21
Vol. XVI No. 1, Juli 2019 41 Pengantar Baratayuda adalah perang besar yang terjadi dalam dunia pewayangan di antara dua keluarga keturunan Barata, yakni Kurawa dan Pandawa. Bagi kebanyakan dalang, lakon-lakon yang termasuk seri Baratayuda tergolong lakon yang wingit . Sehingga untuk mempergelarkannya diperlukan persiapan khusus dan berbagai macam sesaji yang akan digunakan untuk upacara ritual. Selain itu bagi seorang dalang juga harus siap lahir dan batin (Sena Wangi, 1999: 227). Cerita Baratayuda ini ditulis dalam bentuk kakawin oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Inti kisah itu berdasarkan bagian akhir dari Kitab Mahabarata. Dalam perang baratayuda seluruh keluarga Kurawa dan semua anak Pandawa gugur di medan perang. Selain itu, Baratayuda juga memakan korban yang tidak sedikit, para sesepuh Kurawa yang gugur dalam medan perang antara lain, Prabu Drupada, Resi Bisma, Prabu Salya, Begawan Durna. Sedangkan dari kubu Pandhawa yang gugur diantaranya Prabu Matswapati, Raden Seta, Raden Utara, dan Raden Wratsangka. Dalam cerita Baratayuda GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA Anom Sukatno Staf Pengajar Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Abstract Lakon Gugurnya Raja Astina is also called Rubuhan, which belongs to the Baratayuda series. There were no more reliable Astina. On the eighteenth day of Baratayuda, for the reason, King Duryudana in dealing with the Pandava enemy was led by himself without Kurawa soldiers. On the eighteenth day, it was the last day of Baratayuda War. Senopati Kurawa was the only one, Prabu Duryudana, in a battle against Werkudara. In the war of gada, Prabu Duryudana was forced so he fled to plunge into the sea. Duryudana met Batara Baruna. Batara Baruna gave him Gada Kyai Inten. It cannot be used to fight on the land. Gada Kyai Inten will get smaller when it collids Gada Rujak Polo. The war is witnessed by Baladewa and Kresna. Duryudana was beaten with Gada Rujak Polo by Werkudara and finally, Duryudana died on the battlefield. Keywords: the king of Astina, baratayuda, rubuhan. yang terjadi selama 16 hari di medan Kurukasetra kemenangan di pihak Pandawa (Ibid:228). Cerita Baratayuda, dalam pertunjukan wayang kulit purwa mendapat perhatian khusus di hati bagi masyarakat pendukungnya. Karena cerita dalam Baratayuda merupakan sebuah cerita yang digunakan untuk ritual, baik untuk meruwat bumi, maupun sebagai sarana upacara sadranan, bersih desa, dan lainya. Seperti diungkapkan oleh Manteb Soedharsono, dalam sajian pertunjukan wayang kulit purwa, bahwa Baratayuda itu adalah perang suci yang menggunakan hitungan pribadi. Siapa yang menanam akan menuai buahnya, barang siapa yang berbuat harus berani bertanggung jawab. Sebagai contoh pada saat Pandawa Dhadhu , setelah Pandawa dianggap kalah sehingga semua harta benda menjadi hak milik Kurawa, termasuk permaisuri Raja Amarta. Perbuatan yang dilakukan oleh Dursasana pada saat menelanjangi Drupadi di pasamuan, sehingga Dewi Drupadi merasa malu, perbuatan yang dilakukan oleh Dursasana tersebut balasannya pada saat perang baratayuda. Gatutkaca membunuh pamannya

GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 41

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

Pengantar

Baratayuda adalah perang besar yangterjadi dalam dunia pewayangan di antara duakeluarga keturunan Barata, yakni Kurawa danPandawa. Bagi kebanyakan dalang, lakon-lakonyang termasuk seri Baratayuda tergolong lakonyang wingit. Sehingga untukmempergelarkannya diperlukan persiapankhusus dan berbagai macam sesaji yang akandigunakan untuk upacara ritual. Selain itu bagiseorang dalang juga harus siap lahir dan batin(Sena Wangi, 1999: 227). Cerita Baratayudaini ditulis dalam bentuk kakawin oleh Empu Sedahdan Empu Panuluh. Inti kisah itu berdasarkanbagian akhir dari Kitab Mahabarata. Dalamperang baratayuda seluruh keluarga Kurawadan semua anak Pandawa gugur di medanperang. Selain itu, Baratayuda juga memakankorban yang tidak sedikit, para sesepuh Kurawayang gugur dalam medan perang antara lain,Prabu Drupada, Resi Bisma, Prabu Salya,Begawan Durna. Sedangkan dari kubuPandhawa yang gugur diantaranya PrabuMatswapati, Raden Seta, Raden Utara, danRaden Wratsangka. Dalam cerita Baratayuda

GUGURNYA RAJA ASTINADALAM PERANG BARATAYUDA

Anom SukatnoStaf Pengajar Jurusan Pedalangan

Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta

Abstract

Lakon Gugurnya Raja Astina is also called Rubuhan, which belongs to the Baratayuda series.There were no more reliable Astina. On the eighteenth day of Baratayuda, for the reason, KingDuryudana in dealing with the Pandava enemy was led by himself without Kurawa soldiers. Onthe eighteenth day, it was the last day of Baratayuda War. Senopati Kurawa was the only one,Prabu Duryudana, in a battle against Werkudara. In the war of gada, Prabu Duryudana wasforced so he fled to plunge into the sea. Duryudana met Batara Baruna. Batara Baruna gavehim Gada Kyai Inten. It cannot be used to fight on the land. Gada Kyai Inten will get smallerwhen it collids Gada Rujak Polo. The war is witnessed by Baladewa and Kresna. Duryudana wasbeaten with Gada Rujak Polo by Werkudara and finally, Duryudana died on the battlefield.  Keywords: the king of Astina, baratayuda, rubuhan.

yang terjadi selama 16 hari di medanKurukasetra kemenangan di pihak Pandawa(Ibid:228). Cerita Baratayuda, dalampertunjukan wayang kulit purwa mendapatperhatian khusus di hati bagi masyarakatpendukungnya. Karena cerita dalamBaratayuda merupakan sebuah cerita yangdigunakan untuk ritual, baik untuk meruwatbumi, maupun sebagai sarana upacarasadranan, bersih desa, dan lainya.

Seperti diungkapkan oleh MantebSoedharsono, dalam sajian pertunjukan wayangkulit purwa, bahwa Baratayuda itu adalahperang suci yang menggunakan hitunganpribadi. Siapa yang menanam akan menuaibuahnya, barang siapa yang berbuat harusberani bertanggung jawab. Sebagai contoh padasaat Pandawa Dhadhu, setelah Pandawadianggap kalah sehingga semua harta bendamenjadi hak milik Kurawa, termasuk permaisuriRaja Amarta. Perbuatan yang dilakukan olehDursasana pada saat menelanjangi Drupadi dipasamuan, sehingga Dewi Drupadi merasamalu, perbuatan yang dilakukan oleh Dursasanatersebut balasannya pada saat perangbaratayuda. Gatutkaca membunuh pamannya

Page 2: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201942

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Kala Bendana, itu balasanya juga pada perangbaratayuda.1

Dengan adanya peristiwa tersebut, bahwalakon Baratayuda selalu berkaitan denganupacara ritual. Hal tersebut juga ditandaskan,bahwa sebelum terjadi perang Bratayuda,sebetulnya dari pihak Kurawa baik dari BegawanBisma maupun Prabu Salya sudahmengingatkan, agar Negara Astina dikembalikankepada Pandawa, karena terjadinya peranghanya masalah Negara Astina. Bila NegaraAstina itu dikembalikan pada Pandawa,tidak akan terjadi perang Baratayuda. Namunapabila Negara Astina tetap dikukuhi oleh pihakKurawa, suratan dari Dewa itu tidak bisa dihindarilagi.2

Peristiwa yang terjadi dalam Baratayudayang dipimpin langsung oleh seorang senopatiyang telah terbentuk dari masing-masing kubusebagai berikut. Perang Baratayuda haripertama, peristiwa ini bisa dianggap oleh pihakKurawa. Baratayuda hari kedua, keadaan mulaiberimbang. Perang Baratayuda hari ketiga,situasi juga masih berimbang, dan masing-masing kubu tidak ada yang gugur. PerangBaratayuda hari keempat, mengisahkan delapansaudara Duryudana gugur, mereka di bunuholeh Werkudara. Hari Kelima Baratayuda ini,Setyaki gugur di tangan Burisrawa. Hari Keenamdan ketujuh, belum juga ada tokoh pentingyanggugur. Perang Baratayuda pada hari kedelapan,dipihak Pandawa yang gugur BambangWijanarka putra Arjuna. Baratayuda kesembilan,tidak ada tokoh utama yang gugur. Harikesepuluh, Maha Senopati Bisma roboh, ketikaberhadapan dengan Srikandi yang dibantu olehArjuna. Perang Baratayuda kesebelas, kubuAstina memilih Resi Durno sebagai MahaSenopati menggantikan Bisma, Durna gugurditangan Trustha Jumena. hari kedua belas,dua orang adik Sengkuni, yakni AryaSarabasanta dan Arya Gajaksa tewas dibunuholeh Arjuna Hari ketiga belas, para putra Arjunayang gugur di antaranya Bambang Sumitra,Brantalaras, dan Abimanyu. Pada hari keempatbelas, kubu Kurawa kehilangan Jayadrata guguroleh Arjuna. Hari kelima belas, Gatutkacasebagai senopati Pandawa gugur terkenasenjata Kunta Wijayadanu milik Basukarna. Hari

keenam belas, Adipati Basukarno sebagai MahaSenapati menggantikan Drona. TetapiBasukarno gugur ditangan Arjuna. Hari ketujuhbelas, Prabu Salya gugur di tangan Puntadewa.Patih Sengkuni gugur di bunuh oleh Werkudara,mulutnya dirobek, dan kulitnya juga dikelupas.Pada hari kedelapan belas, hari itu merupakanhari yang terakhir dalam Perang Batayuda.Senopati Kurawa satu-satunya hanyaDuryudana dalam perang tanding melawanWerkudara. Dalam peperangan itu Duryudanatewas dipukul Gada Rujak Polo oleh Werkudara.Sedang Kurawa yang masih hidup yaitu,Kartamarma, Aswatama, Krepa, dan Banowati.Akan tetapi keempat kurawa itu telah lari danmeninggalkan Negara Astina hidup di tengahhutan.

Fenomena-fenomena yang terjadi dalamPerang Baratayuda tersebut sangat menarikuntuk dikaji. Dengan dasar ini penulis akanmenyoroti tentang sikap Duryudana danSengkuni dalam mengukuhi Negara Astina. Olehkarena itu dalam pengungkapan dari berbagaipertiwa dalam perang Baratayuda ini penulisakan mengetengahkan dengan judul “GugurnyaRaja Astina Dalam Perang Baratayuda”.

Baratayuda Dalam Dunia PewayanganDalam dunia pewayangan Baratayuda

juga disebut Baratayuda Jaya Binangun.Baratayuda adalah perang besar yang terjadidalam dunia pewayangan peperangan antaradua keluarga keturunan Barata, yaitu Kurawadan Pandawa. Bagi kebanyakan dalang, lakontersebut tergolong lakon sakral atau wingit.Sehingga untuk mempergelarkannya diperlukanpersiapan-persiapan batiniah sang dalang danjuga diadakan upacara ritual yang cukup.Biasanya penyelenggara pertunjukan, dalangselalu mengadakan berbagai sesaji dan kenduriselamatan terlebih dahulu. Untuk tokoh wayangtertentu yang gugur dalam perang besar itu,“bangkai” wayang yang harus dilabuh dibuangdisertai dengan sesaji. Dikisahkan dalam ceritaBaratayuda, bahwa lima orang saudara(Pandawa) perang melawan seratus saudara(Kurawa). Masing-masing pihak dibantu olehraja-raja dan prajurit yang menjadi sekutumereka. Perang yang terjadi di padang

Page 3: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 43

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

Kurusetra ini melibatkan banyak kerajaan ikutmembantu dalam perang Baratayuda, sebagairasa sosial mereka dalam membantu danmendukung sang Raja Astina. Para raja suruhanyang membantu Raja Astina merupakan suatukebiasaan tertentu dapat berfungsi dalam artimembantu pemeliharaan system social. Bentukresepsi dalam pertunjukan Baratayuida dapatdilihat dari adanya perubahan dalam halpenyalinan, penyaduran, dan penerjemahanyang tersaji dalam pertunjukan wayang kulitpurwa semalam, sehingga banyaknyapenerjemahan dalam berbagai lakon, sehinggamuncul garap sanggit lakon.

