Upload
fatur-rahman
View
63
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
adversity quotient
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SMUN 102 JAKARTA TIMUR
Skripsi ini diajukan sebagai sebagian persyaratan untuk meraih
gelar Sarjana Psikologi
Hairatussaani Hasanah
101070022967
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
i
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SMUN 102 JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
HAIRATUSSAANI HASANAH
NIM: 101070022967
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Netty Hartati, M.Si Dra. Diana Mutiah, M.Si
NIP. 19531002 198303 2 001 NIP. 19671029 199603 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMUN 102 JAKARTA TIMUR telah
diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 september 2010. skripsi ini telah diterima
sabagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada
Fakultas Psikologi.
Jakarta, 16 September 2010
Sidang munaqosyah
Dekan Pembantu Dekan/
Ketua merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra.Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001
Anggota:
Solicha, M.Si Dra.Netty Hartati, M.Si
NIP.19720415 199903 2 001 NIP. 19531002198303 2 001
Dra.Diana Mutiah,M.Si NIP. 19671029 199603 2 001
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA SMUN 102
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
Memperoleh gelar Sajana Psikologi
Oleh:
HAIRATUSSAANI HASANAH
NIM: 101070022967
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Netty Hartati, M.Si Dra. Diana Mutiah, M.Si NIP. 19531002 198303 2 001 NIP. 19671029 199603 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hairatussaani Hasanah
NIM : 101070022967
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Adversity
Quotient Dengan Prestasi Belajar Siswa SMUN 102 Jakarta Timur” adalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan
skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah
saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang
jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 15 September 2010
Hairatussaani Hasanah NIM: 101070022967
iv
MOTTO
Kenalilah diri anda sendiri
_ Socrates_
Manusia melakukan apa yang harus dilakukan,
kendati terdapat konsekuensi-konsekuensi,
rintangan-rintangan, dan bahaya serta tekanan-tekanan,
dan itulah dasar dari semua moralitas manusia
_ John F Kennedy_
Karena sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan
_ QS Al-Insyirah : 5&6_
Dari semua sifat yang bisa kita pelajari,
Tidak ada watak yang lebih bermanfaat,
Lebih penting dari kelangsungan hidup,
Dan lebih besar kemungkinannya
untuk memperbaiki mutu kehidupan,
Daripada kemampuan untuk mengubah kesulitan
menjadi tantangan yang menyenangkan
_ Mihalyi Csikzentmihaly_
v
“ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya,
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”
(Al-Qur’an Surat Ar-Ra’ad ayat 11)
Kupersembahkan untuk
Kedua orang tuaku yang telah menyayangiku
Semoga Allah memuliakan kalian dunia dan akhirat
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) September 2010 (C) Hairatussaani hasanah (D) Hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar siswa (E) XI + 56 halaman (F) Manusia adalah pembelajar sejati yang terus belajar sejak ia lahir hingga akhir
hayat, baik belajar secara formal maupun informal. Belajar itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adversity quotient atau daya juang. Adversity quotient merupakan pengukuran kemampuan seseorang dalam merespons suatu tantangan dalam kehidupannya untuk mencapai keberhasilan, salah satunya yaitu pencapaian prestasi belajar. Dengan adanya daya juang, diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur. Hipotesis yang diajukan adalah hipotesis kerja (Ha) “Ada hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur”. Adversity quotient disini mengacu kepada aspek-aspek control (kendali), origin dan ownesrship (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya tahan). Dan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari evaluasi atau aspek-aspek lainnya yang dikuantitatifkan dan tercermin dalam nilai rapor siswa pada semester II. Penelitian dilaksanakan di SMUN 102 Jakarta Timur dengan jumlah sampel 113 siswa yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Jumlah item untuk skala adversity quotient sebanyak 28 item dan untuk prestasi belajar menggunakan nilai rata-rata rapor siswa pada semester II. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik menggunakan program SPSS 16.00 yang meliputi Pearson’s Product Moment untuk menguji validitas item, Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan Spearman Correlation untuk pengujian hipotesis penelitian. Setelah skala Adversity Quotient diuji validitasnya dengan product moment Pearson dan diuji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach, maka didapat 28 item yang valid dengan koefisien reliabilitas 0,8305. berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil rhitung 0,042 < rtabel α = 0,05 (0,1832). Hasilnya Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur.
(G) Referensi Bacaan : 24 (1983-2007)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Adversity Quotient dengan
Prestasi Belajar Siswa SMUN 102 Jakarta Timur”. Shalawat serta salam semoga tetap
Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga
kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT, atas segala kepercayaan-Nya kepadaku untuk mengemban segala
yang Kau berikan: atas berkah yang tak ternilai, atas pengampunan dan kearifan-
Mu mendengarkan doa-doaku.
2. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D
yang telah banyak memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis.
3. Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si, sebagai pembimbing I yang senantiasa memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Diana Mutiah, M.Si, sebagai pembimbing II yang senantiasa memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Solicha, M.Si sebagai penguji skripsi I dan pembimbing seminar skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Neneng Tati Sumiati, M.Si,Psi sebagai pembimbing akademik yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.
8. Para pegawai akademik, bagian keuangan, dan perpustakaan baik di Fakultas
Psikologi, maupun UIN Pusat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
administrasi dan berbagai hal selama perkuliahan.
viii
viii
9. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasulnya, Bapak
Hairuddin dan Mama Tumini yang telah banyak memberikan motivasi serta
dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, Suamiku Ahmad Zaky yang
selalu mensupport penulis siang malam, Putriku Nayla Shabiha dan Putraku
Aimar Nawwaf yang telah mau bersabar menunggu dan menginap di rumah Mbah
Akung, Kakakku Icha dan adik-adikku Erul, Iyam, Zaki yang telah banyak
memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, Terima kasih atas semua cinta
yang telah diberikan.
10. Semua guru-guru SD 04 Cakung Timur, SLTP Al Muttaqin, dan MA Al-Hikmah,
yang pernah mengajarkan menulis dan membaca, juga mengenalkan banyak hal
dalam hidup, Keikhlasan dan kesabaran kalian mengajarkan kami, semoga Allah
membalas semua pengabdian kalian.
11. Sahabat-sahabat (Agek, Ipung, Dewi Amr, Puji, Dede Dewi) yang telah banyak
memberikan bantuan, motivasi, dan kekuatan kepada penulis.
12. Keluarga bintang-bintang (Intan, Tika, Ning, Ika, Nia, Yuyun, Ngkis) atas segala
motivasi yang telah diberikan semoga persahabatan ini senantiasa teruntai indah.
13. Teman-teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi (Nurma, Ani, Aga,
Rahmat, Kholik, Asnari, Eka, Eva, Dona, Hana, Fauzi) atas segala motivasi yang
tiada henti dan waktu yang disediakan untuk berbagi di setiap kesempatan.
14. Kepala Sekolah SMUN 102 Jakarta Timur dan Guru-guru yang telah membantu
dan memberikan data kepada penulis.
15. Seluruh siswa-siswa SMUN 102 Jakarta Timur Khususnya kelas XI yang bersedia
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya kepada semua pihak,
sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan
penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya kepada penulis dan
umumnya bagi seluruh pihak yang terkait. Untuk kesempurnaan karya ini, penulis
harapkan saran dan kritiknya.
Jakarta, 3 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ II
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. III
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................... IV
MOTTO............................................................................................... V
DEDIKASI........................................................................................... VI
ABSTRAKSI....................................................................................... VII
KATA PENGANTAR.......................................................................... VIII
DAFTAR ISI....................................................................................... IX
DAFTAR TABEL................................................................................ X
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah.................................................... 5
1.2.1 Batasan masalah.................................................................. 5
1.2.2 Rumusan masalah................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian….........…………………………………………… 7
1.4.1 Manfaat teoritis..................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis...................................................................... 7
1.5 Sistematika Penelitian...................................................................... 7
ix
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 9
2.1 Prestasi Belajar............................................................................... 9
2.1.1 Pengertian prestasi belajar..................................................... 9
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar................ 10
2.2 Adversity Quotient........................................................................... 12
2.2.1 Pengertian adversity quotient................................................ 12
2.2.2 Teori dasar adversity quotient............................................... 15
2.2.3 Peran adversity quotient......................................................... 21
2.2.4 Dimensi adversity quotient..................................................... 22
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient........... 24
2.3 Kerangka Berpikir.............………………………………………………28
2.4 Hipotesis..... ……………………………………………………………...30
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................. 31
3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 31
3.1.1 Pendekatan dan metode penelitian.......................................... 31
3.1.2 Metode penelitian………………………………………………… 32
3.1.3 Definisi konseptual variabel dan operasional variabel............. 32
3.1.3.1 Definisi konseptual variabel.................................................. 32
3.1.3.2 Definisi operasional variabel................................................. 33
3.2 Subyek Penelitian............................................................................ 34
3.2.1 Populasi dan sampel................................................................. 34
3.2.2 Teknik pengambilan sampel...................................................... 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 35
3.3.1 Metode pengumpulan data....................................................... 35
ix
ix
3.3.2 Alat ukur penelitian................................................................... 36
3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian................................................. 37
3.4 Teknik Analisis Data........ ……………………………………………... 40
3.5 Prosedur Penelitian........................................................................... 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN.................................................................... 43
4.1 Gambaran Umum Responden............................................................43
4.1.1 Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin............................ 43
4.1.2 Gambaran umum berdasarkan usia........................................... 44
4.2 Deskripsi Data..................................................................................... 44
4.2.1 Kategorisasi skor adversity quotient............................................45
4.2.2 Kategorisasi skor prestasi belajar................................................45
4.3 Uji Persyaratan........…………………………………………………….....47
4.3.1 Uji normalitas……………………………………………………....... 47
4.3.2 Uji homogenitas…………………………………………………...... 49
4.4 Hasil Uji Hipotesis penelitian.............………………………………........ 50
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN........................................ 52
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 52
5.2 Diskusi.................................................................................................. 52
5.3 Saran.................................................................................................... 55
5.3.1 Saran teoritis……...……………………………………………........ 55
5.3.2 Saran praktis……………………………………………………........ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hubungan Pesimisme-Optimisme dan Respon terhadap Kesulitan 20
Tabel 3.1 Blue Print Skala Adversity Quotient 36
Tabel 3.2 Blue Print Revisi Skala Adversity Quotient 39
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden berdasarkan Jenis Kelamin 43
Tabel 4.2 Deskiptif Statistik 44
Tabel 4.3 Tabel Kategorisasi Adversity Quotient 45
Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Prestasi Belajar 46
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas 47
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas 49
Tabel 4.7 Korelasi Skala adversity Quotient dengan Prestasi Belajar Siswa 50
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran surat izin penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah
2. Lampiran surat keterangan penelitian dari SMUN 102 Jakarta Timur
3. Lampiran skala adversity quotient (try out)
4. Lampiran data mentah hasil try out skala adversity quotient
5. Lampiran validitas skala adversity quotient
6. Lampiran reliabilitas skala adversity quotient
7. Lampiran skala adversity quotient (penelitian)
8. Lampiran nilai rata-rata rapor siswa
9. Lampiran data mentah hasil penelitian skala adversity quotient
10. Lampiran tabel hasil.
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar mulai dari ia lahir
hingga akhir hayat. Baik belajar secara formal maupun secara informal, di dalam
lembaga pendidikan maupun di dalam kehidupan. Belajar bukanlah hanya suatu
kebutuhan melainkan keharusan bagi manusia dan untuk manusia itu sendiri agar
bisa berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan
pengalaman hidup yang diserap inderanya untuk belajar dan menjadikannya
kesempatan untuk terus berkembang. Belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri (Syah, 2007).
Kemampuan intelektual siswa diduga dapat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang
dalam belajar maka diperlukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui
prestasi yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Sehubungan dengan prestasi belajar, dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (1989) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
2
ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Sedangkan menurut
Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya. Jadi prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses pembelajaran.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa
tersebut.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu faktor
dari luar diri siswa (eksternal) dan faktor dari dalam diri siswa (internal). Faktor
eksternalnya antara lain: kesejahteraan lingkungan, kompetensi guru, dan
fasilitas belajar. Dan faktor internalnya antara lain: kecerdasan inteligensi,
kecerdasan emosional, sikap, minat, bakat, ketekunan, dan motivasi belajar
(Syah, 2007).
