84
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. Tingginya permintaan masyarakat atas kebutuhan daging membuat pemerintah harus melaksanakan swasembada daging. Data Dirjen Peternakan (2008) pada tahun 2006-2007 menyatakan bahwa kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2006 adalah 395,80 ton. Hal ini juga terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 418,20 ton akibatnya terjadi perlambatan peningkatan produksi daging. Kekurangan daging sapi tersebut dapat dipenuhi lewat penggemukan sapi bakalan ekspor -import dan daging beku import. Hal ini tentu merugikan pemerintah dan konsumen karena harus mengeluarkan biaya untuk mengimport daging. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging sapi tersebut adalah meningkatkan program IB dengan memanfaatkan teknologi dibidang 1

HASIL MALLE

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL MALLE

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan

pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. Tingginya permintaan

masyarakat atas kebutuhan daging membuat pemerintah harus melaksanakan

swasembada daging.

Data Dirjen Peternakan (2008) pada tahun 2006-2007 menyatakan bahwa

kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2006 adalah 395,80 ton. Hal ini juga

terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 418,20 ton akibatnya terjadi perlambatan

peningkatan produksi daging. Kekurangan daging sapi tersebut dapat dipenuhi

lewat penggemukan sapi bakalan ekspor -import dan daging beku import. Hal ini

tentu merugikan pemerintah dan konsumen karena harus mengeluarkan biaya

untuk mengimport daging.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging sapi

tersebut adalah meningkatkan program IB dengan memanfaatkan teknologi

dibidang reproduksi serta memberdayakan sapi lokal hasil peternakan rakyat yaitu

dengan penggemukan serta perbaikan manajemen pemeliharaan sehingga dapat

menghasilkan sapi-sapi yang bermutu dengan berat badan yang tinggi.

Jenis sapi yang umum dipelihara dan digemukkan adalah jenis sapi Bali

yang mempunyai banyak keistimewaan. Salah satunya adalah mudah beradaptasi

baik terhadap lingkungan maupun pakan serta dapat digunakan sebagai tenaga

kerja. Keunikan lain dari sapi Bali sekaligus kelebihannya yaitu tingkat

1

Page 2: HASIL MALLE

kesuburannya tinggi. Hal ini menyebabkan sapi Bali berpotensi untuk

dikembangkan di seluruh Indonesia.

Penggemukan yang dilakukan oleh peternak rakyat belum maksimal.

Faktor penyediaan hijauan pakan ternak masih merupakan kendala bagi peternak.

Pada musim hujan, pakan akan melimpah tetapi pada musim kemarau, pakan

sangat sulit didapatkan sehingga dapat berpengaruh terhadap sapi Bali bunting.

Perbaikan manajemen pemeliharaan sangat dibutuhkan karena dapat

meningkatkan mutu dan produktivitas ternak dengan memberikan pakan yang

dapat memacu pertumbuhan ternak yaitu daun kelor.

Tanaman kelor mengandung gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk

perbaikan gizi. Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah kekurangan

gizi di beberapa negara.  Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat

sejati (miracle tree), artinya tanaman ini bisa dimanfaatkan dari akar, batang, buah

dan daun serta mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi daun kelor segar

(lalapan),  setara dengan; 4 kali vitamin A yang dikandung wortel,  7 kali vitamin

C yang terkandung pada jeruk, 4 kali mineral kalsium dari susu, 3 kali mineral

potassium pada pisang, 3/4 kali zat besi pada bayam, dan 2 kali protein dari

yogurt. Daun kelor juga mempunyai fungsi pengobatan karena banyak

mengandung kalsium dan pospor (Firsonigosa, 2008).

Zat besi (Fe) merupakan jenis mineral mikro esensial yang mempunyai

fungsi penting di dalam tubuh. Dibutuhkan dengan jumlah konsumsi  sekitar 1.5-

2.2 mg per- harinya, zat besi mempunyai fungsi  penting di dalam tubuh antara

lain sebagai media  transportasi bagi oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan

2

Page 3: HASIL MALLE

tubuh serta  juga akan berfungsi sebagai katalis dalam proses penpindahan energi

di dalam sel. Besi adalah unsur penting untuk produksi darah. Sekitar 70 persen

zat besi ditemukan dalam darah. Hemoglobin sangat penting untuk mentransfer

oksigen dalam darah dari paru ke jaringan.

Perumusan Masalah

Ternak di Kabupaten Bantaeng yang sedang bunting mengalami banyak

hal, seperti keguguran, lama bunting dan birahi terlambat yang diakibatkan oleh

kekurangan zat nutrisi. Daun kelor ditambahkan pada pakan sapi bunting untuk

memperbaiki pertumbuhan, angka konversi serta meningkatkan ketersediaan

vitamin dan zat makanan lainnya. Pemberian daun kelor pada pakan ternak akan

mempengaruhi fisiologi darah ternak tersebut karena darah berfungsi untuk

mempertahankan tubuh ternak dari invasi mikroorganisme dan untuk reaksi

immunologis akibat masuknya benda asing sehingga mampu mempertahankan

tubuh dari penyakit. Namun penelitian mengenai pengaruh pemberian daun kelor

dalam pakan ternak sapi masih terbatas sehingga dilakukanlah penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh pemberian daun kelor terhadap fisiologi darah ternak sapi

Bali bunting.

Hipotesa

Diduga terdapat pengaruh pemberian daun kelor pada pakan ternak

terhadap status hematologi sapi Bali yang sedang bunting.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hematologis sapi Bali

bunting yang diberikan pakan daun kelor dan tidak diberikan pakan daun kelor.

3

Page 4: HASIL MALLE

Kegunaannya adalah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

perubahan status hematologist sapi Bali bunting yang diberikan pakan daun kelor

dan tidak diberikan pakan daun kelor, khususnya pada tingkat kesehatan ternak

serta sebagai bahan informasi bagi peternak dalam upaya peningkatan mutu dan

produktivitas ternak sapi.

4

Page 5: HASIL MALLE

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sapi Bali

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga

sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali.

Sebagai keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis

seperti banteng liar (Guntoro,2002)

Sapi Bali lebih unggul dibandingkan bangsa sapi lainnya, misalnya sapi

Bali akan memperlihatkan perbaikan performan pada lingkungan baru dan

menunjukkan sifat-sifat yang baik bila dipindahkan dari lingkungan jelek ke

lingkungan yang lebih baik. Selain cepat beradaptasi pada lingkungan yang baru,

sapi Bali juga cepat berkembang biak dengan angka kelahiran 40% - 85%

(Martojo, 1988).

Salah satu sapi asli di dunia adalah sapi Bali dan merupakan sapi yang

mempunyai beberapa karakteristik. Ciri khas sapi Bali (Bos sondaicus) adalah

warna bulunya merah bata dan mempunyai garis belut di sepanjang punggungnya.

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh sapi Bali yaitu terletak pada kemampuan

reproduksinya yang tinggi, mampu menghasilkan kualitas daging dan karkas yang

baik. Persentase produksi karkas juga paling tinggi sehingga cocok untuk

dikembangkan sebagai sapi potong (Guntoro, 2002).

5

Page 6: HASIL MALLE

Keunggulan lain sapi Bali adalah sangat disenangi oleh petani karena

memiliki kemampuan kerja yang baik, reproduksinya sangat subur, tahan caplak,

mampu berkembang biak pada lingkungan yang jelek dan dapat mencapai

persentase karkas 56,6% apabila diberi pakan tambahan konsentrat (Moran,

1978).

Pakan Ternak

Pemberian pakan, baik berupa hijauan maupun konsentrat harus

diperhitungkan dengan cermat. Jika jumlah pakan yang diberikan sangat terbatas,

akan menyebabkan terjadinya kompetisi dalam memperebutkan pakan. Akibatnya

sapi-sapi yang kuat akan pesat pertumbuhannya, sedangkan sapi yang lemah

pertumbuhannya lambat. Sebaliknya, jika pemberian pakan sangat berlebihan,

tidak ada kompetisi dalam memperebutkan pakan. Akibatnya sapi-sapi yang kuat

akan pesat pertumbuhannya, sedangkan sapi yang lemah pertumbuhannya lambat.