Sikap Bima dalam menggunakan pusakaGada Rujakpolo di medan perang melawanKurawa, disertai dengan sikap-sikap kepribadianmoral yang kuat, sehingga ia sebagai kekuatanPandawa selalu teguh dalam kepribadian danmempunyai sikap yang tanggung jawab untukmelindungi Pandawa. Jiwa yang bertanggungjawab berarti suatu sikap terhadap tugas yangmembebani kita. Kita terasa terikat untukmenyelesaikan, demi tugas itu sendiri. Dalammelaksanakan tugasnya dengan sebaikmungkin, meskipun di tuntut pengorbanan, danberusaha menyelamatkan dir i tanpamenimbulkan kesan yang buruk dan beban yangia emban harus diselesaikan sampai tuntas, atauyang disebut sampai perang Brubuh.

Sanggit Lakon Duryudana GugurPengertian tentang sanggit lakon banyak

dikemukakan oleh para seniman dalang maupunbudayawan, serta para sastrawan. MenurutPoerwadarminta, bahwa sanggit berasal darikata “anggit” dalam arti leksikalnya berartimengarang atau menciptakan hal yang barudengan imajinasi baru pula (Peorwadarminta,1976:48). Bambang Murtiyoso mendefinisikanbahwa sanggit yaitu, segenap kemampuandalang dalam mengolah lakon untukmenghidupkan atau memberi bobot pergelaranwayang (1992:22). Alan Feinstein berpendapatbahwa sanggit yaitu suatu kebebasan setiapdalang untuk menafsirkan suatu cerita atausuatu melodi sulukan atau suatu gerakanwayang sesuai dengan rasa kemantapan pribadidalangnya sendiri (1986:XXXIV).

Sanggit adalah kebebasan setiap dalanguntuk menafsirkan suatu cerita, atau suatumelodi sulukan, atau suatu gerakan wayangsesuai dengan rasa kemantapan pribadinyadalang sendiri. Memang sifat khas seni lisantradisional, pembawa terbatas pada tradisi yangada dan kadang-kadang tradisi itu ketat dankonservatif sekali dilain pihak setiap pembawaanjuga mempunyai kebebasan untuk membuattafsir sendiri (Jazuli, 2003:15).

Sanggit adalah kreasi dalang atau penuturcerita untuk memberi kesan tertentu padapenonton, pendengar, atau pembaca,mengenai karakter dan pribadi salah satu tokohwayang. Bisa juga sanggit itu dibuat untukmemberikan suri tauladan yang lebih jelas padapenonton walaupun ada batasan pakem, dalammembuat sanggit seorang dalang cukup leluasauntuk mengubah cerita (Sena Wangi,1999:1139).

Sanggit di dalam pertunjukan wayang kulitpurwa dapat dibagi menjadi lima macam yaitu:1. sanggit cerita, yaitu suatu cara bagaimana

seorang seniman dalang mengolah ceritabaik dalam salah satu adegan maupunsecara keseluruhan.

2. sanggit adegan , yaitu suatu carabagaimana seniman dalang menentukanadegan.

3. sanggit sabet, yaitu suatu cara bagaimanadalang mengolah gerak wayang sehinggadapat mengungkapkan rasa atau suasanasesuai dengan yang dikehendaki untukmencapai kemantapan.

4. sanggit karawitan pakeliran, yaitukemampuan dalang dalam mengolahiringan baik dalam membuat, memilih ataumenentukan iringan pertunjukan wayangkul it purwa untuk membuat ataumendukung suasana adegan yang diiringi.

5. sanggit catur, yaitu suatu cara bagaimanadalang dengan medium bahasa dapatmemilih kata-kata, menyusun danmerangkai kalimat untuk menyampaikanisi cerita yang tepat dan mengandung rasayang mantap sesuai dengan rasa yangdikehendaki, melalui pelukisan sesuatumaupun berupa percakapan tokoh wayang(Sudarko, 1991:10-11).

Page 4: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201944

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Berdasarkan keterangan tersebut di atasdapat dikatakan, bahwa sanggit adalah suatucara penggarapan keseluruan pertunjukanwayang kulit purwa untuk menyampaikan isilewat unsur pakeliran, sehingga peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam garapan lakon dapatmenimbulkan rasa kemantapan sajian atau rasaestetis. Unsur yang dimaksud di sini di antaranyameliputi catur (ginem, janturan, pocapan), sabet(cepengan, tancepan, bedholan, entas-entasan, dan solah), musik atau karawitanpertunjukan wayang kulit purwa (gendhing,suluk, tembang, dan dhodhogan). Sanggit didalam pertunjukan wayang kuli t purwamanfaatnya sangat besar, karena keberhasilanpertunjukan baik pakeliran maupun konserkarawitan maupun pertunjukan lainnya sangatmenentukan kwalitas garapan.

Struktur Alur Dramatik LakonDuryudana Gugur Sajian Ki Manteb

Soedharsono

Bagian Pathet nem1. Jejer Pesanggrahan Bulupitu

Prabu Duryudana dihadap oleh PrabuSalya, Sengkuni, Kartamarma, dan Aswatama.

Setelah janturan, isi dialog bahwa PrabuDuryudana dalam hatinya tidak terima padaDewa, bahwa selama perangan BaratayudaKurawa tidak diberi kemenangan dalam melawanPandawa. Bila ditimbang seharusnya unggulKurawa, dalam hal kekayaan menang Kuarawa,masalah banyaknya prajurit banyak Kurawa,kekuatan dibandingkan Pandawa kuat Kurawa,hal ini yang menjadi keresahan Duryudana. Haltersebut diingatkan oleh Prabu Salya, bahwasemua itu sudah kehendak Dewa. Dewa selaluadil, hanya manusia yang tidak mau mensyukuripemberian dari Dewa, dan manusia hanya selalumengumbar hawa nafsunya. Selain ituterjadinya peperangan bukan karena kehendakDewa, tetapi bila Kurawa mau melepaskanNegara Astina ke Pandawa Baratayuda tidakakan terjadi.

Dialog belum sampai tuntas Aswatamamemberikan kesaksian tentang kelicikan PrabuSalya. Keberadaan Prabu Salya di Negara Astinamerupakan mata-mata dari kubu Pandawa.

Oleh karena itu Kurawa selalu kalah, karenasumua rahasia Kurawa telah dibeberkan padaPandawa. Begitu juga, gugurnya Basukarnojuga karena kelicikan Salya dalammengendalikan kretanya, sehingga Arjuna bisamembunuh Basukarno.

Prabu Salya setelah mendengarkanucapan Aswatama menjadi marah, karena iadidakwa memihak pada Pandawa. Sebagaisaksinya bila Salya selalu memihak padaPandawa, saksinya adalah Paman Krepa.Sebagai tanda buktinya, pada saat Prabu Karnamelepaskan busur panah ke Janaka, PrabuSalya berusaha kreta senopati digerakkandengan cepat sehingga busur panah melesetdan tidak mengenai Arjuna. Prabu Salya setelahmendengarkan kata-kata dari Aswatama, ia lebihbaik pergi dari Astina. Karena perjuangan yangia korbankan untuk membantu Kurawa, tidakdihargai. Setelah Salya akan pergi, dihalangi olehPrabu Duryudana, pada saat itu juga Aswatamadisuruh pergi dari Negara Astina olehDuryudana.

Setelah Aswatama pergi dari pasewakan,Prabu Duryudana memohon pada Prabu Salyauntuk diangkat menjadi senopati Kurawa. PrabuSalya berkenan dijadikan senopati, tetapi harusada syaratnya. Syarat yang diajukan oleh Salyadiantaranya, bila sudah menggunakan AjiCandabirawa, semua prajurit harus meletakansenjata dan peperangan dihentikan. SelanjutnyaPrabu Duryudana tidak boleh mengharapkanbahwa Salya nanti dalam peperanganmenghadapi senopati Pandawa harus menang.Gelar yang akan digunakan nanti Prabu Salyaakan menggunakan gelar Hiranya Padma,sedangkan pendamping senopati yang dipilihPrabu Ojrodenta (anak Bogadenta) dan HaryaSasradenta. Setelah itu Prabu Salya berpamitanakan kembali ke Negara Mandaraka ingin mintapamit pada sang istri. Pasewakan selesai, PrabuDuryudana memerintahkan pada Sengkuniuntuk menyiapkan prajurit.

2. Adegan Candakan (sesaat)Aswatama bersama Resi Krepa adapun

isi dialognya, yaitu bahwa Prabu Duryudana tidakmempunyai rasa tanggungjawab sampai iadisuruh pergi dari Astina, dan cara-cara yang

Page 5: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 45

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

diterapkan seperti nggusah hewan/binatang.Gugurnya Pandhita Durna karena untukmembela Kurawa juga tidak ada penghargaansama sekali. Oleh karena itu Aswatama akanmembalas dengan cara yang sangat kejam.Kekejaman Aswatama yang akan diterapkan,yaitu akan memperkosa Banowati, sertamembunuhnya. Niat Aswatama tersebutdiingatkan oleh Resi Krepa, tetapi Aswatamatetap akan melanjutkan niatnya untukmembalas sakit hatinya pada Duryudana.Perjalanan Aswatama yang akan masuk keNegara Astina diikuti oleh Krepa.

3. Adegan di Pesanggrahan HupalawiyaPrabu Kresna memanggil Raden Nakula

dan Sadewa. Isi dialog bahwa diwaktu malamhari ini disuruh berangkat ke Mandarakabersama panakawan. Dengan tujuan,berhubung besok pagi ia akan menjadi senopatimembela Kurawa, maka ia agar segera bertemudengan Pamannya Salya, agar pasrah tetanghidupannya. Setelah semua sepakat keduasatriya tersebut berangkat ke Mandarakabertemu pamannya Salya bersama panakawan.

Bagian Pathet Sanga3. Adegan Kedhaton Mandaraka

Dewi Setyawati, bersama EndangSugandini, menerima kedatangan nata PrabuSalya. Setelah sang raja mendapatpenghormatan dengan sang prameswari, iamenghaturkan isi hatinya. Bahwa selama sangraja di Negara Astina, Dewi Setyawati hatinyaselalu gusar dan prahatin. Pada saat sang rajaakan andrawina, ia meminta makanan yangberupa rujak supaya badanya sehat kembali.Setelah pesta selesai, datanglah Nakula danSadewa menghadap Prabu Salya. Nakula danSadewa setelah menghadap pamannya, lantaskedua kakinya dirungkepi minta dengan pasrahjiwa dan raganya. Kedua Satriya itu setelahdiberi tahu oleh Prabu Salya, bahwa ia menjadisenopati itu bukan karena membela raja AstinaPrabu Duryudana, tetapi hanya menetapi janjitentang kehidupan yakni untuk mengantarkanPandawa untuk menuju suatu kebahagiaansesuai dengan apa yang dicita-citakan. Selainitu bila besuk pamannya menjadi senopati dan

mengibarkan Aji Candabirawa agar jangansampai dihadapi dengan kekerasan, tetapidengan sikap berdoa pasrah pada Hyang MahaKuasa. Dengan sikap itu buta bajang yangjumlahnya tak terhingga tersebut akan sirna.Selain itu Salya juga memberi pesan, bahwasenopati yang dipilih ialah Puntadewa. Sebab iamemilih Puntadewa, karena ia selama hidupnyatidak pernah marah, dan tidak pernahberperang dengan siapapun. Setelah keduasatria tersebut selesai menghadap pamanya,ia lantas pamit dan pergi kembali lewat pintusebelah kiri.

