Upload
hoangkhuong
View
238
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
0
LAPORAN
HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM
BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN NOVEMBER 2016
Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA
Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
1
0100200300400500600
N A
D
SUM
. UTA
RA
SUM
. BA
RA
T
RIA
U
JAM
BI
BEN
GK
ULU
KEP
. RIA
U
SUM
. SEL
ATA
N
KEP
. BA
-BEL
LAM
PU
NG
BA
NTE
N
DK
I JA
KA
RTA
JAW
A B
AR
AT
JAW
A T
ENG
AH
DIY
JAW
A T
IMU
R
KA
L. B
AR
AT
KA
L. T
ENG
AH
KA
L. T
IMU
R
KA
L. S
ELA
TAN
BA
LI
NTB
NTT
SULA
. UTA
RA
GO
RO
NTA
LO
SULA
. TEN
GA
H
SULA
. BA
RA
T
SULA
. SEL
ATA
N
SULA
. TEN
GG
AR
A
MA
LUK
U U
TAR
A
MA
LUK
U
PA
PU
A B
AR
AT
PA
PU
ACu
rah
Hu
jan
(m
m)
Rata-rata Curah Hujan tiap Provinsi di Indonesia November 2016
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN
Curah Hujan < 150 mm /bulan :
NTT
Maluku
NTB
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Bali
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
Curah Hujan 150 - 250 mm /bulan :
DKI Jakarta
Gorontalo
Sulawesi Selatan
Banten
Papua Barat
Sulawesi Barat
Kep. Bangka-Belitung
Kalimantan Timur
Kep. Riau
NAD
Jawa Timur
Curah Hujan > 250 mm /bulan:
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Kalimantan Barat
Papua
Kalimantan Tengah
Bengkulu
Lampung
Riau
Kalimantan Selatan
DI Yogjakarta
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Jambi
Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
2
0
500
1000
1500
2000
Sumatera Jawa Kalimantan Papua Sulawesi Bali, NTB,NTT
Maluku
1856
1267
651
301 282
65 20
Jum
lah
Po
ten
si K
eja
dia
n B
anjir
POTENSI KEJADIAN BANJIR DI INDONESIA NOVEMBER 2016
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA
Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa provinsi. Selengkapnya pada: http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php
Gambar 2.2: Potensi Banjir di Pulau Sumatera Minggu-II, 7-13 November 2016
Gambar 2.3: Potensi Banjir di Pulau Kalimantan Minggu-III, 14-20 November 2016
Gambar 2.4: Potensi Banjir di Pulau Sulawesi Minggu-IV, 21-27 November 2016
Gambar 2.5: Potensi Banjir di Maluku Minggu-V, 28-31 November 2016
Gambar 2.1: Potensi Banjir di Pulau Jawa Minggu-I, 1-6 November 2016
3
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
3.1. 3.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code (Kondisi
Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api) 3.2.
Peringkat numeric dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indicator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 November 2016):
FFMC ekstrim terpantau kecil di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dasarian-II (11-20 November 2016):
FFMC ekstrim pada dasarian-II semakin berkurang, terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Dasarian-III (21-30 November 2016):
FFMC ekstrim terpantau dalam luasan sangat kecil di Riau, Kep. Riau, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada
Dasarian-I November 2016 Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada
Dasarian-III November 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian-II November 2016
4
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap )
Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut.
3.3. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 November 2016):
DC tinggi dan DC ekstrim tidak terpantau di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan DC-Sedang terpantau dalam luasan kecil di NAD, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Pada dasarian-I, DC-Rendah meliputi hampir seluruh P. Sumatera dan Kalimantan.
Dasarian-II (11-20 November 2016):
DC tinggi dan ekstrim tidak terpantau pada dasarian-II. DC-Rendah meliputi seluruh P. Sumatera. Sedangkan DC-Sedang terpantau di Kalimantan Timur, selebihnya terpantau dalam kondisi DC-Rendah.
Dasarian-III (21-30 November 2016):
Tidak berbeda pada Dasarian-II, pada dasarian-III, DC-Tinggi dan DC-Ekstrim juga tidak terpantau di Pulau Sumatera dan Kalimantan. DC-Sedang terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Kalimantan Timur.
