7
HASIL dan DISKUSI Untuk mencapai tujuan penelitian, korelasi dan regresi digunakan untuk mempelajari peran keluarga dan lingkungan sekolah dalam mengembangkan keterampilan koping pada kalangan remaja. Keterampilan Koping dalam kaitannya dengan Lingkungan Keluarga Hubungan Pearson’s product-moment dihitung untuk menentukan hubungan linear dari keterampilan koping dengan lingkungan keluarga dalam hal komponen yaitu kohesi(kesatuan/keterpaduan), ekspresif, konflik, penerimaan dan peduli, kemerdekaan, berorientasi aktif rekreasi, organisasi dan kontrol. Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada tabel1. Ini dapat diamati dari tabel1 bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan mengatasi emosi antara remaja dengan komponen lingkungan keluarga : kohesi (r = 0,10, p

Hasil Dan Diskusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: Hasil Dan Diskusi

HASIL dan DISKUSI

Untuk mencapai tujuan penelitian, korelasi dan regresi digunakan untuk

mempelajari peran keluarga dan lingkungan sekolah dalam mengembangkan

keterampilan koping pada kalangan remaja.

Keterampilan Koping dalam kaitannya dengan Lingkungan Keluarga

Hubungan Pearson’s product-moment dihitung untuk menentukan

hubungan linear dari keterampilan koping dengan lingkungan keluarga dalam

hal komponen yaitu kohesi(kesatuan/keterpaduan), ekspresif, konflik,

penerimaan dan peduli, kemerdekaan, berorientasi aktif rekreasi, organisasi

dan kontrol. Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada tabel1.

Ini dapat diamati dari tabel1 bahwa ada hubungan yang positif dan

signifikan mengatasi emosi antara remaja dengan komponen lingkungan

keluarga : kohesi (r = 0,10, p <0,01), ekspresif (r = 0,21, p < 0,01),

penerimaan dan peduli (r = 0,17, p <0,01), kemandirian (r = 0,21, p <0,01),

orientasi rekreasi aktif (r = 0,18, p <0,01), organisasi (r = 0,13, p <0,01) dan

kontrol (r = 0,13, p <0,01). Namun, komponen kemampuan konflik (r = -.18, p

<0,01) secara signifikan dan berkorelasi negatif dengan koping emosi

dikalangan remaja.

Page 2: Hasil Dan Diskusi

Selanjutnya, ada korelasi positif dan signifikan mengatasi stres

dengan komponen lingkungan keluarga : kohesi (r = 0,14, p <0,01), ekspresif

(r = 0,22, p <0,05), penerimaan dan peduli (r = 0,17 , p <0,05), kemandirian (r

= 0,25, p <0,01), orientasi rekreasi aktif (r = 0,10, p <0,01), organisasi (r =

0,21, p <0,05) dan kontrol ( r = 0,19, p <0,01). Juga, korelasi negatif

ditemukan pada koping stres dan komponen lingkungan keluarga yaitu konflik

(r = -.35, p <0,01).

Keterampilan koping dalam kaitannya dengan lingkungan sekolah

Hubungan Pearson’s product-moment digunakan untuk mempelajari

hubungan keterampilan koping dengan lingkungan sekolah dalam hal

komponennya yaitu stimulasi kreatif, dorongan kognitif, penerimaan, permisif,

penolakan dan kontrol. Hasil analisis korelasi ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa koping emosi dikalangan remaja secara

signifikan dan berhubungan positif dengan komponen lingkungan sekolah :

dorongan kognitif (r = 0,15, p <0,01), penerimaan (r = 0,11, p <0,05) dan

kontrol (r = 0,21, p <0,01). Namun, korelasi negatif yang diamati antara

koping emosi dan komponen penolakan lingkungan sekolah (r = - 0,23, p

<0,01). Namun, korelasi tidak signifikan diamati antara koping emosi

dikalangan remaja dengan komponen stimulasi kreatif dan permisif.

Selanjutnya, koping stres di kalangan remaja itu ditemukan secara signifikan

dan negatif yang terkait dengan komponen penolakan (r = - 0,23, p <0,01).

Namun, korelasi tidak signifikan diamati antara mengatasi stres dan stimulasi

Page 3: Hasil Dan Diskusi

kreatif, dorongan kognitif, penerimaan, permisif dan komponen kontrol dari

lingkungan sekolah.

