Upload
intan-fitria-ani
View
462
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS
(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT
PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
DINDIN ADRIYANA
A24052784
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN DINDIN ADRIYANA, Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami pada Tanaman Nenas ( Ananas Comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Di bimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO).
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya nenas. Aspek
khusus yang diamati dalam magang ini adalah adanya buah alami yang
merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Great Giant
Pineapple. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 12 Febuari dan berakhir
pada tanggal 18 Juni 2008 di Plantation Group 1 (PG 1) PT. Great Giant
Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Kegiatan magang terdiri dari kegiatan budidaya teknis dan manajerial
kebun dan analisis pemecahan masalah buah alami. Kegiatan budidaya teknis
yang dilakukan meliputi pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah,
penanaman, pengamatan berat tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan,
penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.
Analisis mengenai buah alami dilakukan dengan pengambilan data primer dan
data sekunder. Data primer terdiri dari penghitungan jumlah daun, berat tanaman
dan panjang daun D-leaf tanaman buah alami dan tanaman normal. Sedangkan
data sekunder yang digunakan yaitu pengamatan persen bunga bulan Maret 2009,
data panen buah alami di seluruh lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008,
produksi buah alami tahun 2003-2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah
hujan dan temperatur tahun 2003-2009, dan status lokasi tahun 2007. Dari data
sekunder yang di dapat di cari hubungan antara jenis bibit, persen sulam, waktu
forcing, dan curah hujan dengan adanya buah alami.
Judul : IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BUAH ALAMI TANAMAN NENAS ( Ananas comosus L. Merr )
DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR,
LAMPUNG TENGAH
Nama : DINDIN ADRIYANA
NRP : A24052784
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si.
NIP. 1963 0923 1988 11 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomidan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito , M.Sc. NIP. 19611101 198703 1003
Tanggal Lulus :
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BUAH ALAMI TANAMAN NENAS
(Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE,
TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DINDIN ADRIYANA A24052784
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandung, propinsi Jawa Barat pada
tanggal 2 Januari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Ayah M. Adnan Boer dan Ibu Yeti Mulyati.
Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Nilem IV, kemudian pada tahun 2002
penulis menyelesaikan studi di SLTPN 51 Bandung. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di SMAN 12 Bandung. Tahun 2005 penulis diterima di Jurusan
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB.
Pada tahun 2005 penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al
Hurriyyah, tahun 2006-2007 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi
(HIMAGRON), Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung
(PAMAUNG), Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forum Komunikasi Rohis
Departemen (FKRD) dan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam
(PAI). Pada tahun 2008 penulis menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) Fakultas Pertanian dan Presidium Nasional
Ikatan BEM Pertanian Indonesia (IBEMPI).
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya maka magang dan
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang
berjudul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami
Tanaman Nenas (Ananas comosus, L. Merr) di PT. GREAT GIANT
PINEAPPLE Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi PT. GREAT GIANT PINEAPPLE sehingga dapat
meningkatkan produksi buah dan mengefisisienkan biaya pemanenan perusahaan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Mohamad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku dosen pembimbing ,
atas bimbingan dan saran selama melaksanakan magang maupun penulisan
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sobir, M.Si dan Dr. Ir. Endah R. Palupi, M.Sc selaku dosen penguji
dalam siding.
3. Ir. Priyo Cahyono selaku pembimbing lapang dan seluruh staff dan
karyawan di PT. Great Giant Pineapple.
4. Ayahanda M. Adnan Boer, ibunda Yeti Mulyati, dan adik-adikku tercinta
Nanang Setiawan dan Devy Swasti Argyarini yang tak pernah putus
dalam memberikan doa dan semangat.
5. Didin dan M.Syaifudin Abdurrahim, teman seperjuangan yang telah
banyak membantu dan menemani selama magang di PT. GGP.
6. Rekan-rekan mahasiswa baik jurusan Agronomi dan Hortikultura serta
jurusan dan Fakultas lain IPB dan penghuni Wisma Madani yang telah
banyak memberikan dukungan dan bantuan baik materiil, moril dan
spiritual.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
berkepentingan. Semoga Allah SWT merahmati kita semua.
Bogor, Agustus 2009
Dindin Adriyana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................v
PENDAHULUAN Latar Belakang...................................................................................... 1 Tujuan ......................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Nanas... .........................................................................................4 Ekologi Nanas ..........................................................................................5 Budidaya Nanas .......................................................................................7 Panen ...................................................................................................... .8 Kultivar Smooth cayenne ....................................................................... .9 Buah Alami ............................................................................................ .9
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu ................................................................................. 11 Metode Pelaksanaan............................................................................... 11 Pelaksanaan pengamatan........................................................................ 12
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Produksi PT. GGP .............................................................. 13 Kegiatan Budidaya nenas PT. GGP ....................................................... 17 Kegiatan Selama Magang…………………………………… .............. 28 Pengamatan Buah Alami........................................................................ 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 43 Saran dan Rekomendasi ......................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45
LAMPIRAN....................................................................................................... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas
PT. GGP Tahun 2009.................................................................................... 2 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP................................................... 15
3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP.....................................16
4. Hubungan Jenis Bibit terhadap Buah Alami……………………………… 33
5. ... Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami…………………………... 34
6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami……………………………. 36
7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………………………………………………………….. 38
8. Perbandingan Panjang Daun Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal…………………………………………………………. 38
9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal………………………………………………………….. 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper……. 18
2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harror……………………..… 18
3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow……..… 19
4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow………………………..… 19
5. Penghancuran Agregat dengan Alat Cultivator-Celly……………….....… 20
6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat subsoiler……………………..… 20
7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk ridger………………………….… 21
8. Lahan yang Sudah Dibuat Jalan dan Saluran Air………………………… 21
9. Contoh Desain Lokasi…………………………………………………..… 22
10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c) ……………..… 23
11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker…………………………………..… 23
12. Mesin Dipping…………………………………………………………… 24
13. Kegiatan Penanaman……………………………………………………… 24
14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC………………………......… 26
15. Kegiatan Forcing di Malam Hari………………………………………… 27
16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP………………..… 28
17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman……………………….… 29
18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD………………………..… 30
19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami…………...……………………………………………. 31
20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit………………………..… 32
21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya…………………………………………………….… 35
22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal…………………………………………………… 36
23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami (kanan) dengan Tanaman Normal (kiri)………………………………………………………… ……37
24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air………………… 40
25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008………………………………………………………………….41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009 ..............................49
2. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple…………………. ......50
3. Peta Lokasi 002B………………………………………………………… 51
4. Peta Lokasi 031B………………………………………………………… 52
5. Peta Lokasi 047E………………………………………………………… 53
6. Peta Lokasi 070H……………………………………………………….. 54
7. Peta Lokasi 086A………………………………………………………. 55
8. Peta Lokasi 068B………………………………………………………… 56
9. Struktur Organisasi PG 1 PT GGP…………………………………….. 57
10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP……………………………….. 58
11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit................................................................................................59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di
dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nenas
mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun
2000, perdagangan nenas mencapai 51% dari total 2.1 juta ton seluruh
perdagangan buah dan Indonesia menempati posisi yang ketiga dari negara-negara
penghasil nenas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippina (Coveca,
2000). Produksi nenas di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1427.781 ton dan
meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 dengan produksi mencapai
2237.858 ton (BPS, 2007).
Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja
dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat
besar. Salah satu produk nenas yang memiliki nilai ekonomis besar yaitu nenas
olahan. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan
yaitu 49.32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat
Statistik, 2005).
Di Indonesia, salah satu perusahaan yang memproduksi nenas olahan
adalah PT Great Giant Pineapple (PT. GGP) yang terletak di Lampung. PT. GGP
merupakan perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara
intensif dalam membudidayakan tanaman nenas jenis Smooth cayenne yang
cocok untuk dikalengkan. Dengan luas 32 200 Ha, kebun nenas di PT. GGP
merupakan perkebunan nenas terbesar di dunia dan menjadi pemimpin produsen
nenas olahan di Indonesia. PT. GGP telah mengekspor nenas ke lebih dari
50 negara dan mensuplai lebih dari 15% total kebutuhan nenas dunia, 40%
diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara dan 25% lainnya ke Asia Pacific.
Produksi PT. GGP saat ini hampir mencapai 600 000 ton nanas segar per tahun.
2
Bahkan komoditas nanas kaleng asal Provinsi Lampung sudah meraih devisa
US$ 28.15 juta) selama triwulan I tahun 2007 (Agribisnis Indonesia, 2008).
PT. GGP sebagai produsen nenas terbesar di Indonesia, produksi tinggi
merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian penting. Masih banyak
permasalahan yang ditemui meskipun sudah menerapkan teknologi dan sistem
penanaman yang intensif. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan untuk
memecahkannya sehingga produksi bisa lebih meningkat. Salah satu
permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah buah
alami.
Buah alami yaitu buah yang dihasilkan dari tanaman yang berbuah lebih
cepat dari tanaman sekitarnya. Buah alami pada tanaman nanas merupakan
masalah serius untuk perkebunan-perkebunan besar yang berskala komersial. Hal
ini karena buah alami akan merusak rencana produksi. Buah alami yang tidak
seragam umur buahnya menyebabkan perlu dilakukan penjadwalan khusus untuk
pemanenan dan dilakukan secara manual sehingga akan meningkatkan biaya dan
mengurangi efisiensi pemanenan dan kualitas panen. Selain itu buah alami juga
akan mengurangi persentase dari buah yang akan dijual. Panen buah alami pada
Januari - Mei 2009 di seluruh Plantation Group (PG) PT. GGP dapat mencapai
11.2% dari total nenas yang dipanen (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas
PT. GGP Tahun 2009
PG Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 I 11.7% 2.6% 5.2% 3.4% 13.0% II 35.3% 4.6% 2.2% 0.6% 3.2% III 6.8% 1.2% 4.7% 2.5% 6.2%
Faktor-faktor penyebab buah alami yang berhasil diidentifikasi akan
bermanfaat untuk perusahaan karena akan berpengaruh pada peningkatkan
produksi dan efisiensi panen. Oleh karena dilakukan kegiatan magang yang
mencoba menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi buah alami tanaman
nenas di PT. GGP, Lampung Tengah.
3
Tujuan
1) Mendapatkan kemampuan teknis dan manajerial dalam usahatani tanaman
nenas skala besar.
2) Mendapatkan kemampuan untuk menganalisis masalah dan mendapatkan
solusi pemecahan masalah tersebut terutama faktor-faktor penyebab
terjadinya buah alami.
3) Mengetahui karakteristik dan analisis pembungaan tanaman berbuah
alami.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Nenas
Nenas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Anenas
comosus. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui bahwa Amerika Selatan
merupakan daerah asal tanaman nenas, yaitu daerah Brazil, Paraguay dan
Argentina, karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya (Nakasone
and Paull, 1998) Pada abad ke-16, tanaman nenas mulai dikenal di Filipina dan
Malaysia, termasuk di Indonesia (Verheij dan Coronel, 1997). Nenas terdiri dari berbagai kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu
Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi (Samson, 1980). Berdasarkan
karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok
yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure.
Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna
dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan
Paull ,1999).
Tanaman nenas memiliki nama tertentu di setiap daerah dan negara.
Tanaman ini disebut pina (Spanyol), pineapple (Inggris), apangdan (Filipina),
maneas (kamboja), yannat (Thailand), thom (Vietnam), neneh (Sumatera), ganas
(Sunda) (Verheij dan Coronel, 1997).
Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman nenas berupa tanaman
herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm dengan sebaran daun sekitar
130-150 cm (Collins, 1968). Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae
dengan genus Ananas dan spesies Ananas comosus.
Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih,
lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian
atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian
pangkalnya memeluk poros utama (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Collins
(1968), bagian atas permukaan daun cukup halus, tapi bagian bawah permukaan
daun berombak atau beralur.
Batang tanaman nenas biasanya tertutup seluruhnya oleh daun dan akar
sehingga batang tersebut terlihat setelah daun dan akar dibuang. Panjang batang
5
sekitar 20-25 cm dengan diameter sekitar 2 – 3.5 cm (Collins, 1968). Batang dari
tanman nenas beruas-ruas pendek. Pada batang akan tumbuh tunas samping, tunas
samping ini akan tumbuh menjadi cabang dan cabang ini dapat digunakan sebagai
bahan perbanyakan tanaman (Ashari, 1995).
Bunga nenas bersifat majemuk, memiliki banyak bunga (sampai
200 kuntum) yang tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan
(Verheij dan Coronel, 1997). Bunga nenas merupakan bunga sempurna yang
mempunyai tiga kelopak (spalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan
sebuah putik dengan stigma bercabang tiga (Hutabarat, 2003).
Buahnya berbentuk silinder dengan panjang ± 20 cm, diameter ±14 cm,
bobot 1-2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun pendek, tersusun spiral,
yang disebut mahkota (crown) , daging buahnya kuning pucat sampai kuning
keemasan, umumnya tidak berbiji (Verheij dan Coronel, 1997).
Tanaman nenas memilki akar serabut yang banyak mengandung air. Akar
nenas dangkal dan tersebar luas (Sunarjono, 2004). Perakaran pada tanaman nenas
diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu akar primer, akar sekunder dan akar
adventif (Collins, 1968).
Perbanyakan pada tanaman nenas dapat dilakukan secara seksual maupun
aseksual, tetapi karena perbanyakan aseksual lebih mudah, cepat dan hasil yang
didapatkan lebih banyak maka perbanyakan secara aseksual lebih bnayak
digunakan. Tunas akar (ratoon), tunas batang (sucker), tunas buah (slip), anakan
dan mahkota (crown) adalah bagian tanaman nenas yang dapat digunakan sebagai
bahan perbanyakan. Tanaman nenas dapat juga diperbanyak dengan
menggunakan kultur jaringan. Lamanya waktu dari mulai tanam sampai panen
tergantung pada bahan perbanyakan yang digunakan (Nakasone and Paull, 1998).
Ekologi Nenas
Sunarjono (2004) menyatakan bahwa buah nenas dapat tumbuh pada
keadaan iklim kering dan basah. Tanaman nenas memiliki kisaran curah hujan
yang luas, sekitar 600 sampai lebih dari 3 500 per tahun dengan curah hujan yang
optimum sekitar 1 000 – 1 500 per tahun (Nakasone and Paull, 1998). Nenas
6
cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman
nenas antara 100 - 1 200 m dpl.
Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32ºC dan
pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29ºC (Sanford, 1962). Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25ºC, dengan suhu harian
sekitar 10ºC. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk
pertumbuhan nenas adalah 23-32ºC.
Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas
permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan
semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi.
Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena
sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar
matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir
masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan
tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar
gula menurun (Deptan, 2004).
Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi
derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman
nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis
tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan
organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan
pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering
hangus (Sunarjono, 2004).
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk
penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Drainase pada
tanaman nenas sangat penting karena nenas tidak toleran terhadap genangan air.
Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm
air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan
terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan
berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003).
7
Budidaya Nenas
Keberhasilan penanaman nenas sangat ditentukan oleh kualitas bibit.
Nenas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif
digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek
batang. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal- tebal
penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk
bibit stek batang.
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan
tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem
petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian disekilingnya dibuat
saluran pemasukan dan pembuangan air.
Teknik penanaman nenas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris
tunggal (single row) dan sistem baris rangkap (double row). Single row pada
umumnya menggunakan jarak tanam 30 x 60 cm sedangkan untuk double row
menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm x 90 cm. Kedalaman tanam sekitar
12 cm. Setelah ditanam tanah disekitar bibit sebaiknya dipadatkan agar bibit dapat
berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik (Samson, 1980).
Pemeliharaan tanaman nenas meliputi penyulaman, penyiangan,
pembumbunan dan pemupukan. Kegiatan penyulaman nenas diperlukan, karena
bibit nenas sering tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor
bibit. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nenas dari rumput liar
dan gulma pesaing tanaman nenas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar
matahari. Rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Waktu penyiangan
tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun. Setelah dilakukan penyiangan
dilakukan pemupukan. Pembubunan dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali
longsor ketika diairi. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan
akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nenas
berdiri kuat.
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk
buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai
tanaman berbunga dan berbuah. Sekalipun tanaman nenas tahan terhadap iklim
8
kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang
cukup. Tanaman nenas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang
pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat
menyebabkan pertumbuhan nenas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu
pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin
penyemprot atau embrat (Deptan, 2004).
Panen
Buah nenas yang masih muda memiliki mata buah yang berwarna abu-abu
atau hijua muda. Sedangkan bila telah mencapai keadaan tua maka warnanya
berangsur-angsur berubah menjadi hijau muda atau hijau tua. Kemudiaan saatnya
telah matang maka mata buah akan berubah dari keadaan datar menjadi berlubang
dibagian tengah. Akhirnya buah menjadi besar dan kurang keras dan lebih
beraroma. Untuk jenis smooth cayenne warna buah akan berubah menjadi kuning
muda atau kuning keemasan (Muljohardjo, 1983).
Panen buah nenas dilakukan setelah nenas berumur 12-24 bulan,
tergantung dari jenis dan ukuran bibit yang digunakan (Samson, 1980). Bibit yang
berasal dari bibit besar dipanen pada umur 19 bulan, bibit yang berasal dari bibit
sedang dipanen pada umur 21 bulan dan bibit yang berasal dari bibit ukuran kecil
dipanen pada umur 23 bulan (GGPC, 2009).
Panen nenas pada umumnya dilakukan secara manual dengan
menggunakan tangan. Untuk proses pengalengan, buah dipetik dan dimasukkan
kedalam tas atau keranjang untuk dipindahkan dari areal. Buah yang sudah
terkumpul akan dimasukkan ke dalam truk atau dibawa langsung ke pabrik
pengalengan atau ke tempat tertentu dimana buah dikumpulan sebelum dibangkut
ke pabrik pengalengan. Buah yang dipanen tidak boleh terkena sinar matahari
langsung selama lebih dari beberapa jam karena akan menyebabkan sisi bagian
terendah dari buah akan mudah terkena sunburn (Bartholomew dan Paull, 2003).
9
Kultivar Smooth Cayenne
Jenis cayenne merupakan jenis nenas yang terkenal di dunia. Jenis ini
sangat baik untuk dikalengkan. Tinggi batangnya 20-50 cm, dengan tangkai buah
panjang 7-15 cm. Panjang daun mencapai 100 cm dan lebar kurang lebih 6.5 cm.
Bentuk daun menyerupai saluran yang dangkal dengan pinggiran yang lurus.
Permukaan daun bagian atas hijau tua dengan disertai adanya bercak-bercak
berwarna merah coklat yang tidak teratur. Daunnya panjang melengkung lebar,
sedangkan pangkalnya melekat dengan sudut yang tajam. Kultivar Smooth
Cayenne memiliki daun yang tidak berduri, oleh karena itu disebut smooth.
Jumlah bunga rata-rata 150, tetapi biasanya bervariasi bergantung pada
lingkungannya. Warna daun bunga biru pucat dengan kilapan ungu yang tidak
begitu jelas. Buahnya tumbuh di atas tangkai buah dengan ukuran yang berbeda-
beda dan rata-rata berat buah 2.5 kg. Bentuknya silindris dan mempunyai garis
tengah yang lebih besar di bagian pangkal dan di bagian ujung. Buah yang
mempunyai ukuran lebih besar dari rata-rata, biasanya pangkal pangkal ke ujung
semakin meruncing bentuknya. Sedangkan buah yang ukurannya dibawah rata-
rata bentuknya hamper silindris (Muljohardjo, 1983).
