20
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber buku dan jurnal terkait dengan gangguan perkembangan psikologis dan assessment psikologis. Harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini. Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya. Mataram, 24 April 2015 1

GPPAP dwdwadwdwadwadwadwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dawdwdadwaddawdwadwaddwadwadawdawdwadwadwadwadwadawdwadwa

Citation preview

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber buku dan jurnal terkait dengan gangguan perkembangan psikologis dan assessment psikologis. Harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini.

Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.

Mataram, 24 April 2015

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan perkembangan psikologis mempengaruhi berbagai fungsi otak. Pada sebagian besar kasus, fungsi-fungsi yang dipengaruhi meliputi fungsi bahasa, keterampilan, visuo-spatial dan / atau koordinasi motorik. Salah satu gangguan pada perkembangan pervasif ialah Sindrom Asperger (Maslim, 2001).

Sindrom asperger atau aspergers disorder adalah gangguan perkembangan yang luas. Sindrom Asperger disebut juga sindrom profesor kecil, little professor(s) syndrome, Asperger disorder, gangguan Asperger, Asperger syndrome (AS). Istilah sindrom profesor kecil muncul karena anak dengan sindrom ini sering memperlihatkan keunikan perilaku, cara berpikir, dan berkomunikasi. Sindrom ini dianggap sebagai varian/bentuk ringan autisme atau high-functioning autism (HFA). (Anurogo and Taruna, 2015; Woods et al., 2013)

Nama "Asperger" berasal dari Hans Asperger, seorang dokter Austria yang pertama kali menjelaskan sindrom ini pada tahun 1944.Hans Asperger mendeskripsikan suatu sindrom yang dinamakan autistic psychopathy, yaitu seseorang dengan inteligensi normal yang menunjukan penurunan kualitatif dalam interaksi social dan perilaku yang aneh tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Sejak saat itu, seseorang dengan retardasi mental namun tdak mengalami keterlambatan dalam berbahasa didiagnosis sebagai sindrom asperger, dan seseorang yang mengalami keterlambatan berbahasa tetapi tidak mengalami retardasi mental juga didiagnosis sindrom asperger (Anurogo and Taruna, 2015).

BAB II

ISI

DEFINISI

Sindrom Asperger merupakan gangguan perkembangan pervasif kompleks, ditandai perubahan menetap fungsi sosialisasi, komunikasi, kognisi, sensasi, disertai pola perilaku berulang serta minat terbatas (Anurogo and Taruna, 2015).

EPIDEMIOLOGI

Data terbaru menunjukkan bahwa 1 dari 88 anak-anak di Amerika Serikat memiliki Autistic Disorder, termasuk AS. Sindrom ini pada umumnya lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yaitu 1:54 ditemukan pada anak laki-laki sedangkan 1:252 pada anak perempuan. Prevalensi keseluruhan AS tidak sepenuhnya jelas, diperkirakan bahwa 2-7 dari setiap 1.000 anak memiliki AS, dan AS terhitung 2-4 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Woods et al., 2013)

ETIOLOGI

Penyebab AS diduga multifaktorial. Pasien dengan sindrom ini memiliki lebih sedikit substansia grisea di beberapa bagian otak, yaitu nukleus kaudatus dan thalamus, sedikit frontal-corpus-callosal-white-matter di hemisfer dekstra dengan banyak substansia alba di lobus parietal. Selain itu terdapat gangguan hubungan antara amigdala dengan struktur otak lain, volume substansia alba lebih besar di sekitar lobus parietal inferior hemisfer sinistra (Anurogo and Taruna, 2015).

Diduga ada faktor kontribusi genetik. Analisis struktural-fungsional gen di dua 17p breakpoints t(13;17) dan t(17;19) mengungkap candidate sequences fenotip AS. Fenotip AS hasil dari efek posisional dari breakpoints kromosom 17 (Anurogo and Taruna, 2015).

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari sindrom asperger dapat berkisar ringan sampai berat.Seseorang mungkin memiliki semua atau hanya beberapa karakteristik yang diuraikan. Tanda dan Gejala Asperger sindrom meliputi (NINDS , 2014):

1. Masalah Sosial

Meskipun anak-anak ini dapat mengungkapkan minat dalam persahabatan, mereka mengalami kesulitan dalam membuat dan menjaga teman-temannya dan dapat ditolak oleh rekan-rekannya

Perilaku social yang tidak tepat

Kurangnya pemahaman tanda/isyarat social.

