Upload
nita-murtia-handayani
View
271
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Hiperkes Part 2
1/51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara dengan standar keselamatan dan
kesehatan kerja terburuk jika bandingkan dengan negara lain di Asia
Tenggara, berita tersebut di laporkan oleh ILO atau Humas OrganisasiBuruh Dunia dalam peringatan hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja ( produktivitas kerja yang
rendah ), padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya, karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah
juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah
dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena
sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan, semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
8/10/2019 Hiperkes Part 2
2/51
2
bangsa Indonesia, untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja. Indonesia telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa
depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebasdari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Kecelakaan
Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat
adanya hubungan kerja (karena suatu pekerjaan atau melaksanakan
pekerjaan).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia
belum terekam dengan baik, jika kita pelajari angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Faktor penyebabnya
adalah kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia. Penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
8/10/2019 Hiperkes Part 2
3/51
3
kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
Orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Bekerja dengan berpedoman pada Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja
akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satukomponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :
1. Apa pengertian dari Keselamatan Kerja ( Unsave Action dan Unsave
Condition )
2. Apa saja yang meliputi kelengkapan alat pelindung untuk keselamatan
perelatan kerja ?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dengan Penyimpanan Material
Berbahaya yang berhubungan dengan keselamatan material produksi ?
4. Apa yang disebut dengan Ergonomi?
5. Bagaimana perkembangan Ergonomi ?
6. Apa saja sebab sebab terjadinya Kecelakaan Kerja ?
7. Bagaimana upaya pencegahan Kecelakaan Kerja?
8/10/2019 Hiperkes Part 2
4/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
5/51
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian
sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmukesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,
psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja,
dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fisika_kesehatan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_organisasi_dan_industri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomikahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ergonomikahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Psikologi_organisasi_dan_industri&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fisika_kesehatan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industrihttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_keselamatanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_kesehatan_kerja&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan8/10/2019 Hiperkes Part 2
6/51
6
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh
kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan
mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau
kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja. Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi
instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-
lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan
pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar
ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan
manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah
pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan
jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-haltersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di
Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika
Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan
mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya
berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang
dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja
sebelumnya. Dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko
kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan
kematian bagi pekerja, juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar bagi
perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan
senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan
fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan
hidup.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
7/51
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinantempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti
sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, maka pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
8/10/2019 Hiperkes Part 2
8/51
8
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja
Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu
diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Kesimpulannya,
setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatankerja
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
A.1 KESELAMATAN TENAGA KERJA ( UNSAVE ACTION DAN
UNSAVE CONDITION )
Unsafe action adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari
aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan bahaya bagi dirinya
sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di sekitarnya.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
9/51
9
Unsafe action merupakan suatu tindakan yang salah dalam bekerja, tidak
menurut SOP yang telah ditentukan (human error), misalnya dalam
mengoperasikan mesin, peralatan, dll.
Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Beberapa tindakan-tindakan tidak salah tersebut, antara lain:
a. Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang
b. Memindahkan alat-alat keselamatan
c. Menggunakan alat dengan cara yang salah
d. Mengambil posisi yang salah
e. Mabuk karena minuman beralkohol
Unsafe condition adalah suatu kondisi yang tidak dapat dikatakan secara
mutlak bahwa kondisi itu tidak aman, karena ketika kondisi dapat dikatakan
tidak aman hanya berdasarkan pengalaman dari pelaksana proyek.
Unsafe condition adalah keadaan lingkungan kerja yang tidak baik
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.
Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain
Lingkungan kerja
Proses kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
8/10/2019 Hiperkes Part 2
10/51
10
Beberapa keadaan yang tidak mendukung antara lain:
a. Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai atau
memenuhi syarat.
b. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai.
c. Bahaya-bahaya ledakan dan kebakaran.
d. Kebisingan dan penerangan yang kurang.
Kecelakaan Kerja Karena Faktor Manusia
Unsur atau faktor manusia yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, antara
lain:
a. Ketidakseimbangan fisik / kemampuan fisik tenaga kerja
b. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja
c. Kurang pengetahuan
d. Kurang terampil
e. Stres mental
f. Stres fisikg. Motivasi menurun
Dampak Kecelakaan Kerja
1. Kerugian bagi instansi:
a. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit
b. Biaya pengobatan, penguburan jika sampai korban meninggal
duniac. Hilangnya waktu kerja korban dan rekan- rekan yang menolong
sehingga menghambat kelancaran program
d. Mencari pengganti atau melatih tenaga baru
e. Kemunduran mental para pekerja
2. Kerugian bagi korban:
Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu
sampai mengakibatkan ia cacat atau meninggal dunia
8/10/2019 Hiperkes Part 2
11/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
12/51
12
B. KESELAMATAN PERALATAN KERJA
Bentuk-bentuk Perawatan Perlengkapan Kerja
1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)
Perawatan Preventif adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan untuk
pencegahan (preventif). Ruang lingkup pekerjaan preventif adalah inspeksi,
perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-
mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
2. Perawatan Korektif
Perawatan Korektif adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas / peralatan sehingga
mencapai standar yang dapat diterima. Perbaikan dapat dilakukan peningkatan
- peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi
rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan
Perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja.
Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan - peralatan yang harus
beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan
atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan.
Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-
alat monitor yang canggih.
5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan,
dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat
dan tenaga kerjanya.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
13/51
13
6. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)
Perawatan Darurat adalah pekerjaan perbaikan yang harus segeradilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga, selain
itu terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan
jenis pekerjaan perawatan seperti:
1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of
maintenance)
Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa
dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih murah
bila dibandingkan dengan biaya perawatannya. Atau alasan lainnya
adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak
dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak
memungkinkan lagi diperbaiki.
2. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)
Telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan
perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan
seperti pelumasan dan penyetelan, ketika peralatan telah menurun
kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini
mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan
yang baru dan siap pakai.
Keselamatan Peralatan Kerja dapat juga disebut dengan istilah APD. Alat
Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang disekelilingnya .
8/10/2019 Hiperkes Part 2
14/51
14
Kelengkapan Alat Pelindung
Kewajiban kelengkapan alat pelindung diri sudah disepakati oleh
pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja dan TransmigrasiRepublik
Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut
adalah :
Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepalasecara langsung.
Sabuk Keselamatan (safety belt)
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi
ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_belt&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mobilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pesawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pesawathttp://id.wikipedia.org/wiki/Mobilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Transportasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_belt&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Departement_Tenaga_Kerja_dan_Transmigrasi&action=edit&redlink=18/10/2019 Hiperkes Part 2
15/51
15
Sepatu Karet (sepatu boot)
Sepatu ini berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek
ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet
tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sarung Tangan
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sepatu_boot&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_shoes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarung_Tangan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_shoes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sepatu_boot&action=edit&redlink=18/10/2019 Hiperkes Part 2
16/51
16
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Harness&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ear_Muff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Glasses&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Glasses&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ear_Muff&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Safety_Harness&action=edit&redlink=18/10/2019 Hiperkes Part 2
17/51
17
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
Masker( Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda)
Jas Hujan (Rain Coat)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masker&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Face_Shield&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jas_Hujan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jas_Hujan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Face_Shield&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masker&action=edit&redlink=18/10/2019 Hiperkes Part 2
18/51
18
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja ( misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat ).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman
yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan)
C. KESELAMATAN MATERIAL PRODUKSI
Keselamatan material produksi adalah upaya untuk mengkondisikan diri dari
bahan atau material yang terlibat dalam kegiatan produksi untuk menghindari,
mencegah, dan menanggulangi dan sesuatu yang menyebabkan kecelakaan kerja.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan Penyimpanan Material Berbahaya:
1. Barang berbahaya adalah barang-barang yang mudah terbakar, mudah
meledak, mengandung bahan radio aktif (radiasi) dan beracun, baik
yang berbentuk padat, bubuk, cair maupun gas.
2. Melakukan identifikasi terhadap sumua material dan unsur yang
berbahaya seperti asbes, cat, semen, bahan pelarut dan material
berbahaya lainnya.
3. Memberikan pelatihan kepada pekerja antara lain meliputi : prosedur
penyimpanan bahan berbahaya dengan benar dan potensi bahaya yang
ada.
4. Barang-barang berbahaya harus disimpan ditempat terpisah dari
barang-barang lain, diberi label dan tanda peringatan.
5. Barang yang mudah terbakar :
a. Disimpan pada tempat dengan alas yang kering, rata dan kuat agar
tidak mudah terguling dan karatan sehingga dapat menyebabkan
kebocoran.
http://id.wikipedia.org/wiki/Airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air8/10/2019 Hiperkes Part 2
19/51
19
b. Barang diberi label Barang mudah terbakar da n dipasang tanda
peringatan Dilarang Merokok
c. Penyimpanan barang yang mudah terbakar harus dijauhkan dari
tempat kerja yang menimbulkan percikan api.
Barang yang mudah meledak ( tabung oksigen, LPG, acetylin, bahan peledak
dll ) :
a. Diberi alas yang kering, rata dan kuat agar tidak mudah terguling
b. Tabung gas disimpan dengan posisi tegak, ditutup, diikat untuk
menjaga stabilitasnya & diberi label Barang mudah meledak .
c. Penyimpanan barang yang mudah terbakar harus dijauhkan dari
tempat kerja yang menimbulkan percikan api.
d. Penempatan tabung minimal 1,5 m dari pagar dan 3 m dari batas
lokasi serta dijauhkan dari galian dan saluran.
Barang yang mengandung bahan radio aktif (radiasi)
a. Disimpan di tempat terpisah, diberi alas yang kering, tidak mudah
dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat yang banyak aktivitas.
b. Diberi label Barang Mengandung Radio Aktif .
Barang beracun ( addetive beton, zat anti rayap, racun dll )
a. Disimpan pada tempat dengan alas yang kering, tidak mudah
dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat makanan dan aktivitas. b. Diberi label Barang beracun
c. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :
sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, helm, sepatu bot.
d. Menyediakan alat pemadam api yang sesuai, pasir atau serbuk
gergaji.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
20/51
20
e. Memasang rambu / tanda peringatan, misalnya : Dilarang
merokok , Awas Bahan Mudah Terbakar, Awas Bahan
Mudah Meledak, Awas Bahan Mengandung Radio Aktif dsb.
f. Tata cara penyimpanan mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat
seperti : brosur, katalog dan material safety data sheet ( MSDS ).
D. ERGONOMI
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergos yang
berarti kerja dan Nomos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapatdiartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan pekerjaannya. Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja
adalah dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak
terlalu melelahkan.
Definisi ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam
fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana
dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
1. Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan
produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana
sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
2. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan
efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti
peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan
sebagainya
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai
keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik
tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan
lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
21/51
21
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat
terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi
adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai
perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya
untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan
manusia.
Definisi mengenai ergonomi juga datang dari Iftikar Z. Sutalaksana (1979)
yang mendefinisikan ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untukmemanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk, 1979).
Perkembangan Ergonomi
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul bukuyang dikarang oleh Prof. Murrel, sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah
ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Amerika Serikat dikenal istilah human
factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human
factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama
menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987),
untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi
untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak
4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi
dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk
membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya
perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
8/10/2019 Hiperkes Part 2
22/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
23/51
23
2. Tujuan
Ergonomi mempunyai dua tujuan utama yaitu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai
tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki
keamanan, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan,
penerimaan pengguna yang besar dan memperbaiki kualitas hidup.
3. Pendekatan Utama
Pendekatan utama mencakup aplikasi sistematik dari informasi yang
relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku dan motivasi
manusia terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta
lingkungan tempat menggunakannya.
Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip fitting the task/the job to the man,
yang artinya pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Hal ini menegaskan bahwa dalam
merancang suatu jenis pekerjaan perlu memperhitungkan keterbatasan
manusia sebagai pelaku kerja. Keadaan ini akan memberikan keuntungan
dalam proses pemilihan pekerja untuk suatu pekerjaan tertentu. Mencari
pekerja yang mampu menahan beban kerja yang berat bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah, namun mengupayakan cara kerja lainnya yang
mengurangi beban kerja sampai berada dalam batas kemampuan rata-rata,
akan mempermudah kita dalam mencari pekerja yang sanggup melaksanakan
pekerjaan tersebut.
Bidang kajian Ergonomi
Sesuai dengan definisi ergonomi yang telah disebutkan, dapat
dikatakan bahwa kajian utama dari ergonomi adalah perilaku manusia sebagai
objek utama sesuai dengan prinsip fitting the task/the job to the man. Berbagai
literatur terdapat perbedaan dalam menentukan bidang-bidang kajian
ergonomi. Prinsipnya perbedaan tersebut hanya pada pengelompokkan
perilaku-perilaku manusianya.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
24/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
25/51
25
1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia
yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dari bidang kajian ini
adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi
energi yang dikeluarkan saat bekerja.
2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan
peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan
mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan
otot manusia dalam bekerja dan sebagainya.
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan
masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman,
perasa dan sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek
psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya
stres dan lain sebagainya.
Prakteknya dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima
bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi
yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem
terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia
pekerjanya.
Perancangan atau pengevaluasian sistem kerja dengan hanya memakai
pendekatan salah satu bidang ergonomi tidak akan menghasilkan solusi yangoptimal bagi manusia, bidang kajian ergonomi pada akhirnya terfokus pada
perbaikan sistem kerja dimana pengertian sistem menurut pendekatan ergonomi
yaitu suatu entitas yang keluar dengan membawa suatu tujuan. Bailey (1992)
mengatakan bahwa konsep suatu sistem adalah:
1. Memiliki tujuan
2. Mengetahui apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
8/10/2019 Hiperkes Part 2
26/51
26
3. Mampu mendesain komponen untuk mencapai tujuan
4. Mengkoordinasikan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan, sehingga
secara menyeluruh, pendekatan ergonomi terhadap karakteristik suatu
sistem adalah bahwa sistem memiliki karakter-karakter sebagai berikut:
Memiliki tujuan Memiliki hirarki, dalam arti bahwa jarang ditemukan suatu sistem
bersifat independen, namun suatu sistem pada umumnya adalah
bagian dan sistem lain yang lebih besar
Beroperasi dalam suatu lingkungan yang justru dapat
mempengaruhi performansi sistem itu sendiri.
Ergonomi Anthropometri
Istilah antopometri berasal dari kata Anthropos yang berarti manusia dan
Metrikos yang berarti ukuran. Secara definisi anthropometri dapat dinyatakan
sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain yang
berbeda satu dengan lainnya.
Menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), anthropometri adalah
satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia, yaitu: ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain.
Anthropometri dibagi atas dua bagian, yaitu :
A. Anthropometri Statis
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan
tubuh.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia
diantaranya adalah :
8/10/2019 Hiperkes Part 2
27/51
27
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang. Ada saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderung setelah 60
tahun.
b. Jenis kelamin
Pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan
pinggul.
c. Suku bangsa (etnis)
d. Sosio ekonomi
e. Konsumsi gizi yang diperoleh
f. Pekerjaan
g. Aktifitas sehari-hari juga berpengaruh.
B. Anthropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksakan kegiatannya.
Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu :
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya dalam
pengukuran performansi atlet.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja,
contohnya jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada
saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atu duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja, contohnya analisis kinematika dan
kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik atau operator
komputer.
Antropometri dan aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis
dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil
8/10/2019 Hiperkes Part 2
28/51
28
diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal perancangan
areal kerja (work station, interior, mobil, dll). Perancangan peralatan kerja
seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya. Perancangan
produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja komputer, dll.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
Disimpulkan bahwa data anthropometry akan menentukan bentuk, ukuran dan
dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusiayang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Kaitan ini maka
perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut.
Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja
Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota
tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat
suatu rancangan produk atupun fasilitas kerja akan dibuat. Penerapan data
anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD
(standar deviasi) dari suatu distribusi normal.
Mengingat bahwa keadaan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor
sehingga berbeda satu sama lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakai
data tersebut, yaitu perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim,
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan,dan perancangan fasilitas berdasarkan
harga rata-rata pemakainya.
Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim.
Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim ini terbagi atas dua yaitu
perancangan berdasarkan individu terbesar ( pada penelitian ini berdasarkan data
anthropometri terbesar ). Kedua adalah perancangan fasilitas berdasarkan individu
terkecil (data anthropometry terkecil). Perancangan fasilitas yang bisa
disesuaikan. Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas
8/10/2019 Hiperkes Part 2
29/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
30/51
30
Herbert W Heinrich memprakarsai teori dasar penyebab dan pencegahan
kecelakaan atau yang dikenal dengan teori Domino Kecelakaan. Dia
mengatakan bahwa sebagian besar kecelakaan ( 80% ) disebabkan
karena faktor manusia atau dengan perkataan lain tindakan tidak aman dari
manusia.
SEBAB SEBAB KECELAKAAN KERJA
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari
sudut keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M
yaitu :
1. Manusia.
2. Manajemen ( unsur pengatur ).
3. Material ( bahan-bahan ).
4. Mesin ( peralatan ).
5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem
tersendiri. Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan
menimbulkan kecelakaan / kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan
unsur 5M tersebut.:
1. Unsur Manusia, antara lain :
Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun
dengan pimpinan.
Kurangya pengetahuan / keterampilan. Ketidakmampuan fisik / mental. Kurangnya motivasi.
2. Unsur Manajemen, antara lain :
8/10/2019 Hiperkes Part 2
31/51
31
Kurang pengawasan. Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat. Kesalahan prosedur operasi. Kesalahan pembinaan pekerja.
3. Unsur Material, antara lain :
Adanya bahan beracun / mudah terbakar. Adanya bahan yang mengandung korosif.
4. Unsur Mesin, antara lain :
Cacat pada waktu proses pembuatan. Kerusakan karena pengolahan. Kesalahan perencanaan.
5. Unsur Medan, antara lain :
Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ). Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.
Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas
tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas, contoh industri bidang
konstruksi yang merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks
yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan. Dalam industri,
konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara
alamiah, oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama
program keselamatan dan kesehatan. Sebagian besar negara , keselamatan di
tempat kerja masih memprihatinkan, seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia
produktif (15 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
8/10/2019 Hiperkes Part 2
32/51
32
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, dan
interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan
kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Sebab
kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan ( zat kimia yang tidak
aman, kondisi fisik dan mekanik ) dan faktor manusia ( lebih dari 80% ).
Kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi,
yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban
kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan
kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk
meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan :
1. DISIPLIN KERJA
Disiplin kerja merupakan tata tertib diri serta keteraturan diri dalam
melakukan suatu pekerjaan agar terlatih baik fikiran, tindakan maupun
perbuatan yang dilakukan secara kontinyuitas untuk mencapai tujuan dalam
jangka waktu panjang serta dengan tujuan agar hasilnya memuaskan.
Disiplin keselamatan kerja lebih banyak ditujukan kepada masalah
terjadinya kecelakaan dan kehilangan harta benda, karena itu bidang
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-kecelakaan-kerja-dan-insiden.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-kecelakaan-kerja-teori-gunung.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-definisi-tempat-kerja-dalam.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-definisi-tempat-kerja-dalam.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/kerugian-kecelakaan-kerja-teori-gunung.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-kecelakaan-kerja-dan-insiden.html8/10/2019 Hiperkes Part 2
33/51
33
garapannya meliputi ancaman bahaya kebakaran, kecelakaan, tumpahan,
nyaris celaka dan lingkungan. Keselamatan kerja banyak dikuasai oleh
insinyur baik insinyur keselamatan, insinyur teknik industri (bidang teknik
yang sangat concern dengan ergonomi industri kaitannya dengan keselamatan
kerja secara keseluruhan), insinyur teknik elektro (keselamatan listrik),
insinyur teknik kimia (keselamatan kimia), dll.
Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik
bagi kepentingan organisasi maupun bagi para pegawainya. Bagi organisasi
adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran
pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal, sedangkan bagi
pegawai akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan dan menghindari
terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan menambah semangat kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan
penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya
semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.
Pengaruh Disiplin Kerja tehadap Hasil Kerja
Disiplin KerjaTinggi
Disiplin KerjaRendah
Hasil KerjaMemuaskan
Hasil KerjaTidak
Memuaskan
8/10/2019 Hiperkes Part 2
34/51
34
Tipe-tipe Kedisiplinan
a. Disiplin prefentif
Disiplin prefentif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong
para karyawan agar mengikuti berbagai standar standar dan aturan,
sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. Disiplin ini pihak perusahaan akan
dapat mengantisipasi tindakan-tindakan yang mungkin akan terjadi yang
dapat menghambat jalannya kegiatan organisasi, jadi dapat dikatakan bahwa
disiplin dapat ditekankan pada awal-awal kegiatan sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadinya kecelakaan kerja.
b. Disiplin Korektif
Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba menghindari
pelanggaran pelanggaran lebih lanjut dan menghindari terjadinya
kecelakaan kerja .
Faktor-Faktor Disiplin Kerja
1. Faktor Lingkungan Kerja/Organisasi Budaya
2. Faktor Peraturan Organisasi
3. Faktor Kebutuhan
4. Faktor Perintah Atasan
5. Faktor-Faktor Disiplin Kerja
2. PELATIHAN KERJA
Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan.
Fokus pelatihan umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan,
aturan dan peraturan keselamatan kerja, dan perilaku kerja yang aman dan
berbahaya . Menurut PP No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja
8/10/2019 Hiperkes Part 2
35/51
35
Nasional. Pelatihan kerja atau yang sekarang biasa kita kenal dengan istilah
training adalah seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Singkatnya, pelatihan kerja merupakan proses
mengajarkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan bekerja (vocational)
serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar.
Pentingnya Pelatihan Kerja
Tujuan pelatihan keselamatan kerja antara lain :
1. Menjadikan tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan
mencegah kecelakaan kerja.
2. Mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Memahami ancaman bahaya yang ada di tempat kerja danmenggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.
4. Mengoptimalkan pendayagunaan dan pemberdayaan seluruh sumber
daya pelatihan kerja.
5. Menyesuaikan diri terhadap tuntutan bisnis dan operasional-
operasional industri sejak hari pertama masuk kerja.
6. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi
kompeten.
Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan merupakan aset penting
bagi perkembangan perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan
kerja para karyawan. Banyak perusahaan mengadakan pelatihan kerja/training,
biasanya training dilakukan sebelum memulai kerja atau pada saat awal masuk
kerja. Mengingat pentingnya pelatihan kerja / training untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja yang membahayakan pekerja.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
36/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
37/51
37
Teknik pelatihan kerja
Teknik pelatihan kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu :
1. On the job training
On the Job Training adalah suatu proses yang terorganisasi untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kerja dan sikap karyawan,
dengan kata lain On the Job Training adalah pelatihan dengan cara pekerja atau
calon pekerja ditempatkan dalam kondisi pekerjaan yang sebenarnya, dibawah
bimbingan dan pengawasan dari pegawai yang telah berpengalaman atau seorang
supervisor .
Tuj uan on the job train ing :
1. Memperoleh pengalaman langsung (bagi karyawan baru) mengenal
jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2. Mengamati secara langsung apa yan menjadi tanggung jawabnya,
melihat apa yang harus dikerjakan, mampu menunjukkan apa yang
dikerjakan (salah dan benar) kemudian mempu menjelasakan
tentang apa yang dikerjakan.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan jelas,
mengamati, melihat dan mengerjakan sendiri di bawah bimbingan
supervisor.
4. Meningkatkan kecepatan menyelesaikan suatu pekerjaan denganmengulang-ulang jenis pekerjaan yang sama disertai kepercayaan
diri.
5. Meningkatkan diri mulai dari tingkat dasar, terampil dan akhirnya
menjadi mahir.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
38/51
38
Ciri On the Job Tr aining :
1. Dilaksanakan di tempat kerja.
2. Dilaksanakan pada setiap karyawan baru, pindah ke bagian lain
(mutasi), yang berganti tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
yang menunjukkan prestasi kurang baik dalam pekerjaannya.
3. Dilaksanakan untuk memberikan kecakapan yang diperlukan
dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi
pekerjaan tersebut sebagai alat untuk kenaikan jabatan.
4. Pengetahuan/keterampilan berupa pengalaman (praktik langsung).
5. Dilaksanakan secara individual.
6. Biaya relatif kecil.
2. Off the job training
Off the Job Training atau pelatihan di luar kerja adalah pelatihan yang
berlangsung pada waktu karyawan yang dilatih tidak melaksanakan pekerjaan
rutin/biasa.
Tuju an off the job training :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan.
2. Lebih memfokuskan pada pengalaman belajar.
3. Mempunyai kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan karyawan
lainnya dari luar lingkungan unit kerjanya.
4. Mendapatkan ide-ide baru yang dapat dibawa kembali ke tempat
kerjanya.
5. Memperoleh wawasan yang lebih luas.
Ciri Off the Job Tr aining :
1. Dilaksanakan dalam suatu ruangan/kelas (di luar tempat kerja)/
dilaksanakan pada lokasi terpisah dengan tempat kerja.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
39/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
40/51
40
produktivitas secara cepat, sedangkan metode off the job training lebih cenderung
berfokus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
3. AWARD
Setiap orang yang bekerja pada seseorang ataupun instansi berhak
mendapatkan upah, hal ini tertuang dalam perlindungan undang-undang
perburuhan tentang pengupahan PP No. 8 tahun 1981 dan UU ketenagakerjaan
No.13 Tahun 2003. Setiap orang yang mengeluarkan keringatnya berhak atas
upah dan setiap orang yang memperkejakan seseorang berkewajibanmembayarkan upahnya.
Perusahaan dapat memberikan award / penghargaan kepada para tenaga
kerjanya, baik dalam bentuk bonus gaji ataupun dalam bentuk sertifikat
penghargaan, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemberian award tersebut bertujuan agar
para tenaga kerja dapat mengembangkan soft skill atau kemampuan lain yang
dimilikinya dengan semaksimal mungkin.
Komponen Sistem Penghargaan
A. Kenaikan Gaji
Gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada setiap karyawan yang
dibayarkan secara tetap setiap bulannya, sedangkan upah adalah
pembayaran jasa yang diberikan kepada karyawan yang dibayarkan
berdasarkan hari, jam atau jumlah satuan produk yang dihasilkan, dengan
demikian pencapaian tujuan perusahaan dapat terkendali tanpa adanya
hambatan terhadap penggunaan tenaga kerja, begitupun juga para pekerja
sendiri merasa tentram untuk bekerja dan berusaha untuk mendukung
kemajuan perusahaan.
http://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.htmlhttp://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.htmlhttp://vinspirations.blogspot.com/2009/11/komponen-sistem-penghargaan.html8/10/2019 Hiperkes Part 2
41/51
41
Sistem penggajian/pengupahan yang umum diterapkan antara lain:
a. Sistem Waktu
Besarnya gaji/upah dalam sistem ini ditetapkan berdasarkan standart
waktu seperti jam, mingguan ataupun bulanan. Administrasi pengupahan
sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapkan kepada karyawan tetap
ataupun harian. Sistem ini biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sullit
diukur perunitnya dan bagi karyawan tetap upahnya atas sistem waktu
secara periodik setiap bulannya.
b. Sistem Hasil (Out Put)Besarnya upah dalam sistem ini ditetapkan atas kesatuan unit yang
dihasilkan pekerjaan seperti potong, meter, liter dan kilogram. Besarnya
upah yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil yang
dikerjakan bukan pada lamanya waktu pengerjaannya. Sistem ini tidak
bisa diterapkan pada karyawan tetap (sistem waktu) dan jenis pekerjaan
yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan administrasi.
Kebaikan sistem ini memberikan kesempatan kepada yang bekerjasungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang
lebih besar. Namun kelemahannya adalah kualitas barang yang dihasilkan
kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil
sehingga kurang manusiawi.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang menetapkan besarnya
jasa yang didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.Penetapan besarnya balas jasa didasarkan pada sistem borngan cukup
rumit, lama mengerjakannya serta banyaknya alat yang diperlikan untuk
menyelesaikannya.
B. Bonus
Bonus adalah pemberian pendapatan tambahan bagi karyawan/pekerja
yang hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
42/51
42
Pertama, bonus hanya dapat diberikan bila perusahaan memperoleh laba
selama tahun fiscal yang telah berlalu, karena bonus biasanya diambil dari
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Kedua, bonus tidak diberikan
secara merata kepada semua karyawan. Artinya, besarnya bonus harus
dikaitkan dengan prestasi kerja individu.
Penghargaan dapat juga diberikan karena keberhasilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya, contohnya pekerja tersebut dalam melakukan suatu
pekerjaan tidak terjadi kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat memberikan
penghargaan kepada pekerja tersebut atas pekerjaannya., contoh
penghargaannya sebagai berikut
8/10/2019 Hiperkes Part 2
43/51
43
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich,
maka terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja,
antara lain :
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di
Tempat Kerja :
Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman
Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan
Pengawasan : Pelatihan dan Pendidikan
Konseling dan Konsultasi
Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen : Prosedur dan Aturan
Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penghargaan dan Sanksi
Upaya pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan sederhana yaitu
dengan menghilangkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan, tetapi kenyataan
yang dihadapi di lapangan tidak semudah seperti yang dibayangkan, karena ini
berkaitan dengan perubahan budaya dan perilaku. Banyak faktor yang
menghambat, seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran pekerja, kurangnya
sarana dan prasarana, belum adanya budaya tentang K3, komitmen dari pihak
manajemen yang kurang dan lain-lain, oleh karena itulah banyak berkembang
pendekatan-pendekatan yang membahas tentang pencegahan kecelakaan.
Beberapa pendekatan yang disampaikan oleh para ahli antara lain:
A. Pendekatan Energi
Sesuai denga konsep energy, bahwa kecelakaan bermula dari
sumber energy, maka pendekatan pencegahan kecelakaan dapat
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-elemen-sistem-manajemen.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor.htmlhttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/penyebab-kecelakaan-kerja-domino-effect.html8/10/2019 Hiperkes Part 2
44/51
44
dilakukan pada 3 titik sumber terjadinya kecelakaan yaitu pada
sumbernya, sepanjang aliran energy dan pada penerima.
3. Pendekatan pada sumber bahaya
Salah satu contoh pengendalian pada sumber bahaya misalnya
memakai peredam suara pada mesin, mengganti mesin dengan
mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.
4. Pendekatan di sepanjang aliran energy
Pendekatan berikutnya adalah di sepanjang aliran energy,
contohnya untuk mengurangi kebisingan dengan jalan memasang
dinding kedap suara atau memindahkan area kerja.
5. Pendekatan pada penerima
Pendekatan pada penerima misalnya, untuk mengurangi kebisingan
dengan menggunakan alat penutup telinga.
B. Pendekatan Manusia
Data menyebutkan bahwa sebanyak 85% kecelakaan kerja pada
manusia disebabkan oleh unsafe action, oleh karena itu pendekatan
pencegahan kecelakaan dari sisi manusia adalah dengan menghilangkan atau
unsafe action dengan jalan:
Pembinaan dan pelatihan Promosi K3 dan kampanye K3 Pembinaan perilaku aman
Pengawasan dan inspeksi K3 Audit K3 Komunikasi K3 Pengembangan prosedur kerja aman
8/10/2019 Hiperkes Part 2
45/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
46/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
47/51
47
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan
pekerja yang terpadu.
f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang
ada.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan alternative diantaranya :
1. Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini bisa
dilakukan dengan membuat JSA (Job Safety Analisys) atau analisa
keselamatan kerja. Yang membuat JSA tentu saja adalah orang yang
terlibat langsung pada pekerjaan tersebut (misal supervisor ). Setelah JSA
dibuat, dan disetujui oleh orang yang berwenang, tentu saja harus
disosialisasikan kepada semua orang yeng terlibat pada pekerjaan tersebut,agar mereka benar-benar paham akan resiko dari pekerjaan tadi dan juga
tahu cara untuk menghilangkan/mengurangi resiko pekerjaan tersebut.
2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Maksud stop disini bukan berarti berhenti
total bekerja, akan tetapi jika JSA sudah dilakukan dengan baik, masih ada
bahaya yang timbul karena perkembangan kerja, dan tidak terdeteksi pada
JSA, maka sebaiknya stop sejenak pekerjaan, diskusikan hal tersebut
hingga didapat solusi agar pekerjaan dapat tetap berjalan dengan aman.
3. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi, kejadian hampir celaka (near
miss) sekecil apapun kepada orang yang berwenang( misal safety officer,
supervisor), dengan melaporkan setiap kejadian walaupun itu kecil, maka
kita bisa mengurangi/menghilangkan potensi bahaya yang timbul sebelum
itu menjadi kecelakaan yang fatal.
4. Harus ada management system. Management system adalah pendekatan
standar untuk secara sistematik mengidentifikasi dan menutup
8/10/2019 Hiperkes Part 2
48/51
8/10/2019 Hiperkes Part 2
49/51
49
8/10/2019 Hiperkes Part 2
50/51
50
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Segala pekerjaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari harus
mengutamakan keselamatan kerja, sehingga kita perlu mengetahui dan
memahami hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja, ergonomi,
serta upaya pencegahan kecelakaan kerja agar hasil kerja yang kita perolehoptimal dan terhindar dari kecelakaan kerja.
B. SARAN
1. Patuhilah aturan tentang keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan
kerja.
2. Perhatikanlah cara mengkondisikan material produksi untuk menghindari
kecelakaan kerja.
3. Selalu menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ) untuk menghindari
kecelakaan kerja.
8/10/2019 Hiperkes Part 2
51/51