Kandungan asam dan gula pada varietas Smooth Cayenne lebih tinggi
dibandingkan pada kebanyakan varietas lain (Collins, 1968). Siklus produksi
Smooth Cayenne lebih panjang dibandingkan pada kebanyakan kultivar lain
terutama pada iklim yang dingin. Smooth Cayenne sensitif terhadap banyak hama
dan penyakit (mealybug, fusarium, putus akar) dan pencoklatan daging buah
(Rohrbach and Schmitt, 1994). Selain itu, Smooth Cayenne pun toleran terhadap
Phytophtora sp. (Py and Teisson, 1987) dan tahan terhadap kegagalan buah yang
disebabkan Erwinia chrysanthemi Burkbolder (Lim and Lowings, 1979).
Buah Alami
Buah Alami (Natural Flowering) merupakan tanaman nanas yang
berbunga sebelum forcing dilakukan (GGPC, 2009). Pembungaan pada tanaman
nenas dapat terjadi secara alami, yang dipengaruhi oleh faktor iklim (panjang hari,
suhu, radiasi matahari) dan dapat terjadi secara buatan dengan menggunakan
bahan kimia (zat pengatur pertumbuhan) (Augusto, 2001). Menurut Bartholomew
10
dan Malezieux (1994), inisiasi pembungaan tanaman nanas dipengaruhi keadaan
fisiologi, panjang hari, dan suhu. Buah alami pada tanaman nanas, selain
merupakan faktor iklim, juga merupakan hasil tingkat pertumbuhan tanaman,
dimana tanaman telah mencapai ukuran yang cukup untuk mendukung
rangsangan lingkungan (Bartholomew dan Kadzimin, 1977).
Induksi bunga secara alami sebelum waktu pelaksanaan forcing menjadi
masalah penting. Kematangan buah alami yang tidak seragam akan merusak
jadwal panen. Panen yang tidak seragam menyebabkan panen harus dilakukan
secara manual sehingga menaikkan biaya produksi. Selain itu, buah yang muncul
lebih awal dibandingkan tanaman lain yang masih berbunga berpotensi
mengandung kandungan nitrat yang tinggi karena beberapa kali terkena aplikasi
foliar (GGPC, 2009). Pada beberapa daerah, terutama daerah subtropik, dalam
beberapa tahun, pembungaan yang terjadi lebih awal dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi karena buah yang dihasilkan terlalu kecil atau terlalu
sedikit untuk dipanen (Bartholomew dan Paull, 2003).
Pembungaan tanaman nenas sebelum waktunya dapat dicegah jika :
(1) pertumbuhan vegetatif tanaman dihambat sehingga tanaman tidak dapat
berbunga pada waktunya ketika kondisi cuaca mendukung untuk terjadi bunga
alami, (2) tingkat pertumbuhan tanaman ditingkatkan dengan melakukan
pemupukan nitrogen dan irigasi, (3) biosintesis dan aplikasi etilen dapat
menghambat dengan menggunakan bahan kimia (Augusto, 2004).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan nenas milik PT. GGP
Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Magang dilaksanakan
selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai sejak 12 Februari 2009
hingga 18 Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Melakukan pekerjaan teknis dan manajerial meliputi pengamatan
pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan berat tanaman,
pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun,
pengujian unsur hara tanaman dan pengamatan buah alami.
Setelah semua kegiatan dilaksanakan, kegiatan berfokus pada pengamatan
buah alami karena merupakan pemasalahan yang dialami PT. Great Giant
Pineapple pada saat itu.
Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan dua cara, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan langsung
tanaman yang berbunga sebelum dilakukan forcing (buah alami) dan tanaman
yang baru berbunga karena forcing (tanaman nomal) di lapangan kemudian
dilakukan beberapa pengukuran. Data sekunder yang digunakan yaitu
pengamatan persen bunga bulan Maret 2009, data panen buah alami di seluruh
lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008, produksi buah alami tahun 2003-
2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah hujan tahun 2003-2009, dan status
lokasi tahun 2007.
Sedangkan dari data panen buah alami tahun 2008, data sulam 2006-2007,
dan status lokasi 2007 diambil 100 lokasi contoh untuk melihat hubungan antara
parameter jenis bibit, persen sulam, dan waktu forcing terhadap banyaknya buah
alami. Dari data yang ada dilakukan scatter plot untuk melihat sebaran buah alami
pada setiap parameter. Setiap titik pada scatter plot merupakan lebih dari
satu contoh memiliki nilai persen buah alami yang sama. Uji analisis ragam yang
digunakan yaitu uji t.
12
Pelaksanaan Pengamatan
Penetapan Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang sudah dilakukan forcing
sehingga dapat dilihat tanaman normal dan tanaman yang berbuah alami. Lokasi
pengamatan ditentukan berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan
yaitu lokasi buah alami terbanyak pada saat pengamatan persen bunga bulan
Februari 2009 (Lampiran 1). Penetapan lokasi yang akan diamati diupayakan
dapat mewakili sebagian besar wilayah PG1. Oleh karena itu diambil enam lokasi
yang mewakili enam wilayah di PG1 dengan buah alami terbanyak di setiap
wilayahnya. Peta PG1 dan lokasi- lokasi yang dijadikan lokasi pengamatan dapat
dilihat di Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.
Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan secara acak di daerah pingir dan daerah
tengah lokasi contoh. Contoh yang diambil berjumlah lima tanaman normal dan
lima tanaman berbuah alami. Tanaman dicabut bersama akarnya untuk dilakukan
pengamatan. Setelah dilakukan pengamatan, tanaman kembali ditanam.
Pengamatan Contoh
Masing-masing dari tanaman normal dan berbuah alami diambil sebanyak
lima tanaman dan dilakukan pengamatan :
1. Pengukuran panjang daun D-Leaf. Pengukuran panjang daun dilakukan pada
daun yang terpanjang yang mewakili pertumbuhan tanaman. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan penggaris dan tali ukur dari ujung basal daun
hingga ujung daun.
2. Jumlah daun. Pengukuran jumlah daun dihitung dari daun pangkal tanaman
yang masih segar hingga daun terdekat buah.
3. Bobot tanaman. Pengukuran bobot tanaman dilakukan dengan mencabut
tanaman. Akar tanaman dibersihkan dari tanah dan buah diambil kemudian
tanaman ditimbang dengan timbangan 10 kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Produksi PT. GGP
Profil Perusahaan
PT. GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979 di Terbanggi Besar, Propinsi
Lampung. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki perkebunan
pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam
membudidayakan tanaman nenas jenis Smooth cayenne yang cocok untuk
dikalengkan. Sebelum fokus membudidayakan tanaman nenas, perusahaan pernah
membudidayakan papermin, singkong, semangka, dan jagung. Namun dengan
permasalahan yang banyak dialami dan belum dapat diatasi pada saat itu, akhirnya
komoditas difokuskan pada budidaya tanaman nenas. Pada awal berdirinya
perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan nenas ini dipelopori PT. Umas
Jaya Farm. Kini dibawah naungan PT. Sewu Segar Group. PT. GGP berada
bersama perusahaan agroindusti lain seperti PT. Nusantara Tropical Fruit
(PT. NTF) dan PT. Great Giant Livestock (PT. GGLV). Selama 20 tahun lebih,
PT. GGP telah mengembangkan industri nenas untuk mencapai kualitas produk
yang sempurna.
Pada tahun 1983 PT. GGP membangun pabrik pengolahan nenas ditempat
yang sama dengan lahan budidaya nenas. PT GGP mendorong untuk
pengembangan dan peningkatan mutu varietas nenas secara berkelanjutan melalui
budidaya nanas yang intensif dan terintegrasi penuh dengan proses pengalengan
nanas. Pada akhir tahun 1984, PT. GGP telah mampu mengekspor produk nanas
kaleng sebanyak empat kontainer.
Pada tahun 1989 perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun
pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nanas (pineapple juice concentrate)
yang memulai ekspor produk tersebut dalam kemasan aseptic pada tahun 1990
sebanyak 117 kontainer. Produksi nanas kaleng saat ini telah mencapai 10 000
kontainer per tahun.
14
PT. GGP telah berkembang pesat sejak memulai produksinya secara
komersial. Pada saat ini PT. GGP merupakan perusahaan pengalengan nenas
ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah membangun suatu
reputasi pasar yang cukup kuat. PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke
sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng
dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan
3.1% ke Australia.
Letak Geografi dan Administrasi PT. GGP secara administratif terletak di Terbanggi besar, Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Perkebunan PT. GGP memiliki luas sekitar
32 200 ha (80 000 acre) dengan budidaya utama nanas varietas Smooth Cayenne.
Perkebunan nanas PT. GGP berada pada 4 o 59' Lintang Selatan dan 105 o 13'
Bujur Timur dan berjarak 77 Km dari Kota Lampung yang dapat ditempuh
melalui jalur darat, laut dan udara.
Area PG 1 PT. GGP di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bandar
Agung, Desa Lempayung Bandar, Desa Kayu Polis, Desa Bandar Sakti dan Desa
Tanjung Anom. Sebelah barat berbatasan dengan CV. Bumi waras sedangkan di
sebelah timur berbatasan dengan Desa Kijung.
Keadaan Iklim dan Tanah
Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2 541 mm/tahun, dengan suhu
berkisar antara 21-34 oC dan kelembaban udara 84 - 91% . Tanah di PT. GGP
merupakan tanah ultisol yang merupakan tanah marginal dengan kandungan
bahan organik yang rendah dan cukup masam. Perkebunan PT. GGP terletak
diatas 46 m dpl dengan kemiringan 4º 59’.