Kesulitan memahami perasaan orang lain

Perilaku sosial yang kaku karena ketidakmampuan untuk beradaptasi secara spontan dengan perubahan dalam situasi social

2. Kelainan Pola Komunikasi

Bahasa tubuh yang tidak semestinya, termasuk penggunaan gerak tubuh yang terbatas dan ekspresi wajah yang tidak ada atau tidak pantas

Susah memahami komunikasi nonliteral dan tersirat

Gangguan dalam modulasi volume, intonasi, infleksi, dan irama bicara

Berbicara yang tidak jelas (terdiri dari topik tidak berhubungan) dan tidak langsung (memberikan detail signifikan yang berlebihan tentang topik), sering mengeluarkan komentar yang tidak relevan

Gaya bicara yang panjang lebar

Sulit memberi dan menerima dalam berbicara

Kurangnya sensitivitas tentang menyela orang lain

3. Aktifitas

Rutinitas yang tidak fleksibel; memiliki rutinitas yang berulang

Takut/gelisah tentang perubahan, mungkin mengalami kesulitas dari aktifitas satu ke aktifitas lainnya

4. Sensitivitas sensorik

Peka terhadap suara, sentuhan, rasa, cahaya, penglihatan, penciuman, rasa sakit, dan/atau temperature

Peka terhadap tekstur dari makanan

5. Keterlambatan kemampuan/keterampilan gerak

Riwayat perkembangan kemampuan gerak/motorik tertunda

Nampak janggal dan kurang kordinasi

DIAGNOSIS

Diagnosis kriteria untuk autism spectrum disorder (ASD) (Carpenter, 2013; Sadock & Sadock, 2014):

A. Defisit persisten dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial melalui banyak konteks, tidak termasuk gangguan perkembangan umum, dan memiliki manifestasi 3 dari 3 gejala (saat ini atau riwayat) berikut :

1. Defisit dalam timbal balik sosial-emosional, misalnya dari pendekatan sosial yang abnormal dan kegagalan percakapan yang normal; berkurangnya berbagi kepentingan, emosi dan afek; atau gagal memulai dan merespon interaksi sosial.

A1 menunjukan masalah pada interaksi dan respon sosial.

2. Defisit dalam komunikasi nonverbal yang digunakan untuk interaksi sosial, misalnya integrasi komunikasi verbal dan nonverbal yang buruk, kelainan dalam kontak mata dan bahasa tubuh atau defisit dalam mengerti dan menggunakan gestur; kurangnya ekspresi wajah dan komunikasi nonverbal.

A2 menunjukan masalah pada komunikasi verbal.

3. Defisit dalam mengembangkan, menjaga, dan memahami hubungan, misalnya kesulitan untuk menyesuaikan prilaku sesuai dengan berbagai konteks sosial; kesulitan dalam berbagi permainan imajinatif atau berteman; tidak adanya minat dalam berteman.

A3 menunjukan masalah pada kesadaran sosial dan insight, serta konsep yang luas tentang hubungan sosial.

B. Prilaku restriksi, pola prilaku yang berulang, minat atau kegiatan sebagaimana dimanifestasikan setidaknya 2 dari 4 gejala (saat ini atau riwayat) berikut:

1. Gerakan stereotip atau gerakan motorik yang berulang, penggunaan benda-benda, bicara.

B1 meliputi bicara, bermain dan bergerak secara tidak tipikal.

2. Desakan kesamaan, rutinitas yang tidak fleksibel, pola prilaku ritual verbal dan nonverbal (misanya pola pemikiran yang kaku, tekanan pada perubahan kecil, kesulitan transisi, perlu menggunakan rute yang sama atau memakan makanan yang sama setiap hari).

B2 meliputi ritual dan resistensi terhadap perubahan

3. Sangat terbatas, terpaku kepentingan yang abnormal dalam intensitas atau fokus (misalnya, keterikatan yang kuat atau keasyikan dengan benda-benda yang tidak biasa, terlalu dibatasi atau kepentingan perseverative).

B3 meliputi kesibukan dengan objek atau topik.

4. Hiper atau hyporeaktivitas masukan sensorik atau kepentingan yang tidak biasa dalam aspek sensorik dari lingkungan (misalnya ketidakpedulian terhadap rasa sakit / suhu, respon negatif terhadap suara tertentu atau tekstur, berbau berlebihan atau menyentuh benda, daya tarik visual yang dengan lampu atau gerakan).

B4 meliputi prilaku sensoris yang atipikal.

C. Gejala harus ada pada periode awal perkembangan (tapi mungkin tidak menjadi sepenuhnya terwujud sampai tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin ditutupi oleh strategi belajar di kemudian hari).

