7
Histerektomi secara umum dianggap aman, beberapa kemungkinan komplikasi berkaitan dengan prosedurnya. Komplikasi ini bisa berdampak ringan hingga berat dan bahkan kematian walaupun sangat jarang. (1, 3, 4) walaupun insidensinya sangat kecil, tetapi perlu diwaspadai komplikasi jangka panjang dari histerektomi. Trauma buli terjadi hingga 2% dari kasus histerektomi. (5) saat dilakukan histerektomi per vaginam, buli bisa mengalami perforasi saat proses memasuki cul de sac anterior. Trauma buli juga bisa terjadi saat proses pembukaan peritoneum atau saat proses diseksi buli dari bagian bawah rahim jika histerektomi dilakukan via abdomen. (1) walaupun kebanyakan dari komplikasi ini diperbaiki saat operasi berlangsung, tetapi inkontinensia pasca-operasi banyak dilaporkan. (6, 7) Komplikasi lain dari prosedur histerektomi adalah trauma ureter, trauma usus bagian bawah, dan perdarahan yang merupakan komplikasi paling serius. Perdarahan terjadi dalam 1% hingga 3% dari pasien yang menjalani histerektomi. (5) Sementara komplikasi pasca-operasi yang umum terjadi adalah

Histerektomi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Histerektomi.docx

Histerektomi secara umum dianggap aman, beberapa kemungkinan komplikasi

berkaitan dengan prosedurnya. Komplikasi ini bisa berdampak ringan hingga berat dan

bahkan kematian walaupun sangat jarang. (1, 3, 4) walaupun insidensinya sangat kecil, tetapi

perlu diwaspadai komplikasi jangka panjang dari histerektomi.

Trauma buli terjadi hingga 2% dari kasus histerektomi. (5) saat dilakukan

histerektomi per vaginam, buli bisa mengalami perforasi saat proses memasuki cul de sac

anterior. Trauma buli juga bisa terjadi saat proses pembukaan peritoneum atau saat proses

diseksi buli dari bagian bawah rahim jika histerektomi dilakukan via abdomen. (1) walaupun

kebanyakan dari komplikasi ini diperbaiki saat operasi berlangsung, tetapi inkontinensia

pasca-operasi banyak dilaporkan. (6, 7)

Komplikasi lain dari prosedur histerektomi adalah trauma ureter, trauma usus bagian

bawah, dan perdarahan yang merupakan komplikasi paling serius. Perdarahan terjadi dalam

1% hingga 3% dari pasien yang menjalani histerektomi. (5) Sementara komplikasi pasca-

operasi yang umum terjadi adalah infeksi yaitu sebanyak 4% sampai 10% terjadi pada pasca-

histerektomi melalui vagina dan 6% sampai 25% setelah histerektomi via abdomen. (1, 2)

Efek psikologis bisa terjadi setelah histerektomi. Beberapa penelitian menemukan

adanya depresi, kecemasan, penurunan libido, atau terputus dari pergaulan sosial karena

proses penyembuhan yang lama setelah operasi. Di sisi lain, terdapat penelitian yang

menyebutkan adanya peningkatan kualitas hidup setelah histerektomi karena hilangnya

gejala-gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. (8, 9)

1.

Page 2: Histerektomi.docx

Walaupun komplikasi yang terjadi cukup banyak, tetapi perlu dicamkan dalam pikiran adalah

bahwa sebagian besar pasien merasa puas dengan hasil dari histerektomi karena dapat

meredakan gejala yang mereka rasakan. (10)

Di Amerika Serikat, histerektomi masih menjadi prosedur ginekologis yang umum

dikerjakan. Sekitar 600.000 histerektomi dilakukan setiap tahunnya, dan mayoritas

merupakan tindakan untuk penyakit yang jinak. (1) histerektomi via abdomen menjadi pilihan

yang sering dilakukan (sekitar 60%). (1, 2)

Histerektomi melalui vagina dilaporkan lebih sedikit menyebabkan trauma traktus urinaria

jika dibandingkan dengan histerektomi via abdomen. (5)

Page 3: Histerektomi.docx

Cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir komplikasi

trauma traktus urinarius saat operasi histerektomi antara lain:

1. Pahami dengan seksama anatomi dari rahim dan organ sekitarnya.

Pengetahuan yang seksama tentang anatomi organ-organ pelvis sangat penting untuk

menghindari trauma buli saat histerektomi. Trauma bagian atas buli paling sering terjadi saat

histerektomi total. Leher buli paling berisiko mengalami trauma saat histerektomi lewat

vagina.

Page 4: Histerektomi.docx

2. Ketahui faktor risiko yang ada pada pasien.

In addition to knowledge of the anatomy and meticulous dissection, preoperative planning is

essential to minimize risk of urinary tract injury. Half of all patients who sustain a ureteral

injury have no identifiable risk factors, but if patient-specific issues are identified, additional

imaging studies or alterations in the surgical plan can be considered to mitigate risk.

3. Screen for injury

Minimizing the risk of intraoperative injury requires maintaining visual identification of the

ureters and bladder in relation to the operative target. This also allows early recognition of

injury, should it occur. Confirmatory measures for further reorientation include palpation of

the ureters and bladder, bladder back-filling, administration of intravenous (IV) dye,

cystoscopy, and retrograde pyelography.

4. Recognize the injury

Delayed identification of urinary tract injury can result in poor outcomes with long-standing

sequelae such as compromised or lost renal function. Intraoperative or postoperative

consultation with a urologist is recommended and may be necessary in complex cases, even

when the gynecologic surgeon is capable of ureteric or bladder repair. The approach to

immediate repair is dependent on the type of injury, with crush or thermal injuries requiring

resection of the damaged segment. In cases of delayed diagnosis, placement of a

nephrostomy tube may be required as a temporizing measure prior to definitive repair.

1. Rice CN, Howard CH. Complications of hysterectomy. US Pharm. 2006; 31(9):HS-

16-HS-24.

2. National Women's Health Network. Hysterectomy. www.nwhn.org/

healthinfo/detail.cfm?info_id=8&topic=Fact%20Sheets. Accessed August 7, 2008.

Page 5: Histerektomi.docx

3. Stovall TG, Mann WJ. Overview of gynecologic laparoscopic surgery. UpToDate

Online 16.2. http://utdol.com/online/content/topic.do?topicKey =gyn_surg/10533 &

selectedTitle=1~150&source=search_result. Accessed June 22, 2008.

4. Chelmow D, Aronson MP, Wosu U. Intraoperative and postoperative complications

of gynecologic surgery. In: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N, eds.

Current Diagnosis & Treatment: Obstetrics & Gynecology. 10th ed. New York, NY:

McGraw-Hill Medical; 2007.

5. Maresh MJ, Metcalfe MA, McPherson K, et al. The VALUE national hysterectomy

study: description of the patients and their surgery. BJOG. 2002; 109:302-312.

6. van der Vaart CH, van der Bom JG, de Leeuw JR, et al. The contribution of

hysterectomy to the occurrence of urge and stress urinary incontinence symptoms.

BJOG. 2002;109:149-154.

7. Brown JS, Sawaya G, Thom DH, Grady D. Hysterectomy and urinary incontinence: a

systematic review. Lancet. 2000;356:535-539.

8. Falcone T, Cogan-Levy SL. Overview of hysterectomy. UpToDate Online 16.2.

http://utdol.com/online/content/topic.do?topicKey=gyn_surg/11669&selectedTitle=1~

150&source=search_result. Accessed June 22, 2008.

9. Wright JB, Gannon MJ, Greenberg M. Psychological aspects of heavy periods: does

endometrial ablation provide the answer? Br J Hosp Med. 1996;55:289-294.

10. Kjerulff KH, Langenberg PW, Rhodes JC, et al. Effectiveness of hysterectomy.

Obstet Gynecol. 2000;95:319-326.