glaukoma PBL 5 kelompok 3

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    1/40

    LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING V

    BLOK NEUROBEHAVIOR AND SPECIFIC SENSE

    GLAUKOMA

    Tutor :

    dr. Diah Krisnansari

    Oleh :

    Kelompok III

    Rusman Shiddiq G1A006008

    Elok Nurfaiqoh G1A006047

    Tia Nuryani G1A007053

    Rifqi Maziyansyah G1A006054

    Helmi Ben Bella G1A006078

    Grahita Anindita Poernomo G1A006079

    Selvia G1A006126

    Leti Indah Oktaviani G1A006127

    M. Rizki Fadlan G1A006130

    Dicky Baskoro setiadi K1A006043

    Tulus Priharyono K1A006046

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

    PURWOKERTO

    2010

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    2/40

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu metode pengajaran yang melatih

    keaktifan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga dapat

    memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa. Tujuan dari kegiatan Problem Based

    Learning ini adalah agar mahasiswa tidak monoton terpaku dalam materi kuliah yang

    diberikan oleh dosen pada saat kuliah, tetapi lebih aktif dalam mencari sumber-sumber

    lain yang relevan dengan materi kuliah. Sehingga nantinya mahasiswa akan dapat malatih

    untuk berpikir kritis, berusaha mencari apa yang masih kurang jelas, dan tentunya dapat

    melatih keterampilan berkomunikasi di forum dengan peraturan-peraturan yang sudah

    ditentukan.

    Problem Based Learnig (PBL) kasus 1 blok NBSS merupakan suatu wadah diskusi

    yang digunakan oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagai bekal

    menjadi dokter umum. Dalam PBL kali ini membahas tentang kasus stroke. dimana kasus

    stroke sering dijumpai di masyarakat.

    Dalam diskusi ini kami sedikit mengalami hambatan disebabkan oleh materi

    kuliah yang belum diberikan dan masih sedikit ilmu yang kita dapatkan. Oleh karena itu,

    disinilah perlu adanya PBL kita lakukan agar kita dapat saling menukar ilmu dan

    informasi antara satu dengan yang lain. Akan tetapi di dalam berdiskusi, informasinya

    harus didasari referensi yang diakui kebenarannya, misalnya text book atau jurnal.

    Mahasiswa diberikan sebuah skenario tentang sebuah masalah yang tejadi di

    masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut dengan

    menggunakan langkah-langkah yang ada.

    Dengan adanya sistem pembelajaran seperti ini mahasiswa diharapkan dapat

    menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Setelah PBL mahasiswa

    diharapkan dapat menguasai outline yang diberikan dalam bentuk skenario, dan

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    3/40

    menganalisa permasalahan-permasalahan yang timbul dengan pendekatan yang

    komprehensif, terintegrasi, dan sistematis.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    4/40

    BAB II

    Pembahasan

    2.1 Informasi I

    NY. Sayu, 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan mata kananya sakit. Keluhan

    dirasakan 3 jam yang lalu. Pasien juga mengeluh pandangannya kabur.

    Informasi II

    Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan bahwa sakit terasa di sekitar mata kanan dan

    menjalar ke kepala sebelah kanan. Ny. Sayu juga mengeluhkan seperti melihat

    lingkaran pelangii di sebelah mata kanan saat ia melihat lampu. Saat bercermin, mata

    kanannya terlihat berwarna merah. Ny. Sayu merasa mual dan ingin muntah. Tidak

    ada riweayat sakit mata sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma mata sebelumnya.

    Tidak ada riwayat operasi mata sebelumnya. Tidak ada riwayat memakai kacamata

    untuk melihat jauh sebelumnya, hanya kacamata baca. Tidak ada anggota keluarga

    yang menderita sakit seperti yang dialami Ny. Sayu.

    Informasi III

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum : lemah, tampak kesakitan

    Tekanan darah : 170/90 mmHg

    Nadi : 80x/menit

    Respirasi : 20x/menit

    Temperature : 37C

    Status internus : dalam batas normal

    Status oftalmologis

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    5/40

    TABEL 2.1. Pemeriksaan Mata

    OD OS

    1/~ (1/ tak terhingga) Visus 6/12

    Spasme Palpebra Tenang

    Hiperemis, injeksi silier Konjungtiva Tenang

    Edema Kornea Jernih

    Bulat, sentral diameter 6

    mm, refleks (+)

    Iris/ pupil Bulat, sentral diameter 3

    mm, refleks (+)

    Dangkal, flare (+) COA Dangkal, jernih

    Kesan jernih Lensa Jernih

    Sulit dinilai Fundus Dalam batas normal

    Sulit dinilai Papilla Dalam batas normal

    Sulit dinilai Macula Dalam batas normal

    Sulit dinilai Retina Dalam batas normal

    (digital) TIO Normal

    Bebas MBO Bebas

    2.2. Klarifikasi Istilah

    1. Pandangan Kabur : Berkurangnya ketajaman untuk melihat secara jelas dan tegas.

    (Ilyas, Sidharta, 2009)

    2. Pandangan seperti pelangi : Hallo vison, merupakan kelainan pada media refrakta,

    terjadinya edem kornea. (Ilyas, Sidartha, 2009)

    2.3. Identifikasi masalah

    1. NY. Sayu, 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan mata kananya sakit.

    2. Keluhan dirasakan 3 jam yang lalu.

    3. Pasien juga mengeluh pandangannya kabur.

    4. Sakit terasa di sekitar mata kanan dan menjalar ke kepala sebelah kanan.

    5. Ny. Sayu juga mengeluhkan seperti melihat lingkaran pelangii di sebelah mata

    kanan saat ia melihat lampu.

    6. Saat bercermin, mata kanannya terlihat berwarna merah.

    7. Ny. Sayu merasa mual dan ingin muntah.

    8. Tidak ada riweayat sakit mata sebelumnya.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    6/40

    9. Tidak ada riwayat trauma mata sebelumnya.

    10. Tidak ada riwayat operasi mata sebelumnya.

    11. Tidak ada riwayat memakai kacamata untuk melihat jauh sebelumnya, hanya

    kacamata baca.

    12.Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti yang dialami Ny. Sayu.

    2.4 Analisis Masalah

    I. Diagnosis Banding

    TABEL 2.2 Diagnosis Banding (1,2)

    Gambaran Glaukoma Katarak Korpusalaenum Uveitis Konjungtivitis

    Penglihatan Normal

    Nyeri peri-ocular Nyeri berat - Nyeri benda

    asing

    Sangat

    nyeri

    Nyeri seperti

    kemasukan

    pasir

    Mata kemerahan + - - + +

    Kongestif + - + + -

    Mual dan muntah + - - + -

    Penglihatan berasap - + - - -

    Ketajaman

    penglihatan

    -

    Sensitif terhadap

    cahaya (photopobia)

    Ringan + - + Jarang

    Tekanan intraocular Normal Normal Normal

    atau

    Normal

    Konjungtiva mixed

    injection

    Diffuse ? ? Circum-

    corneal

    Diffuse

    Iridoplegi + - - + -

    Pupil Mid dilatasi Normal Normal Konstriksi Normal

    Kamera okuli

    anterior

    Dangkal Normal Normal Normal Normal

    Shadow test - +/- - - -

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    7/40

    Edema paramacula - - + - -

    Drusen macula - - - - -

    Perdarahan flamed

    shaped

    - - + - -

    Mikroaneurisma 2

    kuadran retina

    - - + - -

    Eksudat 2 kuadran - - + -

    Refleks cahaya

    menurun

    + + + + -

    Mengena sisi Unilateral Unilateral

    / bilateral

    Unilateral Unilateral Bilateral

    II. Anatomi Mata

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    8/40

    gambar 2.1. Anatomi Mata

    Lapisan Bola Mata

    Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae. Bola mata terdiri atas 3 lapisan

    yaitu: (2)

    A. Bulbus Oculi

    Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian

    depan (kornea) mempunyai kelengkungan lebih tajam sehingga terdapat bentuk

    dengan dua kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga jaringan

    yaitu : (3)

    1. Tunika Fibrosa

    a) Cornea

    Kornea ( ciornum = zat tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput

    mata yang tembus cahaya, merupaka lapisan jaringan menutup bola mata

    sebelah depan dan terdiri atas lapis : (3)

    1) Epitel

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    9/40

    Tebalnya 50 m, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang

    saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel

    gepeng. Sel basal menghasilkan memnran basal yang melekat erat

    kapadanya. Bila terjadi gangguan akan terjadi erosi rekuren. Epitel

    berasal dari ektoderm permukaan. (4)

    2) Membran bowman

    Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan

    kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

    depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.(4)

    3) Stroma

    Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

    dnegan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang

    di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. (4)

    4) Membran descement

    Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma

    kornea dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan membran basalnya.

    Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup.(4)

    5) Endotel

    Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40

    m. (4)

    b) Sclera

    Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,

    merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan

    daro sklera disebut dengan kornea yang bersifat transparan yang

    memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Merupakan bagian putih

    bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    10/40

    pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai

    kornea. Sklera anterior ditutupi oleh tiga lapisjaringan ikat vaskular.

    Sklera mampunyai kekuatan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran

    tekanan bola mata. (2)

    1. Tunika Vasculosa

    Merupakan jaringan vaskular. Jarigan sklera dan uvea dibatasi oleh

    ruang yang potensial dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada

    perdarahan subaraknoid. Jaringan uvea ini terdiri atas : (3)

    a) Choroidea

    b) Corpus Ciliare

    Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk

    kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris

    menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor) yang dikeluarkan

    melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris.di batas kornea dan

    sklera. (4)

    c) Iris

    Iris didapatkan pupil yang disusun oleh otot yang dapat mengatur

    jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata. Otot dilator ini

    dipersyarafi oleh parasimpatis. Perdarahan tunica vaskulosa dibedakan

    antara bagian anterior yang diperdarahi oleh dua buah arterisiliar

    psterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal

    dekat tempat masuk safar optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang

    terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferor, satu pada otot

    lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu

    membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Iris mempunyai

    kemampuan mengatur secara otomatis masuknya isnar ke dalam bola

    mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis

    (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    11/40

    susunan otot melingkar dan mempunyai sistem eksresi di belakang

    limbus. Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi

    akan mengakibatkan mengendornya zonula zinn sehingga terjadi

    pencembungan lensa. Ruang antara iris disebut pupil Pupil pada anak-

    anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.

