38
Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4 - 1 BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4.1 Data Teknis Gambar 4.1 Rencana Gedung Wisma Asia II a. Nama Proyek : Gedung Wisma Asia II b. Lokasi Proyek : Jl. Tali Raya, Slipi Jakarta Barat

Hasil Penelitian Tanah BCA.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 1

    BAB 4

    ANALISA DATA DAN HASIL

    4.1 Data Teknis

    Gambar 4.1 Rencana Gedung Wisma Asia II

    a. Nama Proyek : Gedung Wisma Asia II

    b. Lokasi Proyek : Jl. Tali Raya, Slipi

    Jakarta Barat

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 2

    Gambar 4.2 Peta Lokasi Proyek

    c. Diameter Tiang : 60 cm

    d. Kedalaman : 15,50 m

    e. Pembesian : 4 D 22 mm, L = 12 m

    4 D 22 mm, L = 6 m

    f. Sistem Pengecoran : Tremie Method, diameter 25 cm

    g. Sistem Pengeboran : Rotary Drilling

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 3

    4.1 Penyelidikan Tanah

    Tujuan dilakukan penyelidikan tanah adalah untuk mengevaluasi kondisi tanah

    setempat yang akan digunakan untuk keperluan perencanaan pondasi pada

    proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II. Penyelidikan tanah juga dilakukan

    untuk mendapatkan informasi mengenai kedalaman Muka Air Tanah (MAT) dan

    untuk mengetahui sifat tanah/batuan baik dari sifat fisis maupun mekanis.

    Penyelidikan tanah dilakukan pada lokasi yang diperkirakan dapat mewakili

    kondisi tanah setempat. Pada proyek Gedung Wisma Asia II, penyelidikan tanah

    dilakukan dengan mengadakan pengujian sondir dan bor mesin. Pengujian sondir

    dan pengeboran dengan bor mesin dilakukan pada 3 titik. Denah titik uji tersebut

    dapat dilihat pada Gambar 4.3

    Muka Air Tanah (MAT) di proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II terletak

    pada kedalaman yang bervariasi antara -8 m sampai dengan -8,5 m dari

    permukaan tanah setempat.

    Dari hasil penyelidikan tanah disimpulkan bahwa lapisan tanah bagian atas

    terdiri dari tanah kohesif dengan kondisi lunak sampai agak kenyal. Sedangkan

    untuk lapisan tanah bagian bawah terdiri dari tanah pasir kelanauan dan lempung

    dengan kondisi sedang sampai padat dan keras.

    Hasil ringkasan dalam bentuk gambar stratigrafi tanah yang dibuat berdasarkan

    hasil uji SPT dapat dilihat pada Gambar 4.4.

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 6

    Ringkasan mengenai keadaaan tanah dasar dari hasil pengeboran yang dilakukan

    pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Hasil Pengeboran di DB 1

    Kedalaman Jenis Tanah NSPT

    0 2 Clayey silt (MH), blackish brownish red, dry, medium stiff, containing a few of organic silt, high plasticity 8

    2 4 Sandy silt (ML), brownish white, dry, stiff, low plasticity 10

    4 6 Clayey silt (MH), brownish white, moist, soft, containing a few of sand, high plasticity 6

    6 8 Clayey silt (MH), brownish grey, moist, medium stiff, containing a few of sand, high plasticity 9

    8 10 Cemented silt (ML), brownish whiteish green, moist, stiff, containing a few of sand, low plasticity 13

    10 12 Cemented silt (ML), grayish green, moist, hard, low plasticity 49

    12 14 Cemented silt (ML), brownish white, wet, hard, containing a few of sand, low plasticity 57

    14 16 Cemented silt (ML), grayish yellowish brown, wet, very hard, a lot of sand, low plasticity 60

    16 18 Silty sand (SP), blackish yellow, moist, very dense, poorly graded 56

    18 20 Sandy silt (ML), grayish brownish yellow, moist to wet, very stiff, low plasticity 30

    20 22 Silty clay (CH), grey, moist, very stiff, containing a few of fine sand, high plasticity 31

    22 24 Organic silt (ML), blackish brownish grey, moist, very stiff, containing a few of sand, low plasticity 36

    24 26 Organic silt (ML), blackish brownish grey, moist, very stiff, low plasticity 35

    26 28 Organic silt (ML), blackish brown, moist, very stiff, containing a few of fine sand, low plasticity 31

    28 30 Organic silt (ML), grayish brownish black, moist, hard, low plasticity 48

    Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 7

    Tabel 4.2 Hasil Pengeboran di DB 2

    Kedalaman Jenis Tanah NSPT

    0 2 Silty clay (CH), yellowish blackish brown, dry, medium stiff, high plasticity 6

    2 4 Silty clay (CH), blackish yellowish brown, moist,

    medium stiff, containing a few of gravel, high plasticity

    10

    4 6 Clayey silt (MH), grayish yellowish brown, moist, soft, high plasticity 4

    6 8 Silty clay (CH), greyish yellowish brown, moist, medium stiff, high plasticity 12

    8 10 Clayey silt (MH), greyish brown, moist, stiff, containing a few of sand, high plasticity 17

    10 12 Cemented silt (MH), yellowish brown, black mottled,

    moist, very stiff, containing a few of sand, low plasticity

    32

    12 14 Cemented silt (ML), greyish blackish brown, moist, very hard, low plasticity 55

    14 16 Cemented silt (ML), yellowish blackish brown, wet, very stiff, low plasticity 59

    16 18 Silty sand (SW), yellowish brown, moist, dense, containing a few of gravel, well graded 39

    18 20 Cemented silt (ML), blackish brown, moist, very stiff, low plasticity 32

    20 22 Silty sand (SW), blackish grey, moist, dense, well graded 22

    22 24 Silty sand (SP), blackish grey, moist to wet, dense, poorly graded 28

    24 26 Silty sand (SP), blackish grey, moist to wet, dense, poorly graded 42

    26 28 Cemented silt (ML), brownish grey, moist, hard, containing a few of organic sand, low plasticity 46

    28 30 Cemented silt (ML), blackish grey, moist, very hard, containing a few of sand, low plasticity 60

    Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 8

    Tabel 4.3 Hasil Pengeboran di DB 3

    Kedalaman Jenis Tanah NSPT

    0 2 Silty clay (CL), brownish red, moist, soft, low plasticity 4

    2 4 Clayey silt (MH), blackish brown, moist, soft, containing a few of gravel, high plasticity 5

    4 6 Clayey silt (MH), yellowish greyish brown, moist, soft, high plasticity 9

    6 8 Clayey silt (MH), greyish brown, moist, medium stiff, high plasticity 7

    8 10 Clayey silt (MH), brownish greyish yellow, moist, stiff, high plasticity 15

    10 12 Clayey silt (MH), brownish greyish yellow, dry, very stiff, containing a few of sand, high plasticity 29

    12 14 Clayey silt (ML), greyish brownish yellow, dry, hard, containing a few of sand, low plasticity 35

    14 16 Cemented silt (ML), yellowish brownish grey, wet, hard, low plasticity 36

    16 18 Cemented silt (ML), greyish brownish yellow, moist, hard, low plasticity 47

    18 20 Clayey silt (ML), greyish brownish yellow, moist, very stiff, low plasticity 29

    20 22 Silty clay (CL), blackish grey, moist, stiff, low plasticity 21

    22 24 Silty clay (CL), brown, wet, stiff, containing a few of organic matter, low plasticity 16

    24 26 Silty clay (CH), greyish brown, moist, very stiff, cointaining a few of fine sand, high plasticity 27

    26 28 Silty clay (CH), greyish brown, moist, very hard, high plasticity 55

    28 30 Silty clay (CL), greyish brownish yellow, moist, very hard, containing a few of sand, low plasticity 54

    Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 9

    4.2 Kondisi Lapangan

    Proses Pembuatan Pondasi Tiang Bor

    Pembuatan pondasi tiang bor dalam proyek pembangunan gedung Wisma Asia II

    terdiri dari beberapa tahap antara lain :

    a. Pekerjaan persiapan, pekerjaan ini meliputi : pembersihan lahan, pengukuran

    batas-batas lahan dan posisi bangunan, menyediakan tenaga kerja dan

    peralatan yang diperlukan

    Gambar 4.5 Persiapan Pengeboran

    b. Pekerjaan pengeboran dan erection Tulangan

    Tahap ini dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat berat yaitu mesin bor,

    mobil crane dan back hoe.

    Proses pelaksanaan pekerjaan pengeboran dan erection tulangan adalah

    sebagai berikut :

    Pengeboran dangkal untuk meletakkan pipa casing Pembersihan lubang bor dengan menggunakan cleaning bucket

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 10

    Pipa casing diletakkan pada lubang yang telah dibuat Pengeboran dalam dengan menggunakan auger sebagai mata bor yang

    berfungsi untuk mengangkat material hasil pengeboran ke atas

    Pengecekan kedalaman pengeboran agar sesuai dengan elevasi rencana Pasang tulangan kait untuk tali pegangan tulangan pada saat pengecoran

    sehingga tulangan akan tetap posisinya. Tulangan kait ini dilas sementara

    pada casing bore

    Tulangan ditegakkan dengan mobil crane

    Gambar 4.6 Pengeboran

    Gambar 4.7 Pembesian Pada Tiang Bor

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 11

    c. Proses pengecoran dan pencabutan casing

    Proses pengecoran dilakukan setelah tulangan dipasang dengan

    menggunakan concrete pump dan pipa tremi. Setelah proses pengecoran

    selesai dilakukan, casing pada lubang bor dicabut.

    4.3 Uji Pembebanan Statis (Static Loading Test)

    Pelaksanaan pengujian beban statis (static loading test) dilakukan dalam

    beberapa tahap sebagai berikut :

    a. Pembuatan pile cap pada tiang bor

    b. Pemasangan pelat pada pile cap untuk perataan beban hydraulic jack

    c. Pemasangan 1 buah hydraulic jack dengan titik berat tepat ditengah as tiang

    bor

    d. Pemasangan kaki loading test dan kaki test beam

    e. Pemasangan secunder beam

    f. Penyusunan beban dari blok beton dengan ditutup terpal pada puncaknya

    g. Pemasangan reference beam pada sisi kiri dan kanan tiang bor

    h. Pemasangan plafond pada area dial gauge untuk menghindari dari benda-

    benda yang jatuh karena gesekan antara blok beton selama masa pembebanan

    sehingga tidak mengganggu dial gauge saat pembacaan penurunan maupun

    pergeseran

    i. Pemasangan rangka besi (platform) untuk dudukan dial gauge

    j. Pemasangan lampu penerangan, pompa hydraulic jack, dial gauge, mistar,

    waterpass, dan lain-lainnya untuk kelengkapan loading test

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 12

    k. Pelaksanaan loading test

    Gambar 4.8 Pengujian Pembebanan Dengan Blok-Blok Beton

    4.4.1 Uji Pembebanan Vertikal (Vertical Loading Test)

    Sistem uji pembebanan vertikal yang digunakan pada proyek pembangunan

    gedung Wisma Asia II menggunakan sistem kentledge, yaitu sistem pembebanan

    dengan blok-blok beton yang diletakkan di atas sebuah platform yang dibuat dari

    profil baja berukuran 9 x 12 m2. Platform tersebut ditopang oleh blok-blok beton

    yang telah disusun vertikal.

    Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja C 18 dengan panjang 9 m yang

    dicor ke tanah dengan jarak tumpuan 8 m.

    Jumlah berat blok blok beton yang diletakkan di atas platform adalah sebesar

    330 ton ditambah dengan berat profil dan platform sebesar 30 ton.

    Besar tekanan yang diberikan oleh hydraulic jack (dongkrak hidrolis) yang

    diterima oleh kepala tiang bor dapat dibaca pada manometer (pressure gauge)

    yang dipasang pada pompa tangan. Sedangkan, penurunan (settlement) dari

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 13

    pondasi tiang dapat dibaca pada dial gauge (extensiometer) yang dipasang pada

    empat penjuru pondasi tiang bor.

    Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan pembacaan dan pengamatan

    dengan menggunakan waterpass dengan cara memasang mistar pada reference

    beam pada dinding yang tetap untuk mengetahui perubahan elevasi reference

    beam. Selain itu, untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan maka

    dipasangkan pelat baja dengan ukuran 120 cm x 120 cm x 4 cm yang dipasang

    pada celah antara hydraulic jack dengan pile cap dan celah antara ram/piston

    hydraulic jack dan main beam.

    Uji pembebanan vertikal dilakukan sesuai dengan ASTM D1143 81.

    Dari hasil uji pembebanan vertikal yang dilakukan hanya pada tiang B 134

    diperoleh ringkasan percobaan sebagai berikut :

    Nomor Tiang : B 134 Tanggal Pengecoran Tiang : 4 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 150 ton Kedalaman Tiang : 15,4 m Referensi Titik Bor : DB 2 Tanggal Pengujian Tiang : 1 2 Maret 2006 Pembebanan Maksimum : 300 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 2,01 m

    Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Beban Vertikal

    Beban Vertikal (ton)

    Beban Rencana (ton) Cycle

    Beban Maksimum

    (ton) Persentase

    Penurunan Total (mm)

    150 I 150 100 % 1,45 150 II 300 200 % 4,38

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 14

    Dari hasil ringkasan pengujian diperoleh daya dukung vertikal ultimit tiang

    pondasi B 134 adalah sebesar 300 ton dengan penurunan total sebesar 4,38 mm

    (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan yaitu < 1 inch atau 25,4 mm).

    4.4.2 Uji Pembebanan Tarik (Uplift Loading Test)

    Sistem uji pembebanan tarik yang digunakan pada proyek pembangunan gedung

    Wisma Asia II menggunakan sistem steel frame and ground reaction system,

    dimana pada sistem ini steel frame dilas pada kepala tiang dan untuk

    pembebanan tiang dilakukan dengan menggunakan hydraulic jack.

    Pembebanan tiang dilakukan dengan menggunakan hydraulic jack yang

    diletakkan pada diantara test beam dan steel frame yang dilas ke kepala tiang.

    Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja kanal dengan panjang 9 m yang

    dicor ke tanah dengan jarak tumpuan 8 m.

    Besar beban percobaan dapat dibaca pada manometer (pressure gauge) yang

    dipasang pada pompa tangan.. Sedangkan, gerakan vertikal yang diberikan oleh

    hydraulic jack (dongkrak hidrolis) yang diterima oleh kepala tiang dapat dibaca

    pada dial gauge yang dipasang diagonal pada kepala tiang yang dihubungkan

    dengan reference beam

    Uji pembebanan tarik dilakukan sesuai dengan ASTM D 3689 - 83.

    Dari hasil uji pembebanan tarik yang dilakukan hanya pada tiang B 68 diperoleh

    ringkasan percobaan sebagai berikut :

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 15

    Nomor Tiang : B 68 Tanggal Pengecoran Tiang : 11 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 25 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m Referensi Titik Bor : DB 1 Tanggal Pengujian Tiang : 20 Februari 2006 Pembebanan Maksimum : 50 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 1,741 m Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Beban Tarik

    Beban Tarik (ton)

    Beban Rencana (ton)

    Beban Maksimum (ton) Persentase

    Deformasi Vertikal Total

    (mm)

    25 25 100 % 0,70 25 50 200 % 0,94

    Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung tarik ultimit tiang

    pondasi B 68 berdasarkan hasil pengujian di lapangan adalah sebesar 50 ton,

    dimana total deformasi vertikal maksimumnya memenuhi syarat (< 0,25 inch

    atau 6,35 mm).

    4.4.3 Uji Pembebanan Lateral (Lateral Loading Test)

    Sistem uji pembebanan lateral yang digunakan pada proyek pembangunan

    gedung Wisma Asia II menggunakan sistem kentledge, yaitu sistem pembebanan

    dengan blok-blok beton yang diletakkan di atas sebuah platform. Platform

    tersebut ditopang oleh blok-blok beton yang disusun diatas permukaan tanah.

    Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja dengan panjang 4 m yang dicor

    ke tanah dengan jarak tumpuan 3 m.

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 16

    Hydraulic jack (dongkrak hidrolis) pada saat percobaan diletakkan mendatar di

    antara kepala tiang dan beam baja.

    Pergeseran horisontal yang diberikan oleh hydraulic jack (dongkrak hidrolis)

    yang diterima oleh kepala tiang bor dapat dibaca pada dial gauge yang dipasang

    pada kepala pondasi tiang bor.

    Untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan maka dipasangkan pelat baja

    dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 3 cm, sehingga piston tetap kontak dengan pelat

    baja pada waktu pergeseran horisontal.

    Uji pembebanan lateral dilakukan sesuai dengan ASTM D 3966 81.

    Dari hasil uji pembebanan lateral pada 2 tiang diperoleh ringkasan percobaan

    sebagai berikut :

    a. Uji pembebanan lateral pada tiang B1

    Tanggal Pengecoran : 28 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 10 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m

    Referensi Titik Bor : DB 3 Tanggal Pengujian : 03 Maret 2006 Pembebanan Maksimum : 20 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 1,846 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Beban Lateral I

    Beban Lateral (ton)

    Beban Rencana (ton) Cycle

    Beban Maksimum

    (ton) Persentase

    Deformasi Lateral Total

    (mm)

    10 I 5 50 % 0,32 10 II 10 100 % 0,95 10 III 15 150 % 1,90 10 IV 20 200 % 3,43

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 17

    Daya dukung lateral ultimit tiang pondasi B 1 yang diperoleh dari hasil

    ringkasan pengujian adalah sebesar 20 ton dengan deformasi lateral total

    sebesar 3,43 mm (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan yaitu <

    0,25 inch atau 6,35 mm).

    b. Uji pembebanan lateral pada tiang B 81

    Tanggal Pengecoran : 16 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 10 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m Referensi Titik Bor : DB 2 Tanggal Pengujian : 22 Februari 2006 Pembebanan Maksimum : 20 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Air Tanah : - 1,846

    Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Beban Lateral II

    Beban Lateral (ton)

    Beban Rencana (ton) Cycle

    Beban Maksimum

    (ton) Persentase

    Deformasi Lateral Total

    (mm)

    10 I 5 50 % 0,52 10 II 10 100 % 1,81 10 III 15 150 % 3,75 10 IV 20 200 % 9,43

    Dari hasil ringkasan pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung

    ultimit tiang pondasi B 81 adalah sebesar 15 ton dengan deformasi lateral

    total sebesar 3,75 mm (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan

    yaitu < 0,25 inch atau 6,35 mm).

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 18

    4.5 Uji Pembebanan Dinamis (Dynamic Loading Test)

    Sistem uji pembebanan dinamis pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia

    II menggunakan Pile Driving Analyzer (PDA). Uji pembebanan dinamis pada

    proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II dilakukan sesuai dengan peraturan

    ASTM D 4945 89.

    Metode yang digunakan untuk menganalisis hasil rekaman getaran gelombang

    pada saat dilakukan pengujian dengan PDA adalah case method. Setelah

    pengujian PDA dilakukan maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan

    CAPWAP untuk memperoleh konfirmasi perkiraan daya dukung aksial tiang,

    distribusi kekuatan lapisan tanah dan simulasi pembebanan statis.

    Tahap persiapan pengujian dengan menggunakan PDA adalah sebagai berikut :

    Penggalian tanah di sekitar tiang bor 1,5 m dari kepala tiang Pengeboran pada tiang bor untuk memasang strain transducer dan

    accelerometer

    Meratakan bagian atas tiang bor agar diperoleh permukaan tiang yang baik untuk menerima beban drop hammer yang ditunbukkan

    Pengumpulan informasi mengenai tanggal pengecoran, panjang dan ukuran penampang tiang, serta panjang tiang yang akan diuji

    Menyiapkan drop hammer seberat 5 ton yang akan digunakan untuk menumbuk tiang pondasi agar tiang memberi respon berupa gelombang.

    Pemasangan instrumen seperti strain transducer dan accelerometer masing-masing 2 buah (telah dikalibrasi) yang dipasang pada bagian atas tiang

    dengan jarak minimum 1,5 m x diameter kepala tiang (satuan m).

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 19

    Tujuan pemasangan dua buah instrumen sebanyak 2 buah adalah untuk faktor keamanan apabila salah satu instrument tidak bekerja dengan baik.

    Selanjutnya instrumen dihubungkan ke komputer perekam untuk merekam respon gelombang tumbukan

    Masukkan data ke komputer perekam yang telah dihubungkan dengan instrumen

    Setelah instrumen dan komputer perekam siap digunakan, maka dilakukan pembebanan dengan menggunakan drop hammer sebanyak 3 kali dengan

    tinggi jatuh 1,5 m

    Langkah selanjutnya hasil rekaman pengujian dianalisis lebih lanjut

    Ringkasan efisiensi drop hammer yang digunakan adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.8 Ringkasan Efisiensi Drop Hammer

    Berat

    Drop Hammer

    (ton)

    Energi Yang

    Ditransfer

    (ton-m)

    Energi Potensial

    (ton-m)

    Efesiensi Drop

    Hammer

    (%)

    5 2,38 7,5 31,7

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 20

    Gambar 4.9 Penggalian Sekitar Tiang B.34 (Salah Satu Tiang Yang Diuji)

    Untuk Pengujian Dengan PDA

    Gambar 4.10 Pengujian PDA Dengan Menggunakan

    Drop Hammer Seberat 5 ton

    Dari hasil pengujian dengan PDA diperoleh daya dukung tiang pondasi seperti

    yang terlampir di bawah ini :

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 21

    Tabel 4.9 Hasil Interpretasi Dynamic Loading Test Pile

    Daya Dukung Tiang (ton)

    CAPWAP

    Nomor

    Tiang

    PDA

    Tahanan Selimut

    Tahanan Ujung

    Total

    Kondisi Tiang

    Keterangan

    B 1 - - - - - - B 34 463 343,1 108,6 451,7 Cukup seragam Near Ultimate B 68 - - - - - - B 81 - - - - - - B 103 351 263,4 84 347,4 Cukup seragam Refusal B 134 509 219,5 283,4 502,9 Cukup seragam Refusal B 247 - - - - - - B 270 367 293,5 71,9 365,4 Cukup seragam Ultimate B 308 462 298,8 159,2 458 Cukup seragam Refusal B 361 427 346,4 77,4 423,8 Cukup seragam Ultimate

    Keterangan : 1. Refusal : daya dukung tiang belum mencapai daya dukung ultimit 2. Near Ultimate : daya dukung tiang hampir mencapai daya dukung ultimit 3. Ultimate : daya dukung tiang sudah mencapai daya dukung ultimit

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 22

    4.6 Perhitungan Analitis

    4.6.1 Perhitungan Daya Dukung Vertikal

    Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Daya Dukung Vertikal Secara Analitis

    Daya Dukung Vertikal No.

    Tiang

    Pondasi

    Referensi

    Titik Bor

    fs ujung

    fs selimut

    Ultimit

    (ton)

    Ujung

    (ton)

    Selimut

    (ton)

    Ijin

    (ton)

    B 1 DB 3 3 2,5 434,2 96,4 337,8 150 B 34 DB 3 3 2,5 434,2 96,4 337,8 150 B 68 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 81 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 103 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 134 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 247 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 270 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 308 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 361 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210

    Keterangan : fs ujung = angka faktor keamanan untuk daya dukung ujung tiang

    fs selimut = angka faktor keamanan untuk daya dukung selimut tiang

    Contoh perhitungan analitis daya dukung vertikal pada tiang pondasi B134

    dengan referensi titik bor DB 2, adalah sebagai berikut :

    Dalam menghitung daya dukung vertikal dibutuhkan beberapa parameter, seperti

    nilai kohesi tanah (cu). Apabila nilai kohesi tanah (cu) tidak ada maka perlu

    dilakukan korelasi nilai kohesi tanah (cu) dari nilai NSPT. Dengan rumus :

    cu (kN/m2) = 29 N0,72 (4.1)

    Dimana :

    N = Nilai Standar Penetrasi (NSPT) yang diperoleh dari lapangan

    cu = nilai kohesi tanah dalam satuan t/m2

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 23

    Langkah-langkah perhitungan daya dukung vertikal adalah :

    a. A = d2

    = 0,2827 m2

    b. p = d

    = 1,885 m

    c. Lapisan 1 : silty clay (CH)

    Kedalaman (L) = 4 m

    NSPT = 2106 +

    = 8

    cu = 29 x 80,72

    = 129,6 kN/m2

    = 12,96 t/m2

    f = 0,55 x 12,96

    = 7,128 t/m2

    Qs = 7,128 x 4 x 1,885

    = 53,75 t

    b. Lapisan 2 : clayey silt (MH)

    Kedalaman (L) = 2 m

    NSPT = 4

    cu = 29 x 40,7

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 24

    = 78,7 kN/m2

    = 7,87 t/m2

    f = 0,55 x 7,87

    = 4,328 t/m2

    Qs = 4,328 x 2 x 1,885

    = 16,31 t

    c. Lapisan 3 : silty clay (CH)

    Kedalaman (L) = 2 m

    NSPT = 12

    cu = 29 x 120,72

    = 173,5 kN/m2

    = 17,35 t/m2

    f = 0,55 x 17,35

    = 9,545 t/m2

    Qs = 9,545 x 2 x 1,885

    = 35,98 t

    d. Lapisan 4 : clayey silt (MH)

    Kedalaman (L) = 2 m

    NSPT = 17

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 25

    cu = 29 x 170,72

    = 223 kN/m2

    = 22,3 t/m2

    f = 0,55 x 22,3

    = 12,265 t/m2

    Qs = 12,265 x 2 x 1,885

    = 46,24 t

    e. Lapisan 5 : cemented silt (MH)

    Kedalaman (L) = 2 m

    NSPT = 32

    cu = 29 x 320,72

    = 351,6 kN/m2

    = 35,16 t/m2

    f = 0,55 x 35,16

    = 9,341 t/m2

    Qs = 9,341 x 2 x 1,885

    = 72,91 t

    f. Lapisan 6 : cemented silt (ML)

    Kedalaman (L) = 3,5 m

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 26

    NSPT = 259 55 +

    = 57

    cu = 29 x 570,72

    = 532,9 kN/m2

    = 53,29 t/m2

    f = 0,55 x 53,29

    = 29,308 t/m2

    Qs = 29,308 x 3,5 x 1,885

    = 193,36 t

    Dari perhitungan di atas didapatkan nilai

    a. Qp = 9 x 53,29 x 0,2827

    = 135,6 t

    b. Qs = (53,75 + 16,31 + 35,98 + 46,24 + 72,91 + 193,36)

    = 418,6 t

    c. Qu = 135,6 + 418,6

    = 554,1 t

    d. Qijin = Qp + Qs

    = 2,5

    418,63

    135,58 +

    = 212,61 t 210 t

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 27

    4.6.2 Perhitungan Daya Dukung Tarik

    Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tarik Secara Analitis

    Pondasi Referensi

    Titik Bor

    Faktor

    Keamanan

    Diameter

    (m)

    Panjang

    (m)

    Daya Dukung

    Tarik

    (ton)

    B 1 DB 3 3 0,6 15,5 97 B 34 DB 3 3 0,6 15,5 97 B 68 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 81 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 103 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 134 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 247 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 270 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 308 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 361 DB 2 3 0,6 15,5 127

    Contoh perhitungan analitis daya dukung tarik pada tiang pondasi B 68 dengan

    referensi titik bor DB 1, adalah sebagai berikut :

    Rumus :

    T + Wp (4.2)

    Dimana :

    Tu = kapasitas total

    T = kapasitas tarik

    Wp = berat tiang

    Das dan Seeley (1982) memberikan formula untuk menghitung kapasitas tarik

    pondasi tiang pada tanah lempung :

    T = L.p..cu (4.3)

    Dimana :

    L = panjang tiang (m)

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 28

    p = keliling penampang tiang (m)

    = faktor adhesi untuk gaya tarik

    cu = kohesi (t/m2)

    Tabel 4.12 Faktor Adhesi ()

    Jenis Tiang Faktor Adhesi ()

    Tiang bor = 0,9 0,00625.cu (untuk cu 80 kPa)

    = 0,4 (untuk cu > 80 kPa)

    Tiang pipa = 0,715 0,0191. cu (untuk cu 27 kPa )

    = 0,2 (untuk cu > 27 kPa)

    a. p = .d

    = 3,14 x 0,6

    = 1,885 m

    b. Wp = volume tiang x berat volume beton

    = 0,2826 m2 x 15,5 m x 2400 kg/m3

    = 10512,72 kg

    = 10,51 t

    c. T1 = 2 x 1,885 x 0,4 x 129,6

    = 195,4 Kn

    d. T2 = 2 x 1,885 x 0,4 x 152,2

    = 229,5 kN

    e. T3 = 4 x 1,885 x 0,4 x 123,7

    = 373,1 kN

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 29

    f. T4 = 2 x 1,885 x 0,4 x 183,8

    = 277,2 kN

    g. T5 = 2 x 1,885 x 0,4 x 477,9

    = 720,7 kN

    h. T6 = 2 x 1,885 x 0,4 x 532,9

    = 803,6 kN

    i. T7 = 1,5 x 1,885 x 0,4 x 552,9

    = 625,3 kN

    j. T = 195,4 + 229,5 + 373,1 + 277,2 + 720,7 + 803,6 + 625,3

    = 3224,8 kN

    = 322,5 t 320 t

    k. Tu = 10,51 + 320

    = 330,5 t

    l. uT = 10,513

    330,5 +

    = 120,7 t 120 t

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 30

    4.6.3 Perhitungan Daya Dukung Lateral

    Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Lateral Secara Analitis

    Daya Dukung Lateral Pondasi

    Referensi

    Titik Bor

    Faktor

    Keamanan Ultimit (ton)

    Ijin (ton)

    B 1 DB 3 2,5 31,4 12 B 34 DB 3 2,5 31,4 12 B 68 DB 1 2,5 25,8 10 B 81 DB 2 2,5 27,6 11 B 103 DB 2 2,5 27,6 11 B 134 DB 2 2,5 27,6 11 B 247 DB 1 2,5 25,8 10 B 270 DB 1 2,5 25,8 10 B 308 DB 2 2,5 27,6 11 B 361 DB 2 2,5 27,6 11

    Contoh perhitungan analitis daya dukung lateral pada tiang pondasi B 81 dengan

    referensi titik bor DB 2, adalah sebagai berikut :

    a. Penentuan kriteria tiang pendek dan panjang

    4KDEI R = (4.4)

    Dimana :

    (4.5) f'x x 15.200 E5,0

    r

    cr

    =

    10

    10x 249x 10x 15.200 E0,5

    4

    44

    =

    = 2398519543 kg/m2

    = 2398519,543 t/m2

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 31

    (4.6) 64

    bx I4

    =

    = ( )64

    6,0 x 14,3 4

    = 0,0064 m4

    (4.7) Bc 67 k US =

    Dimana :

    cu rata-rata = 653,29 35,16 22,3 17,35 7,87 12,96 +++++

    = 24,822 t/m2

    sehingga,

    ks = 67 x 0,624,822

    = 2771,75 t/m2

    1,5k

    K s= (4.8)

    K = 1,5

    2771,75 = 1847,8 t/m2

    40,6 x 1847,8

    0,0064 x 32398519,54 R =

    R = 1,929 m

    5h

    EIT = (4.9)

    Dimana :

    h = 67 x cu = 67 x 24,822

    = 1663,07 t/m2

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 32

    sehingga,

    51663,07

    (0,0064) x 43)(2398519,5T =

    T = 1,559 m

    Kriteria tiang pendek atau panjang ditentukan berdasarkan nilai R atau T yang

    telah dihitung dan ditunjukkan dalam Tabel L.1.

    Tabel 4.13 Kriteria Jenis Tiang

    Jenis tiang Modulus Tanah

    Kaku (Pendek) L 2 T L 2 R Elastis (panjang) L 4 T L 3,5 R

    Tiang pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung Wisma

    Asia II termasuk dalam kriteria tiang panjang atau tiang elastis karena

    a. 15,5 4 T (4.10)

    15,5 4 x 1,559

    15,5 6,239

    b. 15,5 3,5 R (4.11)

    15,5 3,5 x 1,929

    15,5 6,751

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 33

    Gambar 4.11 Koefisien Defleksi (Cy) Pada Tiang Kepala Terjepit

    (Sumber Reese and Matlock, 1956)

    Zmax = TL (4.12)

    = 1,55915,5

    = 7,561

    maka Zmax yang digunakan adalah 5 & 10, sehingga diperoleh grafik koefisien

    defleksi cy sebagai berikut :

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 34

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

    Koefisien Defleksi (Cy)

    Koe

    fisie

    n K

    edal

    aman

    (Z)

    Gambar 4.12 Grafik Koefisien Defleksi (cy) vs Koefisien Kedalaman (Z) Pada Kondisi Kepala Terjepit (Sumber Reese and Matlock, 1956)

    Untuk kepala tiang pondasi pada gedung tinggi biasanya dianggap terjepit

    (fixed head) maka rumus untuk menghitung defleksi yang terjadi pada tiang

    pondasi menurut Reese dan Matlock adalah :

    EI

    THcy3

    yx= (4.13)

    sehingga untuk mencari beban lateral maksimum (memenuhi syarat yang

    diijinkan yaitu 0,00635 m atau 0,25 inch) yang dapat diterima tiang pondasi

    pada proyek pembangunan gedung Wisma Asia II adalah :

    0,0064 x 32398519,54

    1,559 H 0,93 0,006353

    =

    97,48 = 3,524 H

    H = 27,6 ton

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 35

    Hijin = 2,527,6 ton

    = 11,05 ton 11 ton

    Tabel 4.14 Defleksi Akibat Beban Lateral 27,6 ton

    Z cy Defleksi Lateral (yx)

    Untuk H = 27,6 ton

    0 0,93 0,00634 0,25 0,9 0,00614 0,5 0,85 0,00580 0,75 0,74 0,00505

    1 0,61 0,00416 1,25 0,5 0,00341 1,5 0,4 0,00273 1,75 0,31 0,00211

    2 0,21 0,00143 2,25 0,15 0,00102 2,5 0,08 0,00055 2,75 0,04 000027

    3 0,01 0,00007 3,25 - 0,01 -0,00007 3,5 - 0,02 -0,00014 3,75 - 0,025 -0,00017

    4 - 0,03 -0,00020 4,25 - 0,025 -0,00017 4,5 - 0,015 -0,00010 4,75 - 0,007 -0,00005

    5 0 0

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 36

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    -0.001 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007

    Defleksi (Yx)

    Kef

    isis

    en K

    edal

    aman

    (Z)

    Gambar 4.13 Grafik Defleksi (yx) vs Koefisien Kedalaman (Z)

    Akibat Beban Lateral Sebesar 27,6 ton

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 37

    4.7 Hasil Analisa

    Hasil analisa daya dukung pondasi tiang bor pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II berdasarkan hasil uji

    pembebanan dan perhitungan analitis yang telah dilakukan diringkas dalam bentuk tabel di bawah ini :

    Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Analisa Daya Dukung Dari Hasil Uji Pembebanan dan Perhitungan Analitis

    Daya Dukung Ultimit Vertikal Daya Dukung Ultimit Tarik Daya Dukung Ultimit

    Lateral No.

    Tiang

    Pondasi

    Referensi

    Titik Bor Analitis Uji Statis Uji Dinamis Analitis Uji Statis Analitis Uji Statis

    B 1 DB 3 434,2 - - 97 - 31,4 20 B 34 DB 3 434,2 - 463 97 - 31,4 - B 68 DB 1 584,1 - - 120 50 25,8 - B 81 DB 2 554,1 - - 127 - 27,6 20 B 103 DB 2 554,1 - 351 127 - 27,6 - B 134 DB 2 554,1 300 509 127 - 27,6 - B 247 DB 1 584,1 - - 120 - 25,8 - B 270 DB 1 584,1 - 367 120 - 25,8 - B 308 DB 2 554,1 - 463 127 - 27,6 - B 361 DB 2 554,1 - 427 127 - 27,6 -

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 38

    Perbandingan hasil analisa daya dukung pondasi antara hasil uji pembebanan

    dengan perhitungan analitis disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini :

    463

    351

    509

    367

    462

    427434.2

    554.1 554.1

    434.2

    554.1 554.1

    300

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    B 34 B 103 B 134 B 270 B 308 B 361

    Nomor Tiang

    Beb

    an (t

    on)

    PDA Analitis Statik

    Gambar 4.14 Perbandingan Daya Dukung Vertikal Analitis Dengan

    Aktual

    Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa sebagai berikut :

    a. Daya dukung vertikal ultimit analitis rata-rata lebih besar dari hasil pengujian

    dinamis yaitu sebesar 28,2 %

    b. Daya dukung vertikal ultimit analitis lebih besar dari hasil pengujian statis

    yaitu sebesar 85 %

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 39

    120

    50

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    B 68

    Nomor Tiang

    Beb

    an (t

    on)

    Analitis Statik Gambar 4.15 Perbandingan Daya Dukung Tarik Analitis Dengan Aktual

    Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa bahwa daya dukung tarik ultimit

    analitis lebih besar 90 ton dari hasil pengujian statis.

  • Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil

    BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

    4 - 40

    25.8

    27.6

    20 20

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    B 1 B 81

    Nomor Tiang

    Beb

    an (t

    on)

    Analitis Statik Gambar 4.16 Perbandingan Daya Dukung Lateral Analitis Dengan Aktual

    Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa bahwa daya dukung lateral ultimit

    analitis lebih besar dari hasil pengujian statis yaitu rata-rata sebesar 47,5 %.