D. Gejala menyebabkan gangguan klinis yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau fungsi penting saat ini.

E. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh cacat intelektual (gangguan perkembangan intelektual) atau keterlambatan perkembangan global. Cacat intelektual dan gangguan spektrum autisme sering terjadi; untuk membuat diagnosis komorbiditas gangguan spektrum autisme dan cacat intelektual, komunikasi sosial harus di bawah dari yang diharapkan untuk tingkat perkembangan umum.

Catatan : Individu dengan diagnosis DSM-IV gangguan autistik, gangguan Asperger, atau PDD-NOS harus diberikan diagnosis gangguan spektrum autisme. Individu yang telah ditandai defisit dalam komunikasi sosial, tetapi yang gejalanya tidak dinyatakan memenuhi kriteria untuk gangguan spektrum autisme, harus dievaluasi untuk (pragmatis) gangguan komunikasi sosial.

Spesifik apabila :

Dengan atau tanpa gangguan intelektual yang menyertainya

Dengan atau tanpa disertai gangguan bahasa

Terkait dengan kondisi medis atau genetik yang dikenal atau faktor lingkungan. (Coding Note: Gunakan kode tambahan untuk mengidentifikasi terkait kondisi medis atau genetik.)

Terkait dengan gangguan perkembangan saraf, mental, atau perilaku lain. (Coding Note: Gunakan kode tambahan untuk mengidentifikasi perkembangan saraf terkait, mental, atau gangguan perilaku.

Dengan katatonia (lihat kriteria katatonia terkait dengan gangguan mental lain). (Coding Note: Gunakan kode tambahan 293,89 katatonia terkait dengan gangguan spektrum autisme untuk menunjukkan kehadiran katatonia komorbiditas.)

TATALAKSANA

Tidak semua kasus sindrom Asperger atau ASD memiliki status sakit atau membutuhkan perawatan. Namun jika gejala meningkat sampai batas tertentu, dan terutama pada pasien dengan gangguan komorbid, suatu konsep terapi multimodal dengan unsur-unsur farmakologi dan psikoterapi yang berorientasi gejala haruslah dilakukan. Dalam kasus meningkat impulsif, upaya terapi dapat dilakukan dengan menggunakan obat neuroleptik atipikal atau stabilisator mood.

gejala kompulsi atau depresi dapat diobati dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) jika diperlukan, jika terdapat ADHD komorbid, telah dilaporkan adanya reaksi positif dalam kasus ketika stimulan digunakan. Namun, Obat khusus untuk mengobati sindrom Asperger tidak ada.

Meskipun tidak didirikan khusus atau diuji secara empiris konsep terapi untuk pengobatan psikoterapi sindrom Asperger, konsep untuk menghadapi kasus Autisme pada anak yang ada, dapat digunakan sebagai orientasi. Pendekatan terapi perilaku terutama seperti TEACCH (Perawatan dan Pendidikan Autistic dan Komunikasi-cacat terkait Anak-anak) dan ABA (Analisis Perilaku Terapan) dinilai sangat membantu. Program-program tersebut mempromosikan keterampilan sosial dan komunikasi dengan menggunakan petunjuk yang diutarakan secara tegas dan langkah-langkah dalam bnetuk potongan. Mengadaptasikan lingkungan eksternal terhadap kesulitan pasien merupakan salah satu tujuan extra.

Roy (2009) merekomendasikan prinsip terapi berikut untuk pasien dengan sindrom Asperger:

Berlatih dan mendiskusikan persepsi sosial

Pelatihan terstruktur / pembinaan dalam memecahkan masalah keterampilan dan kecakapan hidup secara bertahap

Melatih sikap dalam situasi yang asing

Melatih menerapkan wawasan tertentu untuk situasi baru

Mempromosikan pengembangan konkret identitas yang didasarkan pada perilaku sehari-hari

Menganalisis situasi yang memicu frustrasi dan menganalisis bagaimana pasien dapat

mempengaruhi orang lain

Memfasilitasi langkah membantu selanjutnya, seperti ergotherapy atau fisioterapi.

Singkatnya, intervensi direktif terstruktur, yang membahas situasi dengan bantuan konkrit, contoh nyata, tampak paling menguntungkan. Bagaimanapun, Dalam semua pengalaman, pendekatan terapi psikodinamik juga berguna, terutama berkenaan dengan masalah yang paling umum berupa rendahnya percaya diri.