    Ukuran pupil orang dewasa adalah sedang, dan orangtua pupilnya akan

    mengecil karena rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang

    sklerosis. Fungsi mengecilnya pupil yaitu untuk mencegah aberasi

    kromatis pada akomadasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada

    kamera foto yang diafragmanya dikecilkan. (4)

    2. Tunika Nervosa

    a) Stratum Pigmenti

    b) Retina

    Retina merupakan lapis ketiga bola mata. Retina yang terletak paling

    dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan

    lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi

    rnagsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina atau selaput

    jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima

    rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen

    retina, dan terdiri atas lapisan : (2)

    1. Lapis fotoreseptor

    Merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai

    bentuk ramping, dan sel kerucut.

    2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    12/40

    3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut

    dan batang. Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme

    dari kapiler koroid.

    4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan

    tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horozontal.

    5. Lapis nukleus dalam, merupakan tebuh sel bipolar, sel horizontal,

    dan sel muller.

    6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular meruapakn

    tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

    7. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron

    kedua.

    8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke

    arah saraf optik.

    9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina

    dan badan kaca

    B. Assesorius

    1. Palpebra

    2. Conjungtiva

    3. Apparatus lakrimalis

    4. Musculus oculi eksterna

    5. Os. orbita

    Lensa Mata

    Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata

    dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    13/40

    dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis

    pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan

    terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh epitel lensa yang

    membentuk serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.

    Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat

    lensa tertua di dalam kapsul lensa. (3)

    Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar

    nukleus terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.

    Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih

    muda . di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan

    lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. (4)

    Badan Kaca

    Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa

    dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air

    sebanyak 90 % sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan

    kaca ini sama dengan fungsi cairan mata yaitu mempertahankan bola mata agar tetap

    bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. (2)

    Saraf Optik

    Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa jenis serabut saraf,

    yaitu saraf penglihat dan serabut puplilomotor.kelainan saraf optik menggabarkan

    gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terdapat saraf optik

    ataupun perubahan toksik dan anosik yang mempengaruhi penyaluran aliran listrik. (3)

    Rongga Orbita

    Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang

    membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal,etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita

    yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang platinum dan

    zigomatikus. Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sis

    rongga hidung. Dinding orbita terdiri atas tulang : (1)

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    14/40

    superior : os.frontal,

    lateral : os.frontal, os.zigomatik, ala magna os.sfenoid

    inferior : os.zigomatik, os.maksila, os.palatina

    nasal : os.maksila,os. Lakrmal, os.etmoid.

    Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik,arteri, vena,

    dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior disudut

    orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear

    (IV), saraf okulomotor (III), saraf nososiliar (V), abdusen(VI), dan arteri vena

    oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh

    saraf infraorbita dan zigomatik dan arteri infraobita. Fossa lakrimal terletak di sebelah

    temporal atas tempat duduknta kelenjar lakrimal.

    Lubang- Lubang ke dalam Rongga Orbita

    1. Aditus orbitae

    2. Incisura supraorbitalis

    3. Sulcus dan canalis infraorbitalis

    4. Canalis nasolakrimalis

    5.fissura orbitalis superior

    6. Fissura orbitalis inferior

    7.canalis opticus

    8.foramina zigomaticucotemporalis dan zygomaticofacialis

    9.foramina ethmoidalis anterior dan posterior

    10. Fascia orbitalis

    Saraf Saraf Orbita

    1. N.opticus

    N.opticus masuk ke orbita melalui canalis opticus dari fossa cranii media , disertai

    oleh arteri opthalmica, yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    15/40

    oleh selubung piameter, aracgnoideamater, dan duramater. Berjalan ke depandan

    lateral di dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada suatu titik di medial

    polus posterior bola mata. (1)

    2. Nervus Lakrimalis

    N.lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.trigeminus pada dinding

    lateral sinus cavernosus. Saraf ini halus dan masuk ke orbita melaluibagian atas

    fisura orbitalis superior. Berjalan ke depan sepanjang pinggir atas m.rectus lateralis.

    Saraf ini bergabung dengan cabang n.zigomaticotemporalis. N.lacrimalis berakhir

    dengan mempersarafi kulit bagian lateral palpebra superior.(1)

    3. Nervus Frontalis

    N.frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus pada dinding lateral

    sinus cavernosus. Masuk ke orbita melalui bagian atas fisura orbitalis superior dan

    berjalan ke depan pada permukaan superior m.levator palpebrae superior, diantara

    otot ini dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi n.suprathoclearis dan

    n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea untuk m.obliquus

    superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk mempersarafi kulit dahi.(1)

    4. Nervus Trochlearis

    N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan dinding lateral sinus

    caveronsus daan masuk ke orbita melalui bagian atas fissura orbitalis superior.

