Upload
ega-sofianna
View
63
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
hipersensitivitas dentinPosted Januari 3, 2010 by pu2t in fkg, tugas. Ditandai:hipersensitivitas dentin. 4 Komentar
I. PENDAHULUAN
I.1. KARIES
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan
nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian.
Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Sisa makanan
yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email
akan bertumpuk menjadi plak dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri.
Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan
melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi
tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi
maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan
pembuangan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.
Macam-macam karies:
1. Karies Email.
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar
dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat
pada enamel. Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai
pecah. Sekali permukaan email rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri.
Rencana perawatan karies:
Remineralisasi dengan pengulasan fluor.
Konsul diet dan factor risiko yang lain.
Aplikasi penutupan fisur.
Restorasi setelah ekkavasi lesi atau preparasi minimal.
2. Karies Dentin
Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan
gigi dan pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan
masam, dan manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat
menyebar dan mengikis dentin. Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi)
atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit
apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam, dan manis. Jika pembusukan telah
mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan
tambalan (restorasi). Biasanya penumpatan secara langsung masih bisa dilakukan
dengan memberikan bahan pelapis sebelum diberikan bahan penumpat.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang
rusak. Salah satu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh
dokter gigi adalah semen glass ionomer. Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan
estetika adalah yang sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior
maupun posterior tanpa mengesampingkan faktor kekuatan, keawetan, dan
biokompabilitas dari bahan tersebut (Nurdin, 2001).
Rencana perawatan karies email:
a) Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.
b) Pertimbangan resistensi dan retensi.
c) Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.
d) Penyingkiran karies dentin.
e) Menghaluskan bagian dalam kavitas.
f) Menghaluskan tepi preparasi.
3. Karies Pulpa
Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi
peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba
tanpa rangsangan. Pada tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan
memerlukan perawatan yang lebih kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat
maka akan mencapai pulpa gigi. Disinilah dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat
ditemukan. Pulpa akan terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk
dalam jaringan ikat yang halus. Rencana perawatan dengan restorasi dengan preparasi
minimal dan perawatan endodontik.
I.2. PULPITIS
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan
pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas
yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman
beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa
adanya kuman). Namun kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan
merupakan kelanjutan proses karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap
gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh
sisa makanan, dalam waktu yang lama maka hal ini merupakan media kuman sehingga
terjadi kerusakan di daerah enamel yang nantinya akan terus berjalan mengenai dentin
hingga ke pulpa.
Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:
1. Penurunan permebilitas dentin.
2. Pembentukan dentin reparatif.
3. Reaksi inflamasi secara respons immunologik.
Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang
disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh
darah, syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma (anonim, 2009).
Pulpitis secara klinis terdiri dari 2 macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan
jaringan pulpa, yaitu reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merupakan pulpitis
yang jaringan pulpanya masih dapat dipertahankan sedangkan pulpitis irreversible
merupakan pulpitis yang sudah tidak dapat pulih kembali.
a) Pulpitis Reversibel
Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh
pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut
berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol
sebagai tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap
bertahan atau menjadi lebih buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi
yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang
tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh
kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau pembersihan kavitas secara
kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi
semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu meletakkan
bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri
pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles
restorasi amalgam.
b) Pulpitis Irreversibel
Definisi irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat
simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana
pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak
dapat kembali ke kondisi semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan
rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit
yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-
jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan. Pulpitis irreversibel
kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi sudah ada
keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor
fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana
merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan
baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur
yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan
bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab
telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang
jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau
menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar
atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada
hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga
merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan
sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila
tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada
dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan
segala analgesik. Setelah pembukaan atau drainase pulpa, rasa sakit dapat menjadi
ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam
kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.
Pulpitis irreversible merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses
lanjut dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi
tampak adanya respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro
abses dan daerah nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limfosit, sel
plasma, dan makrofage. pulpitis irefersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme
dan sistem pertahanan jaringan pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak
dapat sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis irreversible dapat berupa nyeri spontan,
nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita tidak dapat tidur sehingga
membuat kondisi menjadi lemah dan akan mengganggu aktifitas penderita. Cara praktis
untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:
Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),
nyeri lama sampai berjam-jam.
Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan
kadang-kadang ada keluhan.
Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan
vital.
Macam Pulpitis irreversible berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis
irreversibel terlokalisasi dan pulpitis irreversible tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli
terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis. Tanda dan gejala dari pulpitis
irreversible terlokalisasi antara lain:
1. Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.
2. Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas pasien.
3. Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.
4. Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.
Perawatan Pulpitis Irreversible
Dalam melakukan perawatan pulpitis irreversible terlokalisasi agar perawataan yang
dilakukan dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui proses perawatan,
antara lain:
1. Lokasi gigi yang pulpitis irreversible (anterior atau posterior).
2. Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).
Terapi: pulpektomi
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan
saluran akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan
suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit)
misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu
merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa koronal atau pulpektomi dan
penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas pulpa radikuler harus
dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus
dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila
pulpa diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.
I.3. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan klinis merupakan tahapan yang penting dalam prosedur perawatan gigi.
Dengan dilakukannya pemeriksaan klinis, dapat diketahui bentuk-bentuk yang tidak
normal maupun kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi, jaringan lunak, serta
jaringan pendukung pada mulut seperti muskulus ataupun TMJ. Pemeriksaan klinis
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan ekstra oral.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan TMJ, sinus ekstraoral, pembengkakan pada
wajah, kelenjar limfe, dan tampilan umum wajah pasien (Heasman, 2003).
2. Pemeriksaan intra oral.
Pemeriksaan ini dibagi lagi menjadi 2 tahapan, yaitu pemeriksaan jaringan keras dan
jaringan lunak.
Pemeriksaan jaringan keras gigi
Gigi yang akan dilakukan perawatan harus diperiksa apakah terdapat karies, restorasi,
diskolorisasi, pemeriksaan mahkota, fraktur, atrisi, abrasi, dan erosi (Heasman, 2003).
Pemeriksaan pada jaringan keras pada umumnya dilakukan dengan bantuan sonde atau
explorer, oleh karena itu biasa disebut dengan sondasi. Dengan bantuan sonde, kita
dapat mengetahui adanya margin atau celah tepi pada restorasi, kedalaman karies,
serta kedalaman pit dan fissure gigi (Stefanac, 2001).
Pemeriksaan jaringan lunak gigi (jaringan periodontal)
Mukosa oral dan gingiva diperiksa, apakah terdapat diskolorisasi, inflamasi, ataupun
pembentukan sinus (Heasman, 2003). Selain dua pemeriksaan di atas, terdapat
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang akan membantu dalam menentukan
diagnosis dan tindakan.
II. PEMBAHASAN
II.3. DIAGNOSIS DAN TREATMENT
ELEMEN GIGI DIAGNOSIS TREATMENT ALAT DAN BAHAN
6
Karies klas 6(MOD) pulpitis reversibel • Bongkar tumpatan
• Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
• Kaping pulpa
• Pembuatan tumpatan • Round diamond bur
• Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin dikloronat 2%
• Dengan hidroksida
• Resin komposit
5
Karies klas 2 (proksimal) • Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
• Pembuatan tumpatan • Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin
dikloronat 2%
• Resin komposit
7
Karies klas 2 (proksimal) • Pembersihan kavitas (sterilisasi kavitas)
• Pembuatan tumpatan • Round steel bur dan disterilisasi dengan klorhexidin
dikloronat 2%
• Resin komposit
A. Pemeriksaan subjektif :
1. Keluhan gigi belakang kiri atas ngilu bila minum / kumur air dingin.
2. Pernah ditambal, sering terselip makanan, lubang di sela-sela gigi.
3. Belum pernah sakit spontan.
4. Ingin ditambal sewarna gigi, tetapi tidak seperti tambalan sebelumnya.
B. Pemeriksaan objektif :
1. Gigi molar satu atas kiri terdapat kavitas di daerah mesial dan sebagian tumpatan
yang telah hilang, dengan kedalaman dentin. Rangsangan taktil yang digoreskan pada
dentin dengan alat sonde.
