Harus Lebih Waspada Dalam Memilih Sabun Pembersih Wajah

Embed Size (px)

Citation preview

harus lebih waspada dalam memilih sabun pembersih wajah. Salah dalam memilih produk pembersih wajah, membuat wajah kamu jauh dari kesan cantik dan bersih.Selain itu, bahaya iritasi pada kulit wajah menjadi ancaman menakutkan.

Sabun mengandung berbagai macam minyak yang terbuat dari lemak hewan.Seperti pada sabun untuk kesehatan terdapat TCC (trichloro carbanilide) Hypo-allergenic blend untuk membersihkan lemak dan jerawat. Asam salisilat sebagai fungisida dan sulfur untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit. Kandungan sabun, terbuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan minyak. Alkali yang digunakan untuk proses saponifikasi tersebut adalah NaOH (untuk sabun padat atau keras) dan KOH (untuk sabun cair). Kadang juga menggunakan NH4OH, jelas dr Marianti dari Bonvita Beauty Care. Untuk kecantikan terdapat kandungan parfum sebagai pewangi dan aromaterapi vitamin E untuk mencegah penuaan dini.Pelembap dan hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit. Untuk jenis sabun lain terdapat kandungan seperti surfactant (surface active agents) dan alpha bisabolol, sepi control TM AS, scrub, borax, amsalitik, dan lain sebagainya. Pemakaian jenis sabun pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis kulit masing-masing.Untuk itu perlu diperhatikan dengan teliti kegunaan serta fungsi sabun.Menurutnya, sabun yang mengandung busa terlalu banyak, terutama pada sabun cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra biasanya menyebabkan rangsangan dan dapat mengakibatkan dermatitis. Selain itu, alkali yang merupakan bahan dasar sabun juga mempunyai dampak negatif bagi kulit, pH kulit normal 4,2-6,2 (pH balance). Tapi, bila dicuci dengan sabun, pH akan naik menjadi 9. Meskipun pH kulit cepat menjadi normal kembali, namun untuk beberapa penyakit kulit tertentu yang sensitif terhadap reaksi alkalis, hal ini merupakan kontraindikasi. Cara mengatasinya dengan stop penggunaan sabun tersebut, lalu berobat ke dokter kulit. Biasanya akan diberikan obat-obat anti-iritasi dan antialergi. Sementara gunakan sabun hipoalergenik, setelah tidak lagi iritasi baru memakai sabun yang sesuai, paparnya. Syarat sabun yang baik secara umum yaitu tidak meninggalkan lapisan licin, tidak menyumbat pori-pori, dan tidak membuat kulit kering.Pemilihan jenis sabun harus sesuai dengan jenis dan masalah kulit. Untuk kulit kering pilih sabun yang mengandung deterjen.Sedangkan untuk kulit kusam pilih sabun yang mengandung scrub, 2 kali dalam seminggu. Dan bagi kulit berminyak pilihlah sabun pembersih dengan pH balance dan bahan-bahan pelembap alami (minyak zaitun, almond atau alpukat). Kemudian pakai toner astringent, bebernya. Jenis sabun pun beranekaragam. Mulai dari sabun deodorant, sabun anti bakteri dan ada sabun medicated. Untuk sabun jenis deodorant mengandung zat kimiawi yang membunuh bakteri penyebab bau badan.Sabun biasa pun sebenarnya sudah dapat menghilangkan kuman penyebab bau badan tanpa perlu menambahkan bahan yang lebih keras lagi.

Sabun antibakteri mengandung zat antiseptik (triclosan) yang dapat membunuh kuman.Sabun ini biasa digunakan oleh praktisi kesehatan sebelum atau setelah melakukan tindakan.Penggunaan yang terlalu sering dan berlebihan dapat membunuh flora normal kulit yang sebenarnya merupakan salah satu perlindungan kulit, misalnya terhadap infeksi jamur. Sedangkan pada sabun medicated ada penambahan bahan aktif (sulfur) untuk mengatasi masalah atau penyakit kulit tertentu. Sabun medicated aman digunakan bila digunakan sesuai batas yang dianjurkan. Tidak aman jika berganti-ganti dalam penggunaan sabun karena bisa menyebabkan dermatitis atau iritasi, imbuhnya. Apabila Anda sering menggunakan sabun badan dan sabun untuk wajah dengan sabun yang sama, Anda harus hati-hati, karena tingkat keasaman yang dihasilkan oleh sabun berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya di bagian-bagian tubuh Anda. Yang membedakan sabun wajah dan sabun tubuh adalah kadar keasamannya, karena pH di kulit wajah dan kulit tubuh kita pun tidak sama. Kulit wajah memiliki pH 4,0-5,5 (sedikit lebih rendah daripada pH kulit tubuh). Kondisi keasaman pada tingkat ini dianggap paling sesuai untuk menghambat pertumbuhan kuman, tuturnya. Dalam pemilihan jenis sabun Anda harus berhati-hati, karena di pasaran banyak beredar sabun yang mengandung bahan seperti lye dan sodium tallowate yang bisa menyebabkan iritasi dan juga komedo. Memang ada sisi negatif, yaitu bisa meningkatkan pH kulit untuk sementara setelah memakai sabun kadang iritasi bila kadar pH-nya tidak sesuai. Jadi tidak berbahaya selama masih dalam batas yang ditentukan. Ya, benar banyak sabun dipasaran yang mengandung bahan yang bisa menyebabkan ketidakcocokan dengan pemakai juga membuat iritasi. Seperti lye, lye itu adalah NaOH dan KOH, alkali yang digunakan dalam proses saponifikasi, seperti sudah disebutkan pada kandungan dalam sabun. Sedangkan, sodium tallowater: NaOH+beef tallow (lemak sapi), dapat menyebabkan dermatitis dan blackheads (komedo). Di Amerika oleh FDA sudah ditetapkan jenis tallow apakah dan berapa kadar yang aman untuk digunakan dalam sabun. Bagi mereka yang tidak ingin menggunakan produk pembersih yang mengandung lemak hewan ini, bisa memilih yang terbuat dari lemak tumbuhan (vegetable tallow), Japan tallow, parafin, atau ceresin, jelasnya. Mengenai kemasan yang digunakan oleh berbagai produk sabun yang dijual bebas di pasaran harus benar-benar dipilih dengan tepat.Jika kemasan tidak cukup rapat juga dapat dengan mudah membuat sabun terkontaminasi, khususnya untuk produk kosmetik. Umumnya tidak ada pengaruh dari bahan kemasan.Hanya saja, seperti halnya produk-produk kesmetika, pembersih dan kimia lainnya, kemasan sebaiknya tertutup rapat dan disimpan dalam suhu yang sesuai (dalam hal ini suhu kamar), tambahnya. Dan untuk warna sabun yang kini makin beranekaragam, menurut dr Marianti, tidak akan mempengaruhi manfaat sabun tersebut. Justru, bisa menambah risiko terjadinya iritasi terhadap kulit penggunanya

KONSEP DESINFEKTAN Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR DESINFEKTAN

PENGERTIAN DESINFEKTANy

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009). Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan

y

y

y

y

y

dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol.y

Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit. (Signaterdadie, 2009).

y

PENGGUNAAN DESINFEKTANy

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat (Imbang, 2009).

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Golongan pertamay

Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon). 2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon). 3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan : 1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak). 2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.

y y

Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan keduay

Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.y

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah) 1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. 2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex). 3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)

PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI

a. Sterilisasi 1. Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh. 2. Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas kering. 3. Dapat juga dilakukan dengan penjenuhan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama 10 jam.

b. Desinfeksi tingkat tinggi 1. Semua mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh. 2. Dapat dilakukan dengan pendidihan selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid atau H2O2

c. Desinfeksi tingkat rendahy

Akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam disinfektan(Signaterdadie, 2009)

DISINFEKSI DAN ANTISEPTIKy

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (Signaterdadie, 2009)

y

y

ANTISEPTIKy

Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya digunakan :

1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau methylated spirit ). 2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane). 3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon). 4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur). 5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne). 6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol). 7. Triklosan 0,2-2% . (Syaifudin, 2005).y

Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan (misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh staf dan yang

terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996). Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik, cukup dan tidak) (Syaifudin, 2005).

Tabel 2.1 Aktivitas mirkobiologis dan kegunaan potensial

AKTIVITAS MELAWAN BAKTERI (AKTIVITAS MIKROBIOLOGIS)

1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil) 2. Gram-positif: Sangat Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik 4. TB: Sangat Baik 5. Virus: Sangat Baik 6. Jamur: Sangat Baik 7. Endospora: Nihil 8. Tindakan kecepatan relatif: Cepat

1. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub). 2. Gram-positif: Sangat Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Baik 4. TB: Sedang 5. Virus: Sangat Baik 6. Jamur: Sedang 7. Endospora: Nihil 8. Tindakan kecepatan relatif: Sedikit

1. Kelompok: Pemberian Iodin (3%) 2. Gram-positif: Sangat Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik 4. TB: Sangat Baik 5. Virus: Sangat Baik 6. Jamur: Baik 7. Endospora: Sedang 8. Tindakan kecepatan relatif: Ditandai

1. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine) 2. Gram-positif: Sangat Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik 4. TB: Sedang 5. Virus: Baik 6. Jamur: Baik 7. Endospora: Nihil 8. Tindakan kecepatan relatif: Sedang

1. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%) 2. Gram-positif: Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik 4. TB: Sedang 5. Virus: Baik 6. Jamur: Tidak diketahui 7. Endospora: Tidak diketahui

8. Tindakan kecepatan relatif: Lambat

1. Kelompok: Triklosan (0,2-2%) 2. Gram-positif: Sangat Baik 3. Gram-negatif terbanyak: Baik 4. TB: Sedang 5. Virus: Sangat Baik 6. Jamur: Nihil 7. Endospora: Tidak diketahui 8. Tindakan kecepatan relatif: Minim

KEGUNAAN POTENSIAL 1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil) 2. Terinfeksi bahan organik: Cukup 3. Basuh operasi: Ya 4. Persiapan kulit : Ya 5. Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Tidak baik untuk pembersihan kulit, tidak tertahan lama.

1. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub). 2. Terinfeksi bahan organik: Sedikit 3. Basuh operasi: Ya 4. Persiapan kulit : Ya 5. Keterangan: Punya daya tahan yang bagus beracun untuk mata dan telinga.

1. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)

2. Terinfeksi bahan organik: Ditandai 3. Basuh operasi: Tidak 4. Persiapan kulit : Ya 5. Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Bisa membakar kulit, hilang setelah beberapa menit.

1. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine) 2. Terinfeksi bahan organik: Cukup 3. Basuh operasi: Ya 4. Persiapan kulit : Ya 5. Keterangan: Bisa digunakan pada selaput lendir.

1. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%) 2. Terinfeksi bahan organik: Minim 3. Basuh operasi: Tidak 4. Persiapan kulit : Ya 5. Keterangan: Menembus pada kulit, jangan digunakan pada bayi baru lahir.

1. Kelompok: Triklosan (0,2-2%) 2. Terinfeksi bahan organik: Minim 3. Basuh operasi: Ya 4. Persiapan kulit : Tidak 5. Keterangan: Penerimaan pada tangan bervariasi. Sumber data : Diadaptasi dari Boyce dan Pittet 2002, Olmted 1996.

Keuntungan dan kerugian antiseptik, sebagai berikut :

a. Alkoholy

Etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah diperoleh serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit. Juga efektif terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir (misalnya di vagina), karena alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput lendir dan kemudian merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada kulit kurang, etil alkohol lebih sering digunakan pada kulit.

y

1. Keuntungan : 1. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus. 2. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam. 3. Relatif murah dan tersedia di mana-mana.

2. Kerugian : 1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit. 2. Mudah pengeringan kulit. 3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik. 4. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik. 5. Merusak karet atau lateks. 6. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. (Syaifudin, 2005)

b. Klorheksidin Glukonat (CHG)

y

Klorheksidin glukonat adalah antiseptik yang sangat baik. Ia tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian dan aman bahkan untuk bayi dan anak. Karena klorheksidin glukonat diinaktivasi oleh sabun, aktivitas residualnya bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi 2-4% merupakan yang dianjurkan. Formulasi baru 2% dalam air dan 1% klorheksidin tanpa air, dicampur alkohol juga efektif.

1. Keuntungan : 1. Antimikrobial spektrum luas. 2. Secara kimiawi aktif paling sedikit 6 jam. 3. Perlindungan kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan penggunaan ulang. 4. Pengaruh material organik minimal. 5. Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol.

2. Kerugian : 1. Mahal dan tidak selalu tersedia. 2. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan. 3. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur. 4. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi. 5. Hindari kontak dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitas. (Syaifudin, 2005)

c. Larutan Yodium dan Iodofory

Larutan yodium 3% sangat efektif dan tersedia dalam bentuk cair (lugol) dan tinktur (yodium dalam alkohol 70%). Iodofor 7,5-10% adalah larutan yodium dicampur dengan polivinil pirolidon (providon) yang mengeluarkan yodium jumlah kecil. PVI adalah iodofor yang umum dan tersedia di mana-mana. Sejumlah yodium bebas menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil bebas iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. Ia membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur. Namun, ia memerlukan waktu 2 menit untuk mengeluarkan yodium bebas yang merupakan bahan kimiawi aktif. Sejak mengeluarkan yodium

y

bebas, ia mempunyai efek membunuh yang cepat. Akhirnya, iodofor umumnya nontaksik dan non-iritaif pada kulit dan selaput lendir, kecuali jika pasiennya alergi terhadap yodium. 1. Keuntungan 1. Efek antimokrobial spektrum luas. 2. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana. 3. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal. 4. Larutan 3% tidak menodai kulit.

2. Kerugian : 1. Efek antimikrobial lambat atau perlahan. 2. Iodofor mempunyai efek residual yang kecil. 3. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak. 4. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol). 5. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989). 6. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi. (Syaifudin, 2005)

d.Kloroheksilenoly

Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor (Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan.

1. Keuntungan :

1. Aktivitas bersepektrum luas. 2. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik. 3. Efek residu tahan sampai beberapa jam. 4. Minimal efek oleh bahan organik.

2.Kerugian : 1. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit berkurang. 2. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan potensial meracuni. (Syaifudin, 2005)

e. Triklosany

Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain, resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini.

1. Keuntungan : 1. Aktivitas berspektrum luas. 2. Persistensi sangat bagus. 3. Sedikit efeknya oleh bahan organik.

2. Kerugian : 1. Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain. 2. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). (Syaifudin, 2005)

EFEKTIFITAS DISINFEKTAN

y

Efektifitas disinfektan antiseptik berdasarkan keuntungan, kerugian dan hasil tabel 2.1 aktivitas mikrobiologi dan kegunaan potensial yang telah diuraikan di atas.

a. Alkohol

1. Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit, virus hepatitis dan HIV. 3. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi.

2. Tidak efektif 1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit. 2. Mudah pengeringan kulit. 3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik. 4. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.

b.Savlon (klorheksidin glukonat)

1.Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 20-30 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Klorheksidin glukonat tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian. 3. Aman untuk bayi dan anak.

2. Tidak efektif 1. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.

2. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur. 3. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.

e). Betadine (yodium dan iodofor)

1. Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 10-20 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Sejumlah yodium bebas menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil bebas iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). 3. Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. 4. Membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur.

2. Tidak efektif 1. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989). 2. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.y

Maka perpaduan antiseptik antara alkohol-betadine dengan savlon-betadine lebih efektif alkohol-betadine karena kedua antiseptik salvon dan betadine masih ada keterkaitan dengan alkohol, misalnya :

1. Pada keuntungan salvon: Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol. 2. Pada kerugian betadine: Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).

y

Sedangkan pada segi kecepatan membunuh bakteri :

a. Alkohol-Betadiney

Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong cepat (alkohol) dan sedang (betadine).

b.Salvon-Betadiney

Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong sedang (salvon) dan sedang (betadine). Dari segi kecepatan membunuh bakteri dapat disimpulkan bahwa antiseptik alkohol-betadine lebih cepat daripada salvon-betadine.

y

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2. Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogya : Rineka Cipta. 3. Ensiklopedia, 2010. Bedah Sesar. (Online), (http://www.wikipedia.ensiklopedia.com/2010/09/01/bedah-sesar.html/diakses tanggal, 20-092010, jam 03.58 WIB) 4. Hidayat Alimul Aziz, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. 5. Iqbal, 2010. Sectio Sesarea II. (Online), (http://www.Iqbalbaldctr2002.co.cc/2010/04/17/serctiosesarea-II.html/diakses tanggal, 01-10-2010, jam 17.00 WIB) 6. Mochtar, Rustam, 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. 7. Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 8. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 9. Nunung, 2009. Seputar Sectio saesar. (Online), (http://www.nunung.himapid.blogspotcom/2009/08/01/seputar-sectio-saesar.html/diakses tanggal, 24-10-2010, jam 17.58 WIB) 10. Pratiknya, 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 11. Potter, 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta EGC. 12. Sugiyono, 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfebeta.

13. Santoso, 2009. Penyembuhan Luka. (Online), (http://[email protected]/2009/10/28/penyembuhan-luka.html/diakses tanggal, 30-10-2010, jam 15.40WIB) 14. Saifuddin, 2005. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan denghan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 15. Tjahyono Sigit A, 2009. Penyembuhan Bedah Caesar. (Online), (http://www.Dr.A.Sigit.Tjahyono,Sp.B,Sp.BTKV(K).detikhealth.com/2009/07/17/penyembuhanbedah-saesar.html/diakses tanggal, 25-09-2010, jam 15.10 WIB) 16. Yusuf, 2009. Penyembuhan Luka. (Online), (http://www.sinagayusuf.com/2009/04/19/penyembuhan-luka.html./diakses tanggal, 20-102010, jam 19.00 WIB) 17. Signaterdadie s, 2009. Desinfektan. (Online), (http://www.signaterdadie s.com/2009/10/04/desinfektan.html./diakses tanggal, 20-10-2010, jam 19.30 WIB