    Saraf tersebut berjalan ke depan dan ke medial, melintasi origo m.levator palpebrae

    superior dan mempersarafi m. Obliquus superior. (1)

    5. N.occulomotorius

    Terdiri dari

    a) Ramus superior

    N.occulomotorius meninggalkan dinding lateral sinus cavernosus dan masuk ke

    orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis superior, di dalam annulus tendineus.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    16/40

    Cabang ini mempersarafi m.rectus superior, kemudian menembus otot ini, dan

    memperdarafi m.levator palpebrae superior yang ada di atasnya. (1)

    b) Ramus posterior

    N.occulomotorius masuk ke orbita dengan cara yang sama dan memberikan cabang-

    cabang ke m.rectud inferior. Saraf ke m.obliquus inferior memberikan sebuah

    cabang yang berjalan ke gangglion ciliaris dan membawa serabut-serabut

    parasimpatis ke m.sphincter puppilae dan m.cilliaris. (1)

    6. Nervus abducens

    N.abdusens meninggalkan sinus cavernosus dan masuk ke orbita melalui bagian

    bawah fissura orbitalis superior, di dalam anulus tendineus. Saraf ini berjalan ke

    depan dan mempersarafi m.rectus lateralis. (1)

    7. Nervus Nasociliaris

    N. Nasociliaris dipercabangkan dari divisi ophthalmica n. Trigeminus pada dinding

    lateral sinus cavernosus. Nervus ini masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura

    orbitalis, di dalam annulus tendineus. Saraf ini melimtas di atas n. Opticus bersama

    a. Ophthalmica mencapai dinding orbita. Kemudian n. Nasociliaris berjalan ke

    depa. Sepanjang punggir atas m. Rektus medialis dan berakhir dengan bercabang

    dua menjadi n. Ethomoidalis anterior dan n. Infratrochlearis. (1)

    Cabang-cabang

    a) Ramus communicans ke ganglion ciliaris

    b) Nn. Ciliares

    c) N. Ethmoidalis

    d) N. Infratrochlearis

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    17/40

    e) N. Ethmoidalis anterior.

    Ganglion Ciliaris

    Merupakan ganglion parasimpatis dan terletak pada bagian posterior orbita di

    lateral n.opticus. Ganglion ini menerima serabut-serabut parasimpatiis

    preganglionik dari n.occulomotorius melalui saraf tersebut ke m.obliquus inferior.

    Sejumlah serabut simpatis berjalan dari plexus caroticus internus masuk ke dalam

    orbita dan berjalan melalui ganglion tanpa bersinaps. (1)

    Otot penggerak bola mata

    Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata

    tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot . otot pengerakan bola

    mata terdiri atas enam otot, yaitu: (1)

    1. Musculus oblique inferior

    Muscilus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal. Berinsersi pada

    sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula , dipersarafi oleh saraf okulomotor ,

    bekerja untuk menggerakan mata ke arah abduksi dan eksiklotorsi.

    2. Musculus oblique inferior

    Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas formaen

    optikus. Musculus ini dipersarafi oleh N.IV atau saraf troklear yang keluar dari

    bagian dorsal susunan saraf pusat. Musculus ini mempunyai aksi pergerakan miring

    dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu

    penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal. Berfungsi menggerakan bola

    mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke nasal.

    3. Musculus Rektus inferior

    mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau

    sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persil gN dengan oblik inferior

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    18/40

    diikat kuat oleh ligamen lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III. Rektus

    inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.

    Fungsi menggerakkan mata : (1)

    depresi (gerak primer)

    eksoklotorsi (gerak sekunder)

    aduksi (gerakvsekunder)

    4. Musculus Rektus lateral

    Rektus lateralmempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik.

    Rekyus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakan mata terutama

    abduksi

    5. Musculus Rektus Medius

    mempunyai origo pasa anuluz Zinn dan pembungkus dura saraf optik yng sering

    memberikan dan rasa sakit pada pergerKan mata bila terdapat neuritis rettobulbar,

    dan berinsersi 5 mm dibelakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang

    paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakan mata untuk aduksi ( gerak

    primer) (1)

    Vaskularisasi

    1. Arteri ophthalmica

    Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah pembuluh ini keluar

    dari sinus cavernosus. Arteri ini berjalan ke depan melalui canalis opticus bersama

    nervus opticus. Pumbuluh ini berjalan di depan dan laterak dari n.opticus, kemudian

    menyilang di atasnya untuk sampai ke dinding medial orbita. Kemudian arteri ini

    memberikan banyak cabang dan sebagian cabang-cabang megikuti saraf-saraf di

    dalam orbita.

    Cabang-cabangnya : (1)

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    19/40

    a) A.centralis retinae

    b) Rami muscularis

    c) Aa.ciliaris

    d) A.lacrimalis

    e) A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis

    2. Vena-vena ophthalmica

    V.ophthalmica Superior berhubungan di depan dengan v.facialis. v. Ophthalmica

    inferior berhubungan melalui fissura orbitalis inferior dengan plexus venosus

    pterygoideus. Kedua vena ini berjalan ke belakang melalui fissura orbitalis dan

    bermuara ke dalam sinus cavernosus.

    Vaskularisasi (1)

    BAGAN 2.1 Vaskularisasi Mata

    Otot-otot

    ekstraokuler

    Arteri opthalmica

    Arteri siliaris

    posterior

    Arteri retina centralis Arteri muskularis

    Retina

    Arteri opthalmica

    Arteri siliaris anterior

    Iris dan corpus

    ciliaris

    Saraf optic anterior

    dan koroid

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    20/40

    TABEL 2.3 Innervasi Mata

    N. III N. IV N. VI

    M. rectus medialis

    M. rectus inferior

    M. rectus superior (dipersarafi oleh

    nucleus kontralateral)

    M. obliquus superior M. rectus lateral

    M. obliquus inferiorM. levator palpebra (kedua levator

    dipersarafi oleh satu nucleus garis

    tengah)

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    21/40

    Serabut parasimpatis praganlionik

    berakhir di ganglion silsiaris

    Serabut pasca ganglionik timbul dan

    berjalan di saraf siliaris pendek ke otot

    sphincter pupil dan M. siliaris

    III. Fisiologi Mata

    Fisiologi Penglihatan (5)

    Benda mamantulkan cahayacahaya masuk ke mata melaui pupilpangaturan

    jumlah cahaya oleh pupil melalui m.sphincter pupillae (yang mengkonstriksikan

    pupil dalam keadaan cahaya terang) dan m.dilator pupillae (yang melebarkan

    pupil dalam keadaan kekurangan cahaya) difokuskan oleh lensa

    (bikonvekskonvergensi cahaya) bayangan jatuh di retina (bayangan

    terbalik) ditangkap oleh fotoreseptor, sel batang (berfungsi untuk penglihatan

    hitam putih) dan sel kerucut (berfungsi untuk penglihatan warna) Cahaya

    masukPerubahan retinen struktur fotopigmen perubahan bentuk foto

    pigmen pengaktifan transdusin Pengaktifan fosfodiesterase penurunan

    CGMP intra sel penutupan kanal Na Hiperpolarisasi penurunan pelepasan

    transmitter sinaps Respon sel bipolar dan unsure sel saraf yang

    lainpenjalaran impuls melalui serabut saraf n.optikusdihantarkan ke korteks

    optik di otakpersepsi melihat

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    22/40

    Fisiologi pembentukan dan aliran humor aquos

    Humor aquos dibentuk dalam mata dengan rata-rata 2 sampai 3 mikroliter tiap

    menit. Pada dasarnya, seluruh cairan ini dibentuk didalam prosesus siliaris, yang

    merupakan sebuah lipatan linier yang menonjol dari badan siliar ke ruang di

    belakang iris tempat ligamen-ligamen lensa dan otot siliaris melekat pada bola

    mata. Permukaan dari prosesus siliaris ini ditutupi oleh sel epitel yang bersifat

    sangat sekretoris, dan tepat dibawahnya, terdapat daerah yang memiliki banyak

    pembuluh darah. Humor aquos hampir seluruhnya terbentuk sebagai sekresi aktif

    dari lapisan epitel prosesus siliaris. Sekresi dimulai dengan transpor aktif ion

    natrium ke dalam ruangan diantara sel-sel epitel. Ion natrium kemudian menarik

    ion klorida dan bikarbonat, dan bersama-sama mempertahankan sifat netralitas

    listrik. Kemudian semua ion ini bersama-sama menyebabkan osmosis air dari

    kapiler darah yang terletak di bawahnya ke dalam ruang interselular epitel yang

    sama, dan larutan yang dihasilkan membersihkan ruang prosesus siliaris sampai

    ke kamera okuli anterior mata. Selain itu, beberapa nutrien juga dibawa melalui

    epitel-epitel dengan transpor aktif atau difusi terfasilitasi; nutrien ini termasuk

    asam amino, asam askorbat dan glukosa.Setelah dibentuk oleh prosesus siliaris,

    humor aquos mengalir seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    23/40

    Gamabar 2.2 Aliran Humour aquos

    Humor aquos yang dihasilkan oleh prosesus siliaris mengalir dari kamera okuli

    posterior kebagian depan lensa melewati pupil ke kamera okuli anterior

    ke mudian melalui kanakulum trabekula kekanalis schlemm vena aquosus

    vena ekstra okuler.

    Peningkatan tekanan intra okular

    Tekanan intra okular normal rata-rata sekitar 15 mmHg, dengan kisaran 12-20

    mmHg. Tekanan intra okular tetap konstan pada mata normal, biasanya sampai 2

    mmHg dari nilai normalnya, yang rata-ratanya sekitar 15 mmHg. Besarnya tekanan

    ini ditentukan terutama oleh tahanan terhadap aliran keluar humor aquos dari kamera

    okuli anterior ke dalam kanalis schlemm. Tahanan aliran ini dihasilkan dari retikulum

    trabekula yang dilewati, tempat penyaringan cairan yang mengalir dari sudut lateral

    ruang anterior ke dinding kanalis schlemm. Trabekula ini memiliki celah terbuka

    yang sangat kecil, yaitu antara 2 3 mikrometer. Kecepatan aliran cairan ke dalam

    kanalis schlemm meningkat secara nyata karena tekanan yang meningkat. Bila

    ditemukan sejumlah besar debris dalam humor aquos, seperti setelah terjadi

    perdarahan dalam mata atau selama infeksi intra okular, debris tersebut kemungkinan