Sikap belajar siswa yang kurang baik misalnya: malas mengulang kembali
pelajaran, tertekan karena pekerjaan rumah yang berat, merasa rendah diri dan
menyerah ketika menghadapi soal-soal tes yang sulit, tertekan pada masalah
secara berlebihan, dan menjadi frustasi hingga lari dari masalah dan tanggung
jawab. Perasaan tertekan yang berulang kali terjadi pada diri siswa tersebut dapat
3
mengganggu proses berpikir yang normal sehingga berakibat rendahnya prestasi
belajar.
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, dibutuhkan daya juang siswa
agar dapat meraih hasil yang maksimal. Ketangguhan dan daya juang inilah yang
dikonseptualisasikan oleh Paul G Stoltz (2000) sebagai kecerdasan ketegaran
atau daya juang atau disebut juga Adversity Quotient (AQ).
Konsep ini muncul dikarenakan konsep IQ (intelligence Quotient) yang
menggambarkan tingkat kecerdasan individu dan EQ (Emotional Quotient) yang
menggambarkan aspek afektif dan keefektifan dalam berinteraksi dengan orang
lain (Goleman, 2001), dianggap kurang dapat memprediksi keberhasilan
seseorang.
Dalam kenyataannya, individu yang cerdas dan baik secara emosional
terkadang tidak mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya karena mereka cepat
menyerah bila dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan dan akhirnya mereka
berhenti berusaha dan menyia-nyiakan kemampuan IQ dan EQ yang dimilikinya.
Ini menunjukkan bahwa IQ dan EQ kurang bisa menjadi prediktor dalam
kesuksesan seseorang. Karena seperti halnya IQ, tidak setiap orang mampu
memanfaatkan EQ dan potensi lain dalam dirinya.
Kemudian Stoltz (2000) mengajukan teori mengenai AQ yang menurutnya
dapat menjembatani antara IQ dan EQ seseorang. Dengan Adversity Quotient ini
individu dapat mengubah hambatan menjadi peluang karena kecerdasan ini
merupakan penentu seberapa jauh individu mampu bertahan dalam menghadapi
dan mengatasi kesulitan (Stoltz, 2000). Stoltz menempatkan AQ di antara EQ
4
dan IQ. Hal ini dimaksudkan bahwa peran EQ dan IQ akan dapat menjadi
maksimal dengan adanya AQ yang menjadi jembatan penghubung antara
keduanya.
AQ yang dikonsepkan sebagai seberapa besar individu mampu dan mau
untuk berjuang merupakan faktor penting yang mampu membuat seseorang
memaksimalkan potensi IQ dan EQ-nya. Sebab tanpa adanya usaha dan daya
juang yang tinggi, maka IQ dan EQ seseorang akan menjadi sia-sia, tidak
terpakai atau tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga prestasi belajar
yang ingin dicapai menjadi tidak maksimal. Untuk itu, daya juang sangat
diperlukan dalam usaha pencapaian keberhasilan prestasi belajar.
Menurut Paul G Stoltz (2000) hidup ini seperti mendaki gunung. Kepuasan
dicapai melalui usaha yang tak kenal lelah untuk terus mendaki, meskipun
kadang-kadang langkah demi langkah yang dilalui terasa lambat dan
menyakitkan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat dimana seseorang
bergerak ke depan dan ke atas, terus maju dalam menjalani kehidupannya,
kendati terdapat beberapa rintangan. Oleh karena itu Stoltz (2000) membagi tipe
orang berdasarkan atas kemampuan mereka dalam mendaki. Yang pertama atau
tingkatan yang paling bawah adalah quitters, yaitu bagi mereka yang memilih
untuk berhenti, keluar, menghindari kewajiban, ataupun mundur darinya. Yang
kedua adalah campers, yaitu bagi mereka yang yang merasa cukup dalam
pendakiannya, untuk kemudian berhenti dan berkemah. Dan yang terakhir adalah
climbers, mereka yang digolongkan sebagai pendaki, yaitu mereka yang seumur
5
hidup memberikan dedikasinya tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan
atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik.
Banyak orang yang berhasil baik itu secara materi, ide, pengetahuan,
penemuan, karya seni, hak paten dan sebagainya didasarkan pada sikap pantang
menyerah, berani bangkit dari kegagalan dan selalu terus mencoba sampai
mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Bagi siswa yang dapat mengatasi
hambatan atau kegagalan menjadi peluang, tentu akan mendapatkan prestasi
belajar yang baik.
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa prestasi belajar seseorang
dapat dilihat dari daya juang atau kegigihannya sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini
sebagai bahan penelitian dengan judul: “Hubungan antara Adversity Quotient
dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur”.
1.2 Batasan dan Rumusan masalah
1.2.1 Batasan masalah
Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalah-masalah
yang akan diteliti, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
a. Adversity Quotient adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam merespon
kendali, asal usul kesulitan dan akibat dari kesulitan itu, jangkauan kesulitan,
dan berapa lama kesulitan itu akan berlangsung dalam dirinya serta memiliki
kesadaran dan kesanggupan untuk menjalani proses pencapaian tujuan
belajarnya dan memperbaiki cara merespon berbagai hambatan yang ada.
6
b. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari evaluasi atau tes dan aspek-
aspek lainnya yang dikuantitatifkan dan tercermin dalam nilai rapor siswa
pada akhir semester. Pada penelitian ini akan digunakan nilai rapor siswa di
semester II.
c. Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa/siswi kelas XI Tahun
Ajaran 2010/2011 di SMUN 102 Jakarta Timur
1.2.2 Rumusan masalah
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan yang signifikan antara Adversity Quotient dengan prestasi
belajar siswa?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa di SMUN 102
Jakarta Timur.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah dapat
memberikan kontribusi yang positif bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang psikologi, yaitu psikologi
pendidikan, dan dapat menjadi inspirasi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah
dapat membantu para guru, orang tua, dan para siswa untuk mengetahui
gambaran adversity quotient dan prestasi belajar pada siswa SMUN 102
Jakarta Timur. Dan membantu menyediakan informasi ilmiah yang dapat
digunakan untuk lebih mengenal, memahami dan mengarahkan siswa agar
dapat menjadi generasi penerus yang memiliki adversity quotient yang
baik.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah
yaitu pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
serta sistematika penulisan.
8
BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, pengertian adversity quotient, teori dasar adversity quotient, peran
adversity quotient, tipe-tipe dan ciri-ciri individu dalam adversity quotient,
dimensi dalam adversity quotient, dan faktor-faktor yang mempengaruhi adversity
quotient. Pada bab ini juga dijelaskan kerangka teori dan hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Bab ini meliputi pendekatan penelitian, definisi operasional, variabel penelitian,
populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, prosedur uji instrumen penelitian
dan metode analisis data.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum subyek penelitian, gambaran dan analisa kasus
serta analisis perbandingan kasus.
BAB 5 : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan, diskusi, dan saran.
9
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori dan hal-hal yang berhubungan
dengan prestasi belajar dan adversity quotient. Bab ini terdiri dari 4 subbab.
Subbab yang pertama membahas tentang prestasi belajar, subbab yang kedua
membahas tentang adversity quotient, subbab ketiga membahas kerangka berpikir
dalam penelitian ini dan subbab keempat membahas hipotesis penelitian.
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian prestasi belajar
Kemampuan intelektual siswa diduga dapat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang
dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui
prestasi yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989) prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan guru.
Menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
10
sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dan belajar itu sendiri memiliki makna
sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto,1999)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar
siswa dapat dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi
pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai pada rapor setiap bidang studi
setelah mengalami proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi dan hasil dari evaluasi tersebut dapat memperlihatkan
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa tersebut.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa (Syah,
2007), antara lain:
1. Faktor internal
Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis.
Aspek fisiologis atau aspek jasmaniah ditandai dengan kebugaran organ tubuh
dan sendi-sendinya. Untuk itu siswa perlu menjaga kesehatan dan kebugaran
tubuh, dengan tubuh yang sehat maka siswa dapat menyerap ilmu dengan baik
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Aspek psikologis meliputi:
a. Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa yaitu kemampuan memperoleh dan
menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahami
11
kosep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan di antara objek-
objek dan gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang
lebih berguna atau efektif (Suharnan, 2005)
b. Sikap mental siswa, menurut Tjundjing (2001) sikap mental itu meliputi:
tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercayaan terhadap diri sendiri,
dan keuletan. Terkait dengan Adversity Quotient ini maka keuletan adalah
merupakan kesanggupan seseorang dalam memperjuangkan cita-citanya.
Untuk dapat bertahan menghadapi kesukaran, seseorang harus melihatnya
sebagai tantangan yang harus diatasi. Dengan memiliki keuletan yang
besar, seorang siswa akan dapat memperoleh prestasi yang diharapkannya.
c. Bakat siswa, yaitu kemampuan untuk belajar yang terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih (Slameto, 2003)
d. Minat siswa, yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan sehingga orang tersebut merasa senang
dalam mempelajari sesuatu (Slameto. 2003).
e. Motivasi siswa, yaitu penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu
kegiatan dan dorongan ini bisa berasal dari dalam diri siswa ataupun dari
luar siswa (Dalyono, 2005)
12
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya dari luar siswa, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial (Suryabrata, 1998).
Faktor lingkungan sosial meliputi orangtua dan keluarga siswa, para guru,
teman-teman sekolah, dan teman-teman di rumah.
Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yaitu segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu.
2.2 Adversity Quotient
2.2.1 Pengertian adversity quotient
Dalam kamus bahasa Inggris, adversity berasal dari kata adverse yang artinya
kondisi tidak menyenangkan, kemalangan. Jadi dapat diartikan bahwa adversity
adalah kesulitan, masalah atau ketidakberuntungan. Sedangkan quotient menurut
kamus bahasa Inggris adalah derajat atau jumlah dari kualitas
13
spesifik/karakteristik atau dengan kata lain yaitu mengukur kemampuan
seseorang.
Adversity quotient merupakan suatu teori yang dicetuskan oleh Paul G Stoltz
untuk menjembatani antara kecerdasan intelektual (IQ) dengan kecerdasan
emosional (EQ). Karena menurut Stoltz (2000) kedua hal itu saja tidak cukup
untuk menjadi tolok ukur yang akan memprediksi keberhasilan seseorang.
Baginya, meskipun seseorang mempunyai IQ dan EQ yang baik namun tidak
mempunyai daya juang yang tinggi dan kemampuan merespons kesulitan yang
baik dalam dirinya, maka kedua hal tersebut akan menjadi sia-sia saja.
Stoltz menyebutkan kesuksesan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
seseorang dalam mengendalikan atau menguasai kehidupannya sendiri.
Kesuksesan juga sangat dipengaruhi dan dapat diramalkan melalui cara seseorang
merespons dan menjelaskan kesulitan. Menurut Stoltz, adversity quotient adalah
teori yang sesuai dan sekaligus ukuran yang bermakna dan seperangkat instrumen
yang diolah sedemikian rupa untuk membantu seseorang agar tetap gigih
menghadapi kemelut yang penuh tantangan (Stoltz, 2000)
Adversity Quotient dirumuskan oleh Paul G stoltz (2000) dengan
memanfaatkan tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu psikologi kognitif,
psikoneuroimunologi, dan neorufisiologi. Adversity quotient memasukkan dua
komponen penting dari setiap konsep praktis, yaitu teori ilmiah dan penerapannya
di dunia nyata. Stoltz mengatakan AQ mempunyai tiga bentuk, yaitu:
14
1. AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan
meningkatkan semua segi keuksesan
2. AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap
kesulitan
3. AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk
memperbaiki respons terhadap kesulitan.
Gabungan dari ketiga unsur ini meliputi pengetahuan baru, tolak ukur, dan
peralatan praktis, merupakan sebuah paket yang lengkap untuk memahami dan
memperbaiki komponen dasar dalam pendakian (kelangsungan hidup) sehari-hari
dan seumur hidup. Berdasarkan ketiga unsur tersebut, maka adversity quotient
merupakan skor yang dapat memberi tahu seberapa baik seseorang dapat bertahan
dalam kesulitan dan mengukur kemampuan seseorang untuk mengatasi krisis
apapun, menyelesaikan masalah dan sukses jangka panjang, memperkirakan siapa
yang menyerah dan siapa yang yang akan tetap bertahan. Seseorang yang
memiliki AQ tinggi, ia akan terus belajar dan berlatih agar mencapai hasil yang
maksimal. Apabila ia memperoleh nilai yang kurang baik, ia tidak menyerah
begitu saja. Ia akan tetap giat belajar hingga mencapai nilai yang diharapkan.