Sondasi (+) Palpasi (-)
Perkusi (-) CE (+)
2. Gigi premolar kiri atas terdapat kavitas pada sisi distal dengan kedalaman dentin.
3. Gigi molar 2 atas kiri terdapat kavitas di proksimla dengan kedalaman dentin.
Untuk kedua gigi tersebut sondasi, perkusi, palpasi (-), CE (+)
C. Inventarisasi Masalah :
- Kavitas di daerah gigi molar 1 kiri atas (gigi posterior) merupakan kavitas kelas II
- Tumpatan sebelumnya SIK
- Belum pernah sakit spontan menandakan tidak adanya lesi yang dalam, contoh pulpitis
ireversibel
- Pernah ditambal dan terselip makanan sehingga ada lubang
• Tumpatan kelas II yang overhanging
• Tumpatan kelas II yang tidak bagus sehingga terjadi microleakage pada tumpatan
- Gigi molar 1, kedalaman dentin
Sondasi (+) : karies dentin
Perkusi (-) : tidak ada kelainan jaringan periodontal
Palpasi (-) : tidak ada peradangan periosteum
CE (+) : gigi vital
- Gigi premolar 2 dan molar 2
Sondasi (-) : karies enamel
Perkusi (-) : tidak ada kelainan jaringan periodontal
Palpasi (-) : tidak ada peradangan periosteum
CE (+) : gigi vital
A. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif diketahui bahwa gigi mengalami rasa “ngilu” saat terkena
rangsang dingin dan belum pernah mengalami sakit spontan. Berdasarkan teori
hidrodinamika dikemukakan bahwa rangsangan yang menyebabkan rasa sakit
diteruskan ke pulpa dalam suatu mekanisme hidrodinamik yaitu pergerakan cairan
secara cepat pada tubulus dentin. Gerakan cairan ini akan mengubah bentuk odontoblas
atau prosesusnya sehingga menimbulkan rasa sakit (Markowit, 1990 sit. Prijantojo,
1996). Berkurangnya pergerakan cairan dalam tubulus dentin akan mengurangi rasa
sakit yang akibat adanya rangsangan. (Berman, 1984 sit. Prijantojo, 1996). Pergerakan
cairan di dalam tubulus mengaktifkan ujung-ujung saraf dan pergerakan cairan ini
diawali secara mekanis oleh bebrapa hal diantaranya perubahan temperatur, dehidrasi
dentin, atau pemakaian bahan-bahan kimiawi. Sensasi dingin menyebabkan cairan pada
tubuli dentin bergerak lebih cepat daripada di dentin, menghasilkan pergerakan cairan
ke arah luar. Suhu di luar dentin lebih rendah daripada di dalam dentin, sehingga
menyebabkan tekanan di luar dentin lebih rendah di dalam dentin, sehingga cairan
bergerak ke arah luar dentin. Gerakan cepat cairan yang melewati membran sel
reseptor sensoris merusak membrane serta mengaktifkan reseptor. Semua sel saraf
memiliki saluran membran yang bisa dilewati ion, dan aliran ini, jika cukup besar, dapat
menstimulasi sel dan menyebabkan sel saraf mengirimkan impuls ke otak. Pada kasus
seperti ini, serabut saraf pulpa diaktivasi oleh gaya hidrodinamik, tekanan akan
ditransduksi dengan terbukanya saluran ion yang kemudian aliran ion sodium
meningkat, sehingga menginisiasi generator potensial. (Cohen & Hargreaves, 2006)
Kualitas ketajaman nyeri merupakan aktivitas dari serabut nosiseptor A-delta.
(Hargreaves & Goodis, 2002)
Teori lain yang menyebutkan bahwa sensasi tersebut dipindahkan secara langsung
melalui perluasan odontoblast. Daerah yang paling sensitif pada dentin adalah di
pertautan dentin-email, menunjukkan bahwa jumlah reseptor sensoris yang terbanyak
terjadi sebagai akibat dibatasi oleh email. ( Baum et al., 1994 )
Definisi dari vitalitas pulpa adalah kemampuan pulpa untuk menjaga suplai darah yang
ada di dalam pulpa tersebut. Tetapi sangat disayangkan bahwa tes integritas dari suplai
darah dalam pulpa yang sehat belum dapat dijelaskan secara pasti. Ini memungkinkan
untuk menguji apakah ada suplai saraf yang cukup dengan stimulus termal dan elektrik.
