Upload
others
View
51
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HIJRAH DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN
(STUDI TAFSIR TEMATIK)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam (Ilmu Al-Quran dan Tafsir)
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
NURUL HAYAT
NIM: UT.160095
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag Jambi, 13 Mey 2020
Sajidah Putri, M. Hum
Alamat : Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth
UIN STS Jambi Bapak Dekan
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak USA
Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi
Muaro Jambi di
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Nurul Hayat dengan judul “Hijrah dalam
Perspektif Al- Quran (Studi Tafsir Tematik Istilah Al-Qur’an)” telah dapat
diajukan untuk di munaqashahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan/Progran Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) di
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag Sajidah Putri, M.Hum
NIP.197208091998031003 NIP.
ii
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Hayat
Nim : UT.160095
Tempat Tanggal Lahir : Kampung Dalam 24-09-1995
Konsentrasi : Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Alamat :Rt/Rw :006/000, Kel/Desa : Bukit Sulah, Kecamatan :
Batang Asai, Kabupaten : Sarolangun, Provinsi : Jambi
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul
“Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Stadi Tafsir Tematik Istilah)” adalah benar
karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumber-sumbernya
sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak
benar, maka saya sepenuhnya bertanggung sesuai dengan hokum yang berlaku di
Indonesia dan ketentuan di Fakultas Ushuluddin dan Stud Agama UIN STS Jambi,
termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan seperlunya.
iii
iv
MOTTO
“dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah
menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu
sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”1
1Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 14 (Jakarta: Depertemen Agama RI, 1985),
279.
v
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan, kesempatan dan
kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
memperoleh gelar strata satu (S1). Shalawat beriringan salam tak lupa pula
kukirimkan kepada baginda Rasulullah Saw.
karya ini kupersembahkan kepada orang-orang terkasih dan tersayang yang telah
banyak membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Mereka adalah:
Ayahku terhormat M Syakri
Ibundaku termulia Samaratul Jannah
Adek-adekku tercinta:
Nurul Huda, Lailatul Isnaini,
Bahrul Ilmi, M Rafi’I,
M Sabilul Muhsinin
vi
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang makna hijrah dalam perspektif Al-Qur’an
studi tafsir tematik istilah Al-Qur’an. Dilatar belakangi oleh Pada era milenial
sekarang ini fenomena hijrah menjadi sebuah trend dalam kehidupan masyarakat
tanah air, terutama di perkotaan. Tren hijrah menjadi pilihan baru dalam hidup
seorang muslim zaman sekarang hijrah di konotasikan dengan taubat, yang cenderung
di identik dengan perubahan yang signifikat terhadap cara berpakaian yang dahulunya
tidak menutup aurat, berpakaian ketat, kini berubah menutup aurat, berpakaian lebih
syar’i dengan kerudung panjang, dan berbaju longgar, bahkan ada juga yang
memakai cadar. Sedangkan jika dilihat pada sejarah Nabi Muhammad dan Nabi-nabi
terdahulu hijrah diidentik dengan berpindahnya dari satu tempat ke tempat lain
dengan tujuan untuk menyelamatka diri dari kejahatan orang-orang kafir yang
memerangi. Bagaimana pemaknaan dan penerapan kata hijrah dalam Al-Qur’an
secara rinci. Agar tidak salah dalam mengartikan dan mengambil langkah ketika ingin
berhijrah. Supaya tidak terkesan hanya mengikuti trend perkembangan zaman namun
kita harus paham syari’at Islam tentang perintah hijrah sesuai dengan yang telah
dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Dan agar mengerti hakikat hijrah dengan benar
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (library research), yang menyajikan secara sistematis data yang
berkenaan dengan permasalahan yang diperoleh berdasarkan pemahaman terhadap
buku-buku literature-literature yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Data tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu buku-buku literature
yang berhasil dikumpulkan sebagai data tambahan. Penelitian ini menerapkan metode
tafsir tematik: Menentukan istilah Al-Qur’an yang akan dikaji, menentukan akar kata
yang akan dikaji, menentukan makna akar kata yang akan dikaji, menyebutkan
derivasi atau bentuk-bentuk perubahan kata, mengaitkan makna bahasa dengan
makna yang digunakan Al-Qur’an, mengaitkan kata yang akan dikaji dengan konteks
ayat, menyusun ayat-ayat yang memuat yang akan dikaji menurut urutan turunnya,
menemukan penafsiran ayat yang memuat kata yang akan dikaji, mengaitkan kata
yang akan dikaji dengan persoalan-persoalan kekinian, mengamati dengan seksama
ayat-ayat yang memuat kata guna mengungkapkan pesan-pesan ayat yang halus dan
dalam.
Hasilnya penulis menemukan bahwa proses perubahan makna hijrah dari era
klasik ke era kontenporer adalah hijrah yang diartikan dengan berpindah dari satu
tempat ke tempat lain ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan
kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah ditaklukkan oleh Islam dan
kepemimpinan Islam. Maka tidak ada lagi hijrah (berpindah dari kota Makkah ke kota
Madinah) setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal. Namun
jika dunia telah kembali kepada sifat jahiliah. Jika hukum Allah telah dihapuskan dari
kehidupan manusia. Maka dimulai lagi perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang
pertama, hingga bisa menegakkan negeri Islam secara bertahap dan hijrah (berpindah
dari satu tempat ketempat lain).
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirraahiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan, kesempatan dan
kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul,
“Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik Istilah Al-Qur’an)”
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta para sahabat beliau, yang senantiasa
istiqomah dalam memperjuangkan agama Islamn, semoga kita menjadi hamba-hamba
pilihan seperti mereka Amiin ya Rabbal ‘aalamin.
Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis
telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu penulisan
skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga, mendidik,
menyayangi dan senantiasa mensuport serta mendoakan penulis sehingga karya ini
dapat disesaikan.
Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar kepada:
1. Bapak Dr. Abdul Halim, S. Ag., M.Ag selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan
Skripsi ini.
2. Ibuk Sajidah Putri, M. Hum selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi ini.
3. Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu
Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
viii
4. Bapak Drs. H. Ishak Abd. Aziz. M. Fil. I selaku pembimbing akademik yang
senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya demi
terselesaikannya Skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang Administrasi
Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi.
8. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang
Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
9. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ary, MA, Ph. D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak Dr.
Bahrul Ulum, S.Ag.,MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Para Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi.
12. Bapak Ibuk Karyawan dan Karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
UIN STS Jambi.
13. Ayah, Ibu, Adek, Keluarga Besar, Sahabat-sahabat seperjuangan dan teman-
teman mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran penulisan Skripsi ini.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis demi kelancaran
penulisan Skripsi ini.
ix
Semoga Allah SWT., membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada
penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pada umumnya
kepada seluruh pembaca.
Jambi 3 -05-2020
UT.160095
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
NOTA DINAS ...................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................... iii
MOTTO ............................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Batasan Masalah. ................................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 6
E. Metode Penelitian ............................................................................... 9
F. Sistematika Penelitian ........................................................................ 11
BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG HIJRAH
A. Pengertian Hijrah................................................................................ 12
B. Sejarah Hijrah ..................................................................................... 16
1. Hijrah ke Habasyah ...................................................................... 16
2. Hijrah ke Madinah ........................................................................ 17
C. Konteks Hijrah Di Kalangan Muslim Milenial. ................................. 21
D. Eksistensi Hijrah dalam Al-Qur’an .................................................... 24
1. Komparasi Hijrah Dengan Ibadah-Ibadah Lainnya ..................... 25
xi
2. Menjadikan Hijrah Sebagai Sunnah Para Nabi ............................ 29
BAB III : AYAT-AYAT TENTANG HIJRAH
A. Ayat-ayat yang Berkaitan dengan Hijrah ........................................... 33
B. Klasifikasi Ayat Hijrah Berdasarkan Makkiyah dan Madaniah ......... 43
C. Bentuk-Bentuk Kata Hijrah Dalam Al-Qur’an .................................. 45
BAB IV : PENAFSIRAN AYAT TENTANG HIJRAH
A. Penafsiran Ayat Tentang Hijrah ......................................................... 48
1. Surah Al-Baqarah Ayat 218 ........................................................ 48
2. Surah Al-Anfal Ayat 74 . ............................................................ 50
3. Surah Al-Muddatssir Ayat 5. ...................................................... 52
B. Jenis-Jenis Hijrah .............................................................................. 56
C. Perubahan Makna Hijrah dari Era Klasik ke Era Kontenporer .......... 60
D. Hikmah Hijrah Dalam Aspek Sejarah ................................................ 62
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 66
B. Saran. .................................................................................................. 67
C. Rekomendasi ..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
n = ن gh = غ sh = ش kh = خ = أ
w = و f = ف ṣ = ص d = د b = ب
h = ه q = ق ḍ = ض dh = ذ t = ت
’= ء k = ك ṭ = ط r = ر th = ث
y = ي l = ل ẓ = ظ z = ز j = ج
m = م ‘ = ع s = س ḥ = ح
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Ā ىا A ا
ī ا
aw ا و Á ا ى U ا
Ū ا و I ا
ay ا ى
C. Syaddah atau Tasydid
Syaddah dilambangkan dengan tanda (-), dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi hal itu tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah huruf
syamsiyyah.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era milenial sekarang ini fenomena hijrah menjadi sebuah trend dalam
kehidupan masyarakat tanah air, terutama di perkotaan. Tren hijrah menjadi pilihan
baru dalam hidup seorang muslim zaman sekarang hijrah di konotasikan dengan
taubat, yang cenderung di identik dengan perubahan yang signifikat terhadap cara
berpakaian yang dahulunya tidak menutup aurat, berpakaian ketat, kini berubah
menutup aurat, berpakaian lebih syar’i dengan kerudung panjang, dan berbaju
longgar, bahkan ada juga yang memakai cadar. Sedangkan hijrah laki-laki zaman
sekarang mereka cenderung memanjangkan jenggot dan memendekkan celananya di
atas mata kaki yang lebih dikenal dengan sebutan celana cingkrang.1
Belakangan ini marak sekali ditemukan kampanye-kampanye atau komunitas
gerakan hijrah di media sosial, baik mengenai meme hijrah atau akun di media sosial.
Yang mana pengguna terbesarnya adalah anak muda kelas menengah perkotaan.
Adapun hadits Nabi Saw menjelaskan tentang hijrah yang diriwayatkan oleh Imam
An-Nasa’i yaitu:
بد الله بن ر ، ع ن ع يل ، ع ن ع ام ا ع دث ن ا ي حي ، ع ن إ سم ، ق ال : ح و بن ع ل يه ن ا ع مر ا خب ر
ل س ول الله ص عت ر و ق ال : س م ون ع مر سل م ن س ل م الم سل م م س لم ي ق ول : )الم ل يه و ى الله ع
ا ه الم ه ، و ن ل س ان ه و ي د ا ن ه ى الله ع نه ( ج م ر م ن ه ج م ر
“Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amr bin Ali, dia berkata: telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il dari ‘Amir dari Abdullah bin
‘Amr, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang
muslim adalah orang yang seluruh kaum muslimin merasa selamat dari lidah
1Zahrina Sanni Musahadah dan Sulis Triyono, “Fenomena Hijrah di Indonesia: Konten
Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, Vol.12, No.2 (2019), 118.
3
dan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa
yang Allah larang.”2
Pemaknaan kata hijrah pada masa Nabi Muhammad Saw. dengan hijrah pada
zaman sekarang sangat berbeda, jika hijrah pada masa Nabi Saw. di identik dengan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan diri dan agama,
dapat kita lihat melalui sejarah awal mula hijrah. Maka hijrah pertama kali dilakukan
oleh umat Islam adalah ke Abisinia pada tahun ke lima setelah ke Nabian karena
gangguan kafir Quraisy terhadap umat Islam semakin menjadi-jadi, sampai-sampai
ada yang dibunuh, dan disiksa, sementara umat Islam masih sangat lemah.3 Pada
waktu itu turunlah ayat yeng memerintahkan untuk berhijrah dalam surah Al-Nahl
ayat 110.
“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah
sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;
Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al-Nahl: 110).4
Hijrah yang kedua dilakukan oleh umat Islam adalah ke Yasrib namun
sekarang lebih di kenal dengan nama Madinah. Ketika itu datanglah wahyu yang
memerintahkan Nabi untuk hijrah dalam surah An-Nisa’ ayat 97.
2Abu Abd al-Rahman Ahmad ibn Su’aib ibn Ali al-Khurasani, al-Sunan al-Nasa’I, Vol 8,
Bab. Shofatul al-Muslim, no. Indeks 4496 (Khulub: Maktabah al-Matbua’ts al-Islamiyah, 1986), 105. 3 Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2009),
90. 4Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 14 (Jakarta: Depertemen Agama RI, 1985),
279.
4
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan
Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam
Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-
orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-
orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”. (QS. An-Nisa’: 97).5
Sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad Saw. merupakan kenangan yang harus
selalu hidup dalam jiwa orang mukmin, menjulang tinggi dalam hatinya, dan
menghiasi pandangan mata mereka. Dalam hijrah kita temukan bukti kebenaran iman,
pengorbanan, kesungguhan, kerelaan, puncak kesetiaan, dan kedermawanan. Oleh
karena itu hijrah dicatat kekal dalam sejarah sebagai jihad para nabi dan awal sejarah
Islam. Peristiwa tersebut merupakan suatu kemenangan besar yang dikaruniakan
Allah kepada kaum muslim Makkah, mereka telah selamat dari ancaman musuh.
Dalam Al-Qur’an hijrah juga dijelaskan dengan artian sebagai berikut di
dalam surat An-Nisa’ ayat: 100
5
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka
bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),
Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa’ ayat: 100).6
Dalam firman di atas menjadi dalil bahwa hijrah yang disebutkan adalah
hijrah dalam menjaga agama, namun seluruh hijrah yang bermotivasi tercakup di
5Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.
6Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.
5
dalamnya. sebagaimana berhijrah untuk menuntut ilmu atau berdakwah.
Untuk mendapatkan penjelasan tentang makna hijrah maka harus kembali
kepada Al-Qur’an dan sunnah karena semua umat Islam mengetahui bahwa sumber
utama dan pertama ajaran agama Islam adalah Al-Qur’an, baru kemudian diikuti
dengan Al-Hadits sebagai sumber penting kedua agama Islam. Al-Qur’an adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui
perantara malaikat Jibril, ditulis dalam bentuk mushaf, dinukilkan kepada kita dengan
cara tawatur (mutawatir), yang dinilai ibadah dalam membacanya, dimulai dengan
surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas. Seiring dengan pengertian
harfiah Al-Qur’an yang arti utamanya adalah bacaan yang dibaca, maka siapapun
diperbolehkan atau bahkan dipersilahkan untuk membuktikan sendiri perihal
kewahyuan Al-Qur’an ini dari sisi manapun, termasuk dari sudut pandang dan
perasaan bacaannya.7
Namun untuk membaca dan memahami Al-Qur’an, kita harus mempunyai
ilmu atau pemahaman tentang cara membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik
dan benar. Karena dikhawatirkan kita salah dalam memahami dan memaknai ayat-
ayat Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an Al-Karim adalah merupakan kalam Allah yang
telah ia tanam ke dalam qalbu Rasulullah Saw. untuk memberi petunjuk kepada
manusia, dan seluruh alam semesta ini, agar berjalan menurut hukum-hukumnya. Al-
Qur’an dapat menjawab semua pertanyaan, kegelisahan jiwa, dan mampu memberi
pengaruh ke semua hati yang mencari kebenaran. Al-Qur’an dapat menyampaikan
keterangannya kepada semua kalangan, dengan menggunakan kalimat yang singkat,
dan indah, bahkan setiap hurup dalam Al-Qur’an memiliki makna tersendiri. Al-
Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Rasulullah saw. dan dakwahnya yang
mulia.
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas, penulis menilai kajian
tentang hijrah menarik untuk dikaji, karena beragamnya makna hijrah yang ada
7Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 27.
6
sehingga terkesan belum memberi makna yang konkrit dalam artian masih memiliki
makna yang global. Oleh karena itu pada penulisan ini, penulis berusaha untuk
memaparkan bagaimana bentuk-bentuk atau ragam-ragam kata hijrah di dalam Al-
Qur’an. Dan bagaimana pemaknaan dan penerapan kata hijrah dalam Al-Qur’an
secara rinci. Agar tidak salah dalam mengartikan dan mengambil langkah ketika ingin
berhijrah. Supaya tidak terkesan hanya mengikuti trend perkembangan zaman namun
kita harus paham syari’at Islam tentang perintah hijrah sesuai dengan yang telah
dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Dan agar mengerti hakikat hijrah dengan benar.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum tentang hijrah ?
2. Bagaimana perubahan makna kata hijrah dalam Al-Qur’an ?
3. Bagaimanakah penafsiran ayat tentang hijrah menurut Mufassir ?
C. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terfokus kepada permasalahan yang dibahas dan
untuk mencegah ketidak seimbangan dalam menyelesaikan masalah, serta karena
banyaknya ayat yang membahas tentang hijrah, maka dalam penelitian ini penulis
hanya akan memfokuskan pada penafsiran hijrah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 218, surah Al-Anfal ayat 74, dan surah Al-Muddatsir ayat 5.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas,maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum tentang hijrah
b. Untuk mengetahui bagaimana perubahan makna kata hijrah dalam Al-Qur’an
c. Untuk mengetahui penafsiran ayat tentang hijrah menurut mufassir
7
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memenuhi diantaranya
adalah:
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan,
khususnya yang berkaitan dengan hijrah dalam Al-Qur’an.
b. Memberikan kontribusi pemikiran agar tidak salah dalam memahami isi
suatu kandungan ayat.
c. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan penulis dalam membuat
dan menyusun karya ilmiah yang baik dan benar.
E. Tinjauan Pustaka
Kajian kepustakaan pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan penelitian sejenis yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak terjadi pengulangan yang
tidak perlu dan mubazzir.
Di antara karya ilmiah yang membahas tentang hijrah adalah buku yang
berjudul hijrah dalam perspektif Al-Qur’an yang ditulis oleh Ahzami Samiun Jazuli,
buku ini secara umum berisikan penjelasan tentang makna hijrah Nabi di dalam Al-
Qur’an. Dan metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik.8
Selamjutnya buku yang berjudul makna hijah dulu dan sekarang yang disusun
oleh Muhammad Abdullah Al-Khatib, buku ini berisikan pemahaman tentang
penangkal praktis pandangan kaum materialis. Menurut mereka, manusia adalah
makhluk ekonomi yang hanya akan bergerak jika didorong oleh hasrat atau
pertimbangan materi. Namun peristiwa hijrah merupakan jawaban tegas dan
gamblang terhadap pandangan tersebut. Dengan hijrah, kaum muslimin
meninggalkan rumah, harta benda, dan saudara mereka. Tujuan mereka pindah ke
Madinah bukan untuk mencari makanan atau mengumpulkan harta kekayaan
8Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15.
8
melainkan menyelamatkan keyakinannya. Akidah yang mendorong mereka
melakukannya.9
Selanjutnya dalam bentuk jurnal yang berjudul Hijrah Islam Milenial
Berdasarkan Paradigma Berorientasi Identitas yang disusun oleh Suci Wahyu
Fajriani Magister Program Studi Sosiologi Universitas Padjadjaran Indonesia, jurnal
ini berisikan tentang fenomena hijrah zaman milenial yang berkembang sangat besar
di Indonesia, dengan mencerminkan perubahan diri kearah yang lebih baik
berlandaskan ajaran agama Islam dengan cara mengikuti pengajian dan menggunakan
media sosial.10
Kemudian dalam bentuk jurnal yang berjudul Memaknai Momentum Hijrah
disusun oleh Busthomi Ibrahim dosen Fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN Banten,
jurnal ini berisikan penjelasan tentang sejarah terjadinya hijrah, hikmah hijrah, dan
menjelaskan bagaimana Rasulullah saw, membangun sosiokultural Islam di Madinah
dengan melakukan Muakhat (mempersaudarakan) antara kaum muhajirin dan kaum
ansar.11
Dan dalam bentuk skripsi, yang berjudul Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-
Qur’an (Stusi Terhadap Pandangan Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-
Misbah) disusun oleh Murni mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Alauddin Makasar skripsi ini lebih memfokuskan kajiannya kepada sejarah hijrah
pada zaman Nabi Muhammmad Saw. menurut pandangan Prof. Dr. M. Quraish
Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Metode yang digunakan adalah metode tafsir tematik
tokoh.12
Dari beberapa kajian di atas, belum terlihat adanya penelitian yang sama
9Muhammad Abdullah Al-Khatib, Makna Hijrah Dulu dan Sekarang (Jakatra: Gema Insani,
1995), 14. 10
Suci Wahyu Fajriah, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi Identitas”,
Jurna Sosioglobal , Vol. 3, No. 2 (2019), 78. 11
Busthomi Ibrahim, “Memaknai Momentum Hijrah“ jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol. 10 No. 2
(2016), 70. 12
Murni, “Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an (Stusi Terhadap Pandangan Prof. Dr.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah)” skripsi, (Makasar: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN
Alauddin, 2013), 14.
9
dengan yang akan peneliti teliti. Adapun penelitian yang peneliti teliti adalah hijrah
dalam perspektif Al-Qur’an metode tafsir tematik istilah Al-Qur’an. Dengan melihat
bagaimana perubahan makna hijrah dulu dan sekarang menurut penafsiran beberapa
mufassir.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian
kepustakaan (library research). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (library research), yang menyajikan secara sistematis data yang
berkenaan dengan permasalahan yang diperoleh berdasarkan pemahaman
terhadap buku-buku literature-literature yang berkaitan dengan masalah yang
akan dibahas. Data tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu
buku-buku literature yang berhasil dikumpulkan sebagai data tambahan.
2. Sumber Data
Dikarenakan penelitian ini menyangkut ajaran Islam, maka sumber
data yang pertama adalah data primer (data pokok) yaitu kitab suci Al-
Qur’an, yang mana akan dipilih beberapa ayat yang bersangkutan dengan
permasalahan penulisan ini, lalu ditafsirkan oleh para mufassir yang telah
dipilih penulis yaitu kitab tafsir Ibnu Katsir, kitab tafsir Al-Azhar, dan kitab
tafsir Al-Misbah. Ada beberapa hadits juga yang akan ditampilkan dan
diterjemahkan yaitu kitab Hadits Muslim sesuai dengan objek yang akan
dikaji, dan memasukkan buku yang membahas tentang hijrah yaitu buku
yang berjudul “hijrah dalam perspektif Al-Qur’an”. Dan sumber data yang
kedua adalah data sekunder sebagai data pendukung adalah karya-karya
ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan pokok-pokok pembahasan, seperti
10
buku-buku ilmiah, majalah ilmiah, artikel-artikel ilmiah, dan lain-lain yang
berhubungan dengan topik pembahasan sebagai pelengkap data peneliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis melakukan
penelusuran kepustakaan dengan mengkaji dan menela’ah referensi yang
bersumber dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan yang sedang penulis teliti.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data pokok
persoalan yang sedang diteliti, selanjutnya data yang terkumpul tersebut
dianalisis sehingga dapat memberi pengertian dan kesimpulan sebagai
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menjadi objek penelitian.
4. Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, penulis akan menganalisis data
yang didapatkan dengan metode maudhu’i (tematik) istilah Al-Qur’an.
Metode tafsir maudhu’i atau tematik istilah Al-Qur’an adalah suatu metode
yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu, lalu mencari
pandangan Al-Qur’an tentang tema tersebut, menganalisis, dan memahami
ayat demi ayat yang berhubungan dengan tema tersebut, dan lain-lain,
sambil memperkaya uraian dengan hadits-hadits yang berkaitan untuk
kemudian disimpulkan dalam satu tulisan pandangan menyeluruh dan tuntas
menyangkut tema tersebut.13
Langkah-langkah tafsir tematik:14
a) Menentukan kata Al-Qur’an yang akan dikaji
b) Menentukan akar kata Al-Qur’an yang akan dikaji
c) Menentukan makna akar kata yang akan dikaji
13
Quraish Shihab, Kaidah tafsir (Tanggerang: Lentara Hati, 2013), 385. 14
Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, al-Tafsiri al-Maudhu’I baina al-Nazhariyyah wa al-
Tathbiq, (al-Ardan: Dar al-Nafais, 1997). 63-66.
11
d) Menyebutkan derivasi atau bentuk-bentuk perubahan kata
e) Mengaitkan makna bahasa dengan makna yang digunakan Al-Qur’an
f) Mengaitkan yang akan dikaji dengan konteks ayat
g) Menyusun ayat-ayat yang memuat yang akan dikaji menurut urutan
turunnya
h) Menemukan penafsiran ayat yang memuat kata yang akan dikaji
i) Mengaitkan kata yang akan dikaji dengan persoalan-persoalan
kekinian
j) Mengamati dengan seksama ayat-ayat yang memuat istilah guna
mengungkapkan pesan-pesan ayat yang halus dan dalam.
G. Sistematika Penelitian
Untuk mensistematisi penulisan dan menjawab pertanyaan delam penelitian,
maka penulis akan mengemukakan langkah-langkah penelitian. Secara keseluruhan,
penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
1. Bab I, berisikan pendahuluann yang memuat penegasan judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II, bagian yang menjelaskan tentang makna hijrah secara umum,
berupa defenisi hijrah, macam-macam hijrah secara laksikal, sejarah
hijrahnya di zaman nabi, konteks hijrah di kalangan muslim milenial,
eksistensi hijrah.
3. Bab III, membahas tentang ayat-ayat yang menjelaskan tentang hijrah
dalam Al-Qur’an, klasifikasi ayat hijrah berdasarkan Makkiyah dan
Madaniyah, bentuk kata hijrah.
4. Bab IV, merupakan bahasan inti, yang menjelaskan bagaimana penafsiran
ayat tentang hijrah menurut beberapa mufassir, jenis-jenis hijrah dalam
Al-Qur’an, proses perubahan makna hijrah, hikmah hijrah.
12
5. Bab V, merupakan bab terakhir yang berisikan penutup penelitian.
Pembahasan ini mengenai kesimpulan akhir penelitian, saran-saran, serta
kata penutup.
12
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG HIJRAH
A. Pengertian Hijrah
Secara bahasa kata hijrah berasal dari bahas Arab yang berbentuk kata benda
(isim) dari kata kerja (fi’il) kata يهجر -هجر , yang berarti memutuskan.15
Sedangkan
menurut beberapa buku, hijrah adalah:
Pertama: Menurut kamus Al-Munir hijrah adalah memutuskan hubungan.16
Kedua: Menurut kamus umum bahasa Indonesia hijrah adalah berpindah atau
menyingkir dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Dan perpindahan Nabi
Muhammad Saw. bersama dengan sebahagian sahabatnya dari Mekkah ke Madinah
untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy.17
Ketiga: Menurut buku ensiklopedi Islam hijrah adalah berpindah, berpaling,
meninggalkan, dan tidak mempedulikan lagi. Yang dimaksud dengan kata hijrah
adalah kebalikan dari kata tersambung, yaitu apa yang terjadi antara dua orang
muslim baik itu menodai atau mengurangi hak-hak pergaulan atau persahabatan yang
tidak tercatat dalam tinjauan agama.18
Keempat: Menurut mu’jam mufrodat al-fazul Qur’an makna hijrah adalah
berpisahnya seseorang dari orang lain baik secara fisik, dengan lisan (mulut) atau
dengan hati (perasaan).19
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 34:
15
Achmad Warson Munawwir, Muhammad Fairuz, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka
Progressif , 2007), 320. 16
Tim Kashiko, Kamus Al-Munir, (Surabaya: Kashiko, 2000), 569. 17
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
418. 18
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15. 19
Husain bin Muhammad bin Fadhol abu Qosim Al-Afahani, Mu’jam Mufrodat Al-fazil
Qur’an (Bairud: Darul Faqir), 376-377.
13
“Tinggalkanlah mereka di tempat tidur.”20
Ini merupakan kiasan agar tidak
mendekati mereka. Dan pada firman Allah ta’ala dalam surah Al-Fur’an ayat
30:
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al
Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".21
Yang dimaksud disini berpisah
dengan hati ataupu dengan lisan.
Adapun menurut Fairuz Abadi hijrah adalah membiarkan atau bila terkait
dengan sesuatu meninggalkannya, hijrah dari syirik adalah hijrah yang baik. Menurut
Ibnu Faris kata hijrah adalah kebalikan dari kata washal. Perginya satu kaum dari satu
wilayah ke wilayah lain.22
Menurut Ar-Raghib Al-Asfahani hijrah adalah seseorang yang meninggalkan
yang lainnya, baik secara fisik, perkataan, bahkan hati. Sedangkan menurut Kamus
Lisanul Arab kata ha-ja-ra didapati tujuh makna yaitu:
1) Perkataan yang tidak semestinya yaitu jauh dari kebenaran.
2) Menjauhi sesuatu yaitu jauh dari sesuatu yang satu tetapi dekat kepada sesuatu
yang lain.
3) Igauan orang sakit yaitu jauh dari kata-kata yang teratur.
4) Penghujung siang yaitu jauh dari kesejukan udara.
5) Pemuda yang baik yaitu orang yang menjauhi banyak bermain dan berhura-
hura.
6) Tali yang terikat pada pundak binatang tunggangan kemudian diikatkan pada
bagian ujung sepatu binatang tersebut yaitu menjauhi gerakan yang terlalu
banyak dari binatang itu.23
Sedangkan makna hijrah menurut istilah, para ulama mengemukakan makna
hijrah secara istilah dengan berbagai definisi. Hal itu disebabkan banyaknya makna
20
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 4., 74. 21
Ibid, 363. 22
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 15 23
Ibnu Manzhur, Lisanul ‘Arab (Bairut: Darul Ma’arif, 1999)., 4616- 4620.
14
yang terkandung dalam kata hijrah. Oleh karena itu, pandangan mereka terhadap
hijrah pun berbeda-beda diantaranya adalah:
Pendapat pertama: Menurut pendapat Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan
Ibnu Taimiyah. Hijrah adalah perpindahan dari negeri kaum kafir atau kondisi
peperangan (daarul kufri wal harbi) ke negeri muslim (daarul Islam). Yang
dimaksud dengan negeri kaum kafir menurut mereka adalah negeri yang dikuasai atau
pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang kafir dan hukum yang dilaksanakan
hukum mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan negeri muslim adalah negeri yang
dikuasai atau pemerintahannya dijalankan oleh orang-orang Islam dan hukum yang
ditetapkan adalah hukum Islam sekalipun mayoritas penduduknya orang-orang
kafir.24
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 97 yang
berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan
Menganiaya diri sendiri (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam
Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-
orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang
itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali”.25
Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri dalam ayat di atas
ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan
mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama
mereka pergi ke perang Badar, akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam
peperangan itu.
24
Ibid., 17. 25
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93.
15
Pendapat kedua: Menurut kebanyakan ulama kholaf. Hijrah adalah
perpindahan dari negeri orang-orang zalim (daarud dzulmi) ke negeri orang-orang
adil (daarul adli) dengan maksud untuk menyelamatkan agama. Yang dimaksud
dengan daarul adli adalah suatu negeri yang dipimpin oleh orang kafir akan tetapi ia
memberi toleransi yang tinggi.26
Pendapat ketiga: Menurut Ibnu Arabi ia menyetujui pendapat yang pertama di
atas, akan tetapi beliau lebih condong kepada makna yang lebih luas mengenai makna
hijrah, yaitu:
1) Meninggalkan negeri yang diperangi (daarul harbi) menuju negeri Islam
(daarul Islam).
2) Meninggalka negeri yang dihuni oleh para ahli bid’ah.
3) Meninggalkan negeri yang dipenuhi oleh hal-hal yang haram sementara
mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban setiap muslim.
4) Meninggalkan negeri yang terkena wabah penyakit menuju negeri yang
sehat tampa wabah penyakit.
5) Melarikan diri demi keselamatan jiwa.27
Pendapat keempat: Menurut pendapat orang-orang sufi. Hijrah adalah pergi
untuk mendekatkan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik, berbeda pendapat untuk
menganalisis suatu permasalahan, meninggalkan dosa-dosa dan kesalahan,
meninggalkan hal-hal yang menjauhkan diri dari kebenaran, dan hal inilah yang
dialami oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika hatinya berbisik, dijelaskan dalam Al-Qur’an
surah Al-Ankabut ayat 26 yang berbunyi.28
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
26
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an., 18. 27
Ibid., 19. 28
Ibid., 20.
16
(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.29
Menurut pendapat orang-orang sufi Hijrah tidak mengharuskan berpindah
secara fisik atau dari satu tempat ke tempat lain. Terkadang dilakukan dengan
mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan masyarakat umum, tidak bergaul
dengan para pelaku maksiat dan kemungkaran, menjauhi orang-orang yang berakhlak
buruk, dan meninggalkan para pembikin onar dan permusuhan. Terkadang hijrah bisa
juga dilakukan dengan meninggalkan akhlak yang buruk atau kebiasaan yang rendah,
atau meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjerumuskan manusia kepada
kehinaan, segala sesuatu yang dapat menggelorakan syahwat dan nafsu, atau
meninggalkan pembicaraan-pembicaraan yang menjurus pada kemewahan duniawi.
Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi
Muhammad Saw. dari Makkah ke Madinah. Dalam hubungan ini, hijrah berarti
berkorban karena Allah SWT. yaitu memutuskan hubungan dengan yang paling dekat
dan dicintai demi tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung halaman
ke negeri lain. Hijrah seperti ini telah menjadi pusaka para Rasul sebelum Nabi
Muhammad Saw. dan terbukti telah menjadi prelude (babak pendahuluan) bagi
kebangkitan perjuangan.30
B. Sejarah Permulaan Hijrah dalam Islam
1. Hijrah ke Habasyah (Ethiopia).
Selama 13 tahun hidup di kota Makkah, umat Islam sering mengalami cobaan
berat dan siksaan yang sangat pedih, berupa dicambuk, didera, disiksa di bawah terik
matahari dan sebagainya. Di samping itu hak kemerdekaan mereka dirampas.31
Ketika Rasulullah Saw. Melihat gangguan terhadap sahabat-sahabatnya makin
menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan sebagainya. Sedangkan
29
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 399. 30
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2001), 108. 31
Muhammad Abdullah Al-Khatib, Makna Hijrah Dulu dan Sekarang (Jakarta: Gema Insan,
1995), 23.
17
beliau dalam keadaan segar bugar karena kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi
pamannya Abu Thalib, sementara beliau tidak mampu melindungi mereka terhadap
penderitaan yang dialami, maka beliau bersabda kepada mereka, “Bagaimana kalau
kalian berangkat kenegeri Habasyah, karena negara tersebut rajanya tidak
mengizinkan siapapun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah menganut
agama kristen agama yang dibawakan Nabi Isa, dan negeri yang benar dan rajanya
yang adil, hingga Allah memberi jalan keluar bagi penderitaan yang kalian alami?”.
Kemudian kaum Muslimin dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Berangkat ke
Habasyah, karena takut mendapat penderitaan yang lebih berat, dan lari kepada Allah
dengan membawa agama mereka.32
Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam
pada tahun ke lima kenabian.
Hijrah ke Habasyah dilakukan dengan dua tahap, yang pertama terdiri dari
sebelas orang laki-laki dan empat orang perempuan dengan cara sembunyi-sembunyi
mereka keluar dari kota Makkah supaya tidak diketahui oleh kafir Quraisy.33
Mereka menetap di Abisinia selama tiga bulan. Bilamana kemudian tersiar
berita bahwa kaum muslimin di Makkah sudah selamat dari gangguan kafir Quraisy,
mereka kembali pulang. Tetapi setelah mereka kembali ke Makkah mereka
mengalami kekerasan lagi dari kafir Quraisy melebihi dari yang sebelumnya. Maka
mereka kembali lagi ke Habasyah yang terdiri dari delapan puluh orang laki-laki
diluar istri dan anak-anak. Mereka tinggal di Habasyah sampai sesudah hijrah Nabi ke
Yasrib.34
2. Hijrah ke Madinah
Hijrah yang kedua dilakukan oleh ummat Islam adalah ke Yasrib (Madinah).
Sebelum terjadinya baiat Al-Aqabah, Rasulullah Saw. tidak diizinkan berperang dan
darah tidak dihalalkan bagi beliau. Beliau hanya diperintahkan berdakwah kepada
32
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, jilid
1 (Jakarta: Darul Falah, 2004), 282. 33
Muhammad Ghazali, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an (Jakarta:Gaya Media Pratama
,2005), 240. 34
Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad., 90.
18
jalan Allah, bersabar terhadap semua gangguan dan memaafkan orang bodoh. Ketika
itu, orang-orang Quraisy menyiksa kaum Muslim yang mengikuti beliau hingga
mengeluarkan mereka dari agama mereka dan mengusir mereka dari negeri mereka.
Kaum muslim Makkah berada di antara siksaan karena agamanya dan disiksa di
depan mereka atau lari ke negeri-negeri lain.35
Ketika orang-orang Quraisy semakin membangkang kepada Allah SWT.
menolak kehendak Allah untuk memuliakan mereka, mendustakan Nabinya,
menyiksa dan mengusir hamba-hambanya yang menyembahnya, mentauhidkannya,
membenarkan Nabi-Nabinya dan berpegang teguh kepada agamanya, maka Allah
SWT. mengizinkan Rasulullah Saw. untuk berperang, mengalahkan orang-orang yang
mendzalimi kaum Muslim dan menindas mereka.36
Ketika Allah SWT. Mengizinkan Rasulullah berperang, kaum anshar masuk
Islam, menolong beliau dan para pengikut beliau, serta melindungi kaum muslim
yang datang ketempat mereka, Rasulallah memerintahkan para sahabatnya kaum
muhajirin dari kaumnya dan kaum Muslimin lainnya yang berada di Makkah untuk
hijrah ke Yasrib menyusul kaum Ansar di Yasrib dengan cara berpencar, supaya tidak
menimbulkan kepanikan pihak kafir Quraisy. Dan kaum muslim pun mulai
melakukan hijrah secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil. Namun hal
itu telah diketahui oleh pihak Kafir Quraisy. Mereka segera bertindak,
mengembalikan yang masih dapat dikembalikan ke Mekkah untuk kemudian dibujuk
supaya kembali kepada kepercayaan mereka, kalau tidak mau mereka akan disiksa
dan dianiaya.37
Kaum muslim hijrah ke Yasrib secara berturut-turut, sementara Nabi
Muhammad masih tetap tinggal di Makkah untuk menyebarkan agama Islam. Namun
orang kafir Quraisy tidak ada yang mengetahui kapan Nabi akan hijrah, tetapi mereka
telah memperhitungkan kalau Nabi akan hijrah. Jumlah umat Islam di Yasrib semakin
35
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafir, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam., 421. 36
Ibid., 421. 37
Ibid., 422.
19
banyak ditambah lagi dengan datangnya orang yang berhijrah dari Mekkah maka
mereka semakin banyak dan kuat, maka apabila Nabi Muhammad sebagai orang yang
telah mereka kenal berpendirian teguh dengan pendapatnya yang tepat dan
berpandangan jauh kedepan sampai menyusul ke Yasrib. Mereka khawatir penduduk
Yasrib kelak akan menyerbu Mekkah, atau akan menutupi jalur perdagangan mereka
ke Syam atau akan membuat mereka mati kelaparan seperti yang telah mereka
lakukan dulu terhadap Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya tatkala mereka
membuat piagam pembaikotan dan memaksa mereka tinggal di celah-celah gunung
selama tiga puluh bulan.38
Maka mereka berkumpul di Dar An-Nadwah untuk membuat rencana untuk
membunuh Nabi Muhammad pada malam hari karena mereka khawatir Nabi
Muhammad akan hijrah ke Yasrib, namun berita tersebut telah sampai kepada Nabi
Muhammad. Setelah ummat Islam sudah tidak ada lagi yang tinggal di Makkah
kecuali sebagian kecil dan Nabi Muhammad menantikan wahyu Allah yang
memerintahkannya untuk berhijrah.39
Ketika itu datanglah wahyu yang memerintahkan Nabi untuk hijrah
dalam surah An-Nisa’ ayat 97:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan
Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam
Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-
orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-
38
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad., 179. 39
Ibid., 179
20
orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” 40
Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri di sini, ialah
orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka
sanggup. mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka
pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam
peperangan itu.
Maka setelah turun ayat diatas Nabi pergi kerumah Abu Bakar dan memberi
tahukan, bahwa Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah. Dan Nabi Muhammad
Saw. Hijrah bersama Abu Bakar meninggalkan kota Makkah menuju Madinah, pada
suatu malam di bulan Rabi’ul Awal (September 622 M). Dari tahun ini dimulai
perhitungan tahun Hijriyah, yaitu dari bulam Muharram tahun itu. Orang-orang yang
berpindah dari Makkah ke Madinah dinamakan Muhajirin, sedangkan penduduk
Madinah yang menerima dan membantu kaum Muhajirin disebut Anshar. Antara
kedua golongan ini dihubungkan oleh Nabi dengan persaudaraan yang sejati,
berdasarkan iman dan Ukhuwwah Islamiyah.41
Mereka yang hijrah dipuji dalam Al-Qur’an, karena mereka telah
membuktikan, bahwa bagi mereka, keimanan lebih berharga dari segalanya. Hijrah
ini hanya diwajibkan kepada kaum muslimin yang menjadi penduduk suatu negeri
yang disitu ada tekanan dan penindasan terhadap kemerdekaan beragama.
Kepada kaum Anshar yang telah dahulu menjadi penduduk Madinah diberi
pujian, karena mereka telah memberi bantuan sepenuhnya dan mengutamakan kaum
Muhajirin lebih dari diri mereka sendiri. Kepada kaum Muhajirin, Allah menjanjikan
akan memperoleh rezeki dan tidak usah cemas akan mati kelaparan.42
Adapun alasan Nabi memilih kota Yasrib (Madinah) sebagai tempat hijrah
40
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 93. 41
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad., 180. 42
Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 436-437.
21
Nabi Muhammad beserta umat Islam dengan beberapa pertimbangan di antaranya
adalah:
1. Karena orang-orang di Madinah membuka pintu lebar untuk menyambut
kedatangan Nabi Saw.
2. Kondisi jalan antara Makkah dan Madinah banyak terdapat rintangan.
3. Kondisi geografis padang pasir yang sulit untuk dilalui kendaraan serta
sulitnya air yang didapat.
4. Kondisi masyarakat yang ada dipadang pasir dan arah jalan yang belum
bisa dipastikan.
5. Jalur perdagangan kabilah-kabilah Arab ke Syam.
Sehingga dengan beberapa pertimbangan di atas, Nabi Muhammad
memikirkan dampak positif dari hijrah ke kota Madinah agar memperlemah dan
mengelabui musuh yang mengejar orang-orang yang berhijrah.
C. Konteks Hijrah di Kalangan Muslim Milenial
Kata Muslim menurut kamus besar bahasa Indonesia bermakna penganut
agama Islam, ia berasal dari kata Islam yang berarti agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw. yang berpedoman kapada kitab suci Al-Qur’an.
Sedangkan pengertian Milenial menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
mileniam adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980 an dan 2000 an. Sedangkan
menurut William Strauss dan Neil dalam bukunya yang berjudul “Millennials Rising:
The Next Great Generation” istilah Milenial ini diciptakan pada tahun 1987, ketika
anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra sekolah. Saat itu media mulai
menyebut sebagai kelompok yang terhubung ke millennium baru di saat SMA di
tahun 2000.43
Selain pendapat tersebut, pendapat lain disebutkan oleh Elwood
Carlson dalam bukunya yang berjudul “The Lucky Few: Between the Greatest
43
William Strauss dan Neil Howe, Millennials Rising: The Next Great Generation (New
York: Knopf Doubleday, 2009), 77.
22
Generation and the Baby Boom” generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam
rentang tahun 1983 sampai dengan tahun 2001.44
Sedangkan menurut Hasanuddin Ali
dan Lilik Purwandi dalam bukunya yang berjudul “Muslim nusantara” menyebutkan
bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 sampai dengan
tahun 2000.45
Menurut data BPS saat ini jumlah milenial di Indonesia diperkirakan
mencapai 33%. Masyarakat atau generasi ini merupakan inovator, karena mereka
mencari, belajar dan bekerja di dalam linggkungan inovasi yang sangat
mengandalkan teknologi untuk melakukan perubahan di dalam berbagai aspek
kehidupan.46
Adapun ciri-ciri generasi milenial di antaranya adalah pengguna komunikasi,
media, teknologi digital meningkat, kualitas pendidikan semakin unggul, kelahiran
tahun 1980-2000, akrab dengan media sosial, kreatif, efisien, produktif, memiliki
kegemaran, ingin serba cepat dan dinamis, pikiran terbuka, kritis, dan berani. Salah
satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi godget, adalah
istilah yang digunakan untuk menandai munculnya generasi milenial.47
Ditandainya generasi milenial saat ini salah satu contohnya adalah dengan
munculnya fenomena berhijrah pada kalangan milenial. Di media sosial jika
melakukan pencarian mengenai hijrah akan didapati banyak sekali macam ragam
hijrah. Di instagram misalnya, tulisan pemuda hijrah sudah di follow lebih dari satu
juta orang. Bagi pengguna media sosial kata hijrah bukanlah sebuah kata yang asing
dan sudah familiar di telinga. Jika menuliskan tegar #hijrah di kolom pencarian, akan
ditemukan lebih dari I,7 juta kiriman tentang topik ini. Di Facebook, akun hijrah
sudah diikuti lebih dari 300 ribu orang. Dari beberapa contoh tersebut bisa kita lihat
44
Elwood Carlson, The Lucky Few: Between the Greatest Generation and the Baby Boom
(Usa: Springer, 2008), 166. 45
Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi
Identitas”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 3, No. 2 (2019), 83. 46
Iffah al-Walidah, “Tabayyun di Era Generasi Milenial”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2, No. 1
(2017), 321. 47
Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi
Identitas”, 83.
23
bahwa gerakan hijrah sejatinya merupakan gerakan yang dilakukan secara massif.
Maraknya gerakan hijrah pun tidak lepas dari peran industry. Aktivitas kampanye
beberapa komunitas hijrah, seperti mengadakan seminar yang mengundang ustad
kondang, juga disokong penuh oleh industri. Tetapi, bukan berarti industri
mendominasi keadaan dan pelaku hijrah patuh begitu saja pada apa-apa yang menjadi
kehendak industri. Bukan juga pelaku hijrah yang mendominasi situasi. Relasi antara
pelaku hijrah dan industi lebih tepat dilihat sebagai hubungan yang dialektis dan
saling menguntungkan. Ketaatan menjalankan syari’at Islam menemukan
perwujudannya dalam system perekonomian yang berorientasi pada industri, dan
industi memberi respon terhadap fenomena ini sebagai salah satu sumber pendapatan
yang akan menyokong keberlangsungan hidup.48
Hijrah generasi milenial tak mengharuskan untuk meninggalkan suatu
tempat. Alih-alih pindah, yang harus lakukan adalah mengubah sikap dan prilaku
yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Makna hijrah anak milenial zaman sekarang lebih kepada perubahan sikap,
mengikuti kajian-kajian agama, gaya hidup dan tata cara berpakaian sesuai syariat
Islam. Genarasi milenial berhijrah di konotasikan dengan bertaubat dan cenderung
dengan perubahan sikap perubahan fashion seperti memakai gamis, celana cingkrang,
memanjangkan jenggot, cadar dan simbol keagamaan sebagai wujud ketaqwaan bagi
mereka untuk berhijrah. Konten-konten yang mereka bagi di media sosial pun
cenderung sama, yakni ceramah singkat ustaz-ustaz yang sedang terkenal di media
sosial seperti Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Khalid Basalamah, Ustaz Hanan Attaqi dan
Ustaz Abdus Somad. Konten lain berupa kata-kata motivasi untuk memperbaiki diri
agar jodohnya dipercepat, motivasi untuk menjauhkan diri dari pacaran, termasuk
konten-konten yang menyerukan untuk melakukan nikah muda.49
Indikasi yang paling mudah dilihat, khususnya bagi para perempuan yang
48
Zahrina Sanni Musahadah dan Sulis Triyono, “Fenomena Hijrah di Indonesia: Konten
Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran, Vol.12, No.2 (2019), 118. 49
Suci Wahyu Fajriani, “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi
Identitas”, 79.
24
sedang memulai ‘hijrah’nya adalah terhapusnya foto-foto selfie yang menampakkan
wajah ayu mereka. Jika ingin mengunggah foto selfie, mereka akan menutupi wajah
mereka dengan tangan atau meletakkan emoticon sedemikian rupa sehingga wajahnya
tidak terekspos dengan sempurna. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini
pandangan bahwa wajah adalah aurat yang harus ditutupi, bukan diumbar dan
menjadi konsumsi warganet. Ada pula yang memandang hijrah sebagai tren, sehingga
untuk memperkukuh eksistensinya sebagai generasi kekinian yang islami, mereka
juga ikut berhijrah. Namun, ada juga yang memang sungguh-sungguh dari awal ingin
memperbaiki diri dikarenakan kesadaran dari dalam diri, bukan dipengaruhi oleh
kegagalan percintaan di masa lalu atau ikut tren belaka.
Ketika memutuskan berhijrah, mereka perlahan menarik diri dari pergaulan
dan gaya hidup yang tidak bernapaskan Islam. Hal ini dikarenakan esensi hijrah yang
memang erat kaitannya dengan nilai-nilai religius. Selain cara berpakaian, mereka
pun menghindari penggunaan bahasa Inggris dalam interaksi di media sosial. Istilah
seperti goodluck, Get well soon, Thank you dsb dicarikan padanannya ke dalam
bahasa Arab karena identitasnya sebagai “bahasa umat Islam”. Idola mereka pun
berpindah haluan kepada para hafiz dan tokoh-tokoh Islam. Akhirnya, hijrah generasi
milenial tidak hanya memindahkan gaya hidup yang dulu ke gaya hidup yang
sekarang (yang diyakini jauh lebih baik dan islami), tetapi juga bagian dari fenomena
sosial untuk memperkuat identitas sebagai generasi hitz zaman now versi syariah.50
Hijrah Islam milenial di Indonesia berkembang sangat pesat, yang
disebabkan oleh adanya keinginan individual atau kelompok untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi dari sisi agama Islam. Masyarakat yang melaksanakan hijrah
memiliki keinginan agar hidup mereka lebih bermakna.
D. Eksistensi Hijrah dalam Al-Qur’an
Hijrah mumiliki eksistensi yang sangat mulia dan posisi yang sangat besar
dalam Al-Qur’anul Karim. Al-Qur’an memerintahkan berhijrah dengan lafaz yang
50
25
bermacam-macam, kalimat yang berbeda-beda dan susunan kata yang variatif.
Terkadang lafaz dalam Al-Qur’an menggunakan perintah yang jelas, terkadang
dengan ungkapan yang biasa, terkadang dalam bentuk janji atau bahkan ancaman,
yang semuanya menunjukkan akan perhatian besar dan penguatan yang diberikan Al-
Qur’an terhadap hijrah.51
1. Komparasi Hijrah dengan Ibadah-Ibadah Penting lainnya.
a) Sabar
Di antara ibadah yang disebut berdekatan dengan hijrah adalah sabar. Allah
SWT. berfirman dalam surah An-Nahl ayat 110
“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah
sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;
Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”52
Sabar adalah wasiat yang Allah titipkan kepada setiap rasul dari sekian
banyak rasul-rasul. Diulang dan terus diulang hingga sampai pada kaum mukminin
yang beriman kepada rasulnya. Seseorang yang terjun didunia dakwah tidak mungkin
akan sanggup menanggung beban yang berada dipundaknya kecuali bila sabar
menjadi bekal dan amunisinya, senjata, serta sabar menjadi sandaran dan sarana
untuk menikmati lika-liku perjalanan dakwahnya.53
Hijrah adalah sebuah jihad. Jihad melawan hawa nafsu beserta syahwatnya.
Jihad melawan penyimpangan-penyimpangan, kelemahan, kehinaan, kebodohan dan
kealpaan diri kita. Hijrah juga jihad melawan musuh-musuh dakwah, sarana-
sarananya, aktivitasnya, tipudayanya, makar-makarnya, dan segala sesuatu yang
51 Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 26. 52
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 279. 53
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 27.
26
terkait dengannya.54
Kemudian bila kita renungkan mengapa ayat Al-Qur’an yang menyangkut
hijrah berdekatan dengan sabar, karena sesungguhnya perjalanan kehidupan manusia
di muka bumi hanyalah sementara bagaikan seorang musafir. Dalam perjalanannya ia
akan mendapat banyak gangguan dan rintangan yang membuat sempit dirinya
sehingga tidak ada yang dapat membentengi dirinya kecuali kesabaran
b. Jihad
Yang dimaksud dengan jihad di sini adalah jihad yang sesuai dengan
pengertian syar’i. Yaitu memerangi oang-orang kafir demi tegaknya kalimat Allah
serta senantiasa membelanya.55
Dalam sebuah hadits Imam Ahmad dalam kitab
musnadnya menjelaska, hadits riwayat Amr bin Abasyah r.a. ia berkata:
و بن ع ب س ر ، ع ن أ يوب ، ع ن أ ب ي ق لا ب ة ، ع ن ع مر عم دث ن ا م اق ، ق ال : ح ز دث ن ا ع بد الر ة ، ق ال : ق ال ح
ل ، ج ه ع ز و له م ق لب ك لل سلا م ؟ ق ال : أ ن ي س االإ س ول الله م ل : ي ار ج ك ر ي د ن ل س ان ك و ون م سل م أ ن ي سل م الم و
ن ب الله و ان ؟ ، ق ال : ت ؤم يم ا ا لإ م ان ، ق ال : و يم ل ؟ ، ق ال : ا لإ سلا م أ فض ت ب ه ، ق ال : ف أ ي الإ ت ه و ك لا ئ ك م
وت ، ق ال الب عث ب عد الم س ول ه و ر ة ؟ ق ال : و جر ا ا له ة ، ق ال : ف م جر ل ؟ ، ق ال : ا له ان أ فض يم : ف أ ي ا لإ
اد ؟ ، ق ال : أ ه ا ا لج اد ، ق ال : و م ه ل ؟ ، ق ال : ا لج ة أ فض جر ر السوء ، ق ال : ف أ ي ا له ن ت ق ات ل الك فها ر ت هج
س ول إ ذ ا ل ه ، ق ال ر يق د م اد ه و أ هر و ن ع ق ر ج ل ؟ ، ق ال : م اد أ فض ه م ، ، ق ال : ف أ ي ا لج لى الله ق يت ه الله ص
ب ة م ج ا ح م ث ل ه ل ب م ن ع م ال إ لا م ل الأ عم ا أ فض لا ن ه م ل يه و سلم : ث م ع م ة ع ة و ع مر ور ر
“Rasulullah Saw. ditanya,’ Ya Rasulullah apa yang dimaksud dengan Islam?’
Beliau menjawab, ‘Engkau menyerahkan hatimu hanya untuk Allah SWT.
Engkau menghindari kaum muslim dari bahaya tangan dan lisan
mu,’kemudian beliau ditanya, Islam yang manakah yang aling sempurna?’
Beliau menjawab,’ Ialah iman.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ’Iman itu apa?’
Beliau menjawab, ‘Engkau meyakini Allah, malaikatnya, kitab-kitabnya,
54
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 27. 55
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 29.
27
rasul-rasulnya, serta kebangkitan setelah kematian,’ laki-laki itu bertanya,’
Iman mana yang paling sempurna?’ Beliau menjawab, ‘Hijrah.’ Laki-laki itu
bertanya lagi,’ Apakah yang dimaksud dengan hijrah itu?’ Beliau menjawab,
‘Engkau meninggalkan hal-hal yang buruk.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Hijrah
apa yang paling sempurna?’ Beliau menjawab, ‘Jihad.’ Laki-laki itu bertanya,
‘Apa yang dimaksud dengan jihad itu?’ Beliau menjawab, ‘Engkau
memerangi orang kafir jika engkau bertemu dengan mereka.’ Laki-laki itu
bertanya lagi, ‘Jihad apa yang paling sempurna?’ Beliau menjawab,
‘Seseorang yang sampai kudanya terluka dan darahnya tertumpah.’ Rasulullah
menyambung langsung lagi, ‘Dan dua pekerjaan yang paling sempurna yaitu
haji mabrur dan umrah.” (Musnad Imam Ahmad).56
Sering juga ditemukan kalimat hijrah yang terkait dengan jihad bukan dalam
pengertian syar’i bukan berarti memerangi orang kafir. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw.57
“Seorang mujahid adalah orang yang berjihad menundukkan dirinya untuk
taat kepada Allah. Dan orang muhajir adalah orang yang berhijrah meninggalkan apa
yang dilarang oleh Allah SWT.
Di antara kata jihad yang berkaitan erat dengan hijrah adalah dalam firman
Allah surah Al-Baqarah ayat 218:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.58
56
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibani, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal
(Birut: Mu’assasah al-Risalah, 1999), XXVIII, 251-252. 57
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 30.
58Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 34.
28
Ayat ini menunjukkan bahwa urgensi hijrah dan jihad memiliki persamaan
dalam tujuan dan harapannya. Demikian juga ayat ini menunjukkan perhatian Al-
Qur’an yang begitu besar terhadap keduanya.
Ibnu Asyur mengatakan bahwa diulangnya kata maushul (orang-orang),
menunjukkan betapa mulianya hijrah dan jihad. Seolah-olah keduanya tidak memiliki
tujuan dan harapan yang sama. Sementara penggunaan isim isyaroh (mereka itulah)
menunjukkan bahwa harapan mereka adalah rahmat Allah demi keimanan, hijrah, dan
jihad mereka. Untuk itu, penggunaan maushul yang pertama menunjukkan keimanan
mereka kemudian ditegaskan oleh maushul yang kedua sehingga jelas bahwa
landasan hijrah dan jihad mereka itu adalah iman. Kaum muslim disebut dangan kata
orang-orang yang beriman (alladzina amanu) sebagaimana orang-orang muslim yang
berhijrah disebutkan dengan orang-orang yang berhijrah (Al-Muhajirin). Oleh sebab
itu, penggunaan dua maushul dalam ayat ini untuk menegaskan landasan amal
mereka.59
c. Mengikuti Rasulullah Saw.
Untuk menunjuk perhatian yang besar terhadap hijrah dan keutamaan yang
tinggi, Al-Qur’an memberi sifat kepada kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-
orang yang mengikuti Rasulullah Saw. Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat
117:
“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan
orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat
59
Muhammad Thahir Ibnu Asyur, Tafsir at-Tahrir wa Tanwir, Jilid 2 (Daarut Tunisiyah), 338.
29
mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
mereka.”60
Ar-Razi berkata, “Sesungguhnya ketika Allah menyebutkan mereka bersama
dengan Rasulullah Saw. (dalam satu ayat) menunjukkan betapa mulianya kedudukan
mereka dalam agama ini. Dan mereka telah sampai pada derajat yang karenanya
Rasulullah Saw. menjamin diterimanya tobat mereka.61
Mengikuti Rasulullah Saw. menunjukkan akan hakikat iman, hakikat Islam,
dan membedakan secara nyata antara keimanan dan kekufuran. Demikian juga ia
sebagai pertanda cinta. Cinta kepada Allah tidak cukup hanya diucapkan dengan
lisan, dikerjakan oleh anggota badan akan tetapi harus diikuti oleh mengikuti
Rasulullah Saw. menapaki petunjuknya, serta mempraktekkan sistemnya dalam
kehidupan ini. Demikian juga dengan iman. Ia bukan sesuatu yang cukup dengan
perkataan, bukan pula sesuatu yang dirasakan, bukan pula sesuatu yang dibanggakan.
Akan tetapi, ia adalah ketaatan kepada Allah dan Rasulnya yang diikuti dengan
persiapan meniti seluruh kehidupan berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw.
sebagaimana firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 31:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.62
2. Menjadikannya Sebagai Sunnah Para Nabi
Sesungguhnya hijrah di jalan Allah merupakan sunnah yang telah dilakukan
60
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 205. 61
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 32.
62
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 54.
30
sejak zaman dahulu. Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. bukanlah hijrah
pertama yang dilkukan oleh para rasul untuk menyelamatkan akidah mereka. Jika
Rasulullah meninggalkan negeri dan tanah kelahirannya demi menjaga dakwah,
mencari lingkungan yang lebih kondusif untuk menerima dakwah, menyambutnya
serta membekalinya, demikian juga yang dilakukan oleh saudara-saudara rasul di
antara para nabi sebelumnya. Mereka meninggalkan tanah air mereka dengan sebab
yang sama yang membuat Nabi Muhammad Saw. berhijrah.
Menetapkan dakwah di bumi yang tandus tidak membuat dakwah itu
berkembang. Bahkan akan menjadi penghalang perjalanan dakwah dan mengekang
gerakannya. Sehingga menjadilah penyusutan karena tetapnya dakwah di daerah yang
sangat sempit yang tidak mempunyai ruang untuk bergerak.
Al-Qur’an memberi contoh kepada kita mengenai hijrah yang dilakukan oleh
para nabi terdahulu serta para pengikutnya, agar jelas bagi kita bahwa hijrah
merupakan sunnatullah dalam dakwah. Setiap mukmin dapat bercermin kepada kisah-
kisah ini jika keimanan dam kemuliaannya menuntut untuk itu. Ia dapat melakukan
hijrah jika kondisi memungkinkan, dan dengan hijrah itu terjaga kehormatan dan
kemiliaan diri. Adapun contoh hijrah umat terdahulu diantaranya adalah:
a) Hijrahnya Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim memulai dakwahnya dengan menyeru kaumnya untuk bribadah
hanya kepada Allah. Ia menyeru kaumnya untuk meninggalkan penyembahan
bintang-bintang dan berhala-berhala. Namun, kaumnya menolak dan
mengibarkan permusuhan dengan Nabi Ibrahim hingga permusuhan itu
sampai pada puncaknya dengan dilemparnya Nabi Ibrahim kedalam api yang
menyala-nyala. Akan tetapi, Allah yang Maha kuasa menjadikan api itu
dingin dan aman bagi Nabi Ibrahim sehingga selamatlah Nabi Ibrahim
sekalipun di bakar hidup-hidup dalam bara api yang menyala-nyala. Lalu
pergilah Nabi Ibrahim meninggalkan kaumnya dan tanah airnya, berhijrah
menuju Hauron (suatu padang yang cukup luas di wilayah Syam. Disana
31
terdapat kampung yang cukup banyak dengan penduduknya para penenun
sutra dan petani. Rumah-rumah adalah asli rumah budaya Arab).63
b) Hijrahnya Nabi Musa a.s.