    diakumulasi dalam ruang trabekula yang berasal dari kamera okuli anterior menuju

    kanalis schlemm; debris ini dapan mencegah reabsorbsi. Dipermukaan trabekula ada

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    24/40

    banyak sel fagosit yang berfungsi untuk memfagosit debris yang ada dipermukaan

    trabekula. Begitu juga tepat diluar kanalis schlemm ada sebuah lapisan gel intersisial

    yang berisi sejumlah besar sel retikuloendotelial yang memiliki kapasitas luar biasa

    untuk menelan debris dan mencernanya menjadi substansia-substansia molekul kecil

    yang kemudian dapat diabsorbsi. Apabila sistim fagosit dari trabekula dan kanalis

    schlemm lemah serta akumulasu debris dipermukaan trabekula akan menyebabkan

    hambatan aliran humor aquos dan dapat meingkatkan tekanan intra okular. Selain itu

    tekanan intra okular juga dapat meingkat apabila aliran humor aquos ke kamera okuli

    anterior terhambat oleh karena iris melekat dengan lensa atau lensa yang terlalu

    mencembung ke bagian anterior.

    IV. Histologi Mata

    1. Palpebra

    Gambar ???. Histologi Palpebra

    Palpebra terdiri dari dua lapisan, lapisan luar terdiri dari epitel squamous

    complex non keratin dan lapisan dalam terdiri dari epitel columner complex.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    25/40

    Palpebra terdapat gandula meibom (di permukaan tarsus), glandula sebasea,

    gandula sudorifera, glandula zeils, dan glandula moll (terletak di dekat folikel

    rambut. Ciliae (bulu mata) tumbuh mengarah luar. Di palpebra terdapat m.

    orbicularis oculi dan m. levator palpebra. (2)

    2. Kornea

    Kornea terdiri dari 5 lapis : (2)

    1. Epitel squamous complex

    2. Membrana bowmani

    3. Lamina Propria

    4. Membranan descement

    5. Lapisan endotelial kornea

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    26/40

    V. Pathogensis Penurunan penglihatan Pada mata Kanan

    SKEMA 2.2 Mekanisme Penurunan Penglihatan (6,7)

    VI. Pathogenesis Nyeri Mata

    Kornea, konejungtiva, uvea, sklera, selubung nervus optikus (meninges), otot-

    otot okular Ada serabut saraf prepioseptik (serabut saraf nyeri) Jika

    terkena Nyeri

    Retina dan nervus opricus tidak ada persarafan prepioseptik jika terkena

    tidak nyeri.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    27/40

    Contoh: pada neuritis dan retinitis, jika terkena, maka tidak nyeri.

    Nyeri dasar(8)

    1. Nyeri superfisialis / korneal/ konjungtivitis

    2. Nyeri dalam mata

    Penjabaran: (8)

    1. Nyeri karena iritasi kornea konjungtiva

    Disebabkan oleh benda asing dan infeksi. Hampir selalu disertai dengan

    hiperlakrimasi, fotofobia dan injeksi konjungtiva

    2. Nyeri dalam mata

    Bisa karena iritasi, uvea, selubung nervus opticus, otot-otot okular

    2.3 Skema Nyeri karena Glaukoma(9)

    Glaukoma

    Tekanan intraokular meningkat

    Regangan pada sklera

    Nyeri dalam yang keras dengan gejala penyerta:

    Gangguan penglihatan, injeksi konjungtiva, perikorneal

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    28/40

    Nyeri alih

    SKEMA 2.4. Nyeri Alih (8)

    Impuls prepioseptik dari okular

    Disampaikan ke suatu kelompok neuron yang juga menerima impuls prepioseptik dari

    cabang lain

    Nyeri okular bisa jadi nyeri alih

    Persarafan prepioseptik dari okular oleh cabang nervus trigeminus

    Impuls prepioseptik yang disalurkan oleh cabang maksilaris dan mandibularis nervus

    trigeminus dapat dirasakan di okuler

    Nyeri

    VII. Pathogenesis Hallo Vison

    Halo dapat terjadi karena ada gangguan pada kornea akibat cairan yang menumpuk

    di kornea. Pada dasarnya kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya

    pergantian cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat

    (glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, sehingga menimbulkan

    halo di sekitar cahaya. Halo dapat juga terjadi karena kelainan media refraksi yang

    tidak dikoreksi, guratan pada lensa kaca mata, dilatasi pupil yang berlebihan, dan

    media refrakta yang keruh. (10)

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    29/40

    VIII. Mekanisme Mual dan Muntah

    SKEMA 2.5 Mekanisme dari mual dan muntah

    (8)

    Medula oblongata peningkatan IOP gangguan saraf optikgangguanhantaran

    jaras penglihatan

    penekanan PD

    nukleus suprachiasmatik

    pelebaran PD nyeri periorbital di hipotalamus

    aktivasi sistem saraf otonom

    parasimpatis aktif

    efek sal cerna

    mual & muntah

    IX. Penegakkan Diagnosis

    Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah: (9)

    a) Pemeriksaan dengan oftalmoskop bisa menunjukkan adanya perubahan

    pada saraf optikus akibat glaucoma.

    b) Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri.

    c) Tekanan di dalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa

    diukur dengan tonometri. Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari

    20-22 mm, dikatakan telah terjadi peningkatan tekanan. Kadang glaukoma

    terjadi pada tekanan yang normal.

    d) Pengukuran lapang pandang.

    e) Ketajaman penglihatan.

    f) Tes refraksi.

    g) Respon refleks pupil.

    h) Pemeriksan slit lamp.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    30/40

    i) Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran

    humor aqueus

    X. Glaukoma

    Glaukoma

    Definisi: (10)

    Penyakit yang di tandai dengan adanya degenerasi glukomatosa pada papil N.II dan

    peningkatan tekanan intraokular merupakan faktor risiko yang tidak selamaanya ada.