Jika terdapat respon yang positif terhadap stimulus, dapat diasumsikan bahwa suplai
saraf dan suplai darah tercukupi. Pada keadaan sebaliknya, terjadi sejumlah kondisi
dimana suplai saraf terdegenerasi tanpa kehilangan suplai darah. ( Kidd & Smith,
1990 )
Pulpa yang sehat, dengan proteksi normalnya dalam email, memiliki kemampuan untuk
merubah temperature selama aplikasi substansi makanan dan minuman dalam mulut.
Temperatur bervariasi antara 74o-32oF untuk dingin dan 118o-152oF untuk suhu
panas. Aplikasi temperature di luar rentang ini akan menimbulkan kontraksi nyeri yang
cepat dan tajam tiba-tiba hilang. Reaksi ini disebabkan karena transmisi dari sensasi ini
melalui enamel ke fibril dentin dan ke sel odontoblas ke pusat akhiran saraf pulpa lalu
ke reseptor pusat di otak. ( McGehee et al., 1956 )
B. Pemeriksaan Obyektif
Terdapat beberapa hal yang bisa dijelaskan melalui pemeriksaan obyektif yang
dilakukan yaitu:
Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, salah satunya dengan
menyemprotkan etil klorida atau meletakkan kapas yang dibasahi dengan etil klorida
pada gigi yang dites. (Grossman et al., 1995) Pada skenario, tes CE menunjukkan hasil
positif yang berarti pulpa masih vital.
Sondasi dengan sonde dapat menunjukkan karies yang luas atau sekunder , terbukanya
pulpa, fraktur mahkota dan restorasi yang rusak. Pada beberapa keadaan (yakni karies
besar di korona), sonde dapat memberikan bantuan yang memadai dalam menegakkan
diagnosis. ( Walton & Torabinejad, 1998 ) Pada skenario, terdapat lesi karies yang dapat
ditunjukkan dengan hasil positif dari tes sondasi.
Tes perkusi dilakukan dengan mengetukkan secara lembut mahkota dengan instrumen
ringan, contohnya ujung kaca mulut.Mahkota terlebih dahulu diketuk pada arah lurus
lalu miring pada bagian pemukaan bukal atau lingual. Hasil tes ini tidak berhubungan
secara langsung dengan kondisi pulpa. Tes ini untuk mendeteksi adanya inflamasi
jaringan periapikal. Jika terdapat inflamasi, gigi akan bereaksi seperti piston dalam
soketnya. Jaringan periapikal dapat mengalami inflamasi sebagai hasil dari nekrosis
pulpa atau trauma. ( Kidd & Smith, 1990 ) Pada skenario, tes perkusi menunjukkan hasil
negatif. Hal ini berarti tidak terjadi inflamasi pada jaringan periapikal.
Palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah meluas ke arah periapeks.
Respon positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi
dilakukan dengan menekan mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. (Walton &
Torabinejad, 1998) Palpasi pada mahkota gigi dapat menyatakan kehilangan atau
perlunakan akar, yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Jika terjadi inflamasi akut,
akan terlihat halus dan lunak. Jika menjadi keras dan mudah dirasakan, maka terjadi
gangguan kronis. ( McGehee et al., 1956 ) Pada skenario, tes palpasi menunjukkan hasil
negatif yang berarti tidak terjadi inflamasi periradikuler.
Electric Pulp Tester digunakan untuk mengetahui apakah serabut saraf pada pulpa
masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak (Heasman, 2003). Pulp tester diletakkan
dengan posisi alat dapat melewati dentin dan pulpa tanpa ada hambatan.Respon positif
menandakan bahwa serabut saraf masih dapat memberikan respon yang baik terhadap
impuls elektrik (Frank, 1983).
