Hi Sprung

Embed Size (px)

Citation preview

http://nursingbegin.com/askep-hisprung/Askep Hisprung( Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung )Pengertian Hisprung Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.

Hisprung Etiologi Penyakit Hisprung Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus. Gejala Penyakit Hisprung Akibat dari kelumpuhan usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan. Patofisiologi Penyakit Hisprung Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ). Pemeriksaan Tambahan pada Penyakit Hisprung Pemeriksaan colok dubur untuk menilai adanya pengenduran otot dubur. Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah roentgen perut, barium enema, dan biopsi rektum. Roentgen perut bertujuan untuk melihat apakah ada pembesaran/pelebaran usus yang terisi oleh tinja atau gas. Barium enema, yaitu dengan memasukkan suatu cairan zat radioaktif melalui anus, sehingga nantinya dapat terlihat jelas di roentgen sampai sejauh manakah usus besar yang terkena penyakit ini. Biopsi (pengambilan contoh jaringan usus besar dengan jarum) melalui anus dapat menunjukkan secara pasti tidak adanya persarafan pada usus besar. Biopsi ini biasanya dilakukan jika usus besar yang terkena penyakit ini cukup panjang atau pemeriksaan barium enema kurang dapat menggambarkan sejauh mana usus besar yang terkena. Komplikasi Penyakit Hisprung Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan septikemia. Penatalaksanaan klien dengan Hisprung 1. 2. Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara. Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis,enterokolitis berat dan keadaan umum buruk.

3.

Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hisprung A. Pengkajian.

1. Identitas. Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak lakilaki dan perempuan (Ngastiyah, 1997). 2. Riwayat Keperawatan. a. Keluhan utama.

Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare. b. Riwayat penyakit sekarang.

Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi. c. Riwayat penyakit dahulu.

Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung. d. Riwayat kesehatan keluarga.

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya. e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan. f. Imunisasi.

Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung. g. h. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi.

3. Pemeriksaan fisik. a. Sistem kardiovaskuler.

Tidak ada kelainan. b. Sistem pernapasan.

Sesak napas, distres pernapasan. c. Sistem pencernaan.

Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot. d. e. Sistem genitourinarius. Sistem saraf.

Tidak ada kelainan. f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Gangguan rasa nyaman. g. Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan. h. Sistem integumen.

Akral hangat. i. Sistem pendengaran.

Tidak ada kelainan. 4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil. a. Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.

b. Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam. c. d. e. B. Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa. Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin eseterase. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).

Pohon Masalah Askep Hisprung C. Diagnosa Keperawatan pada Askep Hisprung 1. 2. 3. 4. 5. D. 1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak. Perencanaan Keperawatan pada Askep Hisprung Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.

Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen. Intervensi : Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya Pantau jumlah cairan kolostomi. Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu. 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral. Intervensi : Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan Pantau pemasukan makanan selama perawatan. Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori Pantau atau timbang berat badan. Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan 3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal. Intervensi : Monitor tanda-tanda dehidrasi. Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya Monitor cairan yang masuk dan keluar. Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan. Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi

4.

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur. Intervensi : Kaji terhadap tanda nyeri. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan. Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri Berikan obat analgesik sesuai program. Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat Daftar Pustaka Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta. Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London. Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasiendengan_9077.htmlASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HISPRUNG Pengkajian 1. Biodata Pasien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, dan nomor register. 2. Biodata Penaggung Jawab : Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat. 3. Riwayat Kesahatan Pasien : Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan Keluarga 4. Kebiasaan Sehari-hari : Makan dan Minum Eliminasi : BAK dan BAB Personal Hygiene Aktivitas 5. Pemeriksaan Fisik / Head To Toe Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 ) Tujuan : Anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan Kriteria Hasil : Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik Intervensi : Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 % Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali Observasi pengeluaran feses per rektal bentuk, konsistensi, jumlah Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan 2. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah Tujuan : Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan Kriteria Hasil : Berat badan pasien sesuai dengan umurnya Turgor kulit pasien lembab Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan Intervensi : Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan

Ukur berat badan anak tiap hari Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah 3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197) Tujuan : Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : Turgor kulit lembab. Keseimbangan cairan. Intervensi : Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien Pantau tanda tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake output Observasi adanya peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera 4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ). Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi lebih adekuat Kriteria hasil : Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya, perawatan dan obat obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat dan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali Intervensi : Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon Kaji latar belakang keluarga Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat obatan pada keluarga pasien Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien Menggunakan liflet atau gambar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ). Daftar Pustaka 1. A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC 2. Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI

3. Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC 4. Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC 5. Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto. 6. Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara 7. Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC 8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakarta. 9. Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC 10. Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto 11. Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC12. Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-hisprung.html

Asuhan Keperawatan HisprungA. Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ). B. Etiologi Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus. C. Patofisiologi Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ). D. Manifestasi Klinis Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317). Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir

dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diareberbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ). 1. Anak anak a Konstipasi b Tinja seperti pita dan berbau busuk c Distenssi abdomen d Adanya masa difecal dapat dipalpasi e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ). 2. Komplikasi a Obstruksi usus b Konstipasi c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit d Entrokolitis e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ) E. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan : a Daerah transisi b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit c Entrokolitis padasegmen yang melebar d Terdapat retensi barium setelah 24 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 ) 2. Biopsi isap Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 ) 3. Biopsi otot rektum Yaitu pengambilan lapisan otot rektum 4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 ) 5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus

( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 ) 6. Pemeriksaan colok anus Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan. F. Penatalaksanaan 1. Medis Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu : a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya. b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 ) Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 ) 2. Perawatan Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain : a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan ) d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 ) Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.

Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )Konsep Tumbuh Kembang Anak

Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalahmasalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ). Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ). 1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman. Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.

Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004). 2. Fokus Intervensi a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 ) Tujuan : 1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan Kriteria Hasil 1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi 2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik Intervensi : 1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 % 2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali 3. Observasi pengeluaran feces per rektal bentuk, konsistensi, jumlah 4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses 5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah Tujuan : 1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan Kriteria Hasil 1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya 2. Turgor kulit pasien lembab 3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan Intervensi 1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan 2. Ukur berat badan anak tiap hari 3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah

c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197) Tujuan : 1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh Kriteria Hasil 1. Turgor kulit lembab. 2. Keseimbangan cairan. Intervensi 1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien 2. Pantau tanda tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake output 3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ). Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat Kriteria hasil : 1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali Intervensi 1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien 2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon 3. Kaji latar belakang keluarga 4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat obatan pada keluarga pasien 5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien Menggunakan liflet aatau agmbar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ). DAFTAR PUSTAKA A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC

Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto. Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk.Jakarta : Bina Rupa Aksara Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakaarta. Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

http://www.tipsbayi.com/bayi-sembelit-susah-buang-air-besar-pada-bayi.html

A.Bayi Sembelit: Susah Buang Air Besar Pada Bayi

Pola buang air besar pada bayi memang berubah-ubah. Nah bagaimana Anda bisa tahu bahwa pola buang air besar pada bayi Anda masih tergolong normal?

Pola Buang Air Besar Bayi Pada UmumnyaUntuk bayi yang baru lahir, normalnya ia akan buang air besar hingga sebanyak 4 kali setiap hari. Ini akan berlangsung sampai ia berusia 7 hari. Untuk anak berusia 2 tahun, termasuk normal jika ia dapat buang air besar (BAB) 1-2 kali tiap harinya. Anak usia 4 tahun sudah sama pola BAB-nya dengan orang dewasa 1 kali setiap hari.

Nah, karena tidak setiap anak memiliki pola yang persis sama, maka umumnya seorang bayi atau anak akan dianggap mengalami sembelit, jika ia tidak BAB hingga 2 minggu atau lebih.Oleh karena itu, Anda tidak perlu terlalu khawatir jika melihat bayi Anda sepertinya berjuang keras, bahkan terkadang sampai memerah ketika sedang BAB, padahal terkadang fesesnya encer dan tidak keras. Dia kan masih belajar! Anda juga

harus ingat bayi Anda melakukan BAB sambil berbaring lho, tidak seperti orang dewasa Jadi, reaksi-reaksi seperti ini masih tergolong normal.

Kapan Situasinya Menjadi Gawat?Jika Anda mendapati bayi Anda mengalami kondisi seperti berikut ini, maka segeralah periksakan ke dokter: 1. 2. 3. 4. 5. Feses/kotoran yang keras Demam Terdapat darah pada kotorannya Berat badannya sulit naik Gagal BAB untuk pertama kalinya dalam 24 jam setelah kelahiran

Bayi dalam Periode ASI EksklusifJika bayi Anda masih dalam periode ASI eksklusif -alias belum memperoleh asupan selain ASI- maka masih tergolong normal jika ia tidak BAB hingga 1 minggu. Bahkan terkadang setelah 1 minggu pun fesesnya sama sekali tidak keras. Hal ini disebabkan oleh ASI yang masih sangat mudah dicerna oleh tubuh bayi Anda dan ini juga berarti sebagian besar ASI dapat diserap dengan baik oleh tubuhnya.

http://www.untukku.com/berita-untukku/mengatasi-susah-buang-air-besar-untukku.htmlSusah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri atau hanya karena kurang serat, tetapi tahukah anda bahwa sembelit dapat merupakan tanda adanya hal yang tidak beres pada saluran cerna anda dan dapat mengancam nyawa bila tidak diobati dengan baik ??? Sembelit atau konstipasi dapat diartikan sebagai gangguan pada pergerakan saluran cerna bawah sehingga menimbulkan kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang. Frekuensi buang air besar pada tiap individu sangat bervariasi dan individual sehingga sembelit hanya dapat dinilai oleh si penderita berdasarkan frekuensi buang air besar biasanya. Gejala Sembelit ini timbul pada 1-2 % dari populasi umumnya. Seringkali sembelit dapat sembuh sendiri atau hanya karena perubahan jenis makanan yang dimakan, tetapi sembelit juga dapat merupakan bagian dari penyakit atau kelainan yang timbul pada saluran cerna bawah. Sebelum kita membahas sembelit, tentu kita harus mengetahui lebih dahulu pergerakan saluran cerna bawah yang normal. Yang disebut saluran cerna bawah terdiri dari usus halus bagian bawah ( jejunum dan ileum ), usus besar, dan dubur, sehingga bila ada gangguan pada salah satu bagian di atas maka gejala sembelit dapat muncul. Pengaturan pergerakan saluran cerna bawah sebagian besar diatur oleh system saraf di luar control sadar manusia kecuali bagian dubur yang dapat diatur secara sadar. Bila sisa makanan yang telah dicerna masuk ke dalam jejunum dan ileum maka akan merangsang system saraf usus untuk menggerakkan usus secara simultan dan teratur mendorong sisa makanan ke usus besar. Setelah sisa makanan sampai ke usus besar maka akan terjadi penyerapan air dan elekrolit dari sisa makanan, kemudian produk sisa tersebut akan disimpan sementara di usus besar dan ketika sudah penuh maka produk sisa dibawa ke rectum. Produk sisa pada rectum inilah yang akan merangsang sensasi ingin buang air besar, tetapi karena dubur diatur secara sadar oleh anda maka anda dapat menahan keinginan buang air besar untuk sementara hingga sampai ke toilet. Karena frekuensi buang air besar tiap individu berbeda, maka anda mengalami sembelit bila frekuensi buang air besar lebih lama dari biasanya, kemudian biasanya disertai dengan gejala kembung dan sakit perut pada bagian bawah, dan bila sembelit telah berlangsung lama dan tidak diobati dengan benar maka dapat timbul gejala sakit kepala, nafsu makan menurun, rasa tidak nyaman pada perut dan dapat mempengaruhi gaya hidup dan keseharian anda. Sembelit sendiri sebenarnya merupakan salah satu gejala yang timbul bila ada gangguan pada saluran cerna bawah. gangguan ini dapat muncul

