19
PRESENTASI KASUS HERPES ZOSTER Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Kulit dan Kelamin di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada : dr. Aris Budiarso, Sp.KK Disusun Oleh : Tegar Jati Kusuma 20100310220 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO i

Herpes Zoster

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presus

Citation preview

Page 1: Herpes Zoster

PRESENTASI KASUS

HERPES ZOSTER

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program

Pendidikan Profesi Dokter Bagian Kulit dan Kelamin di Badan Rumah Sakit

Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :

dr. Aris Budiarso, Sp.KK

Disusun Oleh :

Tegar Jati Kusuma

20100310220

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN BADAN

RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO

2015

i

Page 2: Herpes Zoster

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan telah disetujui Presentasi Kasus dengan judul :

HERPES ZOSTER

Tanggal : Desember 2015

Tempat : RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Oleh :

Tegar Jati Kusuma

20100310220

Disahkan oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Aris Budiarso, Sp.KK

ii

Page 3: Herpes Zoster

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT

atas segala limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas dalam presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat

mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi di bagian Ilmu Kulit dan

Kelamin dengan judul :

HERPES ZOSTER

Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai

pihak, oleh karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. dr. Aris Budiarso, Sp.KK selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis

kulit dan kelamin RSUD Wonosobo.

2. Teman-teman koass serta tenaga kesehatan RSUD Wonosobo yang telah

membantu penulis dalam menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih

memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan penyusunan presentasi kasus di masa yang akan datang. Semoga

dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Wonosobo, Desember 2015

Penulis,

Tegar jati Kusuma

iii

Page 4: Herpes Zoster

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II KASUS 3

BAB III PEMBAHASAN 5

BAB IV KESIMPULAN 8

DAFTAR PUSTAKA 9

iv

Page 5: Herpes Zoster

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes zoster merupakan penyakit infeksi oleh virus varisela zoster yang

menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi

sebagai reaktivasi virus varisela zoster yang masuk melalui saraf kutan selama

episode awal cacar air, kemudian menetap di ganglion spinalis posterior. Adapun

faktor penting yang mempengaruhi penyakit ini adalah umur, obat imunosupresif,

limfoma, kelelahan, gangguan emosional, danterapi radiasi yang  berdasarkan

hasil penelitian terbukti juga dapat terlibat dalam pengaktifan kembali virus

herpes, yang kemudian perjalanan kembali kesaraf sensorik dan menginfeksi.1,2

Herpes zoster merupakan reaktifasi varisela laten dan berkembang sekitar

20% pada orang dewasa dan 50% pada orang yang mengalami penurunan system

imun, namun  banyak laporan kasus yang menunjukkan bahwa herpes zoster juga

dapat terjadi pada remaja bahkan pada anak-anak.1

Pada herpes zoster, patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui. Selama

terjadinya varisela, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa

ke ujung saraf sensoris dan ditransportasikan melalui serabut saraf sensoris ke

ganglion posterior (sensorik). Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten

(dorman), di mana virus tersebur tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,

tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila

terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan

yang menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita

tang mendapatkan pengobatan immunosuppresive termasuk kortikosteroid. Pada

saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi

radang dan merusak ganglion posterior. Kemudian virus akan menyebarke

sumsum tulang serta batang otak dan melalui saraf sensoris akan sampai ke kulit

dan kemudian akan timbul gejala klinis. Sehingga kelainan kulit yang muncul

memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut.

1

Page 6: Herpes Zoster

Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior (motorik), sehingga

dapat juga memberikan gangguan gejala-gejala gangguan motorik.3

Terdapat gejala prodromal sistemik, seperti demam, pusing, dan malaise,

serta gejala prodromal lokal, seperti nyeri otot, tulang, gatal, pegal, dan

sebagainya. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel

yang berkelompok, dengan dasar kulit yang eritemtosa dan edema. Vesikel

terbentuk antara 12 hingga 24 jam. Vesikel ini berisi cairan jernih kemudian

keruh(menjadi abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Pustule terbentuk pada

hari ke 3 dan krusta mulai terbentuk 7-10 hari, dan dapat menetap hingga 2-3

minggu setelah tebentuk. Kadang-kadang vesikel mengandung darah, tersebut

herpes zoster hemoragik. Pada pasien normal, lesi baru dapat muncul kembali 1

sampai 4 hari paling lama 7 hari. Ruam dapat menjadi parah dan sangat lama pada

orang-orang usia lanjut, dan akan terjadi hal yang sebaliknya pada anak, dimana

ruam pada anak tidak begitu parah.1,3

Prinsip pengobatan pada herpes zoster adalah dengan cara memberikan

terapi yang berkonsentrasi pada sel yang terinfeksi virus. Tujuan terapi pasien

herpes zoster adalah membatasi durasi, penyebaran dan tingkat keparahan rasa

nyeri dan lesi primer yang terlihat pada dermatom, dan juga mencegah penyakit

lain yang dapat muncul serta mencegah PHN. Terapi sistemik umumnya bersifat

simptomatik, untuk nyeri dapat diberikan analgetik. Infeksi sekunder dapat terjadi,

dan dapat diobati dengan pemberian antibiotik.1,3

2

Page 7: Herpes Zoster

BAB II

KASUS

Seorang gadis berusia 14 tahun datang ke IGD RSUD KRT Setjonegoro

Wonosobo dengan keluhan nyeri pada dada sebelah kanan.

Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa rasa perih, panas, dan gatal

pada kulit bagian dada kanan hingga ke punggung kanan. Keluhan dirasakan ± 2

hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan awalnya berupa bintil-bintil

(melenting-melenting) merah sedikit, kemudian menjadi hitam dan berisi cairan

semakin banyak. Keluhan demam disangkal. Pasien mengaku sudah berobat ke

mantri namun keluhan belum membaik.

Pasien mengaku sudah pernah terkena cacar air saat sebelum mulai

sekolah. Riwayat alergi maupun asma disangkal. Pada keluarga tidak didapatkan

keluhan serupa. Riwayat alergi dan asma pada keluarga juga disangkal. Pasien

mengatakan bahwa sebelumnya pasien pergi berlibur dan pasien merasa sangat

kelelahan. Beberapa hari setelah berlibur muncul keluhan berupa bintil-bintil

kemerahan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal. Pada

pemeriksaan lokal didapatkan Ujud Kelainan Kulit pada dada kanan hingga

punggung kanan berupa lesi primer vesikel multiple berdinding tipis, warna

hiperpigmentasi, bentuk polimorfik, berbatas tegas, tepi regular, distribusi

lokalisata unilateral, tersusun herpetiformis, dengan dasar lesi eritem.

3

Page 8: Herpes Zoster

Pada pemeriksaan penunjang berupa darah rutin didapatkan hasil berupa

Hb 13.3 g/dl, AL 5.0 103/ul, limfosit 13.70 %. Dari hasil tersebut didapatkan

adanya peningkatan angka limfosit yang menunjukkan adanya infeksi virus.

Pada pasien ini didapatkan diagnosis kerja Herpes Zoster dengan

differential diagnose Herpes Simplek dan Dermatitis Kontak.

Pada pasien ini diusulkan terapi berupa acyclovir 5 x 800 mg, asam

mefenamat 3 x 500 mg, inj. Cefotaxime 3 x 500 mg sebagai pencegahan infeksi

sekunder, dan kompres betadine.

4

Page 9: Herpes Zoster

BAB III

PEMBAHASAN

Pada pasien yang dicurigai menderita herpes zoster biasanya memiliki

keadaan umum yang baik. Gambaran klinis pada penyakit ini terdapat gejala

prodromal sistematik, seperti demam, pusing dan malaise, serta terdapat gejala

prodromal lokal, seperti nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dan sebagainya. Setelah itu

timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok,

dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Ruam dapat menjadi parah dan

sangat lama pada orang-orang usia lanjut. Gambaran klinis ini sesuai dengan

gambaran klinis yang terdapat pada pasien dimana pada kasus ini awalnya pasien

mengeluhkan nyeri, pegal, dan panas pada daerah lesi. Kemudian muncul

kemerahan lalu berubah menjadi gelembung-gelembung kecil yang berisi cairan

bening.1,3

Berdasarakan teori yang ada, diagnosis penyakit herpes zoster ditegakkan

juga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik terutama gambaran lesi pada

kulitnya. Dari teori juga didapatkan adanya faktor usia, faktor imun, riwayat

terkena varicella atau herpes zoster sebelumnya, faktor trauma fisik pada

dermatom, beberapa teori juga menyatakan wanita dan ras kulit putih lebih

berisiko terjadinya penyakit ini. Pada kasus ini didapatkan adanya faktor resiko

yaitu riwayat terkena cacar air atau varicella.1

Kelainan khusus yang dapat ditemukan pada herpes zoster adalah lokasi

dan distribusi dari ruamnya, yaitu hampir selalu unilateral, dan secara general

terbatas pada daerah yang diinvesi oleh single saraf sensorik. Hal ini sesuai

dengan keadaan pada pasien, dimana lokasi lesi unilateral yaitu hanya daerah dada

kanan hingga punggung kanan. 1,3

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan Tzank test, dengan cara

mengambil dasar dari pada vesikel yang ada dari vesikel yang baru timbul/muncul

di permukaan kulit, kemudia sedian di taruh pada object-glass, kemudian difiksasi

dengan menggunakan Aseton atau Metanol, dan diwarnai dengan pewarnaan

5

Page 10: Herpes Zoster

Giemsa, HE (Hematoxylin-eosin), pewarnaan Parago. Pada pemeriksaan ini dapat

dilihat multinucleated giant cell (sel berinti banyak) dan adanya sel epitel yang

mengandung asidofilik intranuklear. Selain itu dapat juga dilakukan PCR

(Polymerase Chain Reaction) setelah mendeteksi antigen VZV dengan pewarnaan

antibody-fluoresen. Biopsi pada kulit juga dilakukan dengan cara immuno-

histochemistry untuk mendeteksi protein pada VZV. Tes serologic merupakan tes

yang juga dapat dilakukan untuk mendiagnosi riwayat varisela dan herpes zoster

dan untuk membandingkan stadium akut dan konvaselen.1,4

Herpes zoster dapat didiagnosis banding dengan harpes simpleks dan

dermatitis kontak, berikut ini adalah tabel perbandingan antara ketiga penyakit

tersebut:1

Harpes zoster Herpes simpleks Dermatitis kontak

Etiologi Herpes zoster

virus

Herpes simplek virus

tipe 1 dan 2

Bahan yang bersifat

iritan

Gejala

klinis

Demam, nyeri,

rasa terbakar,

gatal, vesikel

dapat menjadi

papul lalu

menjadi krusta

Demam malaise,

anoreksia, pembesaran

KGB, terdapat vesikel

dapat menjadi krusta,

rasa panas, gatal dan

nyeri

Kulit terasa pedih,

rasa terbakar, terlihat

eritema yang

berubah menjadi

vesokel ayau bahan

nekrosis. Disertai

edema

Predileksi Mengikuti arah

dermatom

Tipe 1 : didaerah

pinggang ke atas

terutama mulut dan

hidung

Tipe 2: didaerah

pinggang ke bawah

terutama dibagian

genitalia

Dapat ditemukan di

seluruh tubuh

6

Page 11: Herpes Zoster

Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatis. Pemberian obat antivirus

biasanya menggunakan acyclovir, valacyclovir, atau famcyclovir. Dosis

Pemberian: 3

a. Acyclovir yang dianjurkan adalah 5 x 800 mg selama 7 hari

b. Valacyclovir 3 x 1000 mg selama 7 hari

c. Famcyclovir 3 x 250 mg selama 7 hari

Prinsip pengobatan pada herpes zoster adalah dengan cara memberikan

terapi yang berkonsentrasi pada sel yang terinfeksi virus. Tujuan terapi pasien

herpes zoster adalah membatasi durasi, penyebaran dan tingkat keparahan rasa

nyeri dan lesi primer yang terlihat pada dermatom, dan juga mencegah penyakit

lain yang dapat muncul serta mencegah PHN. Terapi sistemik umumnya bersifat

simptomatik, untuk nyeri dapat diberikan analgetik. Infeksi sekunder dapat terjadi,

dan dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Sehingga pada kasus ini diberikan

terapi acyclovir 5 x 800 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg, inj. Cefotaxim 3 x 500

mg, dan kompres betadine.1,3

Nyeri setelah terkena herpes zoster disebut PHN. PHN adalah komplikasi

yang  paling umum dan menjadi penyebab utama morbiditas. Resiko PHN terjadi

seiring dengan  peningkatan usia (terutama pada pasien yang lebih tua dari 50

tahun) dan meningkat pada  pasien yang mengalami sakit parah atau munculnya

ruam yang berat. Rasa sakit ini sering memberat dan bertambah parah.2

Prognosis umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis

bergantung  pada tindakan perawatan secara dini.3

7

Page 12: Herpes Zoster

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus herpes zoster dari IGD pada anak perempuan

berusia 14 tahun.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, pasien

mengeluh terdapat bintil-bintil berisi cairan yang terasa nyeri dan panas pada dada

kanan sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan berupa bintil-

bintil berwarna merah dan hanya sedikit, lama-lama menjadi kehitaman dan

semakin banyak. Pasien mengaku perah menderita cacar air saat sebelum

belsekolah.

Pada pemeriksaan UKK didapatkan pada dada kanan hingga punggung

kanan berupa lesi primer vesikel multiple berdinding tipis, warna hiperpigmentasi,

bentuk polimorfik, berbatas tegas, tepi regular, tersusun herpetiformis, dengan

dasar lesi eritem. Hal ini sesuai dengan teori pada herpes zoster.

Pasien diberikan obat antivirus berupa acyclovir 5 x 800 mg selama 7

hari, asam mefenamat 3 x 500 mg sebagai terapi analgesik, in. Cefotaxim 3 x 500

mg sebagai prefentif infeksi sekunder dan dilakukan kompres terbuka dengan

betadine.

8

Page 13: Herpes Zoster

DAFTAR PUSTAKA

1. Straus, SE. Oxman, MN. Schmader, KE. Varicella and Herpes Zoster. In :

Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld, DJ. Fitzpatrick’s

Deramatology In General Medicine. 7th ed: McGraw Hill; 2008. Pg. 1886-98

2. Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy.

4th ed. USA: mosby; 2003. Pg.394-406

3. Handoko, P. Ronny. 2009. Penyakit Virus dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin. Jakarta : FKUI.

4. Sterling JC. Virus Infection in Burns tony, B. Stephen Cox Neil, Griffiths C.

Rook’s Tectbook of Dermatology 8th ed ; Wiley Blackwell ; 2010

9