    Etiopatogenesis:

    - Bertambahnya produksi cairan mta oleh badan siliar.

    o Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau

    celah pupil.

    Faktor resiko : (11)

    1. Riwayat keluarga glaukoma

    2. Riwayat diabetes, hipertensi dan penyakit tiroid

    3. Ras afrika amerika

    4. Usia > 60 tahun

    5. Riwayat trauma mata dan inflamasi kronik

    6. Riwayat operasi mata

    7. Miopia

    8. Hipermetropia

    9. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang

    Klasifikasi Glaukoma (11)

    1. Glaucoma sudut terbuka

    Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus terbuka,

    tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat.Secara bertahap tekanan

    akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf

    optikus serta penurunan fungsi penglihatan yang progresif.Hilangnya fungsi

    penglihatan dimulai pada tepi lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya

    akan menjalar ke seluruh bagian lapang pandang, menyebabkan kebutaan.Sering

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    31/40

    terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak.Cenderung

    diturunkan dan paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau miopia.Lebih

    sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit

    hitam.Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak menimbulkangejala.

    Lama-lama timbul gejala berupa: penyempitan lapang pandang tepi, sakit kepala

    ringan, gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya melihat lingkaran di

    sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan). Pada akhirnya

    akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit

    melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke

    depan (disebutpenglihatan terowongan).

    2. Glaucoma sudut tertutup

    Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor aqueus

    terhalang oleh iris.Setiap hal yang menyebabkan pelebaran pupil (misalnya

    cahaya redup, tetes mata pelebar pupil yang digunakan untuk pemeriksaan mata

    atau obat tertentu) akan menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    32/40

    terhalang oleh iris, iris akan tergeser ke depan, secara tiba-tiba menutup saluran

    humor aqueus Sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam mata secara

    mendadak dan menimbulkan glaukoma.

    Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan pupil atau bisa

    juga timbul tanpa adanya pemicu.Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam

    hari karena pupil secara alami akan melebar di bawah cahaya yang redup.Episode

    akut dari glaukoma sudut tertutup menyebabkan penurunan fungsi penglihatan

    yang ringan, terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya, nyeri

    pada mata dan kepala.

    Gejala berrlangsung hanya beberapa jam sebelum terjadinya serangan lebih lanjut.

    Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan secara mendadak

    dan nyeri mata yang berdenyut, mual dan muntah, kelopak mata membengkak,

    mata berair dan merah, pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang

    terang.

    Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi serangan

    tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin mengurangi lapang

    pandang penderita.

    3. Glaukoma kongenitalis.

    Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan

    perkembangan pada saluran humor aqueus. Glaukoma kongenitalis seringkali

    diturunkan.

    4. Glaukoma sekunder.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    33/40

    Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat infeksi,

    peradangan, tumor, katarak yang meluas, penyakit mata yang mempengaruhi

    pengaliran humor aqueus dari bilik anterior.

    Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis.Penyebab lainnya adalah

    penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan ke

    dalam mata, beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan

    peningkatan tekanan intraokuler.

    5. Galukoma absolute.

    Keempat jenis glaukoma ditandai dengan peningkatan tekanan di dalam bola mata

    dan karenanya semuanya bisa menyebabkan kerusakan saraf optikus yang

    progresif.

    SKEMA 2.6. Klasifikasi Glaukoma (11)

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    34/40

    Pathogenesis glaucoma primer

    a. Glaucoma primer sudut terbuka

    SKEMA 2.7 Pathogenesis Glaukoma Primer(12)

    Penebalan lamella

    trabekula yang

    mengurangi ukuran pori

    Berkurangnya jumlah sel

    trabekula pembatasPeningkatan bahan

    ekstraseluler padajahitan trabekula

    Peningkatan resistensi aliran keluar

    yang menyebabkan penurunan

    draiuase humor aqueous

    Humor aqueous

    tertimbun di camera

    oculi anterior

    Peningkatan tekanan

    intra okuler

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    35/40

    b. Glaucoma primer sudut tertutup

    Skema 2.8 Patogenesis Glaukoma sudut tertutup (12)

    Trabekula tertutup

    oleh iris perifer

    Iris menempel pada lensa karena

    pencembungan lensa (pada orang

    hipermetropi)

    Humor aqueous

    terperangkap di dalam

    camera oculli anterior

    Iris mencembung ke

    depan

    Peningkatan hambatan

    aliran ke trabekula

    Peningkatan tekanan

    intraokuler secra

    mendadak

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    36/40

    Penatalaksanaan Glaukoma

    Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang

    konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda

    tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi.