Nabi Musa berdakwah menyeru Fir’aun dan kaumnya di Mesir untuk
menyembah Allah Yang Esa. Ketika penentangan mereka semakin kuat dan
mulai memasuki penyiksaan secara fisik terutama terhadap Bani Ismail,
mereka berhijrah menuju Sina (suatu tempat di Syam yang terdapat bukit
maka sering kali dikatakan Thur Sina. Yaitu sebuh bukit tempat Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah. Di sana terdapat banyak pepohonan. Sekarang
termasuk wilayah territorial Mesir).64
c) Hijranya Nabi Isa a.s.
Nabi Isa Al-Masih menyeru kaumnya untuk bertaubat dan kembali kejalan
Allah dalam peribadatan dan seluruh aktivitas kehidupan. Akan tetapi, Bani
Israil mendustakan Isa, menolak risalahnya, bahkan mengusirnya. Allah
berfirman, dalam surah Al-Mu’minun ayat 50:
“Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang
nyata bagi (kekuasaan kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah
Tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-
sumber air bersih yang mengalir.65
d) Hijrahnya Nabi Luth a.s
Nabi Luth berhijrah meninggalkan kaumnya yang melakukan kekejian yang
belum pernah dilakukan oleh seorangpun di muka bumi. Sebagaimana firman
Allah dalam surah An-Naml ayat 56:
63
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 33.
64
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, 34..
65Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 345.
32
“Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth
beserta keluarganya dari negerimu; karena Sesungguhnya mereka itu orang-
orang yang (menda'wakan dirinya) bersih.”66
Perkataan kaum Luth kepada sesamanya ini merupakan ejekan terhadap Luth
dan orang-orang beriman kepadanya, karena Luth dan orang-orang yang
bersamanya tidak mau mengerjakan perbuatan mereka. Demikian juga Allah
berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 26:
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”67
Sesungguhnya Nabi Luth beriman kepada kenabian Ibrahim a.s. dan berhijrah
bersamanya menuju Syam. Kemudin Nabi Luth diutus ke kaum Sadum pada masa
Nabi Ibrahim masih hidup. Qotadah berkata, “ Nabi Luth berhijrah bersama Nabi
Ibrahim dari Kausy yaitu pinggiran kufah menu Syam.
Oleh karena itu tidak heran bila Nabi Muhammad juga berhijrah dari Makkah
setelah penduduknya menolak ajakan Nabi Muhammad yang mengajak kaumnya
untuk menyembah Tuhanya. Ketika itu juga mereka mulai menunjukkan permusuhan
serta melakukan penindasan fisik. Tinggallah Makkah sebagai kenangan karena ia
merupakan bumi tandus yang tidak mungkin ditanami oleh tanaman petunjuk dan
kebenaran. Kemudian berpalinglah Nabi Muhammad ke suatu negeri yang tanahnya
gembur menumbuhkan bibit-bibit dakwah yang ia bawa sebelum ia sendiri sampai di
negeri itu. Dalam hijrah yang sangat berkah ini, sempurnalah sunnah yang dijalankan
oleh Rasulullah.
66
Ibid., 382. 67
Ibid., 399.
33
BAB III
AYAT-AYAT TENTANG HIJRAH
A. Ayat-Ayat Hijrah dalam Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai surat mengenai ayat-ayat yang
berbicara tentang hijrah. Kata hijrah dalam Al-Qur’an banyak mengandung makna,
untuk lebih jelas maka penulis akan menampilkan ayat-ayat tentang hijrah sebagai
berikut:
1. Surah Al-Baqarah Ayat 218
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.68
2. Surah Ali-‘Imran Ayat 195
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
68
Tim Penerjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Juz 2 (Jakarta: Lentara
Hati,2010), 34.
34
turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka
dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-
sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya
pahala yang baik".69
3. Surah An-Nisa’ Ayat 34, 89, 97, 100
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha besar”.70
“mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu
jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah
69
Ibid., 76. 70
Ibid., 84.
35
pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di
mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di
antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.71
“97. Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan
Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam
Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-
orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang
itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali, (98). kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita
ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk hijrah), (99). mereka itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya.
dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (100). Barangsiapa
berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah
tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.72
71
Ibid., 92. 72
Ibid., 94
36
4. Surah Al-Anfal Ayat 72,74 dan 75
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu
melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”.73
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.74
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad
bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). orang-orang
yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
73
Ibid., 186 74
Ibid., 186
37
sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”75
5. Surah At-Taubah Ayat 20, 100, 117
“orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”76
“orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar.”77
“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan
orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati
segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat
mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
mereka”.78
75
Ibid., 186 76
Ibid., 189. 77
Ibid., 203. 78
Ibid., 205.
38
6. Surah An-Nahl Ayat 41 dan 110
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti
Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan
Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui”.79
“Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah
sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;
Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.80
7. Surah Maryam Ayat 46
“Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim?
jika kamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan
tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".81
8. Surah Al-Hajj Ayat 58
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh
atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang
baik (surga). dan Sesungguhnya Allah adalah Sebaik-baik pemberi rezki”.82
79
Ibid., 217. 80
Ibid., 279. 81
Ibid., 308 82
Ibid., 339.
39
9. Surah Al-Mu’minuun Ayat 67
“Dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan
perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di
malam hari”.83
10. Surah An-Nur Ayat 22
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di
antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang
berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang
dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.84
11. Surah Al-Furqaan Ayat 30
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al
Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".85
12. Surah Al-‘Ankabut Ayat 26
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:
"Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
(kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.86
83Ibid., 346.
84Ibid., 352.
85Ibid., 362.
86Ibid., 399.
40
13. Surah Al-Ahzab Ayat 6, 50
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka
sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di
dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin,
kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama).
adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah)”.87
“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu
yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang Termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan
Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-
laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-
anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari
saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan
mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau
mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang
mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan
87
Ibid., 418.
41
kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka
miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.88
14. Surah AL-Hasyr Ayat 8-9
“(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan
dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-
Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang
yang benar. (9). dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan
telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-
apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
orang orang yang beruntung”.89
15. Surah Al-Mumtahanah Ayat 10
88
Ibid., 424. 89
Ibid., 546.
42
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu
telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula
bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah
mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar
kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali
(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta
mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang
telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara
kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.90
16. Surah Al-Muzammil Ayat 10
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka
dengan cara yang baik”.91
17. Surah Al-Mudatssir Ayat 5
“Dan perbuatan dosa tinggalkanlah”.92
Para ulama dan ahli tafsir, seperti Syaikh Mahmud Syalthuth, Maulana Abu
Al-A’la Al-Maududi Hamka dalam menjelaskan Al-Qur’an biasanya tidak lupa
mengatakan bahwa Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab yang diturunkan sekaligus
dalam bentuk buku, melainkan merupakan suatu himpunan wahyu Allah yang
90
Ibid., 550. 91
Ibid., 574. 92
Ibid., 575.
43
diturunkan sepotong-sepotong, beransur-ansur dan secara bertahap dalam rentang
waktu sekitar 23 tahun. Sebetulnya tidak hanya seluruh Al-Qur’an itu diwahyukan
waktu demi waktu, bahkan kebanyakan surah pun termasuk yang pendek-pendek,
kecuali beberapa surah seperti Al-Fatihah dan Al-Ikhlas tidak diturunkan sekaligus.
Atas petunjuk Nabi dan dengan taufiq Allah, bagian-bagian wahyu itu disusun
kembali dalam surah-surah yang berjudul, sehingga membentuk.
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi kita Muhammad Saw. untuk
membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang
sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al-
Qur’am pertama kali pada malam lailatul qadr merupakan pemberitahuan kepada
alam samawi yang dihuni para malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad Saw.
Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat
paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.93
B. Klasifikasi Ayat-Ayat Hijrah Berdasarkan Makiyyah dan Madaniyah
Setiap muslim tentu menyadari, bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang
merupakan pedoman hidup, dan dasar setiap langkah hidup. Al-Qur’an bukan sekedar
mengatur hubungan manusia dengan Rabbnya, tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan manusia dan alam sekitarnya. Pendeknya, Al-Qur’an mengatur dan
memimpin semua segi kehidupan manusia demi kebahagiaan hidup didunia dan
akhirat.94
Ditinjau dari sejarah turunnya Al-Qur’an maka dapat kita temukan bahwa Al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di dua tempat atau dua masa yang
berbeda, yaitu: pertama, ketika Nabi bertempat tinggal di Makkah dalam artian
sebelum hijrah ke Madinah dan kedua, ketika Nabi bermukim di Madinah sesudah
hijrah. Surah atau ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah sebelum Nabi hijrah
93
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh
Mudzakir AS. Cet. 14, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 144 94
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh
Mudzakir AS. Cet. 14, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 144.
44
dinamai surah atau ayat Makkiyah, sedangkan surah atau ayat yang turun di Madinah
sesudah Nabi hijrah dinamakan surah atau ayat Madaniyah. Namun demikian,
terdapat perbedaan pendapat dikalangan pakar-pakar ‘ulumul Qur’an mengenai batas
surah atau ayat Makkiyah dan surah atau ayat Madaniyah yaitu:
1) Surah atau ayat Makkiyah adalah surah atau ayat Al-Qur’an yang
diturunkan di Makkah, sedangkan surah atau ayat Madaniah adalah surah
atau ayat yang diturunkan di Madinah. Dalam menetapkan Makkiyah dan
Madaniahnya suatu surat atau ayat, pendapat ini menjadi lokasi turunnya
Al-Qur’an sebagai dasarnya.
2) Surah atau ayat Makkiyah adalah surah atau ayat yang khitabnya
ditujukan kepada penduduk Makkah, sedangkan surah atau ayat
Madaniah adalah surah atau ayat yang khitabnya ditujukan kepada
penduduk Madinah. Kelompok ini menetapkan pendapatnya atas dasar
golongan atau kelompok manusia yang dijadikan sasaran dari penuturan
surat atau ayat Al-Qur’an itu sendiri.
3) Surah atau ayat Makkiyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum
Nabi hijrah (ke Madinah) walaupun surah atau ayat itu diturunkan di
Madinah, sedangkan surah atau ayat Madaniyah adalah surah atau ayat
yang diturunkann sesudah Nabi hijrah (ke Madinah), walaupun surah atau
ayat itu ada juga yang diturunkan di Makkah. Menurut sebagian orang,
pendapat yang terakhir inilah yang dipandang paling masyhur.95
Untuk mengetahui dan menentukan Makki dan Madani para ulama bersandar
pada dua bara utama: sima’i naqli (mendengar separti apa adanya) dan qiyasi ijtihadi
(kias hasil ijtihad). Cara pertama didasarkan pada riwayat sahih dari para sahabat
yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang
menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa
yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu. Cara kedua qiyasi ijtihadi didasarkan
95
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2013), 73.
45
pada ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah.96
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan istilah hijrah berdasarkan
kronologi turunnya.97
Adalah sebagai berikut:
NO Nama Surat Jumlah Ayat Turun
Surah
Makkiyya
h
Madaniyy
ah
1 Al-Baqarah 286 2
2 Ali ‘Imran 200 3
3 An-Nisa’ 176
4 Al-Anfal 75 8
5 At-Tubah 129 9
6 An-Nahl 128 16
7 Maryam 98 19
8 Al-Hajj 78 22
9 Al-Mu’minun 118 23
10 An-Nur 64 24
11 Al-Furqan 77 25
12 Al-Ankabut 69 29
13 Al-Ahzab 73 33 14 Al-Hasyr 24 59
15 Al-
Mumtahanah
13 60
16 Al-Muzzammil 20 73
17 Al-Muddatsir 56 74
C. Bentuk dan Perubahan Kata Hijrah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an sebahai kalam Allah yang mu’jiz, dipersentasikan melalui media
96
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh
Mudzakir AS. Cet. 14, 106. 97
St. Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: CV. ASY SYIFA’, 1993),
236.
46
cetak dalam bentuk kitab suci yang menggunakan teks-teks (ayat-ayat) berbahasa
Arab. Oleh karena itu, Al-Qur’an sebagai teks kitab suci yang berbahasa Arab, dapat
dikaji dan diteliti makna-makna yang terkandung di dalam teks tersebut.98
Dalam Al-Qur’an lafaz-lafaz hijrah memiliki kata dasar ج – ه yang ر –
terbentuk dalam berbagai macam derivasi atau turunannya yang secara keseluruhan
disebutkan 31 kali yang terdapat dalam 17 surat.99
Pengambilan kata hijrah dalam
Al-Qur’an:
No Fi’il Madhi Fi’il Mudhori Fi’il Amr Isim
ر 1 ه اج
dia laki-laki telah
berhijrah
تهجرون
kalian laki-laki akan
atau sedang
berpindah(berhijrah)
فاهجر
pindahlah
ditujukan
kepada
seorang laki-
laki tunggal
هجرا
berpindah
رن 2 ه اج
mereka perempuan
telah berhijrah
فتهاجروا
maka kalian bisa
berhijrah
وآهجرنى
berpindahlah
dari ku atau
pergilah dari
ku
مهجورا
diacuhkan
وا 3 ر ه اج
mereka laki-laki telah
berhijrah
يهاجر
dia laki-laki sedang
atau akan berhijrah
وآهجرهم
dan
berpindahlah
atau jauhilah
mereka
مهاجر
orang yang
berhijrah
98
Abd. Gaffar, Thagut Modern dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Depok, 2014), 54 99
Al-Baqi, ‘abd Fu’ad Muhammad. Mu’jam Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. ( Bairut: Dar al-
Fikr, 1992), 900.
47
يهاجروا 4
hingga mereka
berhijrah
واهجروهن
dan jauhilah
oleh kalian
perempuan-
perempuan
mereka
مهاجرات
orang-orang
yang berhijrah
dari kalangan
wanita
مهاجرا 5
dia dalam
keadaan
berhijrah
المهاجرين 6
orang-orang
yang berhijrah
48
BAB IV
HIJRAH MENURUT ULAMA TAFSIR
A. Penafsiran Ayat Tentang Hijrah
1. Surah Al-Baqarah ayat 218
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”100
a. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi
Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, dalam karyanya tafsir Al-Maraghi.
Sesungguhnya orang-orang beriman yang tetap pada keimanannya dan ikut hijrah
bersama Rasulullah Saw. atau melakukan hijrah bersama Rasulullah untuk membela
agama Islam dan meninggikan kalimatullah, dan mereka yang berjuang dengan
sepenuh tenaga melawan orang-orang kafir dan memperkokoh barisan muslim,
mereka itulah orang-orang yang mengharap rahmat dan ridha dari Allah dan mereka
itulah yang pantas memperoleh semua itu. Sebab, mereka telah mengerahkan segala
kemampuan dan kekuatan yang ada pada mereka serta tidak pernah mengabaikan
jalan menuju keridhaan Allah. Semua itu telah mereka lakukan dan oleh sebab itu
mereka benar-benar berhak mendapatkan kemenangan, kebahagiaan dan keridhaan
darinya.101
Nabi Saw. bersama kaumnya telah berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk
menyelamatkan diri dari penganiayaan orang-orang kafir dan fitnah mereka terhadap
agama Islam. Hal itu beliau lakukan setelah penduduk Madinah menjanjikan kepada
beliau bahwa mereka akan membela agamanya sebagaimana mereka membela diri
100
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 34. 101
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Jilid 2(Mesir: Mustafa Al-Babi Al-
Halabi, 1946), 138.