Rumah dan lingkungan sekolah sebagai prediktor keterampilan koping di

kalangan remaja

Sebuah analisis regresi ganda bertahap dilakukan untuk menguji

sejauh mana rumah dan lingkungan sekolah yang berbeda komponen

berkontribusi pada variabilitas dalam keterampilan koping. Mengatasi emosi

dan mengatasi stres dikalangan remaja. Analisis bertahap itu lebih memilih

satu standar untuk menemukan subset dari variabel independen yang

berguna dalam memprediksi variabel dependen, dengan menghilangkan

beberapa yang tidak memberikan kontribusi tambahan untuk yang sudah

diprediksi oleh variabel dalam persamaan. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis

regresi multiple bertahap untuk variabel yang diandalkan dalam koping

emosi. Hasil regresi multiple bertahap menunjukkan bahwa kemerdekaan,

ekspresif dan penerimaan dan peduli komponen pada lingkungan rumah dan

penolakan dan kontrol dimensi dari lingkungan sekolah muncul sebagai

prediktor signifikan koping emosi dikalangan remaja. Bersama-sama mereka

menjelaskan 12,1% dari varians dalam koping emosi dikalangan remaja.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa kemerdekaan dalam keluarga muncul

sebagai prediktor yang paling signifikan untuk koping emosi dikalangan

remaja dan menyumbang 4,5% dari variabilitas dalam koping emosi di

kalangan remaja.

Page 4: Hasil Dan Diskusi

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis regresi multiple bertahap untuk

variabel yang diandalkan dalam koping stres. Hasil regresi multiple bertahap

menunjukkan bahwa komponen : konflik, kemandirian dan kontrol dari

lingkungan rumah dan dimensi penolakan dari lingkungan sekolah muncul

sebagai prediktor yang paling signifikan untuk koping stres dikalangan

remaja. Bersama-sama mereka menjelaskan 20,5% dari varians dalam

koping stres dikalangan remaja.

Dapat dicatat bahwa konflik dalam keluarga ternyata menjadi prediktor

yang paling signifikan untuk koping stres di kalangan remaja akuntansi untuk

12,4% dari varians dalam mengatasi stres di kalangan remaja.

Dari hasil di atas

regresi multiple bertahap,

dapat disimpulkan bahwa

kemerdekaan yang

diberikan oleh keluarga

adalah kontributor paling

signifikan untuk koping emosi dikalangan remaja menjelaskan 4,5% dari

varians dalam koping emosi di kalangan remaja. Namun dalam kasus koping

stres, komponen konflik lingkungan keluarga ditemukan menjadi prediktor

yang paling signifikan menjelaskan 12,4% dari varians dalam kopingi stres

dikalangan remaja. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang

beberapa bukti penelitian yang terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa keluarga dan lingkungan sekolah memainkan peran penting dalam

mengembangkan keterampilan koping dikalangan remaja. Hasil serupa telah

diperoleh di sejumlah penelitian (Olson et al, 1985;. McPeek, 1997; Barker,

Page 5: Hasil Dan Diskusi

2000; Deborah, 2000; Gray, 2002; Bal et al, 2003;. Hari & Livingstone, 2003;

Aycock 2011 ).

Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya dan kontribusi dari keluarga

dan lingkungan sekolah dalam mengembangkan keterampilan koping

dikalangan remaja. Hasil menekankan bahwa kontribusi kemerdekaan

keluarga dan konflik. Namun, kemandirian keluarga muncul sebagai

kontributor positif untuk keterampilan koping dikalangan remaja

sedangkan konflik keluarga ternyata menjadi penyumbang negatif untuk

keterampilan koping. Dari berbagai dimensi lingkungan sekolah, kontrol dan

stimulasi kreatif dalam sekolah muncul sebagai prediktor signifikan dari

kemampuan sosial kalangan remaja. Hasil penelitian ini telah jauh mencapai

implikasi. Remaja berada dalam tahap perkembangan yang unik antara masa

kanak-kanak dan dewasa yang mengambil lebih dari satu dekade untuk

menyelesaikan. Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa ini adalah waktu

pemisahan, pada kenyataannya, peran orang tua untuk mendukung,

berempati, membimbing dan pengaturan batas-batas bagi remaja sangat

penting. Keluarga tetap merupakan bagian integral dari kehidupan remaja dan

perlu diperkuat dengan sekolah, organisasi dan keluaga, sama-sama penting

untuk remaja itu sendiri. Semua sekolah harus didorong untuk membangun

sistem dukungan sebaya, mungkin dengan bantuan pendidikan psikolog atau

sekolah dan profesional lainnya. Selain itu, keluarga perlu diperkuat. Dengan

merancang keluarga dan lingkungan sekolah yang efektif, keterampilan

koping yang dibutuhkan dapat dikembangkan dikalangan remaja.