Seseorang yang memiliki AQ tinggi biasanya tidak puas begitu saja dengan hasil
yang telah dicapai, ia masih terus mencari lagi sesuatu yang lebih tinggi dari
keadaan ia saat itu. Sikap pantang menyerah ini sangat perlu dimiliki bagi siswa
yang ingin berhasil di sekolahnya.
15
2.2.2 Teori dasar adversity quotient
Stoltz (2000) mengemukakan dasar teori yang membangun AQ dengan istilah
the three building blocks of AQ, yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi,
dan neurophysiology. Balok pembangun teori AQ berasal dari cabang ilmu sains
yang berbeda. Dalam penelitian ini hanya menggunakan teori psikologi kognitif
saja.
Psikologi kognitif mencakup bidang penelitian yang ekstensif sehubungan
dengan kebutuhan manusia untuk mengendalikan dan menguasai hidupnya.
Meliputi konsep-konsep untuk memahami motivasi, efektifitas, dan kinerja
manusia. Teori ini didukung oleh lebih dari 600 studi pada ratusan universitas dan
lembaga diseluruh dunia. Diantaranya teori locus of control internal-eksternal,
learned helplessness dari M Selligman, dan attributional theory. Pada subbab ini
akan dijelaskan mengenai ketiga teori kognitif yang menjadi dasar penyusunan
AQ, seperti di bawah ini:
1. Locus of control (LoC)
Locus of control adalah konsep yang pertama kali ditemukan oleh Rotter pada
tahun 1966 dan telah banyak mendapatkan perhatian dalam penelitian di
bidang psikologi (Lefcort & Phares dalam Cooper, 1983). Spector
(Kusumowardhani, 2006) mendefinisikan Locus of control sebagai salah satu
karakteristik kepribadian yang telah dibuktikan memiliki peran yang penting
dalam menjelaskan perilaku individu dalam organisasi.
Definisi di atas menjelaskan bahwa locus of control adalah suatu konsep yang
menunjukkan derajat seberapa jauh seseorang mempersepsikan adanya
16
hubungan kedekatan antara tindakan-tindakan yang dilakukannya dengan hasil
yang diterima, yaitu apakah peristiwa-peristiwa yang dialaminya merupakan
akibat tindakannya sendiri ataukah oleh sebab lain disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan di luar kontrol dirinya. Individu-individu yang memiliki keyakinan
bahwa peristiwa-peristiwa yang mereka alami lebih ditentukan oleh faktor-
faktor di luar dirinya dikatakan sebagai individu yang memiliki locus of
control eksternal. Dalam hal ini imbalan yang didapatnya dari berbagai
peristiwa baik yang berupa peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa
yang tidak menyenangkan dapat dipersepsikan sebagai akibat dari
keberuntungan, kesempatan, nasib atau yang berada di bawah kontrol orang
lain yang berkuasa, atau juga sebagai suatu hal yang tidak dapat diduga karena
sangat kompleksnya kekuatan yang melingkupinya. Sedangkan individu yang
cenderung mempersepsikan adanya hubungan antara imbalan dengan tingkah
lakunya sendiri disebut sebagai individu yang memiliki kecenderungan locus
of control internal.
Penggolongan seseorang ke dalam locus of control internal dan eksternal itu
sebenarnya merupakan suatu kontinum, dimana orang-orang dapat diurutkan
sepanjang kontinum tersebut (Bintari, 2000). Dengan perkataan lain kita hanya
dapat mengatakan bahwa orang tersebut memiliki locus of control yang
cenderung internal ataupun cenderung eksternal.
Kecenderungan kontrol yang dimiliki seseorang apakah internal atau eksternal
ini dapat mempengaruhi munculnya suatu tingkah laku tertentu. Hal ini berarti
bahwa Locus of Control seseorang dapat dianggap sebagai anteseden dari
17
suatu tingkah laku. Dengan demikian, perbedaan dalam kecenderungan Locus
of control seseorang dapat mengakibatkan perbedaan dalam bertingkah laku,
berpikir, maupun merasakan sesuatu.
2. Learned helplessness
Definisi Learned Heplesness menurut Woolfolk (Sobiroh, 2010) adalah
harapan yang berdasarkan atas pengalaman yang dialami seseorang yang
berakhir pada kegagalan. Teori ini dipelipori oleh Martin Selligman (dari
Universitiy of Pennsyilvania), ia berusaha menjelaskan mengapa banyak orang
menyerah atau gagal ketika dihadapkan pada tantangan hidup. Selligman
(Bintari, 2000) menjelaskan bahwa ada tiga ciri yang menandakan seseorang
dalam keadaan Learned Helplessness. Pertama, harus pernah mengalami
situasi yang hasilnya tidak berkaitan dengan tingkah laku seseorang. Kedua,
orang tersebut membangun kepercayaan atau harapan bahwa responnya tidak
memiliki dampak, atau tidak berguna dalam mempengaruhi hasil. Ketiga,
berbagai variasi penurunan kognitif dan tingkah laku dihasilkan dari
kepercayaan tersebut; kinerja akan memburuk dan rasa melemahkan dan
kurangnya control yang akan dialami.
Learned Helplessness menjelaskan mengapa banyak orang yang putus asa dan
berhenti jika berhadapan dengan tantangan-tantangan hidup. Secara sederhana
Learned Helplessness terjadi dengan menginternalisasi kepercayaan bahwa
apa yang dilakukan seseorang berarti. Learned helplessness menjelaskan
tentang hilangnya control yang dipersepsikan terhadap kejadian yang
18
menyulitkan. Teori ini menggambarkan kekuatan kepercayaan bahwa sesuatu
yang dilakukan seseorang tidak membuat perbedaan (Stoltz, 2000).
Learned helplessness bertolak belakang dengan pemberdayaan
(empowerment) dan keduanya saling mengecualikan, serta tidak dapat ada
secara bersamaan. Learned helplessness dimiliki oleh orang dengan AQ
rendah dan menjadi penghalang yang pasti dari pemberdayaan dan pendakian
seseorang. Keberadaannya melemahkan kinerja, produktifitas, motivasi,
energi, belajar, peningkatkan, pengambilan resiko, kreativitas, kesehatan,
vitalitas, ketangguhan, dan ketekunan. (Stoltz, 2000)
3. Teori atribusi, gaya penjelasan, dan optimisme
Berkaitan erat dengan teori learned helplessness adalah gagasan bahwa sukses
seseorang banyak ditentukan oleh cara seseorang menjelaskan atau berespon
terhadap peristiwa dalam kehidupan. Menurut Selligman dan peneliti lain,
orang-orang yang berespon terhadap kemalangan sebagai stabil, internal, dan
dapat digeneralisasikan terhadap bagian lain dari kehidupan mereka, memiliki
kecenderungan untuk menderita dalam seluruh aspek kehidupannya.
Sedangkan mereka yang menjelaskan kemalangan sebagai suatu yang
eksternal, temporer, dan terbatas (pada kejadian itu saja) cenderung untuk
dapat menikmati keuntungan-keuntungan berkisar dari kinerja hingga
kesehatan mereka, (Stoltz, 2000).
19
Weiner (Bintari, 2000) menyatakan bahwa atribusi memiliki dimensi-dimensi
yang melandasi suatu atribusi kausal terhadap hasil prestasi dari keberhasilan
dan kegagalan. Dimensi tersebut meliputi:
a. Dimensi Stabilitas, dimensi yang menunjukkan faktor penyebab sebagai
sesuatu yang dapat berubah (temporer) atau cenderung bersifat tetap
sepanjang waktu. Dimensi ini berhubungan erat dengan harapan akan
keberhasilan maupun kegagalan. Dalam hal ini jika seseorang menganggap
keberhasilan yang diperolehnya bersifat stabil maka pada perilaku yang
berikutnya ia juga akan beranggapan bahwa hasil yang akan muncul
adalah keberhasilan juga. Bila kegagalan diatribusikan dengan penyebab
yang internal dan stabil akan menimbulkan reaksi afeksi yaitu perasaan
tidak berdaya.
b. Dimensi Kausalitas, dimensi yang menekankan pada pengatribusian
kinerja individu pada penyebab yang berasal dari dalam dirinya (internal)
atau berada di luar dirinya (eksternal). Dimensi ini berhubungan erat
dengan emosi dan harga dirinya seperti rasa bangga atau rasa malu. Jika
seseorang menganggap bahwa keberhasilan yang diperolehnya berasal dari
dalam dirinya, karena usahanya dan kecerdasannya akan memiliki harga
diri yang lebih positif dibandingkan dengan seseorang yang menganggap
bahwa keberhasilannya karena orang lain atau keberuntungan. Dimensi ini
secara afeksi berhubungan dengan self-esteem.
20
c. Dimensi Pengendali, yaitu dimensi yang menggambarkan derajat
pengendalian terhadap hasil atau penyebab. Dalam hal ini, apakah individu
memiliki kontrol terhadap hasil ataukah justru orang lain. Dimensi ini
berkaitan dengan evaluasi terhadap orang lain.
Peneliti perkembangan emosi terkemuka dari Universitas Illinois, Carol
Dweck (dalam Stoltz, 2000) menunjukkan bahwa anak yang tidak berdaya
mengatribusikan dan berfokus pada kegagalan sebagai sifat yang stabil.
Kegagalan tersebut dilihat sebagai kurangnya kemampuan sehingga anak tersebut
belajar lebih sedikit. Sementara anak yang menganggap penyebab sebagai suatu
yang temporal (tidak stabil) serta berorientasi pada penguasaan akan
berkonsentrasi untuk menutupi kegagalan. Anak perempuan berespon secara
berbeda dengan anak laki-laki terhadap kritik dari guru dan teman. Banyaknya
kritik yang permanent (stabil) dan mengena pada anak perempuan membuat
mereka belajar untuk mengatribusikan kegagalan pada sifat yang permanent.
Sementara anak laki-laki sering mendapatkan kritik yang temporer, sehingga
belajar untuk mengatribusikan kegagalan pada sumber temporer.
Selligman (dalam Stoltz, 2000) mendeskripsikan perbedaan atribusi stabil-
tidak stabil pada tabel 2.1 dengan pesimisme-optimisme.
Tabel 2.1 Hubungan pesimisme-optimisme dan respon terhadap kesulitan
Respon terhadap kesulitan
Orang pesimis Permanent Meluas Pribadi
Orang optimis Sementara Terbatas Eksternal
21
Orang yang pesimis memiliki kecenderungan untuk menganggap kesulitan
sebagai suatu yang permanent, menimpa seluruh kehidupannya dan diakibatkan
oleh dirinya sendiri (personal). Sedangkan orang yang optimis memiliki
kecenderungan untuk berespon pada kesulitan sebagai sesuatu yang akan berubah
(temporal), terbatas pada hal tertentu saja atau sebagian dari kehidupan saja dan
penyebabnya cenderung eksternal.
Dari seluruh teori kognitif di atas, Stoltz (2000) menyimpulkan suatu teori
baru yang ia sebut dengan teori Hibrida tentang kontrol yaitu:
a. Sukses secara signifikan dipengaruhi rasa control atau penguasaan terhadap
kehidupan
b. Sukses sangat dipengaruhi dan diprediksikan dengan bagaimana seseorang
berespon dan menjelaskan kesulitan
c. Individu berespon pada kesulitan dalam pola tertentu
d. Pola-pola bila tidak dikoreksi akan tetap konsisten sepanjang hidup
e. Bila kita dapat mengukur dan menguatkan bagaimana berespon terhadap
kesulitan, kita dapat menikmati produktivitas yang lebih besar, kinerja,
vitalitas, ketabahan, kesehatan, belajar, peningkatan, motivasi, dan sukses.
2.2.3 Peran adversity quotient
Makin buruk iklim atau keadaan, makin sedikit orang yang bertahan untuk
menghadapi tantangan. Makin sulit situasinya makin sedikit orang yang bersedia
atau mampu untuk memecahkannya. Hubungan antara harapan (kepercayaan
bahwa akan berakhir atau berhasil dengan baik), ketidakberdayaan (keyakinan
22
bahwa apapun yang dilakukan tidak akan baik), dan adversity; menunjukkan
bahwa adversity merupakan faktor pengubah yang menentukan apakah seseorang
tetap penuh harapan dalam keadaan sulit. Kemampuan untuk mendaki
menghadapi kesulitan ditentukan oleh AQ. Begitupun halnya dengan semangat
belajar siswa, apabila seorang siswa mampu bertahan dalam keadaan sulit dan
tetap berjuang untuk meraih prestasi belajar yang baik, maka siswa itu akan
memperoleh hasil yang maksimal degan kegigihan dan keuletannya tersebut.
2.2.4 Dimensi adversity quotient
Menurut Stoltz (2000) Adversity Quotient memiliki empat dimensi pokok
yaitu:
1. C = Control
C adalah singkatan dari control atau kendali. C mengungkap berapa banyak
kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan
kesulitan. Kendali yang sebenarnya dalam suatu situasi tak mungkin diukur,
kendali yang dirasakan jauh lebih penting.
Sulit untuk menaksir besar kekuatan dari kendali yang dirasakan itu, tetapi
tanpa kendali semacam itu, harapan dan tindakan akan hancur. Dengan
kendali semacam itu, hidup dapat diubah dan tujuan-tujuan akan terlaksana.
Mereka yang AQ-nya lebih tinggi merasakan kendali yang lebih besar atas
peristiwa-peristiwa dalam hidup, dibandingkan dengan mereka yang ber-AQ
rendah.
23
2. O2 = Origin dan Ownership
O2 merupakan gabungan antara Origin (asal usul) dengan Ownership
(pengakuan), menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang
sumber masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang
terjadi bersumber dari dirinya atau ada faktor-faktor lain diluar dirinya. O2
menyatakan dua hal yaitu siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan, dan
sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat dari kesulitan itu. Orang yang
memiliki AQ rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak
semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang menimpanya. Dalam banyak
hal, mereka melihat bahwa dirinyalah penyebab dari kesulitan tersebut.
Sebenarnya rasa bersalah memiliki dua fungsi penting. Pertama, rasa bersalah
akan membantu seseorang untuk belajar dan bangkit untuk memperbaiki
tingkah lakunya. Yang kedua, rasa bersalah dapat berakibat penyesalan.
Penyesalan dapat memaksa seseorang untuk merenung lebih dalam dan
mempertimbangkan hal-hal yang mungkin dapat melukai hati orang lain.
Penyesalan dapat menjadi motivator bila dilakukan dalam batas yang wajar
untuk membantu seseorang dalam memperbaiki kesalahan yang pernah
diperbuatnya.
3. R = Reach
Reach berarti jangkauan, R menjelaskan sejauh mana kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan seseorang. Respon-respon
dari AQ rendah dapat membuat kesulitan menjadi luas ke segi-segi lain dalam
24
kehidupan seseorang. Semakin besar jangkauan seseorang maka semakin
besar kemungkinan seseorang membatasi jangkauan masalahnya pada suatu
peristiwa yang sedang ia hadapi.
Membatasi jangkauan kesulitan akan memungkinkan seseorang untuk berpikir
jernih dan mengambil tindakan. Membiarkan jangkauan kesulitan memasuki
satua atau lebih wilayah kehidupan seseorang, akan membuat seseorang
kehilangan kekuatannya untuk terus melakukan pendakian.
4. E = Endurance
E atau endurance (daya tahan) menjelaskan tentang bagaimana seseorang
memandang jangka waktu berlangsungnya masalah yang muncul. Apakah ia
memandang masalah tersebut terjadi secara permanen dan berkelanjutan atau
hanya dalam waktu yang singkat saja.
Semakin rendah endurance seseorang, maka semakin besar kemungkinan
orang itu menganggap kesulitan dan penyebabnya akan berlangsung lama.
Sebaliknya jika endurance seseorang itu tinggi, maka akan semakin besar
kemungkinan orang itu akan menganggap kesulitan adalah hal yang akan
berlalu dan tidak berlangsung lama.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adversity quotient
seseorang. Stoltz (2000) mengatakan faktor-faktor ini mencakup semua yang
deperlukan seseorang untuk mendaki, yaitu:
25
1. Daya saing
Berdasarkan penelitian oleh Satterfield dan Seligman (Stoltz, 2000) pada saat
perang Teluk, mereka menemukan bahwa orang-orang yang merespons kesulitan
secara optimis bisa diramalkan akan bersikap lebih agresif dan mengambil lebih
banyak resiko, dibanding orang yang pesimis.
Orang-orang yang bereaksi secara konstruktif terhadap kesulitan lebih tangkas
dalam memelihara energi, fokus, dan tenaga yang diperlukan supaya berhasil
dalam persaingan. Persaingan sebagian besar berkaitan dengan harapan, kegesitan,
dan keuletan, yang sangat ditentukan oleh cara seseorang menghadapi tantangan
dan kegagalan dalam hidupnya.
2. Produktivitas
Dalam penelitiannya di Metropolitan Life Insurance Company, Seligman (Stoltz,
2000) membuktikan bahwa orang yang tidak merespons kesulitan dengan baik
menjual lebih sedikit, kurang produktif, dan kinerjanya lebih buruk daripada
mereka yang merespons kesulitan dengan baik.
3. Kreativitas
Inovasi pada intinya merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan. Inovasi
membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat
menjadi ada. Menurut Joel Barker (Stoltz, 2000) kreativitas muncul dari
keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi
26
kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang tidak pasti. Orang-orang yang tidak
mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif.
4. Motivasi
Stoltz (2000) pernah melakukan pengukuran adversity quotient terhadap
perusahaan farmasi. Ia meminta direktur perusahaan itu untuk mengurutkan
timnya sesuai dengan motivasi mereka yang terlihat. Lalu ia mengukur anggota-
anggota tim tersebut. Tanpa kecuali, baik berdasarkan pekerjaan harian maupun
untuk jangka panjang. Hasilnya, mereka yang dianggap sebagai orang yang paling
memiliki motivasi ternyata memiliki AQ yang tinggi pula.
5. Mengambil resiko
Dengan tiadanya kemampuan untuk memegang kendali, tidak ada alasan untuk
mengambil resiko. Sebagaimana telah dibuktikan oleh Satterfield dan Seligman
(Stoltz, 2000), orang- orang yang merespons kesulitan secara lebih konstruktuf
bersedia mengambil lebih banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial dari
pendakian.
6. Perbaikan
Kita berada dalam era yang terus menerus melakukan perbaikan agar dapat
bertahan hidup, baik itu di dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi.
Stoltz (2000) telah melakukan pengukuran terhadap AQ para perenang. Ia
27
menemukan bahwa orang yang memiliki AQ lebih tinggi menjadi lebih baik
serdangkan orang yang memiliki AQ rendah menjadi lebih buruk.
7. Ketekunan
Ketekunan adalah kemampuan untuk terus menerus berusaha, bahkan pada saat
dihadapkan pada kemunduran atau kegagalan. Seligman (Stoltz, 2000)
membuktikan bahwa tenaga penjual, kadet militer, mahasiswa, dan tim-tim
olahraga yang merespons kesulitan dengan baik akan pulih dari kekalahan dan
mampu bertahan.
8. Belajar
Seligman dan peneliti-peneliti lainnya (Stoltz, 2000) membuktikan bahwa orang-
orang yang pesimis merespons kesulitan sebagai hal yang permanen, pribadi, dan
meluas. Carol Dweck (Stoltz, 2000) membuktikan bahwa anak-anak dengan
respons pesimis terhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki rasa optimis. Banyak hal dan
masalah yang dapat merintangi seorang siswa dalam meraih impian dan cita-
citanya. Masalah-masalah yang menjadi rintangan itu sangat beraneka ragam, baik
dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Walaupun banyak terdapat rintangan dalam pencapaian impian dan cita-cita,
siswa akan berusaha untuk mencapai suatu prestasi di sekolahnya. Seorang siswa
baru dapat dikatakan berhasil apabila dapat meraih prestasi yang gemilang.
28
Dengan adanya daya juang dan keuletan dalam belajar diharapkan seorang siswa
mampu meraih prestasi belajar yang baik.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa diharapkan dapat
memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Prestasi itu diperoleh dengan cara
belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Akan tetapi terkadang siswa
dihadapkan dengan berbagai hambatan, baik dari dalam diri siswa tersebut
maupun dari lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa menjadi kurang
bersemangat atau menyerah pada keadaan. Hal tersebut tentu saja dapat membuat
prestasi siswa menjadi menurun atau bahkan tinggal kelas.
Untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri, seorang siswa
hendaknya mempunyai daya juang yang tinggi dan tidak mudah menyerah jika
berhadapan dengan kesulitan, inilah yang dikonsepkan sebagai Adversity Quotient
oleh Paul G Stoltz (2000). Konsep ini muncul dikarenakan konsep IQ yang
menggambarkan tingkat kecerdasan individu dan EQ yang menggambarkan aspek
empati, dan keefektifan dalam berinteraksi dengan orang lain, dianggap kurang
dapat memprediksi keberhasilan seseorang baik dalam pendidikan maupun dalam
hidupnya.
Sebab dalam kenyataannya, banyak individu yang cerdas secara intelektual
dan emosional, namun tidak mendapatkan keberhasilan dalam hidupnya
dikarenakan mereka mudah menyerah bila dihadapkan pada kesulitan atau
kegagalan sehingga kemampuan IQ dan EQ mereka menjadi sia-sia.
29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tjunjing (2001) yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara IQ, EQ, dan AQ dengan prestasi studi pada siswa
SMU, hasil yang diperoleh adalah tidak adanya korelasi antara AQ dengan
prestasi belajar. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintari (2000)
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan
prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi dan fakultas teknik di
Universitas Indonesia. Hal ini bertentangan dengan teori yang diajukan oleh Stoltz
bahwa di saat seseorang berada dalam keadaan sedang mengalami kesulitan,maka
akan mempengaruhi pencapaiannya dalam memperoleh sesuatu.
Stoltz (2000) mengajukan teori adversity quotient ini karena menurutnya AQ
dapat menjembatani antara IQ dan EQ seseorang. Dengan adversity quotient ini
seseorang dapat mengubah hambatan menjadi peluang kesuksesan karena
kecerdasan ini merupakan penentu seberapa jauh seseorang mampu bertahan
dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam hidupnya.
AQ
tinggi Prestasi Belajar
(nilai rapor) meningkat
Adversity Quotient :
a. Control b. Origin and
Ownership c. Reach d. Endurance
AQ rendah
Prestasi Belajar (nilai rapor)
menurun
30
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan
antara variabel-variabel dalam penelitian (Sevilla, 1993). Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
a. Hipotesis Alternatif (Ha)
“ Ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan prestasi belajar
siswa di SMUN 102 Jakarta Timur”
b. Hipotesis Nihil (Ho)
“Tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan prestasi
belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur”
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari tujuh subbab. Subbab pertama membahas pendekatan
penelitian. Subbab kedua membahas tentang variabel penelitian dan definisi
operasional. Subbab ketiga membahas populasi dan sampel. Subbab keempat
membahas tentang pengumpulan data. Subbab kelima membahas uji instrumen
penelitian. Subbab keenam membahas metode analisis data. Dan pada subbab
ketujuh membahas mengenai prosedur penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara
adversity quotient dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
dikarenakan pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan
statistik. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2008).
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-
angka statistik. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian
sampel besar.
32
3.1.2 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.
Sevilla (1993) mengemukakan bahwa studi korelasional adalah penelitian
deskriptif yang sering digunakan untuk mencari hubungan antar beberapa
variabel. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat serta arah hubungan antara
adversity quotient (variabel independen/bebas) dengan prestasi belajar siswa
(variabel dependen/terikat).
3.1.3 Definisi konseptual variabel dan operasional variabel
3.1.3.1 Definisi konseptual variabel
Variabel penelitian adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih
nilai atau sifat yang berdiri sendiri. Kerlinger (Sevilla, 1993) menyebutkan
variabel sebagai konstruksi atau sifat (properties) yang diteliti. Variabel dalam
penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (IV) dan variabel terikat (DV). Sevilla
(1993) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau hasil dari penelitian.
a. Variabel X (variabel bebas / Independent variabel) : Adversity Quotient
Adversity quotient merupakan kemampuan yang dimiliki siswa dalam
merespon kendali, asal usul kesulitan dan akibat dari kesulitan itu, jangkauan
kesulitan, dan berapa lama kesulitan itu akan berlangsung dalam dirinya serta
memiliki kesadaran dan kesanggupan untuk menjalani proses pencapaian
tujuan belajarnya dan memperbaiki cara merespon berbagai hambatan yang
33
ada. Melalui lima indikator yaitu CO2RE (Control, Origin, Ownership, Reach,
Endurance)
b. Variabel Y (variabel terikat / dependent variabel): prestasi belajar
Prestasi belajar adalah nilai atau hasil yang diperoleh dari evaluasi atau tes dan
aspek-aspek lainnya yang dikuantitatifkan dan tercermin dalam nilai raport
siswa pada akhir semester.
3.1.3.2 Definisi operasional variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas
suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur (Kountour, 2003). Berdasarkan
konsep-konsep dan teori yang telah diuraikan, penulis merumuskan definisi
operasional mengenai variabel-variabel dalam penelitian, yaitu:
a. Adversity quotient dioperasionalisasikan melalui skor skala adversity
quotient yang terdiri dari aspek-aspeknya, yaitu: (1) Control yang
mengungkap berapa banyak kendali yang seseorang rasakan terhadap
sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan, (2) Origin and Ownership
merupakan dimensi yang menjelaskan siapa atau apa yang menjadi
penyebab kesulitan (origin), dan sampai sejauh mana seseorang merasakan
akibat-akibat kesulitan itu (ownership), (3) Reach adalah dimensi yang
menjelaskan sejauh mana kesulitan yang dialami akan menjangkau bagian-
bagian lain dan berdampak pada kehidupan seseorang, (4) Endurance
34
adalah dimensi yang mempertanyakan lama kesulitan dan berapa lama
penyebab dari kesulitan itu akan berlangsung.
b. Prestasi belajar yang dioperasionalisasikan melalui skor berupa nilai rata-
rata dalam raport siswa pada semester II.
3.2 Subjek penelitian
3.2.1 Populasi dan sampel
Menurut Sugiono (2007), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sebagai suatu populasi, kelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau
karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subyek yang lain
(Azwar, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI (XI IPS 1- 4
dan XI IPA) yang berjumlah 192 siswa angkatan 20010/2011 di SMUN 102
Jakarta Timur.
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari
populasi atau porsi dari suatu populasi (Sevilla, 1993). Sedangkan untuk
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 113
siswa, hal ini dilakukan guna memperoleh hasil lebih maksimal
35
3.2.2 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive
Sampling. Menurut Sugiyono (2007) teknik Purposive Sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini, karakteristik
sampel yang digunakan adalah: siswa tersebut duduk di kelas XI, siswa tersebut
tidak disertakan dalam try out, dan memiliki nilai rapor SMU. Karena pada saat
melakukan try out, yang dijadikan sampel adalah kelas XI IPS 2 dan 4, maka
sampel untuk penelitian ini menggunakan kelas XI yang tersisa yaitu kelas XI IPS
1 dan 3 serta kelas XI IPA angkatan 2010/1011 di SMUN 102 Jakarta Timur
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai oleh peneliti untuk
memperoleh data yang akan diteliti. Dalam proses pengumpulan data penelitian
ini, peneliti menggunakan skala. Azwar (2005), menyatakan bahwa skala adalah
daftar pernyataan yang akan mengungkap performansi yang menjadi karakter
tipikal pada subyek yang diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk respon-
respon terhadap situasi yang dihadapi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada skala model Likert yaitu metode penskalaan pernyataan individu
yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai skalanya
(Saifuddin Azwar, 2005). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan alat pengumpul data yaitu skala adversity quotient.
36
3.3.2 Alat ukur penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan skala yang
terdiri dari pernyataan-pernyataan mengenai keadaan diri subyek. Bentuk skala
yang digunakan dalam membuat pernyataan pada penelitian ini adalah dengan
skala model Likert. Alat ukur yang digunakan adalah:
1. Skala Adversity Quotient (AQ)
Skala adversity Quotient ini digunakan untuk mengukur kualitas adversity
quotient (daya juang) individu dengan menggunakan penskalaan model Likert
(Kerlinger, 2004). Dalam pembuatan item-item pernyataan skala adversity
quotient ini disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Stoltz
(2000) yaitu: control, origin, ownership, reach, dan endurance.
Tabel 3.1
Blue Print Skala Adversity Quotient
No DIMENSI F UF Σ
1 Control 1, 9, 17, 25, 33, 41,
49, 55
5, 13, 21, 29, 37,
45, 50, 56
16
2 Origin and
Ownership
2, 10, 18, 26, 34,
42, 51, 57, 61, 62
6, 14, 22, 30, 38,
46, 53, 58, 63, 64
20
3 Reach 3, 11, 19, 27, 35,
43, 52, 59, 65
7, 15, 23, 31, 39,
47, 54, 60, 66
18
4 Endurance 4, 12, 20, 28, 36, 44 8, 16, 24, 32, 40,
48
12
Jumlah 33 33 66
37
Item-item yang berada dalam angket ini dabagi menjadi dua macam yaitu: 33 item
favourable dan 33 item unfavourable. Penilaian untuk item yang favourable
adalah sebagai berikut: bila Sangat Sesuai (SS) bernilai 4, Sesuai (S) bernilai 3,
Tidak Sesuai (TS) bernilai 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) bernilai 1. sedangkan
untuk penilaian item unfavourable adalah sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS)
bernilai 1, Sesuai (S) bernilai 2, Tidak Sesuai (TS) bernilai 3, Sangat Tidak Sesuai
(STS) bernilai 4.
Subyek akan diminta untuk merespon item-item pernyataan yang terdapat dalam
skala tersebut, dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban yang
menggambarkan tentang dirinya sendiri dan bukan pendapat orang lain tentang
suatu pernyataan. Skala akhir subjek merupakan skor total dari jawaban pada
setiap pernyataan.
2. Skor yang digunakan dalam prestasi belajar yaitu nilai rata-rata raport siswa
pada semester II.
3.3.3 Teknik uji instrumen
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen. Uji
instrumen ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2 dan IPS 4 angkatan 2010/2011
di SMUN 102 Jakarta Timur sebanyak 72 siswa. Tujuan dari pelaksanaan uji
instrumen ini adalah sebagai berikut:
38
a. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam
menyelesaikan pengisian instrumen.
b. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang
diberikan.
c. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan
skor total.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang
valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validitas suatu butir
pernyataan dapat dilihat dari hasil output SPSS 16.00. menilai kevalidan masing-
masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation
masing-masing butir pernyataan.
Dari hasil uji instrumen pada 72 siswa di SMUN 102 Jakarta Timur, diperoleh
r kriteria sebesar 0,30. item-item yang memiliki korelasi signifikan atau >0,30
kemudian hasilnya dipilih sebagai item dalam skala adversity quotient.
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap 66 item skala adversity quotient,
diperoleh 28 item yang valid dan 38 item yang tidak valid.
Berikut ini penyebaran distribusi item berdasarkan hasil validitas :
39
Tabel 3.2
Blue print revisi skala Adversity Quotient
No DIMENSI F UF JUMLAH
1 Control 1, 9, 16, 23, 28 2 6
2 Origin And Ownership 3, 10, 17, 24 4, 11, 18 7
3 Reach 5, 12, 19, 25 6, 13, 20 7
4 Endurance 7, 14, 21, 26 8, 15, 22, 27 8
Jumlah 17 11 28
d. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat reliabilitas skala tersebut.
Sedangkan uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-
konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
bentuk skala. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbach’s alpha > dari 0.60. Adapun hasil perhitungan reliabilitas terhadap
skala adversity quotient diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,8305. dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk
digunakan karena menurut Azwar (2004) suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60.
40
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari
penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi
antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa di sekolah, dan bagaimana
arah hubungan kedua variabel itu, yang ditentukan pada taraf signifikansi sebesar
0,01 pada two tailed test.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik dengan
dibantu program SPSS 16.00 for windows, yaitu:
a. Deskripsi Data
Digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden. Analisis deskriptif
memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan gagasan
untuk keperluan analisis kategorisasi jenjang dengan mencari Mean, Median,
dan Modusnya.
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian
ini, apakah terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient
dengan prestasi belajar siswa di sekolah, dipergunakan metode Spearman
Correlation.
Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS
versi 16.00 yang akan diinterpretasikan dengan mengacu pada tabel koefisien
korelasi. Koefisien korelasi adalah rangkuman statistik tentang tingkat dan
arah dari hubungan antara dua variabel. Kuat lemahnya hubungan yang ada
41
diantara dua variabel ditunjukkan oleh besar kecilnya angka koefisien
korelasi. Menurut Santoso (1999), jika dua gejala berjalan sejajar atau searah,
korelasi antara dua gejala itu disebut positif. Sebaliknya jika berlawanan arah
atau terbalik korelasinya disebut negatif.
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang
diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan penelitian
a. dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah
b. menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Kedua variabel itu adalah
adversity quotient dan nilai rapor siswa.
c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat
d. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu skala Adversity Quotient yang dirancang berupa
skala Likert.
2. Tahap uji coba
Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, maka peneliti
melakukan uji coba alat ukur adversity quotient di SMUN 102 Jakarta Timur
42
pada siswa kelas XI IPS 2 dan 4 yang berjumlah 72 siswa. Uji coba ini
dilakukan dengan menyebar angket skala adversity quotient.
3. Tahap pengambilan data
a. menentukan jumlah sampel penelitian
b. memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian
c. melaksanakan pengambilan data pada tanggal 23 Juli dan 5 Agustus 2010.
d. Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden yang
berjumlah 113 siswa di kelas XI IPS 1 dan 3 serta kelas XI IPA.
4. Tahap pengolahan data
a. Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
c. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
d. Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Responden
Untuk gambaran umum responden dalam penelitian ini, peneliti akan
mendeskripsikan dan memperjelas dengan penyajian data dalam bentuk tabel dari
jumlah sampel hasil penelitian, jenis kelamin, dan usia siswa. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 23 Juli dan 5 Agustus 2010 dan subjek dalam penelitian
ini adalah 113 siswa/siswi di SMUN 102 Jakarta Timur yang duduk di kelas XI
IPS 1, IPS 3, dan IPA.
4.1.1 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin
Adversity quotient Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase ∑ µ t-
test Laki-laki 33 29,2 % 80,243 Perempuan 80 70,8 % 81,387
0,392
Total 113 100 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah siswa
perempuan yaitu 80 orang dengan persentase 70,8 %, sedangkan responden siswa
laki-laki berjumlah 33 orang dengan persentase 29,2 %.
44
Untuk nilai rata-rata adversity quotient pada laki-laki (80,243) lebih kecil
daripada perempuan (81,387) dengan perbedaan nilai sebesar 1,144. Dapat dilihat
di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,392 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan adversity quotient pada siswa laki-laki dan
perempuan.
4.1.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia
Berdasarkan usia, subyek dalam penelitian ini berada dalam masa remaja
akhir yaitu dalam rentang usia 16 – 18 tahun. Adapun siswa yang berusia 16 tahun
berjumlah 87 siswa (76,9 %), berusia 17 tahun berjumlah 18 siswa (15,9 %), dan
yang berusia 18 tahun berjumlah 8 siswa (7,2 %).
4.2 Deskripsi Data
Untuk mengetahui hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar
siswa SMUN 102 Jakarta Timur peneliti melakukan ketegorisasi rentangan untuk
setiap responden. Untuk mengkategorisasikan peneliti terlebih dahulu menghitung
mean dan standar deviasi dari data yang didapat dengan menggunakan SPSS
16.00, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2
Deskripsi data
N Mean Min Max Std Dev
Adversity Quotient 113 81.05 68 106 6.43
Prestasi belajar 113 77.09 71 82 2.46
45
4.2.1 Kategorisasi skor adversity quotient
Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur, misalnya dari rendah ke tinggi, dari negatif ke
positif, dan semacamnya. Dalam penentuan nilai tersebut peneliti menggunakan
skala adversity quotient yang terdiri dari 28 item pernyataan.
Untuk mengetahui tingkat adversity quotient siswa, penulis menggunakan
kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval
dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 113 orang dengan variabel
adversity quotient dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) sebesar 81,05, nilai
minimum 68, nilai maksimum 106, dengan nilai standar deviasi sebesar 6,43.
Adapun tingkat adversity quotient siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Tabel kategorisasi Adversity Quotient
Interval Kategorisasi Klasifikasi Frekuensi Persentase
> 87,48 Tinggi x>(M + 1 SD) 16 14,2 %
74,62-87,48 Sedang (M+SD)≥x≥(M-SD) 85 75,2 %
< 74,62 Rendah M – 1 SD 12 10,6 %
4.2.2 Kategorisasi skor prestasi belajar
Dalam menentukan nilai kategorisasi peneliti menggunakan data nilai rata-
rata rapor siswa pada semester 2. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa,
penulis menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang
46
dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 113 orang dengan rata-rata (mean) sebesar 77,09, nilai minimum 71, nilai
maksimum 82, dengan nilai standar deviasi sebesar 2,46.