Gambar 3.1.a. Kondisi DC
pada Dasarian-I November 2016
Gambar 3.1.c. Kondisi DC
pada Dasarian-III November 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi DC
pada Dasarian-II November 2016
5
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian)
Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 November 2016):
ISI-Ekstrim terpantau di Prov. Riau, Jambi, Kep. Riau, sedikit di Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dasarian-II (11-20 November 2016):
ISI-Ekstrim semakin berkurang, hanya terpantau di Prov. Jambi, Kep. Riau, Kalimantan Timur dan sedikit di Kalimantan Utara.
Dasarian-III (21-30 November 2016):
IS-Ekstrim terpantau semakin berkurang, hanya terpantau dalam luasan kecil di Kep. Riau, dan Kalimantan Timur. Selebihnya dominan dalam kondisi ISI-Rendah.
Gambar 3.1.a. Kondisi ISI pada Dasarian-I November 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi ISI pada Dasarian-II November 2016 Gambar 3.1.c. Kondisi ISI
pada Dasarian-III November 2016
6
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
Gambar 3.1.a. Kondisi FWI pada Dasarian-I November 2016
Gambar 3.1.c. Kondisi FWI pada Dasarian-III November 2016
Agustus 2016
Gambar 3.1.b. Kondisi FWI pada Dasarian-II November 2016
Agustus 2016
3.4. FWI = Fire Weather Index (Index Cuaca Kebakaran)
Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 November 2016):
FWI-Ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Kep. Riau, Jambi, dan Lampung. Hampir tidak terdeteksi FWI-Ekstrim di Pulau Kalimantan, terdeteksi FWI-Tinggi di pesisir Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Dasarian-II (11-20 November 2016):
FWI-Ekstrim terpantau dalam luasan kecil di Provinsi Jambi, Kep. Riau serta di Kalimantan Timur. Sedangkan FWI-Tinggi terpantau di Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan TImur dan Kalimantan Utara.
Dasarian-III (21-30 November 2016):
Hampir tidak terpantau FWI-Ekstrim dan FWI-Tinggi di kedua pulau, hanya terpantau FWI-Tinggi di Kep. Riau dan dalam luasan kecil di Kalimantan Timur.
7
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan November 2016
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia bulan November 2016
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi Di Indonesia bulan November 2016
PROVINSI JUMLAH HOTSPOT
SUMATERA UTARA 3
SUMATERA BARAT 1
SUMATERA SELATAN 3
BENGKULU 1
LAMPUNG 1
JATIM 1
KALIMANTAN BARAT 2
KALIMANTAN TENGAH 15
KALIMANTAN TIMUR 12
KALIMANTAN SELATAN 1
NTB 18
NTT 43
GORONTALO 1
SULAWESI TENGAH 15
SULAWESI SELATAN 45
SULAWESI TENGGARA 15
MALUKU UTARA 2
MALUKU 10
PAPUA 86
JUMLAH 275
4. PEMANTAUAN TITIK API (HOT-SPOT)
Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php
Hasil pengamatan bulan November 2016 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 9 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 30 titik panas, di P. Jawa terpantau 1 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 76 titik panas, (Bali,NTB,NTT) terpantau 61 titik panas, (Papua,Papua Barat) terpantau 86 titik panas dan (Maluku,Maluku Utara) terpantau 12 titik panas.
8
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa dan Bali bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
Hasil pemantauan lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali selama bulan November
2016 masih didominasi oleh lahan sawah dengan kelas TKV-rendah, dan Bera.
Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah masih mendominasi Provinsi Jawa Barat
yaitu di Kabupaten Karawang, Bekasi, dan Cirebon. Provinsi Jawa Tengah yaitu di
Kabupaten Blora, Pati, dan Grobogan. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu di
Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, dan Bantul. Provinsi Jawa Timur yaitu di
Kabupaten Lumajang, Bondowoso, dan Ngawi. Provinsi Bali yaitu di Kabupaten
Klungkung, Buleleng, dan Bangli.
Lahan sawah dengan kelas Bera masih mendominasi Provinsi Banten yaitu di
Kabupaten Serang, Tangerang, dan Pandeglang. Provinsi Jawa Barat yaitu di di
Kabupaten Indramayu, Subang, dan Tuban. Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Demak, Cilacap, dan Brebes.
9
0
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. JAWA dan BALI
Kondisi fase tanaman padi di lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali bulan
November 2016 didominasi oleh tanaman padi dengan fase vegetatif-1 dan
vegetatif-2.