Dewi Setyawati setelah melihatkeponakannya kembali, ia lantas merungkepikakinya kakanda Prabu yang dicintainya. BahwaSang Dewi Setyawati sudah tau, bila sang rajabesuk pagi akan menjadi senopati. Tetapi PrabuSalya selalu menghibur istrinya agar tetaptenang, dan ia membatalkan menjadi senopati.Permintaan yang berupa rujak dengan pisangraja pista serta pelem tali jiwa yang dimintamerupakan pasemon dari Salya, yakni ia pulangke Negara pamit dengan sang istri tercintanyamerupakan suatu tanda pamitan terakhir.

Dewi Setyawi yang sudah tau akankehendak raja tersebut, sang dewi memberikanpenghormatan dengan melalui upacara sesucidiri. Setelah sesuci ia diharapkan manembahpada Hyang Agung minta keteguhan hati dankesempurnaan dalam hidupnya. Dengan dasarini, Dewi Setyawati menyadari, bahwa hidupsemua akan kembali keasalnya. Ungkapan DewiSetyawati tersebut terungkap pada dialogsebagai berikut.Setyawati : “Dhuh sinuwun… sinuwun.

Mboten sisah dora dhatenggarwa, sabab sak mangke kulasampun saged maos panggalihpaduka bilih estu-estu mbenjangenjang punika paduka badhemagut pupuh jumenengsenopati agung. Pramilasinuwun, mangga mumpungtaksih wonten wekdal, kuladherekaken sesuci siram jamas,tumunten manembah ingHyang Agung minta nugrahaaksama supados sedya padukakinabulna”.

Page 6: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201946

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Sebelum berangkat ke medan perang,kedua insan tersebut selalu memadu kasih, agarapa yang diharapkan bisa terlaksana denganbaik dan lancar. Sanggit yang diterapkan olehSalya, ternyata bisa menghibur Setyawati hinggabisa tertidur dengan pulas. Setelah DewiSetyawati tidur, Prabu Salya secara pelan-pelanmeninggalkan sang prameswari berangkat kemedan perang dikawal oleh Patih Tuhayata.Kemudian dilanjutkan berangkatnya prajuritAstina dengan gelar Hiranya Patma atauKembang Teratai, dengan pengapit raja TurilayaPrabu Ojrodenta putra Bogandenta, sertamemanggul pusaka gada Kyai Wisnawa (gadaWisnawa berasal dari prabu Bomantara diTrajutrisna) dan adiknya Harya Sasradenta.

4. Adegan Pesanggrahan HupalawiyaPrabu Puntadewa dihadap oleh Prabu

Kresna, Werkudara, Janaka, Trusthajumna, danSetyaki menerima kedatangan Nakula, danSadewa.

Kedua satria ini melaporkan bahwa ketikamenghadapi Paman Prabu Salya pada saatmenggunakan Aji Candhabirawa tidak bolehdihadapi dengan kekerasan, bila ada prajurityang memegang senjata, serta semua prajuritdi suruh berdoa dengan membaca mantrampuji rahayu. Senopati Pandhawa yang dipilih olehPaman Prabu Salya adalah kakanda PrabuPuntadewa. Semula Prabu Puntadewa tidakmau, namun setelah dijelaskan oleh Sri Kresna,akhirnya ia mau menjadi senopati Pandawa.Setelah sepakat datangnya prajurit, melaporkanbahwa senopati Kurawa sudah datang di medanperang.

5. Adegan Perang kembangPrabu Ojrodenta perang dengan Nakula,

Harya Sasradenta perang dengan Sadewa.Gada Ojrodenta yang bernama Kyai Wisnawapatah terkena jemparing Nakula, dan Ojrodentadapat dibunuh oleh Nakula. Sedangkan RadenSasradenta dibunuh oleh Sadewa.

Dalam perang tersebut diceritakan bahwapada saat perang yang sangat ramai PrabuSalya mengeluarkan Aji Candhabirawa, yangsemula berwujud sinar sebesar kunang, setelahkunang tersebut terkena angin berubah menjadi

Buta Bajang yang sangat sakti, sehingga semuaprajurit Pandawa banyak yang kalah. Setyakisemula tidak percaya, atas perintah Sri Kresna.Bi la menghadapi musuh tidak bolehmenggunakan pusaka, dan ia harus berdoa.Keanehan ini dibantah oleh Setyaki, akhirnya iamaju perang melawan Buta Bajang. ButaBajang setelah dipukul dengan gada wesi kuningbisa mati, akan tetapi tidak lama kemudian hidupkembali dan berubah jumlahnya menjadi dua,dua menjadi empat dan seterusnya sampaimenjadi banyak. Lama kelamaan Setyakimenjadi takut sendiri dan meninggalkan tempatpeperangan. Setelah Setyaki diberi penjelasanoleh Kresna akhirnya Setyaki mengakui semuakesalahannya dan selalu mematuhi semuaperintah Sri Kresna. Buta Bajang kebingunganhingga tidak bisa berbuat banyak terhadapmusuh.

6. Adegan CandakanDi alam sukma Begawan Bagaspati

mengatakan karmanya putra menantunya padasaat masih Narasoma, ia berani membunuhmertuanya. Dengan dasar ini, BegawanBagspati akan membalas kematian Salya,dengan jalan sukmanya masuk ke tubuh PrabuPuntadewa. Setelah Buta Bajang terkenakemayan Bagaspati, akhirnya semua ButaBajang tersebut habis dan kembali keasalnya.Prabu Salya setelah Buta Bajang mati, ia majuke medan perang dengan menghujani prajuritPandawa dengan senjata jemparing. PrabuPuntadewa yang sudah naik gajah putihmelepaskan pusaka Jamus Kal imasadamengenai dada Salya, akhirnya ia gugur dimedan perang.

Dewi Setyawati setalah mendengar berita,bahwa senopati Kurawa telah gugur ia segerapergi mencari jasad Prabu Salya. Setelah iamelihat jasad Salya tergeletak di atas kereta,ia segera mendekat dan bunuh diri, dansukmanya bersama-sama dengan sukma Salyanaik ke surga.

6. Adegan Kedhaton AstinaDewi Banowati di waktu sore hari yang

sedang duduk sendirian menerima datanganyaAswatama. Kedatangan Aswatama pura-pura

Page 7: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 47

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

diperintah oleh Prabu Duryudana agar Banowatimenyusul ke medan perang. Awalnya Banowatimenolak, namun setelah dibujuk oleh Aswatamabahwa peperangan akan dimenangkan olehPandawa, Banowati mau mengikuti perintahAswatama. Setelah datang di tengah hutan,Aswatama mengatakan, bahwa banowati diajakmasuk hutan akan diperkosa sebagai balasdendamnya Aswatama yang disuruh pergi olehPrabu Duryudana. Setelah Banowati akandipegang Aswatama, Banowati melarikan diri ketangah hutan. Banowati dikejar namun tidaktercapai. Kejar mengejar antara Aswatamadengan Banowati diketahui oleh Kartamarmadan akhirnya Aswatama dapat dihentikan.Pertemuan antara Kartamarma dan Aswatamatersebut dijelaskan, bahwa Kurawa sebentar lagiakan hancur, daripada Banowati di boyongPandawa, bagaimana bila Banowati menjadi istriKartamarma. Bujukan Aswatama tersebutdapat meluluhkan hati Kartamarma, hinggaKartamarma juga ikut mengejar perginyaBanowati.

Bagian Pathet Manyura7. Adegan Bulupitu

Prabu Duryudana bersama PatihSengkuni, merencanakan akan maju perang danmenjadi senopati Kurawa, yang akan dipimpinoleh Prabu Duryudana sendiri. Sedangkanpengawalnya Gajaksa dan Sarabasanta, sertaprajurit sisa perang yang tinggal sepuluh or-ang. Setelah semua siap Prabu Duryudanadan Sengkuni maju ke medan perang.

8. Adegan Candakan di PasanggrahanHupalawiya

Prabu Puntadewa dihadap olehWerkudara, Janaka, Nakula, Sadewa, Sri Kresna,Trusthajumna, Srikandhi, dan Setyaki. Isi dia-log untuk menghadapi senopati Kurawa,Werkudara dijadikan senopati Pandawa.Datangnya prajurit yang melaporkan bahwaPrabu Duryudana sebagai senopati Kurawasudah siap di peperangan. Werkudara dankeluarga Pandawa berangkat untuk menghadapimusuh dengan menggunakan gelarDwiradameta. Peperangan sangat rame, HaryaGajaksa dan Surabasanta dapat dibunuh oleh

Werkudara. Sengkuni mengeluarkan AjiSenggara Macan , dari mulut Sengkunimengeluarkan kemayan berupa sato kewanyang sangat buas, prajurit Pandawa banyakyang jadi korban. Raden Arjuna tampilmengeluarkan Aji Prakam pemberian BataraEndra dalam lakon Ciptoning. Aji tersebut dapatdigunakan untuk menghancurkan kesaktian AjiSenggara Macan. Kekuatan aji yang dimilikidapat ditandingi oleh Arjuna. Sengkuni menjadimarah, dengan membawa pedang membunuhpara prajurit Pandawa.

Sengkuni memang orang yang sakti tiadatanding, dipukul oleh Werkudara dengan GadaRujak Pala tidak mempan. Sri Kresnamemberitahukan kelemahan Sengkuni yaituketika gulung Minyak Tala semua badannyadapat diolesi dengan minyak Tala. Namunbagian duburnya belum terkena Minyak Tala.Werkudara setelah mendengar saran dari SriKresna, ia segera memburu Sengkuni. Setelahdapat dipegang oleh Werkudara, Sengkunimenjungkir balikkan badanya, dan duburnyaterkena Kuku Pancanaka hingga sobek. KulitSengkuni dibeset seperti menguliti buah pisang,mulut disobek, akhirnya Sengkuni mati secaratidak wajar. Sengkuni mati, Prabu Duryudananaik gajah meninggalkan peperangan masukke dalam sungai Bagiratri. Setelah di tepibendungan, busana senopati di lepas kemudianmasuk ke dalam sungai Bagiratri. Werkudarabersama Kresna mencari Duryudana akhirnyatidak ketemu, namun setelah melihat gajahMurdaningkung di tepi sungai Bagiratri, sertabusana senopati bertebaran di tanah, ia mengirabahwa Duryudana menyelinap di dalam airsungai Bagiratri. Werkudara dan Kresnamenunggu sampai Duryudana nampak kembali.

9. Adegan Grojokan SewuPrabu Baladewa dihadap oleh Raden

Setyaka, adapun isi dialog dalam adegantersebut, yaitu Prabu Baladewa menenyakanpada Setyaka lamanya bertapa di bawahgrojokan air. Setyaka memberi jawaban, bahwalama bertapa sudah mencapai sembilan bulan.Sebagai tanda selesainya bertapa setelahkembang tanjung itu mekar, sehingga masihlama lagi Prabu Baladewa dalam bertapa. Begitu

Page 8: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201948

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

juga bau air yang arus, serta banyaknya korbanmanusia itu karena hujan yang sangat deras.Prabu Baladewa setelah mendengar ucapanSetyaka menjadi marah. Karena ia merasa ditipuoleh Setyaka, akhirnya Setyaka akan di bunuh.Tak lama kemudian dating Batara Naradamelerai Baladewa. Peristiwa ini akibat ulah SriKresna untuk menjauhkan Baladewa dari perangBaratayuda. Sebab kesaktian Baladewa tidakada yang menandingi, serta Baladewa tidakmempunyai musuh dalam perang Baratayuda.Baratayuda adalah perangnya Kurawa danPandawa. Pada saat ini peperangan hampirselesai, yakni antara Duryudana dan Werkudara,sedangkan Kurawa lainnya sudah mati. PrabuBaladewa setelah sadar, ia lantas diajak pergimelihat di tegal kuru bersama Setyaka.