Adapun tingkat prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Tabel kategorisasi prestasi belajar
Kategori Klasifikasi Sebaran Interval Frekuensi Persentase
Tinggi x>(M + 1 SD) > 79,55 14 12,4 %
Sedang (M + SD)≥x≥(M-SD) 74,63-79,55 95 84,1 %
Rendah X < (M – SD) < 74,63 4 3,5 %
Jumlah 113 100 %
Untuk standar nilai kelulusan siswa, sekolah ini menggunakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ini terdapat pada tiap
mata pelajaran. Untuk kelas XI terdapat 17 mata pelajaran. Apabila terdapat
empat mata pelajaran yang tidak mencapai nilai pada kriteria ketuntasan minimal
(KKM) maka siswa tersebut dinyatakan tidak naik kelas. Oleh karena penelitian
ini dilakukan setelah siswa naik kelas, maka seluruh responden yang digunakan
pada penelitian ini adalah siswa yang telah dinyatakan lulus atau naik kelas.
47
4.3 Uji Persyaratan
4.3.1 Uji normalitas
Data-data berskala interval sebagai hasil suatu pengukuran pada umumnya
mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak
mengikuti asumsi normal. Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Untuk data yang
berdistribusi secara normal maka perhitungan datanya menggunakan metode
statistik parametrik (Sugiyono, 2007), sebaiknya data yang tidak berdistribusi
secara normal perhitungan datanya menggunakan metode statistik non-parametrik.
Kuncono (2003) menjelaskan untuk melakukan uji normalitas dengan jumlah
responden lebih dari 100 orang, sebaiknya digunakan rumus yang diformulasikan
oleh Kolmogrov-Smirnov. Apabila taraf signifikansi dari Kolmogrov-Smirnov
lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05, maka distribusi
data normal, dan apabila kurang dari 0,05, maka distribusi data tidak normal.
Berdasarkan hasil perhitungan yang peneliti lakukan dengan menggunakan
SPSS versi 16.00, selengkapnya lihat tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.5
Hasil uji normalitas skala adversity quotient
Kolmogorov-Smirnov
Statistic df Sig
Adversity Quotient .112 113 .001
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan uji normalitas dengan
menggunakan program SPSS 16.00 untuk skala adversity quotient didapat Sig.
48
Kolmogrov-Smirnov ( 0,001 ) lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan
yaitu (0,05) maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skala adversity quotient
tidak normal. Dan berikut ini adalah gambar diagram Scatterplot hasil SPSS 16.00
for windows. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Grafik di atas menggambarkan penyebaran data pada skala adversity quotient,
grafik tersebut memperlihatkan bahwa penyebaran datanya tidak normal yang
ditandai dengan penyebaran data sebagian besar tidak berada di garis normal. Ada
beberapa item berada pada garis normal, namun sebagian besar item tidak berada
pada garis normal.
49
4.3.2 Uji homogenitas
Uji homogenitas diperlukan terutama pada pengujian beda rata-rata yang
saling independen. Pengujian homogenitas varian digunakan untuk mengetahui
variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test. Adapun hipotesis
yang dapat diajukan adalah:
Ho : varians data bersifat homogen (varians sama)
H1 : varians data bersifat tidak homogen (varians tidak sama)
Pengambilan keputusan dengan menggunakan uji probabilitas:
1. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
2. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS
versi 16.00 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Tabel Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 1.398 1 111 .240
Based on Median 1.283 1 111 .260
Based on Median and with adjusted df 1.283 1 105.446 .260
adversity quotient
Based on trimmed mean 1.237 1 111 .268
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 1.377 1 111 .243 Based on Median 1.451 1 111 .231 Based on Median and with adjusted df 1.451 1 106.445 .231
prestasi belajar
Based on trimmed mean 1.383 1 111 .242
50
Dari hasil tabel tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas
menggunakan program SPSS 16.00 untuk skala adversity quotient didapat Sig.
(0,240) lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu (0,05) maka dapat
dikatakan bahwa data skala adversity quotient memiliki varian yang homogen,
atau data berasal dari populasi-populasi dengan varian yang sama.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hasil penelitian berupa uji korelasi dan uji hipotesis antara adversity
quotient dengan prestasi belajar. Analisa statistik untuk menguji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Correlation, yaitu dengan
mengkorelasikan jumlah skor variabel adversity quotient dengan nilai prestasi
belajar siswa. Rumus Spearman Corelation ini digunakan untuk mengetahui
kekuatan hubungan antara dua variabel, dan rumus ini digunakan karena data
yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal sehingga
menggunakan statistik non parametrik (Santoso, 1999), untuk menghitungnya
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.00, adapun hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Korelasi skala adversity quotient dengan prestasi belajar siswa
adversity quotient prestasi belajar
Correlation Coefficient 1.000 .042
Sig. (2-tailed) . .655
adversity quotient
N 113 113
Correlation Coefficient .042 1.000
Sig. (2-tailed) .655 .
Spearman's rho
prestasi belajar
N 113 113
51
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil uji korelasi antara
adversity quotient dengan prestasi belajar pada pada Spearman Correlation
diketahui hasil 0,042. sedangkan r tabel untuk sampel 113 orang pada α = 5 %
adalah 0,1832.
Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan, diperoleh r = 0,042 karena r
hitung lebih kecil daripada r tabel sebesar 0,1832, maka hipotesis nol (Ho) yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dengan
prestasi belajar diterima. Hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
adversity quotient dengan prestasi belajar siswa.
52
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian mengenai hubungan
antara adversity quotient dengan prestasi belajar pada siswa SMUN 102 Jakarta
Timur. Selanjutnya pada subbab diskusi akan membahas hasil penelitian, dan
kemudian akan ditutup dengan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient
dengan prestasi belajar siswa SMUN 102 Jakarta Timur. Tidak ada hubungan
antara dua variabel tersebut, karena dari hasil yang diperoleh ternyata r hitung
sebesar 0,042 pada Spearman Correlation yang menunjukkan lebih kecil dari r
tabel pada α = 0,05 sebesar 0,1832., artinya bahwa adversity quotient yang tinggi
tidak menjamin prestasi belajar yang tinggi.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 113 orang siswa
di SMUN 102 Jakarta Timur, peneliti tidak menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara adversity quotient dengan prestasi belajar siswa. Hal ini
berdasarkan perhitungan Spearman Correlation antara skor adversity quotient
dan nilai rapor siswa.
53
Dalam penelitian ini, terbukti bahwa adversity quotient (daya juang) tidak
memiliki hubungan terhadap prestasi belajar siswa. Maksudnya bahwa AQ tidak
berhubungan langsung terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Tjunjing (2001).
Penelitian Tjunjing bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IQ, EQ, dan AQ
dengan prestasi studi pada siswa SMU, hasil yang diperoleh adalah tidak adanya
korelasi antara AQ dengan prestasi belajar. Dan juga penelitian yang dilakukan
oleh Bitari (2000) bahwa tidak ada hubungan antara adversity quotient dengan
prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi dan fakultas tehnik di
Universitas Indonesia. Kemungkinan hal ini disebabkan karena peneliti tidak
menggunakan variabel lain yang berhubungan dengan prestasi belajar seperti
intelegensi siswa, motivasi belajar siswa, self efficacy, dan sebagainya. Hal ini
tentunya bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Stoltz (2000) bahwa
di saat seseorang berada pada suatu keadaan sedang menghadapi sebuah kesulitan,
maka akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan atau prestasinya.
Menurut Selligman dan peneliti lain dalam buku Stoltz, individu yang
berespon terhadap kesulitan sebagai sesuatu yang bersifat tetap, internal dan dapat
mempengaruhi secara umum terhadap bagian lain dari kehidupan individu,
memiliki kecenderungan untuk merasa selalu gagal. Namun, bagi individu yang
dapat menerima suatu kesulitan sebagai sesuatu yang sifatnya eksternal,
sementara, dan terbatas, cenderung menikmati banyak manfaat berkisar kinerja
hingga pencapaian keberhasilan atau prestasi.
54
Diakui adanya keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat menjadi
kelemahan bahwa penulis tidak mengukur variabel lain yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa diantaranya adalah variabel IQ. Menurut Slameto (Mamahit,
2004), IQ merupakan faktor internal dalam mempengaruhi prestasi belajar,
kecerdasan seseorang dapat menentukan pencapaian keberhasilan dalam belajar.
Selain faktor intelligensi, banyak faktor lain yang juga mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar siswa, khususnya dari segi faktor psikologis, yaitu bakat siswa,
minat siswa, dan motivasi siswa. Semua itu saling mendukung satu sama lain.
Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya hendaknya ikut memperhatikan hal-
hal tersebut.
Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa tidak ada perbedaan adversity
quotient antara siswa laki-laki dan perempuan, hal ini terbukti berdasarkan nilai
signifikansi t-test adversity quotient sebesar 0,392 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan adversity quotient antara siswa laki-laki
dan perempuan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dweck (Stoltz, 2000) yang mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang penting
antara respons pria dan respons wanita terhadap situasi yang sulit. Wanita
cenderung menerima situasi sulit sebagai sesuatu yang bersifat tetap sedangkan
pria menganggap situsi sulit sebagai sesuatu yang bersifat sementara.
Dari pengolahan data adversity quotient juga ditemukan sebanyak 14,2 %
siswa yang memiliki tingkat adversity quotient tinggi, 75,2 % siswa dalam
tingkat sedang, dan 10,6 % siswa dengan tingkat adversity quotient rendah. Dari
hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa dalam
55
penelitian ini berada dalam kategori adversity quotient sedang. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya peran serta guru bimbingan dan konseling
dalam memotivasi semangat belajar siswa sehingga siswa menjadi pribadi yang
tekun dalam meraih prestasi belajarnya.
5.3 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini jauh dari kesempurnaan
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, sehingga bila diadakan penelitian-
penelitian lanjutan akan menjadi lebih baik. Namun hal tersebut merupakan
pembelajaran berharga yang dapat diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada penelitian ini, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
5.3.1 Saran teoritis
1. Dalam pengambilan sampel, hendaknya dilakukan dengan cara random
sampling, karena tehnik ini mampu mengatasi bias yang muncul dalam
pemilihan anggota sampel. Sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih
maksimal.
2. Pada penelitian ini hanya mencakup dua variabel yang saling berhubungan.
Masih banyak faktor yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut.
Seperti faktor Intelligensi, self efficacy, motivasi siswa, minat siswa, dan lain
sebagainya. Maka alangkah baiknya jika peneliti lain dapat mengungkapkan
perbedaan-perbedaan antara variabel-variabel tersebut pada penelitian lain.
56
5.3.2 Saran praktis
1. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif bagi para
siswa dan orangtua, walaupun tidak ada hubungan antara adversity quotient
dengan prestasi belajar, tetapi mungkin dengan adanya daya juang yang
dimiliki oleh seseorang dapat membantunya dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan belajarnya. Karena daya juang tetap diperlukan agar seseorang lebih
tangguh dalam menghadapi masalah atau kesulitan dan tidak patah semangat
dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam sekolah ini
memiliki adversity quotient dalam ketegori sedang. Oleh karena itu
diharapkan bagi pihak sekolah untuk terus memotivasi siswa agar lebih giat
dan tekun dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S (2005), Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S (2004), Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bintari, R.D (2000), Hubungan antara adversity quotient dengan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas teknik dan fakultas psikologi UI. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Dalyono, M (2005), Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Findley, M.J dan Cooper, H.M., (1983), Locus of control and academic
achivement: A literature review, Journal of Personality and Social Psychology, 44 (2) 419-427
Goleman, D (2000), Emotional intelligence. Hermaya.T (Terj). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kerlinger, F.N (2004), Foundations of behavioral research. Landung R (terj) Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Kusumowardhani, R.P (2006), Locus of control sebagai moderator komitmen organisasi, Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol 22, No 1, 37-46
Mamahit, H.C (2004), Hubungan antara adversity quotient dan prestasi belajar mahasiswa , Jurnal Psiko-Edukasi Vol 2,No 1, 34-46
Purwanto, N (1999), Psikologi pendidikan, Bandung: Rosdakarya Reksoatmodjo, N.T (2007), Statistika untuk pikologi dan pndidikan.