Hasil radiograf dapat memberikan gambaran tentang kondisi gigi secara menyeluruh,
seperti kedalaman kavitas, fraktur akar, atau karies yang tidak dapat kita lihat secara
langsung. Namun, hasil radiograf belum dapat menunjukkan gejala atau penampakan
awal akan terjadinya pulpitis pada gigi (Heasman, 2003).
Test Cavity merupakan metode lain yang berfungsi untuk mengetahui sensitifitas pulpa.
Tekniknya adalah dengan membuat sebuah lubang kecil pada gigi pasien yang tidak
diberi anestesi. Apabila pulpa masih vital, maka pasien akan merasa nyeri saat mata bur
mengenai lapisan DEJ (dentino enamel junction). Pulpa yang nekrosis atau inflamasi
tidak akan memberi respon yang sesuai (Frank, 1983).
C. Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif diperoleh hasil diagnosis bahwa
terjadi karies sekunder yang terjadi di daerah mesial gigi molar 1 kiri atas. Lesi karies
yang terjadi di daerah proksimal gigi premolar atau molar termasuk dalam klasifikasi
Black kelas II. ( Barclay, 2003 ). Restorasi resin komposit untuk gigi posterior telah
menjadi prosedur yang diterima dalam praktek kedokteran gigi modern. Restorasi
komposit memiliki keberhasilan dan preparasi yang lebih konservatif. Namun, restorasi
menggunakan komposit untuk gigi posterior kurang memuaskan, memiliki tingkat
resistensi terhadap keausan yang rendah, microleakage, karies sekunder dan kontak
proksimal yang tidak adekuat sering terjadi. Jika ikatan antara komposit dan gigi
rendah, pengerutan memungkinkan terjadinya penetrasi bakteri dan karies berulang.
Menurut Fejerskov & Kidd (2008), karies sekunder biasanya terletak pada batas
restorasi. Karies sekunder menunjukkan kerja plaque yang tidak terkontrol. Sekunder
karies sering berlokasi pada batas gingiva restorasi kelas II-IV, dan jarang terjadi pada
kelas I. Lesi karies harus direstorasi, dan lebih disukai dilakukan restorasi dengan
teknik adhesif, karena memungkinkan untuk memelihara dan menguatkan bagian lemah
dari gigi dengan restorasi bonding. Untuk dapat mencapai bonding yang bagus ke
dentin, preparasi lebih jauh dari dentin bagian dalam, sebaiknya mempertimbangkan
dentinoenamel junction. Meskipun tidak memerlukan pemindahan dentin yang
terinfeksi, untuk menghentikan perkembangan lesi, dapat mengurangi sifat adhesif
yang dapat membahayakan umur restorasi. Terutama ketika stress-bearing restoration
yang lebih besar ditempatkan, adhesi optimal sangatlah penting, meskipun tidak ada
bukti eksperimentalnya. Bagaimanapun, preparasi sentral dari karies dentin yang
terpengaruh dan terdiskolorisasi pada pulpa harus dihindari untuk membatasi resiko
kerusakan pulpa. Prosedur preparasi pada akhirnya diikuti dengan penyesuaian outline
kavitas. Secara tradisional, garis tepi atau batas enamel dari preparasi komposit
diselesaikan dengan bevel. Keuntungan bevel adalah dapat mengurangi microleakage
dan mencegah frakturnya prisma email. ( Fejerskov & Kidd, 2008 )
D. Struktur Email dan Dentin
Sebelum melakukan restorasi perlu diketahui mikrostruktur email dan dentin untuk
mendapatkan hasil restorasi yang baik. Email tersusun atas jutaan batang email /
prisma email. Prisma email pada dasarnya berhubungan satu sama lain dan berjalan
dari dentoenamel junction lalu keluar dalam pola radial (menjari). Pada daerah cusp
enamel, prisma enamel tersusun tegak lurus terhadap dentoenamelo junction. ( Craig &
Powers, 2002 ) Struktur dasar email adalah batang email yang bentuknya seperti jamur,
dimulai pada pertautan dentin-email dan berakhir pada permukaan email. Bisanya email
berawal pada sudut tegak lurus terhadap permukaan dentin dan mengikuti pola spiral
menuju ke permukaan, berakhir pada sudut hampir tegak lurus terhadap permukaan.
