Upload
fitria-marina-sandy
View
27
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
HASIL dan DISKUSI
Untuk mencapai tujuan penelitian, korelasi dan regresi digunakan untuk
mempelajari peran keluarga dan lingkungan sekolah dalam mengembangkan
keterampilan koping pada kalangan remaja.
Keterampilan Koping dalam kaitannya dengan Lingkungan Keluarga
Hubungan Pearson’s product-moment dihitung untuk menentukan
hubungan linear dari keterampilan koping dengan lingkungan keluarga dalam
hal komponen yaitu kohesi(kesatuan/keterpaduan), ekspresif, konflik,
penerimaan dan peduli, kemerdekaan, berorientasi aktif rekreasi, organisasi
dan kontrol. Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada tabel1.
Ini dapat diamati dari tabel1 bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan mengatasi emosi antara remaja dengan komponen lingkungan
keluarga : kohesi (r = 0,10, p <0,01), ekspresif (r = 0,21, p < 0,01),
penerimaan dan peduli (r = 0,17, p <0,01), kemandirian (r = 0,21, p <0,01),
orientasi rekreasi aktif (r = 0,18, p <0,01), organisasi (r = 0,13, p <0,01) dan
kontrol (r = 0,13, p <0,01). Namun, komponen kemampuan konflik (r = -.18, p
<0,01) secara signifikan dan berkorelasi negatif dengan koping emosi
dikalangan remaja.
Selanjutnya, ada korelasi positif dan signifikan mengatasi stres
dengan komponen lingkungan keluarga : kohesi (r = 0,14, p <0,01), ekspresif
(r = 0,22, p <0,05), penerimaan dan peduli (r = 0,17 , p <0,05), kemandirian (r
= 0,25, p <0,01), orientasi rekreasi aktif (r = 0,10, p <0,01), organisasi (r =
0,21, p <0,05) dan kontrol ( r = 0,19, p <0,01). Juga, korelasi negatif
ditemukan pada koping stres dan komponen lingkungan keluarga yaitu konflik
(r = -.35, p <0,01).
Keterampilan koping dalam kaitannya dengan lingkungan sekolah
Hubungan Pearson’s product-moment digunakan untuk mempelajari
hubungan keterampilan koping dengan lingkungan sekolah dalam hal
komponennya yaitu stimulasi kreatif, dorongan kognitif, penerimaan, permisif,
penolakan dan kontrol. Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa koping emosi dikalangan remaja secara
signifikan dan berhubungan positif dengan komponen lingkungan sekolah :
dorongan kognitif (r = 0,15, p <0,01), penerimaan (r = 0,11, p <0,05) dan
kontrol (r = 0,21, p <0,01). Namun, korelasi negatif yang diamati antara
koping emosi dan komponen penolakan lingkungan sekolah (r = - 0,23, p
<0,01). Namun, korelasi tidak signifikan diamati antara koping emosi
dikalangan remaja dengan komponen stimulasi kreatif dan permisif.
Selanjutnya, koping stres di kalangan remaja itu ditemukan secara signifikan
dan negatif yang terkait dengan komponen penolakan (r = - 0,23, p <0,01).
Namun, korelasi tidak signifikan diamati antara mengatasi stres dan stimulasi
kreatif, dorongan kognitif, penerimaan, permisif dan komponen kontrol dari
lingkungan sekolah.
Rumah dan lingkungan sekolah sebagai prediktor keterampilan koping di
kalangan remaja
Sebuah analisis regresi ganda bertahap dilakukan untuk menguji
sejauh mana rumah dan lingkungan sekolah yang berbeda komponen
berkontribusi pada variabilitas dalam keterampilan koping. Mengatasi emosi
dan mengatasi stres dikalangan remaja. Analisis bertahap itu lebih memilih
satu standar untuk menemukan subset dari variabel independen yang
berguna dalam memprediksi variabel dependen, dengan menghilangkan
beberapa yang tidak memberikan kontribusi tambahan untuk yang sudah
diprediksi oleh variabel dalam persamaan. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis
regresi multiple bertahap untuk variabel yang diandalkan dalam koping
emosi. Hasil regresi multiple bertahap menunjukkan bahwa kemerdekaan,
ekspresif dan penerimaan dan peduli komponen pada lingkungan rumah dan
penolakan dan kontrol dimensi dari lingkungan sekolah muncul sebagai
prediktor signifikan koping emosi dikalangan remaja. Bersama-sama mereka
menjelaskan 12,1% dari varians dalam koping emosi dikalangan remaja.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa kemerdekaan dalam keluarga muncul
sebagai prediktor yang paling signifikan untuk koping emosi dikalangan
remaja dan menyumbang 4,5% dari variabilitas dalam koping emosi di
kalangan remaja.
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis regresi multiple bertahap untuk
variabel yang diandalkan dalam koping stres. Hasil regresi multiple bertahap
menunjukkan bahwa komponen : konflik, kemandirian dan kontrol dari
lingkungan rumah dan dimensi penolakan dari lingkungan sekolah muncul
sebagai prediktor yang paling signifikan untuk koping stres dikalangan
remaja. Bersama-sama mereka menjelaskan 20,5% dari varians dalam
koping stres dikalangan remaja.
Dapat dicatat bahwa konflik dalam keluarga ternyata menjadi prediktor
yang paling signifikan untuk koping stres di kalangan remaja akuntansi untuk
12,4% dari varians dalam mengatasi stres di kalangan remaja.
Dari hasil di atas
regresi multiple bertahap,
dapat disimpulkan bahwa
kemerdekaan yang
diberikan oleh keluarga
adalah kontributor paling
signifikan untuk koping emosi dikalangan remaja menjelaskan 4,5% dari
varians dalam koping emosi di kalangan remaja. Namun dalam kasus koping
stres, komponen konflik lingkungan keluarga ditemukan menjadi prediktor
yang paling signifikan menjelaskan 12,4% dari varians dalam kopingi stres
dikalangan remaja. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang
beberapa bukti penelitian yang terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa keluarga dan lingkungan sekolah memainkan peran penting dalam
mengembangkan keterampilan koping dikalangan remaja. Hasil serupa telah
diperoleh di sejumlah penelitian (Olson et al, 1985;. McPeek, 1997; Barker,
2000; Deborah, 2000; Gray, 2002; Bal et al, 2003;. Hari & Livingstone, 2003;
Aycock 2011 ).
Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya dan kontribusi dari keluarga
dan lingkungan sekolah dalam mengembangkan keterampilan koping
dikalangan remaja. Hasil menekankan bahwa kontribusi kemerdekaan
keluarga dan konflik. Namun, kemandirian keluarga muncul sebagai
kontributor positif untuk keterampilan koping dikalangan remaja
sedangkan konflik keluarga ternyata menjadi penyumbang negatif untuk
keterampilan koping. Dari berbagai dimensi lingkungan sekolah, kontrol dan
stimulasi kreatif dalam sekolah muncul sebagai prediktor signifikan dari
kemampuan sosial kalangan remaja. Hasil penelitian ini telah jauh mencapai
implikasi. Remaja berada dalam tahap perkembangan yang unik antara masa
kanak-kanak dan dewasa yang mengambil lebih dari satu dekade untuk
menyelesaikan. Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa ini adalah waktu
pemisahan, pada kenyataannya, peran orang tua untuk mendukung,
berempati, membimbing dan pengaturan batas-batas bagi remaja sangat
penting. Keluarga tetap merupakan bagian integral dari kehidupan remaja dan
perlu diperkuat dengan sekolah, organisasi dan keluaga, sama-sama penting
untuk remaja itu sendiri. Semua sekolah harus didorong untuk membangun
sistem dukungan sebaya, mungkin dengan bantuan pendidikan psikolog atau
sekolah dan profesional lainnya. Selain itu, keluarga perlu diperkuat. Dengan
merancang keluarga dan lingkungan sekolah yang efektif, keterampilan
koping yang dibutuhkan dapat dikembangkan dikalangan remaja.