6
GURU MERUPAKAN UJUNG TOMBAK DALAM PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA Pembangunan di bidang pendidikan sampai saat ini masih menjadi prioritas utama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa, oleh karenanya kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu kepada suatu upaya strategi pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Presiden Suliso Bambang Yudhoyono “Bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju”. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum menggembirakan. Kondisi sekolah, seperti kurikulum sekolah yang tidak disahkan dan direview, banyaknya peserta didik yang belum dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, proses pembelajaran yang belum sesuai standar, partisipasi masyarakat yang semakin menurun, kerusakan gedung sekolah, kurangnya kualitas guru di daerah, serta masalah pemerataan guru masih banyak dijumpai. Pendidikan kita saat ini mengahadapi tantangan baik dari substansi maupun penyelenggaraannya disatu pihak dan tantangan didalam maupun ke luar di lain pihak. Tantangan substansi lebih terarah kepada mutu pendidikan kita, sedangkan tantangan penyelenggaraan lebih terarah pada mutu praktis pendidikan kita dan penyelenggaraan sistem pendidikan guru kita. Tantangan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan kita ditingkat praktis adalah terkait dengan kegiatan pembelajaraan sehari- hari yang terlalu sentris kepada kepentingan kebijakan dan kepentingan guru dari pada kepentingan anak. Kita tahu bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang langsung berada di garis depan berhadapan dengan siswa dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Melalui guru penanaman nilai-nilai dan pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang relevan deangan kekinian dan masa depan dapat berlangsung. Bagaimanapun bagusnya kurikulum dan lengkapnya sarana prasarana sekolah, semua itu tidak berarti jika guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pembelajaran dan pengembang kurikulum tidak mampu atau tidak mau menerapkannya dengan baik. Sebaik apapun metode yang dianjurkan Pemerintah, sebaik apapun maksud dan tujuan yang tertulis dalam kurikulum, tidak akan bermakna bila guru tidak memiliki keinginan untuk melaksanakannya. Bila yang terdapat di lapangan ternyata lebih banyak guru yang tidak antisipatif terhadap kemajuan jaman yang melahirkan kemajuan IPTEK, maka bagaimana mungkin guru tersebut mampu menghasilkan lulusannya sebagai SDM di masa depan yang berkualitas. Adanya hal tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar dalam bidang tugas masing-masing, juga harus memiliki profesi untuk menjalankan tugas sebagai guru yang baik, dan trampil dalam melaksanakan tugas kesehariannya. Agar guru dapat menampilkan kompetensinya itu, menurut Ellis (1984) diperlukan supervasi klinik,

Guru Merupakan Ujung Tombak Dalam Pencapaian Kompetensi Siswa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Guru Merupakan Ujung Tombak Dalam Pencapaian Kompetensi Siswa

Citation preview

GURU MERUPAKAN UJUNG TOMBAK DALAM PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA

Pembangunan di bidang pendidikan sampai saat ini masih menjadi prioritas utama dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa, oleh karenanya kebijakan pemerintah dalam pendidikan mengacu kepada suatu upaya strategi pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Menurut Presiden Suliso Bambang Yudhoyono Bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum menggembirakan. Kondisi sekolah, seperti kurikulum sekolah yang tidak disahkan dan direview, banyaknya peserta didik yang belum dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, proses pembelajaran yang belum sesuai standar, partisipasi masyarakat yang semakin menurun, kerusakan gedung sekolah, kurangnya kualitas guru di daerah, serta masalah pemerataan guru masih banyak dijumpai.Pendidikan kita saat ini mengahadapi tantangan baik dari substansi maupun penyelenggaraannya disatu pihak dan tantangan didalam maupun ke luar di lain pihak. Tantangan substansi lebih terarah kepada mutu pendidikan kita, sedangkan tantangan penyelenggaraan lebih terarah pada mutu praktis pendidikan kita dan penyelenggaraan sistem pendidikan guru kita. Tantangan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan kita ditingkat praktis adalah terkait dengan kegiatan pembelajaraan sehari-hari yang terlalu sentris kepada kepentingan kebijakan dan kepentingan guru dari pada kepentingan anak. Kita tahu bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang langsung berada di garis depan berhadapan dengan siswa dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Melalui guru penanaman nilai-nilai dan pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang relevan deangan kekinian dan masa depan dapat berlangsung. Bagaimanapun bagusnya kurikulum dan lengkapnya sarana prasarana sekolah, semua itu tidak berarti jika guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pembelajaran dan pengembang kurikulum tidak mampu atau tidak mau menerapkannya dengan baik. Sebaik apapun metode yang dianjurkan Pemerintah, sebaik apapun maksud dan tujuan yang tertulis dalam kurikulum, tidak akan bermakna bila guru tidak memiliki keinginan untuk melaksanakannya. Bila yang terdapat di lapangan ternyata lebih banyak guru yang tidak antisipatif terhadap kemajuan jaman yang melahirkan kemajuan IPTEK, maka bagaimana mungkin guru tersebut mampu menghasilkan lulusannya sebagai SDM di masa depan yang berkualitas.Adanya hal tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar dalam bidang tugas masing-masing, juga harus memiliki profesi untuk menjalankan tugas sebagai guru yang baik, dan trampil dalam melaksanakan tugas kesehariannya. Agar guru dapat menampilkan kompetensinya itu, menurut Ellis (1984) diperlukan supervasi klinik, evaluasi kerja guru, dan pendidikan in service, selain itu juga adanya program insentif dan program pembelajaran yang inovatif. Lebih lanjut Ellis (1984) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kompetensi guru ini diperlukan cara rekruitmen guru, supervisi dan evaluasi kinerja guru. (Djohar : hal 17)Menurut Craig, Kraft dan du Plessis, (1998:9) untuk mencapai kompetensi itu terdapat Klinik Pendidikan Guru (KPG) yaitu profesi guru hanya dapat diperoleh dari keterlatihannya trhadap sejumlah ketrampilan pembelajaran dengan segala konsekuensinya dalam Klinik Pendidikan Guru. Klinik pendidikan guru ini terdiri atas sejumlah laboratorium, seperti laboratorium kajian anak usia sekolah, kajian media pembelajaran yang terdiri dari laboratorium audio visual, laboratorium gambar, laboratorium model, workshop, laboratorium instruksional termasuk micro teaching dan real teaching, laboratorium kurikulum dan laboratorium evaluasi.Karena Guru merupakan suatu profesi, sehingga bila seseorang sudah memilih menjadi guru, konsekuensinya ia harus mau mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menunjang keprofesionalannya (Nana Sudjana, 1988 : 14). Kompetensi profesional berkaitan dengan penguasaan guru tentang landasan kependidikan, bahan pengajaran (materi bidang ilmu yang diampu), penyusunan program pengajaran (Satuan Pelajaran dan Rencana Pelajaran), dan pelaksanaan proses pembelajaran. Untuk mengetahui berbagai macam peranan guru sebagai agen pembelajaran kepada peserta didik guna meningkatkan dalam proses belajar mengajar. Disamping itu pula, guru mempunyai pengaruh besar dalam menentukan kualitas dan kuantitas peserta didik. Untuk meningkatkan kompetensi siswa ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya, ciri-ciri siswa antara lain, perbedaan perseorangan, kesiapan belajar dan motivasi yang dibarengi oleh pemanipulasian suasana pembelajaran menjadi lebih disukai oleh siswa sehingga dengan mempertimbangkan kondisi ini apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. (Djohar : hal 7)Guru menjadi ujung tombak dalam pencapaian kompetensi siswa itu memang benar. Beberapa hal yang membuktikan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam pencapaian kompetensi siswa yaitu1. Guru mempunyai Kode Etik (Kewajiban Guru).Kode etik ini pada dasarnya adalah pengendalian kinerja guru. Kode etik guru apabila tidak diatur maka kinerja guru dapat menyimpang dari objektivitasnya dan yang menjadi koraban adalah generasi penerus bangsa. Kewajiban guru adalah melayani pendidikan khususnya di sekolah, melalui kegiatan mengajar, mendidik dan melatih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi bangsa kita agar mampu hidup di dunia yang sedang menunggui mereka. Jadi guru sudah memahami akan tugsnya masing-masing oleh karena itu, guru tidak akan melanggar peraturan yang telah ditentukan agar menjadikan generasi penerus bangsa ini dapat menjadi generasi yang membanggakan. Dan dengan adanya kode etik ini, guru akan lebih mengerahkan segala kompetensinya untuk pencapaian kompetensi peserta didiknya.2. Guru merupakan fasilitator bagi siswa dalam proses belajar mengajar.Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:a. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaranb. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).c. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.d. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.e. Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Guru sebagai fasilitator merupakan salah satu cara agar tercapai kompetensi peserta didik. Sebagai fasilitator ini, peserta didik dapat mengembangkan ilmu dan ketrampilan yang ada dalam diri mereka sehingga dapat bermanfaat dengan baik dan dapat memunculkan berbagai bakat yang peserta didik punya.3. Guru Sebagai Agen Pembelajaran.Banyak tugas harus dilaksanakan oleh guru sebagai orang yang sangat berperan dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah sebagai agen pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran berperan memfasilitasi siswa agar dapat belajar secara nyaman dan berhasil menguasai kompetensi yang sudah ditentukan. Untuk itu guru yang agen pembelajaran ini perlu merancang, agar proses pembelajaran berjalan lancar, dan mencapai hasil optimal. Ada empat hal harus dipertimbangkan dalam menyusun rancangan pembelajaran, yakni: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Apabila ketiga hal ini sudah terlaksana, maka satu tambahan yang harus dipertimbangkan agen pembelajaran adalah melakukan refleksi. Berikut ini disajikan penjelasan singkat mengenai hal-hal dimaksud.a. Persiapan, apa pun pekerjaan kita, apabila kita menginginkan hasil maksimal, maka kita harus membuat persiapan yang matang. Begitu juga dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang menjadi agen (agen pembelajaran) tidak akan dapat melaksanakan tugasnya sebagai agen yang baik tanpa adanya persiapan yang baik pula. Yang perlu dipertimbangkan agen pembelajaran dalam persiapan ini, terkait dengan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, ialah bagaimana menyiapkan materi pembelajaran, fasilitas atau media pembelajaran yang tepat, skenario pembelajaran apa yang akan diterapkan untuk membantu siswa mencapai kompetensi, kemudian bagaimana melaksanakan evaluasinya.b. Pelaksanaan, pelaksanaan pembelajaran seyogianya merujuk pada persiapan yang sudah ditentukan, meskipun tidak harus kaku. Dengan merujuk pada persiapan yang sudah ada, tugas guru sebagai agen pembelajaran ini akan lebih mudah, dalam kaitannya dengan pencapaian kompetensi yang harus dikuasai peserta didik atau siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa biasanya akan bekerja dengan baik jika suasana hatinya memang sedang baik. Artinya, siswa akan bekerja secara maksimal apabila mereka tidak sedang dalam keadaan tertekan. Sebab itu perlu diciptakan suasana yang menyenangkan. Di samping menyenangkan, suasana belajar dan pembelajaran harus pula menantang rasa ingin tahu siswa, memotivasi untuk bekerja terbaik, menginspirasi, dan mampu mengembangkan kreativitas siswa.c. Penilaian, setiap kegiatan pembelajaran harus diukur hasilnya. Karena itu agen pembelajaran juga harus melakukan penilaian atas apa yang dilakukan bersama siswa dalam proses pembelajaran. Tolak ukur dalam menyusun alat penilaian adalah kompetensi atau tujuan pembelajaran. Misalnya tujuan atau kompetensinya: siswa mampu menceritakan Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, maka penilaian yang dilakukan pun harus tepat. Misalnya masing-masing siswa disuruh bercerita satu per satu, atau melalui tes tertulis, baik bentuk objektif maupun bentuk uraian. Jelasnya, teknik dan jenis penilaian tergantung pada kebutuhan, terserah agen mau pilih yang mana, yang penting memenuhi unsur validitas dan reliabilitas.d. Refleksi, refleksi penting dilakukan untuk tindak lanjut. Apabila dari hasil penilaian diketahui bahwa prestasi siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan, atau siswa sudah mencapai kompetensi belajar, maka pelajaran di waktu yang akan datang dapat dilanjutkan ke materi berikutnya. Sebaliknya, apabila dari hasil penilaian itu diketahui bahwa hasil belum sesuai yang diharapkan, maka agen pembelajaran dan siswa dapat mendiskusikan mengenai hal-hal yang membuat siswa belum berhasil. Mungkin pembelajaran harus diulang untuk seluruh kelas, atau siswa yang sudah menguasai kompetensi dapat membantu teman-temannya yang belum menguasai kompetensi tadi agar dapat menguasainya. Selain itu, refleksi juga berguna untuk membiasakan peserta didik melakukan introspeksi, mawas diri, menilai diri sendiri, atau apa pun namanya, sehingga membangun kesadaran untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.4. Guru merupakan orangtua dalam lingkungan sekolahSeorang guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah yang bisa berperan sebagai orangtua kedua bagi mereka ketika berada di sekolah. Anak didik adalah pribadi yang sesungguhnya masih membutuhkan kasih sayang dan teladan yang baik dalam masa perkembangan jiwanya. Di sinilah mereka sangat membutuhkannya dari kedua orangtuanya dalam kehidupan sehari-harinya ketika berada di rumah. Selain di rumah, lingkungan kedua bagi anak didik adalah berada di sekolah, di sinilah anak didik juga membutuhkan orang yang bisa memberikan kasih sayang dan teladan yang baik, yakni dari gurunya. Oleh karena itu guru sangat berperan penting dalam proses pencapaian kompetensi siswa.Dapat disimpulkan bahwa guru merupakan ujung tombak, guru merupakan pengawal yang berada dibaris depan dalam mensukseskan peserta didik, mensukseskan pendidikan bangsa kita. Oleh karena itu seorang guru harus memikirkan dirinya adalah seseorang yang sangat berharga. Menanamkan pada dirinya bahwa tanpa jasaku mereka tidak berarti apa-apa, berarti saya harus sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran dan menyampingkan rasa sombong dan keangkuhan. Meyakini dengan setinggi-tingginya bahwa ilmu yang kuberikan pada siswa itu, sungguh benar, tepat, bernilai tinggi untuk bekal masa depan siswa. Keyakinan seperi ini akan memuluskan alur pengembangan inspirasi guru. Wendel Holmes menyatakan, Apa yang ada di depan dan di belakang kita hanyalah ikhwal kecil, bila dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri kita. Artinya jangan ragu-ragu dalam memberikan kontribusi positif bagi siswa. Sikap ini harus ditumbuhkan pada diri setiap pendidik, guru yang telah berhasil dalam melakukan bimbingan pada siswanya, tidak cepat berpuas diri karena sikap yang demikian akan memberikan keinginan untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi.Jadikan keberhasilan pertama cambuk untuk meraih prestasi maupun keberhasilan sejati

Sumber :Djohar MS, 2006. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya ( Penerapannya Dalam Pendidikan dan UU Guru ). Yogyakarta : CV.Grafika Indah.Hamzah B.Uno, 2008. Perencanaa Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.Saefudin, Udin, 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Guru dan Kurikulum 2013

Ada empat aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013. Pertama, kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar (kompetensi pedagogi/akademik) termasuk di dalamnya terkait dengan metodologi pembelajaran. Kedua, kompetensi akademik (keilmuan), ini penting, karena guru sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, jika guru hanya menguasai metode penyampaiannya tanpa kemampuan akademik yang menjadi tugas utamanya, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa.

Ketiga, kompetensi sosial. Guru harus juga bisa dipastikan memiliki kompetensi sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki komptensi yang memadai. Apa jadinya seorang guru yang asosial, baik terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya. Keempat, kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya.

Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan guru lebih penting dari pada pengembangan kurikulum 2013. Kenapa guru menjadi penting? Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.

Melalui empat tujuan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Disinilah guru berperan besar didalam mengimplementasikan tiap proses pembelajaran pada kurikulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas tapi juga adaptif terhadap perubahan.