49
mereka sendiri. Dalam hijrah ini, beliau diikuti oleh kaum muslimin sehingga posisi
Islam semakin kuat. Dan dengan bersatunya kekuatan mereka, maka mereka mampu
mempertahankan diri dan bahkan mampu menaklukkan kota Makkah. Demikianlah,
Allah telah mengalahkan kaum musyrikin serta menjadikan kalimah mereka rendah
dan kalimatullah berada di atas.
Allah Maha Luas pengampunannya bagi orang-orang yang bertaubat dan
memohon ampun kepadanya, serta sangat besar kasih sayangnya terhadap kaum
muslimin. Ia mengabulkan cita-cita mereka apabila ia menghendakinya dengan segala
kemurahan dan kekuasaannya yang tak terbatas. Qotadah mengatakan, “Mereka
adalah orang-orang pilihan dari umat ini dan Allah telah menjadikan mereka orang-
orang yang senang berharap kepadanya. Barang siapa yang berharap, maka ia
berusaha, dan barang siapa takut ia akan lari dari maksiat.102
a. Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli
Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, dalam karyanya
tafsir jalalain. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah meninggalkan kampung halaman mereka dan berjihad di jalan Allah untuk
meninggikan agamanya mereka itu mengharapkan rahmat Allah artinya pahalanya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang terhadap orang-orang beriman.103
b. M. Quraish Shihab
Menurut M. Quraish Shihab, dalam karyanya tafsir Al-Misbah. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dengan iman yang benar orang-orang yang berhijrah
yakni yang meninggalkan suatu tempat atau keadaan yang didorong oleh karena
ketidak senangan terhadap tempat atau keadaan itu menuju ke tempat atau keadaan
lain guna meraih yang baik atau lebih baik dan berjihad, berjuang tiada henti dengan
mencurahkan segala yang dimilikinya hingga tercapai apa yang diperjuangkan,
perjuangan dengan nyawa, harta, atau apapun yang dimiliki, dengan niat
102
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, 239. 103
Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir jalalain, (Surabaya:
Darul Ulum) , 33.
50
melakukannya di jalan Allah yang mengantar kepada ridhonya, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Mereka senantiasa mengharap rahmat Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk kata
kerja mudhori’ pada kata (يرجون) mengharap. Harapan ini mengisyaratkan, bahwa
walau mereka telah beriman dan mencurahkan segala apa yang mereka miliki, namun
hari mereka tetap diliputi oleh kecemasan yuang disertai harapan memperoleh
rahmatnya. Memang demikian itulah hakikat keberagaman yang benar. Ia adalah
himpunan antara cemas dan harapan. Walaupun telah berhijrah dan berjuang, ia
belum yakin amalan-amalannya diterima di sisi Allah, sehingga ia hidup dalam
harapan-harapan cemas. Ayat ini mengisyaratkan bahwa curahan rahmat Allah,
merupakan wewenang Allah sendiri. Ia menganugerahi rahmat bukan sebagai
imbalan amal-amal baik manusia, karena jika demikian, pastilah orang-orang kafir
tidak memperoleh rahmat. Sebaliknya, pasti juga orang-orang yang beriman dan
bertakwa meraih syurga, padahal Rasulullah sendiri pun menegaskan bahwa beliau
tidak masuk syurga karena amalnya, tetapi semata-mata kerena rahmat Allah atas
beliau. “Tidak seorangpun diantara kamu yang masuk ke syurga dengan amalnya.”
Sabda nabi Saw. “Engkaupaun tidak wahai Rasul Allah?” Tanya sahabat beliau.
“akupun tidak, kecuali bila Allah melimpahkan rahmatnya kepadaku” (HR. Bukhari
dan muslim).104
2. Surah Al-Anfal Ayat 74
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar
beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.105
104
M. Quraish Shihab, tafsir Al-Misbah, jilid I (Tanggerang: Lentara Hati, 2007), 465-466. 105
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 186.
51
a. Ahmad Mushthafa Al-Maraghi
Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, dalam karyanya tafsir Al-Maraghi,
kaum muhajirin dan anshar itu adalah kaum mu’minin yng beriman dengan benar dan
sesempurna iman, bukan orang yang belum hijrah, menetap di negeri syirik, dan
belum turut memerangi musuh bersama kaum muslimin. Di samping itu Allah
menjanjikan akibat yang baik bagi mereka. Mereka memperoleh ampunan yang
sempurna dari Allah yang akan menghapus kesalahan yang pernah mereka lakukan,
dan rezeki yang mulia di negeri pembalasan. Hal ini disebabkan mereka telah
meninggalkan keluarga dan kampung halaman, mengorbankan jiwa dan harta benda,
berpaling dari segala kesenangan jasmaniyah, dan mengrjakan hal-hal yang
mendekatkan mereka kepada Allah di akhirat.106
b. Sayyid Quthb
Menurut Sayyid Quthb, dalam karyanya tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Mereka
itulah orang mukmin yang sebenarnya. Inilah gambaran yang hakiki mencerminkan
iman, inilah gambaran generasi dan wujud hakiki agama ini. Sesungguhnya tidak ada
wujud yang hakiki dengan semaa-mata menyatakan kaidah teoretis (mengucapkan
kalimat syahadat), atau semata-mata memeluk akidah itu, dan bukan pula dengan
semata-mata melakukan ibadah-ibadah ritual. Agama ini adalah manhaj kehidupan
yang tidak tercermin wujud nyatanya kecuali dengan akumulasi gerakan, dalam
bentuk masyarakat yang bekerjasama bahu-membahu. Adapun keberadaannya dalam
bentuk akidah hanyalah wujud hukmi (secara hukum) saja, bukan wujud riil, kecuali
bila tercermin dalam bentuk gerakan nyata.107
Orang-orang yang benar-benar beriman ini, akan mendapat ampunan dan
rezeki yang mulia. Disebutkannya kata rezeki di sini sangat sesuai dengan jihad dan
perjuangan, infak, pemberian perlindungan, pemberian pertolongan, dan beban-beban
tugas lainya yang mereka emban selama ini. Dan lebih dari itu mereka akan
mendapatkan pengampunan yang notabene termasuk rezeki yang mulia, bahkan
106
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi., 44. 107
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an. (Madinah: Daru As-Syuruq, 1974), 1554.
52
semulia-mulia rizki yang mulia.
Kemudian disamakan pula dengan peringkat pertama muhajir mujahid ini,
setiap orang yang berhijrah dan berjuang sesudah itu meskipun angkatan pertama itu
memperoleh derajat tersendiri sebagaimana telah ditetapkan dalam nash-nash Al-
Qur’an. Penyamaan ini hanyalah dalam kesetiaan dan keanggotaan masyarakat Islam,
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemidian berhijrah dan berjihad
bersamamu, maka orang-orang itu termasuk golongan mu (juga)..”
Syarat hijrah ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan
kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan
Islam, dan manusia telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi
hijrah setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal, sebagaimana
di sabdakan Rasulullah Saw.. Akan tetapi, hal itu hanya terjadi dalam perjalanan
Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir seribu dua ratus tahun, yang
selama itu hukum syariat Islam terus diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus
ditegakkan di atas syariat dan kekuasaan Allah.
Adapun sekarang, maka dunia telah kembali kepada jahiliah. Hukum Allah
telah dihapuskan dari kehidupan manusia di muka bumi. Kedaulatan di seluruh dunia
kembali berada di tangan thaghut, dan manusia kembali menyembah kepada sesama
manusia setelah dahulu mereka dibebaskan oleh Islam darinya. Sekarang dimulai lagi
perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang pertama dengan memberlakukan
hukum-hukum secara bertahap, hingga bisa menegakkan negeri Islam secara bertahap
dan hijrah. Kemudian mengembangkan bayang-bayangan Islam sekali lagi, dengan
izin Allah. Sehingga, nantinya tidak ada lagi kewajiban hijrah, dan yang ada hanya
berjuang dan beramal, sebagaimana yang terjadi dalam putaran perjalanan pertama.108
3. Surah Al-Mudatssir ayat 5
108
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an., 1554.
53
Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.109
a. Ibnu Katsir
Menurut Ibnu Katsir, dalam karyanya tafsir Ibnu Katsi. Dirimu, dan jiwamu
bersihkan dari berbagai maksiat dosa. Hatimu dan niatmu bersihkan dari segala niat
yang tidak baik.110
b. Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli
Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, dalam karyanya
tafsir jalalain. Dan perbuatan dosa lafaz Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi berhala-
berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.111
c. M. Quraish Shihab
Menurut M. Quraish Shihab, dalam karyanya tafsir Al-Misbah. Petunjuk yang
ketiga dalam surat ini adalah, dan dosa yakni menyembah berhala betapapun hebat
dan banyaknya orang yang menyembahnya maka tinggalkan lah.
Kata (الرجز ) ar-rujz (dengan dhammah pada ra) atau (الرجز ) ar-rijz (dengan
kasrah pada ra) keduanya merupakan cara yang benar untuk membaca ayat ini, dan
sebagian ulama tidak membedakan arti yang dikandung. Ulama yang tidak
membedakan kedua bentuk kata tersebut mengartikannya dengan dosa, sedangkan
ulama yang membedakannya menyatakan bahwa ar-rujz berarti berhala. Pendapat ini
dipelopori oleh Abu ‘Ubaidah. Lebih jauh, sebagian ahli bahasa berkata bahwa huruf
sin dan dengan demikian kata ar-rijz (س) zay pada ayat ini dapat dibaca dengan (ز )
sama pengertiannya dengan (الرجس) ar-rijs / dosa.dengan demikian kata yang
digunakan ayat ini dapat berarti berhala, atau siksa, atau dosa.
Kata (فاهجر ) fa-uhjur, terambil dari kata (هجر ) hajara yang digunakan untuk
menggambarkan “sikap meninggalkan sesuatu karena kebencian kepadanya.” Dari
akar kata ini dibenruk kata hijrah, karena Nabi dan sahabat-sahabatnya meninggalkan
109
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 575. 110
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8,. 259. 111
Imam Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir jalalain, 241.
54
Makkah atas dasar ketidak senangan beliau terhadap perlakuan penduduknya. Kata
hajirah berarti tengah hari karena pada saat itu pemakai bahasa ini ( هاجرة)
meninggalkan pekerjaannya akibat teriknya matahari yang tidak mereka senangi.
Dengan demikian ayat 5 ini, berarti: Tinggalkanlah atas dorongan kebencian
dan ketidak senangan dosa, siksa, atau berhala. Penulis cenderung memahaminya
dengan artian berhala. Ini karena kalau kita menelus ayat-ayat yang berbicara tentang
ar-rijz dan ar-rijs, maka akan kita temukan bahwa ayat-ayat tersebut disusun dalam
bentuk berita. Tetapi ditemukan satu ayat yang menggunakan redaksi “mencegah”
sekaligus menjelaskan apa yang dimaksud dengan ar-rijs dan tentunya juga arti ar-
rijz, karena keduanya dinilai dalam artian yang sama sebagaimana telah dikemukakan
dii atas. Ayat tersebut adalah firmannya dalam QS. Al-Hajj: 30: فاجتنبوا الرجس من (
( الأوثان faijtanibu ar-rijsa min al-autsan / maka hindarilah berhala-berhala yang
najis. Kalau demikian, ayat yang berbentuk larangan di atas dan yang menjelaskan
arti kotoran, yakni berhala-berhala, dapat diangkat untuk menjelaskan arti ar-rijz
pada ayat 5 al-Muddatstsir ini yang juga menggunakan bentik larangan sehingga ayat
tersebut seharusnya diartikan sebagai petunjuk kerada Rasulullah Saw. untuk
menjauhi berhala-berhala atas dorongan kebencian kepadanya. Mengartikan ar-rujz
atau ar-rijz dengan berhala lebih diperkuat lagi setelah menganalisis arti uhjur, yaitu
meninggalkan sesuatu atas dorongan kebencian.
Petunjuk ayat di atas sebagaimana petunjuk yang lalu, bukan berarti bahwa
Rasulullah Saw. pada suatu ketika pernah “mendekati” berhala-berhala. Riwayat-
riwayat menunjukkan sebaliknya, jangankan berhala, mengunjungi tempat-tempat
yang tidak wajarpun tidak pernah dilakukannya.
Ali Ibn Abi Thalib memberitakan bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: “Tidak pernah terlintas dalam benakku untuk melakukan apa yang
dilakukan oleh orang-orang (yang hidup pada masa) Jahiliah menyangkut wanita,
kecuali pada dua malam. Namun, pada kedua malam tersebut Allah memeliharaku
sehingga aku tidak terjerumus.”
Apa yang dimaksud oleh Rasululla dalam hadits ini dijelaskan Dalam hadits
55
yang lain bahwa semasa remaja, di kala masih mengembala, beliau bermaksud untuk
pergi ke Makkah menghadiri pesta perkawinan di mana diperdengarkan lagu-lagu
(yang tentunya didendangkan oleh wanita-wanita dengan kata-kata yang tidak wajar),
maka beliau menitipkan kambing-kambing gembalaannya dan pergi ke Makkah.
Tetapi sesampainya di sana beliau tertidur dan baru terbangun setelah terik panas
matahari menyengatnya, tetapi ketika itu pesta telah usai.
Ayat di atas menggariskan sejak dini bahwa: Apapun yang terjadi, dan dengan
dalih apapun, tidak diperkenankan bagimu wahai Nabi Muhammad untuk menerima
dan merestui penyembahan berhala. Prinsip akidah yang tidak dapat ditawar-tawar
adalah keesaan Tuhan yang murni serta penyembahan padanya semata. Dosa-dosa
yang lain mungkin masih dapat ditoleransi untuk sementara. Hal ini perlu mendapat
penegasan sejak dini, karena perjalanan sejarah dakwa menunjukkan bahwa kaum
musyrikin menawarkan kompromi kepada Nabi. Tawaran yang ditolak secara tegas
tersebut merupakan sabab nuzul dari surah al-Kafirun. Bahwa Al-Qur’an telah
mengisyaratkan secara dini pula pada QS. Al-Qalam: 9 bahwa:
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka
bersikap lunak (pula kepadamu).”Tetapi tentunya, berdasarkan petunjuk yang
merupakan pengertian ayat ini, segala ajakan dan tawaran tersebut ditolak
secara tegas oleh Rasulullah Saw.
Di atas telah dikemukakan bahwa ayat ini merupakan ayat pertama yang
diterima oleh Nabi Muhammad Saw. dengan redaksi larangan, dan telah
dikemukakan pula bahwa mungkin ada dosa-dosa yang dapat ditoleransi untuk
sementara. Hal ini secara jelas dapat dibuktikan melalui perintah-perintah dan
larangan Al-Qur’an. Di temukkan bahwa wahyu-wahyu memang menggunakan
metode bertahap dalam petunjuk-petunjuknya yang berrkaitan dengan bidang hukum,
namun tidak demikian jika berkenaan dengan masalah akidah dan etika.
56
Dalam bidang hukum, ditemukan pentahapan, baik petunjuk hukum yang
berkenaan dengan kewajiban maupun larangan. Perintah sholat misalnya,
didahulukan dengan petunjuk serta penjelasan tentang kebesaran Tuhan, kemudian
disusul dengan ayat-ayat yang menghidupkan “rasa keagamaan” sehingga mendorong
manusia untuk mengadakan hubungan dengannya, baru kemudian disusul dengan
perintah sholat (dua kali sehari) disertai dengan kebolehan bercakap-cakap sambil
melaksanakan shalat. Kemudian disusul dengan perintah khusyu’ dan larangan
bercakap, serta diakhiri dengan petunjuk untuk melaksanakannya lima kali sehari
semalam.
Dalam hukum-hukum yang menuntut pencegahan, pentahapan tersebut
ditemukan pula, misalnya dalam larangan meminum arak atau riba. Hal itu jelas
berbeda dengan bidang-bidang akidah, yang tidak mengenal pentahapan.112
B. Jenis-Jenis Hijrah
1. Hijrah Secara Jasmani
Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa banyak
sekali ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah dari
darul harbi, setiap Negara yang tidak dapat ditegakkan syariat Islam dan tidak
menerima kepemimpinan kaum muslimin agar dapat bergabung dengan jama’ah
kaum muslimin dimanapun mereka berada. Di sanalah kaum muslimin memiliki
kepemimpinan dan kekuasaan. Dengan demikian kaum muslimin dapat berlindung di
bawah bendera Islam bukan lagi berlindung dibawah bendera orang-orang kafir yaitu
setiap bendera selain bendera Islam. Hukum ini terus kekal hingga hari kiamat.
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdus Salam, “Hijrah wajib dilaksanakan sampai
akhir zaman sebagaimana ia diwajibkan pada masa awal Islam. `
Al-Qoastalani berkata dalam kitab “Irsyadis Saari” Selagi di muka bumi
masih ada yang namanya darul kufri, hijrah dari tempat itu wajib dilakukan. Dan
hikum berlaku bersamaan dengan illatnya.
112
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 14 (Jakarta: Lentara Hati, 2002), 556-558.
57
Mengenai hal itu, Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab:
"Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata:
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-
orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak
yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka
itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di
muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah
tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Ayat di atas dikuatkan dengan hadits Nabi berikut ini. Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam ahmad dalam musnadnya, ia berkata bahwa Yazid bin Harun
menceritakan, dari Harir bin Utsman, dari Abdurrahman bin Abi Auf al-Jarasi, dari
Abi Hindul Bajali, ia berkata, “Ketika kami bersama dengan Muawiyah sementara ia
berada di tempat tidurnya dan kedua matanya sudah tertidur, kami saling
menceritakan kembali peristiwa hijrah. Salah seorang di antara kami berkata,
“Kewajiban hijrah telah terputus, dan yang lain berkata, belum terputus, percakapan
itu menggugah Muawliyah, kemudian ia berkata,”Apa yang kalian bicarakan?
Kemudian kami menceritakan pembicaraan kami. Lalu beliau mengembalikan hukum
hijrah kepada sabda Rasulullah Saw
ت ة ح جر ع اله ا لا ت نق ط ب ه غر ن م تى ت طل ع الشمس م ع التوب ة ح لا ت نق ط ع التوب ة ، و ى ت نق ط
“Tidak akan terputus hijrah hingga terputus taubat. Dan tidak akan terputus
taubat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” (Musnad Ahmad)
58
2. Hijrah Secara Rohani
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Ketika perjalanan telah usai dan
seorang musafir mendapat negeri yang beru, apa yang menjadi kenangan dan
kerinduan akan kampung halaman pun lepas satu demi satu. Apa yang mendorongnya
untuk melakukan semua itu memenuhi akal pikirannya untuk mengedepankan betapa
pentingnya perjalanan yang dilakukan untuk mencapai ridha Allah. Saat itulah ia
menginfakkan seluruh sisa umurnya. Seseorang memiliki petunjuk menunjukkan
dengan tangannya bahwa sesuatu terpenting yang ia lakukan itu adalah hijrah menuju
Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya hijrah itu kewajiban bagi setiap jiwa (fasdhu ‘ain)
di setiap waktu. Dan sesungguhnya tidak ada seorang pun yang berhak untuk
menentang kewajiban itu. Karena hijrah itu tuntutan dari Allah dan keinginannya
yang ia minta dari hamba-hambanya. Hijrah yang dilakukan oleh hati menuju Allah
dan Rasulnya. Inilah yang dimaksudkan di sini. Inilah hijrah Hakiki yang dimaksud
pada awalnya. Hijrah yang dilakukan oleh fisik mengikuti hijrah ini. Hijrah ini
mengandung unsur “siapa” dan “ke mana”. Seseorang berhijrah dari segala
kecintaanya kepada selain Allah menuju kecintaan kepada Allah SWT.. Berhijrah
dari segala ibadah kepada selain Allah menuju ibadah hanya kepada Allah SWT..
Berhijrah dari ketakutan, harapan, serta tawakkal kepada selain Allah menuju
katakutan, harapan, serta tawakkalnya kepada Allah. Berhijrah dari do’a dan
permohonan yang ditujukan kepada selain Allah menuju do’a dan permohonan yang
hanya kepada Allah. Berhijrah dari merendahkan diri, tunduk, dan patuh kepada
selain Allah menuju merendahkan diri, tunduk, dan patuh hanya kepada Allah SWT.
Inilah yang pada intinya yang dimaksud dengan kembali atau lari kepada Allah SWT.
Allah berfirman, “Kembalilah kepada (menaati Allah).” Tauhid yang dituntut dari
hamba Allah adalah kembali dari Allah, kepada Allah SWT.113
Di balik kata “siapa” dan “kepada” terdapat rahasia yang sangat agung dari
rahasia-rahasia tauhid. Sesungguhnya kembali kepada Allah mengandung makna
113
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an, 326-327.
59
mengesakannya dalam ibadah dan do’a, mengharuskan selalu mencintainya, takut,
tawakkal, taubat, dan segala bentuk ibadah hanya kepadanya. Inilah kandungan dari
dakwah ilahiah yang dipikul oleh seluruh Nabi dan Rasulullah Saw.
Adapun kembali dari Allah kepada Allah, itulah kandungan dari tauhid
rububiah dan ketetapan takdir. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di alam ini
sekalipun yang dibenci dan diwaspadai oleh seorang hamba lari darinya,
sesungguhnya keinginan Allah lah yang menyatakannya. Sesungguhnya apa yang
Allah kehendaki niscaya akan terjadi. Dan apa yang ia tidak kehendaki, tidak pernah
akan terjadi dan dihalangi terjadinya karena ia tidak menghendakinya. Apabila
seseorang berlari kepada Allah, sesungguhnya ia berlari dari sesuatu kepada sesuatu
yang terjadi kerena keinginan dan ketetapan Allah. Sesungguhnya orang itu pada
hakikatnya berlari dari Allah menuju Allah. Dari gambaran yang dipaparkan dengan
sebenar-benarnya ini, dapat dipahami makna dari sabda Rasulullah Saw.
“Tidak ada tempat lari dan tempat kembali darimu kecuali hanya kepadamu”.
Sesungguhnya di alam nyata ini, tidak ada yang dapat berlari dari Allah, tidak
ada yang dapat dijadikan tempat berlindung dan tempat berteduh kecuali dia Allah
SWT. pemahaman akan gambaran itu wajib dipahami oleh setiap orang. Yaitu
terputusnya hati orang itu dari seluruh ikatan yang ada di dalam hatinya baik yang
berupa takut, harapan, dan cinta. Karena seharusnya dia tau bahwa semua itu terjadi
hanya dengan kehendak Allah ketetapannya, dan ciptaannya. Tidak ada yang tersisa
dari rasa takut dan yang lain. Karena semua itu ciptaan dan kehendaknya. Termasuk
dalam hal itu, rasa cinta, takut dan harapan hanya kepada Allah Yang Esa.114
Kita berharap, bagaimana agar segala urusan dapat dikembalikan kepada
Allah SWT. itulah yang dimaksud dengan hijrah kepada Allah SWT. oleh sebab itu,
Rasulullah Saw. bersabda.
“Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang menjauhi apa yang dilarang
oleh Allah kepadanya.”
114
Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah Dalam Pandangan Al-Qur’an, 327.
60
Oleh sebab itu jika, Allah mengomparasikan iman dan hijrah di tempat yang
berbeda agar keduanya dapat berinteraksi secara kuat dan satu dengan yang lain dapat
mendukung pelaksanaannya.
Maksud yang ingin disampai dalam hal ini bahwa sesungguhnya hijrah kepada
Allah mengandung unsur cinta dan benci. Sesungguhnya orang yang berhijrah dari
sesuatu menuju sesuatu yang lain pasti karena sesuatu yang lain lebih ia cintai dari
sesuatu yang ia tinggalkan. Oleh sebab itu, cinta dan benci terhadap sesuatu akan
berdampak pada seesuatu yang lain. Jika jiwa seorang hamba, hawa nafsunya,
setannya mengajak dia kepada sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang ia
cintai dan ia ridhai, sekalipun ketiga unsur tadi telah using, namun mereka akan terus
mengajak kepada hal-hal yang tidak diridhai Tuhannya. Dan ajakan iman selalu
mengajak seseorang kepada hal-hal yang diridhai Tuhannya. Di setiap waktu,
seseorang yang berhijrah kepada Allah tidak akan pernah hilang hijrahnya sampai ia
wafat.
Kemudian tersisa bagian lain dari hijrah yaitu hijrah kepada Rasulullah Saw.
Ia berkata, “Adapun hijrah kepada Rasulullah Saw. ketahuilah tidak ada yang tersisa
satu nama pun kecuali namanya. Manhajnya tidak ditinggalkan dengan niat mencoba
jalan-jalan lain kecuali dengan petunjuk yang diberikannya. Arahnya tidak
dibelokkan kecuali ia kembali melihat peta yang diberikan oleh Rasulullah Saw. Jika
ia kehilangan impiannya, ia akan kembali kepada petunjuk Rasulullah dengan
segenap daya dan upaya yang ia lakukan secara sadar sehingga ia menempuh jalan
lain di antara hamba-hambanya yang menjadikannya unik dalam setiap kehidupan
dan kelompok.
C. Perubahan Makna Hijrah dari Era Klasik ke Era Kontenporer
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam, sebagai petunjuk bagi umat Islam
kapan dan dimana saja. Untuk merealisasikan petunjuk tersebut, isi kandungannya
harus dikaji, sehingga petunjuk-petunjuknya dapat dipahami dan diamalkan. Ketika
Raslullah Saw. masih ada ditengah-tengah umatnya, beliau berfungsi sebagai
mubayyin (pemberi penjelasan) terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an. Beliaulah yang
61
menjelaskan segala sesuatu bagi masalah yang ditanyakan oleh para sahabat.
Setelah Rasulullah wafat, penafsiran sahabat terhadap ayat- ayat Al-Qur’an
berpijak pada inti kandungan serta pada penjelasan makna yang dikehendaki ayat Al-
Qur’an yang merujuk pada pengetahuan mereka tentang sebab-sebab turunnya ayat
serta peristiwa-peristiwa yang menjadi sebab turunnya ayat.
Demikian pula generasi berikutnya yang dikenal dengan sahabat kecil dan
tabi’in. Mereka dapat memahami petunjuk Al-Qur’an walaupun pemahamannya dari
segi bahasa/makna tidak sepenuhnya sama dengan pemahaman para sahabat yang
telah bersama Nabi Saw. menyaksikan turunnya Al-Qur’an dan peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an yang dikenal dengan asbab al-nuzul. Setelah
masa tabi’in berakhir, ijtihad menyangkut ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat dielakkan
lagi. Hal ini selain disebabkan oleh hadits dan riwayat-riwayat yang menyangkut
berbagai hal termasuk tafsir, ada yang shahih dan ada yang do’if . Di samping itu,
laju perubahan sosial semakin menonjol, selain karena banyaknya persoalan baru
yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang belum pernah terjadi atau
dipersoalkan pada masa Nabi Muhammad Saw. sahabat, dan tabi’in demikian pula
meningkatnya porsi peranan akal dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
bermunculanlah pendapat menyangkut ayat-ayat Al-Qur’an. Keragaman penafsiran
tersebut relevan dengan keadaan Al-Qur’an itu sendiri.115
Seperti penafsiran ayat tentang hijrah, jika dilihat makna kata hijrah menurut
para mufassir klasik pada kitab-kitab tafsir klasik seperti kitab tafsir Ibnu katsir, tafsir
Jalalain, dan tafsir Al-Maraghi hijrah diartikan dengan berpindah dari kota Makkah
ke kota Madinah untuk menyelamatkan diri dari penganiayaan orang-orang kafir,
fitnah mereka terhadap agama Islam.116
Sedangkan makna hijrah menurut mufassir kontenporer dalam kitab tafsir
kontenporer seperti di dalam kitab tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan di
115
Tasbih, “Kedudukan dan Fungsi Kaidah-Kaidah Tafsir”, Jurnal Farabi, 10, No. 2 (2013),
107-108. 116
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8,. 259.
62
dalam kitab tafsir Fi Zulalil Qur’an karya Sayyid Quthb hijrah adalah meninggalkan
satu tempat atau keadaan yang didorong oleh karena ketidak senangan (benci
kepadaa) terhadap tempat atau keadaan itu menuju ke tempat atau keadaan yang
lebih baik.
Adapun proses perubahan makna hijrah dari era klasik ke era kontenporer
adalah syari’at hijrah ini tetap berlaku hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan
kota Makkah) ketika seluruh tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan
Islam, dan manusia telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi
hijrah (berpindah dari kota Makkah ke kota Madinah) setelah fathu Makkah, dan yang
ada hanya tinggal jihad dan amal, akan tetapi, hal itu hanya terjadi dalam perjalanan
Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir seribu dua ratus tahun, yang
selama itu hukum syariat Islam terus diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus
ditegakkan di atas syariat dan kekuasaan Allah.117
Namun jika zaman sekarang dunia telah kembali kepada sifat jahiliah. Jika
hukum Allah telah dihapuskan dari kehidupan manusia di muka bumi. Kedaulatan di
seluruh dunia kembali berada di tangan thaghut, dan manusia kembali menyembah
kepada sesama manusia setelah dahulu mereka dibebaskan oleh Islam darinya. Maka
dimulai lagi perjalanan baru Islam seperti perjalanan yang pertama dengan
memberlakukan hukum-hukum secara bertahap, hingga bisa menegakkan negeri
Islam secara bertahap dan hijrah. Kemudian mengembangkan bayang-bayangan Islam
sekali lagi, dengan izin Allah. Sehingga, nantinya tidak ada lagi kewajiban hijrah, dan
yang ada hanya berjuang dan beramal, sebagaimana yang terjadi dalam putaran
perjalanan pertama.118
D. Hikmah Hijrah dalam Aspek Sejarah Islam
Setiap pekerjaan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai motivasi atau
niat. Hal ini pernah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika seorang sahabatnya
berhijrah dari Makkah ke Madinah dalam hadits Nabi yang berbunyi:
117
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zulalil Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2003), 243-245. 118
Ibid., 243-245.