10. Adegan Candakan di Tepi SungaiBatara Kresna bersama Werkudara yang

berada di tepi sungai Bagiratri menerimakehadiranya Prabu Baladewa. Kresnamemberikan keterangan pada Prabu Baladewa,bahwa perang Baratayuda hampir selesai,tinggal peperangan antara Prabu Duryudanadengan Werkudara. Namun Prabu Duryudanamengumpat di dalam sungai Bagiratri. PrabuBaladewa setelah mengetahui Prabu Duryudanatidak menepati janjinya sebagai seorangsenopati, ia lantas memanggil Prabu Duryudanadengan suara yang sangat lantang. PrabuDuryudana setelah mendengar suara PrabuBaladewa yang sangat keras, akhirnya ia maumenampakan diri dan lari merangkul sertameminta perlindungan kepada Prabu Baladewa.Prabu Duryudana setelah mendapat dorongandari Baladewa, akhirnya ia mau berdiri lagimenjadi senopati perang dengan Werkudara.

Prabu Duryudana setelah bangkit kembali,Baladewa membotohi Duryudana, sedangkanKresna membotohi Werkudara. Dengan syaratbila Werkudara kalah, Pandawa harus masukhutan yang disebut dengan Wanaprasthaselama 13 tahun, sebaliknya bila PrabuDuryudana kalah Negara Astina danIndraprastha menjadi hak milik Pandawa.Setelah sepakat kedua satriya diberi busanakeprajuritan serta memegang gada. Werkudaramenggunakan Gada Rujak Polo, sedangkan

Prabu Duryudana menggunakan Gada Lukitasariatau yang disebut Sapujagad. Setelahkeduanya siap, peperangan dimulai.

Diceritakan peperangan kedua satriatersebut sangat ramai sekali, karena keduanyasama-sama murid Prabu Baladewa dalamberolah gada. Keduanya berimbang, tidak adayang menang maupun kalah. Dengan seketikaPrabu Duryudana ingat akan kelemahanWerkudara, yakni kepala sebelah kiri yang tidakdiolesi dengan Minyak Tala. Dengan seketikapilingan kiri werkudara dipukul dengan GadaSapujagad, Werkudara jatuh sampai tidaksadarkan diri. Tetapi setelah terkena dinginnyaudara, kekuatan Werkudara menjadi sembuhkembali. Setelah Werkudara bangkit, Kresnamemberikan informasi pada panakawan, bahwakelemahan Prabu Duryudana terletak pada pahasebelah kiri. Dengan sikap Werkudara yangkejam itu, Prabu Duryudana paha kirinya dipukulhingga Prabu Duryudana jatuh di tanah. Pahakiri Prabu Duryudana dipukul dengan gadasampai hancur. Setelah Duryudana jatuh, badanPrabu Duryudana dihujani Gada Rujak Polosampai tak nampak wujudnya Duryudana.Meskipun badanya Prabu Duryudana sudahhancur, tetapi ia juga belum mati. BadanDuryudana diseret di atas batu cadas, hidungdan raut muka sampai hancur. Walaupun tinggaltulang, ia tetap masih hidup dan masih bisabicara.

Prabu Baladewa setelah melihat sepakterjangnya Werkudara dalam menghabisimusuh, yang secara tidak manusiawi tersebutmenjadi marah, sampai kemarahannya tidakbisa reda. Namun setelah disadarkan oleh PrabuKresna tentang kekejaman Prabu Duryudanadan Kurawa semasa masih muda, akhirnyaPrabu Baladewa bisa reda.

Meskipun Prabu Duryudana sudah tidakbisa berdiri, serta anggota badannya sudahhancur, tetapi ia masih bisa berbicara denganmenantang dan menghina Werkudara maupunPandawa lainnya, sehingga Prabu Baladewamenjadi marah. Karena tidak tahan mendengarucapan Prabu Duryudana. Prabu Baladewamenyarankan agar Werkudara membuanggaranya Prabu Duryudana ke tengah hutan,dengan sendirinya ia akan pasti mati.

Page 9: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 49

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

11. Adegan Akhir di PesanggrahanHupalawiya

Perang Baratayuda telah berakhir,sehingga para satr iya Pandawa semuaberkumpul, dihadiri oleh Prabu Kresna, PrabuBaladewa, Trusthajumna, Srikandhi, danSetyaki. Kemenangan Pandawa dalam perangBaratayuda telah terbukti, sehingga wajibmengucapkan syukur pada dewa. Untukselanjutnya pandawa akan boyong ke NegaraAstina. Tancep kayon (MantebSoedharsono:1988).

Fungsi Gada Rujak Polo Dalam LakonDuryudana Gugur Sajian Manteb

Soedharsono

Seperti telah dikemukakan pada bab Idalam pembicaraan landasan pemikiran,menurut Hamzuri bahwa fungsi pusakamerupakan sebagai senjata yang dapatdipergunakan sebagai alat untuk membunuhmusuh. Selain itu pusaka dalam budaya Jawasebagai kekuatan yang dimiliki seseorang(Hamzuri, 1985:45). Sedangkan merunutManteb Soedharsono hal yang berkaitan dengansenjata dalam pertunjukan wayang kulit purwabahwa, fungsi gada dan senjata lainya perannyasangat dibutuhkan, karena gada maupunsenjata lainnya merupakan alat untuk membeladiri dalam melindungi anggota badan pada waktudiserang dengan jarak dekat oleh musuh. Selainitu juga untuk membunuh musuh pada saatpeperangan. Sedangkan fungsi Gada Rujak Polodalam Baratayuda sebagai senjata pamungkasuntuk menghancurkan musuh, baik Dursasana,Sengkuni, Duryudana maupun ratu suruhanyang melindungi Kurawa (Manteb Soedharsono,Wawancara 10 Mei 2007). Pendapat tersebutjuga diungkapkan oleh Sutadi, bahwa fungsiGada Rujak Polo dalam perang Baratayuda,memang sudah dipersiapkan oleh dewa kepadaWerkudara, untuk menghancurkan musuhPandawa terhadap Kurawa dan kroni-kroninya(Sutadi, Wawancara 20 Mei 2007).

Dilihat dari berbagai pengertian katafungsi di atas keduanya mempunyai kesamaan,yakni alat untuk membunuh musuh/lawandengan jarak dekat. Namun yang sesuai

dengan pembicaraan fungsi Gada Rujak Polodalam Baratayuda tersebut adalah pendapatyang disampaikan oleh Toyocarito bahwa fungsiGada Rujak Polo dalam Baratayuda adalahpusaka sebagai senjata pamungkas untukmenghancurkan khususnya Prabu Duryudanadan Kurawa lainnya, serta sekutunya(Toyocarito, Wawancara 20 April 2007).

Pernyataan yang disampaikan oleh parasesepuh dalang tersebut sangat tepat sekali,hal ini sesuai dengan keterkaiatanya Gada RujakPolo dengan tema lakon dalam Baratayuda.Dengan dasar itu, dapat menunjukkan bahwapenggunaan pusaka Gada Rujak Polo baik yangdisampaikan oleh Hamzuri, MantebSoedharsono, Toyocarito, dan Sutadi bahwagugurnya Prabu Duryudana dipukul denganmenggunakan pusaka Gada Rujak Polo olehWerkudara. Gugurnya Prabu Duryudana dalamcerita Baratayuda dari berbagai sumber baiktertulis maupun pendapat dari berbagai dalang,bahwa Gugurnya Duryudana dipukul olehWerkudara dengan pusaka Gada LambikamukaRujak Polo, tepatnya pada paha sebelah kiri.Setelah pahanya sebelah kiri dihancurkan olehWerkudara, maka Duryudana dapatdihancurkan dengan Gada Rujak Polo secaraperlahan-lahan.

Makna Simbolis Lakon Duryudana GugurSajian Manteb Soedharsono

Pertunjukan wayang kulit purwa denganlakon Baratayuda merupakan suatu tindakansimbolis. Kata symbol artinya suatu lambangatau perlambangan (Poerwadarminta,1976:946). Pengertian symbol dan simbolisasisecara etimologi diambil dari kata kerjaYunani sumballo (sumballein) yangartinya berwawancara, merenungkan,memperbandingkan, bertemu, melemparkanjadi satu, dan menyatukan (Dibyasuharda,1990:11). Kata symbol adalah penyatuan daridua hal menjadi satu pengertian.

Menurut Spradley bahwa simbol ataulambang adalah suatu tanda yang terbagimenjadi tiga jenis utama, yaitu a) icon, yaituantara lambang dan acuannya merupakanhubungan kemiripan, b) indeks, yaitu antaralambang dan acuannya ada kedekatan

Page 10: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201950

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

eksistensi, dan c) simbol, yaitu suatu lambangyang sudah terbentuk secara konvensional dikalangan masyarakat penggunanya (James P,1972:13). Lambang itu tidak sekedarmengandung makna, tetapi yang pentingadalah dayanya. Lambang memiliki kekuatansebagai perangsang apa yang dikatakan orangdengan makna tersebut.

Menurut Victor Turner yang dikutip olehSukatno (2000) dijelaskan bahwa simbol ataulambang dapat dibagi menjadi tiga bagian yangpertama, yakni simbol yang disebut dengankondensasi, yaitu menyatukan dari berbagaipengertian, misalnya dalam gerak wayang, yaituposisi tangan sedhakep merupakan simbolberdoa dan bisa juga tokoh tersebut sedangsedih hatinya. Sikap tersebut menggambarkanpenyingkatan hubungan antara makhluk denganSang Pencipta, sikap ini menuju pada satu titikkeagungan. Kedua, simbol polaritas adalahsimbol yang mempunyai artian bahwa karyamempunyai makna yang berbeda, jugamengandung arti yang berlawanan danmerupakan penyatuan dua kutup yangberbeda. Contohnya sifat baik buruk, dan priawanita. Kedua sifat itu mempunyai maknayang berbeda-beda, akan tetapi keduanyamerupakan suatu kesatuan yang tidak dapatdipisahkan. Dalam pertunjukan wayang kulitpurwa antara wayang dengan iringannya,yang masing-masing mempunyai fungsisendir i-sendir i, tetapi sebenarnya satusama lain saling berkaitan dan merupakansuatu kesatuan yang utuh. Ketiga, simbolunivikasi adalah simbol yang mempunyai artiyang berbeda-beda dipersatukan sertadihubungkan melalui sifat-sifat umum dandisosialisasikan serta dianalogikan berdasarkankenyataan atau ide. Misalnya singa, disampingbinatang juga dijadikan sebagai s imbolkeberanian. Tanda “Salib” sebagai simbolAgama Nasrani.

Pengertian-pengertian tentang simbolatau lambang tersebut di atas dapat untukmengungkapkan cerita Baratayuda yangdisajikan oleh Manteb Seodharsono. Sajianpertunjukan Baratayuda dengan lakonDuryudana Gugur, selain mengandung nilaiestetis juga mengandung lambang atau simbol

dalam sajian pakeliran. Lakon Duryudana Gugur,dalam dunia pedalangan juga bisa disebutdengan lakon “Rubuhan”. Artinya peperanganyang paling akhir dengan kemenangan dipihakPandawa. Peperangan kedua Negara antaraKurawa dan Pandawa menelan banyaknyakorban dari kedua kubu yang berseteru, dipihakKurawa hancur dan sekutunya menjadi tumbalpeperangan. Perang Baratayudamelambangkan suatu tataran di mana satriaPandawa sudah dapat menyingkirkan segalarintangan dan berhasil menumpas segala sifatangkara murka yang dimiliki oleh Kurawa.Sehingga satria Pandawa bisa mencapai suatutujuan untuk mencapai kedamaian dalamkehidupan.

Menurut Manteb Soedharsono, bahwaterjadinya perang Baratayuda khususnyaPandawa dan Kurawa, dengan tujuan selainmengambil alih hak Negara Amarta dan Astinayang dikuasai Kurawa, juga untukmenghancurkan sifat angkara murka yangdimiliki oleh Kurawa, agar situasi bumi nusantaramenjadi tenang dan tentram. Dengan demikiansifat-sifat angkara murka itu hancur atau hilang,kehidupan manusia akan merasakanketentraman baik lahir maupun batin. Hadirnyapertunjukan wayang kulit dengan ceritaBaratayuda, sama halnya dengan ruwatanbumi. Bila dikaitkan dengan budaya Jawa, bahwaBaratayuda maupun ruwatan bagian dari ritualkehidupan yang bertujuan untuk menolakmarabaya yang akan mengancam suatukehidupan, agar masyarakat mendapatketentraman dan batin (Manteb Soedharsono,Wawancara 26 Oktober 2006).

Pertunjukan wayang kul it denganmenggelar cerita Baratayuda, seperti di wilayahKlaten dalam acara ruwahan, serta di daerahGondang Sragen setelah panen gadu, menurutKesdik Kesdalamana dan Sutadi bisa disebutdengan istilah ruwatan yang sudah berjalanratusan tahun. Dengan tujuan, agar para rohnenek moyang hidupnya di dalam kuburmendapat ketentraman. Tetapi Baratayuda diGondang Sragen agar leluhur Kyai cikal bakalserta Kyai Danyang yang mendiami wilayahtersebut agar mendapat ketetraman dankepuasan, sehingga masyarakat dalam

Page 11: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 51

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

kesehariannya, hidupnya akan lebih tentram.Hal tersebut juga diungkapkan oleh SenoSastroamijoyo (1964:146) bahwa upacara ituditujukan semata-mata agar para sukma leluhurmendapat tempat yang layak, agar roh tidakmenganggu kehidupan mereka yangmengadakan “ruwatan” itu, yang dalam hatikecilnya takut akan tertimpa oleh sesuatu marabahaya. Perang Baratayuda sedikit banyakmengandung arti ketasawufan. PerangBaratayuda antara Pandawa dan Kurawa yangmasih ada kaitanyya dengan saudara itu terjadi,karena Baratayuda merupakan tiga pusatperkara, yakni pertama, merupakanpembasmian sifat angkara murka, kedua,penetapan suatu janji atau janji yang harusdipenuhi dan yang ketiga, berlakunya hukumpembalasan atau hukum karma (SenoSastroamijoyo, 1964:146).

Berkaiatan dengan tokoh yangdisimbolkan dalam Baratayuda, seorangsenopati yang diangkat oleh sidang, tokoh yangdijadikan senopati tersebut disimbolkan sebagailambang keagungan. Tokoh siapapun baikKurawa maupun kasatria Pandawa yangdijadikan senopati, tokoh tersebut disimbolkansebagai seorang yang terhormat. Artinya iaadalah seorang yang berkuasa dalam memimpinperang.

Prabu Salya setelah dijadikan senopatidengan menggunakan busana serba putihmelambangkan kesucian hatinya dan relaberkorban jika gugur di medan perang. Warnaputih atau seta yang menggambarkan nafsuyang baik dalam arti kata berbaik hati, berbaikBahasa, jujur dan sebagainya (1964:287). Lainhalnya dengan gugurnya tokoh PrabuDuryudana sebagai akhir dalam Baratayudasebagai lambang hancurnya raja angkaramurka.

Aspek-aspek Estetis Yang Terkandung diDalam Lakon Duryudana Gugur SajianManteb Soedharsono

Perang Baratayuda antara Kurawa danPandawa tujuan utama kedua satria tersebuthanya menuntut suatu keadilan antara hak danbatil . Sebagaimana telah diungkapkansebelumnya, keadilan adalah salah satu dari

keempat kebijakan pokok atau keutamaan yangharus dimiliki oleh setiap individu dan oleh seluruhkelas serta golongan dalam negara ideal. Olehsebab itu keadilan merupakan salah satukebijakan pokok atau keutamaan perorangandan masyarakat. Keadilan mempertautkanketiga kebajikan pokok atau keutamaan lainnya,yakni pengendalian diri, keperkasaan dankebijaksanaan atau kearifan, karena keadilanmenjadi satu keutamaan dalam kehidupanbernegara (J.H. Rapar, 2001:73). Ketiga pokokpermasalahan tersebut sebagai sarana untukmenjelaskan dialog Duryudana dengan Salyapada adegan jejer pertama.

1. Kondisi Prabu Duryudana yang sedangdihadap oleh Salya pada saat menghadapi pokokpermasalahan, setelah gugurnya Basukarnodan Pandhita Durno tercermin dalam dialogsebagai berikut.Duryudana :Hheemm…. Dewa ora adil…

dewa ora adil…Pandhawadipangestoni, aku ora diberkahi….heemm…

Salya :Lho…lho…lho saregh ngger, welha, tanpa kanyana-nyana tekaanak prabu tumunten mastanibilih dewa mboten adil punikanalaripun kados pundit?

Duryudana :adu sugih sugih kula tinimbangPuntadewa, adu akehing balanggih akeh bala kula tinimbangbalaning Pandawa, adu rosanggih rosa Kurawa satustinimbang Pandhawa lima.Hheem…… nanging yageneempun pitulas dina ngayahiBratayuda, barisan Ngastinatansah jebol. Janji enten senopatiKorawa sing maju, mboten dawaumure, mesthi bali mung kariaran. Hheeemm… pancen iblislaknat tenan Pandhawa kowe.

Salya :Lho lha inggih, nanging kok lajenganak prabu nglepataken dewapunika sesambetanipun punapa?

Duryudana :Nggih sampun cetha, miturutnalar kudune Bratayuda ikimenang Kurawa, babab abalaratu sewu negari , wragate

Page 12: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201952

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

pinten-pinten kampil dinar, tursinengkuyung dening para anung-anung ingkang sekti mahambara,Eyang Bisma, Bapa Durna,kakang Prabu Karna. SedhengPandhawa niku mung ringgkihmlarat, balane sethithik, singngetutke mung ratu cilik-cilik.Nanging kenging menapa kokdadine kaya ngeten, Kurawamawut, bala kula dikebut, bandhadonya ngastina larut. Mula nikigenah nek dewane mboten adil,mban cindhe mban siladan.

Salya : Adhuh ngger…ngger… susah yasusah ning aja ampyak awur-awur mangkono kuwi, banjurngluputke dewa, dewa dianggebora adil. Klentu ngger, klentu.Dewa punika tetep adil, deneingkang sok mboten adil punikahawa nafsunme manungsa,ingkang namung badhe mituritipepinginannipun piyambak,mboten ngengeti kapitunaningsanes. Lho punika…Menggahingbab menang kalahe wong perangpunika kula ngengetaken carakina: Sura dira jayaning rat leburdening pangastuti. Wiwit jamankina makina saengga kukutingjagad, hambeg adil adhedhasarbener punika angkara dursilacandhala juti, sandyan malang-malang kados prebatang, mbotensande mesthi tumpes kelor.

Dialog Prabu Duryudana dengan Salyatersebut di atas bahwa, sang raja yang belumbisa mengendalikan diri terhadap situasi yangsebenarnya. Walaupun Kurawa banyak kroninyatetapi kemenangan di tangan Pandawa. Sikapinilah yang mengakibatkan Bahwa PrabuDuryudana menganggap dewa tidak bijaksanadalam memberikan keadilan terhadap dirinyakhususnya Kurawa. Sikap Prabu Duryudanatersebut dikendalikan oleh Salya, bahwa dalampeperangan dewa sudah berbuat adil danbijaksana, bahwa yang salah tetap salah

sedangkan yang benar tetap benar. Sedangkanyang tidak adil itu manusianya yang tidak bisamengendalikan hawa nafsunya untukkepentingan pribadi. Apabila di dunia ini tidakakan tentram manakala masih ada manusiaseperti Prabu Duryudana yang sedikit sekalimemikirkan rakyat. Ia ingin sekali melihatmatinya Pandhawa (dalam ceritera KarnaTanding). Diungkapkan bahwa PrabuDuryudana sebagai manusia yang mempunyaiwatak angkara murka budi candela, hambegsiya, serakah, berbudi jahat, dan bertindaksemena-mena (Hazim Amir, 1997:138).

2. Nilai kemerdekaan sejati adalah nilaikemerdekaan yang sempurna, karenamengandung semua nilai kesempurnaan yangada dalam wayang. Kemerdekaan sejati adalahkemerdekaan yang utuh, menyatu, benar, suci,adil, penuh dengan kasih sayang, bertanggungjawab, dan sterusnya (Hazim Amir, 1997:138).Prabu Salya akan dijadikan panglima perangaatau seorang senapati di Negara Astina bukanuntuk membela Duryudana dan putrinyaBanowati, melainkan atas kesadaran pribadi.Sehingga sikap Prabu Duryudana terhadap Salyaini, jika dipandang dalam budaya Jawa dianggapkurang sopan, sebagai seorang raja,seharusnya selalu menghormati kepada orangtua yang sekaligus mertuanya. Sikap Salyadalam menerima perintah dari Prabu Duryudanajuga diterima dengan jiwa kasatria maupundengan sikap lapang dada. Kesanggupan Salyadijadikan panglima perang Negara Astinamewakili Kurawa dalam dialog terungkap sebagaiberikut.Duryudana : Kulanuwun, sak pengkeripun

kakang dipati Karna gugurwonten paprangan, lajeng sintenmalih ingkang kula tengga kajawinamung paduka rama prabu.Pramila rama, kula aturi welasdhateng keng putra, mbenjangenjang punika mgi wontenadhanganging panggalih jumenengminangka senapati agung.

Salya : Inggih kula sagah nangingwonten syaratipun lho ngger.

Duryudana : punapa syaratipun ??Salya : Syarat ingkang sepisan inggih

Page 13: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 53

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

punika, wonten tengahing palaganmangke manawi kula sampunwiwit matak aji Vandhabirawa,sadaya para wadya kedah selehdedamel, mandheg anggenipunbandayuda. Manawi makateningkang mboten ngestokaken,kula mboten tanggelkawilujenganipun.

Duryudana: Kawula nuwun inggih ngestokakendhawuh.

Salya : Ingkang angka kalih, anak prabusampun ngantos njagekakenangsah kula mangke mesthimimpang, sampun ngantos.Sebab menang kalah punikasanes wewenanging manungsa,nanging purba wasesaning Gusti,

Duryudana: Nun inggih sendika rama.Salya : Sampun ngger, syaratpun

namung punika.

Sikap Salya dalam menerima tugassebagai seorang senapati dalam menghadapiPandawa tersebut diterima dengan lapang dada,mengingat bahwa Salya juga seorang raja yangberjiwa satria dan berjiwa luhur. Maka dalammenghadapi musuh yang masih ada kaitanyadengan keluarga utamanya Nakula dan Sadewatidak boleh mengharapkan suatu kemenangan.Sikap Salya itu menandakan bahwa walaupungugur di medan perang sudah menjadi suratanatau sudah ditakdirkan oleh dewa.

1. Nilai Kebahagiaan Sejati yang berkaitandengan perang Baratayuda Jaya Binangunadalah nilai kebahagiaan yang sempurna, olehkarena ia mengandung semua ni laikesempurnaan yang ada dalam wayang.Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yangutuh, menyatu, benar, suci, adil , danseterusnya. Nilai kebahagiaan sejati mempunyaikedudukan yang amat penting dalam sistemetika wayang, yakni menuju terbentuknyamanusia bahagia, terciptanya suatu kehidupanmasyarakat, Negara dan dunia yang bahagia.Kedudukan nilai kebahagiaan sejati yang tinggitersebut dalam wayang dibuktikan olehkenyataan bahwa semua kesatria yang baikselalu berusaha menjadi manusia bahagia yang

diaplikasikan dalam ajaran mamayuhayuningbawana (Hazim Amir, 1997:194-195).

Salya Membuka Takbir Sebelum AkhirHidupnya

Salya setelah diangkat menjadi senopatiKurawa didatangi putra keponakan Nakula danSadewa (putra Madrim) yang disuruh olehKresna untuk memohon dengan sifat rayuhankepada pamannya, jika Salya menjadi senapatimembela Kurawa, ia minta dibunuh terlebihdahulu. Karena jika pamannya menjadi senopatitidak ada lawan yang bisa menandingikesaktiannya Aji Candabirawa. Salya setelahmelihat keponakannya merasa iba dan Salyamemberikan kejelasan bahwa ia tak lama lagiakan mati di peperangan, oleh karena itu iamemberikan kelemahannya jika nanti menjadisenopati lawannya harus Puntadewa. KarenaPuntadewa seorang satria yang mempunyaidarah putih. Dengan kekuatan itu AjiCandabirawa akan hancur, selain itu semuaprajurit harus meletakkan senjatanya sertamemohon pada Sang Pencipta dengan doarahayu. Rahasia kekuatan Salya tersebutterungkap dalam dialog sebagai berikut.Salya : Kembar, sesuk esuk aku madeg

senopati Ngastina iku ora marganiyak bebela marang Duryudana kuwiora, nanging jenengingsun wisnampa sasmitaning ga’ib kangmralambangi yen kwajibanku urip anaing alam rame iki wis rampung. Yamung saranane bal i nyangngayunan, aku kudu netepi jejeringkasatriyan yaiku gugur ana ingpalagan. Ngger, aji Candha-birawakuwi mono mung piranti, pirantikunalika aku isih duwe kwajiban ana ingjagad iki. Kagawa kwajibanku wisrampung, mula piranti mau yaw isora ana dayane.

