Upload
eyi-areum
View
77
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hfjyfky
Citation preview
Laporan Kasus
PEMBESARAN PROSTAT JINAK
Siti Robiya, Faisal Lukman B, Achmad M Palinrungi
Sub Bagian Bedah Urologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar
SUMMARY
A case of Benign Prostatic Hypertrophy is reported. A 84 years old man with
main complaint of retensi urin since 2 years ago, there was history of nocturia,
history of surgery 14 years ago with stones in the bladder in RSWS 2000 years.
There was a scar on the midline above 2 fingers symphisis pubis on suprapubic
region physical examination. There was found hypertrophy of prostatic on rectal
thoucer examination, in external genitalia region catheterized number 18 with 2
branches. Diagnosis is confirmed by USG abdomen. Transurethral resection of
prostat (TURP) is performed.
Treatment as early as possible is highly recommended to reduce symptoms,
improve quality of life and avoid complications due to prolonged obstruction.
Keyword: Retensi Urin, Bening Prostatic Hypertrophy
RINGKASAN
Dilaporkan 1 kasus Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) pada laki-laki umur 84 tahun dengan keluhan utama tidak bisa buang air kecil yang dialami sejak 2 tahun yang lalu, riwayat terbangun untuk buang air kecil pada malam hari ada sebanyak 3-4 kali, riwayat pernah dioperasi 14 tahun yang lalu karena batu di kandung kemih di RSWS tahun 2000. Dari pemeriksaan Fisis regio suprapubik tampak skar bekas operasi pada midline 2 jari di atas symphisis pubis, regio genetalia eksterna terpasang kateter nomor 18 2 cabang. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan pembesaran prostat. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan USG abdomen dan TRUS dan TAUS. Dilakukan pembedahan Transurethral Resection of Prostate (TUR-P).
0
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang
berkepanjangan.
Pendahuluan
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan diagnosis histopatologi yang
memperlihatkan prostat mengalami hiperplasia pada inspeksi patologi pada
jaringan tissu prostat, dimana terjadi peningkatan jumlah sel stroma dan sel epitel
dari kelenjar prostat 1-3. Pembesaran prostat jinak merupakan pertumbuhan bukan
kanker nodul di daerah prostat yang mengelilingi uretra. 4 Tidak semua pasien
pembesaran prostat berkembang menjadi pembesran prostat jinak yang bergejala
atau symptomatic Benign Prostatic Hipertrophy, hanya terdapat 50% pasien
dengan pembesaran prostat jinak yang memiliki bukti mikroskopik hiperplasia
noduler yang bisa dideteksi secara klinis dan menimbulkan gejala klinis.1,2
Laporan Kasus
Seorang laki-laki, tuan AM, 84 tahun, masuk RS Wahidin Sudirohusodo
pada tanggal 20 September 2014 dengan keluhan utama tidak bisa buang air kecil
ssejak 10 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, susah buang air kecil sudah
dirasakan sejak 6 tahun yang lalu, menunggu lama dan mengedan setiap buang air
kecil ada, pancaran kencing dirasakan lemah dan menetes setiap selesai berkemih,
pasien selalu mengeluh merasa tidak puas bila selesai berkemih, pasien terbangun
untuk buang air kecil pada malam hari ada sebanyak 3-4 kali, riwayat buang air
kecil bercampur darah tidak ada, riwayat buang air kecil berpasir tidak ada,
riwayat buang air kecil keluar batu tidak ada, riwayat buang air kecil berwarna
keruh tidak ada, riwayat nyeri bila buang air kecil tidak ada, riwayat pemasangan
kateter berulang ada, riwayat demam tidak ada, riwayat hipertensi ada diketahui
sejak berobat di RS, riwayat diabetes melitus tidak ada, riwayat pernah dioperasi
14 tahun yang lalu karena batu di kandung kemih di RSWS tahun 2000, riwayat
pengobatan sebelumnya tidak ada.
1
Dari pemeriksaan Fisik didapatkan status generalis pasien dalam batas
normal, status vitalis didapatkan tekanan darah tinggi. Status urologik tidak ada
kelainan pada regio costovertebralis dekstra dan sinistra, regio suprapubik tampak
skar bekas operasi pada midline 2 jari di atas symphisis pubis, regio genetalia
eksterna terpasang kateter nomor 18 Fr 2 cabang.
Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan spingter ani mencekik,
ampula kosong, mukosa licin, tidak teraba massa tumor di rektum, teraba
penonjolan kelenjar prostat ke rectum 3-4 cm, konsistensi padat kenyal,
permukaan rata, simetris kiri dan kanan, pole atas teraba dengan bimanual palpasi,
nyeri tekan tidak ada.
Handscoen : lendir tidak ada, darah tidak ada, feses tidak ada.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan fungsi ginjal
dimana kadar ureum dan kreatinin meningkat dua kali dari nilai rujukan, dan
kadar PSA meningkat dua kali dari nilai rujukan, pada pemeriksaan urinalisa
ditemukan proteinuria, hematuria mikroskopik, urobilinogen, keton, nitrit, dan
leukositosis.
2
Gambar 1. USG abdomen tampak prostat ukuran membesar volume 70 ml tampak
kalsifikasi di dalamnya. Kesan hipertrofi prostat
Pemeriksaan TRUS : 50,3 dan TAUS : 52,2
Pasien ini didiagnosis dengan hipertrofi prostat grade III dan dilakukan Trans
Urethral Resection Prostat (TUR-P).
Epidemiologi
Berdasarkan National Livelihood Surveys (health questionaires) total
jumlah pasien dengan Benign Prostatic Hyperplasia adalah 590.000 pada tahun
1998, 793.000 pada tahu 2005, dan 984.000 pada tahun 2004. Pembesaran
prostat jinak paling sering berupa tumor jinak pada pria, Perubahan volume
prostat juga terjadi secara bervariasi berdasarkan tingkatan umur, dimana volume
prostat meningkat menjadi 25 cc pada pria usia 30 tahun dan pada usia 70 tahun
menjadi sekitar 35-45 cc 2,4 Hasil penelitian autopsi yang pernah dilakukan
didapatkan angka prevalensi pembesaran prostat jinak pada laki-laki usia 41-50
tahun sebesar 20%, usia 51-60 tahun sebesar 50%, usia 61-70 tahun sebesar 65%,
usia 71-80 tahun sebesar 80% dan usia di atas 80 tahun sebesar 90%.3,4,5
Diperkirakan hampir separuh laki-laki dalam hidupnya akan mengalami
gejala pembesaran prostat jinak dan sekitar 10% akan berkembang menjadi
3
keganasan7. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang
lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat
mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan gangguan miksi.
Meskipun jarang mengancam jiwa, pembesran prostat jinak memberikan keluhan
yang menggangu aktivitas sehari-hari.6,7
Etiologi
Etiologi hipertrophy prostata belum sepenuhnya diketahui, meski dicurigai
terjadi secara multifaktorial dan dikontrol secara endokrin, tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar 5α dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). 4,6,7
Klsifikasi derajat Prostat
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya:4
1. Rektal grading berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum
a. derajat 1 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum,
b. derajat 2 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum,
c. derajat 3 : penonjolan 3-4 cm ke dalam rektum,
d. derajat 4 : penonjolan > 4 cm ke dalam rektum
2. Clinical grading,
a. derajat 1: residu urin ≤ 50 cc,
b. derajat 2: residu urin≤ 100 cc,
c. derajat 3 : residu urin≤ 150 cc ,
d. derajat 4: residu urin> 150 cc atau retensi urin.
3. Radiologic grading,
a. derajat 1: garis pertengahan protrusio antara inter ureteric dan OUI,
b. derajat 2:dibawah pertengahan antara garis inter ureteric dan OUI,
c. derajat 3: protusio pada garis inter ureteric,
d. derajat 4: dibawah protusio garis inter ureteric,
4
4. Endoscopic/intra urethr grading,
a. derajat 1 : < 1 cm,
b. derajat 2 : < 2 cm,
c. derajat 3 : < 3 cm,
d. derajat 4 : >3 cm.