63
س ل الله صلهى الله عت ر ى الله ع نه ق ال س م ض طاب ر بن الخ ر فص ع م ن ين أ ب ى ح ؤم ير الم ع ن أ م
ا ل ك ا نم ال ب النه يات و ا الأعم ت ه ا ل ى الله عليه وسلهم ي ق ول : ا نم جر ن ك ان ت ه ى ف م ان و ئ م له امر
ا ه ح أ ة ي نك امر ا ا و يب ه د ني ا ي ص ت ه ل جر ن ك ان ت ه م س ول ه و ر ت ه ا ل ى الله و جر س ول ه ف ه ر ت ه ا ل ى و جر ف ه
ا ل يه ر ا ه اج م
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsin Umar Ibnu Khathtab ra. Ia
berkata: “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya amal
perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang
tergantung apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah
dan Rasulnya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasulnya. Dan barang
siapa yang hijrahnya untuk dunia, maka baginya apa yang diniatkannya atau
karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan mendapatkan
sesuai dengan apa yang diniatkannya.”119
Ketika Nabi Saw. dan sahabat-sahabat beliau berhijrah, motivasi utama
mereka adalah guna memperoleh ridha Allah. Menjelang hijrah, kaum muslim berada
pada posisi yang sangat lemah dan teraniaya. Namun, keyakinan mereka akan
datangnya kemenangan tidak pernah sirna. Hal itu disebabkan oleh kuatnya iman
mereka kepada Allah yang maha kuasa. Pokok pertama yang ditanamkan Rasuluillah
kepada sahabat-sahabatnya jauh sebelum hijrah adalah prinsip keimanan tersebut.
Bukkan saja karena keimanan kepada Allah merupakan ajaran dasar, tetapi jiga
karena iman membentengi menusia serta mengantarkan mereka kepada optimis.120
Hijrah Rasulullah telah berlalu empat belas abad lamanya. Namun, dari hijrah
dan celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dari
peristiwa hijrah.
Pertama, peristiwa hijrah mengajarkan kepada kita bahwa berpegang teguh
dengan agama dam menegakkan sandi-sandinya merupakan landasan dan sumber
bagi setiap kekuatan. Juga merupakan pagar untuk melindungi setiap hak, baik berupa
harta, kebebasan, maupun kehormatan.121
Kedua, peristiwa hijrah mengajarkan kepada kita bahwa setiap sesuatu perlu
persiapan dan perencanaan yang matang. Bahwa dalam berjuang iman dan do’a saja
119
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Al-Jami’ al-Sahih: Al-Musnad min Hadits Rasulullah
(Kairo: Al-Matba’ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha, 1982), 113. 120
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 543. 121
Muhammad Sa’ad Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2006),
111.
64
tidak cukup. Mungkin ada orang yang setiap malam berdo’a, namun tidak diiringi
dengan persiapan, membuat perencanaan dan melaksanakannya, maka akam
mengalami kegagalan, sayyidina Ali berkata: Man asa’a tadbiran ta’ajjala tadmiran.
(Siapa yang jelek perencanaannya, akan cepat kehancurannya). Dalam hijrah, Nabi
melakukan persiapan dengan perancangan yang cermat, akurat, dan matang dengan
pembagian tugas yang bagus.
Ketiga, para pendukung hijrah Nabi kebanyakan para pemuda, seperti Ali bin
Abi Thalib, yang menggantikan Nabi untuk tidur di tempat tidur Nabi. Kemudian
Amir bin Tahirah, Asma seorang pemudi, Abdullah bin Abu Bakar, dan seorang yang
bertugas untuk membuka jalan bernama Mas’ad bin Umar. Disini terlihat betapa
peran pemuda dalam peristiwa hijrahnya Nabi itu demikian besar.
Keempat, arti pentingnya disiplin, kalaulah Ali tidak disiplin untuk menetap di
atas tempat tidur Nabi, meski ancamannya adalah nyawa. Kemudian, jika Abdullah
bin Abu Bakar tidak melaksanakan tugasnya, tidak memberitahukan Nabi bahwa
mereka yang mengejar Nabi sudah kelelahan dan tidak menemukan jejak Nabi,
mungkin Nabi tidak berangkat melanjutkan perjalanan hijrah. Kalau Asma tidak
berangkat mengantar makanan, kalau Amir bin Tahirah tidak menghapus jejak,
mungkin peristiwa hijrah akan gagal.122
Kelima, pengorbanan. Ketika Rasulullah Saw. menyampaikan kepada Abu
Bakar bahwa Allah memerintahkannya untuk berhijrah, dan mengajak sahabatnya itu
untuk berhijrah bersama, Abu Bakar menangis kegirangan. Dan, seketika itu juga ia
membeli dua ekor unta dan menyerahkannya kepada Rasulullah untuk memilih yang
dikehendakinya.123
Terjadi dialog berikut:
“Aku tidak mengendarai unta yang bukan milikku.”
“Unta ini kuserahkan untukmu.”
“Baiklah, tapi aku akan membayar harganya.”
122
Bustami Ibrahim, “Memaknai Momentum Hijrah”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.10, No.2
(2016), 70. 123
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 544.
65
Setelah Abu Bakar bersikeras agar unta itu diterima sebagai hadiah, namun
Nabi Saw. tetap menolak, Abu Bakar akhirnya setuju untuk menjualnya. Mengapa
Nabi Saw. bersikeras untuk membelinya? Bukankah Abu Bakar sahabat beliau? Dan,
bukankah sebelum ini dan sesudahnya Nabi Saw. selalu menerima hadiah dan
pemberian Abu Bakar? Di sini terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga.
Rasulullah Saw. ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar,
dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah
dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran dan materi, bahkan dengan jiwa
dan raga beliau. Dengan membayar harga unta itu, Nabi Saw. mengajarkan kepada
Abu Bakar dan kepada kita bahwa dalam mengabdi kepada Allah, jangan megabai
sedikit kemampuan pun, selama kita masih memiliki kemampuan itu. 124
Sebagaimana
dalam firman Allah:
“Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)”. (QS. Al-Alaq:
8).125
Keenam, tawakkal dan usaha. Ketika Rasulullah bersama Abu Bakar
bersembunyi di suatu gua yang dikenal dengan gua tsur dan para pengejar mereka
telah berdiri di mulut gua tersebut, Abu Bakar sangat gusar dan gemetar. Rasulullah
menenangkannya sambil berkata: “jangan kuatir dan jangan bersedih. Sesungguhnya
Allah bersama kita.” Keadaan itu bertolak belakang dengan apa yang kemudian
terjadi dalam peperangan Badar, sekitar satu setengah tahun sesudah peristiwa hijrah
ini. Ketika itu, yang gusar dan khawatir adalah Nabi Muhammad, sedang Abu Bakar
yang menenangkan beliau.
124
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Mizan, 2007), 546. 125
Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 597.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Gambaran umum tentang hijrah. Hijrah memiliki banyak arti namun secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hijrah ialah berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dengan tujuan untuk menyelamatkan diri, agama dari kejahatan
orang-orang kafir yang menyiksa dan mengharap rahmat Allah.
Bentuk hijrah ada dua yaitu, hijrah dengan jasmani dan hijrah dengan rohani.
a. Hijrah dengan jasmani adalah Jika dilihat dalam aspek sejarah Islam Hijrah
dalam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi Muhammad Saw. dari
Makkah ke Madinah. Dalam hubungan ini, hijrah berarti berkorban karena Allah
SWT. yaitu memutuskan hubungan dengan yang paling dekat dan dicintai demi
tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung halaman ke negeri
lain. Hijrah seperti ini telah menjadi pusaka para Rasul sebelum Nabi
Muhammad Saw. dan terbukti telah menjadi prelude (babak pendahuluan) bagi
kebangkitan perjuangan.
b. Hijrah dengan rohani adalah lebih kepada perubahan sikap, mengikuti kajian-
kajian agama, gaya hidup dan tata cara berpakaian sesuai syariat Islam. Genarasi
milenial berhijrah di konotasikan dengan bertaubat dan cenderung dengan
perubahan sikap perubahan fashion seperti memakai gamis, celana cingkrang,
memanjangkan jenggot, cadar dan simbol keagamaan sebagai wujud ketaqwaan
bagi mereka untuk berhijrah.
Hijrah menurut beberapa mufassir yaitu:
67
a) Menurut tafsir Ibnu Katsir dan tafsir jalalain hijrah adalah berpindah dari satu
tempat ke tempa lain. Meninggalkan kampung halaman, sanak keluarga, harta
benda dengan tujuan untuk mendapat ridha Allah dan menyelamatkan akidah
dan iman.
b) Menurut tafsir Al-Misbah hijrah adalah meninggalkan suatu tempat atau
keadaan yang didorong oleh karena ketidak senangan terhadap tempat atau
keadaan itu menuju ketempat atau keadaan lain guna meraih yang baik atau
yang lebih baik. Menurut beliau kata hijrah terambil dari kata ha-ja-ra yang
digunakan untuk menggambarkan sikap meninggalkan sesuatu karena karena
benci kepadanya.
c) Menurut tafsir Fi Zulalil Qur’an hijrah adalah Syarat hijrah ini tetap berlaku
hingga terjadinya fathu Makkah (pembebasan kota Makkah) ketika seluruh
tanah Arab telah dekat kepada Islam dan kepemimpinan Islam, dan manusia
telah terorganisir di dalam masyarakat Islam. Maka tidak ada lagi hijrah
setelah fathu Makkah, dan yang ada hanya tinggal jihad dan amal,
sebagaimana di sabdakan Rasulullah Saw.. Akan tetapi, hal itu hanya terjadi
dalam perjalanan Islam yang pertama yang mengatur dunia selama hampir
seribu dua ratus tahun, yang selama itu hukum syariat Islam terus
diberlakukan, dan kepemimpinan Islam terus ditegakkan di atas syariat dan
kekuasaan Allah.
B. Saran Peneliti
Dalam hal ini, peneliti akan mengemukakan beberapa saran yaitu:
1. Al-Qur’an haruslah dijadikan sumber rujukan dari segala sumber rujukan
kebutuhan manusia. Oleh karena itu hendaknya Al-Qur’an tersebut selalu
dipelaari, digali dan diaktualisasikan, makna-makna yang terkandung di
dalamnya sehingga dapat menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hendaknya kita selalu beriman kepada Allah, dan begitu pula dengan akhirat.
Meskipun Rasulullah sudah tidak ada namun semangat hijrah haruslah
68
senantiasa selalu ada di dalam diri kita karena dengan berhijrah dapat
mengubah perilaku atau sifat-sifat kita yang kurang baik menjadi lebih baik.
C. Rekomendasi penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti merekomendasikan
bahwa, bagi umat Islam yang hendak melakukan hijrah hendaknya memahami betul
mengenai penyebab ataupun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perintah
hijrah sehingga memberikan dorongan kepada pelaku hijrah untuk mengetahui segala
bentuk sikap ketika ingin berhijrah.
Selain itu, ketika masalah hijrah terjadi seperti, perubahan sikap ketika
berhijrah, maka pelaku hijrah harus menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan
tuntunan Al-Quran seperti yang telah dijelaskan di atas bukan malah sebaliknya,
sehingga tidak bertindak semena-mena, serta tidak hanya mengikuti tren
perkembangan zaman semata melainkan mengetahui apa tujuan dan makna dari
hijrah tersebut.
69
DAFTAR PUSTAKA
Karya Ilmiah
Al-Afahani, Husain bin Muhammad bin Fadhol abu Qosim. Mu’jam Mufrodat Al-
fazil Qur’an, Bairud: Darul Faqir, 2009.
Al-Baqi, ‘abd Fu’ad Muhammad. Mu’jam Mufahras li Alfaz Al-Qur’an. Bairut: Dar
al-Fikr, 1992.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Al-Jami’ al-Sahih: Al-Musnad min Hadits
Rasulullah, Kairo: Al-Matba’ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha, 1982.
Al-Buthy, Muhammad Sa’ad Ramadhan. Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani Press,
2006.
Al-Muafiri, Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam. Sirah Nabawiyah Ibnu
Hisyam, Jakarta: Darul Falah, 2004.
Al-Mahalli, Imam Jalaludin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. Tafsir jalalain,
Surabaya:Darul Ulum, 2003.
Al-Maraghi, Muhammad Musthafa . Tafsir Al-Maraghi, Jilid 2, Mesir: Mustafa Al-
Babi Al-Halabi, 1946.
Al-Khatib, Muhammad Abdullah. Makna Hijrah Dulu dan Sekarang . Jakatra: Gema
Insani, 1995.
Al-Khalidi, Shalah Abdul Fattah. al-Tafsiri al-Maudhu’I baina al-Nazhariyyah wa
al-Tathbiq, al-Ardan: Dar al-Nafais, 1997.
Al-Khurarani, Abu Abd al-Rahman Ahmad ibn Su’aib ibn Ali. al-Sunan al-Nasa’I,
Vol 8, Bab. Shofatul al-Muslim, no. Indeks 4496. Khulub: Maktabah al-
Matbua’ts al-Islamiyah, 1986.
70
Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab
oleh Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011.
Al-Syaibani, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad al-Imam Ahmad bin
Hanbal, Birut: Mu’assasah al-Risalah, 1999.
Al-Walidah, Iffah. “Tabayyun di Era Generasi Milenial”, Jurnal Living Hadis, Vol. 2,
No. 1. 2017.
Amanah, St. Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: CV. ASY SYIFA’,
1993.
Asyur, Muhammad Thahir Ibnu. Tafsir at-Tahrir wa Tanwir, Daarut Tunisiyah.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001.
Fachruddin. Ensiklopedia Al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Fajriah, Suci Wahyu. “Hijrah Islam Milenial Berdasarkan Paradigma Berorientasi
Identitas”, Jurna Sosioglobal , Vol. 3, No. 2. 2019.
Gaffar, Abd. Thagut Modern dalam Perspektif Al-Qur’an, Yogyakarta: Depok, 2014.
Ghazali, Muhammad. Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, Jakarta:Gaya Media Pratama
,2005.
Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antar Nusa,
2009.
Ibrahim, Busthomi, “Memaknai Momentum Hijrah“ jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol.
10 No. 2. 2016
Jazuli, Ahzami Samiun Jazuli. Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an. Jakarta : Gema
Insani, 2006.
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004.
71
Mabruroh, Siti. “Hijrah Menurut Al-Tabari dalam Kitab Tafsir Jami’ Al-Bayan ‘An
Ta’wil Al-Qur’an” skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Kalijaga, 2003.
Munawwir, warson Achmad dan Muhammad Fairuz. Al-Munawwir. Surabaya:
Pustaka Progressif , 2007.
Murni. “Konsep Hijrah dalam Perspektif Al-Qur’an Stusi Terhadap Pandangan Prof.
Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah” skripsi, Makasar: Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin, 2013.
Musahadah, Zahrina Sanni dan Sulis Triyono. “Fenomena Hijrah di Indonesia:
Konten Persuasif dalam Instagram”, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran,
Vol.12, No.2. 2019.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2007.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zulalil Qur’an. Madinah: Daru As-Syuruq, 1974.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Jakarta: PT Mizan, 2007.
Shihab, M. Quraish. tafsir Al-Misbah, Tanggerang: Lentara Hati, 2007.
Shihab, M. Quraish. Kaidah tafsir. Tanggerang: Lentara Hati,2013.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Tim Penerjemah dan Tafsir Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta:
Depertemen Agama RI, 1985.
Tim Kashiko. Kamus Al-Munir, Surabaya: Kashiko, 2000.
72
CURICULUM VITAE
Foto
Informasi Diri
Nurul Hayat dilahirkan di Kampung Dalam, kecamatan Batang Asai,
kabupaten Sarolangun, Profinsi Jambi pada tanggal 24 September 1995. Putri dari M
Syakri dan Samaratul Jannah. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD 150 Kampung
Dalam (2003-2008).
Riwayat Pendidikan
Nurul Hayat menempuh Pendidikan dasarnya di SD 150 Kampung Dalam
(2002-2008). Pendidikan sekolah menengahnya pertama di pondok pesantren Al-
Jauharen Tanjung Tohor tepatnya jambi seberang (2008-2011). Pendidikan sekolah
menengah di pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru (2013-2016). Dan
memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi pada 2020.