Upload
akuinia
View
34
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesehatan
Citation preview
HEMAPTOE (BATUK DARAH)
1. Pengertian
Hemaptoe (batuk darah) adalah darah berdahak yang dibatukkan yang berasal dari saluran
pernafasan bagian bawah (dari glotis dan ke distal). Dikatakan batuk darah masif apabila jumlah darah
yang keluar 600 ml dalam waktu 24 jam.
Hemaptoe adalah ekspetorasi darah / mukus yang berdarah.
2. Etiologi
a) Keradangan
a. Tuberculosis
b. Pneumonia
c. Bronklektasis
d. Brokitis
e. Abses paru
b) Neoplasma
a. Karsinoma paru
b. Adenoma
c) Lain-lain
a. Trombo emboli paru
b. Trauma
3. Gejala Klinis
Batuk darah, bahwa perdarahan berasal dari tractus respiratorius bukan dari nasopharing /
gastrointestinal.
Sesak nafas
Hipertermi.
4. Komplikasi
Afiksia.
Syock hemoragic
Penyebaran ke sisi paru yang sehat
5. Diagnosa Banding
Muntah darah (gastrointestinal)
Perdarahan
Ciri-ciri batuk darah
- Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
- Darah berbuih bercampur udarah.
- Darah segar warna merah segar.
- Kadang-kadang anemia
- Benzidin test (-)
6. Patofisiologi
7. Penatalaksanaan
Setiap pasien hemoptoe harus dirawat untuk observasi dan evaluasi lebih lanjut. Hal-hal ini yang
perlu dievaluasi :
Banyaknya / jumlah perdarahan yang terjadiSaat terjadinya batuk dicatat dan setiap darah yang
dibatukkan harus dikumpulkan dalam pot pengukur untuk mengetahui jumlah secara tepat dalam
suatu periode tertentu (biasanya 24 jam). Jumlah darah yang dikeluarkan tidak selalu
menggambarkan jumlah perdarahan yang terjadi karena mungkin saja sebagian darah tertinggal atau
terjadi aspirasi dalam paru / saluran napas.
Pemeriksaan fisik
Diperhatikan adanya insufisiensi pernapasan atau sirkulasi, berupa hipotensi sistemik / syok,
penurunan kesadaran, takikardi, takipnea / sesak napas, sianosis, dan lain-lain. Bila ditemukan ronki
basah difus di lapangan bawah paru perlu dicurigai telah terjadi aspirasi yang akan mengganggu
pernapasanPenatalaksanaan pasien hemoptisis bergantung dari beratnya perdarahan yang terjadi
dan keadaan klinis (kecenderungan perdarahan untuk berhenti / bertambah, tanda-tanda asfiksia /
gangguan fungsi paru). Bila tidak / kurang masif dapat ditangani secara konservatif yang bertujuan
menghentikan perdarahan yang terjadi dan mengganti darah yang hilang dengan tranfusi atau
pemberian cairan pengganti.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
Menenangkan pasien sehingga perdarahan lebih mudah berhenti dan tidak takut membatukkan
darah di saluran nafas.
Pasien diminta berbaring pada posis bagian paru yang sakit dan sedikit trendelenburg, terutama bila
refleks batuknya tidak adekuat.
Jalan napas dijaga agar tetap terbuka. Bila ada tanda-tanda sumbatan, lakukan penghisapan. Bila
perlu dipasang pipa endotrakeal. Pemberian oksigen hanya berarti bila jalan napas telah bebas
hambatan.
Pemasangan jalur intravena untuk penggantian cairan atau pemberian obat intravena.
Transfusi darah dilakukan bila Ht turun di bawah nilai 25-30% atau Hb di bawah 10% sedangkan
perdarahan masih berlangsung.
Perdarahan yang masif dan mengancam jiwa memerlukan usaha agresif invasif, berupa bronkoskopi
atau operasi sito. Indikasi pembedahan segera untuk hemoptisi masif adalah :
Bila batuk darah lebih dari 600 ml/24 jam dan dalam pengamatan tidak berhenti.
Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih dari 250 ml / jam, kadar Hb kurang dari 10g%
dan berlangsung terus.
Bila batuk darah kurang dari 600 ml/24 jam tetapi lebih dari 250 ml/24 jam, Hb lebih dari 10g% tetapi
dalam observasi selama 48 jam perdarahan tidak berhenti.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
DAFTAR PUSTAKA
- M Amin , 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press.
- Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC.
- Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
- Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aesculapius.