Nakula : Nuwun inggih wa.Salya : Sesuk yen aku ngibarake Aji Candha-

birawa kang wujud buta bajang, ajaditandingi nganggo landhepinggegaman lan kasudiran, nangingmalah padha selehna gamanmu,patrap sedhakep lenggah susila, sarta

Page 14: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201954

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

padha ngucapna mantra: rahayu-rahayu-rahayu. Ya kanthi caramangkono, buta bajangCandhabirawa mau bakal lebur luluhtanpa dadi. Nanging yen koktandangi sarana karosan, o ya sidarusak temenan barisanmu ngger.

Nakula : Kawula nuwun ninggih wa.Salya : Banjur senapati Pandawa kang ndak

pilih supaya nguntapake patiku, oraliya ya mung kakangmu Puntadewa.

Nakula : Kenging punapa kedah kaka prabuPuntadewa ingkang salaminipunmboten nate bandayuda punika wa?

Salya : Iya sabab wis kinodrat, ora ana wongsing kuwat nguntapake patiku mungkajaba manungsa kang getihe putih,hambeg sabar darana, suci atine,jujur tumindake, lila ing bandhalegawa ing pati. Mula kulup, sepisanji iki kakangmu Puntadewa kudugelem nglepasake jemparing kangsinandhangan Jimat Kalimasadamarang dhadhaku. Wis, bab eguhpratikele pasrahna marang priyayising kongkon kowe mau.

Salya setelah memberikan kejelasan padaNakula dan Sadewa wajahnya membersitperasaan haru yang mendalam. Ia melihat danmembayangkan adiknya Madirm yang telahtiada. Ia Introspeksi diri betapa rakusnya iamenghirup kelezatan duniawi, sementara yangmuda harus segera mengakhiri hidupnya.Terbayang pula kejadian dahulu ia telahmemaksa membunuh mertuanya yang baik hatidan berbudi luhur hanya karena berwajahraseksa. Ia mengakui bahwa ia telah tertipuoleh perasaan sendiri bahwa bentuk luarnyayang buruk ternyata hatinya berisi emas. Laluia bersabda, anaku sebenarnya aku lebihmenyayangi Pandawa. Hanya saja aku terjebakoleh kelicikan Sengkuni yang memaksa akuberpihak pada Kurawa. Memang kesaktiannyatiada tanding kecuali oleh seorang yang memilikidarah putih, di tangan dialah rahasiakematianku. Sekarang kembal ilah kepesanggrahan. Salya dengan sengajamembukakan rahasia kematiannya kepada

Pandawa melalui Nakula dan Sadewa (BarnasSumantri, 1999:147).

Baratayuda Sebagai Hari PembalasanPeranga Baratayuda yang juga disebut

Baratayuda Jayabinangun peperangan antarakeluarga keturunan Barata yakni Pandawa danKurawa permasalahan yang paling utama adalahmasalah sebuah negara. Seperti diungkapkanoleh Manteb Soedharsono dalam lakon KresnaDuta, pada saat Irawan dihadap oleh Semar.Saat itu Semar memberikan gambaran tentangterjadinya Baratayuda, sebab perangBaratayuda itu kejam dan bengis. Bratayudaitu perang yang mempunyai aturan yangdikendalikan oleh Kresna sebagai botohnyaPandawa. Sebab Baratayuda itu perang suci,artinya barang siapa yang tidak dijadikansebagai senapati berarti hidupnya tidakmempunyai dosa terhadap sesamanya, selainitu orang tersebut juga tidak tertulis dalam KitabBaratayuda. Sebab perang Baratayuda ituibaratnya barang siapa yang menanam akanmenuai hasilnya, siapa yang hutang akanmengembalikan. Itulah yang disebut perangBaratayuda Jayabinangun3 Dalam ilmu tasawufbahwa Perang Baratayuda antara Pandawadan Kurawa mengandung arti tiga pokokpermasalahan dalam kehidupan, di antaranyapertama, merupakan pembasmian sifat angkaramurka, kedua penetapan suatu janji atau janjiyang harus dipenuhi, dan yang ketiga berlakunyahokum pembalasan atau yang disebut denganhukum karma (Adhman Sudjudin, 1970:51).Ketiga hukum karma tersebut dapat digunakanuntuk membahas kematian Salya, Sengkuni,dan Prabu Duryudana. Gugurnya Salya,Sengkuni, dan Prabu Duryudana dalam perangBaratayuda karma mereka pada saat merekamasih hidup maupun berkuasa.

Kematian Salya akibat dari ulahnya padasaat menikah dengan Setyawati, sehinggamertuanya yang bernama Bagaspati yang tidakpunya dosa itu ia habisi dengan sangat kejam.Kematian Sengkuni dengan cara dibeset kulitnyaseperti mengelupas buah pisang juga akibat dariulah mereka yang selalu berbuat jahat kepadaPandawa, baik melalui ucapan maupuntindakan, sehingga matinya Sengkuni sangat

Page 15: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 55

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

sengsara. Sedangkan matinya PrabuDuryudana dilambangkan sebagai raja yangrakus dan jahat pada waktu masih berkuasa.Pada saat Begawan Metreya memberikan sa-ran agar tidak semena-mena dengan Pandawamaupun menyengsarakan orang lain tidakditerima dengan baik justru badan maupunkepala Metreya diinjak-injak sampai tak sadarkandiri. Sedangkan yang kedua, setelah Pandawakalah bermain dhadhu , Dewi Drupadiditempelkan pada paha kirinya. Hukum karmadari tiga tokoh tersebut akan penulis jabarkansebagai berikut.

Kematian Salya Akibat KarmaSalya ketika berdiri sebagai senapati di

tegal Kuru, setelah mengeluarkan AjiCandabirawa semua kekuatan yang berupa ButaBajang keluar yang jumlahnya tak terhitung.Prabu Kresna yang memegang kendalinyapeperangan segera memerintahkan semuaprajurit dengan berdiam diri serta semuaperalatan yang berupa senjata segeradiletakkan dan duduk sambil memanjatkan doaa.Dari kekuatan doa tersebut sehingga AjiCandabirawa tidak bisa berkutik. Tetapi jikadihadapi dengan kemarahan, Aji Candabirawaitu bisa menghancurkan musuh. SukmaBegawan Bagaspti turun ke bumi untukmembalas kematiannya pada menantunyaRaden Narasoma, ketika ia masih mudamembunuh mertuanya Begawan Bagaspati.Pembalasan Begawan Bagaspati pada Salyayakni dengan jalan menyatu ke jiwa Puntadewayang mempunyai darah putih. Namun sebelummenyatu ke tubuh Puntadewa, Bagaspatimelontarkan pesan sebagai berikut.Bagaspati : Dhuh Raden Narasoma ana kula

mantu ingkang kula tresnani, mugisampun cuwa ing panggalih inggihngger, dene dinten punikaparipaksa kula kedah mungkasijejibahan jengandika ing alampadhang. Punapa ta sababipunmakaten, hawit karma ingkangsumandang ing gesangjengandika sampun andhatengi.Inggih punika duk nal ikapanjenengan mentala mejahi kula

jaman taksih manten enggalkaliyan anak kula Pujawati inggihSetyawati. Nalika samanten kulasampun janji bilih dumuginingwanci Baratayuda Jayabinangun,jengandika nedya kula kanthikundur dhateng kalanggengan.Pramila ngger lumatar jemparingPamungkas lan Kal imasadaingkang kalepasaken dening PrabuPuntadewa punika, namungsadermi nindakaken adiling kangkawasa. Sampun ngger, manggaenggal kula kanthi wangsul ingkasedan jati.

Pembalasan Begawan Bagaspati padaSalya merupakan tindakan dari perbuatan Salyapada saat memperistri Setyawati, sehinggaperbuatan Salya yang membunuh mertuanyaakan dibalas pada saat Baratayuda. Melaluipusaka Jamus Kalimasada yang dilepaskan olehPuntadewa sebagai jalan utama penebusandosa Salya pada saat membunuh Bagaspati.

Kematian Sengkuni Akibat KarmaKesaktian Sengkuni tidak hanya dalam

berpolitik menguasai Negara Astina sajamelainkan dalam hal keprajuritan ia juga seorangsatria yang sangat sakti. Dalam lakon MinyakTala (Jawa) atau Lisah Tala, diceriterakan badanSengkuni tidak hanya diolesi saja, melainkansetelah Minyak Tala itu jatuh, ia lantasmenjatuhkan diri ke tanah, tumpahan minyakitu untuk gulung, sehingga semua tubuhnyadapat terolesi minyak tersebut, sehingga tubuhyang terolesi minyak tidak mempan denganpusaka apapun. Setelah Baratayuda terlaksana,Sengkuni dipukul Werkudara dengan Gada RujakPolo tidak mempan. Sengkuni mengeluarkan AjiSenggara Macan dari mulutnya mengeluarkanbinatang buas yang banyak sehingga bisamemporak-porandakan beteng musuh. AjiSenggara Macan tersebut oleh Arjuna diimbangidengan Aji Prakam pemberian Batara Indra padasaat menjadi Begawan Ciptoning, sehinggakesaktian Aji Senggara Macan milik Sengkunidapat teratasi. Hancurnya Aji Senggara Macan,Sengkuni menjadi marah dan membawa pedang

Page 16: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201956

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

melukai prajurit Pandawa. Setelah Sengkunidipegang oleh Werkudara, Kresna memberi tahukelemahan Sengkuni. Badan dijungkir balikkan,kuku Pancanaka menunjam dubur Sengkuni danmulutnya Sengkuni dirobek-robek hingga mati.Kematian Sengkuni dengan melalui mulutSengkuni dirobek-robek akibat ucapan kata yangjahat hingga mengakibatkan banyak orangtermasuk Pandawa menderita. Kulitnya dikupasdisayat-sayat sebagai pembalasan ataskeserakahan dan kerakusan yang dilakukannya.Demikianlah perbuatan jahat harus dibayardengan rasa sakit yang luar biasa hingga ajalnyasangat mengenaskan (Barnas Sumantri,1999:147-148).

Kematian Duryudana Akibat KarmaKetika perang Baratayuda Jayabinangun

hampir selesai seluruh keluarga Kurawa telahhancur tinggal Prabu Duryudana seorang,pikirannya tak karuan. Ia masih ingin hidup tetapiharus lari kemana, rasa takut semakinmencengram terutama pada Werkudara yangakan mengancam membunuhnya dalam perangitu. Tak sadarkan diri setelah ia perang denganWerkudara merasa kalah, ia lari lantas masukke dalam air merendam diri di sungai, pikiranmereka tak akan mengetahui dirinya. Tetapikepergian Prabu Duryudana diketahui olehSanjaya dan dilaporkan kepada Kresna maupunWerkudara. Pada saat itu jugaprabu Baladewayang sudah selesai bertapa juga datang, melihatPrabu Duryudana yang sedang berlindung didalam air. Prabu Duryudana diundang oleh PrabuBaladewa, akhirnya ia lari menuju ke tempatPrabu Baladewa dengan perkataan sambatdalam dialog terungkap sebagai berikut.Duryudana : Adhuh kaka prabu… jimat

pepundhen kula. Teka tegasanget paduka ningal ikawontenan kula. Kaka PrabuMandura, tinimbang memanjangwiring, aluwung cinupeta gesangkula kemawon.