15
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
PT. GGP memiliki lahan seluas 32 200 ha dengan status Hak Guna Usaha
dan yang efektif ditanami baru seluas 20 000 ha.
Produksi Produk olahan dengan bahan baku buah nanas yang di produksi oleh
PT. GGP antara lain : Nanas Kaleng, Coacktail, Concentrate, Juice nanas, Nata de
coco, Tepung tapioka. Produksi PT GGP sampai sekarang ini sudah terjual ke
33 negara diantaranya : Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Jepang,
Kanada, Timur Tengah, Korea dan Taiwan. Perkembangan jumlah produksi
olahan buah nenas PT. GGP tahun 1991-2003 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP
Tahun Nanas segar (ton)
Nanas Kaleng (Sc)
Concentrate (galon)
1991 196 330 2 976 128 1 334 943
1992 241 502 3 896 057 2 464 302
1993 272 040 4 778 159 3 699 302
1994 285 295 4 831 030 2 959 297
1995 232 019 3 658 719 2 939 645
1996 371 408 6 176 559 5 076 638
1997 440 413 7 209 272 6 163 608
1998 297 620 4 304 868 3 452 279
1999 438 092 5 979 246 5 575 554
2000 398 242 5 735 263 4 499 397
2001 386 567 5 457 657 4 340 374
2002 486 673 6 697 539 5 425 588
2003 383 123 5 871 948 4 412 312
16
PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia,
dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6%
diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Sumberdaya manusia PT.GGP banyak direkrut dari tenaga kerja yang
berasal dari daerah sekitar perusahaan dengan tujuan untuk memberikan lapangan
pekerjaan yang sekaligus dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat
sekitar. Jumlah dan perkembangan tenaga kerja PT. GGP tahun 1990-2007 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP
Tahun Karyawan Tetap
Harian Tetap
Harian Lepas
Harian Kontrak
Jumlah total
1990 1 084 1 596 3 045 - 5 725
1991 1 246 2 149 3 507 - 6 902
1992 1 468 3 252 5 643 - 10 363
1993 1 565 3 269 5 650 - 10 484
1994 1 819 3 448 8 947 - 14 214
1995 1 926 3 704 9 012 - 14 642
1996 2 179 4 165 1 0017 - 16 361
1997 2 278 3 900 9 081 - 15 259
1998 2 531 3 965 8 500 - 14 996
1999 2 538 3 551 7 960 - 14 049
2000 3 343 4 548 8 635 - 16 526
2001 3 691 5 496 8 925 - 18 112
2002 3 669 6 047 9 076 - 18 792
2003 3 640 5 604 10 446 - 19 690
2004 3 581 6 212 9 507 - 19 300
2005 3 547 6 273 9 542 - 19 362
2006 3 470 5 218 5 784 263 14 472
2007 3 451 5 136 5 185 250 13 772
17
PT. GGP memperkerjakan sekitar 18 000 pekerja di perkebunan dan di
pabrik. Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak di PT. GGP membuat PT. GGP
menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas sehari-hari
dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitas. Dengan dukungan komitmen
manajemen, PT. GGP memberikan kontribusi dengan menciptakan industri
manufaktur yang ramah lingkungan. Keberhasilan perusahaan dapat dicapai
karena pengembangan produksi yang inovatif dan mengusahakan kawasan
produksi yang terpadu, serta dedikasi dan kualitas kerjasama yang baik dari
seluruh karyawan. Agar proses produksi PT. GGP dapat berjalan dengan lancar
maka dilakukan pembagian kerja yang jelas dan digambarkan dalam struktur
organisasi (Lampiran 9).
Lahan PT. GGP seluas 32 200 ha dibagi menjadi tiga areal produksi yang
dinamakan Plantation Group (PG) 1, PG2, dan PG 3. Setiap PG memiliki luas
kurang lebih 8 000 ha dan dipimpin oleh seorang manager. Manager bertanggung
jawab atas semua kegiatan produksi di PG. Seluruh aktivitas produksi di PG dapat
dikelompokkan menjadi perawatan tanaman, research, pengadaan lahan dan
panen. Setiap aktivitas produksi dipimpin oleh seorang kepala bagian (Kabag).
Untuk membantu dalam pengontrolan dan pengelolaan plantation, maka manager
dibantu oleh enam kepala wilayah (kawil) dimana setiap kawil diberi tanggung
jawab untuk mengelola 1 300 ha. Setiap kawil membawahi beberapa mandor
wilayah seperti mandor tanam, mandor panen, mandor forcing, mandor bibit, dan
lain- lain. Mandor memiliki beberapa buruh harian lepas dalam menjalankan
tugasnya.
Kegiatan Budidaya Nenas PT. GGP
Persiapan Lahan
Persiapan lahan (land preparation) merupakan seluruh kegiatan sebelum
lahan siap ditanami tanaman nenas. Seluruh kegiatan land preparation
menggunakan mesin. Kegiatan land preparation antara lain :
18
1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas
Kegiatan penghancuran tanaman nanas dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan alat yang disebut chopper. Chopper akan mencacah menjadi
potongan-potongan kecil dan diharapkan potongan-potongan kecil tanaman nenas
tersebut dapat mempercepat proses pembusukan dan menyuburkan tanah
(Gambar 1).
Gambar 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan
Menggunakan Chopper
2. Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah
menjadi granulasi (butiran tanah) yang lebih halus (kecil), sehingga tercipta sistem
aerasi, drainase dan struktur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman nanas.
Disamping itu penggaruan juga bertujuan untuk mematikan tanaman pengganggu
(gulma), semak belukar, mencacah serasah tanaman sebelumnya, meratakan bekas
guludan dan mencampur dengan tanah pada kedalaman tanah. Penggaruan
menggunakan alat yang disebut Rotary Hallow (Gambar 2).
Gambar 2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harrow
19
3. Pembajakan (Ploughing)
Pembajakan yaitu membalik dan menggemburkan tanah pada kedalaman
tertentu. Untuk lahan yang banyak tumbuh gulma alang-alang pembajakan
dilakukan lebih dalam untuk mematikannya. Alat yang digunakan Molboard
Plow dan Diskplow (Gambar 3).
Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan
Diskplow
4. Penggaruan Akhir
Penggaruan akhir merupakan kegiatan melembutkan bongkahan-
bongkahan tanah dan sekaligus meratakan permukaan tanahnya. Alat yang
digunakan sama dengan kegiatan penggaruan yaitu Rotary Harrow (Gambar 4).
Gambar 4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow
20
5. Penghancuran Agregat
Penghancuran agregat menggunakan alat Cultivator-Celly yang bertujuan
agar bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil (Gambar 5).
Gambar 5. Penghancuran agregat dengan alat Cultivator-Celly
6. Pemecahan Lapisan Dalam
Setelah bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil,
kegiatan selanjutnya yaitu pemecahan lapisan dalam. Pemecahan lapisan dalam
merupakan kegiatan penghancuran tanah dibawah lapisan topsoil dengan tujuan
untuk menciptakan interna l drainase yang lebih baik. Alat yang digunakan adalah
Subsoiler (Gambar 6).
Gambar 6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat Subsoiler
21
7. Pembuatan Guludan
Pembuatan guludan bertujuan membuat tempat penanaman tanaman. Alat
yang digunakan yaitu Disk Ridger (Gambar 7).
Gambar 7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk Ridger
8. Pembuatan Jalan dan Saluran Air
Kegiatan persiapan lahan terakhir yaitu pembuatan jalan. Beberapa jenis
jalan pada lahan yaitu jalan plot untuk membedakan plot dalam satu seksi, jalan
blok atau jalan seksi untuk membedakan antara seksi yang satu dengan seksi yang
lain termasuk jalan transportasi kendaraan di lahan. Selain pembuatan jalan juga
dibuat saluran air. Saluran air terdiri dari saluran sekunder dan tersier. Saluran air
yang dibuat bertujuan agar dapat menampung air pada musim kemarau dan
memperlancar aliran air pada musim hujan agar tanaman nenas tidak tergenang.
Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan dan saluran air yaitu motor grader.
Lahan yang sudah dibuat jalan dan saluran air siap untuk ditanami (Gambar 8).
Gambar 8. Lahan yang Sudah dibuat Jalan dan Saluran air
22
Pemetaan dan Desain
Pemetaan dan desain dilakukan sebelum penanaman pada lahan yang
sudah siap. Pemetaan dan desain yang dilakukan antara lain pemetaan topografi,
gambar desain lokasi, pemetaan luas, dan gambar luas lokasi (Gambar 9). Peta
dan gambar lokasi akan memudahkan dalam mencari lokasi untuk melaksanakan
kegiatan penanaman, perawatan tanaman dan panen.
Gambar 9. Contoh Desain Lokasi
Pembibitan dan Penanaman
Kegiatan dan pembibitan yang dilakukan antara lain:
1. Asal bibit
Bibit diperoleh dari lokasi panen produksi yang berarti berasal dari
tanaman sebelumnya yang telah selesai dipanen. Bibit yang digunakan di
PT. GGP terdiri dari tiga jenis, yaitu sucker, crown dan macro section. Sucker
berasal dari anakan yang tumbuh pada tanaman nenas, sedangkan crown didapat
dari mahkota bunga yang dipishkan dari buah yang sudah dipanen. Macro section
merupakan tunas yang tumbuh pada bagian batang tanaman yang dipotong-potong
3-5 cm yang ditumbuhkan di pembibitan. Jenis bibit sucker, crown dan macro
section dapat dilihat pada Gambar 10.
23
(a) (b) (c)
Gambar 10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c)
2. Seleksi Bibit
Bibit yang sudah dipanen dikelompokan berdasarkan ukuran besar, sedang
dan kecil. Ukuran bibit sucker dibedakan berdasarkan diameter bonggol (Gambar
11). Pembagiannya yaitu sucker besar 4.2-5 cm, sucker sedang 3.5-4.2 cm dan
sucker kecil 2.5-3.5 cm. Sedangkan pada bibit crown dibedakan berdasarkan
panjang bibit. Pembagiannya yaitu crown besar 25-33 cm, crown sedang dan
crown kecil 15-16 cm dan 12-14 cm. Bibit macro section dibedakan berdasarkan
panjang bibit sesuai dengan bibit crown dengan pembagian ukuran yang sama.
Setelah bibit dibedakan berdasarkan ukuran selanjutnya bibit diberi kode
(Lampiran 3). Pengkodean bibit akan memudahkan dalam mengetahui jenis bibit
yang dipakai di suatu lahan.
Gambar 11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker
3. Dipping
Dipping adalah proses pencelupan seluruh bibit dengan larutan pestisida
yaitu insektisida dan fungisida sebelum dibawa ke lokasi tanam. Seluruh bibit
24
yang diangkut akan celupkan ke dalam kolam berisi cairan insektisida dan
fungisida di mesin dipping (Gambar 12). Dipping bertujuan untuk melindungi
bibit dari serangan hama mealybug dan jamur (Pythopthora serta Thilaviopsis).
Gambar 12. Mesin Dipping
4. Penanaman
Setelah bibit dilakukan dipping, bibit dibawa ke lokasi tanam untuk
dilakukan penanaman. Ada dua jenis jarak tanam yang digunakan di PT. GGP
yaitu jarak tanam 27.5 cm x 60 cm atau 25 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar
30 cm. Kegiatan penanaman dilakukan secara manual menggunakan alat koret
kecil atau koret (Gambar 13).
Gambar 13. Kegiatan Penanaman
25
Perawatan Kebun
Perawatan kebun dilakukan setelah tanaman ditanam dengan tujuan
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik. Beberapa
kegiatan perawatan antara lain:
1. Pengendalian Gulma
Agar tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik maka tumbuhan yang
menjadi penggangu harus dikendalikan. Pada umumnya gulma yang ada pada
tanaman nenas tumbuh disekitar tanaman nenas yang menyebabkan persaingan
dalam mendapatkan unsur hara maupun tumbuh dengan menutupi tanaman nenas
sehingga menghalangi tanaman nenas mendapatkan cahaya matahari. Tanaman
nenas yang terserang gulma dengan tingkat serangan yang tinggi menyebabkan
terhambat pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil, tidak
berbuah bahkan mati. Kegiatan pengendalian gulma meliputi Pre emergence
(pencegahan serangan) baik sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi
post emergence (penanganan ketika serangan) maupun aktivitas manual
weeding(pencabutan gulma) yang dilakukan dengan mencabut gulma yang sudah
tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan tujuan memberikan unsur hara pada
tanaman nenas. Terdapat dua cara aplikasi pemupukan di PT. GGP. Pertama,
pemupukan manual (aplikasi ditugal/pada pangkal bawah tanaman) yang
menggunakan pupuk komposit (urea, TSP dan Kiserit). Kedua, pemupukan foliar
spray (pupuk daun dengan menggunakan unit Boom Spraying Cameco (BSC)
(Gambar 14). Adapun pupuk yang digunakan yaitu yang water soluble seperti
urea, K2SO4, MgSO4, FeSO4, ZnSO4, serta Borax.
26
Gambar 14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan pengendalian hama yang
berupa mealybug, semut serta fungi-jamur dengan cara menyemprot tanaman
dengan insektisida dan fungisida yang dilakukan bersamaan dengan aplikasi
foliar spray, sedangkan untuk pengendalian semut dilakukan dengan
memasang umpan semut untuk membunuh koloni semut dan ratu-nya. Tingkat
serangan hama dan penyakit yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan hasil
yang tinggi karena tanaman dapat tidak berbuah bahkan mati.
4. Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun yaitu kegiatan untuk membersihkan lokasi kebun dari
sampah dan tumpukan hasil pengumpulan bonggol sucker, cabutan
tanaman nanas liar dan rumput hasil weeding. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi populasi semut dan mengurangi inang mealybug.
Forcing dan Pemanenan
Forcing dan pemanenan dilakukan dari masa tanaman nenas siap berbunga
sampai buah tanaman nenas dipanen. Beberapa kegiatannya antara lain :
1. Forcing
Forcing adalah kegiatan perangsangan pembungaan yang dilakukan oleh
unit Boom Spraying Cameco (BSC). Forcing dilakukan dengan tujuan untuk
menyeragamkan pembungaan pada tanaman nenas sehingga panen dapat
27
dilakukan secara serempak. Forcing menggunakan bahan gas etilen yang
dicampur dengan kaolin sebagai adsorben dan dilakukan pada malam hari karena
pada malam hari stomata tanaman nanas membuka dan suhu ideal untuk tanaman
agar berhasil berbunga yaitu dibawah 24°C (Gambar 15).
Gambar 15. Kegiatan Forcing di Malam Hari
2. Ripening
Ripening yaitu proses aplikasi bahan etepon pada buah yang berumur
3-5 hari sebelum panen agar buah dapat masak atau matang seragam. Kegiatan
ripening menggunakan alat BSC.
3. Panen
Panen merupakan kegiatan pemetikan buah nanas di lokasi panen. Pada
umumnya panen yang dilakukan di PT. GGP pada umur buah 145 hari setelah
forcing dengan menggunakan alat Harvester Cameco (HVC). Buah matang yang
dipanen memiliki kriteria tertentu. Buah dengan kematangan 60-70% dengan ciri-
ciri bagian bawah nenas berwarna kuning hingga sedikit ke bagian tengah
merupakan matang yang paling baik (Gambar 16). Buah nenas yang
kematangannya kurang ataupun terlalu matang akan dijadikan concentrate dan
juice nanas.
28
Gambar 16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP
Kegiatan Selama Magang
Pengamatan Aspek Teknis dan Manajerial
Pengamatan aspek teknis dan manajerial dilakukan selama 2 bulan yang
terdiri dari orientasi kebun dan pengamatan time motion study (survey waktu
kerja), penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.
1. Survey Time Motion Study
Orientasi kebun dan Time motion study (TMS) dilakukan bersamaan
selama 3 minggu. Survey TMS yaitu menghitung efektifitas jam kerja staf Agri
research sebagai quality control (pengamat) dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tujuan dari survey ini adalah mengukur efektifitas jam kerja pengamat selama ini
sehingga dapat diketahui kesesuaian produktivitas pengamat dengan upah yang
mereka dapat.
Beberapa pengamat yang diamati yaitu pada proses dipping, penanaman
bibit, pengolahan tanah, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga,
pengambilan contoh tanah, pengambilan contoh daun, penghitungan populasi
semut dan panen. Bentuk survey yang dilakukan yaitu mengikuti seluruh aktivitas
pengamat sejak berangkat kerja hingga pulang dan mencatat waktu yang
dibutuhkan mereka dalam setiap aktivitasnya, baik ketika bekerja maupun
29
istirahat (Gambar 17). Kegiatan dilakukan di tiga divisi PG1 yaitu divisi Lakop
yang berada di PG 1, divisi Kijung yang berada di bagian timur PG 1 dan divisi
Dua di bagian barat PG 1.
2. Norm Reference
Norm reference merupakan salah satu riset yang dilakukan oleh Agri
Research PG 1 PT. GGP. Tujuan dari riset ini yaitu dapat mengetahui defisiensi
tersembunyi pada tanaman nenas. Agri Research PG 1 memiliki hipotesa bahwa
ketidakseragaman pertumbuhan pada tanaman nenas bukan disebabkan karena
kekurangan atau kelebihan dalam pemberian unsur hara melainkan ada rasio unsur
hara yang tidak sesuai. Rasio unsur hara yang diamati yaitu N/P, N/K, Ca/Mg, dan
K/Mg dan Fe/Zn.
Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil tanaman nenas
dengan kategori sangat kecil, sedang dan besar. Setiap kategori diambil sepuluh
tanaman. Pengambilan contoh dilakukan pada tiga fase pertumbuhan yaitu fase
balibu (dibawah lima bulan), fase cepat (6-10 bulan) dan fase lambat (>10 bulan).
Tanaman contoh yang sudah diambil lalu dihitung jumlah daun, bobot tanaman,
panjang daun, lebar daun dan warna daun D-Leaf . Daun D-Leaf yang sudah
diamati kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur
hara mikro dan makronya.
3. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) versus Analisis Daun
Pada umumnya, cara yang dilakukan di PT. GGP untuk mengetahui
kandungan klorofil pada daun yaitu dengan menganalisis di laboratorium atau
Gambar 17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman
30
dengan klorofilmeter. Klorofilmeter yang jumlahnya terbatas dan harga yang
cukup mahal serta biaya analisis daun yang cukup maha l menjadi pertimbangan
untuk dapat menemukan cara lain dalam mengukur kandungan klorofil dengan
hasil yang akurat. Analisis BWD diharapkan dapat mengganti penggunaan
klorofilmeter dan analisis daun di laboratorium. Cara yang digunakan yaitu
memberikan nilai pada setiap level warna daun antar 0-25%, 25-50%, 50-75%,
>75% (keterangan : Nilai tersebut merupakan persen pupuk yang tidak terserap)
kemudian dicocokkan dengan warna daun pupus (F-Leaf) (Gambar 18). Setiap
daun F-Leaf pada level warna daun kemudian diukur dengan klorofilmeter atau
dianalisis untuk mendapatkan nilai kandungan klorofil. Hasil pengukuran warna
daun dengan BWD kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran
klorofilmeter dan analisis daun.
Gambar 18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD
4. Mengikuti aktivitas kebun dan perkantoran
Tujuan mengikuti aktivitas kebun adalah untuk menambah wawasan dan
pengalaman mengenai aspek teknis dan manajerial di kebun. Beberapa kegiatan
yang diikuti yaitu pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah,
penanaman, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan,
penghitungan kadar klorofil pada daun, pengujian unsur hara tanaman. Kegiatan
perkantoran yang diikuti yaitu apel rutin yang dilaksanakan setiap Jum’at pagi.
31
Pengamatan Buah Alami
Buah alami merupakan istilah untuk tanaman nenas yang berbunga
sebelum dilalukan forcing. Tanaman-tanaman yang berbunga terlebih dahulu
dibandingkan tanaman lain menyebabkan ketidakseragaman dalam waktu berbuah
Ketidakseragaman yang terjadi tidak hanya berupa waktu berbuah tetapi juga pada
ukuran dan kematangan buah (Gambar 19).
(a) (b)
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami
yaitu ukuran bibit yang digunakan, pelaksanaan waktu forcing, persentase
sulaman dan curah hujan.
1. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit
Perbanyakan bibit tanaman nenas pada umumnya dilakukan melalui
perbanyakan vegetatif yaitu tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah
dan stek batang. Jenis bibit yang digunakan di PT. GGP pada umumnya adalah
tunas akar (sucker) dan mahkota buah (crown).
Berdasarkan ukurannya bibit dikelompokkan menjadi bibit dengan ukuran
besar, sedang dan kecil. PT. GGP memiliki alat dan standar ukuran sendiri dalam
mengelompokkan bibit berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan seperti ini
diharapkan dapat menseragamkan pertumbuhan tanaman sehingga memudahkan
Gambar 19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami
32
std umur
% b
uah
ala
mi
1817161514
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
dalam perawatan tanaman, penentuan waktu forcing maupun panen. Bibit bibit
yang sudah dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukurannya selanjutnya akan
ditanam dengan jarak tanam dan kedalaman yang sama.
Ukuran bibit diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Bibit-bibit
yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat berpeluang
menghasilkan bunga yang lebih cepat dibandingkan bibit-bibit yang berasal dari
bibit-bibit dengan ukuran sedang maupun kecil. Untuk membuktikan hal ini, dari
100 lokasi contoh panen buah alami PG 1 tahun 2008 dikelompokkan berdasarkan
umur forcingnya. Kemudian dilakukan scatter plot untuk melihat sebarannya
(Gambar 20).
Gambar 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit
Dari Gambar 20 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada
standar umur bibit 14 bulan (bibit besar) dibandingkan bibit 16 bulan (bibit
sedang) dan 18 bulan (bibit kecil). Berdasarkan data tersebut, bibit besar
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan buah alami
dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil.
Uji t digunakan untuk membandingkan persentase buah alami dari bibit
besar terhadap bibit sedang, bibit besar terhadap bibit kecil dan bibit sedang
33
terhadap bibit kecil. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan nyata antara bibit
besar terhadap bibit sedang dan kecil sedangkan antara bibit sedang terhadap bibit
kecil tidak berbeda nyata (Tabel 4).
Tabel 4. Hubungan Jenis bibit terhadap Buah Alami
Jenis bibit Buah Alami (%)
Bibit Besar 0.12a ± 0.107
Bibit Sedang 0.04bc ± 0.0418
Bibit Kecil 0.03bc ± 0.0313
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji t taraf 5%
Sucker dapat disimpan tanpa mengalami kemunduran vigor. Sucker
berukuran besar dapat mencapai lebih dari 1.5 kg. Bibit sucker dapat mencapai
berat forcing yang lebih cepat dibandingkan slip atau crown. Bibit besar terutama
yang berasal dari sucker memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
bibit sedang dan bibit kecil. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan waktu forcing.
Bibit besar dilakukan forcing pada umur 14 bulan sedangkan bibit sedang pada
umur 16 bulan dan bibit kecil pada umur 18 bulan. Umur forcing bibit besar lebih
cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Pertumbuhan yang lebih cepat
inilah yang diduga menyebabkan peluang buah alami dari bibit besar lebih tinggi
dibandingkan dari bibit sedang maupun bibit kecil.
2. Sebaran Buah Alami berdasarkan Waktu Forcing
Forcing dilakukan untuk menseragamkan pembungaan pada tanaman
nenas dengan menggunakan bahan gas etilen. Penentuan waktu forcing
berdasarkan jenis bibit. Bibit yang berukuran besar memiliki umur forcing yang
lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Namun terkadang terjadi
ketidakseragaman pertumbuhan pada satu kelas ukuran bibit yang sama. Hal ini
34
menyebabkan forcing diundur atau dimajukan sesuai dengan kondisi tanaman.
Forcing yang diundur dan dimajukan ini diduga berpengaruh terhadap adanya
buah alami.
Berdasarkan uji t dengan taraf 5% terlihat bahwa forcing yang dipercepat
maupun diundur tidak berbeda nyata di bandingkan forcing yang dilakukan tepat
waktu. Persentase dan sebaran buah alami terbanyak terjadi pada pelaksanaan
forcing yang diundur 1 bulan (Tabel 5).
Tabel 5. Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami
Waktu Forcing Buah Alami (%)
Cepat 2 bulan
4.29 ± 0.0520
Cepat 1 bulan 5.44 ± 0.0629
Tepat Waktu 6.20 ± 0.0749
Undur 1 bulan 6.97 ± 0.0992
Undur 2 bulan 3.17 ± 0.0400
Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada
forcing yang diundur 1 bulan kemudian menurun pada forcing yang tepat waktu,
forcing yang dipercepat 1 bulan dan dipercepat 2 bulan. Pengunduran jadwal
forcing diduga menghasilkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan forcing
yang dilakukan tepat waktu ataupun yang dipercepat.
Pengunduran forcing pada umumnya dilakukan karena ukuran bibit di
lapangan yang terlihat belum cukup besar ketika pengamatan berat tanaman
sebelum di forcing. Pengunduran forcing yang dilakukan menyebabkan tanaman-
tanaman yang sudah siap untuk berbunga menjadi berbunga sementara forcing
belum diaplikasikan. Tanaman–tanaman yang sudah berbunga terlebih dahulu
akan menghasilkan buah lebih cepat sedangkan tanaman-tanaman yang lain baru
berbunga (Gambar 21).
35
Gambar 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan
Tanaman Sekitarnya
Keberhasilan forcing berhubungan dengan sensitivitas tanaman untuk
induksi, misalnya kemungkinan terjadinya induksi alami. Pada umumnya forcing
berhasil terhadap tanaman dengan sensitivitas yang tinggi. Keberhasilan forcing
merupakan tanda dari waktunya induksi bunga tanaman nenas. Pertumbuhan dan
pembesaran buah dapat mencapai optimum ketika kondisi pertumbuhan tanaman
pun optimum (Bartholomew dan Paull, 2003).
3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam
Sulaman merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan populasi
tanaman. Tanaman nenas yang terserang penyakit seperti mealybug dan busuk
akar apabila tidak mati maka akan menghasilkan buah yang kecil yang akan
berpengaruh terhadap produktivitas. Di PT. GGP, tanaman nenas yang baru
ditanam beberapa bulan dan mati karena penyakit akan segera disulam dengan
bibit lain. Pada umumnya bibit yang digunakan sebagai sulaman yaitu bibit sucker
besar. Hal ini dilakukan karena bibit sulam diharapkan mengimbangi
pertumbuhan tanaman asal disekitarnya.
Persentase sulam yang tinggi diduga berpengaruh terhadap tingginya buah
alami. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan ukuran dan umur bibit yang
digunakan terhadap bibit tanaman asal (Gambar 22).
36
(a) (b)
Gambar 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur Fisiologis (b) Bibit
Sulam terhadap Tanaman Asal
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persen sulam yang kurang dari 5%
memiliki persen buah alami yang lebih tinggi dibandingkan sulaman di atas 25%.
Hal ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa semakin tinggi persen sulam
menyebabkan buah alami yang semakin tinggi.
Tabel 6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami
Persen sulam Buah Alami (%)
<5% 6.44
5-10% 5.20
10-15% 3.27
15-20% 6.42
20-25% 3.00
>25% 0.48
Bibit sulam yang digunakan di PT.GGP berasal dari sucker yang diambil
dari tanaman induk. Sucker pada umumnya muncul pada tanaman induk beberapa
minggu setelah tanaman dipanen (Barholomew dan Paull,2003). Namun terdapat
beberapa tanaman nenas dimana sucker muncul ketika tanaman nenas baru
37
berbuah. Bibit sucker yang berasal dari sucker yang diambil dari tanaman yang
sudah dipanen dan yang berasal dari tanaman yang belum dipanen menyebabkan
terjadinya perbedaan umur fisiologis ketika ditanam.
Bibit sulam yang berasal dari tanaman yang baru berbuah kemungkinan
untuk terkena ripening sangat besar. Ripening dilakukan ketika tanaman nenas
sudah berbuah dan bertujuan untuk menseragamkan kematangan buah dengan
menggunakan bahan ethepon (GGP, 2009). Bahan ethepon terkadang
diaplikasikan bersama etilen saat forcing. Sucker yang terkena aplikasi ripening
menjadi lebih siap berbunga setelah terkena ethepon. Sedangkan bibit yang
berasal dari tanaman yang sudah dipanen tidak terkena aplikasi ripening sehingga
bila ditanam bersamaan meskipun jenis dan ukuran bibit sama tetapi umur
fisiologisnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyulaman tidak berdampak
terhadap banyaknya buah alami karena terdapat faktor lain yang lebih
berpengaruh seperti umur fisiologis bibit.
