159
{' -ii Fi t_ lr il I{IMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN AKREDITASI PER.sI ! I(ARS Perhimpunon Rumoh Sqkit Seluruh Indonesio Komigi Akreditosi Rumoh Sokit don Sorono Kesehoton yong loin Cetokon ke I k ,rtr*b&"

Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

  • Upload
    kukun

  • View
    188

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akreditasi

Citation preview

Page 1: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

{'- i i

F i t_l ril

I{IMPUNAN PERATURANYANG BERKAITAN DENGAN

AKREDITASI

PER.sI ! I(ARSPerhimpunon Rumoh Sqkit Seluruh Indonesio

Komigi Akreditosi Rumoh Sokit don Sorono Kesehoton yong loin

Cetokon ke I

k ,rtr*b&"

Page 2: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KATA SAMBUTAN

Saudara-saudara Pengelola Rumah Sakit Yth.

Dalam kunjungan surveyor Komite Akreditasi Rumah Sakit dan sarana kesehatan

lain ke rumah sakit-rumah sakit serta pemantauan pengurus Perhimpunan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia, disadari bahwa banyak pengelola Rumah sakit belum

lengkap memiliki peraturan-peraturan dan dokumen-dokumen lain yang terkait

dengan akreditasi.

Atas dasar ini kemudian PERSI dan KARS sepakat untuk memperbanyak

peraturan-peraturan dan dokurnen dimaksud.

Kesepakatan ini ditanda tangani secara resmi di Jakarta pada tanggal 2t Januari

1998.

Buku kumpulan peraturan-peraturan ini merupakan produk pertama dan panitia

yang diberi tugas untuk melaksanakan kesepakatan KARS - PERSI tsb. yang terdiri

atas unsur-unsur Kompartemen Akreditasi PERSI dan Pengurus KARS.

Perlu kami ingatkan, bahwa Undang-undang No.23 tahun l992tentangkesehatan

tetap merupakan acuan yang mendasar.

Semoga buku ini ada faedahnya.

Jakarta, 5 Nopember 1998

gus Mulyadi, DSM. Dr. A.W. Boediarso, SKM, MBA.Dr. H.

Page 3: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

l

l .

)

3.

4.

DAFTAR ISI

HalKomisiAkreditasi RS & Sarana Kesehatan lainnya I

Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia bagi para dokter di Indonesia 9

Pedoman OrganisasiRumah Sakit Umum 11

Berlakunva Standar Pelavanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis diRumahSakit.

Berlakunya Standar Pelayanan Praktek Berkelompok Dokter Spesia|is........................

Pedoman Tugas Pokok, Peran dan Fungsi antara Pemilik, Dewan Penyantun (BadanPcmbina) dan Pengelola pada Rumah Sakit Swasta

Pedoman Hak dan Kenajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit ..............

Tenaga Kesehatan

Wajib Sinrpan Rahasia Kedokteran

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang f\{edik

Perubahan atas pcraturan No 920/MenkeVPerD(II/1986

Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan swasta di bidang Medik Spesialis.

Klasifikasi Rumah Sakit Unrun/Srvasta ..............

Pedoman Teknis Upava Kesehatan Srvasta ili bidang Rumah Sakit dalam rangka.Penanarnan N{odal Dalam Negeridan Penanaman N{odalAsing (RS PMDN/PMA) ....

Standar Pelayanan Medis..............

Upaya Kesehatan di bidang Transfusi Darah. ...;..............a

Rekanr IVIedis/TUedical Records

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam MediVMedical Records di

Revisi Pedoman Pengclolaan Rekam Medis Rumah Sakit

7.

8,

9,

l'0.

l l .

t2.

28

30

35

40

50

69

73

M

6.

107

fi1

l l9

t29

134

143

152

86

l{H

15.

16.

17.

t8.

13.

14.

19.

20. Persetujuan Tindakan Medik ............

Page 4: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

HIMPUNAN PERATURANI'ANG BERKAITAN DENGAN AKREDITASI

TAHUN 1998

NO. KETERANCAN TENTANC NOMOR

2.

J

4.

t .

6.

7.

8.

5.

9

t0

Keputusan Direktur Jenderal

Pelayanan Medik

Keputusan Menteri Kesehatarr

Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia.

Keputusan Mcnter; Kesehatan

Republik Indonesia.

Keputusan Direktur Jenderal

Pelayanan Medik.

Surat Keputusan Direktur

Jenderal Pclayanan Medik.

Surat Edaran Direktur Jenderal

Pelayanan Medik.

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia

lrmbaran Negara RI No.49

| 995 Kesehatan

Peraturan Pemerintah

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik lndonesia

Komisi Akreditasi RS &

Sarana Kesehatan lainnya

Berlakunya Kode Etik

Kedokteran lndonesia bagi

pam dokter di Indonesia

Pedornan Organisasi

Saki t Umum.

Eerlakunya Standar Pelayanan

Rumah Sakit dan Standar

Pelayanan Medis di Rumah

Sakit.

Berlakunya Standar Pelayanan

Praktek Berkclompok Dokter

Spcsialis.

Pedoman Tugas Pokok, Peran

dan Fungsi antara Penrilik,

Dewan Pcnyantun (Badan

Penrbina) dan Pengelola pada

Rurnah Sakit Swasta

Pedonran Hak dan Kervajiban

Pasien, Dokter dan Rumah

Sakit

TenagaKesehatan

Wajib Simpan Rahasia

Kedokteran.

Upaya Pelayanan Kesehatan

Swasta di bidang Medik

YM 02.03. 3.5.2626

TANGCAL 8 APRIL I998

434I[MENKES/S K/X/ i 983

TANCGAL 28 OKTOBER

| 983

983/MEN KES/S KlXt | 1992

TANCCAL 12 NOPEMBERl Qo,

436/MENKES/SK/V] / I 993

TANCCAL 3 JUNI I993

YM 02.04.3.5.2414

TANGCAL 30 MARET I998

YM02.M3 5.02270

TANGGAL 5 JUNI 1996

YM/02.04.3.5.2504

TANGGAL IO JUNI I997

32 TAHUN 1996

TANGCAL 22 MEI 1996

IO TAHUN 1996 ,

TANCGAL2I MEI 1966

92O/MENKES/PER/Xn/86

TANGGAL I7 DESEMBER

| 986

l l l

Page 5: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

No. KETEI{ANCAN TENTANC N()N,t()tt

i l .

t3.

12.

14.

l -5.

t6.

17.

t8.

t9.

20.

Peraturan Mcnteri Kcschatan

Republ ik Indoncsi l

Keputusan Direktur Jenderal

Pelayarnan Metlik Departertrcn

Kesehrtan Republik Indoncsia

Keputusan Mcntcri Kcselratan

Republ ik Indonesia

Keputusan Direktul Jendernl

Pelayanan Medik

Keputusan Mcntcri Kesehatan

Republik Indoncsiir

Pemtul-an Menteri Kesehatan

Republik In<ionesia

Pemturan Menteri Kcsehirlnrr

Republik lndoncsia

Keput(rsan Direktur Jcndcrnl

Pelayrnan Medik

Surat Keputusarr Direktur

Jenderal Pelaynnan Medik

Peraturan Menteli Keselratan

Republ ik Indonesia

Perubahan atas pclrtulan

No 9.10/Mcnkcs/Per/X I l/ | 9li(r

Petunjuk Pelaksanaan Upnya

Pelavanan KcsehataD swasto (li

bidang Meclik Spesialis.

Khsiiikasi ltunrah Sakit

Urnunr/Swasta

Pedoman Teknis Upaya

Ke.sehalan Swasta di bidang

Runruh Sakit dalanr rangka

Penanarrran Modal Dalant

Negeri dan Penanantan Modal

Asing (RS PMDN/PMA)

Standar Pelnyanan Mcdis

Upaya Keschatan di bidang

Trausfusi Darah

Rckanr MediVMctlical

Rccords

Petun_iuk Pelaksanaan

Penyelenggalaan Rekarn

MediVMedical Recold di

Rumah Sakit

Rcvisi Pedonurr Pengeloharr

Rekarn Medis Rumah Saki t

Pemetu.juan Tindakan Mcdik

84/M EN KES/PER/t r/ I 990TANGCAL 9 PEI]I tUAITI| 990

HK. Cn.06. 3.5. 5797

TANGCAL I7 APRIL I99ft

n60b/MENKES/SK/XI t/ | 987TANCCAL II I)ESEIVIBERlt87

O3O8/YANMED/RSKS/PA/

sK/tv/92TANGGAL 9 APITIL I992

59.5/MENKES/SK,'Vt t/t 993

TANCGAL I7 JULI 1993

478/MEN KES/Perat uran/X/I 990

TANCCAL.5 OKTOI]EIII 990

T49dMENKES/PER/XII/

| 989TANCCAL 2 DESEMBER

t989

78/Yrn.Mcd t{,S.Urn.Dik/YMU/t /9|TANCGAL3I JANUARIt99 |

YM. ()O.03.2.2. t296TANGCAL ?7 NOPEMBER| 996

58s/MENKES/PER/X/ I 989TANCCAL 4 SEPTEIVIBER| 989

tv

ffie

Page 6: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

f

I1;

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDBRAL PEI,AYANAN MEDIK

JL. H.F. RASUNA SAIO BLOK XS KAV. NO. 4-9 - PO. BOX : 3097. t 196 JAKAFITA 12950

TELEPON : 52o1s9o{HUNTING)FAKSIMIL : 5261814, 5203872

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIKNOMOR : YM.02.03 .3.5.2626

TENTANG

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DAN SARANA KESEHATAI]LAINNYA

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang bahwa telah ada Komisi Gabungan Akreditasi RumahSakit yang diberi tugas membantu Direktur JenderalPelayanan Medik dalam penilaian akreditasi rumah sakit.

bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanankesehatan, program akreditasi rumah sakit perlu diperluasdan dikembangkan secara efisien agar dapat menjangkausebanyak mungkin rumah sakit dan sarana kesehatan lain-nya-

bahwa pengembangan program akreditasi perlu didukungdengan organisasi dan manajemen yang memadai.

bahwa untuk dapat mengembangkan program akreditasiscbagaimana dimaksud pada but ir c, maka KomisiGabungan Akreditasi Rumah Sakit yang telah dibentukdengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Mediknomor HK.00.06.3.5.00788 tanggal l6 Pebruari 1995perlu disempurnakan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun

1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor

349s).

Keputusan Presiden RI Nomor l3 Tahun 1997 tanggal

23 Maret 1997 tentang Badan Standarisasi Nasional.

J' li

i

b.

d.

b.

Mengingat

Page 7: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMEN KBSEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JL. H.R. FASUNA SAIO BLOK X5 KAV. NO.4.9. PO, BOX :3097, 1196 JAKARTA 12950

TELEPON : 5201590 (HUNTING)

FAKSIMIL : 5261914, 5203872

d.

e.

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 558/lVlenKes/

SK/l984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja.-Departemen Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor I 59b/lvlenKes/PerlU1989 tentang Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436lMenKes/

SMV/I993 tentang Penerapan Standar Pelayanan Ru-mah Sakit dan Standar Pelayanan Medik.

MEMI.'TUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN

MEDIK TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH

SAKIT DAN SARANA KESEFIATAN LAINNYA.

BAB trKETBNTUAN UMUM

Menetapkan

Pasal L

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan :

( t )

(2)

Akreditasi adalah pengakuan bahwa rumah sakit dan sarana kesehatan lain-

nya memenuhi standar minimal yang ditentukan.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya disingkatKARS aclalah sebuah tim fungsional yang bersifat non-struktr-rral beradadibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik,

selanjutnya disebut Komisi .

t

t,

Rumah Sakit adalahmaupun swasta.

rumah sakit trmum dan khusus, milik pemerintah

Page 8: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(4)

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JL. H.R. RASUNA SAIO BLOK Xg KAV. NO. 4-g - P.O. BOX : 3097. 1 196 JAKARTA 12950

TELEPON : 5201590(HUNTING)

FAKSIMIL : 520i814, 5203872

Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan, antara lain Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain, milikpemerintah maupun swasta.

BAB iITUGAS DAN FUNGSI

' Pasal2

Komisi mempunyai Tugas Pokok merrrbantu Direktur Jenderat Pelayanan Medik

dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai program akreditasi rumah sakitdan sarana kesehatan lainnva.

Pasal 3

'Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana ciimaksud dalarrr Pasal2,Komisi

menyelenggarakan fungsi :

Menyusun Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan SaranaKesehatan lainnya.

(2) Menyusun instrumen penilaian untuk akreditasi.(3) Melaksanakan survei penilaian untuk akreditasi.(4) Menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang akreditasi.(5) Memilih dan melatih tenaga surveior akreditasi.(6) Mengangkat dai memberhentikan tenaga surveior.(7) Memberikan bimbingan manajemen.(8) Mengajukan sar?n dan rekomendasi tentang penetapan status akreditasi.

( l )

lIri+3t

I

Page 9: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(a)

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MBDIK

JL. H.Fl. RASUNA SAID BLOK Xs KAV. NO. 4-9 - PO. BOX :3097, 1196 JAKARTA 12950

TELEPON : 5201s90{HUNTING)

FAKSIMfL : 5261814. 52O3a72

Pasal 4

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Komisi dibantu oteh 3 (tiga)

Bidang, yaitu:

(b)

Bidang Standarisasi, dengan tugas dan fungsi : '

I . Menyusun dan mengcvaluasi standar pelayanan rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya.

2. Menyusun dan mengevaluasi standar ketenagaan, standar sarana dan

prasarana. i

3. Bersamadengan organisasi profesi kesehatan menyusun standarprofesi.

Bidang Akreditasi, dengan tugas dan fungsi :

| . Menyusun dan mengevaluasi buku pedoman darr tata laksana akreditasi.

2. Menyusun dan mengevaluasi instrumen akreditasi.

3. Merniiih tim surveior untuk akreditasi.

4. Melakukan survei akreditasi.

5. Memberikan saran dan rekomendasi penetapan status akreditasi.

Bidang Komunikasi, Informasi dan Edukasi, dengan tugas dan fungsi :

l. Melakukan pelatihan dan penyuluhan tentang akreditasi.

2. Melaktrkau pelatihan calon surveior akreditasi.

3. Memberikan sert i f ikat tanda telah mengikut i pelat ihan bagi calon

surveior.

4. Mengusulkan nama-narna untuk ditetapkan sebagai isurveior.

5. Melakukan koordinasi pelaksanaan bimbingan manajenten

(c)

Page 10: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTDMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT .IBNDERAL PEI,AYANAN MEDIKTELEPON : 520159O{HUNT|NG)

JL. H.R. RASUNASAID BLOK X5 KAV. NO.4-9- PO. BOX:3097,1196JAKABTA1295O FAKSIMIL : 5261814,5203872

BAT} ttlSUSUNAN ORGANISASI DAN KEANGGOTAAN

:,

Pasal 5

Susunan Organisasi Kornisi terdiri dari Penanggung Jawab, Pengarah, Ketua,Sekretaris dan Anggota.

Pasal 6

Susunan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. ditetapkan sebagaiberikut:

Perranggung Jawatr

Pengarah

Ketua, merangkap anggotaSekretaris, merangkap anggotaKetua Bidang Standarisasi

Anggota

Ketua Bidang Akreditasi

Anggota

Direktur Jenderal Pelayanan Medik

l. Dr. H. Soejoga. MPH.2. Dr. Hidayat Hardjoprawito.3 Dr. A. W Boediarso, SKM, MBA.

Dr. H. Bagus Mulyadi. DSM.Dr. Luwiharsilr, MSc.Dr. H. Bagus Mulyadi. DSM.

l . Dr. H. Aclrrnad Hardiman. DAJ.MARS,

2. Dr. HadiSoed. iono S., DSM.3. Dr. Januar Sjaaf Maarifat, lvIPH.4. Dr. Ratna Rosita, MPHM.5. Tien Gart inalr . MN.

Dr. H. Boedihartono, MHA.

l. Dr. Tyas P. Katamsi, MHA.2. Dr. LLrwiharsih. MSc.3. Dr. Robby Tandiari, DSR.4. Dr. Benotonro Rurnondor. DSB.5. Maria I Wiiaya. SKM.

I

Page 11: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTO RAT .IENDERAL PELAI'ANAN MEDIK

JL. H.F. FASUNA SAID BLOK x5 KAV. NO. 4-9 - PO BOX :3097, 1196 JAKAFiTA 12950

TELEPON : 520159O(HUNTING)

FAKSIMIL : 5261814. 5203872

Ketua Bidang Kornunikasi.

Intbrmasidan Edukasi

Anggota

: Dr. Nico A. Lumenta. MM.

: l . Dr. Lies D. jakiah, MPH.

2. Dr. Snnrarsono. MHA.

3. Dr. Sumiat i Suhartono.4. Dra. M. Arnatyah, B.Ac

5. Dr. R. Ritiryantini, MHA.

Pasa! 7

( l ) Keanggotaan Komisi terdiri dari perorangan, dari unsur-unsur :

A. Oryanisasi Profesi Kesehatan.

B. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh lndcnesia (PERSI).

C. Adrninistrator Rurnah Sakit.

D. Departemen Kesehat'rn.

Keanggotailn Konlisi rebagaimana dirnaksud dalam Pasal 7 ayat I di atas

beriumlah sebanyak-banyaknya 2-5 (dua puluh lirla) orang.

Keanggotaarr Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Direktur -lenderalPelayanan Medik untuk masa bakti 5 (lirna) ta,hun.

Penggantiarr kcanggotaan Konrisi dapat dilakuk:rn apabila anggota yang

bersangkutan nreninggal dunia atau karena sesuatu hal rnerryebabkan tidak

mampu melaksanakan tugas dan t'ungsinya.

(2)

(3)

(4)

#ffi

Page 12: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

( t )

. (2)

DEPARTEMEN .KESEHATAN R. I.

DIREKTORAT .IENDERAL PELAYANAN MEDIK

JL. H.R. RASUNA SAID BLOK X5 KAV. NO 4.9 - PO. BOX :30e7. 1196 JAKABTA 12950

TELEPON : 520159O (HUNTING)

FAKSIMIL : 5261814, 5203872

Pasal 8

Uraian Tugas, Tata Kerja. Petunjuk Pelaksana dan h:rl-hal lairr yang berkaitandengan pengelolaan Komisi serta pelaksanaan progranr akreditasi akan diatur danditetapkan lebih lan-iut oleh Ketua Kcmisi .

BAB IVTANGGUNG JAWAB

Pasal 9

Komisi bertanggung.iawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

Setiap 6 (enam) bulan atau pada setiap waktu sesuai kebutuhan Komisiwajib memberikan laporan kegiatan Komisi.

BAII VT'['h{BIAYAAN

Pasal l0

Pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan f 'ungsi Komisi c l ibebankankepada anggaran Depafiemen Kesehatarr dan atau surnber pernbiayaarr lain yangdarrat mendukung kenrandiriarr Kornisi.

. BAB VIKETENTUAN PENUTUP

Pasal lI

Suraf Keputusan ini berlaku se.iak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki kembaliapabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.

7.

Page 13: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMBN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIKTELEPON : s2olsgOiHUNTtNGI

JL. H.R. RASUNASAID BLOK XS KAV. NO.4-9 - PO. BOX: 3097. 1196 JAKAFTA 12950 FAKSIMIL s2618i4, 5203872!

Pasal 12

Dengan ditetapkannya Keputusan ini, rnaka Surat Keputusan Direktur JenderalPelayanan Medik nornor HK.00.06.3.5.00788 tanggal l6 Pebruari 1995 tentangKomisi Gabungan Akreditasi Rumah Sakit dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan : DI JAKARTA.Tanggal : 8 APRIL 1998

DEPARTEMEN KESEHATAN RIDirektur Jerrderal Pelayanan Medik

ttd.

Dr. H. Soe.ioga. MPHNIP. r40024 t48

.Etf

dt

Ia5

fr-+;

4fr

. i .

Page 14: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

NOIVIOR : 434/MEN. KES/SK/X/1983TENTANG

BERLAKUNYA KODE ETIK KBDOKTERANINDONESIA BAGI PARA DOKTER DI INDONESIA

MENTERI KESEIIATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a:

4z-

4

- t .

b:

c:

d:

bahwa agar para dokter dapat lebih nyata mewujudkankesungguhan dan keluhuran penerapan ilmu kedokteranbaik secara perorangan maupun kelompok dalarnpengabdian profesinya untuk memberikan pelayanankesehatan, diperlukan adanya Kode Etik Kedokteran In-donesia;

bahwa keputusan Musyawarah kerja Nasional Et ikKedokteran II Tahun l98l di Jakarta menyatakan bahwaKode Etik Kedokteran yang dihasilkan oleh MusyawarahKerja Susila Kedokteran Nasional Tahun 1969 tidak sesuailagi dengan perkembangan pada dewasa ini dan perludisempurnakan;

bahwa sehubungan dengan huruf a dan b di atas, makaKode Etik Kedokteran Indonesia yang ditetapkan denganF\eputusan.Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 80/DPK/I/K/69 tentang Pernyataan Berlakunya Kode Etik KedokteranIndonesia, per lu digant i ;

bahwa untuk maksud tersebut huruf a, b rlan c perludi tetapkan dengan Keputusan Menter i KesehatanRepubl ik Indonesia tentang Ber lakunya Kode Et ikKedokteran Indonesia Bagi Par-a Doktcr di Indonesia.

Undang-undang No. 9 Tahun | 964 tentang Pokok-pokokKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 No l3l ,Tambahan Lembaran Negara No. 2068);Undang-undang No. 6 Tahun 1963 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 No 79,Tambahan Lembaran Negara No 2576);Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1964 tentangPendaftaran ljazah dan Pemberian Ijin MenjalankanPekerjaan Dokter/Dokter Gigi /Apoteker ( l -embaranNegara Tahun 1964 No. 98, Tambahan Lembaran NegaraNo.269l) :Peratu ran Mcnteri Keseh atan No. 560/l\4en. Kes/Per/ I 98 ITentang pemberian Ijin Menjalankan Pekerjaan dan IjinPraktek Bagi Dopkter Umum.Peraturan Menteri Kesehatan 56ii Men.Kes/PerDOl 98 |tentang Pemberran ijin Menjalankan, Pekerjaan dan IjinPraktek Dokter Spesial is.

4.

Page 15: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

MenetaPkan:

Pertama:

Kedua:

Ketiga:

Keempat:

Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 80/DPKlllK/1969 tentang Pernyataan

Berlakunya kode Etik Kedokteran Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI KESEHA'TAN REPUBLIK

INDONESIA TENTANG BERLAKIINYA KODE ETIK

KEDOKTERAN INDONESIA BAGI PARA DOKTER

Di INDONESIA.

Menyatakan Kode Et ik Kedokteran Indonesia

sebagaimana terlampir dalam keputusan ini berlaku bagi

semua dokter di Indonesia.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan

pengundangan Keputusan Menteri Kesehatan ini denganpenempatannya dalam Berita Negara Republik

Iudonesia

Jakarta. 28 Oktober 1983.

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Dr. SIIWARDJONO SURJANINGRAT.

ttd.

t0

Page 16: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

I:;{

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR : 983/MENKESISKfiVL99?

TENTANG

PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM.

MBNTBRI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan peningkatan

mutu dan jangkauan pelal,anan rumah sakit seiring dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat, rumah sakit perlu dikelola

secara berdayaguna dan berhasilguna;

bahwa untuk melaksanakan butir a tersebut di atas,

dipandang perlu menetapkan Pedoman Crganisasi Rumah

Sakit Umum.

b.

Mengingat f . Undang-Undang Nomor Z3Tah:un 1992.

2. Peraturan Pemerintah Nornor 7 Tahun 1987.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor44Tahun

1914.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor l5 Tahun

1984, sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

t992.6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

t99t .7. Keputusan Menteri Kesehatar: Republik IndonesiaNomor

558 Thhun 1984.

Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dengan Surat nomcr B- I l35ll/92 Tanggal 5 Oktober 1992.

Mempcrhat ikan:

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA TENTANG PEDOMAN ORGANISASIRUMAH SAKIT UMUM.

t l

:

FI?.I

T

t

Menetapkan

Page 17: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB TKETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

(l) Rumah Sakit Umum adalah Runrah Sakit yang memberikan pelayanankesehatan yang bersifat dasa-r, spesialistik dan subspesialistik.

(2) Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah Rumah Sakit Umum mil ikPemerintah baik Pusat, Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamananmaupun Badan Usaha Milik Negara.

(3) Rumah Sakit Pendidikan adalah Rumah Sakit Umum Pemerintah kelas Adan kelas B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medisoleh Fakultas Kedokteran.

(4) Klasifikasi Rumah Sakit Umum adalah pengelompokan Rumah Sakit Umumberdasarkan pembeCaan tingkatan menurut kemampuar, pelayanan keseha-tan yang dapat disediakan.

(5) Pelayanan Medis Spesialistik Dasar adalah pelayanan medis spesialistikpenyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatananak.

(6) Pelayanan Medis Spesialistik Luas adalah pelayanan medis spesialistik dasarditambah dengan pelayanan spesialistik telinga, hidrrng dan tenggorokan,mata, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi,rehabi l i tasi medis, patologi k l in is, patologi anatomi dan pelayananspesialistik lain sesuai dengan kebutuhan.

(7> Pelayanan Medis Spesialistik Luas adalah pelayanan medis subspesialistikdi setiap spesialisasi yang ada.

(8) Rumah Sakit Swadana adalah Rumah Sakit milik Pemerintah yang diberiwewenang untuk menggunalgan penerimaan fungsionalnya secara langsung.

tsAB IIMISI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KLASIFIKASI

Pasal 2

(l) Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatanyang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkanderajat kesehatan masyarakat.

(2) Misi khusus Rumah Sakit Umum adalah aspirasi yang ditetapkan dan ingindicapai oleh pemil ik rumah szrki t .

l2

Page 18: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 3

Kedudukan Rumah Sakit Umum ditentukan pada waktu penetapan organisasidan tatakerja dari masing-masing rumah sakit yang bersangkutan sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Rumah Sakit Umum dipimpin oleh seorang Kepala dengan sebutan Direktur.

Pasal 4

Rumah Sakit Umunl mempunyai tugas meiaksanakan upaya kesehatan secaraberdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhandan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upayapeningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

:, Pasals

Untuk menyelenggarakan tuga's tersebut pada Pasal 4, Rumah Sakit Umummempunyai fungsi:

a. menyelenggarakan pelayanan medis;b. menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan nonmedis;c. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan;d. menyelenggarakanpelayanan rujukan;e. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan:f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;g. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Pasal 6

( l) Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadiRumah Sakit Umum Kelas A. B. C. dan Kelas D.

Klasifikasi Rumah Sakit Lrmum sebagaimana tersebut pada ayat (1) didasarkanpada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan sebagaimana terlampirdalam keputusan ini .

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistikluas.

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya I I spesialistikdan subspesialistik terbatas.

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

Rumah Sakit Unrum Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

( t )

(2)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

t3

Page 19: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB IIISUSUNAN ORGANISASI

Bagian PertamaRumah Sakit Umum Kelas A

Pasal 7

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas A terdiri dari :L Direktur yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 (empat) wakil Direktur;2. Wakil Direktur Pelayanan Medis;3. Wakil Direktur Penunjang Medis;4. Wakil Direktur Penciidikan dan Penelitian:5. Wakil Direktur Umum dan Keuangan;6. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional;7. Dewan Penyantun;8. Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 8

Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan pelaksanaan,membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugasrumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

v/akil Direktur Pelayanan Medis membawahkan sekurang-kurangnya 6 (enam)Instalasi dan I (saru) Bidang Pelayanan Medis.

Bidang membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) seksi.

Pasal 10

( l) Tugas waki l Direktur pelayanan Medis sekurang-kurangnya mel iput ipelayanan rawat .ialan, rawat inap, rarvat darurat, bedah sentral, perawatanintensif dan kegiatan bidang pelayanan meclis serta urusan Ketatausahaan dankerumahtanggaan.

(2) Tugas Bidang Pelayanan Medis mengkoordinasikan semua kebutuhanpelayanan medis, melaksanakan pemarrtauan dan pengawasan penggunaanfasilitas dan kegiatan pelayanan medis serta pengawasan dan pengendalianpenerimaan dan pemulangan pasien.

( t )

(2)

t4

Page 20: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

( l )

(2)

(1)

Pasal 1l

wakil Direklur Penunjang Medis membawahkan sekurang-kurangnya 8

(delapan) Instalasi dan 1 (satu) Bidang Penunjang Medis'

Bidang membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Seksi'

Pasal 12

Tugas wakil Direktur Penunjang medis sekurang-kurangnya meliputi

p"ilyunun radiologi, farmasi, gizi, rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi

anatorni, pemulaiaraan jenazah, pemeliharaan sarana rumah sakit dan

kegialan bidang penunjang medis serta urusan ketatausahaan dan

kerumahtanggaan.

Tugas Bidang Penunjang Medis mengkoordinasikan semua kebutuhan

p"luyonon penunjang medis, melaksanakan pemantauan dan pengawasan

p"nggunuun fasilitas dan kegiatan pelayanan penunjang medis serta

pengawasan dan pengendalian pasien.

Pasal 13

( l ) Waki l Direktur Pendidikan dan Penel i t ian membawahkan sekuramg-

kurangnya 2 (dua) Instatasi dan 3 (tiga) bidang yang meliputi Bidang Pen-

didikan dan Pelatihan, Bidang Penelitian dan Pengembangan serta Ridang

Keperawatan.

(2) Bidang membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) seksi'

Pasal 14

( I ) Tugas Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian melipuli kegiatan pendidi-

kan, pelat ihan, penel i t ian, pengembangan, asuhan dan pelayanan

keperawatan serta uru san ketatausahaan dan kerumahtan gga an.

(2) Tugas Bidang Pendidikan dan Pelatihan mengkoordinasikan semua kebu-

- tuhin kegiatan pendidikan dan pelatihan serta bimbingan pelaksanaan'

pemanrauan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan kegiatan pendidikan

dan pelatihan.

(3) Tugas Bidang Penelitian dan Pengembangan rnengkoordinasikan semua

kebutuhan kegiatan penel i t ian dan pengembangan serta bimbingan

pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan penil ai an pelaksanaan kegiatan

penelitian dan pengembangan'

(4) Tugas Bidang Keperawatan melakukan bimbingan pelaksanaan asuhan dan

pelayanan keperawatan, etika dan mutu keperawatan'

:,

I

(/)

G

r5

Page 21: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal t5

waki| Direktur umum dan Keuangan membawahkan sebanyak-banyaknya4 (empat) Bagian yang meriputi kegiatan kesekretaria,un, p"r"n"unaan danrekam medis, penyusunan anggaran dan perbendaharaan, akuntansi sertamobi l isasi dana.

Bagian membawahkan sebanyak_banyakny4.4 (empat) Subbagian.

wakil Direktur umum.dan Keuangan dimungkinkan dapat membawahkansebanyak-banyaknya 4 (empat) ti'starasi untuk menampung beban kerjaWhk i I Direktur penunjang Medis.

, pasal 16

Tugas wakir Direktur umum dan Keuangan meriput i kegiatankesekretariatan, perencanaan dan rekam medis, penyusunan anggaran danperbendaharaan, akuntasi serta mobilisasi dana. r --l -ver's" 4'

Tugas kegiatan kesekretariatan meriputi fietatausahaan. kepegawaian,kerumahtanggaan dan perlengkapan.

Tirgas-kegiatan perencanaan dan rekam medis meriputi penyusunan pro-gram Can laporan, rekam medis, hukum, perpustakaan, publikasi, pemasaransosial dan informasi rumah sakit.

(4) Tugas kegiatan penyusunan anggaran dan perbendaharaan meriput ipenyusunan anggaran, perbendaharaan dan uerifikasi.

(5) Tugas kegiatan aku-ntansi meriput i akuntansi keuangan, akuntansimanajemen dan mobilisasi dana.

Bagian KeduaRumah Sakit Umum Kclas B

pasal 17

Rumah sakit Umrm Keras B dibedakan daram duajenis trerd.r;.rrka;i adanya fungsi;ebagai tempat pendidikan tenaga medis oreh Fakuftas t<eootie.an yaitu Rumahlakit Umum pendidikan dan Rrinrah sat<ii umum Nonp"noicir,on.

pasat lg

iusunan organisasi Rumah sakit umum Keras B pendidikan terdir idar i :' Direktur yang dibantu oreh sebanyak-b_anyaknya 3 (tiga) wakir Direktur;;. Wakil Direktur pelayanan l\4edis dan Keperawaran;' -- ,

( t )

(2)

(3)

( l )

(2)

(3)

t6

Page 22: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

a

4.5.6.7.

Wakil Direktur Penunjang Meclis dan pendidikan:Wakil Direktur Umum dan Keuangan;Komite Medis dan Staf Medis fungsional;Dewan Penyantun;Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 19

' Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan petaksanaanmembina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan m"nguwasi pelaksanaan t;;;;

. rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berraku.

Pasal 20

(1) waki l Direktur pelayanan Medis dan Keperhwatan membawahkansekurangkurangnya 6 (enam) Instarasi,2 (dua) bidang yang meriputi BidangPelayanan Medis dan Bidang keperawatan.

(2) Bidang membawahkan sebanyak_banyaknya 3 (tiga) Seksi.

Pasal 2l

- (1) Tugas waki l Direktur pelayanan Me<I is dan Keperawatan

sekurangkurangnya meriputi perayanan rawat jatan. rawat inap, rawatdarrrrat, bedah sentral, perawatan intensif dan kegiatan bidang p"luyunun

3 medis, b idang keperawatan serta urusan ketatausahaan dankerumahtanggaan.

(2) Tugas Bidang Pelayanan Medis mengkoordinasikan semua kebutuhanpelayanan medis, melakukan pemantauan dan pengawasan penggunaanfasilitas dan kegiatan pelayanan medis serta penga*uiun oan pengendalia'penerimaan dan pemulangan pasien.

(3) Tugas Bidang Keperawatan meliputi bimbingan pelaksanaan asuhan dan- pelayanan keperawatan. etika dan mutu keperu*uiun.

Pasal22----

( t ) waki I Di rektu r Penu nj ang Med i s dan pendid i kan membawahkan sekurang-kurangnya l0 (sepuluh) Insrarasi dan 2 (dua) Bidang yang meriput i BidangPenunjang Medis dan Bidang pendidikan dan peneliiian.

. (2) Bidang membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Seksi.

Pasal 23:

( I ) Tugas Wakil Direktur Pcnunjang Medis clan Pendidikan sekurang-kurangnyameliputipelayanan radiologi. farmasi, gizi, rehabiIitasi medis, patotogi t ipis,

t7

Page 23: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(2',)

patologi anatomi, pemulasaraan jenazah, pemeliharaan sarana rumah sakit,dan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian, pengembangan serta urusanketatausahaan dan kerumahtanggaan.

Tugas Bidang Penunjang Medis mengkoordinasikan semua kebutuhanpelayanan penunjang medis, melaksanakan pemantauan dan pengawasanpenggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan penunjang medis sertapengawasan dan pengendalian pasien.

(3) Tugas Bidang Pendidikan dan Penelitian mengkoordinasikan semua kebu-tuhan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan sertamelakukan bi nrbi n gan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan dan lrni laianpelaksanaan kegiatarr pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan.

Pasal 24

Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahkan sebanyak-banyaknya4 (empat) Bagian yang meliputi kegiatan kesekretariatan, perencanaandan rekam medis, penyusunan anggaran dan perbendaharaan, akuntansi sertamobilisasi dana.

Bagian membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Subbagian.

Waki l Direktur Umum dan Keuangan dimungkinkan dapatmembawahkasebanyak-banyaknya 4 (empat) Instalasi untuk menampungbeban kerja Wakil direktur Penunjang Medis dan Pendidikan.

Pasal 25

Tugas Waki l Direktur Umum dan Keuangan mel iput i kegiatankesekretariatan, perencanaan dan rekam medis, penyusunan anggaran danperbendaharaan, akuntansi serta mobilisasi dana.

Tugas kegiatan kesekretar iatan mel iput i ketatausahaan. kepegawaian.keru mahtangga dan perlengkapan.

Tugas kegiatan perencanaan dan rekam medis meliprrti penyusunan pro-gram dan laporan, rekam medis, hukum, perpustakaan, putrlika:., pcrnas<rransosial dan informasi rumah sakit.

Tugas kegiatan penyusunan anggaran dan perbendaharaan metiput ipenyusunan anggaran, perbendaharaan dan verifikasi.

Tugas kegiatan akuntansi mel iput i akuntansi keuangan, akuntansimanajemen dan mobilisasi dana.

( t )

(2)

(3)

( t )

(2)

:3)

4)

s)

t8

Page 24: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pasal 26

susnnalr organisasi Rurnah Sakit umum Keras B Non pendidikan terdiri dari:

i fi,Xiii'il: llffi . r:.ili:fff""t' o - u'"v "t "v" z rou ur'wuiji b i."r,u,,3 Wakil Direktur Umum dan Keuangan;4. Komite Medis dan Staf Meai, nun-!.*ionul,5. Dewan penyantun;6. Satuan pengawasan Intern.

pasal27

3fitti:: ffi[Hl"?,, : f,::, f;:T,#Xj:i1l'" ny u,u n keb ij ak sanaa n peraksanaan,

ru mah sak it sesu a i J "n gun peraru ran *," ll J# "Tff"T;T;ff fji1* ;;;;:

pasal 2g

(l) wakir Direktrrperayanan membawall,T.*:ng-kurangnya I2(duaberas)

ii:r:;ldan 2 (dua) Bidang vung '"ripuiliffiJi;ufu"un dan Bidang

(2) Bidang membawahkan sebanyak_banl,aknya 3 (tiga) Seksi.

pasal 29

(l) Tugas Wakil Direktur p"luvu.lT^1?ky1n8;kurangnY.a metiprrti pelayananrawat jaran, rarvat inap, rawat darurat, bedah a"nL,, perawatan intensif,radiologi, tarmasi, gizi, rehabilnori *"ji i p"i.f

"!j f.,,"ir, patologi anatomi,pemulasaraan jenazah, pemeliharaan sarana ru*oh sakit dan kegiatan bidangperayanan, keperarvatan serta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggan,

(2) Tugas Bidang perayanan mengkoordinasikan sen-rua kebutuhan perayananmedis dan penunjang medis, ireraksa-nakr" p"."""r"uan dan pengawasanpenggunaan fasiritas sena kegiatan perayanan medis dan penunjang medis,pengawasarr dan pengendarian penerimaan oon p"mutungan pasien.(3) Tugas Bidang Kepei:iwatan merakukan bimbingan peraksanaan asuhan danpelayaanan keperawatan, etika can mutu keperawatan.

pasal 30

( r ) wakir Direktur umunr dan Keuangan membawahkan sebanyak_banyaknya3 (tiga) Bagian yang rneriputi keg;atan k";;k*;;ran, perencanaan danrekam medis serta keuangan.

(2) Bagian membawahkan sebanyak.banyaknya 3 (tiga) Subbagian.

I

t9

Page 25: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(3)

(1)

(3)

(4)

Wakil Direktur Umum dan Keuangan dimungkinkan d6pat membawahkan

sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Instalasi untuk menampung beban kerjaWakil

Direktur Pelayanan.

Pasal 31

Tugas Waki l Direktur Umum dan Keuangan mel iput i kegiatankesekretariatan, perencanaan dan rekam medis, penyusunan anggaran danperbendaharaan, verifikasi, akuntansi dan mobilisasi dana.

(2) Tugas kegiatan kesekretariatan meliputi ketatausahaan, kepegawaian,kerumahtanggaan dan perlengkapan.

Tugas kegiatan perencanaan dan rekam rnedis meliputi penyusunan pro-gram dan laporan, rekam medis, hukttm, perpusiakaan, publikasi, pemasaransosial dan informasi rumah sakit.

Tugas kegiatan keuangan meliputi penyusunan, anggaran, perbendaharaan,verifikasi. akuntansi dan mobilisasi dana.

Bagian KetigaRumah Sakit Umum Kelas C

Pasal 32

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umurr, Kelas C terdiri dari :

Direktur;Seksi Keperawatan;Seksi Pelayanan;Subbagian Kesekretariatan dan Rekam Medis;Subbagian Keuangan dan Program;Instalasi;Komite Medis dan Staf Medis Funssional;Dewan Penyantun;Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 33

Direktur mempunyai tugas memimpin, menyustrn kebi jaksanaan pelaksanaan,membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugasrumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 34

Seksi membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Subseksi.

itIi

il$

I- t -

I

Il r

1(!t .l.;

, - t .ht{iIEh

( t )

20

Page 26: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(2)(3)

Subbagian membawahkan sebanyak-banyaknya 4 (e rhpat) Urusan.Instalasi sekurang-kurangnya 9 (sembilan) Instalasi.

Pasal 35

Tugas Seksi Keperawatan meliputi bimbingan pelaksanaan asuhan danpelayanan keperawatan, etika dan mutu keperawatan serta kegiatan pendi-dikan, pelatihan dan penyriluhan kesehatan.

(2> Tugas seksi Pelayanan mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayananmedis dan pcnunjang medis, melakukan perrantauan dan pengawasanpenggunaan fasilitas serta kegiaian pelayanan nredis dan penunjang medis,melakukan pengawasan daan pengendalian penerimaan dan pemuranganpasien.

Tugas Subbagian Kesekretariatan dan Rekam Medis meliputi ketatausahaan,kepegawaian, kerumahtanggaan, perlengkapan, rekam medis, laporan,hukum, perpustakaan, publikasi, pemasaran sosial dan informasi.

Tugas Subbagian Keuangan dan Program meliputi penyusunan anggaran,kegiatan perbendaharaan, ver i f ikasi , akuntansi. mobi l isasi dana danpenyusunan program.

Instalasi meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, bedahsentral , perawatan intensi f , radiologi , farmasi , g iz i , patologi danperneliharaan sarana rumah sakit.

Pasal 36

Berdasarkan beban ker ja Direkrur Rumah Saki t Umum Kelas Cdimungkinkan dapat dibantu oleh I (saru) wakil Direktur sesuai pereturanperundang-undangan yang berlaku,

Pembagiarr tugas dan wewenang wakil Direktur Rumah Sakit umum KerasC ditetapkan oleh Direktur,

Bagian KeempatRumah Sakit Umum Kelas D

Pasal 37

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D terdiri daril . Direktur;2. Seksi Pelayanan;3. Subbagian Kesekretariatan dan Rekam Medis;

( l )

(3)

(4)

(5)

f l )

(2)

q

,!,

+$

& 2l

Page 27: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4. Subbagian Keuangan dan Program;

5. Instalasi;

6. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional.

Pasal 38

Direktur mempunyai tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan pelaksanaan,

membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas-

tugas runrah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(1)(2)(3)

' Pasal 39

Seksi membawahkan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) Subseksi.

Subbagian membawahkan sebanyak-banyaknya 4 (empat) Urusan.

Instalasi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) Instalasi.

Pasal 40

Tugas Seksi Pelayanan mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan

medis, penur,jang medis, kegiatan pendidikan dan pelatihan, melakukanpemantauan, pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatan Delayananmedis dan penunjang medis, kegiatan pendidikan dan latihan, melakukanpengawasan dan pengendal ian penerimaan dan pemulangan pasien,

melakukan bimbingan pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan, etikadan mutu keperawatan. kegiatan pendidikan, pelatihan serta penvuluhan

kesehatan.

Tugas Subbagian Kesekretariatan dan Rekam Medis meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, kerumahtanggan, perlengkapan, rekam medis, laporan,hukum, perpustakaan, publikasi, pemasaran sosial dan informasi.

Tugas Subbagian Keuangan dan Program meliputi penyusunan anggaran,

kegiatan perhendaharaan, ver i f ikasi , akuntansi , mobi l ica. i dana danpenyusunan progranl.

Instalasi meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, kamar

bedah, radiologi, farmasi, patologi klinis, gizi dan pemeliharaan sarana ru-mah sakit .

l-

i

ll - -

:

( l )

.i]5t .

t -tIIIi . (I

(4)

:::thfi;

iIIt:I

. i ,II

(2)

(3)

22

Page 28: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

; ( l )

? (2)

(3)

(4)

BAB IVINSTALASI ...

Pasal 41

( I ) Instalasi merupakan fasilitas penyelenggaraan pelayanan medis, pelayananpenunjang medis, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihandan pemeliharaan sarana rumah sakit.

(2) Instalasi dipimpin oleh seorang Kepala dalam jabatan nonstruktural.

(3) Jenis Instalasi disesuaikan dengan kelas dan kemampuan Rumah Sakit senakebutuhan masyarakat.

(4> Penrbahan jumlah dan jenis Instalasi ditetapkan oleh Direktur sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VKOMITE MEDIS

Pasal 42

Komi te Med i s adalah kelompok ten^ga medi s yang keanggotaannya dipi I ihdari anggota Staf Medis fungsional.

Komite Medis berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.

Komite Medis rnempunyai tugas membantu Direktur menyusun standarpelayanan dan rrremantau pelaksanaannya, serta mel aksanakan pembinaanetika profesi, mengatur kewenangan profesi anggata Staf Medis Fungsionalserta mengembangkan progmm pelayanan, pendidikan dan pelatihan sertapenelitian dan pengembangan.

Dalam rrrelaksanakan tugas Komite Medis dapat dibanru oleh Panitia-Panitiayang anggotanya terdiri dari Staf Medis Fungsional dan tenaga profesi lain-nya secara ex-officio.

Panitia adalah kelompok kerja khusus di dalam Komite Medis yang dibentukuntuk mengatasi masalah khusus.

Pembentukan Panitia ditetapkan oleh Direktur.

Pembentukan Komite Medis pada Rumah Sakit milik Departemen Keseha-tan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik atasusul Direktur untuk masa kerja 3 (tiga) tahun.

Pembentukan Komite Medis pada Rumah Sokit bukan milik DepartemenKesehatan ditctapkan dengan Keputusan Pemilik Rumah Sakit atas usulDirektur.

i i i

,i$iiliililtlq

;i

(6)

(7',)

I

tEE

&'

(s)

(8)

23

Page 29: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(6)

BAB VISTAF MEDIS FUNGSIONAL

Pasal 43

(l) Stat Medis Fungsional adalah kelompok Dokter yang bekerja di Instalasidalam jabatan fungsional.

(2) staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis,pergobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemuliian ke-sehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pelatihan serra penelitiandan pengembangan.

(3) Dalam melaksanakan tugas Staff Medis Fungsionat dikelompokkan sesuaidengan keahliannya.

(4) Kelompok dipimpin oleh seorang Ketua yang dipir ih oleh anggotakelompoknya untuk masa bakti tertentu.

(5) untuk Rumah Sakit Kelas A dan B pendidikan Ketua Kelompok diangkatoleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.

untuk Rumah sakit Kelas B nonpendidikan, C dan Keras D Ketua Kelompokdiangkat oleh,Direktur.

BAB VIIPARA MEDIS FUNGSIONAL DAN TENAGA NONMEDIS

Pasal 44

Paramedis Fungsional .adalah paramedis perawatan dan nonperawatan yangbertugas pada Instalasi dalam jabatan fungsional.

Dalam melaksanakan tugasnya Pararnedis Fungsional berada di bawah danbertan ggun gjawab I angsun g kepada Kepala In stal asi.

Penempatan Pa,ramed i s Perawatan d i r aksanakan oleh Kepal a B i dang/SeksiKeperawatan atas usul Kepala Bidang/Seksi terkait.

Penempatan Paramedis Non;rerawatan di laksanakan oleh lvakil Direkturumum dan Keuangan/Direktur atas usulan Kepara Bidang/Seksi terkait.

Pasal 45

Tenaga Nonmedis adalah tenaga yang bertugas di bidang pelayanan khususdan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan terhadap pasien.

Dalam melaksanakan tugasnya Tenaga Nonmedis yang bekerja di Instalasibertanggungjawab kepada Kepala Instalasi dan secara fungsionalbeftanggungjawab kepada Kepala Bagian/Subbagian terkait.

( l )

(2)

(3)

(1)

(4)

!

\:

..

il;:

(2)

24

Page 30: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

T

(3) Penempatan Tenaga Nonmedis dilaksanakan oleh Wbtit piret<tur umumdan Keuangan/Direktur atas usulan Kepala Bidang/Seksi terkait.

BAB VII IDEWAN PENYANTUN

Pasal 46

( l ) Dewan Penyantun adalah Kelompok Pengarah/Penasehat yangkeanggotaannya terdiri dari unsur Pemilik Rumah Sakit, unsur Pemerintahdan Tokoh Masyarakat.

(2) Dewan Penyantun rnengarahkan Direktur dalam melaksanakan Misi Ru-mah Sakit dengan memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan olehPemerintah.

(3) Dewan Penyantun dapat dibentuk pada Rumah Sakit yang ditetapkan seba-gai Unit Swadana.

(4) Dewan Penyantun ditetapkan oleh Pemilik Rumah Sakit untuk masa kefa3 (tiga) tahun.

BAB IXSATUAN PENGAWASAN INTERN

Pasal 47

-Satuan Pengawasan Intern adalah kelompok fungsional yang bertugas me-laksauakan pengawasan terhadap pengelolaan surnberdaya Rumah Sakit.

Satuan Pengawasan Intern dapat dibentuk pada Rumah Sakit Kelas A, KelasB dan Rumah Sakit 1,ang ditetapkan sebagai Unit Swadana.

Satuan Pengaw,asan Intern ditetapkan oleh Direktur.

. rarT*JnraPasal 48

Dalam melaksanakan tugasnya set iap pinlpinan .satuan organisasi di l ingkunganRumah Sdkit waj ib merrerapkan pr irrs ip kooldinasi , integras; i da sinkronisi is i , bzr ikdalam l ingkungan masi l tg-masing nraupun dengan instansi la in di luar RumahSakit Umum sesuai dengan tugasnya masing-mesing.

Pasat 49

Setiap pimpinan Satuan Organisasidalam lingkungan Runrah Sakit Umum wajibmengawasi bawahannya masing-masing dan bi la tcr . jadi penyimpangan agarmengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

j

: i i

1li:. it l

( r )

(2)

(3)iii,jl

25

Page 31: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 50

Set iap pimpinan satuan organisasi d i l ingkungan Rumah Saki t Umum

berthnggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-masing

dan memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Setiap pimpinan satuan organisasibertanggungf awab kepada atasanberkala tepat pada waktunya.

Pasal 51

wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk danmasing-masing dan menyampaikan laporan

Pasal 52

Setiap laporan yahg diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajibdiolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untukmemberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan.

Pasal 53

Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporanwajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsionalmempunyai hubungan kerja.

Pasal 54

Dalam rnelaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu olehkepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingandan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapatberkala.

Pasal 55

Rumah Sakit Umum Kelas A, B. C dan Kelas D mempunyai hubungan denganKantorWilayah Departemen Kesehatan Provinsi/ Dinas Kesehatan Daerah i-ingkatI/ Kantor-Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotamadya/Dinas Kesehatan DaerahTingkat lI di wilayahnya sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

BAB XIKETENTUAN LAIN

Pasal 56

Pembentukan organisasidan Tatakeria nrasing-masing Rumah Sakit Umum milikDepartemen Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah terlebih dahulumendapat persetujuan tertuli.s dari Menteri yang bertanggungjawab di bidangpendayagunaan aparatur negara.

26

Page 32: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

:g:i.&*Ft

lA

F_*

: Pasal 57

Organisasi dan Tatakerja masing-masing Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerahdan instansi lain ditetapkan berdasarkan Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umumsebagaimana diatur dalam keputusan ini.

Pasal 58

Organisasi dan Tatakerja Rumah Sakit Umum Swasta dapat mengacu padaPedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

Pasal 59

Setiap penyusunan organisasidan tatakerja Rumah Sakit Umum berdasarkan hasilanalisis jabatan.

' Pasal 60

Bagan Organasi Rumah Sakit Umum Kelas A, B. C, dan D sebagaimana tercan-tum dalam lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusarrini .

BAB XII

PENUTUP

Pasal 61

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 134 Tahun 1978 dinvatakan tidak berlaku lasi

Pasal 62

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN DI : JAKARTAPADA TANCGAL : l2 NOVEMBER 1992

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDOI.{ESIA

ttd.

DT. ADHYATMA, MPH

27

Page 33: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIIG.INDONESIA

NO MOR : 436/MBNKES/S K/VVI993

TENTANG

BERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT DANSTANDAR PELAYANAN MEDIS DI RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang bahwa pembangunan kesehatan dibidang perumah sakitanbertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan danefisiensi pelayanan kesehatan;

bahwa untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensipelayanan kesehatan di rumali sakil perlu diupayakanpemantapan dan peningkatan manajemen rumah sakit;

bahwa untuk itu telah disusun Standar Pelayanan RumahSaki t o leh Direktorat Jenderal Pelayanan MedikDepartemen Kesehatan R.l dan Standar Pelayanan Medisoleh Ikatan Dokter Indonesia, sebagai saiah satu upayapenertiban dan peningkatan manajemen rumah sakitdengan memanfaatkan pendayagunaan segala sumberdaya yang ada di rumah sakit guna mencapai hasi lseopt imal mungkin;

bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatasdiperlukan keputusan diberlakukannya Standar PelayananRumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis sebagaipenyelenggaraan pelayanan rumah sakit.

Undang-Undang Republik Indonesia no. 23 Tahun | 992Tentang Kesehatan.

Mengingat : l.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Rl. no. 558/MENKES/ SIVII l1984, Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerjaDepartemen Kesehatan Republik Indouesia,

3. Keputusan Menteri Keseharan R.l No. 983A4ENKES/ XV1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah sakit Umum;

. MBMUTUSKAN

MENETAPKAN: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI TENTANGBERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAHSAKIT DAN STANDAR PELAYANAN MEDIS DIRUMAH SAKIT:

b.

c.

d.

Page 34: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pertama

o Kedua

Ketiga

Keempat

Standar Pelayanan Rumah Sakit dafi Standar PelayananMedis yang diberlakukan, telah disusrrn dalam bentukbuku :- Standar Pelayanan Rumah Sakit No. 351.841. Ind. S

Tahun 1992 Direktorat Jenderal Pelavanan Medik.Jakarta;

- Standar Pelayanan Medis, bulan Apri l 1992 olehDepartemen Kesehatan Jakarta;

Pelaksanaan penerapan standar sebagaimana tercantumdalam buku per-tama tersebut dapat ditenrpuh secara ? :

bertahap.

Direktur Jenderal Pelayanan Medik akan mengatur,mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan serta tindaklanjut dari penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit danStanciar Pelayanan Medis

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkandengan ketentuan apabi la dikemudian hari terdapatkekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulansebagairnana mestinya

DITETAPKAN DI : JAKARTAPADATANGGAL : 3 JUNI 1993

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIArrd

Prof. Dr. SUJUDI

,::I*t

r5'sx,:F

29

-.E6st"' . i

Page 35: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN NIEDIKTELEPON : s20159o(HUNflNG)

JL.H.R.FASUNASAIDBLOKXSKAVNO.4-9-PO.BOX:3097, 1196JAKARTA12950 FAKSIMIL: -q261314,5203872

KEPUTUSAN DIRBKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIKNOMOR : YM.02.04. 3. 5. 2414

TENTANGBERLAKUI{YA STA NDAR PELAYANA N PRA KTB K B ERKEI-ONIPOK

DOKTER SPESIALIS

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untukmeningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanankesehatan:

Mengingat :

MEMUTUSKAN:

t{f

b. bahwa untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensipelayanan kesehatan di Praktek Berkelompok DokterSpesial is (PBDS) perlu diupayakan pemantapan danpeningkatan manajemen Praktek Berkolompok DokterSpesial is.

c. bahwa untuk itu telah drsusun Standar Pelayaran Pral<tekBerkelompok Dokter Spesialis dan Direktorat JenderalPelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. sebagaisalah satu upaya penertibztn dan peningkatan manajemenPraktek Berkelompok l )okter Spesial is derrganmemanfaatkan pendayagunaan segala sumber daya adayang di Praktek Berkelompok Dokter Spesial is gunamencapai hasil seoptimal mungkin;

d. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atasdiperlukan keputusan dilakukannya Standar PelayananPraktek Berkelompok Dokter Spesial is.

l. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Thhun 1992Tentang Kesehatan.

2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 5S8AvIenkes/SK/IIl

- 1984, tentang susunan organisasi dan tata ker jaDepartemen Kesehatan Republik Indonesia;

3. Peraturan Menteri Kesehatan No.920/1986 tentang UpayaPelayanan Kesehatan Swasta.

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANANMEDIK TENTANG BERLAKUNYA STANDARPBLAYANAN PRAKTEK BERKELOMPOK DOKTERSPESIALIS.

Standar Pelayanan Praktek Berkelompok Dokter Spesialisyang ber laku sepert i tercantum dalam lampiran suratkeputusan irr i .

Pertama :

Page 36: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

't

iI

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JL. H.R. RASUNA SAID 8LOK X5 KAV. NO. 4-9 - PO. BOX : 3097, 1 1 96 JAKAFTTA 1 29s0IELEPON : 520159O(HUNTING)FAKSIMIL : 5261814, 5?03872

Kedua

Ketiga

Ketiga

: Dengan dikeluarkannya standar pelayanan PraktekBerkelontpok Dokter Spesial is maka inst i tusi PraktekBerkelompok Dokter Spesial is diwaj ibkan menerapkanstandar ini.

Evaluasi Pelaksanaan penerapan standar akan dilakukanmelalui program akreditasi Praktek Berkelompok DokterSpesial is.

Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan denganketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan da-lam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimanamestinya.

DITETAPKANDI:JAKARTAPADATANGGAL : 30 MARET 1998DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

rtd.

Drs. H. Soejoga, MPHNIP. 140024148

3t

Page 37: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Lampiran : Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik'

Nomor :YM.02.04.3.5.2414

Tanggal : 30 MARE'I l99B

Tentang

STANDAR PELAYANANPRAKTEK BERKELOMPOK DOKTBR SPESIALIS (PBDS)

STANDAR 1. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

Pirnpinzrn bertanggung jawab bahwa penyelenggaraan Praktek BerkelompokDokter Spesialis (PBDS) sesuai dengan peraturan parundangan yang berlzrku.

1.1 . Penyetenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis wajib mempunyaiijin penyelenggaraan.

| . 2. Perryelenggaraan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis dalam menrberikanpel a,vanannya selalu memperti mbangkan fungsi sosi al nya terutama kepadapasien yang tak mampu.

Struktur organisasi Praktek Berkelompok Dokter Spesialis terdiri dari unsurpimpinan dan penrbantu pimpinan serta unsur pelaksana.

Pimpinan Praktek Belkelornpok Dokter Spesialis acialah dokter umum ataudokter spesialis yang mempunyai surat ij in praktek sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Praktek Berkelompok Dokter Spesialis paling sedikit mempunyai 3 (tiga)dokter spesialis yang telah mempunyai ij in praktek sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Praktek Berkelompok DokterSpesialis yang buka 24.iam wajib mempunyaidokter jaga.

iri,IT

- t '!i

$!

e

it

. { .. tIIit!

r . 3.

t .4

l . 5.

t . 6.

32

Page 38: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

!

I

IIt rIIIIII

. l

1.7. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis wajib menyiidiakan obat-obatangawat darurat sesuai dengan kebutuhan.

l. 8. Ruang observasi pasca tindakan bedah minor atau tindakan medis lainnyamaksimum 2 (dua) tempat tidur.

I . 9. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis wajib menyelenggarakan pencatatandan pelaporan yang mengacu kepada pencatatan dan pelaporan rawat jalan

runrah sakit.

1.10. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis waiib menyelenggarakan rekammedis yang mengacu kepada rekam medis rawat jalan rumah sakit.

l I l. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medik dan penunjang diagnosisdalam Praktek Berkelompok Dokter Spesialis harus mengikuti ketentuanyang berlaku.

STANDAR2. KEBI.IAKAN DAN PROSEDUR.

- Pemberian pelayanan medis kepada pasien harus sesuai dengan standar profesi

, dan perkenrbangan ilmu dan teknotogi kedokteran serta harus dapat memanfaatkan: kemampuan fasilitas Praktek Berkelompok Dokter Spesialis secara optima..

2. | . Pelayanan medis dan tindakan medis diberikan berdasarkan standar profesiyang telah ditetapkan oieh Perhimplrnari Profesi.

2.2. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis mempunyai prosedur tetap untukpemeriksaan penunjang medis ( Laboratorium dan Radiologi ).

2.3. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis mempunyai kebijakan / ketentuanterttrlis yang mengatur tentang tata cara pemeriksaan status kesehatan (medi-cal check-up).

:tl

1.

{k

iIb

I

b'g

&.

& 33

Page 39: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

2. 4. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis wajib mempunyai sistem I tatacaramenerbitkan Surat Keterangan Kesehatan hasil medical check-up sehinggatidak memungkinkan terjadi pemalsuan surat keterangan kesehatan olehorang yang tidak berhak.

2.5. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis mempunyai prosedur rujukan se-suai dengan ketentuan yang berlaku.

7 6. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis mempunyai kebijakan / ketentuanupaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

STANDAR 3. FASILITAS DAN PERALATAN

Pemilik bertanggung jawab tersedianya sarana dan prasarana untuk rhendukungfungsi Praktek Berkelompok Dokter Spesialis.

3.1. Peralatan, ruang dan tenaga mengacu kepada standar peralatan, ruang dantenaga rumah sakit kelas C untuk poliklinik.

3.2. Ada kebijakan dan-prosedur tertulis tentang program pemeliharaan danperbaikan dari sarana, prasarana dan alat.

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 30 Maret 1998

Direktur Jenderal Pelayanan Medik

ffd.

Drs. H. Soejoga, MPHNIP. 14002418

:

I

34

Page 40: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

rE

SURAT KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PELAYANAN I\{EDIK

NOMOR : YM.02.04.3 .5.A227 O

TENTANG

PEDOMAN TUGAS POKOK, PBRAN DAN FUNGSI ANTARAPEMILIK,

DBWAN PENYANTUN GADAN PEMBINA) DAN PENGELOLA PADARUMAH SAKIT SWASTA

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang: bahwa peran masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan

rumah sakit semakin rneningkat dan berkembang ;bahwa agar manajemen dan penyelenggaraan setiap rumah

sakit dapat berjalan secara proposional maka perlu adanyapejelasan hukum tentang peran dan fungsi antara pemilik,

dewan penyantun (badan pembina) dan pengelola,

Berdasarkan ad. b) maka perlu disusun pedoman tugas pokok.

Peran dan fungsi antara pemilik dewan, penyantun (badan

pembina) dan pengelola pada rumah sakit swasta, yang

di tetapkan dengan suat keputusan Direktur JenderalPelayanan Medik.

Undang-undang no.23 tahun 1992 ientang Kesehatar;Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/86 tentang upayapelayanan kesehatan swasta di bidang medik.

MEMUTUSKAN

Pedoman tugas pokok, peran dan fungsi antara pemilik,

dewan penyantun (badan pembina) dan pengelola yang

berlaku bagi setiap rumah sakit swasta.Hal-hal yang bertalian dengan ketentuan-ketentuan tersebut

dalam diktum PERTAMA adalah seperti tercantum dalamlampiran surat keputusan DirekturJenderal Pelayanan Medik ini.Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan denganketentuan akan diadakan perbaikan seperlunya apabiadikemudian hari terdapat kekel iruan.

Mengingat

DITETAPKANDI :JAKARTAPADATANGGGAL : 5 JUNI 1996

DIREKTUR JENDERALPELAYANAN MF,DIK

ttd.

Dr. H.Soe.ioga. MPHNIP. 140024148

b.

c,

: l .2.

MenetapkanKedua

Kedua

Ketiga

35

Page 41: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

NOMOR : YM. 02'04.3'5.02210

TANGGAL:5JUNI1996

TENTANG

PEDOMAN TUGAS POKOK, PERAN DAN FUNGSI ANTARA PEMILIK,

DEWAN PENYANTUN (BADAN PEMBINA) DAN PENGELOLA PADA

RUMAH SAKIT SWASTA

IENDAHIILUAN

Pelayanan rumah sakit khususnya rumah sakit swasta cenderung bergeser

lari pola yang sen-rula "social welfarc oriented' kearah "bussiness oriented" yang

rpabila tidak diantisipasi maka akan dapat menjauhkan diri dari pemerataan dan.eterjangkuan pelayanan.

Perubahan orientasi tersebut sering terjadi pada pemilik rumah sakit, namun.adang-kadang tidak demikian dengan pengelolanya sehingga menyebabkan

danya perbedaan persepsi antara pernilik dan pemilik, pengelola dan dewan

enyantun (badan pembina)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kejelasan tugas, peran dan fungsi

emilik, pengelola dan dewan penyantun (badan pembina) pada rumah sakit swastaangatlah penting.

'ENGERTIAN

. Yang dimaksud derrgan pemilik adalah badan hukum (yayasan atau badan

hukum lainnya) yang memil ik i runrah saki t tersebut.

. Yang dimaksud dengan pengelola adalah direkrur rumah sakit dan jajarannya.

. Yang dimaksud dengan dewan penyantun (badan pembina) adalalr kelornpok

pengarah/penasehat yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemilik rumah

sakit, unsur pemerintah, unsur profesi dan tokoh rnasyarakat.

UGAS POKOK,PERAN DAN FUNGSI

ubungan antara pemilik, pengelola dan dewan penyantun (badan pembina)

bagai berikut :

Txatdi:t

36

Page 42: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

PEMILIK

' lDEWANPENYANTUN - ---J I(BADAN PEMBINA) I

DIREKTUR

a. Pemilik rumah sakit.

Thgas Pokok : - Menetapkan Misi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit

Peran : Sebagai pemilik rumah sakit

Fungsi : - Menentukan "mission'tujuan Idiil rumah sakit (AD ART)- Bertanggungawab terhadap pelaksanaan Peraturan

ffil?"HiJJ::1"iiJH:?i:ff ?'#;:ilT'llfJ,T;(dewan penyantun)Mengangkat dan memberhentikan Direksi, terlebihdahulu dengan mengajukan.rencana pengangkatan danpemberhentian Direksi kepada Ka. Kanwil Dep Kessetempat

_ i:ilff'1Xff'o*oaharaanPenjamin kredit

_ iil'.?il:l"ffi:iMengagunkan kekayaan

- ilfi::Hiffi;ff1l"*un penyantun)BadanPembina dan DireksiMerencanakan dan melaksanakan pembangunan/pengembangan rumah sakit.

b. Dewan Penyantun (Badan Pembina)

- Thgas Pokok : Menetapkan starategi Penjabaran Misi, Falsafah danTujuan Rumah Sakit

37

Page 43: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

peran : Mewakili pemilik/badan hukum.

Fungsi : - Memberi saran/nasehat kepada pemilik dan Direktur ru-mah sakitdalam penyelenggaraan pengelolaan rumah sakit.

- Bersama-sama dengan direksi merumuskan "strategi" dan"Rencana Induk Pengembangan" dalam melaksanakan"Mission" yang ditentukan pemilik dan pemerintah.Mengesahkan program kerja dan anggaran tahunan yangdiajukan direksi.

- Mengesahkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaanprogram direksi dengan koreksil penyesuaian jika diperlukan.Bila perlu mengundang akuntan publik untuk melakukanaudit ekstern terhadap rumah sakit dan mempelajari hasilaudit itu untuk diusulkan tindakan perbaikan

- Menyetujui kontrak pembelian investasi di atas jumlahtertentu

- Mengarahkan direktur rumah sakit dalam melaksanakanmissi rumah sakit dengan memperhatikan kebijaksanaanyang telah ditetapkan.

c. Direktur Rumah sakit.

T[gas Pokok : - Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna danberhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhandan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi danterpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta melak-sanakan upaya rujukan.

- Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen rumah sakitsecara terpadu efisien, efektifdan kreatif.

P-eran : Administrator/pimpinan ru:nah sakit.

Fungsi : - Menyusun kebijaksanan pelaksanaan kegiatan dirumah sakit- Membina pelaksanaan kegiatan di rumah sakit

H I -*,': TJJ*1XH,ff Tilil : ::' ffi T:IJff : ;undangan yang berlaku.

- Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran tahunan.- Melaksanakan program kerja dan anggaran tahunan yang

telah disetujui- Mengusulkan rencana pembangunan dan pengembangan

sarana dan prasarana rumah sakit yang diperlukan sejalandengan kebutuhan saat ini pengembangan dimasa depan.

II

38

Page 44: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Bersama dengan dewan penyantun (badan pembina)merumuskan strategi dan rencana induk pengembanganrumah sakit.Melaporkan kegiatan penyelenggaraan rumah sakit rneliputilaporan pelayanan, ketenagaan dan keuangan.Memelihara hubungan baik dengan pemerintah. organisasiperumahsakitan, organisasi profesi dan masyarakat.

PENUTT'P.

Pedoman ini digunakan sebagai dasarpembinaan manajemen rumah sakitswasta dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.

Dengan adanya kejelasan tugas pokok, peran dan fungsi antara pemilik,dewan penyantun (badan pembina) dan pengelola diharapkan pengelolaan rumahsakit secara profesional dapat lebih ditingkatkan.

DITETAPKANDI:JAKARTAPADATANGGAL :5 JUNI 1996

DIREKTUR JENDERALPELAYANAN MEDIK

ttd.

Dr. H. Soejoga, MPHNIP. 140024148

1:

li,:

. . :it

ti:1

39

Page 45: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK\(uU ii

TELEPON :520159O(HUNT|NG) {Jt H.R.RASUNASAIOBLOKX5KAV.NO.4-9-P.O.BOX:[email protected] FAKSIMIL 15261814.5203872

SURAT EDARANDIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

NOMOR : YM/ 02.04.3.5.2504

TENTANG

PEDOMAN HAK DAN KEWAJIBAN

PASMN, DOKTBR DAN RUMAH SAKIT

I. PENDAHULUAN

1. UMUM

a. Pernbangunan Kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan

yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama

dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseirnbangan

serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, dimana

kepentingan masyarakat lebih diutamakan dari pada kepentingan

individu atau golongan.

b. Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sesuai

dengan tujuan Pernbangunan Kesehatan, maka perlu diselenggarakan

sarana kesehatan yang antara lain adalah rumah sakit.

c. Di dalam nrmah sakit, hubungan antara pasien, dokter dan rumah sakit

merupakan hubungan yang sangat kompleks dan terus berkembang

sesuai dengan berubahnya tata nilai dan nornra dalam masyarakat.

Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat

terhadap hukum, maka tertib hukum dalam Pelayanan Kesehatan

yang pada intinya akan memberikan kepastian hukum kepada pasien

dokter dan rumah sakit perlu dikembangkan. Kepastian hukum dan

perlindungan hukum berlaku untuk pasien, dokterdan mmah sakit sesuai

dengan hak dan kewajibannya masing-masing.

40

Page 46: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

d. Pada dasarnya hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit

hamslah dilaksanakan secara seimbang dalam arti hak dan kewajiban

tersebut berlaku secara timbal balik (hak pihak kesatu terhadap pihak

kedua merupakan kewajiban pihak kedua terhadap pihak kesatu dan

sebal iknya, hak pihak kedua terhadap pihak kesatu merupakan

kewajibannya dan demikian seterusnya). Apabila satu pihak tidak me-

laksanakan kewajibannya maka ia tj.dak dapat menuntut hak yang

menjadi imbangan kewajiban tersebut kepada pihak yang lain.

e. Untuk meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antaradoktet

pasien dan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit maka

dipandang perlu adanya surat edaran tentang keJelasan hak dan

kewajiban pasien, dokterdan rumah sakit yang dalam hal ini telah diatur

dalam berbagai tingkat peraturan. Namun kita menyadari, tidaklah

mudah untuk merinci hak dan kewajiban masing-masing, satu terha-

dap yang lain, tetapi tetap diperlukan adanya suatu pedoman meskipun

tidak selengkap yang diharapkan agar dapat dipergunakarr sebagai acuan

bagi rumah sakit dalam menyusun hak dan kewajiban pasien, dokter

dan rumah sakit di lingkungannya masing-masing.

2. DASAR :

Sebagai dasar dikeluarkannya edaran

kesehatan terutama yang menyangkut

dan rumah sakit yai tu :

l. KUHAP pasal 170;

2. Undang-undang Nomor 23 tahun

ini adalah ketentuan dalam bidang

hak dan kewajiban pasien, dokter

| 992 tentang Kesehatan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor l0 tahun 1966 tentang Wajib Simpan

Rahasia Kedokteran:

:f::

ttr&

& 4l

Page 47: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4. Peraturan Pemerintah Nomor I 8 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis

dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan

Tubuh Manusia;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan:

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor l59b/Menkes/Per/IU 1988

tentang Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 575/Menkes/Per/DV 1989

tentang Persetujuan Tindakan Medik;

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor T49alMenkes[Per/ XIVI989

tentang Rekam Medis/Medical Record;

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 434lMenkes/SK/X/ 1983

tentang Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia Bagi Para Dokter. di Indonesia;

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor g24lMenkes/SKD(V 1986 i

tentang berlakunya kode etik rumah sakit Indonesia bagi rumah sakit:di seluruh Indonesia:

I I . United Nations Universal Declaration of Human Right tahun t 948 yairu:

- Hak atas pemeliharaan kesehatan.

- Hak untuk inenentukan nasib sendiri. ,

12. Declaration of Lisboa on the Right of the Patients (Tahun f gA f l.

3. TUJUAN

Edaran ini adalah sebagai acuan bagi seluruh rumah sakit di Indonesia dalam

menyusun hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit yang perlu :di terapkan di l ingkungannnya masing-masing.

42

Page 48: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4. PENGERTIAN

1. Hak:

Kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badanhukumuntukmendapatkanataumemutuskanuntukberbuatSeSuatu.

2. Kewajiban :

Sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseo-mng atau suatu badan hukum.

3. Pasien :

Penerimajasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik daram keadaansehat maupun sakit.

4. Dokter:

Tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit,rnencakup dokter dan dokter gigi.

ii 5. Rumah Sakit :

sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanankesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga keseha-tan dan penelitian.

II. PASIEN

a. HAK PASIEN

F Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien.r

i i

43

Page 49: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

l .

2.

Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tataitertib dan peraturanyang berlaku di rumah sakit.

Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuaidengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpadiskriminasi.

Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuaidengan standarprofesi keperawatan

Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengankeinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukanpendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihakluar.

Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar dirumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yangdideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.

8. Pasien berhak atas "privacy" dan kerahasiaan penyakit yang dideritatermasuk data-data medisnya,

Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :- penyakit yang diderita.- tindakan medik apa yang hendak dilakukan.

- kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakanuntuk mengatasinya.

- alternatif terapi lainnya.

- prognosanya.

- perkiraan biayapengobatan.

Pasien berhak menyetuiui/memberikan izin atas tindakan yang akandilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap diri-nya dan mengakhiri pengobatan serta peraw,atan atas tanggung jawab

sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

4"

5.

6.

7.

9.

t0.

l l .

44

Page 50: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

13. Pasien berhak menjarankan ibadah sesuai og^^ir kepercayaan yangdianutnya selama hal i tu t iclak nrengganggu pasien lainnya.

Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya serama daramperawatan di rumah sakit.

Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan ru_mah sakit terhadap dirinya.

16. Pasien berhak menerirna atau menorak birnbingan moril maupun spiri-tual .

b. KEWAJIBAN PASIEN.

t . Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segara peraturandan tata - tertib rumah sakit.Pasien berkewajiban untuk mematuhi segara instruksi dokter danperawat dal am pengobatannya.Pasien berkewaj iban memberikan informasi dengan ju jur danselengkapnya tentang penyakit yang dideri ta kepada dokter yangmerawat.

Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk merunasi semuaimbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter.Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal_hal yangtelah d isepakati/perj anj ian yang te I ah dibuarnya.

14.

t5.

2.

3.

4.

5.

III. DOKTER.

a. HAK, DOKTER.

L

2.

Dokter berhak mendapat perrindungan hukum daram meraksanakantugas sesuai dengan profesinya.Dokter berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasarkanhak otonomi. (seorang dokter, walaupun ia berstatus hukum sebagaikaryawan rumah sakit, namun pemilik atau direksi rumah

45

Page 51: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Sakit tidak dapat memerintahkan untuk melakukan sesuatu iindakan

yang menyimpang dari standar profesi atau keyakinannya).

Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang bertentangan

dengan peraturan perundang undangan, profesi dan etika,

Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila

misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk

sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali

untuk pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien kepada

dokter lain.

Dokter berhak atas privacy.

(Berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dengan

ucapan atau tindakan yang melecehken atau memalukan).

Dokter berhak mendapat inforrnasi lengkap dari pasien yang dirawatnya

atau dari keluarganya.

Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam

menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.

Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit

maupun oleh pasien.

Dokter berhak untuk mendapat i rnbalan atas jasa profesi yang

diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang

berlaku di rumah sakit tersebut.

b. KEWAJIBAN DOKTER

l. Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan

hukum antara dokter tersebut dengan rumah sakit.

2. Dokter wajib memberikan pelayanan niedis sesuai dengan standar

profesi dan menghormati hak-hak pasien.

3. Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain/rumah sakit lain yang

mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak

mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

3.

A+.

5.

6.

7.

8.

9.

46

Page 52: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasadapat berhubungan dengan keluarga dan dapat tnenjalankan ibadahsesuai keyakinannya.

Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.

Dokter wajib melakukan pertolorrgan darurat sebagai suatu tugas

perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan

mampu memberikannya.

Dokter wajib memberikan informasi yang aCekwat tentang perlunya

t indakan medik yang bersangkutan serta r is iko yang dapat

di t imbulkannya.

Dokter waj ib membuat rekam medis yang baik secara

berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.

Dokter waj ib terus-menerus menambah i lmu pengetahuan dan

mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi .

10" Dokter wajib mcmenuhi hal-hal yang telah disepakati/ perjanjian yang

telah dibuatnya.

1 l. Dokter wajib beke{a sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait

secara timbal-balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

12. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.

IV. RUMAH SAKIT

a. HAK RUMAH SAKIT

l. Rumah sakit berhak membuat peraturan-peraruran yang berlaku di ru-

mah sakitnya sesuai dengan kondisi/keadaan yang ada di nrmah sakit

tersebut (hospital by laws).

4.

5.

6.

7.

8.

9.

47

Page 53: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala

peraturan rumah sakit.

Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segalainstruksi yang diberikan dokter kepadanya.

4. Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di ru-mah sakit melalui panitia kredensial.

5. Runrah sakit berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukanwanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain).

6. Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum.

b. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

L Rumah sakit wajib mematuhi perundangan dan peraturan yangdikeluarkan oleh Pemerintah.

Rumah sakit wajib niemberikan pelayanan kepada pasien tanpamembedakan suku, ras, agama, seks dan status sosial pasien.

Rumah sakit waj ib merawat pasien sebaik-baiknya dengan t idakmembedakan kelas perawatan (duty of care).

Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan dengan tidak membedakankelas perawatan (quality of care).

Rurrrah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan di unit gawatdarurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.

Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan umum yangdibutuhkan.

Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan medik (medical

equipment) sesuai dengan standar yang berlaku

Rumah sakit wajib menjaga agar semua sarana dan oeralatan senantiasadalam keadaarr siap pakai (ready for use).

Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabilatidak merniliki sarana, prasarana- peralatan dan tenaga yang diperlukan.

2.

3.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

48

Page 54: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

: ;;f

10. Rumah sakit waj ib mengusahakan adanya,sistem, sarana dan i . ,prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

.

I l . Rumah sakit waj ib mel indungi dokter dan memberikan bantuan Iadministrasi dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas doktertersebut mendapat perlakuan tidak wajar atau tuntutan hukum daripasien atau keluarganya.

| 2. Rumah sakit wajib mengadakan pe4aijian tertulis dengan para dokteryang bekerja di rumah sakit tersebut.

13. Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap baik untukpelayanan medik, penunjang medik, non medik.

V. PBNUTUP

| . Dengan dikeluarkannya edaran ini maka setiap rumah sakit agar menyusundan menetapkan hak dan kervajiban pasien, dokter dan rumah sakit sebagaipedoman di rumah sakitnya masing-masing.

2. Apabila dalam melaksanakan surat edaran ini dijumpai kesulitan-kesulitanagar menghubungi Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

3. Surat edaran ini agar dijalankan sebaik-baiknya.

Dikeluarkan di : JA KARTAPadatanggal : l0Juni 1997

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

rtd.

Drs. H. Soeioea, MPHNIP. 140024 r48

iri$lrIiii

$Hlq!ilffi

ff

I

III

III

II

49ri ij lR__-_

Page 55: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

LEMBARAN. NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.49,1995 Kesehatan. Tenaga. Pelatihan. Masa Bakti.(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3637 ).

D. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 32 TAHUN 1996

TENTANGTENAGA KESEHATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

Bahwa sebagai pelaksana ketentuan Undang-undang Nomor 23 Thhun 1995 tena-ga Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang TenagaKesehatan.

I\{engingat :

l. Pasal 5 ayatgz Undang-tlndang dasar 19452. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Lembaran Negara

Tahun 1992 Nomor 100 Thmbahan Lembaran Negara Nomor 3a9il;

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TENA GA KESEIIATAN

50

Page 56: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:I . Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

Kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pen-didikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

2. Sarana Kesehatan adalah tempat yany digunakan untuk menyelenggarakanupaya kesehatan.

3. Upaya kesehatan adalah setiap upaya kegiatan untnk memelihara danmeningkatkan kesehatan yany dilakukan oleh Pemerintah dan/atau oleh ma-svarakat.

BAB IIJENIS TENAGA KESEHATAN

Pasal 2

(1) Tenaga Kesehatan dari :a. tenaga Medis:b. tenaga keperawatan;c. tenaga kefarmasian;d. tenaga kesehatan masyarakat;e. tenaga gizi;f. tenaga keterapian fisiky. tenaga keteknisian medis

(2) Tenaga nredis meliputi dokter dan dokter gigi(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker analis farmasi dan asisten apoteker(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomol-

ogy kesehatan, microbiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administratorkesehatan dan sanitarian.

(6) Tenaga gizi meliputi nutrisioni dan dietisien(7) Tenaga keterampilan fisik meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gizi.

teknisi elektromedis, analisis kesehatan, refraksionisoptisien, oterik protestik,teknisi transfusi dan perekam medis.

BAB IIIPERSYARATAN

Pasal 3

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kese-hatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

, ltrti : i r i l

. , . i

: . i : : t :: '.:'i i iI i i l

titrit,il

tic

5lI

t i i

Page 57: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

( l )

(2)

:3)

Pasal 4

Tenaga kesehatan melalui upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang

bersangkutan memiliki din dari Menteri.

Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat ( | )dari tenaga kesehatan masyarakat.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (l) diatur oleh Menteri.

Pasal 5

Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat ( | ) tenaga medis

dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan diluar negeri hanya

dapat melakukannya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan

adaptasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur oleh Menteri.

BAB IV

PERENCANAA N. PENGADAAN DAN PENEMPATAN

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal 6

Pengadaan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.

Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan nasional tenaga kesehaten.

Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikarr

faktor:

a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

b. sarana kesehatan.

c. jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan.

Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.

r)

2)/.g

'i

t -I

r)

z)

3)

Il rt .Ii .

t :

4)

I;n

52

Page 58: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Bagian KeduaPengadaan

Pasal 7

Penggadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dibidangkesehatan.

Pasal 8

(l) Pendidikan dibidang kesehatan dilaksanakan dilembaga pendidikan yangdiselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat.

(2) Penyelenggaraan pendidikan dibidang kesehatan sebagaimana dimaksuddalam ayat (l) dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

(l) Petatihan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilanatau penguasaan pengetahuan dibidang teknis kesehatan.

' (2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuaidengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikutipelatihan dibidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.

(2) Penyelenggaraan dar/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab

atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan danatau bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkanketerampi lan atau pen getahuan melalui pel ati han d i bidang kesehatan.

(l) Pelatihan dibidang kesehatan dilaksanakan dibalai pelatihan tenaga kese-hatan atau tempat pelatihan lainnya.

(2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau oleh masyarakat

Pasal 12

( I ) Pelatihan dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah

I

t ,Fii,'t':

E53

Page 59: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(2)

(1)

dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-. undangan yang berlaku.

(2) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakatdilaksanakan atas dasar ijin Menteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalamayat (2) diatur oleh Menteri.

Pasal 13

(l ) Pelatihan dibidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya:a. calon peserta latihan:b. tenaga pelatihan;c. kurikulum;d. sumber yang dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan

penyelenggaraan pelatihane. sarana dan prasaranaKetentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perijinan di bidang kesehatansebagaimana dimaksud dalam ayat (l ) diatur oleh Menteri.

Pasal 14

Menteri dapat.memberikan pelatihan apabi la pelaksanaan pelatihan dibidangkesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat ternyata :a. tidak sesuai ciengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal

9ayat( l )b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dinraksud dalam pasal l3

ayat ( | );Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(i) dapat mengakibatkan cabutnya ijin pelatihan.Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabunn ijinpelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dan ayat (2) diatur olehMenter i .

Bagian KetigaPenempatan

Pasal L5

(l) Dalam rangkir pernyataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.Pemerintah dapat mewajibkan. tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada

sarana kesehatan tertentu untuk jangka waktu tertentu.(2) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dirnaksud dalam ayat ( l )

dilakukan dengan cara masa bakti.

(2)

(3)

il6

Ia

t

54

Page 60: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalamayat (l) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketenruanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) danayat (2) dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Menteri.

Pasal L7

Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan

.memperhatikan:a. kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang bersangkutan ditempatkanb. lamanya penempatanc; jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakatd. prioritas sarana kesehatan

Pasal 18

(l) Penempatan.tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada:a. sarana kesehatan yany diselenggarakan oleh pemerintahb. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau ditunjuk

oleh pemerintah.c. lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajard. lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(2) Pelaksanaan ketentuan huruf c dan huruf d sebagaimana dimaksud dalamayat (l) diatur lebih lanjut oleh Menteri setelah mendengar pertimbangandari instalasi terkait.

Pasal 19

Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan suratketerangan dari menteri.Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( t) merupakanpersyaratan bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh ijin penyelenggaraanupaya kesehatan pada sarana kesehatanKetentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimanadimaksud dalam ayat ( | ) diatur oleh Menteri.

Pasal 20

!:,

i:t,rFrgl.

f,

B

( l )

(2)

(3)

55

Page 61: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

status Tenaga kesehatan daram penempatan tenagakesehatan,fl apat benrpa:a. PegawaiNegeri ; ataub. Pegawai tidak tetap.

( l )

(2)

BAB VSTANDAR PROFESI DAN

PERLINDUNGAN HUKUM

Bagian KesatuStandar Profesi

Pasal 21

setiap tenaga kesehatan daram merakukan tugasnya berkewajiban untukmematuhi standar profesi tenaga kesehatan.standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud daram ayat fi)ditetapkan oleh Menteri.

' Pasal22

(l) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalamberkewajiban untuk:a. menghormati hak pasien;

melaksanakan tugas profesinya

b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;c. memberikan iirformasiyang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang

akan dilakukan;d- meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan ctitakukan;e. membuat dan memelihara rekam medis;

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud daram ayat (r) diatur iebihlanjut oleh Menteri.

Pasal 23

Pasien berhak atas ganti rugi apabira daram perayanan kesehatan yangdiberikan oleh tenaga kesehatan sebagairnana dimaksud daram pasar 22mengakibatkan terganggunya kesehatan. cacat atau kematian yang ter.ladikarena kesalahan atau kelalaian.

Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat ( | ) dilaksanakan sesuai densanperaturan perundang-undangan yang berlaku

1

I

( l )

a

I

I{

(2)

56

Page 62: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pagian KeduaPerlindungan Hukum

Pasal24

(l) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukantugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

- (2) Pelaksanaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l ) diatur lebihlanjut oleh Menteri.

BAB VIPENGHARGAAN

Pasal 25

(l) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasarprestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggaldunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.

(2\ Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dapat diberikan olehpemerintah dan/atau masyarakat.

(3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang ataubentuk lain.

BAB VIIIKATAN PROFESI

Pasal 26 :

(l) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untukmeningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilanmartabat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kesehatan.

(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat ( l )dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yangberlaku .

BAB VIIITENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

Pasal2T

' (l ) Tenaga kesehatan warga negara asing hanya dapat melakukan upaya kese-hatan atas dasar ij in dari Menteri.

(2) Ketentuan lebih lan.iut rnengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalamayat (l) diatur oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dibidang tenaga kerja asing.

57

Page 63: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB IXPEMBINAAN DA N PENGAWASAN

Bagian KesatuPembinaan

Pasal 28

(l) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutupengabdian profesi tenaga kesehatan

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dilakukan melaluipembinaan karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.

t

Pasal 29

(l ) Pembinaan karier tenaga kesehatan metiputi kenaikan pangkat, jabatan danpemberian penghargaan.

(2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan peru ndang-undan gan yangberlaku.

Pasal 30

( 1 ) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggaradan/atau pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan.

(2) Pembinaan disipiin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat(l) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undanganyang berlaku.

Pasal 31

(f ) Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan(2) Pembinaan teknis Profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (l) Dilaksanakan melalui :a. bimbingan;b. pelatihan dibidang kesehatan;c. penetapan standar profesi tenaga kesehatan;

Bagian KeduaPengawasan

Pasal 32

-Fr &.

I

- ttr l lr

[ .?

tflt

I

lT

Menteri melakukart pengawasan terhadap tenaga kesehatan dan melaksanakan tugasprofesinya

58

Page 64: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 33

Dalam rangka pengawasan Menteri mendapar mengambil tindakan disiplinterhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai denganstandar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutanTindakan disiplin sebagaimana dimaksud daram ayat (l) dapat berupa:a. teguran;

b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatanPengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimanadimaksud dalam ayat (l ) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 34

Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan dibidang kesehatan tanpaijin sebagaimana maksud dalam pasar I 2ayat(2) dipidana sesuai dengan kerentuanpasal 84 Urrdang-undang dasar No. 23 1992 tentans kesehatan.

Pasal 35

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-r:ndang no 23 Tahun 1992 tentang Kese-hatan barang siapa dengan sengaja..a. Melakukan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayar ( l);b. Melakukan upaya kesehatan ranpa melakukan adaptasi sebagaimana d i

maksud dalam pasal 5 ayar ( I );c' Melakukan upaya kesalahan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kese-

hatan yang bersangkutan sebagaimana yang dimaksud dalam pasa! 2l ayat( I I ) ;

d ridak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal22 ayat( I ) dipidana denda paling banyak Rp. t0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturanperundang-undangan yang behubungan dengan tenaga kesehatan yang telah

( t )

(2)

(3)

59

Page 65: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/{tau belum diganti

berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 37

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkanAgar setiap orang mengetahuinya memerintahkkan pengundangan PeraturanPemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indo-nesia

Ditetapkandi JakartaPada tanggal22Mei 1996

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

Diundangkan di JakartaPada tanggal 22 Nlei i996

MENTERI NEGARA SEKRETARISNEGARA

REPUBLIK INDONESIA

ttd.

MOERDIONO

t

-1I

-1

1lit li i

60

Page 66: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

TAMBAHANLBMBARAN. NEGARA R.I.

No,49. 3637 Kesehatan. Tenaga. Pelatihan. Masa Bakti.( Penjelasan atas Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun I996 Nomor 49 )

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 1996

TENTANG

TENAGA KESEHATAN

UMUM

Pernbangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pernbangunan Nasional pada

hakekatnya adalah penyelenggaraan, upaya kesehatan untuk merrcapai kemampuan

hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat keseharan vangoptirnal yang besar artinya nyata bagi pengembangan pembinaan surnber daya

Manusia sebagai modal pembangunan Nasional. Pembangunan kesehatan

diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dengan

nrenanamkalr kebiasaan hidup sehat.

Untuk mewujudkan hal tersebut diatas diselenggarakan berbagai upaya kesehatan

yang didukung antara lain oleh sumberdaya tenaga kesehatan yang memadai sesuai

dengan yang dibutuhkan dalam Pembangunan Kesehatan. Oleh karena itu pola

pengembangan sumbel'daya tenaga kesehatan perlu disusun secara cermat yang

ineliputi perencanaan. Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan yang berskala

nasional.

Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan secara Nasional disesuikan dengan

masalah kesehatan, kemampuan daya serap dan kebutuhan pengembangon pro:

gram pembangunan kesehatan. Pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan

perencanaan kebutuhan tersebut diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan

baik oleh Pemerintah dan/atau oleh masvarakat termasuk swasta sedanekan

6l

;:a.,,-, I

Page 67: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pendayagunaannya diselenggarakan secara efektif dan merata. Dalam rangkapenempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu di tetapkan melaluipelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat potensialdidalam kebutuhan penyelengaraan upaya kesehatan.Disamping itu tenaga kesehatan yang tertentu yang beftugas sebagai pelaksanaatau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensipendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya.Kompetisi dan kewenangan tersebut menunjukkan kenrampuan profesionot yangbaku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Tenagakesehatan yang dilaksanakan tugas sesuai denga' standar profesinya tetapdiperlukan ijin.Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankantugasnya harus selalu dibina dan diawasi . pembinaan di lakukan untukmempertahankan dan meningkatkan kemampu;rnnya, sehingga selaru tanggapterhadap permasalahan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya. se.iangtanpengawasan dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapatdilaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan perundang-undanjandan sistem yang telah ditetapkan. Setiap penyimpangan pelaksanaan tugas olehtenaga kesehatan mengakibatkan konsekuensi dalam bentuk sanksi.

PASAL DEN,II PASALPasal I

CukuP 'Ig12'

Pasal 2

Ayat ( l )

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

i

Ii

I,

t

Cukup Jelas

62

Page 68: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

f?aifi

Ayat (5)

Cukup Jelas

Ayat (7)

Cukup Jelas

,a^yat (g)

Cukup Jelas

Pasal 3Persyaratan pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan bagi tenagakesehatan hams sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya.

Pasal 4Ayat ( l )

Pengertian ijin dalam ayat ini misalnya:- surat penugasan bagi tenaga kesehatan- surat iiin praktek atau ijin kerja bagi tenaga kesehatan terrentu

Ayat (2)

Cukup JelasAyat (3)

Cukup Jelas

Pasal 5Ayat ( l )

Bagi tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusandari lembaga pendidikan diluar negeri disyaratkan melakukan aclaptasi untuk da-pat nrelakukan tindakan kesehatan atau upaya kesehatan.Adaptasi dilakukan dengan maksud tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medisdan tenaga kefarmasian yang diperoleh penyesuaian ilmu pengetahuan yang sesuaiuntuk melakukan tugas promosi dibidang kesehatan di Indonesia.Adaptasi perlu dilakukan sebab karakter dan tingkat kesehatan serta lingkunganmasyarakat Indonesia berbeda dengan diluar negeri. Sehingga suatu jenis penyakittertentu diluar negeri akan memerlukan analisa dan pendekatan, serta upayapengobatan yang berbeda dengan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ilmupengetahuan tenaga kesehatan jenis tenaga medis dan tenaga kefarmasian yangdiperoleh dari diluar negeri dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisimasyarakat lndonesia.

63

Page 69: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

AYat (2)Cukup jelas

Pasat 6

Ayat ( l )Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Pasal 7Cukup Jelas

Pasal 8Cukup Jelas

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Ijin penyelenggaraan pendidikan dibidang kesehatan adalah ijin dari Menteri Ke-sehatan dan MenteriPendidikan Kebudayaan bagi pendidikan profesionaldibidangkesehatan, misalnya: Akademi Perawatan, Akademi Kesehatan Lingkungan,Akademi Gizi, dan Akademi dibidang Kesehatan misalnya: Fakultas Kedokteran,Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas FarmasiPeraturan perundang-urrdangan yang berlaku adalah sesuai dengan peraturanperundang-undangan dibidang Pendidikan Nasional

Pasal 9

Ayat ( l )Cukup Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

!

Page 70: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal l0

Ayat ( l )

Cukup Jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal I ITempat pelatihan kesehatan lainnya adalah tempat pelatihan yang memenuhi

persyaratan sebagai tempat pelatihan kesehatan yang ditunjuk oleh Menteriatau pejabat kesehatan yang berwena_ng.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 12Ayat ( l )

Ayat (2)

Ayat (3)

Pasal 13Ayat ( l )

Ayat (2)

Pasal 14Ayat ( l )

Ayat (2)

Ayat (3)

Pasal 15

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

65

Page 71: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Ayat (1)

Ayat (2)

Ayat (3)

Pasal 16

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup JelasPasal 17

Pasal 18

Ayat ( l )

Cukup Jelas

Ayat(2)Cukup Jelas

Pasal 19Ayat (l )

Pemberian surat keterangan merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan

oleh pemerintah kepada tenaga kesehaian bahwa tenaga kesehatan yang

bersangkutan telah mengabdikan dirinya kepada Negara melalui masa bakti.

Ayat (2)

Cukup Jelas

' Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 20

Termasuk dalam pengertian starus pegawai tidak tetap antara lain pegawai bulanan.

pegawai harian. pegawai honorer sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau pegawai tidak tetap sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor

4l tahun 1990 tentang masa bakti dan masa Ijin Kerja Apoteker, kepuhrsan presiden

Nomor 37 tahun l99l tentang pengangkatan dokter sebagai Pegawai tidak tetap

selama masa bakti, dan keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1994 Pengangkatan

Bidang Sebagai Pegawai Tidak Tetap.

f , i

66

Page 72: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

t Pasal 2li Ayat 1l)

Yring dimaksud dengan standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang

harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesinya secara baik.

Ayat (2)

Dalam menetrpkan standar profesi untuk masing-masing jenis tenaga kesehatan.

Menteri dapat meminta pertimbangan dari para ahli dibidang kesehatan dan/atau

mewakili ikatan profesi tenaga kesehatan.

Pasal22Ayat ( l )

Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu dalam ayat ini adalah tenaga

kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya dokter, dokter gigi'

perawat.

Huruf a

yang dimaksud hak pasien dalam hunrf ini antara lain atas informasi. hak untuk

memberikan/rnenolak persetujuan, hak atas pendapat kedua.

Huruf bCukup Jelas

Huruf cCukup Jelas

Huruf dCukup Jelas

Huruf eCukup Jefas

Ayat(2)Cukup Jelas

Pasal 23Ayat ( l)

Cukup'Jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

6:t

. . .1

Page 73: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal24Ayat ( l )

Pasal 25Ayar ( l )

Ayat (2)

Ayat (3)

Pasal26Ayat ( l )

Ayat (2)

Pasal27Ayat ( l )

Ayat (2)

Pasal 28Ayat ( l )

Ayat (2)

Pasal 29Ayat (l )

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Perlindungan hukum disini misarnya rasa aman daram menjarankan tugasprofesinya, perrindungan terhadap keadaan yang membahayakan yang dapatmengancam keselamatan atau jiwa baik karena alam maupun perbuatanmanusia.

Ayat (2)

t

Cukup JelaS

68

Page 74: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

E. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 T{AHUN 1996TENTANG

WAJIB SIMPAN RAHASIA KBDOKTERAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

IT

. t;:l

&rc

.t' rlniLtF

trFFtI

lh$!t

f.

l

F,50

Menimbang

Mengingat

Mendengar

Bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpanrahasia kedokteran.1. Pasal 5 ayat (4) tlndang-undang dasar 19452. Pasal 10 ayat (4) Undang-undang tentang pokok-pokok

Kesehatan ( Lembaran NegaraTahun 1960 No. 131)Presidium Kabinet Dwikora yang disempurnakan.

MEMUTUSKAN :

" Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan RahasiaKedokteran ".

Menetapkan

Pasal 1

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahuioleh orang-orang tersebut dalanr pasal 3 pada waktu atau selama melakukanpekerjaan dalam lapangan kedokteran.

Pasal 2

Pengetahuan tersebut pasal I harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebutdalam pasal 3 kectrali, apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggidari pada peraturan Pemerintah ini menentukan lain.

- Pasal 3

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal I ialah :Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang Tenaga Kesehatan(Lembaran Negara tahun 1963 No. 78)Mahasiswa kedokteran, menurut yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan.pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh MenteriKesehatan.

Pasal 4

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang

tidak atau tidak dapat dipidana. Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakanadministratif berdasarkan pasal II Undang-Undang Tenaga Kesehatan.

b.

69

Page 75: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pasal 5

Apabila pelanggaran yang dimaksud craram pasar 4 dirakukan oreh merekayang disebut dalam pasal 3 huruf b. maka Menteri kesehatan dapa.t mengambiltindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

pasal 6

Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengarDewanPerlindungan Susira Kedokteran dan/atau badan-badan tain uita mana perru.

pasal 7

. - Peraturan ini dapat disebut "peraturan pemerintah tentang wajib simpan rahasiakedokteran".

pasal g

Peraturan ini dimurai berraku pada hari diundangkannya. Agar setiap orangdapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan pemerintah inidengan penempatannya daram Lembaran Negara Repubrik Incionesia.

- Di tetapkandiJakartaPada tanggal2t Mei 1966

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEKARNO

trd.

Diundangkan di JakartaPada tanggal2l Mei 1966SEKRETRIAT NEGARA

ttd.

MOCH.ICHSANLNTahun 1966 No.2l

-t

70

a

Page 76: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Penjelasan Peraturan pemerintah Nomor 10 tahun 1966Tentang wajib simpan Rahasia kedokteran

UMUI\{

' Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaanaman dan bebas. Ia harus menceritakan dengan hati terbuka segala keluhan yangmenganggungnya, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinanbahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa kawatirbahwa segala sesustu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada orang lainbaik oleh dokter maupun petugas kedr:kteran bekerja sama dengan dokter tersebut.

Ini adalah syamt utama untuk hubungan baik antaradokterdengan penderita.Pada waktu menerima ljazah seorang dokter bersurnpah : "saya akan merahasiakansegala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan sayasebagai dokter".

Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia wajib merahasiakan apa yangdiketahuinya karena jabatannya, merrurut pasal 322 KUHP yang berbunyi :"Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang ia wajib menyimpan olehkarena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun yang dahulu,dihukum dengan penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus juta rupiah.

"Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ia hanyadituntut atas pengaduan orang itu ".

Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka yang melakukan perbu-atan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat dipidanakanmenurut pasal322 KUHP tersebut atau pasal I 12 KUHP tentang pengerahasiaan

sesuatu yang bersifat umum.

Penjelasan Pasal demi PasalPasal 1

Dengan kata-kata "Segala sesuatu yang diketahui :, dimaksud :Segala fakta yang di dapat dalam oemeriksaan penderita, interprestasinya

untuk menegakkan diagnose : dari anamnese, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaandengan alat-alat kedokteran dan sebagainya. Juga termasuk fakta yang dikumpulkanoleh pembantu-pembantunya. Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dalamApotik harus pula rnerahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan oleh dokterkepada pasiennya. Merahasiakan resep dokter adalah sesuatu yang penting darietik pejabat yang bekerja dalam Apotik.

' Pasal}

Berdasarkan pasal ini orang (selain dari pada tenaga kesehatan) yang dalam

:,'ii:. , i l l

';,

r,iii' I

7l

Page 77: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetah{ri keadaan sisakit

{Uuit ; yang tidak maupun yang belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban

menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan sisakit.

Dengan demikian para mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi. Altli farmasi, ahli

laboratorium, ahli sinar, bidan, para pegawai, murid para medis dan sebagainya

menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan sisakit. Menteri kesehatan dapat

menetapkan, baik secara umuln, rnaupun secara insidentil, orang-orang yang wa-jib menyimpan rahasia kedokteran, misalnya peggwai tata usaha rumah-rumahsakit Can laboratorium

Pasal 3Cukup Jelas

Pasal 4Berdasarkan Pasal 322 KLIHP maka pembocoran rahasia jabatan, dalam hal iniralrasia kedokteran, adalah suatu tindak pidana yang dituntut atas pengaduan(kachdelict), apabila kejahatan itu ditujukan pada seseorang tertentu. Demikepentingan umum Menterr Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoranrahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduanSebagai contoh:Seorang pejabat kedokteran berulang kali mengobrolkan didepan orang banyaktentang keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian iamerendahkan martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orangkepada pejabat-pejabat kedokteran.

:

Pasal 5Berdasarkan pasal ini Menteri Kesehatan dapat meminta kepada instansi yangberwenang (umparna untuk urusan mahasiswa kepada Departemen PTIP dansebagainya) agar mengambil tindakan administratif yang wajar bilamana dilanggarwajib simpan rahasia kedokteran ini.

Pasal 6Menteri Kesehatan membentuk Dewan Perlindungan Sosial Kedokteran justru

untuk mendapat nasehat dalam soal-soal susila kedokteran.

Pasal 7 dan 8

Cukup jelas

MengetahuiSekretaris Negara.

trd.

Moch.Ichsan

72

Page 78: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Mengingat

PERATURAN N{ENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAN OMOR : 920/MENKESiPERDilVS6

TENTANGUPAYA PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang : a. bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraanupaya pelayanan kesehatan swasta secara merata,terjangkau dan dapat diterima oleh- masyarakat sesuaiSistem Kesehatan Nasional semakin meningkat danberkembang;

b. bahwa peningkatan dan pengembangan tersebut perludiatur, diawasi dan dibina untuk melindungi masyarakatagar upaya pelayanan kesehatan swasta bermanfaat bagimasyarakat;

c. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor: 523lMenkes/ Per/XI/1983 dipandang t idakmemadai lagi untuk menampung hal-hal tersebut di atas,oleh karena itu perlu diganti.

: | . Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomorl3l, Thmbahan Lembran Negara Nomor 2068);

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun1974 tentang Pokok Pokok Organisasi Departemen;

3. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor l5 Tahun1984 tentang Susunan Organisasi Departemen.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN RBPUBLIKINDONESIA TENTANG UPAYA PELAYANANKESEHATAN SWASTA DI BIDANG MEDIK.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksud dalam Pera'trran ini dengan:

a. Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik adalah merupakan bagianintegral dar i jar ingan pe. layanan medik yang diselenggarakan olehperorangan, kelornpok atau yayasan yang mel iput i terutama upayapenyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif);

b. Pelayanan Medik Dasar adalah pelayanan medik terhadap individu ataukeluarga dalam masyarakat yang di laksanakan oleh tenaga kesehatanmaksimal dokter umum atau dokter gigil

c. Pelayanan Medik Spesialistik adalah pelayanan medik terhadap individuatau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh dokter spesialisatau dokter gigi spesialis atau kelornpok dokter spesialis;

Page 79: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

d.

e.

fungri r*iuGdalah mencerminkan upaya pelayanan m.edik dengan

."tip".ti.bangkan imbalan jasa yang dapat dijangkau oleh masyarakat

dan menyediakan sebagian dari fasilitas pelayanan rawat nginap untuk or-

angyangkurang dan atau tidak mampu membayar sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku ;

Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan

pelayanan medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik,

petayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat

nginaP; :

Rurnah Sakit Khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan

pelayan medik spesialistik tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan

intaiasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat nginap;

Rumah Bersalin adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan

bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan

Keluarga Berencana serta perawatan bayi baru lahir;

Praktek Pelorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang

dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan

atau menggunakan Penunjang medik;

Praktek Berkelompok adalah penyelenggaraan pelayanan medik secara

bersama oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi

spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik;

Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) adalah tempal untuk memberikan

pelayanan medik dasar kepada waniia hamil, bayi dan anak prasekolah .

pelayanan Keluarga Berencana;

Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar

secara rawat jalan.

f.

g.

h.

J.

k.

a

BAB IIPELAYA NAN KESEHATAN SWASTA

DI BIDANG MBDTKPasal 2

Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik terdiri dari:

a. Pelayanan Medik Dasar;b. Pelayanan Medik Spesialistik

BAB IIIBENTUK PELAYANAN KESEHATAN

SWASTA DI BIDANG MEDIKPasal 3

Bentuk Pelayanan Meclik Dasar adalah :

a. Praktek Perorangan Dokter Umum;b. Praktek Perorangan Dokter Gigi;c. Praktek Berkelompok Dokter Umum;d. Praktek Berkelompok Doktcr Gigi;e. Balai Pengobatan;f. Balai Keseiahteraan lbu dan Anak;

74

Page 80: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

g. Rumah Bersalin;h. Pelayanan Medik Dasar lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 4

nentut< Pelayanan Medik Spesialistik adalah:a. Praktek Perorangan Dokter Spesialis;b. Praktek Perorangan Dokter Gigi Spesialis;c. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis;

- d. Praktek Berkelompok Dokler Gigi Spesialis;e. Rumah Sakit Umum;f. Rumah Sakit Khusus;

.g.Pe|ayananMedikSpesial ist ikT;; . ' tetapkanolehMenter iKesehatan.

:

PERSYARATANBagian Pertama

Lokasi

Pasal 5 |

Tempat Pelayanan Medik Dasardan Pelayanan Medik Spesialistik harus di tempatyang sesuai dengan fungsinya.

Bagian Kedua. Persyaratan Upaya Pelayanan Medik Dasar

Pasal 6

Praktek Perorangan Dokter umum dilaksanakan oleh seorang dokter umumdengan persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai Surat Izin Dokter dan Surat lzin praktek sesuai denganperaturan perundang,undangan yang berlaku;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandiAVC);

c. Mempunyai peralatan diagnostik dan terapi dokterumum dan peralatangawat darurat sederhana.

Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat ( l) dapat dibantu oreh te-naga para medis perawatan dan atau tenaga administrasi.

Pasal 7prattet Perorangan Dokter Gigi dilaksanakan oleh seorang dokter gigidengan persyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai Surat Izin Dokter dan Surat Izin Praktek sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menerap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/WC;

c. Mempunyai peralatan diagnostik dan terapi standar dokter gigi danperalatan gawat darurat sederhana.

Dalarn pelaksanaan sebagaimana dimaksuC ayat ( l ) dapat dibantu olehtenaga pararnedis perawatan dan atau tenaga adlninistrasi.

(1)

(2)

( l )

(2)

75

Page 81: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(r)

Pasal 8

Praktek Berkelompok Dokter Umum diselenggarakan oleh yayasan atauperorangan dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Dipimpin oleh seorang dokter umum sebagai penanggung jawab;b. Dilaksanakan oleh beberapa orang dokter umum;c. Masing-masing mempunyai Surat izin Praktek (SIP) sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang beflaku ;d. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari beberapa

ruang periksa, ruang tunggu. dan ruang kamar mandiAVC;e. Mempunyai peialatan diagnostik dan terapi dokter umum dan peralatan

- garvat darurat sederhana.

Dalanr pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (l) dapat dibantu olehbeberapa tenaga pada medis perawatan dan atau tenaga administrasi.

Pasal 9

Praktek Berkelompok Dokter Gigi diselenggarakan oleh yayasan atauperorangan dengan persyaratan sebagai berikut :a. Dipimpin oleh seorang dokter gigi sebagai penanggung jawab ;b. Dilaksanakan oleh beberapa orang dokter gigic. Masing-masing mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) sesuai dengan

peraturan Perundang-undangan yang berlaku;d. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari beberapa

ruang periksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/WC;e. Mempunyai peralatan diagnostik dan terapi standar dokter gigi dan

peralatan gawat darurat sederhana.

Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (l) dapat dibantu olehbeberapa tenaga para medis perawatan dan atau tenaga administrasi.

Pasal l0

Balai Pengobatan diselenggarakan oleh yayasan atau perorangan, denganpersyaratan sebagai berikut :a. Dipimpin minimal oleh seorang parameCis perawatan yang

berpengalaman di bawah pengawasan, bimbingan, dan pembinaanseorang dokter yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) sebagaipenanggung jawab ;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/lVC;

c. Memprrnyai fasilitas peralatan diagnostik dan terapi sederhana sesuaikewenangan peralvat dan peralatan gawat darurat sederhana sertamenyediakan obat-obatan untuk keperluan pelayanan medik dasar.

Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (l) dapat dibantu olehbeberapa tenaga para medis perawatan dan atau tenaga administrasi.

(2)

(1)

I a

(2)

( l )

(2)

76

Page 82: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

( l )

Pasal 1l ',

Balai Kesejahteraan lbu dan Anak diselenggarakan olch yayasan atauperorangan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Dipimpin minimal oleh seorang paramedis kebidanan yangberpengalaman di bawah pengawasan seorang dokteryang mempunyaiSurat Izin Praktek (SIP) sebagai penanggung jawab;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamhr mandiAVC;

c. Mempunyai fasilitas peralatan standar praktek bidan sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku;

Dalam pelaksanaan sebagalmana dimaksud ayat ( | ) dapat dibantu olehbeberapa tenaga paramedis perawatan/kebidanan dan atau tenagaadministrasi.

Pasal 12

Rumah Bersalin diselenggarakan oleh yayasan atau perorangan denganpersyaratan sebagai berikut:

a. Dipimpin oleh seorang paramedis kebidanan yang berpengalaman dibawah pengawasan seorang dokter yang mempunyai Surat Izin Praktek(SIP) sebagai penanggung jawab;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang persalinan dan ruang rawat nginap minimal l0 (sepuluh)tempat tidur dan maksimal 25 (dua puluh lima) tempat tidur.

c. Mempunyai fasilitas peralatan diagnostik bidan sederhanadan peralatangawat darurat sederhana serta menyediakan obat-obatan untuk keperluanpelayanan medik dasar.

Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat ( | ) dapat dibantu oleh mini-mal 2 (dua) orang paramedis kebidanan dan minimal 2 (dua) orang tenagaparamedis perawatan, tenaga administrasi, dan tenaga lainnya sesuai dengankebutuhan.

Bagian KetigaPersyaratan Upaya Pelayanan Medik Spesialistik

Pasal 13

Praktek Perorangan Dokter Spesialis dilaksanakan oleh seorang dokterspesialis dengan Dersyaratan sebagai berikut:

a. Mempunyai Surat Izin Praktek Spesialis sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang rnenetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/lVC;

c. Mempunyai peralatan kedokteran spesialistik dan peralatan gawatdarurat sederhana.

Dalam pelaksanaan Sebagaimana dimaksud ayat (l) dapat dibantu olehtenaga paramedis perawatan dan atau tenaga administrasi.

--*::. .1.,";.,

(2)

( l )

(2)

( l )

(2)

77

Page 83: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 14

(l) Praktek Perorangan DokterGigi spesialis dilaksanakan oleh seorang dokter' gigi spesialisdengan persyaratan sebagai berikut:

. a. Mempunyai Surat Izin Praktek dokterspesialis sesuai dengan peratumnperundang-undangan yang berlaku;

b. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari ruangperiksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/IVC;

c. Mempunyai peralatan kedokteran kedokteran gigi spesialistik danperalatan gawat darurat sederhana

(2\ Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (l) dapat dibantu oleh te-naga pararnedis perawatan dan atau tenaga administrasi .

' Pasal 15

( | ) Praktek Berkelornpok Dokter Spesialis diselenggarakan oleh yayasan atauorangan dengan persy,lftfan sebagai berikut:a. Dipimpin oleh seorang dokter umum atau dokter spesialis yang

. rnempunyai Surat Izin Dokter (SID) sebagai penanggung jawab;b- Dilaksanakan oleh beberapa dokter spesialis yang mempunyai Surat

izin Praktek Spesialis sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku;

c. Mempunyai satu tempat praktek yang menetap dan terdiri dari. beberaparuang periksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/WC;

d. Mempunyai peralatan kedokteran spesialistik sesuai dengan standardan peralatan gawat damrat sederhana sesuai bidang spesialisasinya-

(2) Persyaratan khususuntuk bidang spesialis tertentu ditetapkan oleh DireknrrJenderal Pelayanan Medik-

(3) Dalam pelaksanaarr sebagaimana dirnaksud ayat ( | ) dapat didampingi olehbeberapa dokter urnum dan dibantu oleh beberapa tenaga paramedisperawatan dan atau tenaga administrasi.

Pasal 16

Praktek Berkelompok Dokter Gigi spesialis diselenggarakan oleh yayasanatafr perorangan dengan persyaratan sebagai berikut:a- Dipimpin oleh seorang dokter gigi atau dokter gigi spesialis yang

rnempunyai Surat Izin Dokter (SID) sebagai pcnaggung jawab;b. Dilaksanakan oleh beberapa dokter gigi spesialis yang rpmpunyai surat

lzin praktek Spesialis sesuai dengan peraruran perundang-undanganyang berlaku;

c- Mempunyai satu tempat prdktek yang menerap dan terdiri dari beberaruang periksa, ruang tunggu, dan ruang kamar mandi/WC;

d. Mempunyai peralatan kedokteran gigi spesialistik dan peralatan Eawatdan sederhana.

Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayar ( l) dapat didampingi olehbeberapa dokter gigi dan dibantu oleh beberapa tenaga paramedis perawatandan atau tenaga administrasi.

a j .

l

I

I' l '- i -

( l )

(2)

78

Page 84: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

, , ]

Pasal l7

Rumah Sakit Umum diselenggarakan oleh yayasan dengan persyaratan se-

bagai berikut:a.

- Dipimpin oleh seorang dokter yang bekerja penuh-(tidt meranglappada unit keda lain) dan telah mempunyai Surat Izin Dokter (SID)

sebagai penanggung jawab;

b. Harus mempunyai gedung yang terdiri dari :

I . bangunan atau ruangan untuk rawat jalan dan gawat darurat;2. bangunan instalasi penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi,

dan sebagainya;3. bangunan pcmbina sarana rumah sakit yaitu gudang, bengkel, dan

sebagainya;4. bangunair rawat nginap minimal 50 (lima puluh) tempat tidur;

5. banlunan administrasi, ruang tenaga medis dan paramedis;6. banlunan instalasi nonmedis yaitu ruang dapur, ruang cuci dan

sebagainya;7. taman dan temPat Parkir;8. bangunan-bangunan lain yang diperlukan.

c. Luas bangunan sebagaimana dimaksud huruf (b) adalah denganperbandingan minimal 50 m2 (lima puluh meter persegi) untuk I (satu)

tempat tidur;

d. Luas tanah unnrk bangunan tidak bertingkat minimal I rn (satu setengah)kali luas bangunan yang direncanakan;

e. Luas tairah untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas tanahuntuk bangunan lantai dasar;

f. Mempunyai tenaga medis, paramedis perawatan, paramedis nonperawatan dan non medis yang berpedoman pada standarisasiketenagaan Runrah Sakit Pemerintah;

g. Mempunyai peralatan medis, penunjang medis, normedis dan obat--

obatan yang berpedoman pada standarisasi Rumah Sakit;

h. Mempunyai susunan organisasi dan tata kerja yang berpedornan padastandarisasi Rumah Sakit;

i. Standarisasi dimaksud dalam huruf g dan h, ditetapkan oleh DirekturJenderal Pelayanan Medik.

Semua renaga medis yang bekerja di Rumah Sakit Umum tersebut harusmempunyai Surat lzin Praktek sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Yang berlaku'

Pasar lg

Rumah Sakit Khusirs diselenggarakan oleh yayasan dengan persyaratan

sebagai berikut :

a. Dipimpin oleh seorang dokter umum atau dokter spesialis sesuai denganbidang-py3 yang bekerja permh (tidak merangkap pada unit kerja lain) dantelah hempunyai Surat ijin Dokter (SID) sebagai penanggung jawab;

b. Harus mempunyai gedung yang terdiri dari :

I . bangunan rawat jalan dan gawat darurat;

(2)

( t )

79

kl,{l

Page 85: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

d.

e,

a

h.

l .

(2)

2. bangunan instalasi penunjang medik yaitu laborator{rrm, radiologi, dansebagainya;

3. bangunan pembina sarana runrah sakit yairu gudang, bengkel, dansebagainya.

4. bangunan rawat nginap minimal 50 (lima puluh) tempat tidur;5. bangunan administrasi, ruang tenaga medis dan pararrredis;6. bangunan instalasi nonmedis yaitu ruang dapur, ruang cuci, dan

sebagainya7 - taman dan ternpat parkir;8- bangunan-bangunan lain yang diperlukan sesuai dengan firngsinya.

Luas bangunan sebagaimana dimaksud huruf (b) adalah denganperbandingan minimal50 m2 (limapuluh meter persegi) untuk | (satu) tempattidun

Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat rninimal I ln (saru setengahkali luas bangunan yang direncanakan

Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas tanah untukbangunan lantai dasar;

Mempunyai tenaga medis, pararnedis, perawatan, paramedis non perawatannonmedis, dan tenaga medis spesialistik sesuai dengan kekhususannya yangberpedornan pada standarisasi Rumah Sakit;

Mempunyai susunan organisasi dan tata kerja yang berpedoman padastandarisasi Rumah Sakit:

Standarisasi dimaksud dalarn huruf G dan h, ditetapkan oleh DirekturJenderal Pelayanan Medik.

Semua tenaga medis yang bekerja pada Rumah Sakit khusus tersebut harusrnempunyai Surat Izin Praktek sesuai dengan peraturan-undangan yangberlaku.

Pasal 19

Persyaratan dalam Bab IV oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatandapat diadalian ketentuan khusus sesuai dengan keadaan wilayah yang bersangkutandengan persetujuan Menteri Kesehatan.

*"*ff'Jo"Pasal 20

Unnrk nnndirikan dan rnenyelenggarakan Pelayanan Medik dan Medik Spesialistiksebagairnana dimaksud dalam Pasal 3 hunrf (a) dan huruf (b) serta Pasal 4 huruf(a) dan hunrf (b) harus memenuhi ketentuan yang diaturdalam Peraturan MenteriKesehatan Republik IndonesiaNomor559/Menke.s/Per/xfl98lNomor 560llvlenkes/PerDff I 98 I, dan Nornor 56 I /lVfenkes/PerDil I 98 I .

' Pasal 2I

(l) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan Pelayanan Medik Dasar seba-gaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (c) sampai dengan (h) harusmemperoleh izin dari Mbnteri Kesehatan yang didelegasikan kepada KepalaKantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat.

I

a

80

Page 86: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

l . l

!(2)

( l )

Tata cara untuk memperoleh izin sebagaimana dimEksud dalam ayat (l)diatur oleh Direklur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Pasal22

Untuk mendirikan dan menyelenggarakan Pelayanan Medik Spesialistik se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf (c) sampai dengan (g) harusmemperoleh izin dari Menteri Kesehatan yang di delegasikan kepadaDirektur Jenderal Pelayanan Medik.

(2) Tata cara untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)diqtur oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

Pasal 23

Izin untuk menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medikberlaku untuk 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui dengan mengajukanpermohonan baru.

BAB VIPENYELENGGARAAN

Pasal 24

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik diselenggarakanberdasarkan fungsi sosial dengan memperhatikan prinsip kelayakan.

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik harus memberikanpertolongan pertama kepada pencierita gawat darurat tanpa memungut uangmuka terle

bih dahulu.

r l

i ii lt {}T

t filt l. l li lr i I

f i li i ti r I

iti it, i l l

iiiiliill

liliirilirrilill

,irlllir ' , i l i i l i i l

,:iiililiir;riiilill

( t )

(2)

(3)

( t )

( l )

(2)

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang dilengkapi saranarawat nginap harus menyediakan 25Vo (dua puluh lima persen) dari jumlahtempat tidur yang tersedia untuk orang yang kurang dan atau tidak mampumembayar.

Pasal 25

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik Wajib melaksanakanpencatatan dan pelaporan.

Thta cara pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)di laksanakan sesuai den gan ketentuan peraturan peru ndan g-undangan yangberlaku.

Pasal 26

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik wajib membantu pro-gram Pemerintah di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat, pro-gram kependudukan dan Keluarga Berencana.

Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik wajib bekerja samadengan Upaya Pelayanan Kesehatan Pemerintah di bidang medik dalamrangka rujukan medik, pendayagunaan tenaga medis dan pendayagunaanperalatan medik canggih.

8l

(2)

Page 87: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB VIITARIFPasal27

Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik berpedomankepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan mem-perhatikan pertimbangan dari Organ i sasi Profesi setempat.

BAB VIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 28

Pembinaan dan pengawasan Upaya Pelayanan Medik Dasar menjadi tanggungjawab DirekturJenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat tanggung jawab wilayah.

Pasal 29

Pembinaan dan pengawasan Upaya Pelayanan Mcdik Spesialis menjadi tanggungjawab Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

BAB IXTINDAKAN ADMINISTRATIF

Pasal 30

Pelanggaran atas nama ketentuan Pasal 20, 21,22,23,24,25 danPasal 26 dikenakantindal<an berupa tindakan administratif sampai dengan pencabutan izin sementaraatau pencabutan izin tetap.

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31 l

Pada saai berlaku Peraturan Menteri Kesehatan ini, maka sernua penyelenggaraanUpaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang telah ada disesuaikandengan Peraturan Menteri Kesehatan ini dalam jangka waktu selambat-lambatnya3 (t iga) tahun.

BAB XIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan ini ditetapkan oleh DirekturJenderalPembinaan Kesehatan Masyarakat dan DirekturJenderal pelayanan mediksesuai dengan bidang tugasnya.

**ri'*+!

tt

i lItF

F

IvF.

!'' :i;'

ii i ,

s,frI,ll

' I

t$

82

Page 88: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

pasal 33

Dengan berlakunya peraturan Menteri Kesehatan ini, rnaka :a. KeputusanMenteri KesehatanRepubliklndonesiaNomor6TTgl/RSTahun

- 1963 tenrang Syarat-syarat pokok Mengenai Rumah Sakit Swasta:

b' Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5231N{enkes/pcr/XU lgSztenrang Upaya pelayanan Medik Swasta;

; c' Kepurusan DirekturJenderal Pelayanan Kesehatan, Departernen KeschatanRepublik Indonesia Nomor 895Menkes /PPL/81 tentang pelayanan Kese-hatan Swasta

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 34

Peraturan Menteri Kesehatan ini murai berraku pada tanggar ditetapkan j'l

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan $^ Menteri ini dengan penempatannya Dalam Berita Negara Republik Indonesia. ji

1;Ditetapkandi :JAKARTA ; jPada tanggai : 17 Desember 19g6. ,l

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA.

ttd.

Dr. Suwardjono Surjaningrat

f i

' , ,1

l i lJl

I : !. i i ,

Li fl

83

Page 89: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

PERATURAN MENTBRI KESEHATAN REPUBLI#iNNONcsuNOMOR : 84/MENKES/PERAI I 1990

TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH INDONESIA

NO. 92OA4BNKES/PER/XIV1986 TENTANGUPAYA PELAYANAN KESEHATAN SWASYA DIBIDANG MEDIK

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a bahwa untuk meningkatkan peran serta swasta dalam

penyelenggaran upaya pelayanan kesehatan dibidang

medik perlu memberikan kesempatan kepada badan

hukum tertentu la innya untuk berperan dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada nrasy arakat.

b. bahwa sehubungan dengan huruf tersebut diatas perlu

diadakan perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 92OlMenkes/Per/XIVI 986 denean Peraturan

Menteri Keselratan

Mengingat : | . Undang-undangan Nomor 9 tahun | 960 tentang Pokok

pokok Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 4 tahun 1984 tentang wabah

Penyakit N4enular.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/

XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta

dibidang Medik

Mcnetapkan

MEMUTUSKAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERIKESEHATAN NCMOR/920IMENKES/PER IXIII I 986TENTANG UPAYA PELAYANAN KESEH ATAN SWA STA

DIBIDANG MEDIK

84

Page 90: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal I

Mengubah dan nrenambah ketentuan pasal I huruf a sehingga berbunyi sebagaiberikut :

l. Pasal I huruf a

Yang dimaksud dalam Peraturan ini dengan :

Pelayanan kesehatan swasta dibidang medik adalah merupakan bagianintegral dari jaringan pelayanan medik yang diselenggarakan olehperorangan, kelompok, yayasan, atau badan hukum Iainnya yangmeliputi upaya penyembuhan (kuratifl dan pemulihan (rehabilitatif;

disamping upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif);

Untuk selanjutnya semua amar yang berbunyi perorangau, kelompokatau yayasan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 harus ditambah dengan Badan Hukum lainnya.

Pasal II

Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan peraturan

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

Ditetapkan di : JAKARTApadatanggal : 9 Februari 1990

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

b.: ., i

i l. l{i

: i

;; t i

i'i. i

. : .1i!

; i' i l. : r l: ir i

: : I

i l

it: l l :' i l ,

, l l l: i l l -

, : : ; lr ; l l, l I

, i li , i l l

: : ! !I t Ir [ [: i t lr i Iif tl, ' i t l

t , '

,] ti, i l l li i i l

I tti:t l ii t I

, i i i i:i tIt i t l

, r l i : ii ; l il : i l; , ., l l i l' i 'L ;

i ; i i .. : i : l l :

" i . r 'i l i l l i

. . i l i l1" l i l l ll1l

. . I l i i l l.i trl ll

trd.

85

DT. ADHYATMA, MPH

Page 91: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JL. H.F. BASUNA SAID BLOK X5 KAV NO. 4-9. PO. BOX : 3097, 1196 JAKAHTA 129s0

TELEPON : 5201590(HUNTING)

FAKSIMII : s261814, s20387A

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIKDEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : HK. 00.06.3.5.5797

TEN'TANG

PETUNJUK PELAKSANAA N UPAYA PELAYANAN KESEHATANSWASTA

DIBIDANG MEDIK SPESIALIS

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang : a. bahwa Surat Keputusan Direktur Jenderal PelayananMedik Nomor 098/Yanmed/P.S KS/ 1 986 tentang PetunjukPelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XlU | 9 86 tentang Upaya Pel ay an an Keseha-tan Swasta di bidang Medik, khususnya bentuk pelayananmedik spesialistik sudah tidak sesuai lagi, oleh karena ituperlu ditinjau kembali.

bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas, perluditetapkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PelayananMedik tentang Petunjuk Pelaksanaan Ltpaya PelayananIr4edik Spesialistik.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992tentang Keseha-tan (Lembaran Negara Thhu n 1992 Nomor 1 00, ThmbahanLembaran Negara Nomor 3195);

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Thhun 1992 tentang Te-naga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor49, Thmbahan Lembaran Negara Nomor 3637);

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tent.angPokok-pokok Organi sasi Departemen ;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 5 5 8/lvlenkes/Sl01984 tentang Organisasi dan Tata Kerja DepartemenKesehatan;

Peraturan Menteri Kesehatan Numor 92O/lvlenkeslPerlXIVl986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta diBidang Medik;

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor O735/Tvlenkes/SK/I995 tentang Penyerahan Secara Nyata SebagianUrusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan KepadaPemerintah Propinsi Daerah Tingkat I dan PemerintahKabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat Il .

Mengingat : l.

b.

2.

3.

4.

5.

6.

86

Page 92: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTBMEN KESEHATAN R.I.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MBDIK

JL H.R. BASUNA SAIO BLOK X5 KAv. NO. 4-9 - P.O. BOx : 3097. 1196 JAI(ABTA tzg|n

TELEPON : 5201590{HUNTING)

FAKSIMIL : 526181a. 5203872

MenetapkanPertama

Kedua

Ketiga

Keempat

MEMUTUSKAN

Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik DepartemenKe.sehatan RI Tentang Petunjuk Pelaksanaan UpayaPelayanan Kesehatan Swnsta Dibidang Medik Spesialistik.

Ketentuan tata cara dan persyaratan upaya pelayanan kese-hatan swasta di bidang medik spesial ist ik sebagaimanatercantum dalam lampimn keputusan Ini.

Dengan di tetapkannya Keputusarr Direktur JenderalPelayanan Medik tentang Upaya Pelayanan MedikSpesialistik ini. maka Keputusan Direktur Jenderal PelayananMedik Nomor 09811987 tentang Petuniuk Pelaksanaan Per-atu ran Menteri Kesehatan Nomor 92O/MenkeVPe r/XII/ | 986tentang UpayaPelayanan Kesehatan Swastadi Bidang Medikdicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tan-egalditetapkan.

DITETAPKANDI : JAKARTAPADATANGCAL : ITAPRIL 1998

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

ttd.

Dr. H. Soejoga.IvIPH.

r i ii , i

i : ! r. l i l, ] i l

r : l li i li !; i iii li:t l i

, i l l

iiiiitti,,lliil,iilill ;|ii ; i i!i'il; i i li itli'iil

i.'ii: l i i l l

iiitl',rliil87

Page 93: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Lampiran

Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan MedikNomor : HK.00.06.3.5.5797

tanggal : l7 APRIL 1998

Tentang

Petunjuk Pclaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Srvastadibidang medik spesialistik

I. PENDAHULUAN.

l . Umum

Dalarn Undang-undang Nomor 23 Talrun 1992 tentang Kesehatan,disebutkan antara lain bahwa untuk penyelenggaraan upava kesehatanperlu didukung oleh sumber daya kesehatan yang berupa tenagakesehatan. saraua dan perbekalan;

Sebagai peiaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tersebut,telah dikeluarkan Peraturan Pcmerintah nomor 32 tahun 1996 tentangTenitga Kesehatan yang antara lain mengatur pc-rizinan bagi tenagakesehatan tertentu yarrg akan melakukan upaya kesehatan;

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.iuganrenyatakan bah wa penye lenggaraan saran :r kesehatan haru.s rne rni I i kii j in;

Untuk tnenjamin keseragaman dzrlam pelaksanaan perryelenggaraanupaya pelayanan kesehat:rn khrrsusnya dibidang rnedik spesial ist ikdipandang perlu petunluk pelaksanaan baik yang berkaitan denganbentuk upaya penyelenggaraannyu r-rlaupun persyaratan yang harusdipenuhi bagi setiap perryelenggara upaya tersebut.

2. Dasar

l\Iengingat :

er. Undang-undang Nonror 23'Tirhun 1992 tentan-e Kesehatan (LembaranNegarir talrun 199? Nornor 100. tambahart l-embitran Ne-9ura Nomor349.5).

b. Pcraturln Perncrintalr Nornor 3r tahun 1996 tcntang T'en:rga Kesehu-tan (l-c'rrbaran Ncgarir Tirhurr 1996 Nomor 49. titrrtbithan l-embaranNegara Nouror 36.j7):

;ifI

- r rrS

t

.$I

;' t t

a

t*,

t,*I*'*iF

$t

itI

ir t r

z*1!

. ; rr i ,

i;t!

- *r

a.

b.

c.

d.

- f -

88

Page 94: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

' t

c. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tdntang Pokok-pokokOrgani sasi Departemen ;

d. Keputusan Presiden RI Nomor 558 tahun | 984 tentang Organisasi danTata Kerja Departemen Kesehatan RI;

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920 Tahun I 986 tentang UpayaPelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.

f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 0735/Menkes/SK./VIVl995,tentang Penyerahan secara nyata sebagian urusan pemerintahan dalambidang kesehatan kepada pemerintah propinsi daerah tingkat I danpemerintah kabupaten/kotamadya daerah tingkat iI.

Maksud dan'Ibjuan.

Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan agar setiap penyelenggaraan upayakesehatan dan para pejabat yang terkait dapat memahami peraturanperudang-undangan yang berlaku dengan tujuan sebagai pedoman dalampelaksanaan penyelenggaraan upaya pelayanan medik spesialistik.

Pengertian.

a. Pelayanan Kesehatan Swasta tlibidang Medik adalah pelayanan yang

merupakan bagian integral dar i ja l ' ingan pelayanan medik yang

diselenggarakan oleh perorangan, kelompok, yayasan atau badan hukum

Iainnya yang meliputi terutama upaya penyembuhan (kuratif) danpemulihan (rehabilitatifl ;

Pelayanan Medik Spesialitik adalah pelayanan medik terhadap individu

atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleb dokter spesialis

atau dokter gigi spesialis atau kelompok dokter spesialis.

Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakanpelayanan medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik,pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan

rawat inap.

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan

pelayanan medik spesialistik tertentu, peiayanan perrunjang medik,

pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan

rawat inap.

Praktek perorangan dokter spesialis adalah penyelenggaraan pelayanan

medik spesialistik oleh dokter spesialistik atau dokter gigi spesialis

dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

Praktek berkelompok dokter spesial is adalah penyelenggaraan

pelayanan medik spesialistik secara bersama oleh dokter spesialis atau

dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

3.

4.

' I

:l, i;

,il'.1 |J i' i I! t

' l l[ |t i

:t l il l lf l j

' ! l l' i i ll i ltil,t{I ; : l

iiji: r li l t

iirii l ; lilii i i l

' l l l l] i l l l

I ilii

b.

c.

d.

e.

f.

89

Page 95: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

g. Fungsi sosial adalah fungsi inst i tusi pelayanan medik yangmencerminkan upaya pelayanan medik dengan mempertimbangkanimbalan jasa yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan menyediakan

' sebagian dari fasilitas pelayanan, termasuk pelayanan rawat inap, un-. tuk orang yang kurang dan atau tidak mampu membayar, sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

If. Bentuk Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik Speasialistik.

Sarana kesehatan swasta di bidang medik spesialistik dapat berbentuk

a. praktek perorangan dokter spesialis.b. praktek perorangan dokter gigi spesialis.c. praktek berkelompok dokter spcsialis.d. praktek berkelompok dokter gigi spesialis.e. rumah sakit umum.f. rumah sakit khusus.g. pelayanan rnedik spesialis lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

m. PersyaratanPenyelenggaraan.

I. Praktek Perorangan.Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis.

a. Mempunyai surat ij in praktek spesialis sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku ;

b. Mempunyai peralatan kedokterandarurat sederhana.

dan peralatan gawat

c. Dapat dibantu oleh tenaga paramedis dan atau tenaga adminsitrasi.

2. Praktek Berkelompok Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis.

a.b.

c.

d.

e.

f.

go'

Diselenggarakan oleh perorangan, yayasan atau badan hukum.Dipimpin oleh seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, ataudokter gigi spesialis yang mempunyai surat ij in praktek (SIP) sebagaipenanggunglawab;Dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis yang masing-maging mempunyai surat ijin praktek spesialis sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku ;Mempunyai satu tempat praktek yang menetap yang telah memilikiijin penyelenggaraan sesuai dengan peraturan pe.rundang.undanganyang berlaku;Mempunyai peralatan kedokteran/kedokteran gigi spesialistik sesuaidengan standar dan peralatan gawat darurat sederbana sasuai bidangspesialisasinya;Dalam pelaksanaan pelayanan Sebagaimana dimaksud di atas, dapatdidampingi oleh dokter umum dan dibantu oleh tenaga paramedis danatau tenaga administrasi ;Praktek berkelompok dokter spesialis harus diberi nama tertentu, yangdapat diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatanyang telah meninggal dunia atau nama lain yang sesuai denganfungsinya;

90

Page 96: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

T ' ' lE?- '

h. Pelayanan praktek berkelompok dokter spesialis merupakan konsultasi,diagnostik, terapi, tindakan medik tanpa anestesi umum dan tanpa rawatinap.

i. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medik irus mengikuti ketentuanyang berlaku;

j Bagi praktek yang dibuka untuk 24 jam harus :- mempunyai dokter jaga yang setiap saat berada di tempat;- mempunyai dokter spesialis "on call" (dapat dipanggil sewaktu-

waktu sesuai dengan jadwal).- mempunyai paramedis minimal satu orang yang setiap saat berada

di tempat.

k. Thta ruang bangunan sarhna penyelenggaraan upaya meliputi :- minimal mempunyai dua ruang periksa, satu ruang administrasi,

satu ruang tunggu, satu ruang penunjang sesuai kebutuhan, dan satukamar mandiAVC;

- setiap ruang periksa mempunyai luas minimal 3 x 4 m2;- semua ruangan memenuhi persyaratan khususnya ventilasi dan

penerangan yang cukup.

l. Memiliki peralatan :- set iap ruang periksa mempunyai. kedokteran;- peralatan penunjang medis dan non

ketentuan yang berlaku;- pengadaan penyediaan alat canggih harus berdasarkan analisa ke-

butuhan dan berkonsultasi dahulu dengan Kepala Kantor V/ilayahDepartemen Kesehatan setempat. Untuk aiat canggilr tefientu KantorWilayah Departemen Kesehatan seternpat konsultasi denganDirektur Jenderal Pelayanan Medik.

m. Menyediakan obat gawat darurat dan obat suntik yang diperlukan se-suai dengan pelayairan spesialisasi yang diberikan.

n. Bersedia dilakukan akreditasi.

IV. Tata laksana perizinan.

l. Prosedur menyelenggarakan praktek berkelompok dokter spesialis latau

dokter gigi spesialis;

a. Permohonan ijin penyelenggaraan dapat diajukan apabila bangunan danperalatan yang dipersyaratkan telah tersedia;

b. Pemohon ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Ke-sehatan setempat, dengan melampirkan :

- identitas lengkap pemohon/salinan syah akta pendirian badan hukumpemohon;

- salinan sah persetujuan lokasidari Pemerintah Daerah setempat;- salinan sah bukti hak pemilikan/penggunaan tanah dan bangunan,

rekomenda-si dari Dinas Kesehatan Daerah Tk. I, yang didasarkan atas:

minimal satu set peralatan

medis sesuai kebutuhan dan

t l

i ii lr li ii !lili ; iifii{;iillil,il] i i l

1riilililriiiililril,iit

9l

Page 97: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

'r adanya persetujuan dari Dinas Kesehatan Daertih rk. II setempat;- surat pernyataan pemohon (bermaterai cukup) yang menyatakan

akan tunduk serta patuh pada ketentuan-ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

c. Kepala Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi setempat daram waktu25 hari kerja, mengeluarkan :1 surat ijin penyelenggaraan sarana keqehatan;2. surat penolakan, beserta alasannya;3. surat pemberitahu an agar memperbaiki/merubah permohonannya.

V. Jenis dan masa berlakunya ijin penyelenggaraan.

I . Ijin penyelenggaraan praktek berkelompok dokter spesialis atau dokter gigispesialis berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukanpermohonan 3 bulan sebelum habis masa berlakunya ijin.

2. Ijinpenyelenggaraan iidak berlaku atau berakhir apabila :a. masa berlakunya telah habis;b. permohonan penyelenggara untuk menutup kegiatan praktek;c. dicabut oleh Kepala Kanwil Departemen Kesehatan setempat bagi

praktek berkelompok yang tidak lagi melaksanakan kegiatan selama ltahun atau tidak lagi menjalankan kegiatan sesuai dengan tugas danfungsinya atau ada pelanggaran etik dan profesi yang berat sesuaiketentuan yang berlaku.

VI. Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit.

l. Nama rumah sakit :a. tidak boleh memakai nama orang yang masih hidup;b. Penamaan rumah sakit sesuai dengan misi tugas dan fungsinya dan

telah disetujui oleh Kepala Kanror Wilayah Propinsi setempat.

2. Lokasi.Lokasi rumah sakit harus sesuai dengan anailisa kebutuhan pelayanan ke-sehatan dan rencana Umum Tata Ruang Kota/Daerah setempat.

3. Organisasi.a. mempunyai pengaturan kedudukan, tugas, fungsi, tanggung jawab,

susunan orgsnisasi, tata kerja dan tata laksana rumah sakit yang sesuaikelas rumah sakit dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Struktur organisasi terdir i dar i unsur pimpinan, unsur bantuanadministrasi dan bantuan medis teknis yang berpedoman pada organisasirumah sakit pemerintah;

c. badan hukum selaku pemilik rurnah sakit bertanggung jawab terhadap:

I .

l rI

bIsi,

**$F

I92

Page 98: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4.

- pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berh'bungandengan perumah sakitan;

- penggunaan dana./bantuan yang diterirna untuk rumah sakit.d. Rumah sakit diharuskan menririki Dewan penyantun Rumah sakit yang

mempunyai tugas memberikan sarar/nasehat kepada pemilik *rnuhsakit dan direktur rumah sakit dalam penyelenggaraan dan pengelolaanrumah sakit. Anggota Dewan penyantun Rumah sakit dipilih dandiangkat oleh Badan Hukum pemilik rumah Sakit.

Bangunan.a. Jumlah tempat tidur minimal:

- rumah sakit umum milik badan hukum sosial : 50 tt- rumah sakit umum milik badan hukum lain : 100 tt- rumah sakit khusus : 25 tt

b. Iuas bangunan minimal 50m2 setiap penyediaan I tempat tidur.c. Iuas tanah :

- bangunan tidak bertingkat- luas tanah minirnal 1,5 kali luas bangunan;- bangunan bertingkat = luas tanah minimal 2 (dua) kali luasbangunan lantai dasar.

d. tanah di luar bangunan dipergunakan untuk lapangan parkir, tamandan jalan.

e. bangunan/ruangan rumah sakit minimal terdiri dari :- ruangan rawat inap dengan jurnlah tempat tidur sesuai ketentuan;- ruangan rawat jalan;- ruangan rawat darurat;- kamar operasi;- ruangan instalasipenunjang medik minimal mempunyai laboratorium,

radiologi dan pelayanan obat;- ruangan penunjang sarana rumah sakit yaitu: gudang, dapur, tempat

cuci, bengkel sederhana dan kamarjenazah;- ruangan administrasi, ruang tenaga medis, ruangan paramedis dan

ruang pertemuan staf.f. seluruh bangunan berpedoman pada standarisasi bangunan rumah sakit

pemerintah yang disesuaikan dengan kelasnya.g.seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, bebas

polusi, fentilasi, penerangan, tenaga, dan sistem pemadarn kebakaran yangakurat.

h.Diwajibkan mempunyai sistem keselamatan kerja, kebakaran dankewaspadaan, bencana. .

i. Tersedianya fasilitas listrik dan penyediaan air minum setiap hari selama24 jam yang memenuhi persyaratan kesehatan.

j. Tenedianya pengolahan air limbah dan pembuangan sampah sesuai denganperaturan yang berlaku.

Peralatan/kelengkapan.

, :i

:1.

i

. i

I

j i

" i

T

i i l

5.

93

Page 99: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

peral atan/kelen gkapan medik dan penunjang nredik disesuai kan dengankelas rumah sakit dan pelayanan yang diselenggarakan dan berpedomanpada standar pelayanan medik/penunjang medik yang berlaku.pengadaan peralatan canggih harus berdasarkan analisa kebutuhan dankelas rumah sakit serta terlebih dahulu melakukan konsultasi denganKantorWilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat. Untuk alatcanggih tertentu Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempatkonsultasi dengan Direktur Jenderal Pelayanan Medikpersediaan obat-obatan berpedoman pada DOEN tan formularium ru-

. mah sakit yang kelasnya setingkat dengan rumah sakit pemerintah.Peralatan/kelengkapan non medis yang harus disediakan:- perlengkapan kebutuhan rawat inap, rawat darurat dan rawat jalan;- perlengkapan kebutuhan dapur dan cuci (kitchen dan laundry);- perlengkapan kebutuhan perkantoran;- perlengkapan perbengkelan sederhana dan pemadam kebakaran

sesuai kebutuhan:- perlengkapan/peralatan pengelolaan limbah dan sampah;- alat transportasi pasien, elevator/lift dan ram untuk gedung-gedung

bertingkat.

6. Ketenagaana. Direktur rumah sakit adalah seorang dokter (dokter umum atau dokter

spesialis) yang lnempunyai pengetahuan dan keterampilan manajemenrurnah sakit, bekerja purnawaktu dan berkewarganegaraan Indonesiadengan batas umur maksimal 70 (tujuh puluh) tahun.

b. Direktur rumah sakit diangkat dan diberhentikan cleh Badan HukumPemilik Rumah Sakit dengan surat keputusan dan sepengetahuan sertatidak ada keberatan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Keseha-tan setempat.

c. Jumlah tenaga medis, paramedis dan non medis yang dipekerjakan se-suai dengan kebutuhan dan berpedoman pada kelas rumah sakit cianperaturan ketenagaan rumah sakit yang berlaku. Jumlah tenaga medispurna waktu sesuai dengan kelas rumah sakit minimal 2 (dua) orang.

d. Tenaga medis, paramedis dan non medis purna waktu mempunyai suratpengangkatan dari direktur rumah sakit.

e. Tenaga medis yang bekerja secara paruh waktu mempunyai ijin atasan

f.langsung dari instansinya.Semua tenaga medis mempunyai surat penugasan (SP) yang dikeluarkanoleh Departemen Kesehatan dan surat ijin praktek (SIP) sesuai denganketentuan yang berlaku.Pen ggu naan tenaga medi s asin g hanya diperbolehkan sebagai konsu ltan,tidak memberi pelayanan serta memenuhi persyaratan yang berlakubagi tenaga medis asing yang bekerja di Indonesia sesuai ketentuanyang berlaku.Penggunaan tenaga medis asing dalam rangka pelayanan yang bersifatsosial harus bekerjasama dengan fakultas kedokteran dan ikatan profesi/organisasi profesi setempat dan mendapat ijin dari Direktur JenderalPelavanan Medik.

a.

b.

c.

d.

gb'

h.

94

Page 100: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

7. Tarip.a. Ketentuan tarif ditetapkan oleh Badan Hukum Pemilik Rumah Sakit

dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan rumah sakit dankemampuan membayar dari masyarakat, serta peraturan polatarif unnrkrumah sakit swasta yang berlaku/Keputusan Menteri Kesehatan RI No.Z8ZlMenkes/S K/IIV I 99 3 tentang Pol a Tari p Rumah S akit S wasta.

b. Penetapan besaran tarip untuk kelas III berpedoman pada pagu taripdari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat.

8. Kegiatan pelayanan

a. memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai dengan standarpelayanan rumah sakit, standar pelayanan medik dan prosedur tetapl

b. melaksanakan kegiatan rekam medik serta pencatatan dan pelaporan

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.

c. menyelenggarakan administrasi keuangan sebagai kegiatan administrasi

rumah sakit yang dipertanggungawabkan direktur rumah sakit kepadapemilik rumah sakit.

d. mempunyai buku keuangan yang dapat Ciperlihatkan apabila suatu hal

tertentu diperlukan pemeriksaan.

e. bersedia dilakukan akreditasi rumah sakit.

f. telah memiliki ijin penyelenggafturn.

VII. Perijinan Penyelenggaraan Rumah Sakit.

Jenis ljin:

a. Ijin mendirikan rumah sakit:

- rjin ini diberikan untuk mendirikan/membangun rumah sakit.

- lama berlakunya ijin 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang I (satu)

kali dengan lama berlaku I (satu) tahun.

- rjin mendirikan rumah sakit diterbitkan oleh Kepala KantorWilayah

Departemen Kesehatan Propinsi setempat, berdasarkan rekomendasi

dari Kepala Dinas Kesehatan Daerah tingkat I.

Untuk rumah sakit dalam rangka penanaman modal asing dan dalam

negeri akan diatur dalam peraturan tersendiri.

b. Ijin menyelenggarakan rumah sakit :

- tjin ini diberikan untuk menyelenggarakan rumah sakit atau melak-

sanakan kegiatan rumah sakit (operasional rumah sakit), diberikan

selama rumah sakit dapat melaksanakan kegiatannya dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan.

1.

t i

95

Page 101: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Urn=draJuk-an ke-pa-da Direktur Jenderal Pelaianan Medik olehpemchon setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut :o telah selesainya bangunan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat,

kamar operasi, ruang laboratorium, mang farmasi, ruang radiologidan ruang perkantoran yang sesuai deirgan kelas dan persyaratanbangunan rumah sakit.

o telah adanya direktur rumah sakit yang purna waktu, tenagamedis, paramedis dan non medis sesuai dengan kelas danpersyaratan ketenagaan rumah sakit.

o Telah adanya peralatan/perlengkapan medik, penunjang medikdan non medik untuk rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,kanrar operasi, laboratorium, farmasi dan perkantoran sesuaidengan kelas dan persyaratan rumah sakit.

- ij in menyelenggarakan rumah sakit diterbitkan oleh DirekturJenderal Pelayanan Medik berdasarkan hasi l benta acarapameriksaan dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsisetempat bahwa rumah sakit swasta tersebut telah memenuhipersyaratan operasional.

- pemberian ijin menyelenggarakan rumah sakit dilakukan secarabertahap sesuai dengan pemenuhan kelengkapan :a. ijin berlaku selama 5 (lirna) tahun uniuk yang sudah lengkap

(memenuhi semua persyaratan), dan dapat diperpanjang lagisetiap habis masa berlakunya.

b. rumah sakityang bam memenuhi peryaratan minimal operasionaldiberi ij in uji coba menyelenggarakart selama 2 (dua) tahun.

2. Tata laksana permohonan ijin :

a. Ijin mendirikan rumah sakitl. Permohonan ijin diajukan oleh calon pemiiik rumah sakit dan

ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen KesehatanPropinsi setempat dengan tembusan disampaikan kepada Dinas Ke-sehatan Daerah Tingkat I dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

2. Berkas/data-data yang harus di lampirkan dalam pengajuanpermohonan ijin mendirikan rumah sakit adalah :a. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I setempat.b. Studi kelayakan dan master plan yang meliputi :

o analisa kebutuhan pelayanan dan rencana pengembangan;o analisa keuangan;o program fungsi;r kebutuhan ruang;

:o kebutuhan peralatan;o kebutuhan tenaga dan rencana mendapatkannya;o rencana kelas rumah sakit.

96

Page 102: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

c. Salinan/fotocopy yang sah akte notaris pefidirian yayasan ataubadan hukum pemohon.Salinan/fbtocopy yang sah sertifikat tanah atau surar penunjukanpenggunaan lokasi atas nama pernohon dari instasi yangberwenang atau akte notaris penggunaan tanah dan bangunan diatasnya dari pemiliknya.Ijin lokasi dari Pemda setempat.Surat pernyataan di atas kertas bermaterai cukup dari pemohonbahwa pemohon akan tunduk serta patuh pada peraturanperundang-undangan yang ber laku daiam bidangpenyelenggaraan rumah sakit.Upaya pemantauan/pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempatberdasarkan analisa kebutuhan pelayanan kesehatan di wilayahnya, harussudah menetapkan permohonan tersebut ditolak atau dikabulkan palinglambat 25 (dua puluh lima) hari kerja setelah diterimanya surat permohonandari calon pemilik rumah sakit, yang ditembuskan kepada Direktur JenderalPelayanan Medik.

Rumah sakit harus mulai dibangun, selambat-lambatnl'a I (satu) tahunsetelah ijin mendirikan diterima.

Apabila sebelum habis masa ber!akunya ijin, rumah sakit telah memenuhipersyaratan untuk dapat melaksakan kegiatal)nya, maka pemilik rumah sakitdapat mengajukan permohonan ijin menyelenggarakan nrmah sakit kepadaDirektur Jenderal Pelayanan Medik disertai hasil berita acara pemeriksaandari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat.

b. Ijin penyelenggaraan :

l. permohonan ijin menyelenggarakan rumah sakit diajukan olehpemil ik, di tujukan kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medikmelalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Prophsisetempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Daerah TK. Isetempat.

2. Berkas/data-data vang harus dilampirkan sebagai berikut :a. isian data rumah sakit.b. hasil berita acara pemeriksaan dari KantorWilayah Departemen

Kesehatan Propin.si setempat.c. surat permohonan dari Pemilik.d. surat pernyataan di atas kertas bermaterai cukup dari pemohon

bahwa pemohon akan tunduk serta patuh pada peraturanperundang-undangan yang berlaku dalam bidang penyelengga-

raan rumah sakit.e. xsalinan yang sah akte pendirian yayasan atau badan hukum

Pemil ik.

Id.

e.f.

('

J.

A

_5.

97

Page 103: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

salinan/fotocopy yang sah sertifikat tanah atau suratpenunjukkanpenggunaan lokasi atas nama pemohon dari instansi yansberwenang atau akte notaris penggunaan tanah dan bangunan dfatasnya dari pemi liknya.struktur organisasi rumah sakit.

data ketenagaan direktur rumah sakit:. fotocopy-/salinan yang sah surat penugasan dan SIP;. fotocopy/salinan yang sah lolos butuh/surat penempatan dari

Departemen Kesehatan /SK Pensiun.r surat pengangkatan direktur rumah sakit oleh pemilik rumah

sakit.. kesediaan yang bersangkutan untuk menjadi direktur rumah

sakit yang dinyatakan dengan surat pernyataan di atas kertasbermaterai cukup.

: i. Daftar dan data ketenagaan tenaga medis rumah sakit :e Salinan yang sah surat penugasan (SP) dan (SIP);o ijin atasan langsung untuk tenaga paruh waktu;o untuk ciokter tetap (purna waktu) ada SK penempatan dari

Departemen Kesehatan atau surat lolos butuh atau SKPensiirn;

o surat pengangkatan dari direktur rumah sakit bagi dokter yang. bekerja purna waktu;

o surat ikatan kerja antara tenaga medis dengan Cirektur rumahsakit untuk dokter yang bekerja paruh waktu.

j. Data ketenagaan paramedis-salinan yang sah ijazah.k. Data peralatan medis, penunjang meciis dan non medis.l. Denah bangunan, jaringan iistrik, air dan limbah dengan skala

l : 200.m. Hasil pemeriksaan air minum 6 bulan terakhir.n. Daftar tar i f rumah sakit yang berlaku, di tanda tangani oleh

direktur rumah sakit dan badan hukum pemil iknya, sertadiketahui oleh Kepala Kantor Wilayah Depaftemen KesehatanPropinsi setempat.

c. Pelpanjangan ijin penyelenggaraan:l) Permohonan perpanjangan ijin menyelenggarakan rumah sakit

diajukan oleh pemil ik rumah sakit di tujukan kepada DirekturJenderal Pelayanan Medik melalui Kepala Kantor Wi layahDepartemen Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan KepalaDinas Kesehatan Daerah Tingkat I setempat

-2) Perrrrohonan diajukan 6 (enam) bulan sebelum i j inmenyelenggarakan rumah. saki t yang terdahulu habis masaberlakunya; dengan mencantumkan perubahan yang ada dalam kurun5 (lima) tahun terakhir.

3) Berkas/data-data yang harus dilampirkan sebagai berikut:a) isian data rumah sakit;b) surat permohonan dari pemilik;c) salinan yang sah akte pendirian yayasan atau badan hukum

pemil ik.

f.

g.

h.

98

Page 104: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

"td) salinan/fotocopy yang sah sertifikat tanah atau surat penunjukan

penggunaan lokasi atas nama pemohon dari instansi yangberwenang atau akte notaris penggunaan tanah dan bangunan diatasnya dari pemiliknya.

e) struktur organisasi rumah sakit.l) data ketenagaan direktur rumah sakit.

* fotocopy/salinan yang sah surat penugasan dan SIP.* fotocopy/salinan yang sah surat lolos butuh/surat penempatan

dari Departemen Kesehatan /SK Pensiun.* surat pengangkatan direktur rumalr sakit oleh pemilik rumah

sakit .' * kesediaan yang belsangkutan untuk menjadi direktur rumah

sakit yang dinyatakan dengan surat pernyataan di atas kertas

i )

bermaterai cukup.daftar dan data ketenagaan tenaga medis rumah sakit:'i' salinan yang sah surat penugasan (SP) dan SIP.* rjin atasan langsung untuk tenaga paruh waktu.* untuk dokter tetap ada SK penempatan dari Departemen Ke-

sehatan atau surat lolos butuh atau SK Pensiun.* surat pengangkatan dari direktur rumah sakit, bagi dokter yang

bekerja purna waktu.* surat ikatan kerja antara tenaga medis dengair dire.ktur rumah

sakit untuk dokter yang bekerja paruh waktu.

data ketenagaan paramedis.* salir,an yang sah ijazah.data peralatan medis, penunjang medis dan non medis. Denah

bangunan, jaringan listrik, air dan limbah dengan skala l: 200

hasil pemeriksaan air minum.daftartarif rumair sakit yang berlaku, ditanda tangani oleh direktur

rumah sakit dan badan hukum pemiliknya, serta diketahui oleh

Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan.Propinsisetempat.sertifikat akreditasi rumah sakit

4). Berdasarkan hasil berita acara pemeriksaan dari Kepala Kantor

Wilayah Departemen Kesehatan maka dalam waktu 75 (tujuh puluh

lima) hari kerja setelah diterimanya berkas permohonan ijin secara

lengkap, Direktur Jenderal Pelayanan Medik menyatakan menolak

atau mengabulkan permohonan perpanjangan ijin menyelenggarakan

rumah sakit.

5). Lama berlakunya ijin perpanjangan menyelenggarakan rumah sakit

adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal berakhirnya ijin

menyelenggarakan terakh ir.

g)

h)

j)k)

D

99

Page 105: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

3. Berakhirnya ijin rumah sakit.a) Ijin mendirikan rumah sakit.

Ijin mendirikan rumah sakit akan berakhir/tidak berlaku lagiapabi la:l. masa berlakunya ijin telah berakhir.2. ijin dicabut oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kese-

hatan Propinsi setempat dengan alasan:a. pembangunan rumah sakit dalam waktu satu tahun belum

dilaksanakan.b. pembangunan rumah sakit t idak ada kemajuamya

walaupun telah berjalan 2 (dua) tahun.Permohon menyatakan tidak meneruskan proses pendirianrumah sakit.Badan Hukum Pemilik bubar atau dibubarkan.

b). Ijin menyelenggarakan rumah sakit.Ijin menyelenggarakan rumah sakit akan berakhir/tidak berlakulagi apabila :l. masa berlakunya ijin telah berakhir.2. permintaan sendiri menghentikan kegiatan pelayanannya.3. Ijin dicabut oleh Direktur Jenderal Pelayarran \4edik dengan

. alasan :* ada keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum yang menetapkan melarang rumah saki tmenjalankan kegiatannya.

& rumah sakit tidak lagi menjalankan kegiatan sesuai dengan

, tugas dan fungsi rumah sakit dalam jangka waktu I (satu)

tahun.* rumah sakit melakukan pelanggaran etik dan profesi yang

berat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

VIII. Perluasan/Pengembangan Rumah Sakit dan Pembukaan Cabang Rumah Sakit.

1. Perluasan bangunan mmah sakit di dalam lokasi rumah sakit yang telahmempunyai ij in menyelenggarakan dan tidak terkait dengan peningkatankelas rumah sakit, tidak memerlukan ijin mendirikan rumah sakit atau ijinmenyelenggarakan baru, tetapi harus terlebih dahulu ada persetujuan dariKepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat-

2. Perluasan bangunan rumah sakit (cabang) di luar lokasi rumah sakitwalaupun masih dalam kota yang sama harus mengajukan ijin mendirikandan menyelenggarakan yang baru.

3. Penambahan cabang di luar lokasi rumah sakit harus mengajukan ijinmendirikan dan menyelenggarakan seperti rumah sakit yang baru sesuaiketentuan.

J.

4.

r00

Page 106: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4. Pengembangan rumah sakit khusus menjadi rumahr sakit khusus lainya(misalnya Rumah Sakit Bersalin menjadi Rumah Sakit Anak dan Bersalin/Rurnah Sakit Ibu dan Anak) atau rumah sakit khusus menjadi rumah sakitumum harus mengajukan permohonan ijin menyelenggarakan yang barukepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik yang dilampiri berkas sebagai

' berikut:o Rekomendasi dan berita acara pem.eriksaan dari Kantor Wilayah

' Departemen Kesehatan Propinsi setempat.

o Fotoccpy surat ijin menyelenggarakan yang masih berlaku.' c Hasil keputusan rapat pengurus badan hukum atau rapat umum

pemegang saham yang menunjuk tentang pengembangan pelayanan

rumah sakit yang dituangkan dalam akte notaris.

Ijin yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik berlaku un-

tuk jangka waktu sisa masa berlakunya ijin yang ada.

IX. Pengalihan Kepemilikan Rumah SakitlPerubahan Status Pemilik.

Pengalihan kepemilikan rumah sakit atau perubahan status dari badan sosialt

k" badan hukum lainnya, atau dari suatu badan hukum ke badan hukum yang

lain, harus memenuhi persyaratan/ketentuan sebagai berikut :

l . Memenuhi ketentuan hukum tentang perubahan status badan hukum pemilik

rumah sakit , atau bi la ter jadi pengal ihan pemil ikan harus memenuhi

ketentuan hukum tentang proses pengalihan pemilikan yang terjadi.

Pemilik baru rumah sakit, mengajukan permohonan ijin perubahan status

kepada Di rektur Jenderal Pel ayanan Medi k mel alu i Kepal a Kantor Wilayah

Departemen Kesehatan setempat.

Berkas/data-data yang perlu dilampirkan adalah :

a. Rekomendasi pengalihan/perubahan status kepemilikan rumah sakit dari

Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat

b. Salinan yang sah akte notaris pemilik baru dan akte notaris pemilik

lama.

c. Salinan yang salr akte notaris pengalihan keperrril ikan dari pemilik lama

ke pemilik baru sesuai ketentuan yang berlaku,

d. Data yang berubah dengan adanya perubahan pemilik/perubahan sta-

tus pemil ik rumah sakit mengenai perubahan sarana, prasarana,

peralatan dan kegiatan pelayanan rumah sakit.

e. Hasil keputusan rapat pengurus badan hukum/rapat umum pemegang

saham yang menunjuk tentang perubahan status kepemilikan.

2.

3.

r0l

Page 107: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

4. Dalam waktu 75 (tujuh puluh lima) hari kerja setelah berkas diterima,Direktur Jenderal Pelayanan Medik sudah harus menerapkan persetujuan

. atau penolakan perubahan kepemilikan tersebut.

5. Dengan peralihan kepemilikan maka ijin menyelenggarakan rurnah sakitberpindah ke pemilik baru untuk jangka waktu sisa masa berlakunya ijintersebut.

X. Ketentuan lain.

1. Fungsi sosial. \

a) Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang medik spesial ist ikdiselenggarakan berdasarkan fungsi sosial dengan mcmperhatikanprinsip kelayakan.Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang medik spesialistik harusmemberikan pertolongan pertama kepada penderita gawat darurat tan-pa memungut uang muka terlebih dahulu.

Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang perumahsakitan

pelaksanaan fungsi sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku/Per-aturan Menteri Kesehatan Nomor 678193 tentang Pelaksanaan FunesiSosial Rumah Sakit Swasta.

2. Pencatatan dan Pelaporan.

a) Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang medik spesialistik wajibmelaksanakan pencatatan dan pelaporan serta rekam medik sesuaiketentuan yang berlaku.

b) Tata cara pencatatan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Kewajiban Membantu Program Pemerintah.

Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang medik spesialistik wajib

membantu program pemerintah dibidang pelayanan kesohatan kepada

masyarakat, program kependudukan dan kelu arga berencana.

Upaya pelayanan kesehatan swasta dibidang medik spesialistik wajib

bekerjasama dengan upaya pelayanan kesehatan pemerintah dibidang

medik dalam rangka rujukan medik, pendayagunaan tenaga medis dan

pendayagunaan peralatan canggih.

b)

c)

a)

b)

i

. iII- t

. lI

II

I

102

Page 108: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

xI.

L

Pembinaan dan Pengawasan.

Pembinaan dan pengawasan upaya pelayanan nredik spesialistik menjaditanggung jawab Direktur Jenderal Pelayanan Medik, dirakukan secaraberjenjang sesuai tingkat tanggung jawab wilayahnya.

setiap tahun pada akhir tahun kalender, Kepala Kantor wilayah DeparternenKesehatan Propinsi setempat mclaporkan kepada Direktur JenderatPelayanan Medik mengenaijumlah upaya pelayanan kesehatan swasra danrencana kebutuhan upaya pelayanan kesehatan swasta dan tempat tidurdiwilayahnya.

Penutup.

Petunjuk pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan swasta ini tidak berlaku un-tuk upaya pelayanan kesehatan swasta yang diselenggarakan dalam rangkapenanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.

Hal-hal yang belum/belum cukup diatur dalam petunjuk pelaksanaan ini. akandiatur atau akan ditetapkan lebih lanjut oleh DirekturJenderal Pelayanan Medik.

DITETAPKAN : DIJAKARTAPADA TANGGAL : 17 APRIL 1998

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDiK

Dr. H. Soejoga, MPH.

2.

i' i ;: i t1

' l

t.

t "' ! i

2.

rtd.

l , i

, i ii i i

, i i l ,r l ' l: t ,it i . ,

t l. i ir l' i .i l

: I

l l l r' t t l

lillr i i i ii i l l1' i i t l l

r03

Page 109: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMO R : S60biMENKES/S K/X lll 1987

TENTANGKLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM SWASTA

MENTERI

Menimbang

Mengingat

Memperhatikan

:4.

b,

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk meningkatkan pelayanan rujukan medik.perlu ditetapkan klasifikasi Rurnah Sakit Umum Swasra;

Klasifikasi sebagaimana dimaksud huruf (a) tersebut di-atas sebagai pembagian kelas atas dasar derajatkemampuan pelayanan bagi Runrah Sakit Umurn, swasta;

Sehubungan dengan hal tersebut, lxrlu nierrgatur klasifikasiRurnah Sakit Urnum, Swasta yang di tetapkan denganKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesiit

Undang-Undang Nomor 9 Tahun I960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lerlbaran Negara Tahun 1960 Nomorl3 | ; Tarnbahan Lembaran Negara Nomor 2068);

Peraturan Menter i Nomor 7 Tahun 1987 tentar igPenyeralran Sebagian Urusan Pemerintah Dalam BidangKe.sehatan Kepada Daerah;

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor44Tahun1974 tentang Pckok-pokok Oryanisasi Departernen;

Keputusan Presiden Republik Irrdonesil Nornor l-5 Tahun1984 tentang Susunan Organisasi Departemen:

Keputusan Menteri Kesehiltan Republi k h rdonesia Nomor558/Menkes/SK/XII / 1984 tentang Organisasi darr ?rtaKerja Departemen Kesehatan Republik lr:donesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor920/Ivlenkes/Per/XII 1986 tentang tlpaya Pelayanan Ke-sehrtan Swasta di Bidans ]!Iedik.

c.

: l .

2.

4.

5.

6.

l . Hasi l dan rekomendasi Rapat Konsultasi Rumah SakitKhusus. Swasta. dan Rurrrah Sakit BUMN Seluruh Indo-nesia IV tanggal 4 s/d 8 Nopember !984 di Sernarang.

2. Hasil dan rekonrendasi Rapat Kbnsultasi RLrnrah SakitKl tusus. swasta. dun Rumlh Sakit BUN4N Seluruh Indo-nesia V tanggal l2 s/d l (r Januari 1 986 di Bandung.

i. Hasil clan Rekomendasi Rapat Konsultasi Rumalr sakitSwasta dan Rurr'i lh Sakit BUMN seluruh lrrdonesia Vitarr.ggal 30 Nopernher s/d 3 Dcsernber i986 di Puncakp: lss.

MEIVTUTUSKAN

KEPT}TUSAN MENTERI KESEHATAN REPUI}I,IKINDONESIA TENTANG KI,ASIFIKASI RT}I \ IAHSAKIT UMUM S\1ASTA.

l\'Icnetapkan

t0.1

Page 110: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BABI ,KETBNTUAN UMUM

Pasal I

Yang dimaksud dalanr keputusan ini dengan:a. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan

pembedaan bertingkat dan kemampuan pelayanannya;

b. Rumah Sakit Umum Swasta adalah rumah s.1kit umum yang diselenggarakan '

oleh pihak swasta;

c. Pelayanan Penunjang Umum adalah seluruh kegiatan administrasi dan

kegiatan non-medik yang diselenggarakan untuk menunjang kelancaran

pelayanan rnedik;

d. Pelayanan Penunjang Medik adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan

pelayanan medik.BAB II

KLASIFIKASIPasal 2

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta ditetapkan dengan pembagiarr kelas:

a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik

bersifat untum;

b. Rurnah Sakit Umum Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik

bersifat umum dan spesialistik dalam 4 (empat) cabang:

c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik

bersifat umum, spesialistik dan subspesialisti k.

Pasal 3

(l) Penentuan kelas suatu Rumah Sakit Umum Swasta sebagaimana dimaksud

dalanr pasal 2 ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

(?\ Direktur Jenderal Pelayanan Medik dalam menetapkan kelas sebagaimana

dimaksud ayat (l ) harus memperhatikan:a. Manajemen Rumah Sakit;b. Pelayanan Medik Pasien;c. Penunjang:

- pelayanan penunjang medik- pelayanarr penurtjang umrrm

d. Pendidikan dan Latihan'

BAB IIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Semua Rumah sakit umum Swasta yang telah ada harus menyesuaikan kelasnya

berdasarkan Keputusan ini dalarn waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun se-

suai dengan kelas rumah sakitnYa.

105

Page 111: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal5

Hal-hal yang bersifat teknis dan perunjuk pelaksanaan dalam Keputusan Menteriini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

. Pasal 6

Keputusan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

, Ditetapkan ii : JAKARTAPada tanggal : 11 Desember 1987

MENTERI KESEI{ATAN REPUBLIK INDONESIA

t td,

DT. SUWARDJONO SURJANINGRAT.

b

r!1

106

Page 112: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PBLAYANAN MEDIKNO1VIOR.O3O8/YANMED/RSKS/PA I SKTIV 192

Tentang

PEDOMAN TEKNIS UPAYA KESEHATAN SWASTA DI BIDANGRUMAH SAKIT

DALAM RANGKAPENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL

ASING(RS PMDN/PMA)

DIREKTUR JENDBRAL PELAYANAN I\{EDIK,

Menimbang

Mengingat

b.

: l .

2.

a

c.

d.

bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan melalui rumahsakit memerlukan modal dan biaya operasional yangcukup besar, sedangkan dana yang disediakan pemerintahsangat terbatas. Oleh karena itu, peran serta masyarakattermasuk swasta perlu ditingkatkan dan dikembangkan

bahwa peran serta masyarakat termasuk swasta dapatberupa penanaman modal di bidang perumahsakitan baikyang bersumber dari dalam negeri maupun asing sebagaiPMDNiPMA.

bahwa sebagai tindak lanjut keputusan Menteri Keseha-tan Ri Nomor 246lMenkes/SKlXl l977 tentangPelimpahan we\rvenang Pemberian Izin Usaha di BidangKesehatan, Dalam Rangka Penanaman modal kepadaKetua BKPM, khususnya di Bidang Rumah Sakit, perluditindak lanjuti dengan pedoman teknis pelaksanaannya.

sehubungan dengan huruf a, b, dan c, perlu ditetapkanPedoman Teknis Upaya Kesehatan di Bidang Rumah SakitDalam Rangka PMDN/PMA.

Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan.

Undang-undang Nomor I tahun 1967 jo Undang-undangNomor ll tahun 1970 tentang Penanaman ModalAsing

Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 jo Undang-undangNomor l2 tahun | 970 tentang Penanaman Modal DalamNegeri

Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1987 tentangPenyerahan Sebagian Urusan pemerintahan DalamBidang Kesehatan kepada Daerah.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 tahun.| 97 4 tentang pok ok- pokok O rganisasi Departemen.

4.

5.

107

Page 113: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pertama

Kedua

Ketiga

Keputusan Presiden Republik Indone$ia Nomor 35 tahun

1985 tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Susunan

Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal, jo

Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1987, tentang

Perubahan Keputusan Presiden Nomor 35 Thhun 1985.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92OlNtlenkes/ Perl

XIV1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di

bidang Medik jo Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 84/

Menkes/Per/IVl990 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Kesehaian Nomor 920 tahun 1986 tentang Upaya

Pelawanan Kesehatan Swasta di bidang medik'

MEMUTUSKAN

Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Di Bidang Rumah Sak:t

dalam rangka PMDN/PMA.

Ketentuan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam amar

penama terlampir dalam keputusan ini.

Pedoman Teknis ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan

ketentuan akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari

terny ata terdapat kekeliruan.

Ditetapkandi :Jakarta

Fada tanggal : 9 APril 1992.

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

trd.

Dr. Broto Wasisto, MPHNIP.140422724

r08

-,L

Page 114: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Lampiran : Keputusan Diiektur Jenderal iPelayanan Medik

Nomor : 0308/Yanmed/RSKS/PA/SIgW/92Tanggal : 9Apri l 1992

PEDOMAN TEKNIS

PBNYE,LENGGARAAN RUMAH SAKIT

DALAM RANGKA

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

DAN

PENANAMAN MODAL ASING

r09

Page 115: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB IPENDAHULUAN

A. I,ATAR BELAKANG

Pada hakekatnya, pemerintah dan masyarakat termasuk swasta bertanggungjawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakatPenyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secaraserasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokterandan perubahan pola penyakit Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di rumahsakit memerlukan investasi dan modal operasional yang cukup besar. Sedangkandana yang disediakan oleh pemerintah sangat terbatas, sehingga peran masyarakattermasuk swasta perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan.

Salah satu al ternat i f adalah membuka penanaman modal di bidangperumahasakitan, baik modal yang bersunber dari luar negeri maupun dari dalamnegeri. Dorongan untuk mengembangkan rumah sakit swasta melalui penanananmodal harus diarahkan dengan cermat, karena kebijaksanaan ini bukan tanpa resikodan dapat menjauhkan diri dari keinginan untuk pemerataan pelayanan kesehatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, per lu disusun pedoman teknispenyelenggaraan rumah sakit dalam rangka penanaman nodai dalam negeri danpenanaman modal asing. Dengan adanya pedoman teknis tersebut diharapkan dapat :lebih merangsang minat penanam modal dalam menanamkan modalnya di bidangperumahsakitan. Sedangkan untuk pengambil keputusan di bidang kesehatan,pedoman teknis ini dapat dipakai sebagai acuan dalam pengambilan keputusancian dasar pembinaan.

B. DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT DALAMRANGKA PENANAMAN MODAL DALAH NEGERI DANPBNANAMAN MODALASING.

. l. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesdhatan.

2. Undang-undang Nomor I Tahun 1967 jo Undang-undang Nomor I I tahun1970 tentang Penanaman Modal Asing.

3. Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 jo Undang-undang Nomor l2 tahun1970 tentang Penananan Modal Daiam Negeri.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1987 tentang Penyerahan SebagianUrusan pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan kepada'Daerah.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1974 tentangPokok-pokok Organisasi Departemen.

i l0

til

$$

I

Page 116: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1985 tentang Ke-dudukan. Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi

Penananan Modal, jo Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1987 tentang

Perubahan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1985.

Perafuran Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentangUpaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medik Jo Peraturan Menteri

Ke sehatan Nomor 84ltv1en kes/P er /II/ | 990 ten tan g Perubah an atas Peratur-an Menteri Kesehatan Nomor 920 tahun 1986 tentang Upaya PelayananKesehatan Swasta di bidang medik.

C. PENGERTIAN UI\TUM

l. Runrah sakit adalah :

Sarana Upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kese-hatan serta, dapat dirnanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian.

Rumah sakit milik penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing(RS PMDN/PMA) adalah :

Rumah sakit yang kepernilikannya berbentuk badan hukum (PT) yangmendapatkan f'asilitas penanaman modal dalam negeri dan penanaman modalasing.

Modal dalam negeri adalah

Bagian dari pada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-ha.k danbenda-benda, baik yang dimilik oleh negara maupun swasta nasional atauswasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan gunamenjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur olehketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-Undang No I tahun 1967 tentangPenanaman Modal Asing (Llndang-undang Ncmor 6 tahun 1968).

4. Modal Asing adalah :

a. alat pembayaran luarnegeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaandevisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untukpembiayaan perusahaan di Indonesia;

b. alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milikorang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalamwilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaandevisa Indonesia.

6.

7.

2.

J.

Iu

Page 117: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

c. bagian dari hasil perusahaan asing yang berdasarkpn undang-undangdiperkenankan di transfer, tetapi dipergunakan untuk membiayaiperusahaan di Indonesia.(Undang-Undang No. I tahun 1967).

5. Pemilik RS PMDNIPMA adalah :

Badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak dibidang perumahsekitan dan tunduk pada UU No.6 Tahun 1968 (PMDN)dan UU No. l Tahun 1967 (PMA).

BAB IIBENTUK PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN

MODAL ASINGDI BIDANG PERUMAHSAKITAN.

t . Penanaman modal dalam negeri danperumahsakitan dilakukan oleh suatuberdasarkan hukum yang berlaku diperumahsakitan.

penanaman modal asing di bidangbadan hukum. (PT) yang didir ikanIndonesia dan berusaha di bidans

1.

2.

2. Rumah sakit milik penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asingmempakan pendirian rumah sakit swasta baru.

3. Rumah sakit milik penanam modal dalam negeridan penanaman modaltidak diperbolehkan rnerupakan cabang dari rumah sakit di luar negeri.

4. Penanaman modal dibidang rumah sakit tidak boleh merupakan penanamanmodal dari sebagian unitnya. (misalnya: unit penunjang medik saja).

BAB III :

WILAYAH/DAERAH YANG TBRBUKA T]NTUK PBNDIRIANRS PMDN/ PMA

Pendirian upaya pelayanan RS PMA terbuka untuk wilayah DKI Jakarta danwilayah lain yang ditetapkan oleh lvlenteri Kesehatan.

Perubahan ketentuan pada butir I di atas, ditetapkan oleh Direktur JenderalPelayanan Medik atas dasar rencana tahunan kebutuhan rumah sakit yangdisusun oleh Kanwil Depkes setempat.

BAB IVSYARAT PERMOHONAN

l. Dilengkapi Daftar Isian Analisa Pendirian RS PMDN/PMA atau masterplanrumah sakit.

2. DirekturJenderalPelayanan Medik menerbitkan persetujuan prinsip mendirikanrumah sakit berdasarkan'peni laian teknis Dattar Is ian Pendidikan atauMasterplan, pada butir I di atas.

f i2

Page 118: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BABV i . .

PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN RUMAH SAKITDALAM RANGKA

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

RS PMDN/PMA harus melaksanakan kegiatan sesuai dengan fungsi ru-mah sakit. pada Permenkes RI Nomor 159.b Thhun 1980, yaitu :

L Menyediakan dan menyelenggarakan :- pelayanan medik,- pelayanan penunjang medik,- pelayanairperawatan,- pelayanan rehabilitasi,- pencegahan dan peningkatan kesehatan.

2. Sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan tenaga paramedis.

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kese-hatan.

Persvaratan vans dioerlukan

A. Persyaratan mendirikan RS PMDN/PMA :

1). Lokasi rumah sakit tidak dibenarkan di dalam tempat-tempat umum, seperti:pusat berbelanjaan, tempat hiburan, restauran, hotel, dll.

2). Sarana dan Prasarana :

a). Luas bangunan mininal 42 m2 untuk satu tempat tidur.

b). Luas tanah :

- bangunan tidak bertingkat luas tanah minimal satu setengah kaliluas bangunan lantai dasar.

- bangunan bertingkat luas tanah minimal dua kali luas tanah untukbangunan lantai dasar..

c). Lapangan parkir, taman, dan tanah kosong seluas 5O7o dari luas lantaibangunan tidak bertingkat atau sama dengan luas lantai dasar untukrumah sakit, bertingkat dua. Untuk tenrpat parkir mobil tiap 5 tenrpattidur minimal I tempat parkir

d). Mempunyai bangunan/ruangan yang terdiri dari :- Ruangan rawat nginap minimal 100 tempat t idur.

Ruangan rawat jalan, gawat darurat dan kamar operasi .- Ruangan instalasi penunjang medik mininal mempunyai

laboratorium, radiologi, farmasi. CSSD.- Ruangan penunjang sarana rumah sakit yaitu gudang. bengkel, kamar

jenazah.- Ruangan administrasi, ruang tenaga medis dan pararnedis.

i l3

Page 119: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

e). Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal ufr-tuk ventilasi,penerangan, ketenagan dan sistem pemadam kebakaran yang memadai.

Mempunyai pintu darurat.

Tersedianya fasilitas listrik dan penyediaan air minun setiap hari selama24 jam, pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah.

3). Nama RS PMDNIPMA :a). Tidak boleh memakai nama orang'yang masih hidup'

rb). Tidak boleh menyebutkan jenis badan hukun (misalnva : RS PT. Kerta' Usada).

l1r'fuocara permohonan Izin Mendirikan RS PMA/PMDN berpedoman ke-',. padaPermenkes RI No. 920Avlenkes/Per/XIU1986 tentang Upaya pelayanan

r, Kesehatan Swasta di Bidang Medik.

Persyaratan Penyelenggaraan RS PMDNiPMA.

l). Organisasi :

RS PMDN/PMA mempunyai pengaturan kedudukan, fungsi, tugas,tanggung jawab, susunan organisasi, tata kerja dan tata pelaksana rumahsakit yang dapat berpedoman pada perahrran perundang-undangan yangberlaku.

2). Keterragaan :

a). Direktur RS PMDN/PMA adalah seorang dokter (umum atau spesialis)yang bekerja purna waktu dan berkewarganegaraan Indonesia.

b). Direktur RS PMDN/PMA diangkat dan diberhentikan oleh pemilik ru-mah sakit. Rencana pegangkatan dan pemberhentian diberitahukankepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

c). Jumlah tenaga medis, paramedis, dan non medis di RS PMDN/PMAberdasarkan kebutuhan dan berpedoman pada peraturan perundanganyang berlaku (pada saat ini Permenkes RI No. 262lMenkestPer/Yll|1979).

d). Semua tenaga para medis dan non medis RS PMDA/PMA bekcrje purnawaktu, dengan surat pengangkatan dari Direktur Rumah Sakit .Sedangkan untuk tenaga medis minimal 4 (empat) spesialis dasar(bedah, anak, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan) bekerja purnawaktu. +

e). Semua tenaga medis rumah sakit mempunyai Surat lzin Praktek (SIP)yang masih berlaku.

f). Penggunaan tenaga kerja Warga Negara Asing harus

t l4

o.

8),

a'

Itt

:iIri' i .lt

F

t!, : .

IFE.D!I

Page 120: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

berpedoman kepada Keputusan Menteri Tenaga Kerjadan TransmigrasiNo. Kep-249lMen/82 tentang Pelaksanaan Pembatasan PenggunaanTenaga Kerja Asing Pendatang

Pada Sektor Kesehatan SubSektorPelayanan Kesehatan dan PermenkesRI No. 44 I /Menkes/Perllll 1979.

3). Peralatan/Perlengkapan :

. a). Peralatan/perlengkapan medik dan penunjang medik disesuaikan denganpel ayanan yan g d i sel en ggarakan d an berpedoman pada standar peralatan

b). Obat-obatan berpedoman pada fornrularium rumah sakit pemerintah

Kelas A, B. C, dan D.

c). Pengadaan peralatan canggih didasarkan pada analisa kebutuhan dan

terlebih dahulu mendapat pertetujuan Direktur Jenderal Pelayanan

Medik. (Misal: MRI).

d). Peralatan/perlengkapan non-medis:- Perlengkapan kebutuhan rawat nginap dan rawat jalan.

- Perlengkapan kebutuhan perkantoran.Perlengkapan perbengkelan sederhana dengan pemadam kebakaran.

4). Tarif :

Penetapan tarif ditentukan oleh Pemitik Runah Sakit, sedangkan penetapan- besar tarif untuk Kelas III berpedoman pada pagu tarif dari Departemen

Kesehatan.

5). Rekam Medik. pencatatan dan pelaporan :

RS PMDN/PMA berkewajiban melaksanakan kegiatan rekam medik sertapencatatan dan pelaporan sesuai der:gan peraturan yang drkeluarkan

Departemen Kesehatan.

6). Fungsi sosial rumair sakit :

RS PMDN/PMA diwajibkan melaksanakan fungsi sosial rumah sakit, anta-

ra lain :- menyediakan 25To dari kapasitas tempat tidur untuk pasien kurang/

tidzrk rnampu,- menyelenggarakan pelayanan gawat darurat bagi pasien kurangitidak

mampu,ikut membantu pelaksanaan program pemerintah di bidang kesehatan

masyarakat (rnisalnya : Program KB, Imunisasi, gizi, dll).

7). Kelengkapan persyaratan penyelenggaraan rumah sakit tersebut dituangkan

dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan formulir terlampir.

8). a. Direktur Jenderal : Pelayanan medik menilai kebenaran tehnis dari Berita

l15

Page 121: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

A"uru Peffiz seuetum Iziir Penyetenggaraanrumah sakit diterbitkan.

b. Sebelum izin penyelenggaraan rumah sakit diterbitkan, nrmah sakit tidakdiperbolehkan menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

c. Masa berlakunya izin penyelenggaraan rumah sakit 5 (lima) tahun dan 3(t iga) bulan sebelum habis masa ber lakunya agar mengajukanpermohonan perpanjangan.

BAB VIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dan pengawasan RS PMDN/PMA dilaksanakan oleh Direkturlenderal Pelavanan Medik.

BAB VIIPENUTUP

Pedonran teknis ini dapat diubah/ditambah bila diperlukan dan apabilanasih terdapat kekurang jelasan dalam penetapan Keputusan ini, dapat memintarenjelasan kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

i l6

Page 122: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANO MOR : 595A4ENKES/SK/VIV1993

TENTANGSTANDAR PE,LAYANAN MEDIS

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa dalam rangka rpewujudkan derajat kesehatanmasyarakat yang optimal perlu dilakukan berbagai upayauntuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;

bahwa uniuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatanyang diber ikan sarana pelayanan kesehatan per ludilakukan peningkatan mutu pelayanan medis secara temsmenenrs;

bahwa dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayananmedis diperlukan adanya standar pelayanan medis yangberlaku bagi setiapjenis sarana pelayanan kesehatarr;

bahwa untuk memenuhi maksud sebagaimana tersebut di-atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatantentang Standar Pelayanarr Medis.

Mengingat

a.

b.

c.

d.

Undang-Undang Nomor 23 tahun( Lembaran Negara Tahun 1992Lembaran Negara Nomor 3495).

MBMUTUSKAN:

1992 tentang KesehatanNomor 100. Tambahan

Menetapkan

Pertama

Kedua

Ketiga

Kepurusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentangStandar Pelayanan Medis.

Set iap sarana pelayanan kesehatan yang memberikanpelayanan medis wajib memberikan pelayanan medis sesuaidengan kebutuhan dan standar pelayanan yang berlaku.

Pemberian pelayanan nredis pada setiap saralra pelayanankesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan scsuai denganbidang tugasnya.

Standar pelayanan medis yang berlaku bagi setiap sarana-pelayanan kesehatan harus rnengikuti ketentuan sebagaima-na ter lampir dalam lampiran keputusan in i , yangpemutahirannya akan dilaksanakan secara berkala.

l l7

Keempat

Er*i*{e*;#i

Page 123: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Kelima

Keenam

Sarana pelayanan kesehatan harus memantau agar standarpelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam diktum ketigadipenuhi.

Sarana pelayanan kesehatan yang telah ada harusmenyesuaikan standar pelayanan medis sebagaimanadimaksud dalam keputusan ini selambat-lambatnya I (satu)tahun setelah berlakunya keputusan ini.

Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar semua orang mengetahuinya mernerintahkan penempatan KeputusanMenteri Kesehatan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal: l7 Juli 1993

MENTERI KESEHATAN RI.

ttd.

Prof. Dr. SUJUDI

n8

Page 124: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Nomor: 478/MENKES/Peratur anlXll990

TENTANG

TIPAYA KESEHATAN DI BIDANG TRANFUSI DARAH

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang

b.

Mengingat : l .

bahwa upaya kesehatan di bidang tranfusi -darah sebagai

bagian dzri upaya kesehatan pelaksanaannyaperlu di daya

gunakan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sesuai

dengan tujuan sistem Kesehatan Nasional;

bahwa Palang Merah Indonesia sebagai pihak yang

dipercaya oleh pemer- intah uniuk menyelenggarakan

upaya kesehatan tranfusi darah sebagaimana diatur da-

lam Peraturan Pemerintah Nomor : l8 tahun 1980, perlu

dibantu supaya dapat menjalankan tugas dan tungsinya

dengan baik.

bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas.

maka upaya kesehatan di Bidang Tranfusi Darah perlu

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan.

Undang-undang nomor 9 tahun | 960 tentang Pokok-

pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 Nomor

l3l tambahan I embaran Negara Nomor 2058);

Undang-undang Nomor 6 tahun 1963 tentang Tenaga Ke-

sehatan (Lembaran Negara tahun 1963 Nomor 79,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2567)

Peraturan Pemerintah Nomor l8 Tahun 1980 tentang

Tranfusi Darah (Lembaran Negara tahun 1980 Nomor 27

Thmbahan Lembalan Negara Nomor 3165).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2.

3.

4.

i l9

Page 125: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

a.

O23lBir-hubl1972 tentang Kegiatan klang lvlerah Indo-nesia di bidang Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor55 8llvlen. Kes/S IV I 984 tentang Organisasi Tata Kerj aDeparternen Kesehatan.

MAMUTUSKAN

Menetapkan PERATTIRAN MENTERI KESEHAATAN REPUBLIK IN-DONESIATENIANG TiPAYA KESEHATAN DI BIDANGTRANFUSI DARAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal I

Yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini dengan :

Upaya Kesehatan Tranfusi Darah adalah upaya kesehatan berupa segalatindakan yang dilakukan denan tujuan untuk memungkinkan penggunaandarah bagi keperluan pengobatan dan pernulihan kesehatan yang mencakupkegiatan-kegiatan pengerahan penyumbang darah, pengambilan,pengamanan, pengolahan, penyimpanan darah kepada pasien rneialui saranapelayanan kesehatan.

Darah adalah darah manusia atau bagian-bagian yang diambil dan diolahsecara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.

Tranfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada penderitayang darahnya telah tersedia dalam kemasan yang memenuhi syarat kese-hatan, secara langsung ataupun tidak |angsung.

Penyumbang darah adalah orang yang secara suka rela memberi darah untukmaksud dan tujuan tranfusi darah.

Unit Tranfusi Darah Palang Merah Indonesia yang selanjutnya disebut PMIadalah unit penyeleng[ara Tranfusi Darah pada Palang Merah Indonesia.

Instansi lain adalah adalah sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah

atau yang mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan upaya kese-

hatan tranfusi darah.

c.

d.

e.

f.

;l, l--t,..l

t20

Page 126: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Ka' Kanwil adarah Kepara Kantor wirayah Departemen Kesehatan propinsi.Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pelayanan Medik.Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

tsAI} IIPENYELENGGARAAN

pasal 2

Penye leg-eama n Lrpaya kese hatan tra n fus i damh terutama d i laksan akan olehUTD PMI.

upaya kesehatan tranfusi darah dapat disere'ggarakan oreh Instansi rainyang ditunjuk oleh Ka. Kanwir apabira pada suaru daerah berurr ada UTDPMI yang mampu ntenyelenggarakan upaya Kesehatirn Tr.antusi Darah.

Instansi lain seb:rgaimana dirnak.sud ayar (2) harus 'renghentikan kegiatan

upaya kesehatan trarrf'usi darah apa6ira Rrrang Merah Indonesia serempattelah merniliki UTD pMI.

(4). Pemyaratan tekni.s bagi Instansi rain untuk dapat 'rerakukan

upaya keseha_tan tranfusi darah ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

pasal 3

UTD PMI dan Instansi lain sebagaimana dirnaksud pasal (2) rnernpunyai kegiatanyang mel iput i :a. Kegiatan non rnecJik, yaitu pengerahan penyumbang darah.b. Kegiatan medik yaitu:

l . pengarnbi lan

. 2. pengamanan

3. pengolrhan , ,. 4- penyirnpanan dan

-5. penyanrpaian/pendistribusian damh_

g.

h.

i .

( l ) .

(2).

(3).

Ii

t. :- !

iI

I

t

Page 127: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

( l )

Q)

Dalam rnelaksanakan ;rengerahan, penyumbang darah

sur etis dart nonnit yang berlaku dalam rtrasyarakat.

Pasal 5

( | ) Dalam pengarnbilan darah harus mernperhatikarr keselanratatr penyumbang

darah. terutama yang menyangkut jumlah darah yang diambil, jangka rvaktu

pengambilan.

(2) Pengambil:tn darah harus dari penyuntbang darah sukarela.

(3) Darah tidak boleh diperjual-belikan den,qan dulih apapun juga.

Pasal 6

Pengamanan darah harus dilaksattrkan untuk rnenjuga keselamatan pasien

nrencegah penularan penyakit akibat trantusi darah.

Kegiatan penganlanan sebagaimana dimaksud ayat ( I ) juga nrenyangkut

pemeriksaan laboratorium, pemberian label, penentuan golongan darah ditn

pengamanart keiahasiaan hasil pettreriksaan daralr.

Pasal 7

( t ) Pengolahan darah hanrs di takukan sesutri dengan standard yang berlaku.

(2) Pengolahan darah sebagaimana dinraksud ayat ( I ) terutanra dilakukan untuk

rnenyiapkarr darah yang aman dan siap pakai untuk tranfusi atau pengolahan

lain menjadi komponen-komponen darah. sesuai dengan kebutuhan tranfusi.

(3) Dalarn halterdapa( hasil pengolahan darah yang tidak rnemenhi syarat sesuai

dengan standar seba-eaimana dinraksud ayat (l) dan (2) harus dilaktrkan

pe n gamaniur de n gitn me nrperhati kan ke-sehatan li n gku n gan.

Pasal 8

Penyimpunan darah harus mernenuhi persyaratan teknis penyimpanan. baik suhtt.

tempat. larna penyin'lpiutan maupun persyilratan lain untuk terpeliharanya mutu

dirrah.

.,':1

: t f r '' :.t{

,qil.

f,. :E.E:&t#€i*i.$;*.., i

: i {

rnemperhatikan un-

Page 128: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

j Pasal 9

UTD PMI menyampaikan darah yang telah siap pakai kepada saranapelayanan kesehatan yang memerlukan, untuk kepentingan pengobatan danpemulihan kesehatan pasien.

(2) Penyampaian darah sebagaimana dimaksud ayat (l) harus memperhatikan

prioritas dan pemerataan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 10

Tata caradan persyaratan teknis, kegiatan pengambilan, pengamanan, pengolahanpenyimpanan serta penyampaian darah sebagaimana dirnaksud dalam pasal 5, dan9 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 11

(1) Penyelenggaraan.upaya kesehatan tranfusi darah sebagaimana dimaksudpasal 3 harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sesuai dengan tugaspekerjaan upaya kesehatan tranfusi darah.

t (Z) Penyelenggaraan up-aya kesehatan tranfusi darah sebagaimana dimaksud

ayat (1) hams dibawah pengawasan seorang dckter.

, (3) Jenis tenaga kesehatan sibagaimana dimaksud ayat (l) ditetapkan olehDirektur Jenderal.

BAB IIIPERIZINAN

Pasal 12

(l) Pemberian UTD PMI, harus. berpedoman pacia kebutuhan darah dankemampuan tersedianya penyumbang darah diwilayah serta hanrs suclahmemiliki bangunan,peralaian dan tenaga pengelola yang memenuhi syaratleknis tertentu.

',2) Untuk pendirian UTD PMI, sebagaimana dimaksud ayat (l) harus dapatizin dari Kanwil setempai.

Kanwil dalam memberikan izin, berpedoman pada peraturan teknis yang

telah ditetaokan oleh Direktur Jenderal.

rlil

(1)

. :3)

123

Page 129: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 13

Pengiriman atau penerimaan darah dari dan ke Indonesia hanya dapatdilakukan untuk keperluan penelitian ilmiah dan pengembangan atau da-lam rangka kerja sama antara Perhimpunan Palang Merah Indonesia denganPerhimpunan Palang Merah lain atau Badan-Badan lain yang tidak bersifatkomersial.

Izin sebagaimana dimaksud ayat ( l) diberikan oleh Direktur Jenderal, ataupermintaan tertulis disertai penJelasan yang menyangkuta. Jenis dan jumlah darahb. Tirjuan pengiriman atau penerimaan.c. Negara tujuan atau negara asal.

Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud ayat (l) ditetapkan olehDirektur Jenderal.

Pasal 14

UTD PMI dan Instansi lain hanya dapat menerinra dari luar negeri, produk-produk plasma darah yang belum dapat diproduksi di Indonesia, yangdipergunakan untuk kepentingan pengobatan dan penyembuhan pasien.izin dan persyaratan teknis penerimaan produk-prodak plasma sebagaimadimaksud ayat( I ) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat danMakanan.

BAB IVSUBSIDI DAN KETENAGAAN

Pasal 15

(l) Kepada Um PMI akan diberikan subsidi berupa bahan, peralatan, danaatau fasilitas lainnya yang dibebankan melalui angaran Departemen Kese-hatan.

(2) Besarnya subsidi sebagaimana dimaksud ayat ( l ) disesuaikan dengananggarall yang tersed ia.

(3) Permohonan subsidi sebagaimana dirnaksud ayat ( l) diajukan oleh penguruspusat Palang Merah Indonesia yang berasal dari usulan UTD PMI dan UTDPMI Cabang, kepada Menteri.

(4) Tatacara pemohonan dair pemberian subsidi ditetapkan oleh Direktur:;, Jenderal

(1)

(2)

(3)

( l )

{2)

124

Page 130: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Pasal 16 I

( I ) Kepada UTD PMI akan diberikan bantuan tenaga kesehatan medik dan paramedik yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan, dan memperhatikankepentingan pengadaan tenaga kesehatan untuk sarana pelayanan kesehatanlainnva.

(2) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (l) berkedudukan sebagaiPegawai Negeri Sipi l yang dipekerjakan atau diperbantukan danberkedudukan sebagai tenaga fungsional.

Permintaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud ayat ( I ) diajukan olehPengurusus Pusat Palang Merah Indonesia yang berasal dari permohonan

UTD PMI daerah dan UTD PMI Cabang kepada Menteri.

(4) Menteri dapat mempekerjakan atau memperbantukan tenag kesehatan se-bagaimana dirnaksud ayat (l ) kepada UTD PMI melalui Ka. Kanwil sesuaidengan usulan Ketua Palang Merah Indonesia setempat.

iiiii

(3)

: : i i i: : i l i l,:!;ii

i . , i :

,li::il

I: t "

(6)

Pengembal ian Tenaga Kesehatan dari UTD PMI kepada Menter idisampaikan melalui Ka. Kanwil atas usul Ketua Palang Merah Indenesiasetempat.

Masa Kerja selama melaksanakan tugas di UTD PMI dihitung penuh masaKerja aktif pegawai.

Pasal 17

Pendidikan dan Latihan untuk tenaga pelaksana tranfusi darah selain tenaga yang

ditentukan, dapat diselenggarakan oleh Palang Merah tndonesia mendapatpersetujuan Depaftemen Kesehatan.

BAB VBIAYA PENGGANTIAN PENGGUNAAN DARAH

Pasal 18

Biaya penggantian penggunaan darah dapat diperoleh dari pasien dengan

tidak mencari keuntunean.

Biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (l), diperhitungkan sesuai

dengan biaya yang diperlukan untrrk komponen kegiatan yang meliputi

pendi stribu si anlpeny ampai an darah, pembi naan donor, admi n i stras i cetak

(1)

(2)

t25

Page 131: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(3)

dan pemakaian bahan/alat habis pakai.

Biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan berdasarkan

pola perhitungan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Besarnya biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (l ) ditetapkan Ka.Kanwil setempat atas usul dari UTD PMI yang berpedoman pada pola

perhitungan seperti ayat (3) serta dengan memperhatikan kemampuan

masyarakat setempat.

BAB VIPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 19

UTD PMI dapat melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan upaya kese-

hatan tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

BAB VIITANDA PENGHARGAAN

Pasal 20

Kepada penyumbang darah dapat diberikan tanda penghargaan dari pengurus

pusat Palang Merah Indonesia berupa:

a. Piagam penghargaan

b. Peniti

c. Medal i

Pengurus pusat Palang Merah Indonesia dapat melimpahkan wewenang

pemberian tanda penghargaan sebagaimana dimaksud ayat ( I ) pada Pengurus

Daerah Palang Merah Indonesia.

BAB VIIIPENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 21

UTD PMI dan instansi lain harus melainkan pencatatan dan pelaporan yang

(4)

(1)

(2)

( r )

t26

Page 132: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(z)

(3)

mencaku p penye len gg araan upay a keseh atan tran fu s i darah.

Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (l) juga meliputikegiatan pengiriman, penerimaan dan pendistribusian darah, maupunproduk-produk plasma darah dari dan ke Indonesia.Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (l ) dan (9) dikirimkan secara berkalaada Menteri.

Thta cara pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (l ) ditetapoleh Direktur Jenderal.

BAB IXBIMIBINGAN DAN PENGAWASAN

Pasal22

Bimbingan dan pengawasan terhadap upaya kesehatan tranfusi darahdilakukan oleh Direktur -Ienderal.

Bimbingan cian pengawasan di l ingkungan palang Merah Indonesiadiselenggarakan sesuaidengan tata laksarra yang berraku pada palang Merahlndonesia.

BAB XDEWAN TRANFUSI DARAH

Pasal 23

Menteri dapat membentuk Dewan Tranfusi Darah yang keanggotaannya terdiriwakil-wakil Departemen Kesehatan, Pengurus pusat palang Merah indonesia,Organisasi profesi dan Departemen lain yang terkait, untuk membantu Menteridalam merumuskan kebijaksanaan, membina dan mengembangkan segala sesuarudan berhubungan dengan upaya kesehatan tranfusi darah.

tsAB XISANKSI

sal 24

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Menteri atau Pejabat yang ditunjLrk dapat mengenakansanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan ini.

(4)

( l )

(2)

! ;

127

Page 133: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB XIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

IITD PMI yang telah menyelenggarakan upaya kesehatan tranfusi darah harusmenyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan ini selambat-lambatnya I (satu)tahun sejak berlakunya peraturan ini.

BAB XIIIKBTBNTUAN PBNUTUP

Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan Menten ini, maka Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 024lBirhubl1912 tentang, Usaha Palang Merah Indo-nesia di Bidang Tranfusi Darah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal27

Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penbmpatannya dalam Berita Negara Kepublik Indonesia.

DITETAPKAN DI : JAKARTAPADA TANGGAL : 5 OKTOBER 1990

' MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

rrd

DT. ADHYATMA, MPH

t28

Page 134: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLft INDONESIANOMOR : 749aIMENKES/PER/X IU 1989

TBNTANG

REKAM MBDIS/MEDICAL RECORDS

MENTERI KBSEHATAN REPUETIK INDONESIA,

Menimbang : a bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yangopt imal bagi seluruh masyarakat per lu adanyapeningkatan mutu pelayanan kesehatan;

b. bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan harusdisertai adanya sarana penunjang yang memadai antaralaln melalui penyelenggaraan rekam medis pada setiapsarana pelayan kesehatan;

:. bahwa untuk mencapai tu juan huruf a dan b tersebut di

. atas dipandang perlu menetapkan peraturan Menteri Ke_sehatan tentang Rekam Medis.

Mengingat : l. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 NomorI3l, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);

Undang-Undang Nornor 6 Tahun 1963 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576);

Undang-Undang Nonror 7 Tahun l97l tentang Ketenruan-Ketentuan Pokok Kearsipan (Lembaran Negara Tahunl97l Nomor 32,Tambahan Lembai-an Negara Nomor2964);

Peraturan Pemerintah Nomor l0 Tahun 1966 tentang Wa-jib Simpan Rahasia Kedokreran (Lembaran Negara Tahun1966 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor2803):

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987Penyerahan Sebagian Urusan PemerintahanBidang Kesehatan Kepada Daerah (LembaranTahun 1987 Nomor 9, Tambahan LembaranNomor 3347)

MBMUTUSKAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK IN-DONESIA TENTANG REKAM MEDIS.

il;ir::: ,1

i r t ; ;i i i r i l il , : i ; , :

2.

3.

i ; i i ir i .

4.

5. tentangDalamNegaraNegara

Menetapkan

t29

Page 135: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

b

c.

d.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan, dan dokumen tentangidentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain ke]pada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan upaya kesehatan baik untuk rawat jalan maupun rawatnginap yang dikelola oleh Pemerintah atau swasta.

Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokterspesial is.

Tenaga Kesehatan lain adalwr tenaga kesehatan yang ikut memberikanpelayanan kesehatan secara tangsung kepada pasien.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pelayanan Medik dan atauDi rektur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

BAB TITATA CARA PENYELENGGARAAN

Pasal

Setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawatjalan maupunrawat nginap wajib rnembuat rekam medis.

Pasal 3

Rekam medis sebagaimana dimaksud pasal 2 dibuat oleh dokter dan atau tenagakesehatan lain yang memberi pelayanan langsung kepada pasien.

Pasal 4

Rekam medis harus dibuat segera dan direngkapi seluruhnya setelahmenerima pelayanan

Pasal5

Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama dan ianda tanganpetugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

pasal 6

(l ) Pembetulan kesalahan catatan dilakukan pada tulisan yang salah dan di beriparaf oleh petugas yang bersangkutan.

(2) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan

130

Page 136: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

' ( l )(2)

Pasal 7

(1) Lama penyimpanan rekam medis sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5- (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat

(2) Lama penyimpanan rekam medis yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifatkhusus dapat ditetapkan tersendiri

Pasal8

(1) Selelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada pasal 7 dilampaui, rekammedis dapat dimusnahkan.

(2\ Tatacara pemusnahan sebagaimana dimaksud ayat (l) ditetapkan oleh DirekturJenderal .

Pasal 9

Rekam medis harus disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan saranapelayanan kesehatan

BAB III

PEMILIKAN DAN PEI\{ANFAATAN

Pasal 10

Berkas rekam rnedis milik sarana pelayanan kesehatanIsi rekam medis rni l ik pasicn.

Pasal 11

Rekam nredis merupakan berkas yang wajib clijaga kerahasiaannya.

Pasal 12

(1) Pemaparan isi rekam medis hanya boteh dilakukan oleh dokter yang merawatpasien dengan izin tertulis pasien.

(2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat memaparkan isi rekam medistanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 13 . . r ; i ! :

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan beftanggung jawab atas :a. hilangnya, nrsaknya, atau pemalsuan rekam medisb. penggunaan oleh orang/Badan yang tidak berhak

Pasal 14

Rekam medis dapat dipakai sebagai r ,a. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;b. bahan pembuktian dalam perkara hukum;c. bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;

r3t

Page 137: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 21

semua sarana pelayanan kesehatan harus menyesuaikan diri dengan ketentuan_ketentuan dalam peraturan ini paling lama I (satu) tahun, sejak berlakunya peraturanini .

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal22

Hal-hal teknis yang belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan ini akanditetapkan oleh Direktur Jenderar sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Pasal 23

Peraturan Menteri Inl berlaku sejak tanggal ditetapkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengunrJangan peraturan inidengan penempatannya dalam Berita Negara Repubrik Indonesia

Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 2 Desember l9g9

MENTERI KESEHA'IAN REPUBLIK INDONESIA.

cap & nd.

DT. ADHYATMA, MPH.

IIfi

: f, , i i l l

i i i i i l. : .

133

Page 138: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

KEPUTUSAN DIREKTIIR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Nomor : 78/Yan.Med/RS. Um. Dik/YMU Ngl

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS/

MEDICAL RBCORD DI RUMAH SAKIT

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang bahwa untuk keseragaman dalam pelaksanan

penyelenggaraan rekam medis/medical record Ci rumah

sakit dipandang perlu rnenjabarkan lebih lanjut ketentuan

teknis penyelenggaraan rekam medis sebagai pelaksanaan

Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 749aIMENKES/

PER/XII / I989;

b. bahwa sehubungan dengan but ir a perlu di tetapkan

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis di

rumah sakit de.ngan Keputusan I) i rektur Jenderal

Pelayani,n Medik:

Mengingat :L UnCang-undang 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Ke-

sehatan (Lembaran Negara Tahun nomor 131 , 'lambahan

Lembaran Negara Nomor 2068)

Peraturan Pemerintah .No.l0 tahun 1966 tentang Wajib

Simpan Rahasia Kedokteran ( Lembaran Negara Tahun

1966 nomor 21, Tambahan Lembaran Negara 2964)

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. O34lBirhupt

1972 Tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah

Sakit

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 558/

Men.Kes/SI?84 tentang, Organisasi dan Thta Kerja

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

2.

3.

4.

134

Page 139: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

MEMUTUSKAN+ i;ll' ?i , i l

Menetapkan:Pertama KeputusanDirekturJenderalPelayananMediktentangPetunjuk

Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekam Medis/Medical Recorddi Rumah Sakit

.- Kedua Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam diktum per- I

tama adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran kepurusan i

in i

Ketiga Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan akandiadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapatkekeliruan

DITETAPKAN DI : JAKARTAPADATANGGAL : 3l JANUARI l99l

DEPARTEMEN KESEHATAN RIDIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

ttd.

Dr. BROTO WASISTO, MPHNrP 140022724

I

iilliill

t35

Page 140: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

--- 'famprran:

Keputusan Dirjen Pelayanan MedikNomor : 78/Yanmed/RS UmdiklYMUll/g|Tanggal :31 Januari I99l

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYBLENGGARAANREKAM MEDISATEDICAL RECORDS DI RUMAH SAKIT

I. PENDAHULUAN

I . Bahwa dalam rangka upaya perringkatan mutu serta efisiensi pelayanan ke-

sehatan dirumah sakit, perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang

terkait.