Lahan sawah dengan fase Vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Banten yaitu
Kabupaten Tangerang, Pandeglang, dan Serang. Provinsi Jawa Barat yaitu di
Kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang. Provinsi Jawa Tengah yaitu di
Kabupaten Grobogan, Pati, dan Demak.
Lahan sawah dengan fase vegetative-2 mendominasi di Provinsi Jawa Tengah
yaitu Kabupaten Grobogan, Pati, dan Blora. Provinsi D.I Yogyakarta yaitu
Kabupaten Kulon Progo, Sleman dan Gunung Kidul. Provinsi Jawa Timur yaitu
Kabupaten Probolinggo, Jember, dan Bondowoso. Provinsi Bali yaitu
Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Bulengleng.
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
10
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
Hujan dengan intensitas yang meningkat mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau
Jawa dan Bali. Hasil pemantauan menunjukkan, pada bulan November 2016 lahan sawah di
P. Jawa dan Bali berpotensi mengalami rawan banjir ringan/sedang dan banjir berat/puso.
Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan/sedang terdapat di Prov. Banten yaitu di
Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Tangerang. Prov. Jawa Barat yaitu di Kabupaten
Indramayu, Subang, dan Cianjur. Prov. Jawa Tengah yaitu Kabupaten Grobogan, Demak,
dan Sragen. Prov. D.I Yogyakarta di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Prov.
Jawa Timur yaitu di Kabupaten Bojonegoro, Jember, dan Ponorogo. Prov. Bali yaitu
Kabupaten Badung dan Tabanan.
Lahan sawah yang berpotensi banjir berat/puso terdapat di Prov. Jawa Barat yaitu
Kabupaten Ciamis, Cianjur, dan Sukabumi. Prov. Jawa Tengah yaitu Kabupaten Kebumen,
Cilacap, dan Purworejo. Prov. D.I Yogyakarta di Kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, dan
Sleman. Prov. Jawa Timur yaitu di Kabupaten Nganjuk, Jember, dan Blitar.
11
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan
November 2016 menunjukkan, lahan sawah yang didominasi kelas TKV-sangat
rendah dan bera.
Lahan sawah dengan kelas TKV-bera dan TKV-sangat rendah mendominasi
Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Banyuasin, dan
Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat TKV-sangat
rendah yaitu di Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Padang Pariaman.
Sementara itu di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Bengkulu Utara, Seluma, dan
Bengkulu Selatan. Di Provinsi Riau di dominasi oleh TKV-bera yaitu di Kabupaten
Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Barat Daya. Kemudian Provinsi Sumatera Utara yaitu
di Kabupaten Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan. TKV-bera masih
mendominasi Provinsi Riau yaitu di Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hili, dan
Bengkalis. Sedangkan pada Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kerinci. Provinsi Lampung yaitu di Kabupaten
Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan. Kemudian di Provinsi
Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Bangka.
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu ; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
12
Tanaman padi lahan sawah yang dipantau selama bulan November 2016 dominan dalam
fase vegetatif-1, vegetatif-2 dan generatif-1.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Prov. Sumatera Utara yaitu di
Kabupaten Asahan, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Prov. Sumatera Barat yaitu
Kabupaten Agam, Pasaman Barat dan Solok. Prov. Riau yaitu di Kabupaten Rokan Hilir,
Indragili Hili, dan Kuantan Singingi. Kemudian Prov. Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci,
Tanjung Jabung Timur dan Muaro Jambi. Prov. Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan
Komering, Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu. Prov. Bangka-Belitung yaitu Kabupaten
Bangka Selatan, Bangka, dan Belitung Timur.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 mendominasi di Prov. Aceh yaitu Kabupaten Aceh
Utara dan Aceh Barat Daya. Prov. Sumatera Utara yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan dan
Labuhan Batu. Prov. Sumatera Barat yaitu di Kabupaten Pasaman Barat, Solok, dan Pesisir
Selatan. Prov. Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, dan Seluma.
Prov. Lampung yaitu di kabupaten Lampung Tengah, dan Lampung Timur.