Bandung: IKAPI
Santoso, S (1999), SPSS mengolah data statistik secara profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Santoso, S (2006), Menguasai statistik di era informasi dengan SPSS 15. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sevilla, Cg, et all (1993), Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press Slameto (2003), Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT
Rineka Cipta Hal 1-5
Sobiroh, L (2010), Hubungan antara adversity quotient dengan prestasi akademik siswa tunanetra. Skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Stoltz, G.P (2000), Adversity quotient : mengubah hambatan menjadi peluang, Alih Bahasa: Hermaya.T. Jakarta: PT Grasindo
Suharnan (2005), Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi Suryabrata, S (1998), Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sugiyono (2007), Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta Syah, Muhibbin (2007), Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (1989). Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tjundjing, Sia (2001), Hubungan antara IQ, EQ, dan AQ dengan prestasi studi pada siswa SMU, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2001, Vol 17 no 1, 69-92
Winkel, W.S (1996), Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Gramedia
SKALA ADVERSITY QUOTIENT (TRY OUT)
Jenis kelamin : P / L Kelas : Usia :
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat pernyataan, pilihlah jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
pada salah satu jawaban di sebelah kanan.
Tidak ada jawaban yang BENAR atau SALAH. Dimohon anda menjawab sesuai dengan
keadaan anda yang sebenarnya. Dan jawaban anda tidak akan mempengaruhi hasil
jawaban anda.
Adapun alternatif pilihan jawaban adalah
SS : Jika pernyataan Sangat Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
S : JIka pernyataan Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
TS : Jika pernyataan Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan.
STS : Jika pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda
rasakan.
Contoh:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya senang mengerjakan PR sendiri X
No PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya mampu mengendalikan diri ketika ada salah satu
teman yang mengejek saya
2 Saya rajin belajar untuk memperbaiki nilai-nilai saya yang
rendah
3 Saya bisa menerima segala resiko yang menimpa saya
4 Saya mampu bertahan dalam keadaan sulit
5 Saya marah ketika ide saya tidak diterima dalam diskusi
kelas
6 Kegagalan saya dalam berprestasi adalah kesalahan orang
lain
7 Saya sulit tidur bila sedang ada masalah
8 Saya tidak mempunyai kemampuan yang bisa diandalkan
9 Saya lebih mengedepankan pikiran yang rasional (masuk
akal) ketika berselisih dengan teman
10 Usaha yang saya lakukan untuk memperbaiki keadaan
sudah optimal
11 Kegagalan saya dalam mewakili sekolah menjadikan saya
belajar lebih giat lagi
12 Saya adalah orang yang mempunyai semangat untuk
berubah
13 Saya terus memikirkan peristiwa yang tidak menyenangkan
14 Saya sulit memaafkan orang yang telah mengecewakan saya
15 Bila mempunyai masalah dengan orang lain, maka saya
akan menjaga jarak dengannya
16 Saya butuh waktu lama untuk bisa memaafkan orang yang
telah menyakiti saya
17 Saya akan lebih termotivasi ketika guru memberikan
kritikan yang membangun
18 Pelajaran yang sulit bukan suatu hambatan yang berarti bagi
saya untuk mengikutinya
19 Konflik pribadi dapat merusak hubungan yang sudah
terjalin dengan orang lain
20 Kegagalan yang terjadi dikarenakan usaha yang saya
lakukan belum optimal, sehingga saya akan merubahnya
21 Saya tidak pernah mengontrol kembali pekerjaan rumah
(PR) untuk di serahkan esok hari
22 Prestasi belajar saya rendah akibat guru yang tidak bisa
mengajar
23 Saya tidak dapat mengambil keputusan yang tepat bila
sedang ada masalah
24 Saya tidak peduli dengan tugas saya di rumah karena saya
lelah pulang dari sekolah
25 Saya senang bila ada orang yang memberitahukan kesalahan
saya
26 Menurut saya semua masalah pasti ada jalan keluarnya
27
Saya berusaha menjadi pribadi yang bisa disukai oleh
orang-orang di sekeliling saya
28 Saya langsung memperbaiki kesalahan saya ketika ditegur
oleh orang lain
29 Saya panik mengatur waktu saat menjelang Ujian Akhir
Semester tinggal 3 hari lagi
30 Saya merasa bersalah atas nilai buruk yang saya dapatkan
31 Kesalahpahaman dengan orang yang saya kasihi akan
membuat hidup saya menjadi tidak stabil
32 Saya mengeluh dengan tugas-tugas berat yang diberikan
oleh guru kepada saya
33 Saya tidak pernah membolos meskipun ada teman yang
mengajak/memaksa saya
34 Saya tetap bahagia meskipun tidak ada teman yang
memperdulikan saya
35 Saya tetap pergi ke sekolah meskipun teman-teman
mengajak ke warnet
36 Meskipun saya lelah, saya tetap mengerjakan PR setelah
pulang sekolah
37 Saya sedih ketika seseorang yang saya cintai memutuskan
hubungannya dengan saya
38 Guru harus bertanggung jawab atas nilai buruk yang saya
peroleh
39 Saya sedih karena tidak bisa mewakili sekolah dalam
sebuah kompetisi
40 Saya frustasi ketika teman-teman tidak mau membantu saya
mengerjakan PR
41 Saya tetap rajin belajar meskipun mendapat nilai yang buruk
42 Saya akan menyesal jika tidak menyelesaikan konflik yang
terjadi antara saya dengan sahabat saya
43 Saya tidak punya teman dekat di sekolah, namun hidup saya
cukup menyenangkan
44 Saya bisa menerima segala kekurangan yang ada dalam diri
saya dan tetap realistis
45 Saya gugup bila berbicara di depan kelas
46 Saya membolos karena tidak suka pada guru tersebut
47 Saya malas pergi ke sekolah karena ada mata pelajaran
tertentu yang tidak menarik
48 Saya menjadi pemurung karena tidak ada yang mau
berteman dengan saya
49 Meskipun soal ujian sulit, saya berusaha untuk tidak
mencontek
50 Saya kecewa ketika ada guru yang mengacuhkan ide saya
51 Walaupun ada mata pelajaran yang tidak saya sukai, saya
tetap berusaha memahaminya
52 Meskipun wajah saya kurang menarik, namun saya bisa
berteman dengan siapa saja
53 Saya tidak menyukai mata pelajaran tertentu karena saya
tidak suka pada guru tersebut
54 Saya frustrasi ketika nama saya tidak terpilih untuk
mendapatkan beasiswa meskipun nilai-nilai saya unggul
dari teman-teman
55 Saya tetap semangat meskipun temam-teman tidak
menerima ide saya dalam tugas kelompok
56 Saya sedih ketika saya tidak bisa mengerjakan tugas sekolah
tepat pada waktunya
57 Saya tetap tegar meskipun teman-teman mengolok-olok
kekurangan/cacat dalam tubuh saya
58 Orang tua penyebab kegagalan dari prestasi belajar yang
saya peroleh
59 Saya bisa menerima nilai buruk yang saya dapatkan tanpa
perasaan frustasi
60 Saya tidak suka ikut dalam kegiatan ekstra kurikuler ,
akibatnya saya tidak punya motivasi untuk berprestasi
61 Saya tidak kecewa ketika sahabat saya tidak ingat hari ulang
tahun saya
62 Meskipun beberapa guru saat mengajar sulit saya pahami,
saya tetap berusaha mengikutinya
63 Akibat membolos, saya dijauhi oleh teman-teman saya
sehingga saya tidak memiliki teman
64 Mata pelajaran yang tidak saya sukai disebabkan saya malas
65 Saya membutuhkan orang lain untuk membantu saya dalam
menyelesaikan tugas sekolah yang sulit
66 Karena saya tidak membuat PR maka nilai saya rendah
Periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang terlewatkan. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
HASIL TRY OUT SKALA ADVERSITY QUOTIENT
Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. VAR00001 3,0845 ,5277 71,0 2. VAR00002 3,3380 ,5592 71,0 3. VAR00003 2,9577 ,6422 71,0 4. VAR00004 2,7887 ,6075 71,0 5. VAR00005 3,0282 ,5849 71,0 6. VAR00006 3,4366 ,6031 71,0 7. VAR00007 2,0282 ,7554 71,0 8. VAR00008 3,1127 ,6665 71,0 9. VAR00009 3,1690 ,5603 71,0 10. VAR00010 2,6761 ,6273 71,0 11. VAR00011 3,0282 ,6540 71,0 12. VAR00012 3,2394 ,6202 71,0 13. VAR00013 2,5634 ,8234 71,0 14. VAR00014 2,7606 ,8361 71,0 15. VAR00015 2,7746 ,8141 71,0 16. VAR00016 2,7324 ,7551 71,0 17. VAR00017 3,3099 ,6232 71,0 18. VAR00018 2,9718 ,5849 71,0 19. VAR00019 2,4366 ,7696 71,0 20. VAR00020 3,1831 ,6394 71,0 21. VAR00021 2,8169 ,6394 71,0 22. VAR00022 2,8310 ,7365 71,0 23. VAR00023 2,7042 ,7818 71,0 24. VAR00024 2,9577 ,7258 71,0 25. VAR00025 3,3380 ,4764 71,0 26. VAR00026 3,6338 ,4852 71,0 27. VAR00027 3,3099 ,7288 71,0 28. VAR00028 3,2676 ,5334 71,0 29. VAR00029 2,4930 ,7905 71,0 30. VAR00030 1,9014 ,7398 71,0 31. VAR00031 2,4507 ,7519 71,0 32. VAR00032 2,4648 ,7138 71,0 33. VAR00033 3,1408 ,8332 71,0 34. VAR00034 2,2817 ,8312 71,0 35. VAR00035 3,2254 ,7782 71,0 36. VAR00036 2,7183 ,7403 71,0 37. VAR00037 2,2254 ,9739 71,0 38. VAR00038 2,8451 ,7299 71,0 39. VAR00039 2,4648 ,6935 71,0 40. VAR00040 2,8732 ,6531 71,0 41. VAR00041 3,2676 ,5059 71,0 42. VAR00042 2,9718 ,6318 71,0 43. VAR00043 2,1972 ,8387 71,0 44. VAR00044 3,1690 ,6966 71,0 45. VAR00045 2,3239 ,8746 71,0
46. VAR00046 3,3099 ,6885 71,0 47. VAR00047 3,2113 ,7543 71,0 48. VAR00048 2,9859 ,9023 71,0 49. VAR00049 2,7887 ,7730 71,0 50. VAR00050 2,6479 ,7578 71,0 51. VAR00051 3,1831 ,5157 71,0 52. VAR00052 3,2676 ,5595 71,0 53. VAR00053 2,7887 ,8266 71,0 54. VAR00054 2,9437 ,7725 71,0 55. VAR00055 3,0282 ,6540 71,0 56. VAR00056 2,2676 ,7738 71,0 57. VAR00057 2,8592 ,8158 71,0 58. VAR00058 3,3239 ,6923 71,0 59. VAR00059 2,8592 ,6611 71,0 60. VAR00060 2,9859 ,7070 71,0 61. VAR00061 2,6620 ,7736 71,0 62. VAR00062 3,1127 ,7662 71,0 63. VAR00063 3,0563 ,8087 71,0 64. VAR00064 2,5211 ,7903 71,0 65. VAR00065 3,1127 ,6665 71,0 66. VAR00066 2,1831 ,6614 71,0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 189,5915 183,7022 13,5537 66
Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 186,5070 179,1107 ,3054 ,8275 VAR00002 186,2535 177,9062 ,3676 ,8265 VAR00003 186,6338 177,5211 ,3371 ,8266 VAR00004 186,8028 177,7320 ,3458 ,8266 VAR00005 186,5634 180,2495 ,1981 ,8291 VAR00006 186,1549 178,7614 ,2838 ,8277 VAR00007 187,5634 181,0495 ,1024 ,8312 VAR00008 186,4789 176,8817 ,3596 ,8261 VAR00009 186,4225 178,3046 ,3398 ,8269 VAR00010 186,9155 179,4785 ,2279 ,8286 VAR00011 186,5634 177,1638 ,3510 ,8263 VAR00012 186,3521 175,9457 ,4480 ,8248 VAR00013 187,0282 177,0849 ,2710 ,8277 VAR00014 186,8310 172,9425 ,4575 ,8233 VAR00015 186,8169 174,8374 ,3810 ,8252
VAR00016 186,8592 174,8942 ,4125 ,8247 VAR00017 186,2817 181,1481 ,1291 ,8303 VAR00018 186,6197 176,3247 ,4530 ,8249 VAR00019 187,1549 184,5328 -,0681 ,8348 VAR00020 186,4085 180,7022 ,1507 ,8299 VAR00021 186,7746 179,0913 ,2455 ,8283 VAR00022 186,7606 181,5847 ,0793 ,8316 VAR00023 186,8873 174,7586 ,4031 ,8248 VAR00024 186,6338 179,6068 ,1834 ,8295 VAR00025 186,2535 178,2777 ,4086 ,8264 VAR00026 185,9577 180,5268 ,2255 ,8288 VAR00027 186,2817 179,2624 ,2003 ,8291 VAR00028 186,3239 177,0221 ,4506 ,8254 VAR00029 187,0986 180,9473 ,1001 ,8314 VAR00030 187,6901 184,5312 -,0685 ,8345 VAR00031 187,1408 180,2370 ,1436 ,8303 VAR00032 187,1268 176,1408 ,3722 ,8257 VAR00033 186,4507 177,4797 ,2490 ,8282 VAR00034 187,3099 176,2740 ,3052 ,8269 VAR00035 186,3662 176,4640 ,3208 ,8266 VAR00036 186,8732 174,2837 ,4538 ,8239 VAR00037 187,3662 179,3211 ,1316 ,8316 VAR00038 186,7465 178,7348 ,2272 ,8286 VAR00039 187,1268 184,9980 -,0942 ,8346 VAR00040 186,7183 179,9767 ,1883 ,8293 VAR00041 186,3239 175,3650 ,6031 ,8234 VAR00042 186,6197 180,0962 ,1891 ,8293 VAR00043 187,3944 180,2994 ,1198 ,8312 VAR00044 186,4225 181,0761 ,1142 ,8307 VAR00045 187,2676 175,2274 ,3330 ,8262 VAR00046 186,2817 177,4624 ,3143 ,8269 VAR00047 186,3803 174,0676 ,4555 ,8238 VAR00048 186,6056 175,5565 ,3066 ,8268 VAR00049 186,8028 173,1034 ,4917 ,8229 VAR00050 186,9437 178,2254 ,2423 ,8283 VAR00051 186,4085 177,9879 ,3959 ,8263 VAR00052 186,3239 178,7078 ,3129 ,8273 VAR00053 186,8028 173,7034 ,4275 ,8241 VAR00054 186,6479 178,6028 ,2181 ,8288 VAR00055 186,5634 180,6781 ,1477 ,8300 VAR00056 187,3239 182,8221 ,0134 ,8331 VAR00057 186,7324 179,3131 ,1704 ,8299 VAR00058 186,2676 178,7988 ,2390 ,8284 VAR00059 186,7324 180,6274 ,1484 ,8300 VAR00060 186,6056 180,5851 ,1377 ,8303 VAR00061 186,9296 180,1807 ,1408 ,8305 VAR00062 186,4789 179,7960 ,1615 ,8300 VAR00063 186,5352 182,5666 ,0220 ,8332 VAR00064 187,0704 178,6093 ,2115 ,8290 VAR00065 186,4789 182,6817 ,0320 ,8321 VAR00066 187,4085 182,1594 ,0619 ,8316 Reliability Coefficients N of Cases = 71,0 N of Items = 66 Alpha = ,8305
SKALA ADVERSITY QUOTIENT
Jenis kelamin : P / L Nama : Kelas : Tanggal lahir :
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat pernyataan, pilihlah jawaban dengan memberikan tanda silang (x)
pada salah satu jawaban di sebelah kanan.
Tidak ada jawaban yang BENAR atau SALAH. Dimohon anda menjawab sesuai dengan
keadaan anda yang sebenarnya. Dan jawaban anda tidak akan mempengaruhi hasil
jawaban anda.
Adapun alternatif pilihan jawaban adalah
SS : Jika pernyataan Sangat Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
S : JIka pernyataan Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan
TS : Jika pernyataan Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda rasakan.
STS : Jika pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang anda
rasakan.
Contoh:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya senang mengerjakan PR sendiri X
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mampu mengendalikan diri ketika ada salah satu
teman yang mengejek saya
2 Saya gugup bila berbicara di depan kelas
3 Saya rajin belajar untuk memperbaiki nilai-nilai saya yang
rendah
4 Saya sulit memaafkan orang yang telah mengecewakan
saya
5 Saya bisa menerima segala resiko yang menimpa saya
6 Bila mempunyai masalah dengan orang lain, maka saya
akan menjaga jarak dengannya
7 Saya mampu bertahan dalam keadaan sulit
8 Saya tidak mempunyai kemampuan yang bisa diandalkan
9 Saya lebih mengedepankan pikiran yang rasional (masuk
akal) ketika berselisih dengan teman
10 Pelajaran yang sulit bukan suatu hambatan yang berarti bagi
saya untuk mengikutinya
11 Saya membolos karena tidak suka pada guru tersebut
12 Kegagalan saya dalam mewakili sekolah menjadikan saya
belajar lebih giat lagi
13 Saya tidak dapat mengambil keputusan yang tepat bila
sedang ada masalah
14 Saya adalah orang yang mempunyai semangat untuk
berubah
15 Saya butuh waktu lama untuk bisa memaafkan orang yang
telah menyakiti saya
16 Saya senang bila ada orang yang memberitahukan
kesalahan saya
17 Saya tetap bahagia meskipun tidak ada teman yang
memperdulikan saya
18 Saya tidak menyukai mata pelajaran tertentu karena saya
tidak suka pada guru tersebut
19 Saya tetap pergi ke sekolah meskipun teman-teman
mengajak ke warnet
20 Saya malas pergi ke sekolah karena ada mata pelajaran
tertentu yang tidak menarik
21 Saya langsung memperbaiki kesalahan saya ketika ditegur
oleh orang lain
22 Saya mengeluh dengan tugas-tugas berat yang diberikan
oleh guru kepada saya
23 Saya tetap rajin belajar meskipun mendapat nilai yang
buruk
24 Walaupun ada mata pelajaran yang tidak saya sukai, saya
tetap berusaha memahaminya
25 Meskipun wajah saya kurang menarik, namun saya bisa
berteman dengan siapa saja
26 Meskipun saya lelah, saya tetap mengerjakan PR setelah
pulang sekolah
27 Saya menjadi pemurung karena tidak ada yang mau
berteman dengan saya
28 Meskipun soal ujian sulit, saya berusaha untuk tidak
mencontek
Periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang terlewatkan. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Blue Print Revisi Skala Adversity Quotient
No DIMENSI F UF JUMLAH
1 Control 1, 9, 16, 23, 28 2 6
2 Origin And Ownership 3, 10, 17, 24 4, 11, 18 7
3 Reach 5, 12, 19, 25 6, 13, 20 7
4 Endurance 7, 14, 21, 26 8, 15, 22, 27 8
jUMLAH 17 11 28
TABEL HASIL UJI KORELASI
Correlations
adversity
quotient prestasi belajar
Correlation Coefficient 1.000 .027
Sig. (2-tailed) . .698
adversity quotient
N 113 113
Correlation Coefficient .027 1.000
Sig. (2-tailed) .698 .
Kendall's tau_b
prestasi belajar
N 113 113
Correlation Coefficient 1.000 .042
Sig. (2-tailed) . .655
adversity quotient
N 113 113
Correlation Coefficient .042 1.000
Sig. (2-tailed) .655 .
Spearman's rho
prestasi belajar
N 113 113
Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
prestasi belajar 113 71.00 82.00 77.0973 2.46752
Valid N (listwise) 113
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
adversity quotient 113 68.00 106.00 81.0531 6.43767
Valid N (listwise) 113
HASIL UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
adversity quotient 113 100.0% 0 .0% 113 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 81.0531 .60560
Lower Bound 79.8532 95% Confidence Interval for
Mean Upper Bound 82.2530
5% Trimmed Mean 80.7286
Median 80.0000
Variance 41.444
Std. Deviation 6.43767
Minimum 68.00
Maximum 106.00
Range 38.00
Interquartile Range 8.50
Skewness .867 .227
adversity quotient
Kurtosis 1.201 .451
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
adversity quotient .112 113 .001 .954 113 .001
a. Lilliefors Significance Correction
SCATTERPLOT
Hasil uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 1.398 1 111 .240
Based on Median 1.283 1 111 .260
Based on Median and with
adjusted df 1.283 1 105.446 .260
adversity quotient
Based on trimmed mean 1.237 1 111 .268
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 1.377 1 111 .243
Based on Median 1.451 1 111 .231
Based on Median and with
adjusted df 1.451 1 106.445 .231
prestasi belajar
Based on trimmed mean 1.383 1 111 .242
Hasil Uji Validitas Skala Adversity Quotient
No item
Corrected Item Total
Correlation
R krit α if delete α Keterangan
1 0,3054 0,30 0,8275 0,8305 VALID 2 0,3676 0,30 0,8265 0,8305 VALID 3 0,3371 0,30 0,8266 0,8305 VALID 4 0,3458 0,30 0,8266 0,8305 VALID 5 0,1981 0,30 0,8291 0,8305 DROP 6 0,2838 0,30 0,8277 0,8305 DROP 7 0,1024 0,30 0,8312 0,8305 DROP 8 0,3596 0,30 0,8261 0,8305 VALID 9 0,3398 0,30 0,8269 0,8305 VALID
10 0,2279 0,30 0,8286 0,8305 DROP 11 0,3510 0,30 0,8263 0,8305 VALID 12 0,4480 0,30 0,8248 0,8305 VALID 13 0,2710 0,30 0,8277 0,8305 DROP 14 0,4575 0,30 0,8233 0,8305 VALID 15 0,3810 0,30 0,8252 0,8305 VALID 16 0,4125 0,30 0,8247 0,8305 VALID 17 0,1291 0,30 0,8303 0,8305 DROP 18 0,4530 0,30 0,8249 0,8305 VALID 19 -0,0681 0,30 0,8348 0,8305 DROP 20 0,1507 0,30 0,8299 0,8305 DROP 21 0,2455 0,30 0,8283 0,8305 DROP 22 0,0793 0,30 0,8316 0,8305 DROP 23 0,4031 0,30 0,8248 0,8305 VALID 24 0,1834 0,30 0,8295 0,8305 DROP 25 0,4086 0,30 0,8264 0,8305 VALID 26 0,2255 0,30 0,8288 0,8305 DROP 27 0,2003 0,30 0,8291 0,8305 DROP 28 0,4506 0,30 0,8254 0,8305 VALID 29 0,1001 0,30 0,8314 0,8305 DROP 30 -0,0605 0,30 0,8345 0,8305 DROP 31 0,1436 0,30 0,8303 0,8305 DROP 32 0,3722 0,30 0,8257 0,8305 VALID 33 0,2490 0,30 0,8282 0,8305 DROP 34 0,3052 0,30 0,8269 0,8305 VALID 35 0,3208 0,30 0,8266 0,8305 VALID 36 0,4358 0,30 0,8239 0,8305 VALID 37 0,1316 0,30 0,8316 0,8305 DROP 38 0,2272 0,30 0,8286 0,8305 DROP 39 -0,0942 0,30 0,8346 0,8305 DROP 40 0,1883 0,30 0,8293 0,8305 DROP 41 0,6031 0,30 0,8236 0,8305 VALID 42 0,1891 0,30 0,8293 0,8305 DROP 43 0,1198 0,30 0,8312 0,8305 DROP 44 0,1142 0,30 0,8307 0,8305 DROP 45 0,3330 0,30 0,8262 0,8305 VALID 46 0,3143 0,30 0,8269 0,8305 VALID 47 0,4555 0,30 0,8238 0,8305 VALID 48 0,3066 0,30 0,8268 0,8305 VALID
49 0,4917 0,30 0,8229 0,8305 VALID 50 0,2423 0,30 0,8283 0,8305 DROP 51 0,3959 0,30 0,8263 0,8305 VALID 52 0,3129 0,30 0,8273 0,8305 VALID 53 0,4275 0,30 0,8241 0,8305 VALID 54 0,2181 0,30 0,8288 0,8305 DROP 55 0,1477 0,30 0,8300 0,8305 DROP 56 0,0134 0,30 0,8331 0,8305 DROP 57 0,1704 0,30 0,8299 0,8305 DROP 58 0,2390 0,30 0,8284 0,8305 DROP 59 0,1484 0,30 0,8300 0,8305 DROP 60 0,1377 0,30 0,8303 0,8305 DROP 61 0,1408 0,30 0,8305 0,8305 DROP 62 0,1615 0,30 0,8300 0,8305 DROP 63 0,0220 0,30 0,8332 0,8305 DROP 64 0,2115 0,30 0,8290 0,8305 DROP 65 0,0320 0,30 0,8321 0,8305 DROP 66 0,0619 0,30 0,8316 0,8305 DROP
Keterangan: Valid : 28 Drop : 38