Bahwa sebagai salah satu faktor yang ikut nrendukung keberhasilan upaya

tersebut adalah terlaksananya penyelenggaraan rekam medis yang sesuai

dengan standar yang berlaku

Adanya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan

Rahasia Kedokteran/Lembaran Negara Tahun 1966 No 2l Tambahan

Lembaran Negara No 2803; sebagai dasar menjamin terlaksananya Rekam

IVIedis di Rumah Sakit

Adanya keputrrsan Menter i Kesehatan No. 034/8irhup/1912 tentang

Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit dimana antara lain disebutkan

bahwa menunjang terselengggaranya Rencana induk yang baik, maka setiap

rumah sakit diwajibkan:

a. Mempunyai dan merawat statistik yang up-to-date.

b. Membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 134/1978 tentang Stmktirr Organisasi

dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum dimana antara lain disebutkan bahwa

salah satu Sub Bagian adalah Pencacatan Medis.

Dalam perundang-trndangan yang ada, rekam medis belum dapat dikelola

dengan memuaskan. Untuk mengatasi masalah tersebut diterbitkan Peraturan

Menteri Kesehatan No. 749alMenkes/per/Xll/89 tentang Rekam Medis/

Medical Record.

2.

4.

5.

6.

t36

Page 141: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 749alMenkes/per/Xll/89 mengaturpengelolaan rekam medis di semua sarana pelayanan kesehatan karena itpperlu ditetapkan petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan rekam medisdi rumah sakit.

8. Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai :a. Pedoman bagi rumah sakit dalam menyelenggarakan rekam medis,

I $. Dasar untuk menjamin kesamaan pengertian dalam hal'- penyelenggaraan rekam medis.

II. PENGER'TIAN

Rekam Medis di Rumah Sakit adalah berkas yang berisikan catatan dandokumen tentang identitas anamnesis pemeriksaan. Ciagnosis pengobatantindakan dan pelay anan lain yang diberikan kepada seorang pasien selamadirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasukunit gawat darurat dan unit rawat nginap.

Rumah Sakit yang dimaksud adalah Rumah Sakit Umum dan Rumah SakitKhusus, baik rnilik Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABP.I,BUMN maupun Swasta.

Dokter adalah dokter umu[n, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigispesial is.

Dokter Tamu adalah seorang dokter yang statusnya bukan sebagai dokter,tetap di suatu Rumah sakit.

. 5. Residens adalah dokter umum yang sedang mengikuti spesialisasi.

6. Tenaga kesehatan lain adalah tenaga paramedis perawatan dan paramedisnon perawatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsungkepada pasien.

III. TATA CARA PENYELENGGARAN REKAM MEDIS DI RUMAHSAKIT

L Setiap Rumah Sakit wajib membuat Rekam medis, sesuai dengan petunjuk. teknis dari Direkttrr Jenderal Peiayanan Medik.

2. Tenaga yang berhak membuat Rekam medis di Rumah Sakit adalah

a. Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter Gigi

spesialis yang bekerja di rumah sakit tersebut.

L

2.

3.

A.+-

137

Page 142: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Dokter tamu pada rumah sakit tersebut.

Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.

Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan yang

langsung terlibat di dalam pelayanan kepada pasien di rumah sakit

meliputi antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium

klinik, gizi. anestesia, penata rontgen, rehabilitas medik, dan lain

sebagainya.

Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang

ber.rpa Tindakan/Konsultasi kepada pasien, yang mentbuat Rekam

Medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit.

3. Kelengkapan isi rekam medis :

a. Setiap tindakan/Konsulatasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-

lambatnya dalam waktu lx24 jam harus Citulis da-lam lembaran rekam

medis.

b. Semua penczitatan harus ditanda tangani oleh dokter tenaga kesehatan

lainnya sesuai dengan kewenangan dan ditulis nama terangnya serta

diberi tangggal.

c. Pencatatarr yang dibuat oieh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lain-

nya ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat

atau dokter pembimbingnya.

d. Pencatatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter

pembimbingnya

e. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan

melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf

f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehk-an.

4. Penyimpanan Rekam Medis.

a. Penyimpanan rekam medis dapat dilakukan dengan cara sentralisasi

dan desentral isasi . Yang dimaksud dengan sentral isasi adalah

penyimpanan rekam medis dipusatkan di satu tempat di unit rekam

medis/medical record. Yang dimaksud desentral isasi adalah

penyimpanan rekam medis di masing-masing unit pelayanan.

Rumah sakit yang belum mampu melakukan penyimpanan rekam

b.

c.

d.

e.

138

Page 143: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

, : imedis dengan sistem sentralisasi, dapat menggunakan sistem

desentralisasi.. b. Rekam Medis Rumah Sakit disimpan sekurang-kurangnya 5 tahun,

dihitung dari tanggal terakhir berobat.

c. Dalam ha.l rekam medis yang berkaitan dengan kasus-kasus tertentu

dapat disimpan lebih dari 5 tahun. i''

r . d. Penyimpanan rekam medis dapat di lakukan sesuai dengan , jperkembangan teknologi penyimpanan, antara lain dengan microfilm. '

5. Tata Cara Memusnahkan Rekam Medis :

a. Rekam Medis yang sudah memenuhi syarat untuk dimusnahkan

dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit.

b. Direktur Rumah sakit membuat surat keputusan tentang pemusnahan

Rekam Medis dan menunjuk Tim Pemusnah Rekam Medis.

c. Tim Pemusnah Rekam Medis melaksanakan pemusnahan dan rlem-

buatBeri taAcaraPemusnahanyangdisyahkanDirekturRumahSakit .

d. Berita Acara dikirim kepada Pemilik Rumah Sakit dengan tembusan;.- kepada Direktur ienderal Pelayanan Medik.a

IV. PEMILIKAN DAN PEMANFAATAN R"EKAM MEDIS

l. Berkas rekarn medis adalah milik- rumah sakit.

r Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab atas;t' a. Hilangnya. rusaknya atau pemalsuan rekam medis.

b. Penggunaan oleh Badan/orang yang tidak berhak.

2. Isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib d'rjaga kerahasiaannya.

3. Untuk melindungi kerahasiaan tersebut dibuat ketentuan-ketentuan seba-

gai berikut :

a- Hanya petugas rekam medis yang diiizinkan masuk ruang penyirnpanan

berkas rekam medis.

b. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-

badan atau perorangan. kecuali yang telah ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

I "

Selama penderita dirawat, rekam meCis rnelni:Ci tanggrrnq izvu6

139. l Ii i

. l i IrJ l

Page 144: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

perawat ruangan dan menjaga kerahasiannya.

3. Peminjaman Rekam medis :

a. Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset

dan lain-lain oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknya

dikerjakan di kantor rekam medis.

b. Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam medis jika dapat

menunjukkan surat pengantar dari dokter ruangan.

c. Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di rumah sakiVinstitusi

lain, berkas rekam medis tidak boleh dikirimlian, akan tetapi cukup

diberikan resume akhir pelayanan.

Rekam Medis dapat dipakai sebagai :

a. Sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah sakit yang

berguna untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan

pasien.

b. Alat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya aniara dokter

dengan para rnedis dalam usaha memberikan pelayanan pengobatan

dari perawatan.

c. Bukti tertulis (documentary evidence) tentang pelayanan yang telah

diberikan oleh rumah sakit dan keperluan lainnya.

d. Alat untuk analisa dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit.

Alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokter tenaga

kesehatan lainnya dan rumah sakit.

Untuk penelitian dan pendidikan.

Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumber daya.

Untuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan rekam medis.

ISI REKAM RUMAH SAKIT

l. Untuk Pasien Rawat Jalan termasuk pasien gawat dan:rat

Rekam medis memuat informasi pasien antara lain ;

- Identitas pasien..

- Anamnesi : - keluhan utama.

4.

e.

f.

ob'

h.

v. *II

I

*'iIE

It40

Page 145: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

- riwayat sekarang._ r iwayat penyakit yang pernah dideri ta.- riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin di

turunkanlkontak.

- Pemeriksaan : fisik, laboratorium khususnya lainnya- Diagnosis kerja/diferensial diagnosis

-5 - Persetujuan pengobatan/tindakan

- Pengobatan/tindakan.

2. Untuk Pasien rawat NginapRekarn Medis memuat informasipasien antara lain :- Identitas pasien

- Anamnesis : - keluhan utama

- riwayat sekarang._ riwayat penyakit yang pernah diderita._ riwayat keluarga tenrang penyakit yang mungkinditunrnkan/kontak.

- Perneriksaan : fisik, laboratorium, khusus lainnya- Diagnosis kerja,/differensial diagnosis/diagnosis akhir- Persetujuan pengobatan/tindakan

- Pengobatan/tindakan

- Catatan konsultasi

- Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain- Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan.- Resume akhir dan evaluasi pengobatan

VI. PENGORGANISASIAN

l ' Dalam penyerenggaraan rekam medis di rumah sakit, terdapat kegiatan-kegiatan sebagai berikut :a. Penerimaan pasien

b. Pencatatan

c. Pengelolaan data medis

- d. Penyimpanan rekam medis

l4l

Page 146: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

rekam medis (retrival)e. Pengambilan kembali rekam medis (retrival)

2. Pembinaan dan pengawasan

a. Direktur Rumah Sakit wajib melakukan pembinaan terhadap petugas. yang berkaitan dengan rekam medis sertapengetahuan dan keterampilan

b. Direktur Rumah Sakit waj ib membuat prosedur ker ja tetappenyelenggaraan rekam medis di rumah sakit masing-masing.

c. Didalam melakukan pembinaan dan pengawasan Direktur Rumah Sakit' dapat membentuk dan atau dibantu Kcmite Rekam Medis.

VII: SANKSI

L Direktur Jenderal Pelayanan Medik dapat memberikan sanksiadministrasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlzkuterhadap Pimpinan Rumah Sakit yang tidak melaksanakan ketentuanyang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 749alMenkeV

- Per/XIlll989.

2. Direktur Rumah sakit dapat memberikan sanksi administratif sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku terha-

dap senrua petugas Rumah Sakit yang tidak melaksanakan ketentuanyang tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik

ini .

- til

$B

!D.s.a

I3

VIII. PENUTUP

Hal-hal teknis yang belum diatur dalam petunjuk

d itetapkan dal am Petunjuk Tekni s Penyelenggaraan

mah Sakit.

pelaksanaan ini akan

Rekam lvledis di Ru-

DITETAPKAN DI : JAKARTAPADATANGGAL : 3l Januari l99l

, DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

ttd.

on. gnoro wAsIsTo, MPHNIP.140022724

142

Page 147: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

I

DBPARTEMEN KESEHATAN RI.DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JAKARTA

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 KAV. No. 4-9 - P.O. BOX : 3097. 1196 Jakerla 12950

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIKNomor : YM. 00.03.2.2.129 6

Tentang

REVI$ PEDOMAN PENGELOLAANREKAM MEDIS RUMAH SAKIT

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Menimbang bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan rumah

sakit, perlu didukung dengan sistem pengelolaan rekammedis 1'ang baik dan benar.

bah'..va untuk dapat rnengelola rekam medis yang baik danbenar, dibunrhkan pedoman teknis sebagai panduan dalampenyelenggaraannya.

bahwa pedoman teknis penyelenggaraan rekam medisyang ada per lu disempurnakan sesuai denganperkembangan ilnru dan teknologi kesehatan.

bahwa untuk menyempui 'nakan pedoman teknis

penyelenggaraan rekam medis perlu dibentuk panitia

penyelenggaraan yang ditetapkan dengan surat Keputusan

Direktur Jenderal Pelayanan medik.

Mengingat l. Undang-undang RI No. 32 Thhun 1996 tentang kesehatan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. j49alMenKes/PERi

XIYI 989 tentang/Medical Record.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.983/I4enKes/SIV

IV/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum.

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558/lVIenKes/SK/

1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Ker ja

Departemen Kesehatan RI.

b.

c.

d.

t43

Page 148: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

DEPARTEMBN KESEHATAN RI.

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK

JAKARTA

Jl. H.F. Rasuna Said Blok X5 KAV No. 4'9' P.O. BOX : 3097, 1 1 96 Jakarta 12950

Memperhatikan : I . Program Kesehatan Rujukan Rumah Sakit Repelita VI DitjenYanmedik

2. Dik. Ditjen Yanmedik tahun Anggaran 199611997

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:Perlama : Melaksanakan penyusunan prosedur petap Penyelenggaraan

Rekam Medis.

Kedua : Membentuk Tim Penyusunan prosedur Tetappenyelenggaraan rekam Medis, dengan susunan sebagaiberikut :

l. Penanggungjawab

2. Ketua

3. Sekretaris4. Anggota

5. Sekretariat

Dr. Adji MuslihuddinKadit RS Umum dan Pendidikan

Dr. NurulAiny SidikKasubdit Yanmedik UmumKasi Pencatatan Medikl. Drs. Diyardi Nugroho2. Dr. Sumiati S. Kamil3. Drg. Entzar Noerdin4. Fitriah, SKM5. Dra. Sri Suwarti BSc6. Drs. Bardjo Taruna

l. M. Taufik Kahu l,use

II

Cl

2. Sumarno (a) '

3. ' l jasman4. Tries Mustikasari

Gtiga : Tim Penyusunan bertugas :

L Mengumpulkan data dan bahan

lry+

Page 149: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Keempat

Kelima

ttd.

Dr. Soejoga, MPHNip. 140024148

Tembusan kepada Yth :1. Sekretaris Jenderal Depkes RI2. Inspektur Jendeial Depkes Rl3. Badan Pemeriksa Keuangan Dan Perrrbangunan diJakana.4. Kepala Direktorat di Lingkungan Ditjen Yanmedik5. Kepala Pusdiknakes Depkes Rl6. Kepala Pusdiklat Pegawai Depkes Rl7. Anggota Panitia yang bersangkutan8. Pertinggalan

Keenam

2. Menyusun rencana penyempurnazin pedoman teknisperryelenggaraan rekam medis melalui rapat anggota danpenemuan intensif.

3. lvlerumuskan hasil pertemuan intensif anggota tim penyusun4. Mempertanggung jawabkan dan melaporkan hasi l

penyusunan rancangan pedoman teknis penyelenggaraan

rekam medis.

Dalam melaksanakan tugasnya tim penyusun bertanggungjawab kepada Dirjen pelayanan Medik dan laporkan hasilkegiatannya, selambat-lambatnya satu bulan setelah seluruhkegiatan penyusunan prosedur tetap penyelenggaraan rekammedis selesai.

Biaya penyusunan prosedur tetap penyelenggaraan rekammedis dibebankan kepadaDlKDiden Pelayanan Medik tahunanggaran 199611997.

Masa tugas t im penyusun terhi tung sejak tanggalditetapkannya keputusan ini dan apabila dikemudian hariternyata terdapat kekeliruan dalam penempatannya akandiperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Di JakartaPadaTanggal :27 Nopember 1996Direktur Jenderal Pelavanan Medik..

145

Page 150: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Lampiran:Keputusan Dirjen PelaYanan Medik

Nomor : YM.00.03.2.2. 1296

Tanggal: 27 November 1996

REVISI PEDOMAN PENGELOLAANREKAM MEDIS/IVIEDICAL RECORDS DI RUMAH SAKIT

T. PEI\DAHULUAN

Bahwa dalam rangka upaya peningkatan rnunr serta efisiensi pelayanan ke-sehatan di rumah sakit, perlu adanya dukungan dari berbagai taktor yangterkait.

Bahwa sebagai salah satu faktor yang ikut mendukung keberhasilan upayatersebut adalah terlaksananya peyelenggaraan rekam medis yang sesuaidengan standar yang berlaku.

Adanya Peraturan Pemerintah No.034/8 irhupl | 992 tentang Perencanaandan Pemeliharaan Rumah Sakit dimana antara lain disebutkan bahwa gunamenunjang terselenggaranya Rencana Induk yang baik, maka setiap rumahsakit diwajibkan :a. Mempunyai dan merawat statistik yang up-todateb. Membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 134/t978 tentang Struktur Organisasidan f'ata Kerja Rumah Sakit Umum dimana antara lain disebutkan bahwasalah satu Sub bagian adalah Pencatatan Medik.

Dalam perundang-undangan yang ada, rekam medis belum dapat dikeloladengan memuaskan. Untuk mengatasi masalah tersebut Peraturan MenteriKesehatan No. 749alMenKes/Per/XII/89 tentane Rekam Medis/MedicalRecord.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 479allVlenKes/PerlXII/Sg mengarurpengelo,laan rekam medis disemua sarana pelayanan kesehatan karena ituperlu ditetapkan petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan rekam medis dirumah sakit.

Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai :a. Pedoman bagi rumah sakit dalam menyelenggarakan rekam medis.b. Dasar untuk penjamin kesamaan pengertian dalam hal penyelenggaraan

rekam medis.

t .

2.

3.

5.

6.

7.

8.

146

Page 151: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

II. PENGERTIAN

l. Rekam Medis di Rumah Sakit adalah berkas yang berisikan caratan dandoku men tentang identitas anamnes i si, pemeriksaan, diagnosi s pengobatantindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selamadirawat di rumah sakit yang dilakukan di Unit-unit rawat jalan termasukunit gawat darurat dan unit rawat nginap.

2. Rumalr Sakit yang dimaksud adalah Rumah Sakit Umum dan Rumah SakitKhusus,baik milik Depatemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI,BUMN maupun swasta.

3. Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigispesialis.

4. Dokter Tamu adalah seorang dokter yang statusnya bukan sebagai doktertetap disuatu rumah sakit.

5. Residens adalah dokter umum yang sedang mengikuti spesialisasi.6. Tenaga kesehatan lain adalah tenaga paramedis perawatan dan paramedis

non perawatan yang ikut memberikan pelavanan kesehatan secara langsungkepada pasien

III, TATA CARA PENYEI-ENGGARAAN REKAM MEDIS DI RUMAHSAKIT

l. Setiap rumah sakit wajib memuat Rekam Medis, sesuai dengan petunjukteknis dari Direktur Jendral Pelayanan Medik.

2. Tenagayang berhak membuat Rekam Medis di Rumah Sakit adalah :a. Dokter Umum. Dokter Spesiatis. Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis

yang bekerja di rumah sakit tersebut.b. Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinikc. Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan yang

langsung telibat didalam pelayanan-pelayanan kepada pasien di rumahsakit meliputi antara lain ; perawat, perawat gigi. bidan, tenagalaboratorium klinik, gizi, anestesia, penata rontgen, rehabilitasi medik.dan lain sebagainya.

d. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yangberupa Tindakan/Konsultasi kepada pasien, yang membuat RekamMedis aclalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit.

3. Kelengkapan isi rekam medis :

a. SetiapTindakan/Konsultasi yangdilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam waktu I x24iam harus ditulis dalam lembaran rekammedis.

d

147

Page 152: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

5. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dofiter/tenaga kesehatanlainnya, sesuai dengan kewenangannya yang ditulis nama terangnyaserta diberi tanggal.

c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lain-nya ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawatatau oleh dokter pembimbingnya.

d. Pencatatan yang dibuat oleh Residens harus diketahui oleh dokterpembimbingnya.

e. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan - 3

-melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan f

4. Penyimpanan Rekam Medis: ".

a. Penyimpanan Rekam Medis dapat dilakukan dengan cara sentralisasidan desentral isasi . Yang dimaksud dengan sentral isasi adalahPenyimpanan Rekam Medis dipusatkan disatu tempat/di unit rekammedis/medical record. Yang dimaksud desentral isasi adalahpenyimpanan rekam medis dimasing-masing unit pelayanan. RumahSakityang belum mampu melakukan penyimpanan rekam medis dengansistem sentralisasi, dapat rnengguDakan.sistem desentralisasi.

b. Rekam Medis Rumah sakit disimpan sekurang-kuranganya 5 tahun,dihitung dari tanggal terakhir berobat.

c. Dalam hal rekam medis yang berkaitan dengan kasus-kasus tertentu ' -

dapat disimpan lebih dari 5 tahun. :

d. Penyimpanan rekam medis dapat di lakukan sesuai denganperkembangan teknologi penyirnpanan, antara lain dengan microfilm.

5. Tata Cara Pemusnahan Rekam Medis :

a. Rekam Medis yang sudah memenuhi syarat untuk ci imusnahkandilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit.

b. Direktur Rumah Sakit membuat Surat keputusan tentsng PemusnahanRekam Medis dan menunjuk Tim Pemusnah Rekam Medis.

c. Tim Pemusnah Rekam Medis melaksanakan pemusnahan dan mem-buat Berita Acara Pemusnahan yang di syahkan Direktur Rumeh Sakit.

d. Berita Acara dikirim keiradap milik Rumah sakit dengan tembusan ke-pada Direktur Jenderal Pelayanan Medik ,

IV. PEIVILIKAN DAN PBMANFAATAN REKAM MEDIS

l. Berkas Rekam Medis adalah milik rumah sakit

t48

Page 153: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

2.

Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab atas ia. Hilangnya, rusaknya atau pemalsuan rekam medisb. Penggunaan oleh badan/orang yang tidak berhak

Isi Rekam Medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya.Untuk melindungi kerahasiaan tersebut dibuat ketentuan-ketentuan sebagaiberikut :

a. Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang penyimpanan

berkas rekam medis.

b. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis untuk badan-badan atau perorangan, kecuali bila telah ditentukan oleh peraturanperundang-undangan yang berlaku.

c. Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung jawabperawat ruangan dan menjaga kerahasiaannya.

Perninjaman Rekam Medis:a. Peminjarnan Rekam Meciis untuk keperluan pembuatarr makalah, riset

dan lain-lain oleh seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknyadikerjakan di kantor rekam medis.

b. Mahasiswa kerJokteran dapat nieminjam rekanr medis jika dapatmenunjukkan surat pengantar dari dokter ntangan. ,

c. Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di rumah sakit/institusilain, berkas rekam medis tidak boleh dikirimkan, akan tetapi cukupdiberikan resume akhir pelayanan.

Rekam Medis dapat dipakai sebagai :a. Sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah sakit yang

berguna untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasienb. Aiat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara dokter

dengan paramedis dalam usaha memberikan pelayanan pengobatan danperawatan.

c. Bukti penulisan ( dokumentary evidence ) tentang pelayanan yang telahdiberikan oleh rurnah sakit dan keperluan lainnya.

d. Alat untuk analisa dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yangdiberikan oleh rumah sakit.Alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokter tenagakesehatan lainnya dan rumah sakit.Untuk penelitian dan pendidikan.

Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumber dayaUntuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan rekam medis.

4.

f.ocr '

h.

149

Page 154: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

V. ISI REKAM MEDIS RUMAH SAKIT

l. untuk Pasien Rawat Jalan termasuk pasien gawat darurat. Rekam Medismemuat informasi pasien antara lain:

- Identitas pasien.

- Anamnesis : - keluhan utama

- riwayat sekarang

- riwayat penyakit yang pernah diderita,

- riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkinditurunkan&ontak.

- Pemeriksaan: fisik, laboratorium, khusus lainnya- Diagnosis kerja/diferensial diagnosis- Pengobatan/tindakan

2. Untuk Pasien Rawat Inap:Rekarn Medis memuat informasi pasien antara lain:- Identitas pasien.

- Anamnesis : - keluhan utama

- riwayat sekarang

- riwayat penyakit yang pemah diderita

- riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkinditurunkan/kcntak

- Pemeriksadn fisik, laboratorium, khusus lainnya- Diagnosis kerja / ditferensial diagnosis/diagnosis terakhir- Perserujuan pengobatan / tindakan- Pengobatan / tindakan

- Catatan konsultasi

- Catatan perawat dan tenaga kesehatan lain- Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan

- Resume akhir dan evaluasi pengobatan

VI. PENGORGANISASIAN

l. Dalam penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit, terdapat kegiatan-kegiatan sebagai berikut:a. Penerimaan pasien

b. Pencatatan

i ,

r*&& t -

r50

Page 155: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

b.

c.

c. Pengelolaan data medisd. Penyimpanan rekam medise. Pengambilan kembali rekam medis

2. Pembinaan dan Pengawasana. Direktur Rumah sakit wajib melakukan pembinaan terhadap petugas

yang berkaitan dengan rekam medis serta pengetahuan dan keterampilanmereka.Direktur Rumah sakit waj ib membuat prosedur ker ja tetappenyelenggaraan rekarn medis di rumah sakit masing-masingDi dalam melakukan pembinaan pengawasan Direkrtur Rumah Sakitdapat membentuk dan atau dibantu Komite Rekam Medis.

VII. SANKSIl. Direktur Jenderal Pelayanan Medik dapat memberikan sanksi administrasi

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku terhadapPimpinan Rumah Sakit yang tidak melaksanakan ketentuan yang tercan-rum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 479allvlenKeslPer/)(I I/I989

2. Direknrr Rumah sakit dapat memberikan sanksi administratif sesuai denganketentuan ileraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap semuapetugas Rumah Sakit yang tidak melaksanakan ketentuarr yang tercantumdalam keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik ini.

VIII. PBNUTUP . i* .

Hal-hal teknis yang belum diatur dalam petunjuk pelaksanaan ini akan ditetapkandalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit.

Di tetapkandi :JakartaPada tanggal : 27 November 1996

DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK

Dr. H. SOEJOGA, MNIP. 140.D24 148

ftd.

l5 l

Page 156: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REqUBLIK INDONESIANO MOR : 585/IVIEN.KES/PER/X/1 989

TENTANGPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

MENTERI

Menimbang : a

KESEHATAN REPTTBLIK INDONESIA

bahwa dalam menjalankan profesi kedokteran perluditetapkan landasan hukum untuk menjadi pedoman bagipara dokter, baik yairg bekeda dirumah sakit, puskesmas,klinik maupun pada praktek perorangan atau bersama.

bahwa pengafuran tentang persetujuan tindakan medildinformed consent merupakan suatu hal yang berkaitan eratdengan tindakan medik yang dilakukan cleh dokter danoleh karenanya perlu diatur dalam suatu Peraturan N{enteriKesehatan.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran NegaraTahun 1960 Nomorl3l , Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068);

b.

Mengingat ! l.

Menetapkan

2. Undang-Undang Nomor/Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79,Thmbahan Lembaran Negara Nomor 2576).

MEMUTUSKAN:

: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK IN-DONESIA TENTANG PERSETUJUAN TINDAKANMEDIK.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan

oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medikyang akan dilakukan terhadap pasien tersebut;

b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasienberupa diagnostik terapeutik;

c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhikeutuhan jaringan tubuh;

d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialisyang bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.

BAB IIPERSETUJUAN

Pasal2

Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harusmendapat persetujuan.Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.

. r52

( l )

(2)

Page 157: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (l) diberikan setelah pasienmendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yangbersangkutan serta resiko yang dapat ditimbullfunnya.

(4) Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pen-didikan serta kondisi situasi pasien.

Pasal 3

(1) Setiap tindakan medik yang mengandung resiko tinggi harus denganpersetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikanpersetuJuan.

(2) Tindakan medik yang tidak termasul sebagaimana dimaksud dalam pasalini tidak diperlukan persetujuan tertulis, cukup persetujuan lisan.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayal (2) dapat diberikan secara nyata-nyata atau secara diam-diam

BAB IIIINFORMASI

Pasal 4

Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baikdiminta maupun tidak diminta.

Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkzrpnya, kecuali biladokter menilai bahwa informasi tersebut dapat nierugikan kepentingan ke-sehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi.

Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat(2) dokter dengan persetujuanpasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekatdengan didampingi oleh seorang perawaVparamedik lainya sebagai saksi.

Pasal 5

Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakanmedik yang akan diberikan , baik diagnostik maupun terapeutik.

Informasi diberikan secara lisan.

Infor.rnasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilaibahwa hal itu tidak merugikan kepentingan kesehatan pasien.

(4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuanpasien dapat memberi informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.

Pasal 6

( I ) Dalam hal tindakdn bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasiharus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi itu sendiri.

(2> Dalam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter sebagaimana dimaksudayat (l) informasi harus diberikan oleh dokter lain dengan pengetahuanatau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.

(3) Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan yang tidakinvasif lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat,dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.

( l )

(2)

(3)

( l )

(2)

(3)

153

Page 158: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

Informasijuga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.(l) Informasijuga harus diberikan jika ada kemungkinan perruasan operasi.

(2) Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan un-tuk menyelamatkan jiwa pasien

(3) Setelah perluasan operasi sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan dokterharus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya.

BAB IVYANG BBRHAK

MEMBERIKAN PERSETUJUANPasal 8

(l) Persetujuan diberikan oleh pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadardan sehat mental,

(2) Pasien dewasa sebagaimara dimaksud ayat (l ) adalah yang telah berumur 21(dua puluh satu) tahun atau telah menikah.

Pasal g

(1) qlgip-asiendewasa.yangberadadibawahpengampunan(curarele)persetujuandiberikan oleh wali/curator.

(2) B-agi pasien dewas.a.yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikanoleh orang tua,/wali/curator.

, pasal l0

Bagi pasien d.i oawah umur 2l (dua pulu satu) tahuri dan tidak mempunyaiolang tua,/wali dan atau orang tua./rvali berhalangan, persetrijuan diberiianoleh keluarga terdekat atau induk sernang (guardian). -

Pasal 11

Dalam hal pasien tidak.sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluargaterdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat din atau darurat yaigmemerlukan tindakan medik segera untuk kepeniingannya, tidak diperlukaipersetujuan dari siapapun.

BAB VTANGGUNG JAWAB

Pasal 12 -

(l) Dokter-bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan lentang persetujuantindakan medik.

(2) Pemberian persetujan tindakan medik yang dilaksanakan di rumah sakit/klinik,maka rumah sakit/ klinik,yang bersangkutan ikut bertanggung jawab.

BAB VISANKSIPasal 13

t

Daltpemnyal

Hadit

Pe

P

n

154

Page 159: Himpunan Peraturan Yang Berkaitan Dengan Akreditasi

iy

BAB VIIKETENTUAN LAIN

pasal 14

Dalam hal tindakan m:dik yang harus diraksanakan sesuai dengan programpemerintah dimana tindakan meJik tersebut untuk kepentingan masyarakat ba_nyak, maka persetujuan tindakan medik tidak di p"trur'an. 'D5" 'rrsorq^o! L"r-

{\

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

pasal 15

Har-har yang bersifat teknis yang berum diarur daram peraturan Menteri ini, iditetapkan oleh Direktur Jendera! pelayanan Medik

Fasal 16

Peraturan lvfenteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ot.r,::t]:I roFang; nengetahuinya, memerintahkan pengundangan

_ , peraturan ini dengan penempat nya daram Berita Negara Republik Inlonesia."

Di tetapkandi : JakartaPada tanggal :4 September l9g9

MENTERIKESEHATANREPM

ttd.

DT. ADHYATMA, MPH.

155