Tanaman padi dengan fase generatif-1 mendominasi di Prov. Aceh yaitu Kabupaten Aceh
Utara, dan Pidie. Prov. Sumatera Utara yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Tapanuli Selatan
dan Serdang Bedagai. Prov. Sumatera Barat yaitu Kabupaten Limapuluhkoto, Solok dan
Pesisir Selatan. Prov. Riau yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis dan Rokan Hilir. Prov.
Jambi yaitu di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Muaro Jambi dan Kerinci. Prov. Bengkulu
yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Rajalebong, dan Seluma. Kemudian Prov. Sumatera
Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering, Ogan Komering Ulu Timur, dan Banyuasin.
Prov. Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan, Bangka, dan Belitung Timur. Prov.
Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Tulang Bawang.
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SUMATERA
Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sumatera bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
13
Akibat intensitas curah hujan yang masih tinggi di bulan November 2016, beberapa areal
Lahan sawah di Pulau Sumatera mengalami rawan banjir.
Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan di Provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh Timur,
Aceh Tamiang, dan Aceh Tenggara. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Pelalawan, dan
Kuantan Singingi. Kemudian Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Tapanuli Selatan,
Labuhanbatu, dan Serdang Bedagai. Lahan sawah banjir ringan di Provinsi Sumatera Barat ada
di Kabupaten Limapuluh Koto, Solok, dan Tanah Datar, sedangkan Provinsi Jambi yaitu di
kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat. Provinsi Bengkulu ada di
kabupaten Rajalebong, Lebong, dan Bengkulu Selatan, sedangkan Provinsi Sumatera Selatan
kondisi banjir ringan ada di kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering, dan
Banyuasin. Sedangkan Provinsi Lampung yaitu ada di Kabupaten Tulang Bawang, Tanggamus,
dan Lampung Utara. Dan Provinsi Bangka Belitung kondisi banjir ringan ada di Kabupaten
Bangka Selatan, Belitung, dan Belitung Timur.
Lahan sawah di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami banjir-berat/puso terdapat di
Kabupaten Samosir, Nias, dan Mandailing Natal. Provinsi Sumatera Barat banjir-berat/puso
ada di Kabupaten Pasaman Barat, Limapuluh Koto, dan Solok Selatan. Untuk provinsi Riau,
yaitu ada di kabupaten Rokan Hilir dan Kampar. Provinsi Jambi mengalami banjir-berat/puso
ada di kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kerinci, dan Bungo. Sedangkan provinsi Bengkulu
yaitu di Kabupaten Kaur dan Bengkulu Selatan. Dan Provinsi Sumatera Selatan banjir-
berat/puso untuk lahan sawah ada di kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering
Ulu Timur, dan Lahat.
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
14
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Sulawesi bulan
November 2016 yang masih didominasi TKV-rendah dan TKV-sedang.
Lahan sawah dengan TKV-rendah yang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu
di Kabupaten Kota Bitung, Kep Talaud dan Kep. Sangihe. Provinsi Gorontalo yaitu
terdapat di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, dan Pahuwato. Provinsi Sulawesi Tengah
yaitu di kabupaten Donggala, Banggai dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat
yaitu di kabupaten Mamasa, Poliwali Mandar, dan Mamuju. Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu terdapat di Kabupaten Wajo, Bone dan Gowa. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu
di Kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Sedangkan TKV sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten
Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu
terdapat di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah
yaitu di Kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Toli-toli. Provinsi Sulawesi Barat
yaitu terdapat di Kabupaten. Mamuju, Polewali Mandar dan Mamasa. Provinsi
Sulawesi Selatan yaitu terdapat di kabupaten. Bone, Wajo dan Sidenreng Rappang.
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan
Bombana.
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sulawesi bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
15
.
Pemantuan fase tanaman padi sawah di Pulau Sulawesi bulan November 2016
didominasi oleh fase tanaman padi sawah vegetatif-2 dan vegetatif-1.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu
di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, dan Minahasa. Provinsi
Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi
Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Toli-toli dan Banggai. Provinsi Sulawesi Barat
yaitu di kabupaten Mamuju, Polewali Mandar dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan
yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sidenreng Rappang. Provinsi Sulawesi Tenggara
yaitu di Kabupaten Kendari, Kolaka, Konawe Selatan.
Sementara itu, Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi
Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan
Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato.
Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Banggai.
Provinsi Sulawesi Barat yaitu di kabupaten Polewali Mandar, Mamuju dan Mamasa.
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Wajo, Bone dan Sindenreng Rappang.
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI Pemantauan Fase Tanaman Padi Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI P. SULAWESI
16
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Sulawesi bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
Tiga periode di bulan November 2016, lahan sawah di Pulau Sulawesi berpotensi mengalami kondisi rawan banjir, sedangkan pada periode terakhir lahan
sawah di Pulau Sulawesi berpotensi rawan kekeringan.
Lahan sawah yang rawan banjir ringan/sedang di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di kabupaten Bolaang Mongodow. Provinsi Gorontalo terdapat di
kabupaten Gorontalo, boalemo dan Pahuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Morowali. Provinsi Sulawesi
Barat terdapat di kabupaten Mamuju, Mamasa dan Poewali Mandar. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Takalar, Gowa dan Wajo.
Sedangkan pada periode terakhir, lahan sawah rawan kekeringan di Provinsi Sulawesi Utara terdapat di kabupaten Bolaang Mongodow, Kota Tomohon dan
Minahasa. Provinsi Gorontalo terdapat di kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah terdapat di kabupaten Kota Palu,
Provinsi Sulawesi Barat terdapat di kabupaten Mamuju. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di kabupaten Kota Pare Pare, Kota Palopo dan Bantaeng.
Sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat Kolaka, Bombana dan Kota Kendari.
17
14. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI PROV. NTB dan NTT
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) selama bulan November
2016 menunjukkan, lahan sawah di kedua provinsi tersebut berada dalam kelas
TKV-rendah dan TKV-sedang.
Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Provinsi
Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumbawa Timur, Sumba Tengah, dan
Nagakeo.
Lahan sawah dengan TKV- sangat rendah masih mendominasi Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa.
Sedangkan TKV- sedang mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di
Kabupaten Sumba Timur, Alor, dan Sumba Tengah.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di NTB dan NTT bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
18
15. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI DI PROV. NTB dan NTT
Fase tanaman Padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur
(NTT) selama bulan November 2016 terpantau didominasi oleh tanaman padi yang
berada dalam fase vegetatif-1, vegetatif-2 dan generatif-2.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 mendominasi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat dan Sumbawa.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 mendominasi Provinsi Nusa Tenggara Barat
yaitu Kabupaten Sumbawa Lombok Barat dan Sumbawa Barat. Provinsi Nusa
Tenggara Timur yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Alor.
Tanaman padi dengan fase generatif-2 mendominasi di Provinsi Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Sumba, dan Lombok Barat.
Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumbawa Tengah,
dan Nagakeo.
Pemantauan Fase Tanaman Padi di Provinsi NTB dan NTT bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
19
16. PEMANTAUAN BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI PROV. NTB dan NTT
Selama Bulan November 2016, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa
Tenggara Timur (NTT) masih mengalami kemarau yang ditandai dari intensitas
curah hujan yang masih rendah sehingga mempengaruhi kondisi lahan sawah di
kedua provinsi tersebut. Selama bulan November 2016 lahan sawah di kedua
provinsi ini berpotensi mengalami rawan kering ringan/sedang dan kering
berat/puso.
Lahan sawah yang berpotensi kering ringan/sedang terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa, Lombok Tengah, dan Kota Bima.
Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Kota Kupang, Rotendao, dan
Nagakeo.
Lahan sawah yang berpotensi kering berat/puso terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
di Kabupaten Kota Kupang, Rotendao, dan Nagakeo.
Pemantauan Banjir/Kering di Lahan Sawah di Provinsi NTB dan NTT bulan November 2016 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 31 Oktober – 07 November 2016, 08 – 15 November 2016, 16 – 23 November 2016, dan 24 – 01 Desember 2016.
20
Informasi ZPPI (Zona Potensi Penangkapan Ikan) selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari
satelit NOAA-AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan November 2016 dihasilkan
informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA01, PA02, PA03, PA05,
PA06, PA07, PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16, PA20 dan PA21 sebanyak 41 buah.
Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan November
2016 dan daerah-daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 17.1.
Tabel 17.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
Gambar 17.1. Projek Area ZPPI
17. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN)
21
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
Projek Area PA01, PA02, PA03, PA10, PA11 dan PA19
Projek Area PA07, PA15, PA16 dan PA24
Projek Area PA05,PA06, PA12, PA13, PA14, PA20 dan PA21