Karakteristik Buah Alami berdasarkan Bobot Tanaman, Panjang Daun dan
Jumlah Daun
Tanaman yang berbuah alami memiliki waktu pembungaan yang lebih
cepat dibandingkan tanaman normal. Waktu pembungaan yang lebih cepat diduga
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat pula sehingga
terdapat dugaan bahwa tanaman berbuah alami berasal dari tanaman nenas yang
pertumbuhan vegetatifnya lebih tinggi (vigor) (Gambar 23).
Gambar 23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami
(kiri) dengan Tanaman Normal (kanan)
38
Tabel 7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal
Perlakuan Kebun 047E
Kebun 086A
Kebun 031B
Kebun 002B
Kebun 068B
Kebun 070H
Rerata Perlakuan
Buah Alami 4.58 3.36 4.19 3.93 4.58 5.86
4.42
Tanaman Normal 4.76 3.41 2.53 3.42 3.83 3.81
3.63
Tabel 8. Perbandingan Panjang Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal
Perlakuan Kebun 047E
Kebun 086A
Kebun 031B
Kebun 002B
Kebun 068B
Kebun 070H
Rerata Perlakuan
Buah Alami 76.5 94.8 75.3 77.1 78.64 74.3
79.44
Tanaman Normal 79.4 77.16 80.5 77.4 82.04 81.22
79.62
Tabel 9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal
Perlakuan Kebun 047E
Kebun 086A
Kebun 031B
Kebun 002B
Kebun 068B
Kebun 070H
Rerata Perlakuan
Buah Alami 69 55 72 73 70 90
72
Tanaman Normal 62 72 46 71 59 72
64
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara buah
alami dan tanaman normal berdasarkan bobot tanaman, jumlah daun dan panjang
daun. Hal ini menunjukkan bahwa buah alami tidak disebabkan oleh faktor
genetik namun diduga terdapat faktor lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan
yang lebih berpengaruh terhadap adanya buah alami.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap bunga alami yaitu panjang
hari, suhu dan radiasi sinar matahari. Menurut Taiz dan Zeiger (1991), Smooth
Cayenne merupakan varietas tanaman dengan panjang hari yang pendek, misalnya
pembungaan dapat terjadi pada panjang hari berapapun namun dapat dipercepat
39
dengan panjang hari yang lebih pendek. Induksi bunga pada Smooth Cayenne
lebih mudah terjadi pada panjang hari 8 jam sehari dibandingkan 10,12 atau 16
jam sehari (Friend dan Lydon ,1979).
Gowing (1961) mencoba menggunakan Smooth cayenne pada suhu
dimalam hari dari 15, 23 dan 26ºC. Berdasarkan hasil percobaannya ditemukan
bahwa suhu 15ºC pada malam hari menginduksi pembungaan ketika ada
kombinasi dengan panjang hari yang pendek selama 30 hari. Selain itu terdapat
bukti yang menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari memiliki pengaruh
terhadap induksi bunga alami. Induksi alami yang terjadi pada daerah yang jauh
dari ekuator terjadikarena kombinasi panjang hari yang pendek dan suhu yang
dingin. Namun induksi alami juga terjadi di daerah-daerah ekuator ,dimana pada
umumnya panjang hari tetap dan suhu rata-rata tinggi (Bartholomew dan Paull,
2003).
Pengaruh Curah Hujan terhadap Buah Alami
Salah satu faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap adanya
buah alami yaitu curah hujan. Curah hujan berpengaruh tidak langsung terhadap
buah alami. Kondisi curah hujan yang tinggi akan meyebabkan akar tanaman
nenas terendam terutama ketika drainase kurang baik. Sedangkan ketika curah
hujan sangat rendah menyebabkan akar tanaman nenas kesulitan mendapatkan air.
Kondisi stress yang dialami tanaman nenas seperti kerusakan akar akibat pathogen
atau tanah yang terendam dapat menginduksi pembungaan (Bartholomew dan
Paull, 2003). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi tanah disekitar
tanaman nenas menjadi tergenang. Hal ini ditunjukkan dengan tanah yang retak-
retak dan berlumut setelah tergenang (Gambar 24).
Tanah disekitar tanaman nenas yang terendam terlalu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas terhambat. Tanaman nenas akan
berukuran kecil dan daun tanaman nenas akan berwarna kekuning-kuningan.
Tanaman yang berukuran kecil dan daun yang berwarna kekuningan ini akan akan
menghasilkan buah yang kecil bahkan tanaman menjadi tidak berbuah dan akan
40
mengurangi produktifitas. Oleh karena itu drainase yang baik sangat diperlukan
agar ketika curah hujan tinggi, tanah disekitar tanaman nenas tidak tergenang
yang dapat menyebabkan tanaman nenas stress sehingga menghasilkan etilen yang
menginduksi bunga maupun pertumbuhan nenas menjadi terhambat sehingga
tanaman nenas menjadi kecil (Gambar 24).
Gambar 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air
Akar yang tergenang akibat tanah yang terendam air meningkatkan
produksi etilen yang merangsang pembungaan. Kekeringan dan kelebihan air
sering dihubungkan terhadap pembungaan pada spesies tanaman daerah tropis dan
subtropis. Selain itu peningkatan produksi etilen sering berhubungan dengan
stress air pada tanaman (Yang and Hoffman, 1984). Tetapi menurut Min (1995),
kelebihan air tidak berakibat terhadap produksi etilen atau pembungaan.
Kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasar daun D-Leaf dengan rata-
rata 100% tetapi tidak menginduksi bunga. Fakta bahwa kelebihan air
meningkatkan produksi etilen pada dasarnya adalah peningkatan kerentanan
tanaman untuk berbunga dan mungkin dikarenakan akibat dari situasi lain.
Banyak terjadi ketidakkonsistenan akibat kondisi air terhadap inisiasi
pembungaan kemungkinan disebabkan perbedaan dalam pemberian jumlah air.
Kekurangan atau kelebihan air secara tiba-tiba kemungkinan menyebabkan
terhentinya semua proses enzim, termasuk inisiasi bunga.
Gambar 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008
2003 2004 2005
2006 2007 2008
Hubungan rata-rata curah hujan dan rata-rata buah alami tahun 2003-2008
dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 menunjukkan buah alami tertinggi
terjadi pada bulan Juli (2003), Desember (2004), Desember (2005), Mei (2006),
Desember (2007), dan Mei (2008). Buah alami terbanyak terjadi pada tahun 2005-
2008. Pada umumnya buah nenas dipanen pada waktu 5 bulan setelah tanaman
berbunga. Buah alami yang dipanen pada bulan Februari 2005 (509 ton)
mengalami masa induksi bunga pada bulan September 2004. Curah hujan sebelum
bulan September 2004, yaitu bulan Juli (83.5 mm) dan Agustus (0 mm) 2004
terlihat berbeda jauh. Hal yang sama terlihat pada buah alami yang dipanen pada
bulan Desember 2007 (662 ton). Curah hujan antara Mei (41 mm) dan Juni (194
mm) yang berbeda jauh diduga menginduksi adanya bunga di bulan Juli. Hal ini
menunjukkan perubahan curah hujan secara tiba-tiba diduga merangsang etilen
pada tanaman nenas yang menginduksi bunga. Namun tidak semua buah alami
tertinggi disebabkan hal yang sama. Buah alami yang dipanen pada bulan Mei
2008 (1 825 ton) tidak dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan pada bulan
Oktober (114 mm) dan November (181 mm) 2007. Meskipun perbedaan curah
hujannya tidak terlalu jauh namun buah alami pada bulan Mei 2008 tinggi. Hal ini
diduga karena curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober dan November 2007
menyebabkan tanah-tanah sekitar tanaman nenas menjadi tergenang. Hal yang
sama terjadi pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2008.
Perbedaan curah hujan antar bulan Juni (30.5 mm) dan Juli (7 mm) 2007 tidak
terlalu jauh namun kondisi curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman nenas
mengalami stress kekeringan sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan
etilen yang akan menginduksi pembungaan. Ini merupakan indikasi bahwa
kondisi curah hujan yang tinggi dan rendah dapat memicu produksi etilen
tanaman nenas yang menyebabkan tanaman berbunga.
42
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan teknis dan manajerial yang dilakukan meliputi pengamatan time
motion study quality control pembibitan sampai panen. Kegiatan selanjutnya
fokus pada masalah utama perusahaan pada saat itu yaitu buah alami.
Tanaman nenas yang berasal dari bibit berukuran besar menyebabkan
buah alami yang lebih banyak dibandingkan bibit yang berukuran sedang dan
berukuran kecil.
Waktu pelaksanaan forcing tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah
alami namun terdapat kecenderungan pelaksanaan forcing yang di undur 1 bulan
menghasilkan tanaman berbuah alami yang lebih banyak.
Tingginya persen sulam tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah
alami. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya umur fisiologis bibit sulam
Karakteristik morfologi tanaman berbuah alami berdasarkan berat
tanaman, panjang daun dan jumlah daun tidak berbeda dengan tanaman normal.
Hal ini menunjukkan tanaman berbuah alami tidak berasal dari tanaman-tanaman
yang vigor melainkan ada pengaruh lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan.
Perbedaan curah hujan yang tiba-tiba dan curah hujan yang tinggi dan
rendah pada masa pembentukan buah diindikasikan berpengaruh terhadap adanya
buah alami.
Saran dan Rekomendasi
1. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kelas bibit, sulam dan
pelaksanaan forcing terhadap adanya buah alami.
2. Perlu dilakukan pengamatan khusus mengenai akar tanaman nenas dalam
kondisi kelebihan dan kekurangan air dan serangan penyakit.
3. Dilakukan pengujian kandungan etilen pada tanaman berbuah alami.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal
Attayaya. 2008. Nanas-Standar Produksi. http://attayayabelajar.bloger.com/nanas-
standar produksi. [11 November 2008]
Augusto, G. 2001. Inhibition Of Natural Flowering In Pineapple, Cv. Perola, With
Growth Regulators. Pineapple News 8: 8 Augusto, G. 2004. Inhibiting Natural Flowering on Pineapple.