secara primer yang berarti karena memang ada penyakit atau kelainan pada saluran cerna bawah atau secara sekunder karena kebiasaan yang salah dan stress atau adanya penyakit sistemik yang diderita. Penyakit atau kelainan pada saluran cerna bagian bawah antara lain : 1. Sumbatan pada usus akibat fungsi saraf yang terganggu. Gejala yang muncul adalah sembelit disertai nyeri perut yang hebat, kembung, mual dan muntah, dapat juga disertai gambaran pergerakan usus pada permukaan perut dan mungkin teraba adanya massa pada perut. Keadaan ini dapat muncul tiba-tiba atau perlahan-lahan tergantung dari parahnya sumbatan. Keadaan ini merupakan keadaan yang berbahaya dan sebaiknya anda segera ke rumah sakit. 2. Diverticulitis yang terjadi akibat lemahnya dinding usus, sehingga pada kontraksi yang kuat, terjadi pemutaran usus sehingga usus terlipat dan tersumbat, akibatnya gerakan usus bawah terhenti. Selain sembelit, gejala lain yang muncul adalah nyeri pada perut kiri bawah dan teraba adanya massa pada area tersebut, mual, buang gas, dan demam ringan. Sembelit akibat diverticulitis ini biasanya sifatnya akut / tiba-tiba dan merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa, sehingga sebaiknya anda segera ke rumah sakit terdekat. 3. Iskemia arteri mesenteric yang memperdarahi usus, sembelit muncul secara tiba-tiba dengan kegagalan untuk buang gas dan mengeluarkan tinja, nyeri perut yang hebat, muntah dan tidak ada nafsu makan. Keadaan ini merupakan keadaan yang mengancam nyawa sehingga anda harus segera ke rumah sakit terdekat. 4. Syndrome usus iritabel dimana ditandai dengan perubahan kebiasaan buang air besar yang berhubungan dengan nyeri pada perut. Penyebab sindroma ini hingga kini tidak diketahui. 5. Colitis ulcerative atau radang disertai ulkus pada usus tetapi dibanding sembelit gejala yag lebih sering muncul adalah diare. 6. Hemorrhoids atau ambein, sembelit terjadi karena menghindari nyeri yang muncul bila buang air besar. Selain sembelit dapat terlihat darah menetes setelah selesai buang air besar. 7. Fissure anal atau luka pada lubang dubur. Sembelit terjadi juga akibat menghindari nyeri yang muncul bila buang air besar. Selain sembelit, dapat terlihat darah yang menetes dari dubur ketika buang air besar. 8. Penyakit hirschprung yaitu penyakit bawaan berupa ukuran usus yang sangat besar sehingga daya tampung lebih besar, akibatnya frekuensi buang air besar menurun. 9. Bila sembelit muncul pada orang tua ( > 45 tahun ) maka dapat dicurigai sebagai tanda awal kanker usus besar. 10. Idiopatik / tidak diketahui Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi pergerakan saluran cerna bawah sehingga menimbulkan sembelit antara lain : 1. Diabetes mellitus yang menyebabkan kerusakan pada saraf sehingga menimbulkan sembelit dan gejala lain seperti sulit menelan, hipotensi orthostatic, pingsan, nyeri akibat kandung kemih yang penuh, dan pada pria disertai impotensi dan ejakulasi retrogard. 2. Multiple sclerosis adalah penyakit yang menyerang saraf secara keseluruhan sehingga salah satu manifestasi kliniknya adalah sembelit selain gejala gangguan saraf lainnya. 3. Hypothyroidism yaitu kurangnya hormone tiroid pada tubuh. Sembelit muncul pada awal penyakit disertai kurang tahan terhadap dingin, berat badan meningkat, dan gejala-gejala lainnya yang terkait hipotriodisme. 4. Dll Kebiasaan yang salah atau stress antara lain : 1. Kebiasaan menahan keinginan buang air besar, akibatnya terjadi gangguan dalam pergerakan saluran cerna bawah. 2. Makanan yang kurang serat 3. Asupan cairan yang kurang ( normalnya minimal 1,5 liter per hari ) 4. Cemas yang kronik sehingga mempengaruhi kerja otot secara keseluruhan dan menurunkan pergerakan daripada usus. 5. Stress emosional yang tiba-tiba dan hebat. 6. Kurangnya latihan fisik / olahraga. 7. Sering mengkonsumsi obat-obatan seperti : - Obat maag yang mengandung aluminium atau kalsium - Antikolinergik atau obat yang mengandung efek antikolinergik seperti anti depressant - Obat anti nyeri ( analgesic ) 8. Penggunaan berlebihan dari obat pencahar 9. Penggunaan narkoba terutama jenis morfin dan turunannya. 10. Efek samping dari terapi radiasi atau operasi pada daerah rectum-anus yang mengenai saraf. Diantara semua penyebab yang ada maka kebiasaan hidup yang salah atau stresslah yang paling sering menimbulkan sembelit tanpa mengurangi kemungkinan akibat penyakit pada saluran cerna bawah dan penyakit sistemik. Bila penyebab sembelit adalah penyakit pada saluran cerna atau penyakit sistemik maka pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Pada dasarnya langkah pertama adalah pemberian makanan tinggi serat yang berguna untuk melembutkan kotoran dan menjaga konsistensinya untuk tetap kenyal, obat anti nyeri, dan obat pencahar yang disesuaikan dengan penyebab sembelit yaitu : - Pencahar rangsang yaitu obat yang merangsang keinginan untuk buang air besar. Biasanya obat yang beredar di pasaran merupakan jenis ini.

- Pencahar garam dan pencahar osmotic yaitu obat yang menarik air dari lumen usus sehingga konsistensi tinja menjadi lebih lunak dan akibat daya tarik air tersebut, pergerakan usus menjadi lebih aktif. Contohnya adalah laktulosa - Pencahar pembentuk massa yang bekerja dengan cara yang sama dengan pencahar garam, hanya saja obat bekerja di usus besar. Contoh yang dikenal masyarakat adalah agar-agar. - Pencahar emolien yaitu obat yang melunakkan tinja tanpa merangsang pergerakan usus Sedangkan langkah berikutnya adalah terapi terhadap penyakit dasarnya. Bila penyebab sembelit adalah kebiasaan yang salah maka terapi yang tepat adalah mengurangi hingga menghilangkan kebiasaan yang salah tersebut disertai penggunaan obat pencahar untuk mengeluarkan tinja yang ada. Bila penyebab sembelit adalah stress emosional maka sebaiknya anda menemui psikiater untuk konsultasi lebih lanjut. Setelah sembelit teratasi maka anda tentu perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terulang lagi, langkah-langkah sederhana yang dapat diambil antara lain : 1. Melatih kebiasaan untuk buang air besar secara teratur. Yang paling baik adalah satu kali sehari terutama pada pagi hari. Keinginan buang air besar dapat dipicu dengan meminum segelas air putih pada pagi hari segera setelah bangun tidur. Hal ini akan menimbulkan rangsangan pergerakan usus halus dan usus besar sehingga kotoran didorong ke rectum dan akhirnya timbul keinginan buang air besar. 2. Minum air putih minimal 1,5 liter sehari 3. Makan makanan yang berserat tinggi seperti sayur-sayuran, gandum, buah-buahan, agar-agar, dll. 4. Olahraga yang teratur misalnya jalan-jalan pagi. 5. Istirahat yang cukup minimal 4 jam sehari 6. Sarana yang dapat merilekskan anda dari tekanan aktivitas sehari-hari 7. Penggunaan suplemen serat dapat dilakukan setelah anda memiliki pola buang air besar yang teratur 8. Bila penyebab sembelit adalah penyakit sistemik maka menjaga kestabilan kesehatan sesuai anjuran dokter anda adalah pencegahan yang baik. (Hygiena Kumala Suci)

http://www.bascommetro.com/2010/05/mekonium.htmlPengertian 1. Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur 0-28 hari bayi baru lahir dapat dibagi menjadi dua : a. Bayi normal (sehat) yang memerlukan perawatan biasa. b. Bayi gawat (high risk baby) yang memerlukan penanggulangan khusus seperti adanya asfeksia dan pendarahan. 2. Mekonium adalah tinja pertama bayi matur baru lahir, yang lengket dan berwarna hijau tua. Jika janin tidak mendapat cukup O2 selama kehamilan dan persalinan, janin akan mengeluarkan meconium keluarnya mekonium dari vagina ibu merupakan pertanda bahwa cairan ketuban dan berwarna kekuningan atau hijau muda. (modul 10 : BBL : 1994). Penyebab Janin Mengeluarkan Mekonium Sebelum Persalinan Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan, kadang-kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan O2 (hipaksia). Hipoksia akan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekonium) di ekskresikan. Bayi-bayi dengan resiko tinggi bawat janin (misal : kecil untuk masa kehamilan / KMK atau hamil lewat waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal (APN 2007). Sindrom Aspirasi Mekonium Hal ini terjadi bila cairan amnium yang mengandung mekonium terintalasi oleh bayi. Aspirasi mekonium menyebabkan kerusakan fisik jalan udara dan menghalangi pertukaran udara. Mekonium membantu pertumbuhan patogen yang mematikan dalam jalan respirasi, karena mekonium merupakan medium yang baik. Bagi pertumbuhan bakteri. Banyaknya mekonium juga mengandung enzim yang bisa merusak sel epitel disaluran nafas bawah. Bila tidak segera dibersihkan / dihisap dengan baik, maka saat bayi aktif bernafas setelah lahir, mekonium itu akan tersedot masuk ke jaringan paru, dan bayipun mengalami sesak nafas.

http://asuh.wikia.com/wiki/MekoniumBayi yang pencernaannya normal, akan BAB pada 24 jam pertama setelah dilahirkan. BAB pertama ini disebutmekonium. Biasanya berwarna hitam kehijau-hijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama ia dalam kandungan.

BAB pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak. Ada penyakit yang bisa ditentukan dengan melihat apakah BAB pertama dalam 24 jam terjadi atau tidak. Contohnya, penyakit Hirschsprung yang merupakan gangguan pengeluaran tinja akibat tidak adanya syaraf tertentu pada usus sebelah bawah[1]. BAB ini juga bisa dijadikan patokan oleh dokter kalau bayi mengalami masalah pencernaan di kemudian hari. Misalnya, kalau BAB tidak lancar di minggu berikut. Bila catatan menunjukkan bahwa si bayi melakukan BAB pada kurun 24 jam sesudah lahir, dokter akan mengesampingkan kemungkinan Hirschsprung atau penyumbatan. Jika tidak, dokter akan memikirkan kemungkinankemungkinan ini, dan biasanya jawabannya adalah operasi[1]. Itulah sebabnya, penting bagi para ibu yang habis bersalin untuk menanyakan pada suster/bidan apakah bayinya sudah BAB dalam waktu 24 jam. Jangan lupa mengingatkan suster/bidan untuk mencatatnya di buku anak, karena catatan ini penting di kemudian hari[1].

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/04/09/10445167/Bahaya.Terlalu.Sering.Minum.Obat.Pe ncaharJAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang yang mengalami sembelit menjadi sangat bergantung pada obat pencahar (laksatif) untuk mengatasi masalah mereka. Padahal sebenarnya jarang sekali orang sampai memerlukan obat pencahar secara teratur, apalagi setiap hari. Obat pencahar justru akan membuat sembelit makin hebat. Bila diminum secara berlebihan, obat pencahar bisa membuang vitamin dan nutrisi lain yang diperlukan sebelum terserap sepenuhnya. Obat pencahar juga bisa menimbulkan pengeluaran air, sodium, potasium secara berlebihan. Di samping itu, kebiasaan memakai obat pencahar cenderung memperlemah otot-otot usus dan mengurangi daya fungsinya. Akibatnya, sekali Anda berhenti minum obat pencahar secara teratur, sembelit bukan saja muncul kembali melainkan akan semakin buruk. Pemakaian obat pencahar secara berlebihan dapat menimbulkan sindrom malas buang air besar (BAB). Kondisi ini membuat usus gagal berfungsi secara benar karena usus jadi bergantung pada obat pencahar untuk melakukan tugas pembuangan itu. Untuk mengatasi sembelit, minum sedikitnya 8 gelas air setiap hari. Secara bertahap tambahkan serat dalam makanan dengan lebih banyak makan buah dan sayuran segar. Lakukan latihan fisik secara teratur karena olahraga akan membantu merangsang kontraksi BAB. Luangkan waktu-waktu tertentu setiap hari untuk melakukan BAB, sekalipun Anda tidak ingin melakukannya. Anda harus berupaya melakukan gerakan BAB agar usus semakin terlatih.