Menurut Baum et al. (1994), gambaran struktur email perlu dipahami sewaktu
merencanakan preparasi kavitas karena ini memberikan pada operator pengetahuan
dasar yang menyangkut kekuatan dan kelemahan permukaan email dan tepi-tepi email.
Preparasi operatif harus dirancang sedemikian rupa sehingga mempertahankan email
dan pada waktu yang sama menghasilkan stabilitas mekanis dan penyatuan biologis
yang baik.
Dentin tersusun dalam bentuk tubulus yang didukung oleh anyaman serabut kolagen
yang mengalami kalsifikasi. ( Baum et al., 1994 ). Menurut Craig & Powers
(2002).Tubulus dentinalis merupakan saluran-saluran kecil yang memanjang ke
keseluruhan lebar dentin, mulai dari dentinoenamel junction sampai ke pulpa. Baum et
al. (1994) menambahkan jumlah tubulus per unit di dekat pulpa lebih banyak bila
dibandingkan dengan yang terdapat pada pertautan email. Tubulus tersebut cenderung
mengalami kalsifikasi, menghasilkan lumen yang lebih kecil.
E. Preparasi kelas II
Preparasi gigi kelas II dengan bahan komposit dapat dilakukan dengan desain
konvensional atau desain modifikasi. Desain modifikasi digunakan untuk preparasi kecil,
biasa menggunakan berlian atau bur kecil dan membentuk tepian membulat atau
seperti kotak. Desain konvensional digunakan untuk restorasi komposit kelas II yang
sedang hingga besar. Pada restorasi ini digunakan inverted cone diamond. Hasil
preparasi dari desain seperti kotak ini, kedalaman pulpa dan axial seragam, preparasi
dinding tegak lurus terhadap oklusal. Pada permukaan oklusal, instrumen (diamond /
bur) digunakan secara paralel terhadap sumbu panjang mahkota gigi. Lantai pulpa
dipreparasi hingga kedalaman 1,5 mm. Pada bagian proksimal operator memegang
sepanjang dentinoenamelo junction (DEJ) dengan ujung instrumen memotong bagian
dalam DEJ 0,2 mm. Hal ini dilakukan pada permukaan fasial, lingual, gingival.
Pemotongan faciolingual mengikuti DEJ. Selama pemotongan, instrumen dipegang
paralel terhadap sumbu panjang mahkota gigi. ( Roberson et all, 2006 )
Untuk kavitas kelas II dapat menggunakan komposit karena dengan bonding dapat
membuat struktur gigi yang lemah menjadi kuat. Selain komposit, dapat digunakan
amalgam tetapi amalgam sudah ditinggalkan karena adanya residu berbahaya yaitu
merkuri, serta warna amlgam yang tidak sewarna gigi asli. ( Roberson et all, 2006 )
Setelah preparasi gigi tumpatan selesai, diperlukan penambalan retensi yang
didapatkan dari groove, kunci, slot. Semua retensi harus diltakkan pada dentin. Pada
beberapa kasus, bevel dapat diletakkan pada batas email. Dentin kemudian di etsa dan
priming. Lalu penempatan adhesif dari komposit diisikan secara meningkat. Pertama,
komposit ditempatkan pada ketinggian 1-2 mm ke dalam area gingiva pada daerah
proksimal. Lalu mengkontur dan menyesuaikan oklusinya. ( Roberson et all, 2006 )
Pada restorasi kavitas kelas II diperlukan bonding dalam penumpatan menggunakan
resin komposit. Pertama struktur gigi dipreparasi menggunakan bur atau instrument
lain, komponen residu organic dan inorganic akan membentuk smear layer. Smear layer
akan mengisi tubulus dentinalis dan membentuk smear plug, dan menurunkan
permeabilitas dentin pada 86%. Untuk mendaptkan ikatan komposit dengan dentin yang
kuat, dapat digunakan etsa. Untuk mengetsa digunakan asam fosforik sehingga serabut
kolagen pada tubulus dentinalis terekspos, kemudian dibilas melalui tahap priming,
dimana pada dentin ditambahkan larutan yang mengandung monomer hidrofilik dalam
etanol, aseton, atau air. Kemudian ditempatkan komposit (unfilled/filled resin bonding
agent) sehingga terbentuklah iktan dentin dan komposit yang kuat. Teknik ini disebut
total etch technique. Teknik lain dapat berupa self-etch primer systems dan all-in-one-
etch adhesive. ( Roberson et all,2006 )
Pada kasus ini, adanya kemungkinan terjadi microleakage. Microleakage ini dapat
menjadi jalan masuk bagi bakteri dan dapat menyebabkan iritasi pulpa. Microleakage
dapat disebabkan oleh restorasi adesif yang tidak terikat pada dentin dengan baik,
smear layer sendiri dapat menyediakan jalan bagi microleakage melalui nanno-
channels. Hal terbaik untuk mencegah adanya microleakage adalah ikatan resin
terhadap preparasi dengan batas cavosurface pada email. Perlu diketahui pula, adanya
gap antara resin dentin tidak semata-mata segera menyebabkan debonding restorasi.
