17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik Menurut Nugroho (2008), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. 2.2 Fungsi Perawat Gerontik Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah: 1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat). 2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua). 3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).

Geron Tik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhgn

Citation preview

Page 1: Geron Tik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik

Menurut Nugroho (2008), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut

para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological

nursing  karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Keperawatan

Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua

(KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang

mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status

fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

2.2 Fungsi Perawat Gerontik

Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:

1.       Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala

usia untuk mencapai masa tua yang sehat).

2.       Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).

3.       Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang

dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).

4.       Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas

pelayanan).

5.       Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta mengurangi risiko

terhadap kesehatan dan kesejahteraan).

6.       Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).

7.       Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan

selanjutnya).

8.       Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).

9.       Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan).

10.   Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung,

menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).

Page 2: Geron Tik

11.   Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan

rehabilitatif).

12.   Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan).

13.   Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner ( Mengkaji,

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara

menyeluruh).

14.   Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).

15.   Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa

depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya).

16.   Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling

memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual).

17.   Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan

mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja).

18.   Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan

dalam menghapi proses kematian).

19.   Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan

perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

2.3 Tujuan dan Lingkup Keperawatan Gerontik

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan

fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui

ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008). Lingkup asuhan keperawatan gerontik

adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk

pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifat nya

adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

2.4 Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur hidup manusia (Maryam, 2008).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lansia, dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Secara umum proses menjadi lansia didefinisikan sebagai perubahan yang terkait dengan waktu,

Page 3: Geron Tik

bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menimbulkan

menurunnya kemampuan lansia dalam beradaptasi dengan lingkungannya (Nugroho, 2008).

2.5 Batasan Umur Lansia

Lansia dapat dibedakan berdasarkan batasan umurnya masing-masing. Menurut WHO,

ada empat tahap batasan umur lansia yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun,

usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75-90 tahun, serta usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut Depkes RI, batasan lansia

terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa

persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54

tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-

64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan resiko

tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup

sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat (Maryam, 2008).

2.6 Perubahan pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan mental, psikososial dan perubahan fisik

(Hutapea, 2005).

1) Perubahan mental

Perubahan mental pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan fisik,

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan. Perubahan mental yang

terjadi pada lansia berupa munculnya sifat egosentrik dan tamak apabila memiliki sesuatu.

Lansia cenderung tetap ingin mendapat peran di masyarakat dan apabila nanti meninggal,

lansia ingin mencapai sorga (Nugroho, 2008).

2) Perubahan sosial

Menurut Nugroho (2008), perubahan sosial yang terjadi pada lansia terjadi karena

perubahan pekerjaan seperti masa pensiun. Bila mengalami pensiun, seseorang akan

mengalami kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, dan kehilangan teman

untuk bersosialisasi. Sedangkan menurut Azizah (2011), perubahan sosial yang terjadi pada

lansia juga disebabkan oleh perubahan aspek kepribadian, perubahan dalam

peran sosial di masyarakat dan perubahan minat dan penurunan fungsi.

3) Perubahan fisik

Page 4: Geron Tik

a. Terjadinya perubahan pada sistem indera, dimana lensa mata lansia mulai kehilangan

elastisitas dan menjadi kaku, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh

atau dekat berkurang. Pada sistem pendengaran, mulai terjadi gangguan pada pendengaran

(Nugroho, 2008).

b. Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang

mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan

darah meningkat (Hutapea, 2005).

c. Perubahan pada sistem kardiovaskuler masa jantung mulai bertambah, ventrikel kiri

mengalami hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan

pada jaringan ikat, konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas

paru menurun (Azizah, 2011).

d. Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh lansia menjadi rentan

terhadap alergi dan penyakit (Hutapea, 2005).

e. Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus serta

terjadinya atrofi payudara pada wanita. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur (Azizah, 2011).

f. Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa

mulai berkurang, kepekaan sentuhan berkurang dan pendengaran berkurang, reaksi menjadi

lambat, fungsi mental menurun serta ingatan visual berkurang (Hutapea, 2005).

g. Perubahan pada sistem perkemihan, pola berkemih menjadi tidak normal seperti banyak

berkemih di malam hari sehingga mengharuskan lansia pergi ke toilet sepanjang malam.

Hal ini menunjukkan kejadian inkontinensia urine meningkat pada lansia (Azizah, 2011).

h. Terjadi perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan metabolisme

glukosa karena sekresi insulin yang menurun (Hutapea, 2005).

Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, hampir 80% lansia mengalami

perubahan fisik yang bersifat kronis dan mengganggu mobilitas serta kemandirian lansia (Potter

& Perry, 2005). Perubahan fisik yang paling sering terjadi pada lansia adalah pada sistem

muskuloskeletal, dimana terjadi perubahan pada kolagen yang merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia dan menimbulkan dampak berupa nyeri dan penurunan kemampuan otot

sehingga lansia mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Azizah, 2011).

Page 5: Geron Tik

Penyakit yang paling sering menyebabkan disabilitas pada lansia adalah golongan penyakit

atritis (Depkes RI, 2008).

Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun

terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali

menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas) (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago

Page 6: Geron Tik

artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan

mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009).

Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan

sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa

factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi

tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri,

deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak. Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan

osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal

336)

Etiologi

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko

untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

a. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah

yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada

umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisis dan

biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan

jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna

kuning.

b. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering

terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan

dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita

tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada

pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.

Page 7: Geron Tik

c. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari

seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat

dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya

perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak

perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. Heberden node merupakan salah satu

bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya

terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang

terkena.

d. Kegemukan (obesitas)

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata

tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi

juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

e. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang

menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

f. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi

melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan

yang harus dikandungnya.

g. Akibat penyakit radang sendi lain

h. Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi

peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran

sinovial dan sel-sel radang.

i. Joint Mallignment

Page 8: Geron Tik

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan

membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga

mempercepat proses degenerasi.

j. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang

berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan

sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan

menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

Manifestasi Klinik

a. Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan, pergelangan

tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat

berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama pada malam hari

b. Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang gerak. Sendi tampak

mengalami deformitas

c. Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi interfalangeal distal pada jari tangan,

dapat terbentuk

d. Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan krepitus, dan tanda-tanda inflamasi

pada saat-saat tertentu

e. Kehilangan fungsi secara progresif

Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena

patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa

sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti

inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi

sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses

patologis osteoartritis.

Page 9: Geron Tik

1) Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau

profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping

pada saluran cerna dan ginjal

2) Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti

fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis

biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya

untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan

gangguan faal ginjal.

3) Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang

mempu mengurangi nyeri/ngilu

4) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan

mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika

osteoarhtritis pada lutut.

b. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.

Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-

alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut

berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

c. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi

program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat

mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

d. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun

dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin

menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut

memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-

alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

e. Persoalan Seksual.

Page 10: Geron Tik

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang

belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena

biasanya pasien enggan mengutarakannya.

f. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian

panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang

diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang

masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum

pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,

ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan

bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik

pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena

mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada

tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi

otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan

rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

g. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang

nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah

osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi

untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

1) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti

dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.

2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat

serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan

nyeri saat tulang bergerak.

3) Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan

dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.

h. Terapi konservatif

Terapi konvertif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya

untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan

Page 11: Geron Tik

pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai

penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat

membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.

Pencegahan

Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:

a. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan

b. Minum obat yang direkomendasikan dokter.

c. Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi

bahaya.

d. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.

e. Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan

tulang.

f. Pilih sepatu yang tepat.

g. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.

h. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan

hipnosis.

Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.

Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih Bahasa

Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC

Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Page 12: Geron Tik

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal PublishingMuttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC