi kepribadian anak.
– Kondisi psikologis yang menghambat: penolakan orangtua, kehilangan orangtua,
• Ketahanan pangan keluarga • Pola pengasuhan anak• Pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan • Pendidikan keluarga, khususnya ibu.• Pengaruh media masa
14
PELAYANAN Pengembangan Anak Usia Dini HOLISTIK-INTEGRATIF
• Kualitas interaksi awal kehidupan anak dengan orangtua, saudara kandung, pengasuh, pendidik, sekolah, dan teman sebaya– stimulasi pertumbuhan otak, memenuhi kebutuhan gizi,
pola pengasuhan yang tepat, serta menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti kepada anak. Semakin awal dilakukan akan semakin baik.
• Lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak: – Adanya orang dewasa yang mencintai dan mengasihi anak
tanpa syarat dan melakukan kegiatan bersama dengan anak di dalam dan luar lingkungan rumah.
– Keluarga besar menolong dalam mendukung orang tua yang masih muda.
– Lingkungan tetangga berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman.
15
• ‘Jembatan’ antara rumah dengan institusi sosial di luar rumah diperlukan sinergi antarpelaku (care-givers), agar potensi anak berkembang secara optimal langkah awal menjadi SDM berkualitas.
• Lingkungan sangat penting untuk dicermati. Perilaku atau perkataan orang dewasa yang mempunyai kontak dengan anak mempengaruhi perkembangan anak.
• Peran pemerintah mendukung penyediaan pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini secara menyeluruh dan jangka panjang investasi Pengembangan Anak Usia Dini merupakan ‘tabungan’ masa depan.
• Kebijakan publik melalui: alokasi sumberdaya, peraturan perundangan, dan kelembagaan untuk memberikan perlindungan hukum bagi anak.
16
• Pengembangan Anak Usia Dini merupakan tugas utama orang tua, pemerintah mendukung semaksimal mungkin, antara lain melalui:
– Pemberdayaan orang tua bagaimana merawat dan membesarkan anak secara benar dan optimal
– Mendukung masyarakat lingkungan nyaman dan melindungi anak
– Pemberdayaan para pengasuh termasuk tenaga medis, ahli gizi dan pendidik agar lebih profesional
• Memanfaatkan nilai budaya dan norma yang positif bagi tumbuh kembang anak.
• Perlunya advokasi untuk mempengaruhi peningkatan investasi Pengembangan Anak Usia Dini .
17
• Jejaring (network) merupakan awal dari terbentuknya modal sosial.
• Pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini holistik diwujudkan melalui: – Kelengkapan jenis-jenis pelayanan untuk kebutuhan
esensial anak secara utuh sesuai segmentasi umur 0-6 tahun.
– Kualitas pelayanan mencakup aspek kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak.
18
• Penyelenggaraan pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini integratif diwujudkan melalui: – Keberadaan lembaga-lembaga penyelenggara Pengembangan
Anak Usia Dini pada suatu wilayah masing-masing melakukan pelayanan pada aspek tertentu, dengan bekerjasama dan berkoordinasi.
– Keberadaan lembaga penyelenggara Pengembangan Anak Usia Dini pada suatu wilayah melakukan fungsi pelayanan yang holistik secara menyeluruh (satu atap).
• Peningkatan jangkauan pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini holistik perlu dilakukan secara bertahap, termasuk untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
19
MASALAH DAN TANTANGAN
20
MASALAH DAN TANTANGAN• Rendahnya Status Kesehatan dan Gizi Anak
Usia Dini• Rendahnya Kesiapan Anak untuk Bersekolah• Kurang Optimalnya Pola Asuh Anak oleh
Orangtua dan Keluarga • Terbatasnya Ketersediaan dan Kualitas
Pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini • Lemahnya Koordinasi• Kurang Sinkronnya Peraturan Perundang-
undangan dan Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini
21
Pola-pola pemberian layanan kepada anak usia dini
Pola Posyandu TPA Kelompok Bermain
Pendidikan Anak Usia
Dini
TK/RA BKB
Usia 0 – 5 th 3 bl.– 6 th 2,5 – 5 th. 3 – 4 th 5 – 6 th 0 – 5 th
6 th
5 th
4 th
3 th
2 th
1 th
0 th
Target Anak dan ibu Anak Anak Anak Anak Anak dan ibu*
Fokus ke anak langsung
Layanan kesehatan dan gizi anak
Perkembangan emosi & mental**
Perkembangan emosi & mental
Pengembangan pribadi dan pendidikan anak
Perkembangan & kesiapan utk bersekolah***
Fokus ke anak lewat ibu
Pendidikan org tua utk memelihara anakLayanan ke-sehatan ibu
- - Pendidikan orang tua tentang perkembangan pola asuh anak
- Pendidikan orang tua untuk memelihara anak
Waktu 2 jam/kunjgan 8-10 jam/hari 2 jam/hari 2-3 jam/ hari 2 jam/hari 2 jam/kunjgan
Kegiatan 1 kali/bln. tiap hari kerja Min3 hr/mngg 3 kali/minggu tiap hari 1 kali/bln.
22
Tipologi Penyelenggaraan Pengembangan Anak Usia Dini yang
ada saat ini1 . Layanan Tidak Lengkap dan terpisah .
2. Layanan Lengkap dan terpisah.
3. Layanan Lengkap dan terintegrasi.
4. Layanan b elum l engkap tetapi berada pada satu lokasi.
5. Layanan l engkap, t erintegrasi satu atap.
23
STRATEGI PENGEMBANGAN ANAK USIA
DINI HOLISTIK-INTEGRATIF
24
TUJUAN• Tujuan Umum
– Terselenggaranya pelayanan pengembangan anak usia dini holistik-integratif menuju terwujudnya anak usia dini Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia.
• Tujuan Khusus– Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara
utuh meliputi kesehatan dan gizi, pendidikan, dan pengasuhan sesuai segmentasi umur.
– Terlindunginya anak dari perlakuan yang salah, baik pada tataran keluarga maupun lingkungan.
– Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras antar lembaga pelayanan terkait, sesuai kondisi wilayah.
– Terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait dalam penyelenggaraan pengembangan anak usia dini.
25
SASARAN1. Meningkatnya derajat kesehatan dan gizi anak
usia dini;
2. Meningkatnya kesiapan anak untuk bersekolah;
3. Meningkatnya kemampuan orang tua dan keluarga dalam pengasuhan anak;
4. Meningkatnya internalisasi nilai-nilai agama dan pemanfaatan kearifan lokal dalam pengembangan anak usia dini dalam membentuk anak berakhlak mulia;
5. Meningkatnya akses dan pemerataan serta kelengkapan jenis pelayanan pengembangan anak usia dini yang berkualitas;
26
SASARAN6. Meningkatnya kemampuan petugas layanan
pengembangan anak usia dini;
7. Meningkatnya jumlah penyelenggaraan pengembangan anak usia dini holistik-integratif;
8. Meningkatnya dukungan dari berbagai pihak terkait baik pemerintah maupun swasta, antara lain berupa dukungan pembiayaan;
9. Tersusunnya peraturan perundang-undangan yang berpihak kepada anak usia dini dan berlaku secara efektif; dan
10. Meningkatnya kualitas dan intensitas koordinasi dan keterpaduan penyelenggaraan pengembangan anak usia dini mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi di berbagai tingkatan administrasi pemerintahan.
27
PRINSIP-PRINSIP Pengembangan Anak Usia Dini
1. Pelayanan yang holistik
2. Pelayanan yang berkesinambungan
3. Partisipasi masyarakat
4. Berbasis budaya yang konstruktif
5. Pelayanan yang tidak diskriminatif
6. Good governance
7. Perluasan distribusi pelayanan antarkelompok masyarakat menerapkan prinsip aksesibilitas, ketersediaan, keterjangkauan ekonomi, dan penerimaan sosiokultural.
28
ARAH KEBIJAKAN1. Peningkatan akses, pemerataan, dan kelengkapan
jenis pelayanan pengembangan anak usia dini.
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini.
3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional, maupun internasional
4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta pelibatan masyarakat termasuk dunia usaha dan media massa dalam penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini.
29
STRATEGI1. Meningkatkan kemampuan calon
pengantin, orang tua, keluarga, dan pengasuh pengganti dalam melakukan pengasuhan anak secara optimal.1) Bimbingan dan konseling bagi calon pengantin,
orangtua, dan pengasuh pengganti tentang pengetahuan, sikap, dan praktik pengasuhan yang baik (good parenting skill);
2) Sosialisasi dan advokasi bagi orangtua tentang pembagian peran yang seimbang dalam pengasuhan anak.
30
STRATEGI (lanjutan)2. Menyelenggarakan pelayanan pengembangan
anak usia dini yang merata dan dapat dijangkau.1) peningkatan kelengkapan jenis dan sebaran
layanan pengembangan anak usia dini; 2) optimalisasi pemanfaatan fasilitas dan kegiatan
masyarakat yang ada di setiap kabupaten/kota; 3) peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan pengembangan anak usia dini; dan
4) Penyediaan dukungan bagi anak-anak usia dini yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk mengakses pelayanan.
31
STRATEGI (lanjutan)3. Meningkatkan kualitas pelayanan
Pengembangan Anak Usia Dini . 1) Penyusunan SPM Pengembangan Anak Usia
Dini ;
2) Peningkatan jumlah dan kapasitas serta insentif bagi petugas layanan;
3) Peningkatan fasilitas pembelajaran dan fasilitas pelayanan kesehatan dan gizi; dan
4) KIE dan pendampingan untuk lembaga penyelenggara di lapangan.
32
STRATEGI (lanjutan)4. Melakukan internalisasi nilai-nilai agama dan budaya.
1) Identifikasi dan sosialisasi nilai-nilai agama dan budaya yang konstruktif (lokal dan global) dalam pengasuhan anak;
2) Pengintegrasian nilai-nilai agama dan budaya ke dalam materi penyuluhan, pendidikan dan permainan Pengembangan Anak Usia Dini ;
3) Identifikasi jenis permainan tradisional bagi anak yang berdampak positif bagi tumbuh kembang anak;
4) Pelaksanaan kajian, studi tentang nilai-nilai arif budaya untuk Pengembangan Anak Usia Dini yang optimal;
5) Peningkatan kerjasama dengan media massa untuk sosialisasi dan KIE Pengembangan Anak Usia Dini ;
6) Peningkatan peran para pengelola media massa dalam penyiaran materi-materi yang mendukung Pengembangan Anak Usia Dini holistik-integratif; dan
7) Pengembangan sistem pengaduan masyarakat terhadap layanan media massa terkait dengan Pengembangan Anak Usia Dini .
33
STRATEGI (lanjutan)
5. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha.1) Sosialisasi dan KIE kepada masyarakat,
termasuk tokoh dan pemuka masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha tentang pentingnya tumbuh kembang anak usia dini; dan
2) Mendorong dan memberikan insentif bagi dunia usaha untuk melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang ditujukan untuk pengembangan anak usia dini.
34
STRATEGI (lanjutan)6. Meningkatkan komitmen, koordinasi dan
kerjasama antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait.1) Pemantapan pembagian peran, tanggung jawab, dan
kewenangan secara lebih tegas bagi masing-masing Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah dan masyarakat;
2) Pengintegrasian kegiatan-kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini dari berbagai institusi terkait, dimulai dari tahap perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan evaluasi;
3) Pembentukan forum koordinasi tingkat nasional dan daerah, serta berpartisipasi aktif dalam forum internasional; dan
4) Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan Anak Usia Dini secara terpadu, termasuk penetapan standar indikator kinerja.
35
STRATEGI (lanjutan)
7. Memperkuat dan harmonisasi landasan hukum penyelenggaraan layanan Pengembangan Anak Usia Dini yang holistik dan integratif.1) Penyusunan peraturan perundang-undangan,
termasuk Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), dan Peraturan Presiden (Perpres) sebagai dasar hukum Pengembangan Anak Usia Dini ;
2) Advokasi kepada Kementerian/Lembaga dan anggota legislatif mengenai pentingnya Pengembangan Anak Usia Dini ; dan
3) Penyusunan pedoman umum penyelenggaraan layanan Pengembangan Anak Usia Dini .
36
Pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
37
Yang Diharapkan
1.
2.
Saat ini
c.
b.
d.
a.
e.
Pemantauan dan Evaluasi• Dilakukan secara berkala, berkelanjutan dan
berkesinambungan dengan menggunakan parameter yang berbasis pada kebutuhan esensial anak.
• Dilaksanakan oleh unsur-unsur pemerintah dengan melibatkan masyarakat secara terintegrasi, untuk: – menjamin pelaksanaan pengembangan anak usia dini
yang efisien dan akuntabel; – mendukung pencapaian sasaran pelaksanaan layanan
pengembangan anak usia dini; – memungkinkan tindakan korektif untuk perbaikan
penyelenggaraan kegiatan; – menghasilkan informasi yang berguna bagi kelancaran
pelaksanaan kegiatan, serta masukan untuk penyusunan kegiatan lanjutan.
38
IndikatorBeberapa indikator utama pengembangan anak usia dini holistik-integratif:
– Persentase anak yang mempunyai akte kelahiran– Angka kematian bayi dan balita– Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk– Angka cakupan imunisasi– Cakupan Vitamin A– Cakupan ASI eksklusif– Persentase persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan– Persentase anak yang mendapat pelayanan
pendidikan anak usia dini– Angka putus sekolah kelas 1, 2, dan 3 jenjang SD/MI– Status gizi ibu hamil– Cakupan zat besi (Fe) pada ibu hamil
39
Pendanaan
• Pendanaan untuk pelaksanaan strategi nasional pengembangan anak usia dini berasal dari:
– APBN, – APBD (Provinsi dan Kabupaten/kota), – Lembaga donor, – Masyarakat termasuk dunia usaha, – Sumber-sumber dana lainnya yang sah dan tidak
mengikat.
• Pengelolaan dana menganut prinsip tranparansi, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas dan harmonisasi
40
PENUTUPPENUTUP
Anak Usia Dini merupakan generasi penerus Anak Usia Dini merupakan generasi penerus bangsa, oleh karenanyabangsa, oleh karenanya penanganan sejak penanganan sejak
dini dini akan mampu membantuakan mampu membantu tumbuh tumbuh kembangnyakembangnya, sehingga mampu, sehingga mampu membentuk membentuk generasi yang cerdas dan handalgenerasi yang cerdas dan handal dalam hal dukungan dari berbagai pihak dan sektoral
secara holistik
42
TERIMA KASIH