Diagnosis
Rekomendaasi konsensus internasional committe WHO (1993) tiga
klasifikasi tes diagnostik: 4-8
1. Mandatory tests, ini akan ditujukan pada setiap pasien yang datang ke
dokter dengan keluhan utama obstruksi pengeluaran pada kandung
kemih:
a. Riwayat atau gejala
Gejala obstruksi pengeluaran bladder yang dihasilkan dari
Pembesaran prostat jinak dibagi dalam dua kelompok.
- Gejala obstruksi:
- Hesitancy,
- straining to void
- weak stream
- terminal dribble / post micturation dribble
- prolonged micturation
- retensi urin
- inkontinensia
- incomplete emptying
- intermittent stream
- Gejala iritatif:
- Frequency
- Urgency of micturation
- Inkontinensia urge
- Nokturia
5
Beratnya gangguan miksi diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh
berbagai jenis skoring, di antaranya International Prostate Symptom Score
(IPSS) yang disusun oleh World Health Organization dan Madsen Lawson
Score. IPSS terdiri dari delapan buah pertanyaan mengenai LUTS. Skor
akhir akan menentukan tatalaksana yang akan dilakukan terhadap
penderita.
International Prostate Symptom Score (IPSS)
Tidak pernah
Kurang dari sekali dalam
lima kali
Kurang dari
setengah
Kadang (±50%)
Lebih dari setengah
Hampir selalu
Skor
1. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda merasa tidak lampias saat selesai berkemih?
0 1 2 3 4 5 2
2. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai berkemih?
0 1 2 3 4 5 2
3. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mendapatkan bahwa kencing anda terputus-putus?
0 1 2 3 4 5 3
4. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda mendapatkan bahwa anda sulit menahan kencing?
0 1 2 3 4 5 4
5. Selama sebulan terakhir, seberapa sering pancaran kencing anda lemah?
0 1 2 3 4 5 3
6. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus mengedan untuk mulai berkemih?
0 1 2 3 4 5 2
7. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda harus bangun untuk berkemih sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?
Tidak ada
0
1 kali
1
2 kali
2
3 kali
3
4 kali
4
≥ 5 kali
5
4
Interpretasi:
1-7 : ringan
6
8-19 : sedang
20-35 : berat
Senang sekali
Senang Pada umumnya
puas
Campuran antara puas
dan tidak
Pada umumnya tidak puas
Tidak bahagia
Buruk sekali
Seandainya anda harus menghabiskan sisa hidup dengan fungsi berkemih seperti saat ini, bagaimana perasaan anda?
0 1 2 3 4 5 6
Skor Quality of Life
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan rectal touche
Dilakukan untuk memeriksa tonus sfingter ani, mukosa rektum, dan
prostat. Jika batas atas prostat masih teraba. Jika prostat teraba
membesar maka diberi deskripsi lebih lanjut mengenai konsistensi,
simetri, dan nodul.
c. Urinalisis dan penilaian fungsi ginjal
Urinalisis untuk melihat infeksi atau hematuri, penilaian fungsi ginjal
dilihat dengan menilai kadar ureum dan kreatinin dari penderita.
2. Recomended tests,
a. Uroflowmetri
Pemeriksaan urin flow merupakan tes urodinamik yang bisa
digunakan untuk menginvestigasi pasien dengan gejala traktus
urinarius bagian bawah.
b. Residual urine
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan
cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur
berapa volume urin yang masih tinggal atau ditentukan dengan
pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan
dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP.
3. Optional tests,
a. Tekanan / pemeriksaan lanjutan
7
b. Serum Prostate Specific Antigen (PSA)
c. Transrectal Ultrasound (TRUS)
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya
kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk
melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesica urinaria
dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin
ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel.
d. Imaging of the upper urinary tract
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di
saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadang kala dapat
menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang
merupaka tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat
menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis
2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh
adanya indentasi prostat (pendesakan vesica urinaria oleh
kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal yang berbentuk
seperti mata kail atau fish hooked
3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya
trabekulasi, divertikel, atau sakulasi vesica urinaria
4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
e. Endoscopy traktus urinarius bagian bawah
f. CT scan / MRI
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan
bermacam – macam potongan.