    A. Terapi Obat

    blockers (misalnya timolol, levabunolol, carteolol, betaxolol, dan

    metipranolol). Mekanismenya yaitu menurunkan tekanan intraokular dengan

    menurunkan sekresi dari humor aquos. Sediaan berupa obat tetes mata yang

    dapat diberikan dua kali sehari atau sekali sehari (long acting), atau dapat

    dikombinasi dengan obat lain. Prostaglandin analogues ( misalnya, latanoprost,

    travoprost, dan bimatoprost). Mekanismenya yaitu menurunkan tekanan

    intraokular dengan melancarkan drainase dari humor aquos melalui jalur

    uveascleral. Dapat menurunkan tekanan intraocular hingga 30-35%.

    Sympathomimetic agents. Adrenaline topikal, kini jarang digunakan oleh karena

    efektivitas yang lebih rendah dibandingkan blockers dan efek samping obat

    tersebut. Parasympathomimetic agents (misalnya, pilocarpine). Mekanismenya

    yaitu menurunkan tekanan intraokular dengan jalan memperkecil diameter pupil

    sehingga meningkatkan drainase/aliran humor aquos ke tabecular meshwork.

    Carbonic anyidrase inhibitors (misalnya, dorzolamide, brinzolamide,

    azetozolamide). Mekanismenya yaitu menurunkan tekanan intraokular dengan

    jalan menurunkan produksi humor aquos.

    B. Bedah lazer

    Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan

    Tekanan Intra Okuler.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    37/40

    C. Bedah konfensional

    Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris

    unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke

    anterior.Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan

    saluran balu melalui sclera.

    XI. Komplikasi dan kedaruratan Glaukoma

    Komplikasi timbul akibat glaukoma adalah kebutaan, dimana pada tahun 2000 di

    Amerika Serikat sekitar 2.47 juta orang terkena glaukoma dan lebih dari 130 ribu

    mengalami kebutaan akibat penyakit ini. Dan merupakan penyebab kebutaan

    irreversibel pertama di Amerika Serikat setelah degenerasi makular. (12)

    XII. Diagnosis dan penatalaksanaan Informasi IV

    Diagnosis : OD Glaukoma Akut sudut tertutup primer

    Terapi :

    Diamox 2x250 mg

    Timolol 0,5%

    Pilokarpin 2%

    Rencana tindakan bedah (trabekulektomi).

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    38/40

    BAB III

    Kesimpulan

    1. Diagnosis Ny. Sayu, yang berusia 35 tahun dengan keluhan mata kanannya sakit

    dan juga disertai pandangannya kabur adalah glaucoma primer sudut tertutup.

    2. Glaucoma merupakan Penyakit yang di tandai dengan adanya degenerasi

    glukomatosa pada papil N.II dan peningkatan tekanan intraokular merupakan faktor

    risiko yang tidak selamaanya ada.

    3. Galucoma terdapat 5 macam kalsifikasi yaitu, glaucoma sudut tertutup, glaucoma

    sudut terbuka, glaucoma kongenital, glaucoma sekunder, dan glaucoma absolute.

    4. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan

    mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi

    penyakit dan respons terhadap terapi.

  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    39/40

    DAFTAR PUTAKA

    1. Ilyas, Sidarta. 2009.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

    179-180.

    2. Eroschenko, V.P. 2003. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Jakarta:

    EGC

    3. Marieb, E N dan Hoehn K. 2007. Human anatomy and physiology ed. 7. Bejamin

    cummings: USA

    4. Kwon Yh, Fingert J H, Kuehn M H, dan Alward W. 2009. Mechanisms of disease

    primary open-angle glaucoma. The neww england journal of medicine,volume 360.

    5. Guyton, A.C. dan John E.H. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

    EGC.hal. 661-63Vaughan, Daniel G. 2000. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum.

    Jakarta: Widya Medi.ka; 224, 230-3.

    6. James, Bruce. 2006. Glaukoma. Dalam: Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga;

    96-8

    7. Faradilla, Nova. 2009. Galukoma dan Katarak Senilis. Available from:

    http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/glaukoma_files_of_drsmed.pdf.Diakses tanggal: 4 April 2010

    9. Vaughan, Daniel G. 2000. Trauma. Dalam: Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya

    Medika; 383-4.

    10. Bahri, Chairul. . Corpus Alienum Intra Oculi. Available from:

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_013_penyakit_mata.pdf. Diakses tanggal: 6

    April 2010.

    11. James, Bruce. 2006. Anatomi. Dalam:Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga;

    1-17.

    12. Vaughan, Daniel G. 2000. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Oftalmologi

    Umum. Jakarta: Widya Medika; 1-25.

    13. Lumantobing.Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FKUI

    http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/glaukoma_files_of_drsmed.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_013_penyakit_mata.pdfhttp://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/glaukoma_files_of_drsmed.pdfhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_013_penyakit_mata.pdf
  • 8/3/2019 glaukoma PBL 5 kelompok 3

    40/40

    14. Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

    Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    15. Listmono, L. Djoko. 1998. Ilmu Bedah SarafEdisi III. Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama