4
(SEBELUM DIEDIT, HARAP DIKETAHUI KALAU INI BUKAN HASIL KITA. INI AKU AMBIL HASIL DARI INTERNET KARENA KELOMPOK KITA GAADA YG NYATAT HASIL. JADI TERSERAH AJA MAU PAKAI YG INI ATAU GIMANA) HASIL Motilitas (setelah > 1 jam) 60 % a. Progresif lurus cepat 40 % 0,8-1,6 dtk/0,05 mm b. Progresif lurus lambat 22 % >1,6 dtk/0,05 mm c. Gerak di tempat 13 % d. Tidak bergerak 25 % PEMBAHASAN Motilitas sperma memiliki nilai yang lebih penting dari pada konsentrasi sperma. Untuk menilai berapa persen sperma yang motil dapat dilakukan pemeriksaan pada 25 lapangan pandang besar. Sperma yang memiliki motilitas kurang disebut asthenozoospermia. Jenis motilitas sperma dapat dibagi kedalam skala 0-4: Selain itu, klasifikasi yang biasa digunakan adalah berdasarkan kelasnya: Kelas a: gerak progresif lurus cepat: 0,8 – 1,6 detik / 0,05 m Kelas b: gerak progresif lurus lambat: > 1,6detik / 0,05 mm

Hasil Pembahasan Biologi Motilitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

y

Citation preview

Page 1: Hasil Pembahasan Biologi Motilitas

(SEBELUM DIEDIT, HARAP DIKETAHUI KALAU INI BUKAN HASIL KITA. INI AKU AMBIL HASIL DARI INTERNET KARENA KELOMPOK KITA GAADA YG NYATAT HASIL. JADI TERSERAH AJA MAU PAKAI YG INI ATAU GIMANA)

HASILMotilitas(setelah > 1 jam)

60 %

a. Progresif lurus cepat 40 % 0,8-1,6 dtk/0,05 mmb. Progresif lurus

lambat22 % >1,6 dtk/0,05 mm

c. Gerak di tempat 13 %d. Tidak bergerak 25 %

PEMBAHASANMotilitas sperma memiliki nilai yang lebih penting dari pada konsentrasi sperma. Untuk

menilai berapa persen sperma yang motil dapat dilakukan pemeriksaan pada 25 lapangan pandang besar. Sperma yang memiliki motilitas kurang disebut asthenozoospermia. Jenis motilitas sperma dapat dibagi kedalam skala 0-4:

Selain itu, klasifikasi yang biasa digunakan adalah berdasarkan kelasnya:Kelas a: gerak progresif lurus cepat: 0,8 – 1,6 detik / 0,05 mKelas b: gerak progresif lurus lambat: > 1,6detik / 0,05 mm Kelas c: gerak di tempatKelas d: tidak bergerak (immotil) Bisa dikatakan motilitasnya normal jika :1. Kelas a: ≥ 25 %, atau2. Jika kelas a tidak mencapai 25 % maka, Kelas a + b harus ≥ 50 %

Cara lain untuk penilaian gerakan individual :No Nilai Keterangan 1 0 Spermatozoa imotile atau tidak bergerak2 1 Gerakan berputar di tempat3 2 Gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif

dan tidak ada gelombang4 3 Antara 50% - 80% spermatozoa bergerak progresif menghasilkan

gerakan massa.5 4 Pergerakan progresif aktif dan segera membentuk gelombang dengan

Page 2: Hasil Pembahasan Biologi Motilitas

90% sperma moti6 5 Gerakan yang sangat progresif, gelombang yang sangat cepat

menunjukkan 100% motil

Persentase motilitas spermatozoa di bawah 50% menunjukkan nilai semen yang kurang baik dan sering berhubungan dengan infertilitas. Kebanyakan pejantan yang fertil mempunyai 50% - 80% spermatozoa yang motil aktif progresif.

Persentase spermatozoa motil adalah variabel paling utama dalam penentuan kualitas semen. Spermatozoa motil adalah spermatozoa yang bergerak progresif (ke depan) tidak termasuk spermatooa yang hanya bergerak di tempat, berputar-putar dan maju-mundur. Umumnya penentuan ini dilakukan secara subyektif. Semen segar yang baik dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi semen beku harus memiliki persentase spermatozoa motil minimum 65 – 70 %.

KESIMPULAN (hasil motilitas)Dapat disimpulkan bahwa motilitas sperma dalam keadaan baik

Page 3: Hasil Pembahasan Biologi Motilitas

KESIMPULANAnalisis semen dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan)

yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dari hasil praktikum dapat diketahui analisis semen bisa dilihat secara makroskopik dan mikroskopik. Secara makroskopik untuk mengetahui volume, warna dan bau serta pH sperma, sedangkan secara mikroskopik untuk mengetahui motilitas sperma, gerak sperma lurus, konsentrasi sperma, dan morfologi sperma dengan melakukan beberapa uji seperti uji HOS, uji vitalitas dan uji Neubauer.

Page 4: Hasil Pembahasan Biologi Motilitas

DAFTAR PUSTAKA1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.2012.

p.811-8362. Avery, S., Bolton, V.N., Masson, B.A. 1990. An evaluation of the hypoosmotic sperm

swelling test as a predictor of fertilizing capacity in vitro. Inter J. Androl., 13:93-99.3. Hall, J.C., Hadley, J., Doman, T. 1991. Correlation between changes in rat sperm

membrane lipid, protein, and the membrane physical state during apididymal maturation. J. Androl. 12:76-87.

4. Anonymous. 4 Jenis Gangguan Sperma yang Umum Dialami Kaum Pria. 2013; (cited 16 Oktober 2013); 18.09. Available from: http://www.seksualitas.net/jenis-gangguan-sperma-pria.html

5. Wibisono, Herman. Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara: 2006. Hal 42.