Pineapple News 11:18 BAPPENAS. 2005. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan :
tentang budidaya tanaman pertanian, Nenas (Ananas comossus). http://warintek.com. [11 November 2008]
Bartholomew, D.P. and Kadzimin, S. B. (1977) Pineapple. In: Alvim, P. T. and
Kozlowski, T.T. (eds) Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press, New York, pp. 113-156
Bartholomew, D.P. and Malezieux, E. (1994) Pineapple. In: Schaffer, B. and
Anderson, P. 9eds) Handbook of Environmental Physiology of Fruits Crops, Vol. II CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 371-388
Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple:
botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p. Biro Pusat statistic. 2007. Horticulture Statistic. http://bps.go.id.
[3 November 2008] Chomchalow, Narong. 2004. Fruit of Vietnam. FAO Regional Office for Asia and
the Pacific. Bangkok. Collins, J. L. 1968. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill
Book. London. 292 p. Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur
Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta D’Eeckenbrugge, C.G and Leal, F. 2003. Morphology, anatomy and Taxonomy.
In Bartholomew D.P, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.
46
Friend, D.J.C. and Lydon, J. 1979. Effect of daylength on flowering, growth, and CAM of Pineapple (Ananas comosus L.Merr). Botanical Gazette 140, 280-283
Gowing, D. P. (1961) Experiments on the photoperiodic response in Pineapple.
American Journal of Botany 48, 16-21 Hapton, A. and Hodgson, A.S. 2003. Processing. In Bartholomew D.P, R.E Paull
and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.
Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya
Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal Muljohardjo, Muchji. 1983. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas
comosus (L) Merr). Liberty. Yogyakarta. 100 hal Lim, W. H. and Lowings, P. H. 1979. Pineapple fuit collapse in Peninsular
Malaysia: symptom and varietal susceptibility. Plant disease Reporter 63, 170-174
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New
York Neild, R.E. and Boshell, F. (1976) An agroclimatic procedure and survey of the
pineapple production potencial of Colombia. Agricultural Meteorology 17, 81-92
Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest
Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.
Py, C., lacoueuilhe, J.J. and Teisson, C.1987. The Pineapple : Cultivation and
Uses. G.P. Maisonnevue et Larose. Paris. 568 p.
Purba, F.H.K. 2008. Perkembangan ekspor nenas Indonesia sebagai salah satu komodotas pertanian dalam daya saing pasar dunia. http://agribisnis.deptan.go.id. [14 Desember 2008]
Rohrbach, K. G. and Schmitt, D. P. 1994 Pineapple. In: Ploetz, R.C., Zentmyer, G.A., Nishiyima, W.T. and Rohrbach, K.G (eds). Compendium of Tropical Fruit Disesase. APS Press, St Paul, Michigan, pp. 45-55.
Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York
Sanford, W. G. 1962. Pineapple crop-concept and development. Better crops With Palnt Food 46, 32-43
47
Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta
Taiz, L. and Zeiger, E. (1991) Plant Physiology. Benjamin / Cummings, Menlo Park, California. 559 pp.
Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam :
Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal
Yang, S. F. and Hoffman, N. E. (1984) Ethylene biosyntesis and its regulation in hihger plants. Annal Review of Plant Physiology 35, 155-189
will Lok LUAS Sts Tgl Forch Real Peng
Tgl kirim
P O P U L A S I / H A Pop.
TOTAL B E R B U N G A Buah Alami ( DAF ) M A N D U L Normal
Nomr. Peny. Kerd. 65-85 86-105 106-125 >
125 Total Tikus Nomr Peny Kerd Total
01 004I 16 PC 2-Jan 16-Feb 24-Feb 45 51,619 701 3,943 1,103 480
483 88 2,154
392
308 34 286 54,472 60,054
01 002B 17.93 PC 10-Jan 24-Feb 26-Feb 45 48,528 96 2,165 4,470 1,043
280 59 5,852
1,291
4 24 14 55,675 60,320
01 Ttl PC 33.93
Rata 2 PC Wil 01 49,986 381 3,004 2,883 777
376 72 4,108
867
147 29 142 55,108
60,195
02 031B 6.58 PC 29-Dec 10-Feb 17-Feb 43 50,673 446 3,225 1,736 919
208 25 2,888
649
59 24 263 54,268 59,874
02 031C 4.75 PC 29-Dec 10-Feb 17-Feb 43 56,007 187 3,364 204 -
29 - 233 -
84 15 168 56,324
60,101
02 Ttl PC 11.33
Rata 2 PC Wil 02 52,909 337 3,283 1,094 534
133 14 1,775
377
69 20 223 55,130
59,969
03 047E 4.88 PC 12-Jan 26-Feb 28-Feb 45 55,987 177 2,654 161 12 - - 173
-
1,067 32 126 57,227
60,216
03 Ttl PC 4.88
Rata 2 PC Wil 03 55,987 177 2,654 161 12
- - 173
-
1,067 32 126 57,227
60,216
04 042G 14.19 PC 19-Dec 1-Feb 10-Feb 44 55,869 320 3,215 53 76
26 9 163 -
425 228 225 56,458
60,445
04 070I 8.73 PC 26-Dec 12-Feb 13-Feb 48 58,720 - 2,910 107 278
15 - 400
202
170 - 117 59,493 62,520
04 070N 9.02
PC 26-Dec 13-Feb 14-Feb 49 53,778 361 3,043 126 507
229 21 883
400
484 10 52 55,545 59,012
04 070F 8.5 PC 27-Dec 13-Feb 14-Feb 48 56,158 305 3,451 544 576
60 - 1,180
293
151 10 171 57,782 61,719
04 070H 4.22 PC 27-Dec 13-Feb 24-Feb 48 50,010 241 2,398 1,379 448 - 355 2,182
92
465 - 364 52,749
55,751
04 Ttl PC 44.66
Rata 2 PC Wil 04 55,505 255 3,088 297 333
69 41 739
185
339 76 172 56,768
60,360
05 086A 31.45 PC 7-Jan 25-Feb 28-Feb 49 51,086 113 2,878 812 1,120
1,233 219 3,383
538
157 30 123 55,164 58,307
05 Ttl PC 31.45
Rata 2 PC Wil 05 51,086 113 2,878 812 1,120
1,233 219 3,383
538
157 30 123 55,164
58,307
06 068B 5.74 PC 22-Dec 5-Feb 6-Feb 45 51,576 300 4,572 185 1,224
140 220 1,769
466
452 96 353 54,263 59,584
06 068C 7.8 PC 7-Dec 11-Feb 13-Feb 66 52,314 672 4,742 287 415
135 - 836
325
150 58 69 53,626 59,167
06 068D 2.72 PC 8-Jan 24-Feb 24-Feb 47 51,944 74 4,645 1,021 254 - - 1,276
-
192 - 450 53,412
58,581
06 068E 2.06 PC 8-Jan 25-Feb 26-Feb 48 52,783 167 2,351 1,359 351 - - 1,710
322
301 - 528 55,117
58,163
06 Ttl PC 18.32
Rata 2 PC Wil 06 52,081 410 4,406 484 638
101 69 1,292
321
268 55 266 53,961
59,098
Lampiran 1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009
Lampiran 10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP
No KELAS BIBIT KODE BIBIT
KETERANGAN
1 11C DAP CR/SK-BSR-CLONE 2 -1C SAP SK-BSR-CLONE 3 3- CCK CR-SEDANG 4 33- DCK CR/SK-SEDANG 5 33C DCP CR/SK-SEDANG-CLONE 6 -3C SCP SK-SEDANG-CLONE 7 3-C CCP CR-SEDANG-CLONE 8 55- DEK CR/SK-KECIL 9 55C DEP CR/SK-KECIL-CLONE
10 -5C SEP SK-KECIL-CLONE 11 5-C CEP CR-KECIL-CLONE 12 77C DGP CR/SK-EXTRAKECIL-CLONE 13 7-C CGP CR-EXTRAKECIL-CLONE 14 1-1C EAP CR-SEC-BESAR-CLONE 15 3-3C ECP CR-SEC-SEDANG-CLONE 16 5-5C EEP CR-SEC-KECIL-CLONE 17 7-7C EGP CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 18 -11C FAP SK-SEC-BESAR-CLONE 19 -33C FCP SK-SEC-SEDANG-CLONE 20 -55C FEP SK-SEC-KECIL-CLONE 21 -77C FGP SK-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 22 111C GAP SK/CR-SEC-BESAR-CLONE 23 333C GCP SK/CR-SEC-SEDANG-CLONE 24 555C GEP SK/CR-SEC-KECIL-CLONE 25 777C GGP SK/CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE 26 -1C TSA SECTION BESAR 27 -3C TSC SECTION SEDANG 28 -5C TSE SECTION KECIL 29 -7C TSG SECTION EXTRAKECIL 30 CLN TSP SECTION
No besar (%buah alami) Jumlah titik
sedang (%buah alami)
Jumlah titik
kecil (%buah alami)
Jumlah titik
1 0.01 2 0.00 2 0.00 5 2 0.02 2 0.01 10 0.01 12 3 0.03 3 0.02 4 0.02 7 4 0.04 2 0.03 1 0.03 4 5 0.05 2 0.04 3 0.04 4 6 0.06 1 0.05 1 0.05 3 7 0.07 2 0.06 3 0.06 2 8 0.09 1 0.07 3 0.07 2 9 0.16 1 0.08 2 0.11 1
10 0.17 1 0.09 1 0.16 1 11 0.20 1 0.11 1
12 0.21 1 0.12 1 13 0.26 1 0.13 1 14 0.27 2 0.18 1 15 0.31 1 16 0.35 1
Lampiran 11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit