Upload
sri-anggraeni-zainuddin
View
214
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hay merupakan hijauan makanan ternak dengan kadar air rendah
Citation preview
Laporan PraktikumTatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat
PRAKTIKUM IIIPEMBUATAN HAY
OLEH:
NAMA : SRI ANGGRAENI ZAINUDDINNIM : I111 14 317KELOMPOK/GEL : 7/IVASISTEN : NURSIANG. R
LABORATORIUM ILMU HIJAUAN PAKAN DAN PASTUREJURUSAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingkat produksi hijauan yang berlimpah pada saat musim
penghujan hendaknya disimpan dengan berbagai cara
pengawetan salah satu di anataranya menjadi hay (sale
rumput). Hay di buat saat hijauan melimpah untuk
mengantisipasi kekurangan pakan pada musim kemarau. Prinsip
dasar dari pengawetan dengan cara dibuat hay adalah dengan
cara mengeringkan hijauan, baik secara alami (menggunakan
sinar matahari) maupun secara buatan (menggunakan oven)
Sajimin dkk, 2004 .
Pengawetan pakan yang di buat hay jarang di lakukan oleh
peternak Indonesia karena kurangnya pengetahuan dalam
sistem pembuatan hay akibatnya kurangnya pemenfaatan
hijauaan yang berlimpah saaat musim hujan . Lain halnya
dengan Negara empat musim, dimana hijauan yang tersedia
pertahun sangat terbatas. Ketersediaan hijauan yang ada di
Indonesia justru lebih menyusahkan peternak di saat musim
kemarau.
Bahan untuk pembuatan hay sangat bergantung dari cara
panennya, sebab panen yang terlalu lama memiliki serat kasar
yang tinggi, Selain itu kualitas hay juga tergantung dari bagian
tanaman yang akan dibuat Hay serta lama pengeringan di bawah
sinar matahari. Oleh karena itu dilakukannya praktikum
Tatalaksana Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai
Pembuatan Hay, dengan tujuan yaitu untuk mengetahui
pengaruh perbedaan bagian – bagain tanaman untuk mencapai
kadar air rendah dan pengaruh lama pengeringan terhadap
kerusakan ahan kering. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar
masyarakat dapat mengaplikasikan cara pembuatan Hay yang
baik dan benar.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Rumput Benggala (Panicum Maximum
cv Panic)
Rumput Benggala (Pannicum Maximum cv Panic) berasal dari
Afrika Tropik dan sub-Tropik, bahan penanaman adalah pols dan biji. Dapat
hidup pada jenis tanah mulai dari struktur ringan, sedang sampai berat, tetapi lebih
disukai tanah sedang yang subur. Ketinggian sesuai pada dataran rendah ataupun
dataran tinggi (0- 1.200 m). Curah hujan 1.000- 2.000 mm/tahun. Dengan
demikian rumput ini akan lebih sesuai apabila ditanama di daerah yang banyak
curah hujannya. Namun demikian tanaman ini tak tahan genangan air (Aak,
1983).
Pannicum maximum termasuk tanaman rumput berumur panjang
(tahunan). Tanaman tersebut tumbuh tegak, kuat, batang seperti padi, mencapai
tinggi 2- 2,5 m, warna daunnya hijau tua, bentuknya ramping, bagian tepi kasar
tetapi lunak dan dengan lidah daun yang kuat. Rumput ini membentuk rumpun
yang jumlahnya bisa mencapai ratusan batang, karena mudah membentuk anakan,
dan memiliki akar serabut yang dalam, sehingga rumput ini lebih tahan
kekeringan. Rumput benggala digemari oleh semua ternak, lebih-lebih sapi.
Rumput ini merupakan bahan hijauan yang baik untuk dikeringkan sebagai hay
ataupun bahan silage; di samping itu juga bisa dijadikan rumput gembalaan.
Produksi rata-rata per tahun bisa mencapai 150 ton/Ha (Aak, 1983).
Gambar 3. Rumput Benggala (Panicum Maximum cv Panic), Fanindi (2014)
Klasifikasi
Divisi : Angiospermae
Klass : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Pannicum
Spesies : Pannicum maximum.
Ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan
membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku
dan lidah daun berbulu. Warna bunga hijau atau keunguan
(Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–
1200 m di atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum
yang dihasilkan mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar.
Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah penanaman
(Reksohadiprodjo, Soedomo. 1991).
Menurut Fanindi (2014) rumput benggala (Panicum maximum)
merupakan rumput unggulan alternative yang dapat diintroduksikan kepada
petani, yang selama ini cenderung hanya menanam rumput raja dan rumput gajah.
Panicum maximumdigunakan sebagai salah satu spesies rumput yang paling baik
untuk produktivitas sapi potong beberapa kultivar rumput benggala yang telah
dikenal adalah:
Tipe besar dengan tinggi tanaman antara 3,6-4,2 m seperti kultivar hammil
Tipe sedang dengan tinggi tanaman 1,5-2,5 m seperti kultivar gatton
Tipe pendek dengan tinggi tanaman 1,0 m seperti pada kultivar sabi
Penanaman rumputbenggala, dapat menggunakan sobekan (vegetatif) atau
menggunakan biji (generatif). Penggunaan asal bahan tanam yang berbeda,
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Perbedaan bahan tanam
yang digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman karena bahan tanam yang berbeda memiliki fase pertumbuhan yang
berbeda(Fanindi, 2014).
Gambaran Umum Hay
Hay merupakan hijauan berupa daunan jenis rumputan atau bijian yang
sengaja dipanen menjelang berbunga yang dikeringkan baik dengan cara diangin-
anginkan maupun dengan cara dikeringkan dengan panas matahari secara
langsung. Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan
dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan yang lain.
(Mansyur dkk, 2007).
Menyediakan hijauan pakan untuk ternak pada saat-saat tertentu, seperti
dimasa paceklik atau musim kemarau, untuk dapat memanfaatkan hijauan pada
saat pertumbuhan terbaik tetapi pada saat itu belum dimanfaatkan. Sedangkan
prinsip dari proses pembuatan hay ini adalah menurunkan kadar air menjadi 15-
20% dalam waktu yang singkat, baik dengan panas matahari ataupun panas
buatan (Mansyur dkk, 2007).
Proses pembuatan hay yaitu pertama menyiapkan hijauan pakan (rumput
gajah) yang kemudian memotong- motongnya baik dengan cara manual dengan
pisau atau sabit maupun dengan menggunakan mesin pencacah rumput dan
dilakukan penimbangan untuk mengetahui kadar airnya, kemudian jemur hijauan
dibawah sinar atahari selama 1-2 hari agar kadar air menjadi 20-25% dan perlu
dilakukan penimbangan setiap 5 jam untuk mengetahui kadar airnya. Jika
pengeringan sudah merata selanjutnya hijauan diikat dan hay disimpan digudang.
Ciri-ciri hay yang baik adalah warna hijau kekuningan, tidak banyak daun yang
rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau berjamur, serta tidak
mudah patah bila batang dilipat dengan tangan (Subekti, 2009).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hay
Faktor–faktor yang harus diperhatikan untuk memperoleh
hay yang berkualitas baik antara lain masa potong hijauan, cara
penanganan dan kondisi cuaca. Hal-hal yang harus diperhatikan
salah satunya adalah cara menyimpan hay. Apabila hay disimpan
dengan cara dimampatkan dalam kondisi agak basah dan
lembab, akan menimbulkan panas spontan yang besarnya
bervariasi. Jika ukuran mampatan kecil dan longgar serta saluran
udara banyak, maka pengeringan akan berlangsung dengan
baik. Hijauan kering yang disimpan dengan cara dimampatkan,
dengan ukuran besar dan padat akan menghambat pengeluaran
cairan dan panas. Panas yang berlebihan akan menimbulkan
reaksi pencoklatan (browning reaction) sehingga hijauan
tersebut akan kehilangan karbohidrat dan protein tercerna.
Selain itu pencucian (leaching) kemungkinan terjadi, oleh karena
itu sebisa mungkin hay dihindarkan dari air hujan. Akibat dari
pencucian adalah meningkatnya kadar serat kasar tidak tercerna
serta lignin, kehilangan pigmen, aktivitas vitamin A menurun
sehingga aktivitas vitamin D terhambat karena pengaruh sinar
ultra violet(Kartadisastra, 1997).
Metode pembuatan hay yang diterapkan ada dua yaitu
metode hamparan yang merupakan metode sederhana yaitu
pembuatan hay yang dilakukan dengan cara menghamparkan
hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah sinar
matahari. Kadar air hay yang dibuat dengan metode ini
mempunyai kadar air antara 20% samapai 30% yang ditandai
dengan warnanya yang kecoklat-coklatan, metode selanjutnya
yaitu metode pod, metode ini menggunakan semacam rak
sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1
sampai 3 hari (kadar air <50%) (Kartadisastra, 1997).
Metode pembuatan hay yang terpenting adalah hijauan
yang akan diolah sebaiknya dipanen pada saat menjelang
berbunga ketika kandungan proteinnya tinggi dengan serat kasar
dan kadar airnya optimal (Kartadisastra, 1997).
Ciri-ciri Hay yang Berkualitas Baik
Adapun ciri-ciri hay yang berkualitas baik sebagai berikut
yaitu warna hijau kekuning-kuningan, baunya cukup harum,
bentuk daun masih jelas, tekstur lemas, tidak keras atau tidak
mudah patah dan tidak terkontaminasi denfan bahan lain, bersih
dan tidak ditumbuhi jamur. Hay yang berkualitas baik memiliki
ciri ciri sebagai berikut:Warnanya hijau kekuningan dan cerah,
baunya tidak tengik, tekstur/keadaan fisiknya tidak terlalu
kering, sehingga tidak mudah patahtidak berjamur atau ada
kontaminasi pasir, tanah dll (Parakkasi, A. 1999).
Hay lebih mudah ditangani pada saat penyimpanan dan
pengangkutan karena tidak memerlukan kondisi anaerob.
Disamping itu, hay lebih ringan untuk diangkut karena kadar
airnya rendah. Jika dibandingkan dengan silase, hay lebih mudah
ditangani pada saat penyimpanan dan pengangkutan karena
tidak memerlukan kondisi anaerob. Disamping itu, hay lebih
ringan untuk diangkut karena kadar airnya rendah. Tetapi bila
penanganan tidak tepat, akan lebih banyak daun yang hilang
(Parakkasi, A. 1999).
Hay mudah terbakar, jika disimpan di gudang yang
suhunya diatas 600C, resiko kebakaran lebih tinggi. Pembuatan
hay secara konvensional memerlukan panas matahari sehingga
tergantung pada kondisi cuaca.Syarat hijauan (tanaman) yang
dibuat hay (Reksohadiprodjo, 1985) :
a. Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah
kering
b. Dipanen pada awal musim berbunga.
c. Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari
area yang subur.
d. Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang
berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan
kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh
tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan
menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum TataLaksana Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai
Pembuatan Hay , dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Maret 2016 pukul 07.30
WITA - Selesai, bertempat di Lahan Pastura dan Laboratorium Tanaman Pakan,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana Padang
Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuataan Hay
adalah Pisau/gunting dan timbangan.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Tatalaksana
Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai
Pembuatan Hay adalah kertas Koran dan Rumput Benggala (
Panicum maximum ).
Metode Praktikum
Perbedaan bagian-bagian tanaman untuk mencapai kadar air
rendah
Terlebih dahulu menyiapkan alat yang akan digunakan,
kemudian memotong rumput benggala setinggi 20 cm dari
permukaan tanah, memisahkan rumput gajah atas bagian daun,
ujung batang (masih berdaun) dan batang (tanpa daun), bagian
batang, separuh dipecahkan (dengan kayu atau parang) dan
sisanya tidak dipecahkan, mejajarkan rumput diatas
Koran/karton dipermukaan tanah dan menyimpan di tempat
yang terkena sinar matahari selama 5 hari, pada waktu
menjelang malam, hijauan dimasukkan ke dalam ruangan yang
terlindung dari hujan, setelah 5 hari pengeringan di lapangan
ambil sampel 200 gr untuk menentukan kadar bahan kering dan
memasukkan masing-masing sampel di dalam oven 100 oC
selama 24 jam dan menimbang berat keringnya.
Pengaruh lama pengeringan terhadap kerusakan bahan kering
Terlebih dahulu menyiapkan alat yang akan digunakan,
kemudian memotong rumput setinggi 20 cm dari permukaan
tanah dengan berat kira-kira 2 kg. sebarkan hijauan diatas kertas
Koran/karton secara merata dan menyimpan di tempat yang
terkena sinar matahari selama 3 dan 5 hari. Mencatat kondisi
cuaca selama pengeringan. Untuk hijauan segar yang tidak
dibuat hay, ambil 200 gr, memasukkan sampel kedalam oven
pada temperature 100 oC selama 24 jam untuk analisi bahan
kering. Setelah hari ke-3 dan 5, mengambil sampel sebanyak 200
gr memasukkan ke dalam oven.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Fanindi. 2014. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Peebar Sw
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Mansyur, Tidi Dhalika, U. Hidayat Tanuwiria Dan Harun Djuned. 2007. Proses Pengeringan Dalam Pembuatan Hay Rumput Signal (Brachiaria decumbens) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 714-720.
Moran, J. 1996. Forage Conservation: Making Quality Silage and Hay in Australia. AGMEDIA. East Melbourne, Victoria.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press. Jakarta.
Reksohadiprodjo, Soedomo. 1991. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE. Yogyakarta.