Sebaliknya, jika pemberian pakan sangat berlebihan, tidak ada kompetisi, tetapi

sisa pakan yang tidak terkonsumsi merupakan pemborosan (Abidin,2002)

Abidin (2002) menyatakan bahwa ada beberapa syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh suatu pakan yang akan diberikan pada ternak yaitu murah, disukai

oleh ternak (palatabilitas) dan mudah diperoleh serta tidak bersaing dengan

kebutuhan pakan manusia

Salah satu cara baru yang dapat diterapkan dalam upaya penggemukan

sapi potong adalah dengan menggunakan pakan tambahan. Pakan tambahan

berupa suatu bahan yang mengandung koloni mikrobe terpilih dan digunakan

6

Page 7: HASIL MALLE

untuk mengatur keseimbangan mikroorganisme di dalam rumen (alat pencernaan)

(Guntoro, 2002)

Pemberian pakan tambahan merupakan salah satu upaya teknologi

penggemukan sapi modern. Mikrobe didalam pakan tambahan akan menghasilkan

enzim yang menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan begitu daya cerna

pakan oleh sapi lebih efesien sehingga akan meningkatkan berat badan ( Sugeng,

2006).

Manfaat daun Kelor (Moringa oliefera)

Tumbuhan yang mempunyai nama latin Moringa oleifera atau dalam bahasa

inggris disebut drumstick plant ini masuk kedalam famili Moringaceae. Tanaman

kelor diberbagai belahan dunia menjadi tanaman yang merupakan jenis sayuran

yang sarat nutrisi dan mempunyai berbagai jenis kegunaan. Secara fisik sosok

tanama kelor dapat tumbuh mencapai tinggi 10 meter, akan tetapi seringkali

dipotong secara rutin agar ketinggiannya tetap 1 meter agar daun dan

buahnya dapat dicapai oleh tangan. Tanaman kelor ini dapat tumbuh dari daerah

tropika panas hingga daerah subtropik dan dapat tumbuh dengan baik pada tanah

berpasir akan tetapi mampu beradaptasi pada tanah yang miskin unsure hara dan

daerah pantai. (Firsonigosa, 2008)

Berdasarkan data kelor di atas merupakan tanaman yang paling multiguna,

hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan.

Sebagai pakan ternak dan unggas dan di beberapa kawasan ada bagian yang

dijadikan serbuk untuk mengobati penyakit-penyakit endemis. Seringkali kita

jumpai ada sebagian orang yang mengatakan bahwa sayuran dari tanaman kelor

7

Page 8: HASIL MALLE

merupakan tanaman yang tidak bergengsi, makanan kambing dan tanaman pagar.

Perlu diketahui bahwa tanaman kelor ini justru merupakan tanaman yang

potensial untuk mengatasi gizi buruk, meningkatkan ketahanan pangan, mendoron 

pembangunan pedesaan dan mendukung pengelolaan tanah yang berkelanjutan.

(Anonim, 2007).

Daun tanaman kelor mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi

dengan kandungan beta karoten, vitamin C, Protein, besi dan Kalium. Daun kelor

ini dapat dimasak seperti ketika memasak bayam yang dimasak ketika masih

segar. Selain dimasak dalam keadaan segar, daun kelor dapat pula dikeringkan

dan dibuat serbuk untuk dijadikan bumbu dan sup. Daun kelor juga mempunyai

fungsi pengobatan karena banyak mengandung kalsium dan pospor. Berikut ini

fakta tersembunyi dari daun kelor :

Kandungan Vitamin C-nya setara dengan 6 kali vitamin C buah jeruk,

sangat bermanfaat untuk mencegah berbagai macam penyakit termasuk flu

dan demam

Kandungan Vitamin A-nya 4 kali lipat dari wortel untuk mencegah

penyakit mata, kulit, hati dan diare

Kandungan kalsiumnya 4 kali kalsium susu, berguna untuk membentuk

tulang dan gigi yang kuat

Kandungan Kaliumnya 3 kali kandungan kalium dalam pisang yang sangat

penting untuk perkembangan otak dan syaraf.

Kandungan proteinnya sama dengan kandungan protein telur, penting

untuk daya tahan sel tubuh kita.

8

Page 9: HASIL MALLE

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman kelor penting dalam

mengatasi gizi buruk terutama bagi bayi dan balita serta ibu menyusui. Tiga

lembaga swadaya yang mempunyai perhatian terhadap nutrisi mengklaim bahwa

tanaman kelor merupakan nutrisi untuk daerah tropis. Daunnya dapat dikonsumsi

segar, dimasak atau disimpan dalam bentuk serbuk untuk persediaan beberapa

bulan tanpa harus dimasukkan kedalam lemari pendingin tanpa kehilangan

kandungan nutrisi. Dasar rekomendasi kelor sebagai sumber nutrisi di daerah

tropis karena kelor di daerah tropis mempunyai daun yang lebat bahkan sampai

akhir musim kemarau ketika bahan makanan relatif langka. (Anonim, 2007)

Sejak dahulu, tanaman kelor telah digunakan oleh nenek moyang kita

sebagai tanaman untuk sayur, obat atau sebagai lalapan. Tanaman ini adalah

tanaman yang toleran terhadap musim kemarau yang panjang, dan bertahan hidup

dengan merontokkan daunnya pada saat kemarau. Kelor termasuk jenis tumbuhan

perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 5 -11 meter. Pohon Kelor tidak

terlalu besar, batang kayunya mudah patah dan cabangnya agak jarang tetapi

mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran

kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. (Anonim, 2007)

Daun kelor juga telah banyak digunakan sebagai pakan ternak, terutama

sapi dan kambing maupun pupuk hijau karena terdapat zat-zat nutrisi di dalamnya

seperti, protein, karbohidrat, mineral serta vitamin. Akar kelor sering digunakan

sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu makan, tetapi bila terlalu

banyak dikonsumsi ibu yang sedang mengandung dapat menyebabkan keguguran.

Dikenal sebagai jenis tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan sejak lama.

9

Page 10: HASIL MALLE

Daunnya majemuk, menyirip ganda, dan berpinak daun membundar kecil-kecil.

Bunganya berwarna putih kekuningan. Buahnya panjang dan bersudut-sudut pada

sisinya. Remasan daunnya dipakai sebagai parem penutup bekas gigitan anjing dan

dapat dibalurkan pada payudara ibu yang menyusui untuk menahan mengucurnya

ASI yang berlebihan. (Firsonigosa,2008).

Tanaman kelor mengandung gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk

perbaikan gizi. Terbukti bahwa kelor telah berhasil mencegah wabah kekurangan

gizi di beberapa negara di Afrika dan menyelamatkan banyak nyawa anak-anak dan

ibu-ibu hamil.  Dilihat dari nilai gizinya kelor adalah tanaman berkhasiat sejati

(miracle tree), artinya tanaman ini bisa dimanfaatkan dari akar, batang, buah dan

daun serta mengandung gizi tinggi. Kandungan gizi daun kelor segar (lalapan), 

setara dengan; 4x vitamin A yang dikandung wortel,  7x vitamin C yang

terkandung pada jeruk, 4x mineral Calsium dari susu, 3x mineral Potassium pada

pisang, 3/4x zat besi pada bayam, dan 2x protein dariyogurt. Sedangkan kandungan

gizi daun kelor yang dikeringkan setara dengan; 10x vitamin A yang dikandung

wortel,  1/2x vitamin C yang terkandung pada jeruk, 17x mineral Calsium dari

susu, 15x mineral Potassium pada pisang, 25x zat besi pada bayam, dan 9x protein

dari yogurt (Firsonigosa, 2008).

10

Page 11: HASIL MALLE

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan Gizi yang

terdapat pada Tanaman Kelor.

Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Kelor (Moringa Oleifera) (Per 100 g)

 Kandungan Biji Daun Tepung daunKadar Air (%)CaloriProtein (g)Lemak (g)Carbohydrate (g)Fiber (g)Minerals (g)Ca (mg)Mg (mg)P (mg)K (mg)Cu (mg)Fe (mg)S (mg)Oxalic acid (mg)Vitamin A - B carotene (mg)Vitamin B -choline (mg)Vitamin B1 -thiamin (mg)Vitamin B2 -riboflavin (mg)Vitamin B3 -nicotinic acid (mg)Vitamin C -ascorbic acid (mg)Vitamin E -tocopherol (mg)Arginine (g/16g N)Histidine (g/16g N)Lysine (g/16g N)Tryptophan (g/16g N)Phenylanaline (g/16g N)Methionine (g/16g N)Threonine (g/16g N)Leucine (g/16g N)Isoleucine (g/16g N)Valine (g/16g N) 

86.9262.50.13.74.82.030241102593.15.313710

0.114230.050.070.2

120-

3.61.11.50.84.31.43.96.54.45.4

75.0926.71.713.40.92.344024702591.17

1371016.84230.210.050.8

220-

6.02.14.31.96.42.04.99.36.37.1

7.520527.12.338.219.2

-2,003368204

1,3240.5728.2870

1.6%16.3

-2.6420.58.2

17.3113

1.33%0.61%1.32%0.43%1.39%0.35%1.19%1.95%0.83%1.06%

Sumber : Firsonigosa, 2008

11

Page 12: HASIL MALLE

Lama Bunting

Fetus dalam kandungan perut induknya selalu berkembang, perkembangan

terakhir dengan pertambahan berat badan rata-rata 1- 1,5 poun/hari bahkan

kadang lebih. Secara sederhana kebuntingan dapat diamati 21 setelah tanda-

tanda birahi, berarti kebuntingan telah terjadi namun apabila tanda-tanda birahi

muncul lagi berarti perkawinan perlu diulang. Cara lain yang dapat dilakukan

adalah dengan perabaan yang hanya dilakukan oleh petugas yang terlatih dan

berpengalaman. Lama bunting sapi bali berkisar 280-285 hari. Setelah anak

sapi lahir, induk sapi dapat dikawinkan lagi setelah 3 bulan melahirkan. Untuk

menjaga kebuntingan , sapi bunting harus dipisahkan dari sapi lainnya.

Hematologis Sapi Bali

Frandson (1996), menyatakan bahwa darah terdiri dari sel-sel yang

terendam dalam cairn yang disebut plasma. Sebagian besar sel-sel darah berada di

dalam pembuluh-pembuluh, akan tetapi leukosit dapat bermigrasi melintasi

dinding pembuluh darah guna melawan infeksi.

Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah

mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah

metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan hormone dari kelenjar endokrin ke

target organ tubuh (Swenson, 1984) selanjutnya dikatakan bahwa darah juga

berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan

temperature tubuh serta sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit.

12

Page 13: HASIL MALLE

Darah mengandung sekitar 80% air dan 20% bahan organic, sedangkan

bahan anorganik kurang dari 1%. Viskositas darah adalah 3 sampai 5 kali

viskositas air, derajat keasaman (pH) berkisar antara 7 – 7,8, mempunyai sistem

buffer, kemampuan mempertahankan pH darah di dalam batas-batas yang relatif

sempit karena adanya buffer kimia terutama natrium bikarbonat (Swenson, 1984).

Hemoglobin(Hb)

Menurut Srigandono (1996) hemoglobin merupakan senyawa organik

yang mengandung ferrum (zat besi) dan yang memberi warna merah pada eritrosit

dalam darah. Hemoglobin berperan sangat penting dalam mengangkut O2 dari

paru-paru ke jaringan.

Mitruka dan Rawnsley (1981) ,menyatakan bahwa hemoglobin adalah zat

besi yang mengandung gabungan protein (heme + globin). Molekul hemoglobin

terdiri dari satu molekul globin dihubungkan dengan empat molekul heme dan

masing-masing dapat diputar mengikat empat molekul oksigen membentuk

oksihemoglobin.

Fungsi utama dari hemoglobin adalah sebagai transport oksigen dari paru-

paru ke jaringan dan sebaliknya membawa karbodioksida darah dan membantu

regulasi asam-asam melalui CO2 dalam paru-paru serta buffer dari imidazole histidin

hemoglobin (Benjamin, 1994), selanjutnya Phillis (1976) menyatakan bahwa

hemoglobin berfungsi sebagai pigmen respiratoris darah dan sebagai bagian dari

system buffer intrinsik darah. Oksigen tersedia dan dibebaskan secara mudah oleh

kandungan atom Fe dalam molekul hemoglobin sambil darah melintasi kapiler paru-

paru.

13

Page 14: HASIL MALLE

Penentuan Nilai Hematokrit

Hematokrit value adalah volume eritrosit (butiran darah merah) terhadap

volume darah secara keseluruhan. Penentuan nilai hematokrit (dengan pemberian

zat anti gumpal), setelah itu disentrufuge. Sel-sel darah merah akan berkumpul

pada bagian bawah tabung dan sebagai patokan kasar nilai hematokrit sapi 40 %

sel darah merah.

Volume sel dalam sirkulasi darah biasanya lebih sedikit dari pada volume

plasma dan pada hewan normal hematokrit secara langsung berhubungan dengan

jumlah eritrosit dan kandungan hemoglobin (Swenson, 1984). Lebih lanjut

Mitruka dan Rawsley (1981) menyatakan bahwa hematokrit merupakan ukuran

proporsi dari sel darah merah dengan plasma dalam darah periperial. Hematokrit

tubuh memberi ratio dari massa total eritrosit dengan volume total darah.

Gambaran hematologi sapi : Hematokrit dan Hemoglobin

Ada banyak variasi nilai normal dalam spesies hewan. Umumnya pada

sebagian besar darah hewan normal nilai hemoglobinnya antara 13 sampai 15

gram per 100 mililiter (Swenson,1970; Benyamin, 1978; Mitruka dan Rawnsley,

1981; Phillis, 1976). Sedangkan sebagian besar hewan piaraan mempunyai nilai

hematokrit dari 38 sampai 40% dengan rata-rata 40% (Swenson,1984).

Ditekankan bahwa jika hewan eksperimen tidak dipelihara dibawah

kontrol kondisi dengan hati-hati, maka nilai hematologis dapat bervariasi.

Hematokrit dan hemoglobin relatife tinggi pada kelahiran dan menurun setelah

sapi mendapatkan colostrums sebagai akibat dari pengenceran plasma (Mitruka

dan Rawnsley, 1981). Jumlah hemoglobin berubah-ubah seperti jumlah eritrosit

14

Page 15: HASIL MALLE

dengan hypoxia sebagai stimulus utama peningkatan produksi hemoglobin

(Phillis, 1976).

Nilai total hematokrit dan kadar hemoglobin sapi-sapi Indonesia oleh

beberapa peneliti, disajikan pada table 1.

Tabel 2. Nilai Total Hematokrit dan Kadar Hemoglobin Sapi-sapi

Indonesia oleh Beberapa peneliti

no Uraian PCV (%) Hb (g/100 ml)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Sapi Bali di Bali (Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Bali umur satu tahun (Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Bali jantan 1 tahun (Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Frisian Holstein(Ginting, 1984)

Sapi ongole (Ginting, 1987)

Sapi Madura (Ginting, 1987)

Sapi Bali (Thahar dan Moran, 1978)

Sapo Ongole (Thahar dan Moran, 1978)

29,06

29,6

30,1

33,9

33,5

31,8

42,00

39,00

8,97

9,20

9,49

14,7

11,5

11,31

17,28

15,04

Sumber : Data hasil penelitian Marcelinus V, 1994

15

Page 16: HASIL MALLE

Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit mengandung hemaglobin dan berfungsi sebagai transpor oksigen.

Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan lingkaran tepi tipis dan tebal ditengah,

eritrosit kehilangan intinya sebelum masuk sirkulasi. Pembentukan sel darah

merah (”erithropoiesis”) terjadi di sum-sum tulang. Pada fetus eritrosit dibentuk

juga di dalam hati dan limpa. Eritrhopoiesis merupakan suatu proses yang kontinu

dan sebanding dengan tingkat pengrusakan sel darah merah. Erithtopoiesis diatur

oleh mekanisme umpan balik dimana prosesnya dihambat oleh peningkatan level

sel darah merah yang bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia (Swenson, 1984).

Leukosit (Sel Darah Putih)

Perbedaan sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu

mempunyai inti sel dan sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit

lebih sedikit dari eritrosit yaitu 5000-9000/mm3. Leukosit diklasifikasikan

berdasarkan ada tidaknya granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit

dan agranulosit. Granulosit terdiri dari netrofil , basofil dan eosinofil, sedangkan

agranulosit atas limposit dan monosit. Jumlah total sel darah putih dinyatakan

dengan 109/l, sedangkan jumlah total darah merah dinyatakan dengan 1012/l

(Swenson, 1984).

Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai

variasi yang berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis

16

Page 17: HASIL MALLE

hewan,bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut

(Sonjaya,2005).

