15
GANGGUAN HIPOKONDRIK I. PENDAHULUAN Istilah “hipokondrik” didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium” yang berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menghadapi penyakit yang serius, kendatipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketahui. Preokupasi pasien menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan personal, sosial, dan pekerjaan. 1 Menurut model interpersonal, hipokondriasis dipandang sebagai bentuk careeliciting perilaku yang menemukan ekspresi dalam bentuk keluhan fisik. Melalui gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan, pasien dengan gangguan emosional ini mencari dukungan interpersonal dari anggota keluarga dan dokter. Menurut Stuart dan Noyes, rasa cemas dan tidak aman berawal pada hubungan awal dengan pengasuhnya. Kurangnya perhatian dan atau lingkungan awal yang merugikan dapat menyebabkan seorang anak melihat orang lain seperti tidak bisa diandalkan dalam memberikan perawatan. 8 II. DEFENISI 1

HIPOKONDRIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi Psikiatri

Citation preview

Page 1: HIPOKONDRIK

GANGGUAN HIPOKONDRIK

I. PENDAHULUAN

Istilah “hipokondrik” didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium” yang

berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien

dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistik

dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, yang menyebabkan preokupasi dan

ketakutan bahwa mereka menghadapi penyakit yang serius, kendatipun tidak ditemukan

penyebab medis yang diketahui. Preokupasi pasien menyebabkan penderitaan yang bermakna

bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan

personal, sosial, dan pekerjaan.1

Menurut model interpersonal, hipokondriasis dipandang sebagai bentuk careeliciting

perilaku yang menemukan ekspresi dalam bentuk keluhan fisik. Melalui gejala somatik yang

tidak dapat dijelaskan, pasien dengan gangguan emosional ini mencari dukungan

interpersonal dari anggota keluarga dan dokter. Menurut Stuart dan Noyes, rasa cemas dan

tidak aman berawal pada hubungan awal dengan pengasuhnya. Kurangnya perhatian dan atau

lingkungan awal yang merugikan dapat menyebabkan seorang anak melihat orang lain

seperti tidak bisa diandalkan dalam memberikan perawatan.8

II. DEFENISI

Hipokondriasis adalah kepercayaan pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa

seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan

yang dapat ditemukan.2

III. EPIDEMIOLOGI

Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan sebesar 4 sampai 6 persen

pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena hipokondriasis.

Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap usia, onset paling sering antara usia 20-30

tahun. Beberapa lebih sering diantara orang kulit hitam dibandingkan kulit putih, tetapi posisi

sosial, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tidak mempengaruhi diagnosis.1,3

1

Page 2: HIPOKONDRIK

Hipokondriasis telah diteliti lebih sering pada pasien di lingkungan medis. Dalam

praktek medis umum, ditemukan bahwa prevalensi hipokondriasis bervariasi antara 0,8% dan

9%, dan prevalensi rata-rata 4,2% di tujuh sampel perawatan primer yang telah dilaporkan.7

IV. ETIOLOGI

Dalam kriteria diagnostik hipokondriasis, DSM – IV menyatakan bahwa gejala

mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan

bahwa orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya, mereka

memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik.

Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal, orang

hipokondriakal menganggapnya sebagai nyeri abdomen. Orang hipokondriakal mungkin

berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikannya dan menjadi tersinyal oleh hal

tersebut karena skema kognitif yang keliru. Menurut Manual Diagnostik dan Statistik

Gangguan Mental, edisi 4, Teks Revisi (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, 4th, Text Revision, DSM-IV-TR), sakit yang terkait dengan gangguan faktor

psikologis adalah gangguan somatoform yang rasa sakitnya adalah bentuk somatisasi

independen dari depresi, kecemasan atau khayalan. Sebuah hipotesis klasik awal terkait jenis

sakit untuk fitur histeris. Pada Hipokondriasis, obsesi atau dorongan secara definisi terbatas

pada masalah penyakit. Walaupun beberapa studi kasus yang diduga terkait dengan

hipokondriasis, sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab dari hipokondriasis

itu sendiri.1,9,10

Teori yang kedua adalah hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model belajar

sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit

oleh seseorang yang mendapatkan masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat

dipecahkan. Peranan sakit menawarkan suatu jalan keluar, karena pasien yang sakit dibiarkan

menghindari kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda tantangan yang tidak

disukai dan dimaafkan dari kewajiban biasanya diharapkan.1

Teori ketiga tentang penyebab hipokondriasis adalah bahwa gangguan ini adalah

bentuk varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan

berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.

Diperkirakan 80% pasien dengan hipokondriasis memiliki gangguan depresif atau gangguan

2

Page 3: HIPOKONDRIK

kecemasan yang ditemukan bersama-sama. Pasien yang memenuhi criteria diagnostik untuk

hipokondriasis mungkin merupakan pensomatisasi (somatizing) dari gangguan lain tersebut.1

Bidang pikiran keempat tentang hipokondriasis adalah bidang psikodinamika, yang

menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dipindahkan

(melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriakal

berasal dari kekecewaan, penolakan, dan kehilangan di masa lalu tetapi pasien

mengekspresikan kemarahannya saat ini dengan meminta pertolongan dan perhatian dari

orang lain dan selanjutnya menolak karena tidak efektif. Hipokondriasis juga dipandang

sebagai rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi yang rendah dan tanda

perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan. Penderitaan nyeri dan somatik

selanjutnya menjadi alat untuk menebus kesalahan dan membatalkan (undoing) dan dapat

dialami sebagai hukuman yang dapat diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata

maupun khayalan) dan perasaan seseorang jahat dan memalukan.1

Penurunan biokimia dapat dikaitkan dengan hipokondriasis dan beberapa gangguan

somatoform lainnya (misalnya gangguan somatisasi, gangguan konversi, dan gangguan

dismordik tubuh). Studi terkini yang terkait dengan biological markers, dalam DSM – IV –

TR kriteria diagnostik hipokondriasis terdapat penurunan level plasma neutropin 3 (NT-3)

dan level platelet serotonin (5-HT). NT-3 adalah salah satu petanda dari fungsi saraf dan

platelet 5-HT adalah salah satu petanda alternative dari aktivitas serotonergic.3

V. DIAGNOSIS

Kategori diagnostik DSM – IV untuk hipokondriasis pasien diharuskan untuk

terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan

keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misinterpretasi tanda atau sensasi fisik. Kriteria

mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurang-kurangnya enam bulan,

kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan neurologis. Kriteria

diagnostik juga mengharuskan pasien tersebut tidak dalam intensitas waham (lebih tepat

didiagnosis gangguan delusional) dan tidak terbatas pada ketegangan tentang penampilan

(lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan dismorfik tubuh). Tetapi, gejala hipokondriasis

diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan penderitaan emosional atau menyebabkan

gangguan pada gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi didalam bidang penting

3

Page 4: HIPOKONDRIK

hidupnya. Klinisi dapat menentukan adanya tilikan yang buruk jika pasien tidak secara

konsisten mengetahui bahwa permasalahan penyakit adalah luas.1

Hipokondriasis dikelompokkan dengan gangguan somatoform, yang berbagi fitur

umum dari gejala yang tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh kondisi medis umum,

meskipun hidup bersama, kondisi medis umum mungkin ada. Hypochondriasis di Klasifikasi

Internasional Penyakit, Revisi 10 (International Classification of Diseases, 10th Revision,

ICD-10). Presentasi penderitaan gejala somatik sering didapatkan dalam praktek umum, dan

sampai 30% dari somatik umum gejala tidak dapat terdiagnosis (undiagnosed). Somatisasi

terdiri dari tiga unsur: (i) tidak dapat dijelaskan gejala fisik dalam konteks stres psikososial,

(ii) atribusi fisik penyakit, dan (iii) bantuan sudut pandang medis. 7,11

Gambaran Klinis

Pasien hipokondriakal percaya bahwa mereka mendeteksi penyakit yang parah yang

belum dapat dideteksi, dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya. Pasien

hipokondriakal dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka memiliki suatu

penyakit tertentu atau dengan berjalannya waktu, mereka mengubah keyakinannya dengan

penyakit tertentu. Keyakinan tersebut adalah menetap walaupun hasil laboratorium adalah

negatif, perjalanan yang ringan dari penyakit yang ringan dengan berjalannya waktu dan

penentraman dari dokter. Tetapi keyakinan tersebut tidak sangat terpaku sehingga merupakan

suatu waham. Hipokondriasis seringkali disertai gejala depresi dan kecemasan, dan seringkali

ditemukan bersama-sama dengan suatu gangguan depresif atau kecemasan.1

“Doctor Shopping” keadaan dimana pasien telah mendatangi beberapa dokter untuk

mengkonsultasikan penyakitnya sering didapatkan pada pasien dengan gangguan

hipokondrik. Keadaan ini biasanya diikuti kebiasaan pasien membawa seluruh hasil

laboratorium yang telah dia dapatkan terkait dengan keluhannya.4

Walaupun DSM – IV menyebutkan bahwa gejala harus ada sekurang-kurangnya enam

bulan, keadaan hipokondriakal sementara (transient) dapat terjadi setelah stress berat, paling

sering kematian atau penyakit berat pada seseorang yang penting bagi pasien atau penyakit

serius (kemungkinan membahayakan hidup) yang telah disembuhkan tetapi pasien

hipokondriakal secara sementara dengan akibatnya. Keadaan hipokondriakal tersebut yang

berlangsung kurang dari enam bulan harus ditentukan sebagai gangguan somatoform yang

4

Page 5: HIPOKONDRIK

tidak ditentukan. Hipokondriakal sementara sebagai respon dari stress eksternal biasanya

menyembuh jika stress dihilangkan tetapi dapat menjadi kronis jika diperkuat oleh orang-

orang didalam sistem sosial pasien dan oleh profesional kesehatan.1

Jika berdasarkan pada PPDGJ – III maka untuk diagnosis pasti kedua hal ini harus

terdapat :5

- Keyakinan yang menetap adalah sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius, yang

melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan fisik yang berulang-ulang tidak

menunjukkan adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya Preokupasi yang

menetap, kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak

sampai waham);

- Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak

ditemukan adanya penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Hipokondriasis dibedakan dari kondisi non-psikiatrik, khususnya gangguan yang

tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah

AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple, penyakit degeneratif pada sistem

saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.1

Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada suatu

hipokondriasis tentang ketakutan pada suatu penyakit dan penekanan pada gangguan

somatisasi dengan banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas bahwa pasien dengan

hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala dibandingkan pasien dengan gejala

gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi biasanya memiliki onset sebelum usia 30 tahun,

sedangkan hipokondriasis memiliki usia onset yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan

somatisasi lebih sering adalah wanita dibandingkan dengan pasien dengan hipokondriasis,

dimana memiliki distribusi yang seimbang antara laki-laki dan perempuan.1

Hipokondriasis juga harus dibedakan dari gangguan somatoform lainnya. Gangguan

konversi adalah akut dan biasanya sementara dan melibatkan suatu gejala, bukannya suatu

penyakit tertentu. Ada atau tidaknya la belle indiference adalah ciri yang tidak dapat

dipercaya yang menyebabkan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis, seperti

juga hipokondriasis, tetapi gejalanya adalah terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan

5

Page 6: HIPOKONDRIK

gangguan dismorfik tubuh berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain

memperhatikan bahwa mereka tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari

perhatian untuk anggapan penyakitnya.1,4

Gejala hipokondriakal dapat juga terjadi pada gangguan depresi dan gangguan

kecemasan. Jika pasien memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk hipokondriasis maupun

gangguan mental berat lainnya, seperti gangguan depresif berat atau gangguan kecemasan

umum, pasien harus mendapat kedua diagnosis tersebut, kecuali gejala hipokondriakal hanya

terjadi pada episode gangguan mental lainnya. Pasien dengan gangguan panik mungkin pada

awalnya mengeluh bahwa mereka menderita suatu penyakit (sebagai contoh : gangguan

jantung) tetapi pertanyaan yang cermat tentang riwayat medis biasanya tidak menemukan

gejala klasik serangan panik. Keyakinan hipokondriakal delusional terjadi pada skizofrenia

dan gangguan psikotik lainnya tetapi dapat dibedakan hipokondriasis dengan gejala psikotik

lain. Disamping itu, waham somatik pasien skizofrenia cenderung kacau, aneh, dan diluar

lingkungan kulturalnya.1,4,6

Hipokondriasis dibedakan dari gangguan buatan dengan gejala fisik dan berpura-pura

dimana pasien hipokondriakal sesungguhnya mengalami dan tidak menstimulasi gejala yang

mereka laporkan.1

VII. PENATALAKSANAAN

Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa pasien

hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan medis dan

dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang mengatasi penyakit kronis.

Diantara pasien-pasien tersebut, psikoterapi kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian

cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan

kecemasan pasien. Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi

biasanya tidak berhasil.1,6

Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk menenangkan

pasien bahwa mereka tidak diterlantarkan oleh dokternya dan keluhan mereka ditanggapi

dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik harus dilakukan hanya jika bukti

objektif mengharuskannya. Jika mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati

temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan.1,6

6

Page 7: HIPOKONDRIK

Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien memiliki suatu

kondisi yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan atau gangguan depresif

berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya gangguan mental primer lainnya,

gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi

situasional yang sementara, klinisi harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa

mendorong perilaku sakit mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan

masalah.1

Obat-obat golongan benzodiazepine sering diberikan pada pasien dengan

hipokondriasis akan tetapi kegunaannya masih perlu pembahasan yang lebih lanjut. Untuk

langkah pertama biasanya digunakan fluoxetine, dalam dosis 60 sampai 80 mg yang mungkin

mengurangi keluhan hipokondriasis pasien.2,4

VIII. PROGNOSIS

Perjalanan hipokondriasis biasanya episodik, episode berlangsung dari beberapa bulan

sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya. Mungkin

terhadap hubungan yang jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriakal dan stressor

psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan, diperkirakan

sepertiga sampai setengah dari semua pasien dengan hipokondriasis akhirnya membaik

secara bermakna. Prognosis yang baik adalah berhubungan dengan status sosio-ekonomi

yang tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya

kondisi non-psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi sembuh

pada masa remaja akhir atau masa dewasa awal.1

IX. KESIMPULAN

Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang

dikategorikan dalam DSM – IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik

lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang

dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan

gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala fisik

yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh

7

Page 8: HIPOKONDRIK

keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang

sebenarnya.

Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan ketakutan dan

perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakannya. Pasien

dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit yang serius

yang belum pernah dideteksi, dan tidak dapat menerima penjelasan akan gangguan yang

dideritanya. Mereka terus menyimpan keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit yang

serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya

terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas. Walaupun pada DSM – IV

membatasi bahwa gejala yang timbul telah berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan

hipokondrial yang sementara dapat muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah

akibat kematian atau penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi

pasien, ataupun penyakit serius yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang

dapat meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada kehidupan pasien. Keadaan diatas

dimana perlangsungannya kurang dari enam bulan, maka didiagnosis sebagai gangguan

somatoform yang tak tergolongkan.

Farmakoterapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi edukasi yang

dilakukan. Tujuan dari pemberian farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala dan

gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk mencegah komplikasi, dan untuk

mengurangi gejala hipokondrik.

Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas, obsesif-

kompulsif. Apabila terdapat salah satu dari gangguan diatas, penatalaksanaan yang sesuai

haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologis diberikan dengan memulai dosis rendah,

kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk mencegah efek samping dimana

pasien dengan gangguan hipokondrik sangat sensitif terhadap efek samping obat. Pasien

dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya megalami

hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai prognosis yang

baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.

8

Page 9: HIPOKONDRIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadock B,J, and Greeb J.A. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan Somatoform.

Jilid Dua. Ciputat : Binarupa Aksara. 94-7.

2. Anonim . Hypocondriasis definition.

http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=18718 (14 Februari 2012)

3. Xiong G.L. Hypocondriasis.

http://emedicine.medscape.com/ article/290955-overview (14 Februari 2012)

4. DSM-IV-TR #300.7. Hypocondriasis.

5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Gangguan Somatoform. Jakarta : PT.

Nuh Jaya. 84.

6. Perkins V.H. Wise T.N., Williams D.E. Hypocondriacal Concern : Management Through

Understanding. Primary Care Companion J. Clin Psychiatry 2000 2:4. 177-21.

7. Features of hypochondriasis and illness worry in the general population in Germany.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17012532 (16 Februari 2012)

8. Test of an Interpersonal Model of Hypochondriasis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12651997 (16 Februari 2012)

9. Disorder-specific neuroanatomical correlates of attentional bias in obsessive-compulsive

disorder, panic disorder, and hypochondriasis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16061770 (16 Februari 2012)

10. DSM-IV-TR “pain disorder associated with psychological factors” as a nonhysterical

form of somatization.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2670805/?tool=pubmed (16 Februari

2012)

11. Somatic symptoms, hypochondriasis and psychological distress: a study of somatisation

in Australian general practice.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19012554 (16 Februari 2012)

9