PROGNOSIS KOMPLIKASI

Studi yang menilai hasil pada sindrom Asperger / ASD memiliki sejumlah keterbatasan, termasuk ukuran sampel yang kecil, masuknya individu dengan gangguan autis, ekstrapolasi dari studi menangani spektrum autisme secara keseluruhan, bias seleksi, variable kasus, definisi, dan kurangnya ukuran hasil yang berlaku selama masa hidup. Meskipun keterbatasan ini, beberapa kesimpulan umum dapat ditarik. Prognosis anak-anak dengan Sindrom Asperger / ASD bervariasi. Ini tampaknya berkaitan dengan IQ dan kemampuan bahasa. Meskipun banyak anak-anak berkembang, kesulitan dalam kemampuan komunikasi, penyesuaian sosial, dan Fungsi adaptif tetap bertahan. Sekitar 15 sampai 25 persen pasien memiliki hasil yang baik (mendapatkan pekerjaan, hidup mandiri, dan hubungan sosial ysng bsik) (Hahn, 2014).

Dalam sebuah studi longitudinal 70 pasien dengan sindrom Asperger (berusia 16 sampai 36 tahun pada saat didiagnosis) di mana hasil dinilai lima tahun setelah diagnosis (Hahn, 2014) : ( 27 persen memiliki hasil yang baik ("good" didefinisikan sebagai mendapat pekerjaan atau pelatihan pendidikan dan hidup secara mandiri atau memiliki dua atau lebihteman / hubungan yang stabil).( 47 persen memiliki hasil yang adil ("fair" didefinisikan sebagai dipekerjakan atau lebih maju/ pelatihan pendidikan ATAU hidup secara mandiri atau memiliki dua atau lebih teman / hubungan yang stabil).( 23 persen memiliki hasil terbatas ("terbatas" didefinisikan sebagai yang tidak bekerja, ataulebih maju/ pelatihan pendidikan, atau hidup secara mandiri atau memiliki dua atauteman-teman lainnya / hubungan yang stabil).

Tambahan macam-macam gangguan berbicara:

Gangguan perkembangan psikologis

Gangguan perkembangan memiliki gambaran sebagai berikut

a. Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak

b. Adanya hendaya atau keambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan dari susunan saraf pusat

c. Berlangsung secara terus-menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa

Pada sebagian besar kasus, fungsi-fungsi yang dipengaruhi termasuk Bahasa, keterampilan visuo-spatial dan/atau koordinasi motorik.Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun deficit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa)

F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa

Gangguan perkembangan khas dimana pola normal penguasaan Bahasa terganggu sejak fase awal perkembangan.

Kondisi ini tidak secara langsung berkaitan dengan kelainan neurologis atau mekanisme berbicara, gangguan sensorik, retardasi mental, atau faktor lingkungan.

Tidak ada batas pemisah yang jelas dengan perbedaan-perbedaan ari variasi normal, tetapi ada empat kriteria utama yang berguna dalam memberi kesan terjadinya suatu gangguan klinis yang nyata: (a) beratnya, (b) perjalanannya, (c) polanya, dan (d) problem yang menyertainya.

Bila suatu kelambatan berbahasa hanya merupakan bagian dari retardasi mental yang lebih pervasive atau kelambatan perkembangan global, maka harus menggunakan kode diagnosis Retardasi Mental (F70-F79). Akan tetapi, umumnya retardasi mental disertai dengan pola prestasi intelektual yang tidak sama rata dan terutama dengan tingkat gangguan berbahasa yang lebih berat dari pada retardasi keterampilan non-verbal. Bila tingkat perbedaan ini mencolok sehingga jelas dalam berfungsinya sehari-hari, maka kode diagnosis gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa harus diberikan, bersamaan dengan kode diagnosis retardasi mental.

Tidak termasuk : kelambatan dan distorsi perkembangan berbahasa yang disebabkan oleh ketulian yang berat (hendaya pendengaran), juga suatu kelainan artikulasi yang langsung disebabkan oleh langit-langit mulut yang terbelah, atau disartri yang diakibatkan oleh cerebral palsy.

Gangguan artikulasi berbicara khas

Pedoman diagnostiknya

Gangguan perkembangan khas dimana penggunaan suara untuk berbicara dari anak, berada di bawah tingkat sesuai dengan usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal.

Usia penguasaan suara untuk berbicara, dan urutan dimana suara ini berkembang, menunjukkan variasi individual yang cukup besar.