Faktor Nutrisi dalam Status Hematologi

Pengaruh pakan telah dilaporkan dapat menyebabkan perubahan status

hematologi ternak (Anonim,2007). Rata-rata jumlah sel darah merah yang rendah

di Pulau Jawa di duga adalah akibat malnutrisi terutama mineral Fe (Ginting,

1984).

Menurut Hoffbrand dan Pettit (1987) bahwa oleh karena sangat besar

jumlah sel darah yang harus di produksi setiap hari, maka sum-sum memerlukan

banyak prekursor untuk mensintesis sel baru dan sejumlah besar hemoglobin.

Golongan zat yang dibutuhkan dalam pembentukan darah adalah : 1) logam : besi,

mangan dan kobalt, 2) vitamin : cianokobalamin, folafat, piridoksin, tiamin,

riboflavin, asam pantotenat, vitamin C dan vitamin E, 3) asam amino, 4) hormon :

erithropoietin, androgen dan tiroksin. Mineral Ca dan Vitamin K diperlukan

dalam pembekuan darah (Anggorodi,1984).

17

Page 18: HASIL MALLE

Tabel 3. Nilai Total Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi-sapi

Indonesia oleh Beberapa Peneliti

No Uraian SDM(juta/mm3)

SDP (ribu/mm3)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Sapi Bali di Bali(Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Bali umur 1 tahun(Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Bali jantan umur 1 tahun(Wahyuni dan Matram, 1983)

Sapi Friesien Holstein(Ginting,1984)

Sapi Ongole (Ginting,1987)

Sapi Bali di Sulawesi Selatan(Jatman, 1993)

Sapi Bali (Tahar dan Moran,1978)

Sapi Ongole (Tahar dan Moran, 1978)

5,649

5,790

5,900

5,600

6,500

4,899

5,690

7,010

6,87

6,886

7,026

6,300

9,000

6,852

8,940

8,460

Sumber : Data hasil penelitian Hikmah,1994

Faktor Umur dan Jenis Kelamin dalam Status Hematologis

Status hematology ternak menyangkut nilai-nilai parameter darah seekor

ternak. Parameter darah yang umum digunakan adalah kadar hemoglobin, nilai

hematokrit, jumlah sel darah merah dan sel darah putih serta deferensiasi sel darah

putih. Nilai parameter darah tersebut dapat berbeda oleh karena berbagai factor

dan Faktor penting yang mempengaruhi status hematology adalah: umur, jenis

kelamin, status, ketinggian wilayah atau tempat, pakan dan keseimbangan air

tubuh (Dallmann dan Brown, 1989).

18

Page 19: HASIL MALLE

Hughes dan Wickramasinghe (1995), menyatakan bahwa pada umur muda

hampir semua rongga-rongga sumsum tulang berisi sel-sel hemopoiesis darah

merah dan sedikit sel-sel lemak. Setelah tua hemopoiesis aktif kira-kira setengah

dari jumlah sum-sum tulang terdiri atas sel-sel lemak.

Menurut Trankle dan Marple (1983), jenis kelamin merupakan faktor yang

penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak, dimana perbedaan jenis

kelamin erat hubungannya dengan aktifitas fisiologi dari ternak tersebut dan ada

kecendurungan dengan bertambahnya umur, nilai parameter darah semakin

menurun dan nilai pada jantan lebih tinggi dibanding dengan betina.

19

Page 20: HASIL MALLE

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2011

bertempat di Kelurahan Tanah Loe, Kacamatan Pajjukukang, Kab. Bantaeng,

Propinsi Sulawesi Selatan dan di laboratorium Fisiologi Ternak.

Materi Penelitian

Materi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sapi Bali bunting 6

– 7 bulan sebanyak 20 ekor induk sapi Bali bunting yang dialokasikan dalam dua

perlakuan. Pemberian dedak sebanyak 1 kg/ekor/hari dengan penambahan daun

kelor (Moringa oliefera) yang sudah kering sebanyak 0,25 kg/ekor/hari serta

larutan HCl 0,1 N, larutan hayem, larutan turk, antikoagulan.

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah adalah kandang jepit,

tabung raeksi, spoit, tabung Sahli, mikro hematokrit, venojet, pipa kapiler, termos

es, kamar hitung dan pipet tetes.

Metode Penelitian.

Penelitian ini akan menggunakan 20 ekor sapi Bali bunting yang dibagi

dalam dua kelompok yaitu :

Kelompok pertama adalah kelompok perlakuan menggunakan 10 induk

sapi bali bunting pemberian dedak yang di tambahkan dengan daun kelor

pada pagi hari, dan pakan hijauan berupa rumput pada sore hari secara ad-

libitium.

20

Page 21: HASIL MALLE

Kelompok kedua adalah kelompok kontrol menggunakan 10 induk sapi

Bali bunting pemberian dedak pada pagi hari tanpa daun kelor dan pakan

hijauan berupa rumput pada sore hari ad-libitium.

Parameter yang Diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah nilai hematokrit, kadar

hemoglobin (Hb), sel darah merah dan sel darah putih.

Prosedur Kerja

1. Nilai Hematokrit (Swenson, 1984)

Pengambilan sampel darah dilakukan pada sapi Bali bunting. Nilai

hematokrit ditentukan dengan memasukan darah yang telah diberi anti koagulan

kedalam pipa kapiler sekitar tiga perempat kemudian salah satu ujung kapiler

ditutup dengan wax (malam), setelah itu kadar hematokrit dibaca dengan

menggunakan tabel mikrohematikrit.

2. Kadar Hemoglobin (Swenson, 1984)

Kadar hemoglobin (Hb) darah di ukur dengan menggunakan metode

Sahli. Kedalam tabung Sahli diisi HCl 0,1 N sampai garis bawah (tanda 2 gms)

lalu dengan pipa haemometer, darah diisap dari tabung penampungan dan

dimasukaan kedalam tabung yang berisi HCl. Kocok tabung hingga terbentuk

warna coklat setelah itu masukan aquades setetes demi setetes sampai warna

larutan sama dengan dengan warna tabung kaca standar yang ada pada alat

Haemometer.

21

Page 22: HASIL MALLE

3. Sel Darah Merah (Swenson, 1984)

Menghitung jumlah sel darah merah dilakukan dengan cara mengisap

darah dengan pipet sampai angka 0,5, kemudian mengisap cairan hayem sampai

angka 101, lalu melepaskan pembuluh karet dari pipet, memegang pipet dengan

ibu jari kemudian mengeceknya. Setelah itu meletakkan pada kamar hitung, dan

mengamatinya di bawah mikroskop. Perhitungan dilakukan pada bagian bertanda

R dengan lima buah kotak, kemudian menghitung sel darah merah yang terletak

dan menyinggung garis batas sebelah kiri atas, jumlah sel darah merah yang

diperoleh kemudian dikalikan dengan angka 10.000 dengan faktor pengenceran

200 kali.

4. Sel Darah Putih (Swenson, 1984)

Menghiung jumlah sel darah putih dengan cara mengisap darah

hingga angka 0,5 dengan menggunakan pipet, lalu mengisap larutan turk sampai

angka 11, kemudian melepas pembuluh karet dari pipet dan pipet dipegang

dengan ibu jari dan telunjuk kemudian mengeceknya. Setelah itu meletakkan ke

dalam kamar hitung dan mengamati dibawah mikroskop. Perhitungan dilakukan

pada kotak persegi bertanda W (W1, W2, W3,W4) kemudian mengalikan 50

dengan menggunakan pengenceran 50 kali.

22

Page 23: HASIL MALLE

Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan keadaan status hematologis ternak yang

digunakan Uji T-Student (Sudjana, 1996). Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut:

t =

s2 =

Keterangan:

t = Parameter yang di ukur

x1 = Rata-rata perlakuan sapi Bali bunting yang diberi daun kelor

x2= Rata-rata perlakuan sapi Bali bunting yang tidak diberi daun kelor

s = Simpangan baku rataan

s1 = Simpangan baku sapi Bali bunting yang diberi daun kelor

s2= Simpangan baku sapi Bali bunting yang tidak diberi daun kelor

n1 = Banyaknya jumlah sapi Bali bunting yang diberi daun kelor

n2= Banyaknya jumlah sapi Bali bunting yang tidak diberi daun kelor

Hasil Analisis Bahan

No Kode Air Protein Kasar

Lemak Kasar

Serat Kasar

BETN Abu Ca P

1 Daun Kelor 15,75 27,93 9,22 24,43 28,00 10,42 2,58 0,382 Rumput 10,08 11,84 4,24 36,43 37,05 10,44 0,51 0,373 Dedak Kasar 9,80 6,02 2,38 47,76 22,69 21,15 0,17 0,46

Sumber : Data Hasil Laboratorium Kimia Dan Makanan Ternak, 2011

23

Page 24: HASIL MALLE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Hemoglobin

Data pengamatan kadar hemoglobin pada sapi Bali bunting dengan

berbagai perlakuan dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Nilai rataan pengaruh pemberian daun kelor terhadap kadar hemoglobin sapi bali bunting.

Periode Kontrol Perlakuan

1 8,16 8,48

2 8,84 9,88

3 9,56 10,8

4 9,88 11,56

Keterangan : Rataan yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% (P<0,05).

Berdasarkan hasil uji rancangan acak lengkap pada Tabel 4 menunjukkan

bahwa pakan yang diberi daun kelor dengan pakan tanpa daun kelor berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap kadar hemoglobin, dilanjutkan dengan hasil uji-BNT

menunjukkan bahwa periode IV lebih tinggi dari pada periode I, II, dan III. Hal

ini disebabkan karena sapi yang diberi pakan dengan tambahan daun kelor lebih

mudah dalam mencerna makanannya dengan kata lain zat-zat nutrisi lebih banyak

diserap oleh tubuh sehingga proses pembentukan sel-sel darah berlangsung

dengan baik akibatnya kadar hemoglobin pada pakan yang hal ini sesuai dengan

pendapat Bakar (2001) yang menyatakan bahwa daun kelor merupakan

mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi pakan

24

Page 25: HASIL MALLE

ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen daun kelor

dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat mutasi pada ternak. Pendapat tersebut

didukung oleh Guntoro (2002) yang menyatakan bahwa daun kelor merupakan

pakan tambahan yang dapat meningkatkan efesiensi pakan yang dapat membantu

proses fermentasi dalam rumen sehingga berjalan lebih efesien dan aktivitas

mikroba rumen pencerna dinding sel akan meningkatkan penyerapan zat-zat

nutrisi lebih baik.

Adanya perlakuan penambahan daun kelor pada pakan membuat

perubahan kadar hemoglobin sehingga kemungkinan dapat juga dipengaruhi oleh

faktor perbaikan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Schalm (1975) bahwa

kadar hemoglobin dapat mengalami perubahan karena pengaruh pakan, sistem

pemeliharaan dan pengendalian penyakit.

Terdapatnya perbedaan nyata pada perlakuan menunjukkan bahwa

perlakuan dengan pakan tambahan daun kelor memberikan hasil tertinggi terhadap

kadar hemoglobin. Penelitian ini memberikan informasi bahwa pemberian pakan

tambahan berupa daun kelor dapat meningkatkan kadar hemoglobin.

25

Page 26: HASIL MALLE

Nilai Hemaktokrit

Data pengamatan nilai hemaktokrit pada sapi Bali bunting dengan

berbagai perlakuan dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Nilai rataan pengaruh pemberian daun kelor terhadap nilai hemaktokrit sapi bali bunting.

Periode Kontrol Perlakuan

1 27 27,2

2 29,6 39

3 33,2 46,8

4 36 50,4

Keterangan : Rataan yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% (P<0,05).

Berdasarkan hasil uji rancangan acak lengkap pada Tabel 5 menunjukkan

bahwa pakan yang diberi daun kelor dengan pakan tanpa daun kelor berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap nilai hematokrit, dilanjutkan dengan hasil uji-BNT

menunjukkan bahwa periode IV jauh lebih tinggi dari pada periode I, II, dan III.

Hal ini disebabkan karena sapi yang diberi pakan dengan tambahan daun kelor

lebih mudah dalam mencerna makanannya dengan kata lain zat-zat nutrisi lebih

banyak diserap oleh tubuh sehingga proses pembentukan sel-sel darah

berlangsung dengan baik akibatnya nilai hematokrit pada pakan yang hal ini

sesuai dengan pendapat Bakar (2001) yang menyatakan bahwa daun kelor

merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi

pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen daun

kelor dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat mutasi pada ternak. Pendapat

26

Page 27: HASIL MALLE

tersebut didukung oleh Guntoro (2002) yang menyatakan bahwa daun kelor

merupakan pakan tambahan yang dapat meningkatkan efesiensi pakan yang dapat

membantu proses fermentasi dalam rumen sehingga berjalan lebih efesien dan

aktivitas mikroba rumen pencerna dinding sel akan meningkatkan penyerapan zat-

zat nutrisi lebih baik.

Adanya perlakuan penambahan daun kelor pada pakan membuat

perubahan nilai hematokrit sehingga kemungkinan dapat juga dipengaruhi oleh

faktor perbaikan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Schalm (1975) bahwa

nilai hematokrit dapat mengalami perubahan karena pengaruh pakan, sistem

pemeliharaan dan pengendalian penyakit.

Terdapatnya perbedaan nyata pada perlakuan menunjukkan bahwa

perlakuan dengan pakan tambahan daun kelor memberikan hasil tertinggi terhadap

nilai hematokrit. Penelitian ini memberikan informasi bahwa pemberian pakan

tambahan berupa daun kelor dapat meningkatkan nilai hematokrit.

27

Page 28: HASIL MALLE

Sel Darah Merah

Data pengamatan sel darah merah pada sapi Bali bunting dengan berbagai

perlakuan dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Nilai rataan pengaruh pemberian daun kelor terhadap sel darah merah sapi bali bunting.

Periode Kontrol Perlakuan

1 3466000 5672000

2 4670000 6612000

3 5672000 7512000

4 6574000 8676000

Keterangan : Rataan yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 1% (P<0,01).

Berdasarkan hasil uji rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa pakan

yang diberi penambahan daun kelor dan pakan tanpa daun kelor menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,01) terhadap sel darah merah, dilanjutkan hasil uji-BNT

menunjukkan bahwa periode I lebih tinggi dari pada periode II, III dan IV.

Keadaan ini dapat dikatakan bahwa pada kelompok sapi yang diberi pakan

tambahan daun kelor mengalami kemudahan dalam mencerna pakan sehingga zat-

zat nutrisi yang diserap oleh tubuh lebih mudah dalam memproses pembentukan

sel darah merah.

Peningkatan jumlah sel darah merah mungkin merupakan akibat langsung

dari perbaikan pakan dan manajemen yaitu tersedianya zat gizi untuk

eritrhropoiesis dalam jumlah yang cukup (Hofbrand dan Pettit, 1987). Faktor lain

yang mungkin mempengaruhi adalah peningkatan kebutuhan oksigen untuk laju

28

Page 29: HASIL MALLE

metabolisme sehingga akan merangsang erithropoiesis untuk memproses

pembentukan sel darah merah (Frandson, 1996).

Variasi jumlah sel darah merah dapat pula dipengaruhi oleh faktor

fisiologi dan patologis (Schalm, 1975). Hal ini dapat meningkatkan penggunaan

energi dan nutrient untuk pertumbuhan.

Adanya perbedaan nyata pada perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan

dengan pakan tambahan daun kelor menyebabkan tingginya jumlah sel darah

merah sehingga penelitian ini memberikan informasi bahwa pemberian pakan

tambahan berupa daun kelor dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Hal ini

didukung oleh Yasa, dkk (2004) yang menyatakan bahwa pemberian daun kelor

dapat meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah), hemoglobin, leukosit (sel

darah putih), protein total darah dan nilai hematokrit sapi Bali sehingga

berdampak positif terhadap pertumbuhan ternak.

29

Page 30: HASIL MALLE

Sel Darah Putih

Data pengamatan sel darah putih pada sapi Bali bunting dengan berbagai

perlakuan dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7. Nilai rataan pengaruh pemberian daun kelor terhadap sel darah putih sapi bali bunting.

Periode Kontrol Perlakuan

1 5380 7950

2 6040 8330

3 7080 8700

4 7510 9080

Keterangan : Rataan yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% (P<0,05).

Berdasarkan hasil uji rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa pakan

yang diberi penambahan daun kelor dan pakan tanpa daun kelor menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05) terhadap sel darah putih, dilanjutkan hasil uji-BNT

menunjukkan bahwa periode I lebih tinggi dari pada periode II, III dan IV.

Keadaan ini dapat dikatakan bahwa pada kelompok sapi yang diberi pakan

tambahan daun kelor mengalami kemudahan dalam mencerna pakan sehingga zat-

zat nutrisi yang diserap oleh tubuh lebih mudah dalam memproses pembentukan

sel darah putih.

Peningkatan jumlah sel darah putih mungkin merupakan akibat langsung

dari perbaikan pakan dan manajemen yaitu tersedianya zat gizi untuk

eritrhropoiesis dalam jumlah yang cukup (Hofbrand dan Pettit, 1987). Faktor lain

yang mungkin mempengaruhi adalah peningkatan kebutuhan oksigen untuk laju

30

Page 31: HASIL MALLE

metabolisme sehingga akan merangsang erithropoiesis untuk memproses

pembentukan sel darah putih (Frandson, 1996).

Variasi jumlah sel darah putih dapat pula dipengaruhi oleh faktor fisiologi

dan patologis (Schalm, 1975). Hal ini dapat meningkatkan penggunaan energi dan

nutrient untuk pertumbuhan.

Adanya perbedaan nyata pada perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan

dengan pakan tambahan daun kelor menyebabkan tingginya jumlah sel darah

putih sehingga penelitian ini memberikan informasi bahwa pemberian pakan

tambahan berupa daun kelor dapat meningkatkan jumlah sel darah putih. Hal ini

didukung oleh Yasa, dkk (2004) yang menyatakan bahwa pemberian daun kelor

dapat meningkatkan jumlah eritrosit (sel darah merah), hemoglobin, leukosit (sel

darah putih), protein total darah dan nilai hematokrit sapi Bali sehingga

berdampak positif terhadap pertumbuhan ternak.

31

Page 32: HASIL MALLE

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

- Sapi Bali yang diberikan pakan daun kelor mempunyai nilai kadar hemoglobin

dan hematokrit yang meningkat

- Nilai sel darah merah dan sel darah putih pada pakan yang diberikan daun

kelor masih dalam kisaran darah sapi normal.

32

Page 33: HASIL MALLE

DAFTAR PUSTAKA

Abidin.Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta

Agustina, D.2006. Pemberian Suplemen Katalitik dan Daun Kelor pada Domba. Tesis. Sekolah Pascarsajana IPB. Bogor.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi Kedua. PT Gramedia, Jakarta.

Anonim. 2007. The Merc Veteriner Manual. 5th Ed. Merck and Co. Inc, Rahway, New york.

BAKAR, A.2001. Karakteristik Karkas dan Kualitas Daging Sapi yang Mendapat Pakan Mengandung Daun Kelor, Prosiding Seminar Nasional Puslitbang Peternakan, Balai Penelitian Pengembangan Pertanian , Bogor

Benjamin, M .M dalam Marcelinus V. 1994. Outline o f Veterinary Clinical Pathology. 3 rd Ed. The lowa State University Pres, Lowa.

Dallmann, H.D. and E. M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Jilid I. Edisi III. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Data Dirjen Peternakan, 2008 Potret Komoditas Daging Sapi. http://docs.geogle.com

Firsonigosa. 2008. Kelor (Moringa oliefera) Tanaman Bermanfaat Berantas Gizi Buruk. http://www. blogster.com. Diakses 20 Mei 2010.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Fuller, R., 1999. Probiotics for farm animal. In Gerald W. Tannock, 1999. Probiotics ACritical Review. Horizon Scientific Press, Wymondham, U.K.

Ginting, N. 1984. Gambaran Darah Sapi Frisien Holstein diBogor dan Pontianak. Penyakit Hewan 16 : 2224-227

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.

Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Gadjah Mada University. Press. Yogyakarta.

Hanafi, 2007. Cara Menggemukkan Sapi Potong. http://www.poultry.com diakses tanggal 22 maret 2011.

33

Page 34: HASIL MALLE

Hikmah, 1994. Pertumnuhan, Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Saoi Bali Bunting dari Beberapa Daerah Di Sulawesi Selatan yang Dipelihara Intensif. (Skripsi) Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang

Hughes, N. C. dan Wickramasinghe, S. N. 1995. Catatan Kuliah Hematologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987. Kapita Selekta Haematologi. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : I Darmawan. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Marcelinus, V.1994. Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit dan Pertumbuhan Sapi Bali Bunting dari Beberapa Daerah Di Sulawesi Selatan Yang dipelihara Intensif. (Skripsi) Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Mitruka, B. M. and H.M. Rawnsley. 1981. Clinical Biochemical and Haematological Reference Values in Normal Experimental Animals and Normal Humans 2 nd Ed. Massons Publishin USA Inc. New York.

Martojo, H. 1988. Performans Sapi Bali dan Persilanggannya. Dalam “Seminar Eksport Ternak Potong”. Jakarta.

Moran, J.B. 1978. Growth and Carcass Development of Indonesian Beef Breeds. Dalam “Pros. Sem. Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.

Phillis, J. W. 1976. Veterinary Physiology. Bristol Wright. Scientechnica.

Sarwono.2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Gadjad Mada University Press. Yogyakarta.

Sugeng. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Sarwono. 2001. Penggemukan Sapi Potong secara Cepat. Penebar Swadaya. Jakarta

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Swenson, M.J.1984. Dukes Physiologi of Domestic Animals, 10th ed. Ithaca. Cornel University Press.

Trenkle, A and D. N. Marple. 1983. Growt and Development of meat Animal. J. Anim. Sci, 57 : 273-280.

34

Page 35: HASIL MALLE

Yasa, 2004. Pengaruh Penambahan Daun Kelor pada Sapi Bali. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung.

35

Page 36: HASIL MALLE

36

Page 37: HASIL MALLE

Lampiran 1. Kadar Hemaglobin Sapi Bali Bunting Yang Diberi Kontrol

No Kadar Hemoglobin KontrolRata-rataI II III IV

1 8 9,4 9,4 10,2 9,252 9,6 9,4 10,2 10,2 9,853 8,8 9,4 9,4 9,4 9,254 7,2 8 9,4 10,2 8,75 7,2 8 9,4 9,4 8,5

Jumlah 40,8 44,2 47,8 49,4 45,55Rata-rata 8,16 8,84 9,56 9,88 9,11

Lampiran 1. Kadar Hemoglobin Sapi Bali Bunting Yang Diberi Perlakuan

No 

kadar Hemoglobin yang diberi Perlakuan

Rata-rataI II III IV1 8 9,4 10,2 11,2 9,72 8,8 10,2 11,2 11,8 10,53 8,8 10,2 11,2 11,8 10,54 8 9,4 10,2 11,2 9,75 8,8 10,2 11,2 11,8 10,5

Jumlah 42,4 49,4 54 57,8 50,9Rata-rata 8,48 9,88 10,8 11,56 10,18

37

Page 38: HASIL MALLE

Lampiran 2. Nilai Hematokrit Sapi Bali Bunting Yang Diberi Kontrol

No Nilai Hematokrit Kontrol Rata-rata  I II III IV1 26 29 34 36 31,252 27 30 33 35 31,253 28 31 32 36 31,754 29 30 31 34 315 25 28 36 39 32∑ 135 148 166 180 157,25x 27 29,6 33,2 36 31,45

Lampiran 2. Nilai Hematokrit Sapi Bali Bunting Yang Diberi Perlakuan

No 

Nilai Hematokrit yang diberi Perlakuan

Rata-rata

I II III IV1 24 34 43 47 372 27 36 45 43 37,753 30 42 40 54 41,54 29 40 52 56 44,255 26 43 54 52 43,75

Jumlah 136 195 234 252 204,25Rata-rata 27,2 39 46,8 50,4 40,85

38

Page 39: HASIL MALLE

Lampiran 3 : Nilai Sel Darah Merah Sapi Bali Bunting Yang Diberi Kontrol

NoNilai Sel Darah Merah Kontrol

Rata-rataI II III IV1 3200000 4350000 5380000 6420000 48375002 3350000 4520000 5450000 6550000 49675003 3520000 4820000 5710000 6670000 51800004 3430000 4690000 5870000 6350000 50850005 3830000 4970000 5950000 6880000 5407500

Jumlah 1730000 23350000 28360000 32870000 25477500Rata-rata 3466000 4670000 5672000 6574000 5095500

Lampiran 3 : Nilai Sel Darah Merah Sapi Bali Bunting Yang Diberi Perlakuan

NoNilai Sel Darah Merah yang diberi Perlakuan Rata-rata

I II III IV1 5720000 6450000 7100000 8760000 70075002 5350000 6750000 7720000 8970000 71975003 5850000 6320000 7260000 8350000 69450004 5970000 6720000 7650000 8550000 72225005 5470000 6820000 7830000 8750000 7217500

Jumlah 28360000 33060000 37560000 43380000 35590000Rata-rata 5672000 6612000 7512000 8676000 7118000

39

Page 40: HASIL MALLE

Lampiran 4: Nilai Sel Darah Putih Sapi Bali Bunting Yang Diberi Kontrol

NONilai Sel Darah Putih Kontrol Rata-rata

I II III IV1 5500 5900 6150 7250 62002 4850 5750 6950 7150 61753 4900 5600 7100 7400 62504 5600 6350 7550 7850 6837,55 6050 6600 7650 7900 7050

Jumlah 26900 30200 35400 37550 32512,5Rata-rata 5380 6040 7080 7510 6502,5

Lampiran 4 : Nilai Sel Darah Putih Sapi Bali Bunting Yang Diberi Perlakuan

No Nilai Sel Darah Putih Yang diberi Perlakuan Rata-rataI II III IV

1 7650 8050 8450 8750 82252 7950 8250 8500 8950 8412,53 7750 8200 8750 9100 84504 8050 8500 8850 9250 8662,55 8350 8650 8950 9350 8825

Jumlah 39750 41650 43500 45400 42575Rata-rata 7950 8330 8700 9080 8515

Lampiran 1. Tabel Anova Kadar Hemoglobin Darah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

40

Page 41: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:HB

SourceType III Sum

of Squares DfMean Square F Sig.

Corrected Model 8.854a 3 2.951 5.914 .006

Intercept1659.842 1 1659.842

3.326E3

.000

Kontrol 8.854 3 2.951 5.914 .006

Error 7.984 16 .499

Total 1676.680 20

Corrected Total 16.838 19

a. R Squared = .526 (Adjusted R Squared = .437)

Lampiran 2. Hasil Uji BNT Kadar Hemoglobin Darah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

41

Page 42: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

HBLSD

(I) Kontrol

(J) Kontrol

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

1 2 -.6800 .44677 .148 -1.6271 .2671

3 -1.4000* .44677 .006 -2.3471 -.4529

4 -1.7200* .44677 .001 -2.6671 -.7729

2 1 .6800 .44677 .148 -.2671 1.6271

3 -.7200 .44677 .127 -1.6671 .2271

4 -1.0400* .44677 .033 -1.9871 -.0929

3 1 1.4000* .44677 .006 .4529 2.3471

2 .7200 .44677 .127 -.2271 1.6671

4 -.3200 .44677 .484 -1.2671 .6271

4 1 1.7200* .44677 .001 .7729 2.6671

2 1.0400* .44677 .033 .0929 1.9871

3 .3200 .44677 .484 -.6271 1.2671

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .499.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 3. Tabel Anova Kadar Hemoglobin Darah Sapi Yang Diberi Perlakuan

42

Page 43: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:HB

SourceType III Sum of

Squares DfMean Square F Sig.

Corrected Model 26.344a 3 8.781 44.350 .000

Intercept 2072.648 1 2072.648 1.047E4 .000

Perlakuan 26.344 3 8.781 44.350 .000

Error 3.168 16 .198

Total 2102.160 20

Corrected Total 29.512 19

43

Page 44: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:HB

SourceType III Sum of

Squares DfMean Square F Sig.

Corrected Model 26.344a 3 8.781 44.350 .000

Intercept 2072.648 1 2072.648 1.047E4 .000

Perlakuan 26.344 3 8.781 44.350 .000

Error 3.168 16 .198

Total 2102.160 20

a. R Squared = .893 (Adjusted R Squared = .873)

44

Page 45: HASIL MALLE

Lampiran 4. Uji BNT Kadar Hemoglobin Darah Sapi Yang Diberi Perlakuan

Multiple Comparisons

HBLSD

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J)Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Periode I Periode II -1.4000* .28142 .000 -1.9966 -.8034

Periode III -2.3200* .28142 .000 -2.9166 -1.7234

Periode IV -3.0800* .28142 .000 -3.6766 -2.4834

Periode II Periode I 1.4000* .28142 .000 .8034 1.9966

Periode III -.9200* .28142 .005 -1.5166 -.3234

Periode IV -1.6800* .28142 .000 -2.2766 -1.0834

Periode III Periode I 2.3200* .28142 .000 1.7234 2.9166

Periode II .9200* .28142 .005 .3234 1.5166

Periode IV -.7600* .28142 .016 -1.3566 -.1634

Periode IV Periode I 3.0800* .28142 .000 2.4834 3.6766

Periode II 1.6800* .28142 .000 1.0834 2.2766

Periode III .7600* .28142 .016 .1634 1.3566

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .198.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

45

Page 46: HASIL MALLE

Lampiran 5. Tabel Anova Kadar Hematokrit Darah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hematokrit

SourceType III Sum of

Squares DfMean

Square F Sig.

Corrected Model 234.950a 3 78.317 28.479 .000

Intercept 19782.050 1 19782.050 7.193E3 .000

Kontrol 234.950 3 78.317 28.479 .000

Error 44.000 16 2.750

Total 20061.000 20

Corrected Total 278.950 19

a. R Squared = .842 (Adjusted R Squared = .813)

Lampiran 6. Hasil Uji BNT Kadar Hematokrit Darah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

46

Page 47: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

HematokritLSD

(I) Kontrol (J) Kontrol

Mean Difference (I-

J)Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Periode I Periode II -2.6000* 1.04881 .025 -4.8234 -.3766

Periode III -6.2000* 1.04881 .000 -8.4234 -3.9766

Periode IV -9.0000* 1.04881 .000 -11.2234 -6.7766

Periode II Periode I 2.6000* 1.04881 .025 .3766 4.8234

Periode III -3.6000* 1.04881 .003 -5.8234 -1.3766

Periode IV -6.4000* 1.04881 .000 -8.6234 -4.1766

Periode III Periode I 6.2000* 1.04881 .000 3.9766 8.4234

Periode II 3.6000* 1.04881 .003 1.3766 5.8234

Periode IV -2.8000* 1.04881 .017 -5.0234 -.5766

Periode IV Periode I 9.0000* 1.04881 .000 6.7766 11.2234

Periode II 6.4000* 1.04881 .000 4.1766 8.6234

Periode III 2.8000* 1.04881 .017 .5766 5.0234

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2.750.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 7. Tabel Anova Kadar Hematokrit Darah Sapi Yang Diberi Perlakuan

47

Page 48: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hematokrit

SourceType III Sum

of Squares DfMean Square F Sig.

Corrected Model 1581.750a 3 527.250 24.900 .000

Intercept 33374.450 1 33374.450 1.576E3 .000

Perlakuan 1581.750 3 527.250 24.900 .000

Error 338.800 16 21.175

Total 35295.000 20

Corrected Total 1920.550 19

a. R Squared = .824 (Adjusted R Squared = .791)

Lampiran 8. Hasil Uji BNT Kadar Hematokrit Darah Sapi Yang Diberi Perlakuan

48

Page 49: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Hematokrit

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

LSD Periode I Periode II -11.8000* 2.91033 .001 -17.9696 -5.6304

Periode III -19.6000* 2.91033 .000 -25.7696 -13.4304

Periode IV -23.2000* 2.91033 .000 -29.3696 -17.0304

Periode II Periode I 11.8000* 2.91033 .001 5.6304 17.9696

Periode III -7.8000* 2.91033 .016 -13.9696 -1.6304

Periode IV -11.4000* 2.91033 .001 -17.5696 -5.2304

Periode III Periode I 19.6000* 2.91033 .000 13.4304 25.7696

Periode II 7.8000* 2.91033 .016 1.6304 13.9696

Periode IV -3.6000 2.91033 .234 -9.7696 2.5696

Periode IV Periode I 23.2000* 2.91033 .000 17.0304 29.3696

Periode II 11.4000* 2.91033 .001 5.2304 17.5696

Periode III 3.6000 2.91033 .234 -2.5696 9.7696

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 21.175.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

49

Page 50: HASIL MALLE

Lampiran 9. Tabel Anova Jumlah Sel Darah Merah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:SDM

SourceType III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2.677E7a 3 8924391.667 160.706 .000

Intercept 5.193E8 1 5.193E8 9.351E3 .000

Kontrol 2.677E7 3 8924391.667 160.706 .000

Error 888520.000 16 55532.500

Total 5.469E8 20

Corrected Total 2.766E7 19

a. R Squared = .968 (Adjusted R Squared = .962)

Lampiran 10. Hasil Uji BNT Jumah Sel Darah Merah Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

50

Page 51: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

Dependent Variable:SDM

(I) Kontrol

(J) Kontrol

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

99% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

LSD Periode I Periode II

-1204.0000* 1.49040E2 .000 -1639.3141 -768.6859

Periode III

-2206.0000* 1.49040E2 .000 -2641.3141 -1770.6859

Periode IV

-3108.0000* 1.49040E2 .000 -3543.3141 -2672.6859

Periode II

Periode I 1204.0000* 1.49040E2 .000 768.6859 1639.3141

Periode III

-1002.0000* 1.49040E2 .000 -1437.3141 -566.6859

Periode IV

-1904.0000* 1.49040E2 .000 -2339.3141 -1468.6859

Periode III

Periode I 2206.0000* 1.49040E2 .000 1770.6859 2641.3141

Periode II

1002.0000* 1.49040E2 .000 566.6859 1437.3141

Periode IV

-902.0000* 1.49040E2 .000 -1337.3141 -466.6859

Periode IV

Periode I 3108.0000* 1.49040E2 .000 2672.6859 3543.3141

Periode II

1904.0000* 1.49040E2 .000 1468.6859 2339.3141

Periode III

902.0000* 1.49040E2 .000 466.6859 1337.3141

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 55532.500.

*. The mean difference is significant at the .01 level.

Lampiran 11. Tabel Anova Jumlah Sel Darah Merah Sapi Yang Diberi Perlakuan

51

Page 52: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:SDM

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2.465E7a 3 8215920.000 122.791 .000

Intercept 1.013E9 1 1.013E9 1.514E4 .000

Perlakuan 2.465E7 3 8215920.000 122.791 .000

Error 1070560.000 16 66910.000

Total 1.039E9 20

Corrected Total 2.572E7 19

a. R Squared = .958 (Adjusted R Squared = .951)

Lampiran 12. Hasil Uji BNT Sel Darah Merah Sapi Yang Diberi Perlakuan

52

Page 53: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

SDMLSD

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Periode I Periode II -940.0000* 1.63597E2 .000 -1286.8103 -593.1897

Periode III -1840.0000* 1.63597E2 .000 -2186.8103 -1493.1897

Periode IV -3004.0000* 1.63597E2 .000 -3350.8103 -2657.1897

Periode II Periode I 940.0000* 1.63597E2 .000 593.1897 1286.8103

Periode III -900.0000* 1.63597E2 .000 -1246.8103 -553.1897

Periode IV -2064.0000* 1.63597E2 .000 -2410.8103 -1717.1897

Periode III Periode I 1840.0000* 1.63597E2 .000 1493.1897 2186.8103

Periode II 900.0000* 1.63597E2 .000 553.1897 1246.8103

Periode IV -1164.0000* 1.63597E2 .000 -1510.8103 -817.1897

Periode IV Periode I 3004.0000* 1.63597E2 .000 2657.1897 3350.8103

Periode II 2064.0000* 1.63597E2 .000 1717.1897 2410.8103

Periode III 1164.0000* 1.63597E2 .000 817.1897 1510.8103

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 66910.000.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 13. Tabel Anova Jumlah Sel Darah Putih Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

53

Page 54: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:SDP

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1.411E7a 3 4704125.000 20.706 .000

Intercept 8.457E8 1 8.457E8 3.722E3 .000

Kontrol 1.411E7 3 4704125.000 20.706 .000

Error 3635000.000 16 227187.500

Total 8.634E8 20

Corrected Total 1.775E7 19

a. R Squared = .795 (Adjusted R Squared = .757)

Lampiran 14. Hasil Uji BNT Sel Darah Putih Sapi Yang Tidak Diberi Perlakuan (Kontrol)

54

Page 55: HASIL MALLE

Multiple Comparisons

SDPLSD

(I) Kontrol (J) KontrolMean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Periode I Periode II -660.0000* 3.01455E2 .044 -1299.0556 -20.9444

Periode III -1700.0000* 3.01455E2 .000 -2339.0556 -1060.9444

Peiode IV -2130.0000* 3.01455E2 .000 -2769.0556 -1490.9444

Periode II Periode I 660.0000* 3.01455E2 .044 20.9444 1299.0556

Periode III -1040.0000* 3.01455E2 .003 -1679.0556 -400.9444

Peiode IV -1470.0000* 3.01455E2 .000 -2109.0556 -830.9444

Periode III Periode I 1700.0000* 3.01455E2 .000 1060.9444 2339.0556

Periode II 1040.0000* 3.01455E2 .003 400.9444 1679.0556

Peiode IV -430.0000 3.01455E2 .173 -1069.0556 209.0556

Peiode IV Periode I 2130.0000* 3.01455E2 .000 1490.9444 2769.0556

Periode II 1470.0000* 3.01455E2 .000 830.9444 2109.0556

Periode III 430.0000 3.01455E2 .173 -209.0556 1069.0556

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 227187.500.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 15. Tabel Anova Jumlah Sel Darah Putih Sapi Yang Diberi Perlakuan

55

Page 56: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:SDP

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.534E6a 3 1178166.667 19.822 .000

Intercept 1.450E9 1 1.450E9 2.440E4 .000

Perlakuan 3534500.000 3 1178166.667 19.822 .000

Error 951000.000 16 59437.500

Total 1.455E9 20

Corrected Total 4485500.000 19

56

Page 57: HASIL MALLE

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:SDP

SourceType III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3.534E6a 3 1178166.667 19.822 .000

Intercept 1.450E9 1 1.450E9 2.440E4 .000

Perlakuan 3534500.000 3 1178166.667 19.822 .000

Error 951000.000 16 59437.500

Total 1.455E9 20

a. R Squared = .788 (Adjusted R Squared = .748)

57

Page 58: HASIL MALLE

Lampiran 16 . Hasil Uji BNT Sel Darah Putih Sapi Yang Diberi Perlakuan

Multiple Comparisons

SDPLSD

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Periode I Periode II -380.0000* 1.54191E2 .025 -706.8712 -53.1288

Periode III -750.0000* 1.54191E2 .000 -1076.8712 -423.1288

Periode IV -1130.0000* 1.54191E2 .000 -1456.8712 -803.1288

Periode II Periode I 380.0000* 1.54191E2 .025 53.1288 706.8712

Periode III -370.0000* 1.54191E2 .029 -696.8712 -43.1288

Periode IV -750.0000* 1.54191E2 .000 -1076.8712 -423.1288

Periode III Periode I 750.0000* 1.54191E2 .000 423.1288 1076.8712

Periode II 370.0000* 1.54191E2 .029 43.1288 696.8712

Periode IV -380.0000* 1.54191E2 .025 -706.8712 -53.1288

Periode IV Periode I 1130.0000* 1.54191E2 .000 803.1288 1456.8712

Periode II 750.0000* 1.54191E2 .000 423.1288 1076.8712

Periode III 380.0000* 1.54191E2 .025 53.1288 706.8712

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 59437.500.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

58

Page 59: HASIL MALLE

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Daun Kelor (Moringa Oliefera) Terhadap Status Hematologi pada Sapi Bali Bunting

Bidang Penelitian : Fisiologi TernakPeneliti

Nama : Muh Yusuf MalleNo. Pokok : I 111 06 014Jurusan : Produksi TernakTempat Penelitian : Kelurahan Tanah Loe, Kecamatan Pajjukukang,

Kabupaten Bantaeng dan Laboratorium Fisiologi Ternak, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Komisi PembimbingNo Nama/Nip Status Tanda

59

Page 60: HASIL MALLE

Pembimbing Tangan1. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc

Nip. 19540505 198103 1 010Pembimbing

Utama

2. Prof. Dr. Ir. Herry Sonjaya DEA, DES Nip. 19570129 198003 1 001

Pembimbing Anggota

Makassar, April 2011MengetahuiPembimbing Peneliti

Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc. Muh Yusuf MalleNip. 130 906 973 I 111 06 014

Diketahui oleh Telah disetujui olehKetua Jurusan Produksi Ternak Panitia Seminar Hasil

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc. Ir. Johana C. Likadja, MSNip. 19641231 198903 1 025 Nip. 19480224 197509 2 001

60