8
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan keluhan
hasitancy, straining, sense of residual urine, terminal dribling, nokturia. Pada
pemeriksaan fisik dapat dilakukan palpasi bimanual, Dari pemeriksaan Fisik
didapatkan status generalis pasien dalam batas normal, status vitalis didapatkan
tekanan darah tinggi. Status urologik tidak ada kelainan pada regio
costovertebralis dekstra dan sinistra, regio suprapubik tampak skar bekas operasi
pada midline 2 jari di atas symphisis pubis, regio genetalia eksterna terpasang
kateter nomor 18 Fr 2 cabang.
Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan spingter ani mencekik,
ampula kosong, mukosa licin, tidak teraba massa tumor di rektum, teraba
penonjolan kelenjar prostat ke rectum 3-4 cm, konsistensi padat kenyal,
permukaan rata, simetris kiri dan kanan, pole atas teraba dengan bimanual palpasi,
nyeri tekan tidak ada.
Handscoen : lendir tidak ada, darah tidak ada, feses tidak ada 4,5
Terapi
Tujuan terapi pada pasien hipertrofi prostat adalah menghilangkan
obstruksi pada leher vesica urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara
medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.3
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang
berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia
prostat (lebih dari 90% kasus).4
Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh tiga faktor
yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan
berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk
menghilangkan atau mengurangi volume prostat, mengurangi tonus leher vesika,
otot polos prostat dan kapsul prostat, melebarkan uretra pars prostatika,
menambah kekuatan detrusor .2
9
Medikamentosa untuk mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai
komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat adrenergik alfa
blocker dan mengurangi volume prostate sebagai komponen static dengan cara
menurunkan kadar DHT melalui penghambat 5α-reduktase. Pembedahan hal ini
direkomendasikan bila pasien tidak ada perbaikan dengan medika mentosa ,retensi
urin, infeksi saluran kemih yang berulang, hematuria, gagal ginjal dan timbulnya
batu saluran kemih. Tindakan operasinya antara lain: dengan cara operasi terbuka,
Transurethral Resection Prostate (TURP), Transurethral insicion of The Prostate
(TUIP) dan tindakan invasif minimal seperti : termoterapi, TUNA (Transurethral
needle ablation of the prostate), pemasangan stent (prostacath), HIFU (High
Intensity Focused Ultrasound) dan dilatasi dengan balon (Transurethral balloon
dilatation). 2,5,9,10
DAFTAR PUSTAKA
1. Kevin T. McVary. Management of benign prostatic hipertrophy. Chicago:
Northwestern University Feinberg School of Medicine, , IL. 2004. P. 22, 45-
56, 59
10
2. Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar – dasar urologi., Edisi
ke – 2. Jakarta: Sagung Seto. 2003. p. 69 – 85
3. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta :
EGC, 2004. pp. 782-786
4. Palinrungi AM. Lecture Note Urology Makassar: Division of Urology,
Department of Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2010.
5. Kim HL, Belldegrun A. Urology. In: Brunicardi FC. Schwartz’s manual of
surgery. 8th edition. United States of America: McGraw-Hill Companies,
Inc.; 2006. p. 1036-42.
6. Presti JC, Kane CJ, Shinohara K, Carroll PR. Chapter 22: Neoplasms of the
Prostate Gland. In: Tanagho EA, McAninch JW. Smith's General Urology.
17th ed. New York: McGraw-Hill; 2006. p. 347-55.
7. Roehrborn, CG. Benign Prostatic Hyperplasia. Wein, AJ, In: Campbell Walsh
Urology Tent editions. Philadelphia: 2012. P. 2570-608.
8. Kirby, RS. Pathology of Prostate. An Atlas of Prostatic Disease. Third
edition.USA : The Parthenon Publishing Group. 2003. P. 44
9. Loughlin, R. Kevin. Complication of open Prostatectomi. Loughlin, R. Kevin
In: Complication of Urologic Surgery and Practice. USA : Harvard Medical
School Brigham and Women’s H.ospital Boston, Massachusetts. 2007. p.129-
33
10. Novick, AC, Jones JS, Gill IS. Benign Prostatic Hyperplasia. In: Operative
Urologic at the Cleveland Clinic. USA : Cleveland Clinic Foundation
Cleveland, OH. 2006. P. 315-39.
11