( Roberson et all,2006 )
Kerusakan gigi yang berdekatan sering terjadi pada preparasi kelas II. Penempatan
bevel dengan bur merupakan resiko tambahan untuk kerusakan permukaan gigi yang
berdekatan. Untuk menghindari kerusakan gigi-gigi yang berekatan, matriks metal
dapat ditempatkan untuk proteksi. Cara praktis dan dapat diprediksi untuk menghindari
kerusakan gigi-gigi yang berdekatan ketika preparasi box-mode dibuat, adalah untuk
menguntungkan jalan masuk ke lasi karies dari permukaan oklusal dengan bur
memasuki bagian dalam marginal ridge. Lalu preparasi karies dentin dilakukan,
sementara mempertahankan dinding email dapat tetap utuh dan menyediakan proteksi
terhadap instrument putar. Sekali preparasi selesai, dinding kecil dan tipis email patah
dengan instrument keras setelah outline diselesaikan menggunakan alat-alat preparasi
sonic. Peralatan sonic memungkinkan dokter gigi untuk menjaga dari permukaan
aproksimal yang berdekatan sehingga melindungi gigi-gigi yang berdekatan. ( Fejerskov
& Kidd, 2008 )
Untuk menghasilkan restorasi kelas II yang baik perlu diperhatikan area kontak
proksimal. Kualitas dari area kontak proksimal pada restorasi kelas II sangat
dipengaruhi oleh tipe dari sistem matriks yang digunakan. Banyak teknik untuk
memanipulasi material komposit untuk membentuk kontak dengan gigi yang lebih kuat.
Salah satunya adalah teknik “for achieving broad”, kontak proksimal yang kuat dengan
resin komposit di gigi posterior menggunakan komposit pre-polimerisasi di dalamnya.
Pada kasus dengan karies di bagian mesial dan oklusal, preparasi gigi yang dilakukan,
didesain untuk menerima bahan komposit, sehingga hanya dilakukan pada struktur gigi
secukupnya dan membuang karies tanpa tambahan retentive feature. Setelah semua
karies dihilangkan, a metal sectional matrix dan plastic wedge dimasukkan di bagian
mesial untuk membentuk matriks proksimal kemudian bitine ring diaplikasikan. (Dunn,
2004)
F. Restorasi Sandwich
Resin komposit memiliki keterbatasan dalam merestorasi kavitas yang meluas ke
dentin, karena dapat mengiritasi pulpa dan terbentuknya celah mikro . Untuk menutupi
keterbatasan ini maka dipakailah semen ionomer kaca sebagai basis karena bahan
tersebut memiliki biokompabilitas yang sangat baik antara struktur gigi dan semen.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan resin komposit dan semen glass ionomer,
dikembangkanlah suatu modifikasi tumpatan yang dikenal sebagai restorasi sandwich
Semen ionomer kaca memiliki kebaikan yang menguntungkan seperti daya adhesinya
yang sangat baik. Resin komposit memiliki estetis yang memuaskan sehingga
dikembangkan modifikasi tempatan yang menguntungkan, semen ionomer kaca sebagai
basis untuk menutupi tepi kavitas dentin yang terbuka dan resin komposit sebagai
tempatannya. Kemampuan membentuk pelekatan yang kuat dan lama pada dentin
merupakan hal yang paling diharapkan pada restorasi resin. Resin komposit juga
mempunyai warna tempatan yang sangat baik, sehingga dari segi estetis sangat
memuaskan. Dari beberapa kelebihan tersbut, resin komposit juga mempunyai
kekurangan yaitu bila tidak ada sisa email yang mendukung maka potensi untuk bocor
sangat besar. Semen ionomer kaca memungkinkan untuk menutupi kekurangan dari
resin komposit yaiut dari sifat adesi fisikokimia pada email dan dentin. Sifat adesi
antara semen ionomer kaca dapat mengurangi kebocoran tepi. Keuntungan semen
ionomer kaca yang lain adalah melepaskan flour yang memungkinkan untuk mencegah
terjadinya sekunder karies, tidak hanya resin komposit, semen ionomer kaca juga
memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menerima tekanan kunyah yang besar, mudah
abrasi, erosi, dan dari segi estetisnya tidak sempurna karena trans lusensinya lebih
rendah dari resin komposit.