Baladewa : He yayi Duryudana! ampun kayabocah cilik. Ndika niku ratugegedhug tur pepethinganingsatr ia bangsa kuru, muridebaladewa ing bab ulah gada, lha

kok jebul ngucira ing yuda, jagotarung durung beret kulite,durung gogrog ulune, kok wismlayu nggendring ndhelik slulupeneng kedhung, wah pripun niku.Ngisin-isini yayi! Ndika niku wanimukti ya kudu wani mati, gelemkepenak kepenak ya kudu gelemlara, lho niku jiwa stria tenan.Pripun kok imbas imbis ngotenniku. Hayo digugah kaprawirane,ditangekke kekendelane, ampunkuwatir mangke Baladewa singmbotohi.

Duryudana : Punapa saestu kaka prabukapareng dados botoh kula?

Baladewa : Lho saestu yayi, saestu.

Prabu Duryudana setelah mendapatbantuan dari Prabu Baladewa, ia pulih kembalidengan kekuatannya dan segera bangkit untukberperang melawan Werkudara. Demikianpeperangan dimulai, Prabu Baladewaberpendirian netral dalam peperangan tersebut.Ternyata perang tanding itu Werkudara hampirtidak tahan melawan kel incahan PrabuDuryudana dalam adu kekuatan perang gada.Werkudara menggunakan Gada LambitamukaRujak Polo , sedangkan Duryudanamenggunakan Gada Pamecat Nyawa. Kresnasebagai botohnya pandawa, merasa gelisahhatinya melihat kekuatan Prabu Duryudana,tetapi Kresna melihat kelemahan PrabuDuryudana pada paha kirinya. Oleh karena ituia segera memerintahkan Janaka dan Petrukuntuk menepuk-nepuk paha kirinya untukmemberi kode pada Werkudara. KetikaWerkudara akan memukul punggung PrabuDuryudana segera melompat tinggi dan padasaat Prabu Duryudana melompat, paha kiriPrabu Duryudana terkena pukulan GadaLambitamuka Rujak Polo, ketika itu ia robohtak berdaya. Saat itulah kutukan Resi Metreyaterjadi, maksud baik tetapi dibalas dengankehinaan, begitu juga pada saat Dewi Drupadimenjadi kukuban Kurawa (dalam lakon PandawaDadu), Dewi Drupadi juga pernah kepalanyadibenturkan dengan betis Prabu Duryudana.Meskipun Prabu Duryudana telah roboh tetapi

Page 17: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 57

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

Werkudara masih terus menghajarnya,kepalanya diinjak-injak, mukanya dipukulberulang kali, dan tubuhnya diseret sepertibinatang hingga tidak wujud tubuh PrabuDuryudana. Siksaan yang dilampiaskan olehWerkudara terhadap Prabu Duryudana tersebutmembikin Prabu Baladewa menjadi murka danberteriak.

Penutup

Baratayuda, dalam pewayangan seringdisebut Baratayuda Jayabinangun. PerangBaratayuda adalah perang besar yang terjadidalam dunia pewayangan di antara dua keluargaketurunan Barata, yaitu Kurawa dan Pandawa.Bagi kebanyakan dalang, lakon-lakon yangtermasuk seri Baratayuda tergolong lakon yangwingit. Sehingga untuk mempergelarkannyadiperlukan persiapan batiniah sang dalang danupacara ritual yang cukup. Cerita Baratayudaini ditulis dalam bentuk kakawin oleh Empu Sedahdan Empu Panuluh. Inti kisah itu berdasarkanbagian akhir dari Kitab Mahabarata. Dalamperang ini seluruh keluarga Kurawa dan semuaanak Pandawa gugur. Selain itu, Baratayuda jugamemakan banyak korban, banyak sesepuhyang telah gugur, antara lain Prabu Drupada,Resi Bisma, Prabu Salya, Begawan Durna, PrabuMatswapati termasuk Seta, Utara, danWratsangka. Dalam cerita pedalangan, ribuanorang prajurit dari kedua pihak gugur dalamperang besar selama delapan belas hari itudengan kemenangan dipihak Pandawa.

Perang Baratayuda peperangan antaraPandawa dan Kurawa mendapat perhatian yangkhusus dihati masyarakat pendukungnya.Perang Baratayuda peperangan Kurawamelawan Pandawa yang berjalan enam belashari telah memakan banyak korban yang gugurdi medan laga, baik dipihak Kurawa maupundikubu Pandawa. Sebelum terjadi perangBratayuda, sebenarnya dari pihak Kurawa baikdari Begawan Bisma maupun Prabu Salya sudahmengingatkan, agar Negara Astina dikembalikankepada Pandawa, hal ini terjadi karena hanyamasalah Negara Astina, hal tersebut tersiratdalam lakon Kresna Duta. Apabila Negara Astinaitu dikembalikan pada Pandawa, tidak akanterjadi perang Baratayuda. Namun jika Negara

Astina dikukuhi oleh pihak Kurawa, suratan daridewa itu tidak bisa dihindari lagi. Fungsi pusakaatau senajata dalam perang Baratayudasebagai alat untuk menghancurkan musuh.Berkaitan dengan pusaka, bahwa pusaka GadaRujak Polo adalah sebagai simbol keperkasaanyang artinya bahwa Werkudara denganmenggunakan senjata Gada Rujak Polodilambangkan sebagai satriya yang gagahperkasa yang tak tertandingi dalam medanperang (Sutadi, Wawancara 10 Mei 2007).

Gada sejenis senjata berupa alat pemukulyang digunakan dalam dunia pewayangan. Gadajuga disebut limpung biasanya digunakan untukperkelahian dengan jarak dekat. Senjata inipada umumnya merupakan andalan bagi tokohyang bertubuh tinggi besar dan gagah. Bimadan Duryudana merupakan tokoh yang terkenaldengan kemahirannya memainkan gada (SenaWangi, 1999:531). Gada Rujak Polo salah satugada pusaka milik Werkudara. Dibandingkandengan gada yang lainya, Gada Rujak Poloberukuran lebih besar dan lebih panjang.Menurut pedalangan gagrak Yogyakarta, GadaRujak Polo berawal dari sayembara untukmemperebutkan Dewi Kuntul Winanten putribungsu Prabu Candrawimana dari kerajaanGendhing pitu. Menurut sayembara itu barangsiapa dapat menaklukan tiga puluh sembilanorang kakak Kuntul Winanten ia berhakmempersunting putri tersebut. Gada Rujak Poloyang digunakan oleh Werkudara, j ikaberbenturan dengan gada lawan selalubertambah besa dan keistimewaan dari GadaRujak Polo adalah gada yang mempunyaikeampuhan tiada lawan (Sena Wangi,1999:1093). Gada Rujak Polo selain berfungsisebagai alat untuk membunuh musuh dalamperang Baratayuda juga terkait dengan lakon-lakon lainnya.

Gada merupakan sejenis senjata yangberupa alat pemukul yang digunakan dalamdunia pewayangan. Gada yang juga disebutlimpung, biasanya digunakan untuk perkelahianjarak dekat. Senjata ini pada umumnyamerupakan andalan bagi tokoh wayang yangbertubuh tinggi besar dan gagah. Werkudaradan Duryudana merupakan tokoh yang terkenaldengan kemahirannya memainkan gada. Di

Page 18: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201958

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Negara India bentuk gada berbeda dengandipewayangan. Di Negara tersebut, gadaberfungsi sebagai alat pemukul lawan dalampeperangan, bentuknya bulat seperti buahsemangka dan bertangkai panjang. Imajinasimengenai bentuk gada serupa ini juga terdapatpada wayang Golek Purwa Sunda (Sena Wangi,1999:531).

Gada Lukitasari juga disebut denganLohitamuka. Lohitamuka beraasal dari kataLohita, yang artinya banyak darah, sedangkanaLohitamuka artinya mulut yang suka makandarah. Gada Lohitamuka milik Werkudara yangdifungsikan pada perang Baratayuda untukmenghadapi Prabu Duryudana (R.M. Sajid,1958:73). Penjelasan mengenai Rujak Polo yangberarti memasak otak untukmempertimbangkan apa yang sudah dianalisadan dipertimbangkan masak-masak di dalamotak. Dengan Rujak Polo gunung dipukul hancur,kekuatan otak hebat sekali. Gada Rujak Polojuga disebut “Lukitasari”. Lukita sari yang berartihasil pemikiran atau hasil pengolahan di dalamotak. Jadi nama itu sama, yang satupengolahannya dan yang satu mengenaihasilnya (Poedjosubroto, 1975:148). Lukitasariberwujud sebuah gada milik Werkudara yangsangat ampuh. Selain Lukitasari, Werkudarajuga memiliki gada lain yang bernama GadaRujak Polo, dalam Kitab Mahabarata, Lukitasarijuga disebut Lokitamuka. Menurut sebagiandalang, Gada Lukitasari dan Rujak Polo inidigunakan Werkudara ketika berperangmelawan Prabu Duryudana di hari terkhirBaratayuda, sedangkan Prabu Duryudanamenggunakan Gada Kyai Inten (Sena Wangi,1999:853).

Gada Rujak Polo merupakan salah satupusaka yang dimiliki oleh Werkudara. PusakaGada Rujak Polo berbentuk besar dan lebihpanjang dibandingkan dengan gada lainnya.Sebagian dalang menganggap, bahwa GadaRujak Polo indentik dengan Gada Lukitasari, akantetapi sebagian lain menganggap berbeda (SenaWangi, 1999:1093). Pendapat tersebut di atasjuga dibenarkan oleh Kedik Kesdalamana, bahwapara dalang di Klaten nama Gada Lukitasarimerupakan dasanama dari Gada Rujak Polo dannama gada tersebut dapat juga disebut dengan

Lukitamuka (Kesdik Kesdalamana, Wawancara5 April 2007).

Dalam dunia pedalangan Gada Rujak Poloidentik dengan Gada Lukitasari, namunkenyataannya menurut beberapa sumber sertapara sesepuh dalang sangat berbeda. GadaKyai Rujak Polo salah satu pusaka milikWerkudara. Gada Rujak Polo jika dibandingkandengan gada yang lain ukuranya lebih besardan lebih panjang. Menurut pedalangan gagrakYogyakarta bahwa Gada Rujak Polo padaawalnya serupa dengan dengan gada biasa.ketika Werkudara ikut dalam sayembaramemperebutkan Dewi Kuntul Wilanten, putribangsa Prabu Candrawimana dari kerajaanGendhing Pitu. Menurut sayembara itu barangsiapa dapat menaklukkan dari tiga puluhsembilan orang dari kakak Kuntul Wilanten, iaberhak mempersunting putri tersebut. Dalampeperangan semua menggunakan senjatagada. Ternyata pada saat gada Werkudarayang bernama Kyai Rujak Polo berbenturandengan gada lawan-lawannya, gada Werkudaraselalu bertambah besar dan panjang, sedangkangada lawannya mengecil (Sena Wangi,1999:1093-1094).

Gada Lukitasari sebelum menjadi milikWerkudara adalah senjata andalan PrabuDandunwacana, yaitu Raja Jodipati yangdikalahkan oleh kasatria Pandawa tersebut (SenaWangi, 1999:853). Menurut Sajid bahwa namaGada Rujak Polo dan Gada Lukitasari ada duapengertian, yakni Lukitasari berbentuk sangatbesar dan panjang, akan tetapi Rujak Polobentuknya besar namun tidak panjang (R.M.Sajid, 1958:81). Untuk mengungkap kebenarantetang hal nama Gada Rujak Polo, ditegaskanoleh Manteb Soedharsono, bahwa gada yangdimiliki oleh Werkudara adalah bernamaLambitamuka Rujak Polo dan Gada Rujak Polojuga disebut dengan Gada Lukitasari (MantebSoedharsono, Wawancara 10 Mei 2007).

Menurut para sesepuh dalang Surakarta,bahwa asal-usul Gada Rujak Polo pusaka milikWerkudara tersebut berasal dari PrabuGorawangsa dari kerajaan Sengkapura. PrabuGorawangsa dapat dibunuh oleh Basudewa danNegara Sengkapura menjadi jajahan NegaraMandura. Dalam lakon ontran-ontran Negara

Page 19: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 59

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

Wiratha, Werkudara juga ikut membantu, PrabuBasudewa memberi hadiah berupa pusakakepada Werkudara dengan nama Gada RujakPolo (Ganda Wadjiran, Wawancara 21 Mei2007).

Hal tersebut juga diungkapkan olehManteb Soedharsono dalam Lakon Kangsa AduJago pada adegan akhir di Negara Mandura.Prabu Basudewa dihadap oleh putranyaKakrasana, Narayana, Rara Ireng, Bratasena,Permadi, Harya Prabu, Ugrasena, danPunakawan. Prabu Basudewa mengucapkanrasa syukur pada kemurahan Sang Maha Kuasayang telah memberikan suatu kemenangan danketentraman dari ancaman musuh yakniKangsadewa. Oleh karena itu Prabu Basudewamemberikan penghargaan, diantaranya.1. Raden Kakrasana kawisuda menjadi

pangeran Pati, kelak menjadi calon raja.2. Raden Narayana diberikan tempat tinggal

dan diberi nama kasatriyan Banjarpatoman.3. Raden Bratasena diberi pusaka peninggalan

Gorawangsa yang bernama GadaLambitamuka atau Gada Rujak Polo.

4. Raden Permadi dicalonkan dengan RaraIreng.

5. Kademangan Widarakandang menjadi bumiperdikan dan tidak diperbolehkan memberisesuatu pada Negara Mandura (MantebSoedharsono 1991:41).

Kesimpulan akhir baik dari referen bukutertulis maupun pendapat para dalang diSurakarta bahwa Gada Rujak Polo namanyajuga Gada Lambitamuka dan Gada Lukitasari.Gada Rujak Polo tersebut berasal dari NegaraSengkapura peninggalan Prabu Gorawangsa.Sedangkan Gada Lambitamuka atau Lukitasariberubah menjadi besar dan dinamakan GadaRujak Polo, akibat peperangan di NegaraGending Pitu untuk merebutkan Dewi KuntulWinanten, sehingga setelah gada memakankorban sebanyak tiga puluh sembilan orang darikakak Kuntul Winanten gada tersebut berubahmenjadi besar, sehingga gada tersebut diberinama Gada Rujak Polo.

Perang akhir Baratayuda yang disebutdengan lakon Rubuhan, Gugurnya Duryudanayang dibunuh oleh Werkudara dengan pusaka

Gada Rujak Polo. Hal tersebut dikisahkan setelahperang kedua kasatria tersebut sangatberimbang, tidak ada yang kalah maupun yangmenang. Tetapi setelah paha kiri PrabuDuryudana dipukul dengan Gada Rujak Polooleh Werkudara akhirnya Prabu Duryudanaterjatuh. Selain paha, badan Duryudana jugadihancurkan dengan Gada Rujak Polo hinggaPrabu Duryudana gugur di medan perang(Manteb Soedharsono, 1991:25).

Dengan demikian bahwa peran GadaRujak Polo dalam lakon Baratayuda sangatberguna sehingga peran utama Gada Rujak Poloadalah untuk memukul musuh dengan jarakdekat, selain membunuh senopati juga prajurityang membantu Kurawa. Tujuan utama untukmembunuh Prabu Duryudana dan Kurawalainnya.

Berdasarkan keterangan tersebut di atasdapat dikatakan, bahwa sanggit adalah suatucara penggarapan keseluruan pertunjukanwayang kulit purwa untuk menyampaikan isilewat unsur pakeliran, sehingga peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam garapan lakon dapatmenimbulkan rasa kemantapan dalam sajianatau rasa estetis. Unsur yang dimaksud di sinidiantaranya meliputi catur (ginem, janturan,pocapan), sabet (cepengan, tancepan,bedholan, entas-entasan, dan solah), musikatau karawitan pertunjukan wayang kulit purwa(gendhing, suluk, tembang, dan dhodhogan).Sanggit di dalam pertunjukan wayang kulit purwamanfaatnya sangat besar, karena keberhasilanpertunjukan baik pakeliran maupun konserkarawitan dan pertunjukan lainnya sangatmenentukan kuwalitas garapan.

Adapun fungsi pusaka adalah sebagaisenjata yang dapat dipergunakan sebagai alatuntuk membunuh musuh/lawan. Selain itupusaka dalam budaya Jawa sebagai kekuatanyang dimiliki seseorang (Hamsuri, 1985:45).Sedangkan menurut Manteb Soedharsono yangberkaitan dengan senjata dalam pertunjukanwayang kulit purwa bahwa fungsi gada dansenjata lainya berperan sangat penting, karenagada maupun senjata lainnya merupakan alatpembela diri dalam melindungi anggota badanketika diserang musuh dengan jarak dekat.

Page 20: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 201960

LAKON, Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang

Selain itu juga untuk membunuh musuh padasaat peperangan terjadi. Sedangkan fungsiGada Rujak Polo dalam Baratayuda sebagaisenjata pamungkas untuk menghancurkanmusuh baik Dursasana, Sengkuni, PrabuDuryudana, dan raja suruhan yang melindungiKurawa (Manteb Soedharsono, Wawancara 10Mei 2007). Pendapat tersebut juga diungkapkanoleh Sutadi, bahwa fungsi Gada Rujak Polo dalamperang Baratayuda memang sudah dipersiapkanoleh dewa kepada Werkudara untukmenghancurkan musuh Pandawa terhadapKurawa dan kroninya (Sutadi, Wawancara 20Mei 2007).

Jika dilihat dari berbagai pengertian katafungsi di atas keduanya mempunyai kesamaan,yakni alat untuk membunuh musuh/lawandengan jarak dekat. Namun yang sesuaidengan pembicaraan fungsi Gada Rujak Polodalam Baratayuda tersebut adalah pendapatyang disampaikan oleh Toyocarito bahwa fungsiGada Rujak Polo dalam Baratayuda adalahpusaka sebagai senjata pamungkas untukmenghancurkan musuh khususnya PrabuDuryudana dan Kurawa lainnya, sertasekutunya (Toyocarito, Wawancara 20 April2007).

Pernyataan yang disampaikan oleh parasesepuh dalang tersebut sangat tepat sekali,hal tersebut sesuai dengan keterkaiatannyaGada Rujak Polo dengan tema lakon dalamBaratayuda. Dengan dasar itu dapatmenunjukkan bahwa penggunaan pusaka GadaRujak Polo baik yang disampaikan oleh Hamzuri,Manteb Soedharsono, Toyocarito, maupunSutadi bahwa gugurnya Prabu Duryudanadipukul dengan menggunakan pusaka GadaRujak Polo oleh Werkudara. Gugurnya PrabuDuryudana dalam cerita Baratayuda dariberbagai sumber baik tertulis maupun pendapatdari berbagai dalang bahwa gugurnya PrabuDuryudana dipukul oleh Werkudara denganpusaka Gada Lambikamuka Rujak Polo,tepatnya pada paha kaki kiri. Setelah pahanyasebelah kiri dihancurkan oleh Werkudara makaPrabu Duryudana dapat dihancurkan denganGada Rujak Polo secara perlahan-lahan.

Pengertian-pengertian tentang simbolatau lambang tersebut di atas maka dapat

mengungkapkan cerita Baratayuda yangdisajikan oleh Manteb Seodharsono. Sajianpertunjukan Baratayuda dengan LakonDuryudana Gugur, selain mengandung nilaiestetis juga mengandung lambang atau simboldalam sajian pakeliran. Lakon Duryudana Gugurdalam dunia pedalangan juga dapat disebutdengan lakon “Rubuhan”. Artinya peperanganyang paling akhir dengan kemenangan dipihakPandawa. Peperangan kedua Negara antaraKurawa dan Pandawa juga menelan banyaknyakorban dari kedua kubu yang berseteru, dipihakKurawa hancur dan sekutunya menjadi tumbaldalam peperangan. Perang Baratayudamelambangkan suatu tataran di mana kasatriaPandawa sudah dapat menyingkirkan segalarintangan dan berhasil menumpas segala sifatangkara murka yang dimiliki oleh Kurawa, hinggakasatria Pandawa bisa mencapai suatu tujuanuntuk mencapai kedamaian dalam kehidupan.

Menurut Manteb Soedharsono, bahwaterjadinya perang Baratayuda khususnyaPandawa dan Kurawa dengan tujuan selainmengambil alih hak Negara Amarta dan Astinayang dikuasai Kurawa juga untukmenghancurkan sifat angkara murka yangdimiliki oleh Kurawa agar situasi bumi nusantaramenjadi tenang dan tentram. Dengan demikiansifat-sifat angkara murka itu akan hancur danhilang serta kehidupan masyarakat akanmerasakan ketentraman baik lahir maupunbatin. Hadirnya pertunjukan wayang kulit dengancerita Baratayuda sama halnya dengan ruwatanbumi. Jika dikaitkan dengan budaya Jawa, bahwaBaratayuda maupun ruwatan bagian dari ritualkehidupan yang bertujuan untuk menolakmarabaya yang akan mengancam suatukehidupan agar masyarakat mendapatketentraman lahir dan batin (MantebSoedharsono, Wawancara 26 Oktober 2006).

Catatan Akhir:1 Sumber Manteb Soedharsono Dalam

Lakon Kresna Duta tahun 2000, CD:22 Sumber Manteb Soedharsono Dalam

Lakon Kresna Duta tahun 2000, CD:5 3 Sumber Manteb Soedharsono Dalam

Lakon Kresna Duta Tahun 2000, CD:4

Page 21: GUGURNYA RAJA ASTINA DALAM PERANG BARATAYUDA

Vol. XVI No. 1, Juli 2019 61

Anom Sukatno: Gugurnya Raja Astina dalam Perang Baratayuda

DAFTAR PUSTAKA

Adhiman Suddjudin Rais. 1970. “PandanganIslam Terhadap Seni PergelaranWayang Kulit Di daerah Surakarta”.Skripsi Fakultas Tarbiah I.A.I.NAdjami’ah Sunan Kal i DjagaYogyakarta.

Amir Hazim. 1994. Nilai-nilai Etis dalam Wayang.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Burhan Nurgiyantoro. 1998. Tranformasi UnsurPewayangan dalam Fiksi Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Brow, Radeliffe, A.R. 1980. Structure and Func-tion in Primitive Society. New York: TheFree Press.

Van Groenendeal, Victoria Maria Clara. 1987.Dalang di Balik Wayang. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti.

Junus Umar. 1985. Resepsi Sastra: SebuahPengantar. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa.Jakarta: Balai Pustaka.

Franz Magnis-Suseno. 1988. Etika Jawa.Jakarta: Gramedia.

Nasution. 1996. Metode Penelitian NaturalistikKualitatif. Bandung: Tarsito.

Poerbatjarita. 1952. Kepustakaan Djawa.Djakarta: Penerbit Djambatan.

Sartono Kartodirdjo, dkk. 1993. PerkembanganPeradaban Priyayi. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Zoetmulder, P.J. Kalangwan: Sastra Jawa KunoSelayang Pandang. Jakarta:Djambatan.

Ras, J.J. 1976. Sejarah Perkembangan WayangKulit. Yogyakarta: Teks Ceramah diFakultas Sastra Universitas GadjahMada.

Sajid. 1958. Bauwarna Kawruh Wijang.Surakarta: Widya Duta.

Sena Wangi. 1999. Ensiklopedi Wayang Indo-nesia Jil id I (A B). Jakarta: PT.Sakanindo Pritama.

____________. 1999. Ensiklopedi Wayang In-donesia Ji lid II. Jakarta: PT.Adipratama.

Soetarno. 1998. “Fungsi Sosial PertunjukanWayang Kulit Purwa Jawa”. LaporanPenelitian Mandiri, Sekolah Tinggi SeniIndonesia Surakarta.

Wiryomartana, Kuntara I. 1977. SalyawandhaTinjauan Tentang Hubungan KakawinBharatayudha dengan Mahabarata.Yogyakarta: Fak. Sastra UniversitasGadjah Mada Yogyakarta.

NARASUMBER

Kesdik Kesdolamono, 65 tahun, Klaten,Seniman dalang.

Manteb Soedharsono, 60 Tahun,Karangnyar, Empu dalang.

Ganda Wadjiran, 65 tahun, Pengging,Boyolali, Seniman dalang.

Sutadi, 64 tahun, Gondang, Sragen,Seniman dalang.