Diagnosis ditegakkan hanya jika beratnya gangguan artikulasi di luar batas variasi normal bagi usia mental anak; kecerdasan (intelegensia) non-verbal dalam batas normal; kemampuan berbahasa ekspresif dan reseptif dalam batas normal; kelainan artikulasi tidak langsung diakibatkan oleh suatu kelainan sensorik, structural atau neurologis; dan salah ucap jelas tdak normal dalam konteks pemakaian bahasa percakapan sehari-hari dalam kehidupan anak

Gangguan berbahasa ekspresif

Pedoman diagnostic

Gangguan perkembangan khas dimana kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa dengan berbicara, jelas dibawah rata-rata anak dalam usia mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam batas-batas normal, dengan atau tanpa gangguan artikulasi

Meskipun terdapat variasi individual yang luas dalam perkembangan bahasa yang normal, tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia 2 tahun, dan ketidak-mampuan dalam mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun, dapat diambil sebagai tanda yang bermakna dari kelambatan

Kesulitan-kesulita yang tampak belakangan termasuk: perkembangan kosa kata yang terbatas, kesulitan dalam memilih dan mengganti kata-kata yang tepat, pnggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum, memendekkan ucapan yang panjang, struktur kalimat yang mentah, kesallahan kalimat (syntactical), kehilangan awalan atau akhiran yang khas, dan salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti ata penghubung, kata ganti, kata sandang, dan kata kerja dan kata benda terinfleksi (berubah).

Ketidak-mampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan kelambatan atau kelainan dalam bunyi kata yang dihasilkan.

Penggunaan bahasa non-verbal (seperti senyum, dan gerakan tubuh) dan bahasa internal yang tampak dalam imajinasi atau dalam permainan khayalan harus secara relative utuh, dan kemampuan dalam komunikasi social tanpa kata-kata tidak terganggu.

Sebagai kompensasi dari kekurangannya, anak akan berusaha berkomunikasi dengan menggunakan demonstrasi lagak (gesture), mimic, atau bunyi yang non-bahasa.

Gangguan berbahasa reseptif

Pedoman diagnostic

Gangguan perkembangan khas dimana pengertian anak dalam bahasa, dibawah kemampuan rata-rata dalam usia mental-nya.

Kegagalan dalam memberi respons terhadap nama yang familiar (tidak adanya petunjuk non-verbal) pada ulang tahun yang pertama, ketidak-mampuan dalam identifikasi beberapa objek yang sederhana dalam usia 18 bulan, atau kegagalan dalam mengikuti instruksi sederhana pada usia 2 tahun, dapat dicatat sebagai tanda-tanda dari kelambatan.Di kemudian hari kesulitan-kesulitan mencakup ketidakmampuan untuk mengerti struktur tata bahasa (bentuk kalimat negative, pertanyaan, perbandingan dsb) dan kekurangan dalam mengerti aspek penghalus dari bahasa (nada suara, gerakan tubuh dsb).

Kriteria dari gangguan perkembangan pervasive tidak dijumpai.

Pada hampir semua kasus, perkembangan dari bahasa ekspresif juga terlambat dan lazim ada suara ucapan yang tidak normal

Dari semua variasi gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa, gangguan berbahasa reseptif mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dengan gangguan sosio-emosional-perilaku.Namun demikian, mereka berbeda dari anak autistic dalam hal interaksi social yang lebih normal, permainan imajinasi yang normal, pemanfaatan orang-tua untuk berlindung normal, penggunaan gerak tubuh yang hampir normal, dan hanya sedikit kesulitan dalam komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo D, Taruna I. 2015. Sindrom Asperger. Cermin Dunia Kedokteran 42(2): 106-112. Available from: http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_225Sindrom%20Asperger.pdf . Accessed on : 24 of April 2015

Rusdi M. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringakas dari PPDGJ III. 2001. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya

Woods AG, Esmail M, Jeanne PR. 2013. Treating clients with Aspergers syndrome and autism. Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health 2013, 7:32. Available from: http://www.capmh.com/content/pdf/1753-2000-7-32.pdf . Accessed on : 24 of April 2015

Carpenter L, 2013. DSM-5 Autism Spectrum Disorder. Guidelines & Criteria Exemplars. Available from: https://depts.washington.edu/dbpeds/Screening%20Tools/DSM-5(ASD.Guidelines).pdf. Accessed on : 24 of April 2015

Sadock BJ, Sadock, BA, 2015. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th ed. Philadelphia, Lipincott Williams & Wilkins.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2014. NINDS Asperger Syndrome Information Page. Avalaible from : http://www.ninds.nih.gov/disorders/asperger/asperger.htm [accessed 24th april 2015].

Roy. M. et al. 2009. Asperger's Syndrome in Adulthood. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2695286/ . Accessed on : 23 of April 2015

Hahn L E, et al. 2014. Asperger syndrome (a specific autism spectrum disorder): Management and prognosis in children and adolescents. Available from : http://www.comobrain.it/wp-content/uploads/2014/02/Asperger-Management-and-prognosis.pdf . Accessed on : 24 of April 2015

14