Tujuan dari restorasi sandwich adalah untuk mendapatkan fungsi estesis, pengunyahan,
mencegah celah mikro serta menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis didapat dari
bahan resin komposit sebagai tempatan karena resin komposit memiliki trans lusensi
yang lebih tinggi dibanding semen ionomer kaca. Resin komposit juga dapat menerima
tekanan kunyah yang besar. Untuk mencegah celah mikro digunakan semen ionomer
kaca sebagai basis karena dapat melepaskan flour untuk mencegah terjadinya sekunder
karies.
Menurut Yanti (2004), prosedur restorasi sandwich meliputi:
1. Preparasi dan lining
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan menggunakan bur diamond.
Diamond stone yang rata atau tungsten karbit bertujuan untuk menyelesaikan tepi
email, liner kalsium hidroksida digunakan hanya apabila keadaan dentin yang hampir
terbuka dengan perkiraan dentin yang menutupinya hanya sekitar 1mm atau kurang.
Walaupun demikian ia tidak boleh menutupi daerah yang besar yang dapat
mengganggu bonding (ikatan semen ionomer kaca). Setelah kavitas dipreparasi
kemudian tepi email di bevel.
2. Perawatan permukaan
Kavitas dibersihkan, dikeringkan, kemudian diolesi kondisioner pada permukaan kavitas
ikatan semen ionomer kaca ke gigi. Dapat diperkuat dengan menggunakan larutan yang
mengandung asam poliakrilik, asam tannik, atau dodicin.
3. Pemberian semen
Semen ionomer kaca diijeksikan ke dalam kavitas dan dibiarkan menutupi tepi kavo
surface. Alternatifnya pencampuran dengan tangan secara standar dapat digunakan,
dan semen tersbut diaduk sampai menyerupai plastik yang berkilau sebelum digunakan.
Warna semen harus dipilih agar sesuai dengan warna dentin. Pengerasan semen yang
diajurkan adalah dalam waktu lima menit.
4. Preparasi semen tepi email
Setelah mengeras semen yang berlebihan dilepaskan dari tepi email dan dikamfer ke
dinding dentin.
5. Pemeberian resin bonding.
Agen bonding resin liquid dioleskan segera ke basis semen dan dinding-dinding kavitas,
harus hati-hati untuk memastikan bahwa lapisan tersebut tipis. Sistem visible light
cured diajurkan karena pengerasan yang cepat dari agen bonding adalah penting untuk
menjamin semen dan permukaan email tidak terkontaminasi
6. Pemberian resin komposit
Tempatan resin dimasukan dan dikontur ke posisinya. Bahan tersbut tidak boleh
berlebihan, dan adaptasi yang tepat bisa dicapai dengan memakai matriks plastik
bening.
7. Penyelesaian
Setelah disinari restorasi tersbut diselesaikan dengan bur diamond rata atau bur karbit.
Pemolesan restorasi dapat dieselesaikan dengan menggunakan karet abrasif dan bubuk
alumunium oksida yang halus.