http://www.bayisehat.com/immunization-mainmenu-36/81-sembelit-pada-bayi.html

Sembelit Pada BayiThursday, 21 December 2006 06:18 Immunizations & Disease

NORMALNYA, tinja bayi berubah-ubah sesuai umurnya. Dimulai dengan tinja encer kehijauan (mekonium) pada hari-hari awal pascalahir. Selanjutnya biasanya setelah minggu pertama, tinja bayi berubah sifatnya sesuai dengan susu yang diminumnya. Tinja bayi yang diberi ASI berbeda dengan tinja bayi yang bukan diberi ASI. Sembelit berkait dengan sifat tinja. Apabila konsistensi tinja keras, volume relatif kurang besar dan liat, umumnya lebih sukar dikeluarkan dibanding apabila tinja bayi bersifat normal, yakni lunak, lembab (moist) layaknya pasta gigi atau pisang yang sangat masak. Kapan bayi disebut sembelit? Bila dalam dua hari tidak buang air besar. Normalnya bayi buang air besar satu sampai dua kali setiap hari. Selama konsistensi dan volume tinja normal, baru buang air besar dalam 48 jam tidak bermasalah. Tinja bayi dikategorikan normal jika lunak, lembab (moist), bervolume (berisi) tidak liat, dan tidak pula encer. Bayi dinyatakan sembelit bila dalam dua hari tidak buang air besar, dan tinjanya bersifat keras, dan liat. Bayi yang cukup mengkonsumsi ASI umumnya tidak bermasalah dengan buang air besarnya dan jarang dijumpai kasus sembelit. Demikian juga pada bayi yang sudah mendapat makanan tambahan (makanan padat pendamping ASI), lebih jarang lagi mengalami sembelit, selama makanannya cukup mengandung serat (dietary fiber). Makanan padat pertama berupa bubur susu. Usus bekerja lebih giat apabila makanan

harian sudah mulai ada isinya (berbungkah, bulk). Kita tahu makanan pokok bayi awalnya hanya cair (ASI), dan bukan makanan (yang bersifat padat, berisi). Penyebab Sembelit Karena ada berbagi hal menjadi penyebab sembelit, maka perlu mencari apa dasar penyebab sembelit bayi; antara lain masalah organ setempat, misal adanya: kelainan metabolisme, fisura (retak/rekahan), pembengkakan, tumor, kelainan saraf setempat dll. Bila dokter telah menentukan tidak ada masalah dan/atau kelainan seperti tersebut diatas, kemungkinan lain sembelit bisa jadi karena:

Kekurangan cairan, kata lain kurang minum. Metabolisme pada bayi yang tinggi memungkinkan mengeluarkan cairan (kencing, keringat) lebih banyak, bila tidak segera diganti dengan cukup minum sering menyebabkan kurang cairan, hingga menyebabkan tinja keras, tidak lunak dan kurang lembab ( less moist ). Tabel di bawah, dapat digunakan sebagai patokan perhitungan berapa banyak bayi membutuhkan cairan setiap harinya. Maksud cairan adalah ASI (atau minuman lain misal juice, kuah yang sesuai usia bayi dan petunjuk dokter).

Pengeluaran cairan berlebihan juga bisa lingkungan misal karena cuaca panas, membuat bayi banyak berkeringat. Atau ruang ber pengatur udara (AC) meski berhawa sejuk tetapi menyebabkan udara kering, jadi bayi yang berada didalamnya perlu diberi banyak ASI (minum).

Residu (sisa pembuangan) yang berlebihan, antara lain pembuangan protein yang umumnya bersumber dari lauk-pauk hewani dan nabati (kacang-kacangan). Dalam hal ini tips yang dapat membantu mengatasi, berilah bayi cairan lebih banyak. Bagi bayi yang sudah mendapat makanan padat, pemberian lebih banyak tepung-tepungan dan buah tertentu (pisang, papaya) sering dapat menolong.

Selain residu protein, residu mineral juga sering membuat sembelit. Protein dan mineral berlebih menjadikan tinja menyerupai kotoran kambing, berbungkil-bungkil. Coba tengok bila ibu memberi bayi suplemen (sering disebut) vitamin, apakah juga mengandung mineral misal zat besi (ferum/iron), bila demikian sampaikan keluhan ini pada dokter sambil bertanya apakah suplemen perlu dihentikan dahulu, atau dikurangi dosisnya.

Pemberian obat-obatan tertentu misal antibiotik, obat flu juga memberi efek samping sembelit. Kalau bayi sudah mulai diberi makanan tambahan, dan buah, namun masih sembelit juga, amati jenis sayur mayur dan buahnya. Kalau ternyata sayur mayurnya sudah lengkap (lebih dari satu macam), dan buahnya selain cukup porsinya, berasal dari jenis buah yang tidak bikin sembelit (salak dan buah lain yang banyak getah), kemungkinan penyebabnya bukan itu. Bisa jadi memang kurang mendapat minum air putih. Apabila sudah diberi air putih masih sembelit juga, tentu ada yang tidak beres dengan pencernaannya. Ada beberapa kelainan usus pada bayi baru lahir yang bikin sembelit. Usus yang melipat, terlilit, atau ada bagian usus besar yang mengalami kelainan pada pangkal anus, kesemua itu juga bisa muncul dengan gejala sembelit. Untuk itu perlu pemeriksaan lanjutan lebih dalam guna memastikannya. Kasus bayi sembelit dapat diatasi dengan pemberian pencahar, namun harus atas pengawasan dokter. Jangan memberi sembarang pencahar karena pencahar sendiri bukanlah obat sembelit, melainkan hanya untuk mengatasi sesaat. Penyebab sembelitnya sendiri yang perlu dilacak, agar sembelitnya bisa tuntas ditanggulangi. Oleh : dr. Handrawan Nadesul

http://zahra-youtube.blogspot.com/2010/11/pemeriksaan-labdarah.htmlAlbumin Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan. Nilai normal : Dewasa 3,8 - 5,1 gr/dl Anak 4,0 - 5,8 gr/dl Bayi 4,4 - 5,4 gr/dl Bayi baru lahir 2,9 - 5,4 gr/dl Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh : 1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik. 2.

Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal). NATRIUM (Na) Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf. Nilai normal dalam serum : Dewasa 135-145 mEq/L Anak 135-145 mEq/L Bayi 134-150 mEq/L Nilai normal dalam urin : 40 - 220 mEq/L/24 jam Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh). Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia (obat pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain. KALIUM (K) Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan kalium rendah. Nilai normal : Dewasa 3,5 - 5,0 mEq/L Anak 3,6 - 5,8 mEq/L Bayi 3,6 - 5,8 mEq/L Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-Iain. Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan. Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dan Iain-Iain. KLORIDA (Cl) Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida). Nilai normal : Dewasa 95-105 mEq/L Anak 98-110 mEq/L Bayi 95 -110 mEq/L Bayi baru lahir 94-112 mEq/L Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obatThiazid, diuretik, dan Iain-lain. Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain. KALSIUM (Ca) Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani, dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon tiroid dan paratiroid. Nilai normal : Dewasa 9-11 mg/dl (di serum) ;