16
Nilai Mata Uang Rupiah di Tengah Ketidakpastian Global Kampung Tenun Samarinda Mengelola ‘Risk On- Risk Off’ Menjaga Persepsi dan Ekspektasi 4 14 13 6 M emasuki 2013, fluktuasi nilai tukar rupiah men- jadi isu kuat di sektor ekonomi. Di tengah situ- asi ekonomi global yang belum pulih dari situasi lesu, Indonesia masih menikmati kue rezeki atas nama emerging country yang menjadi tujuan investasi. Namun, defisit neraca pembayaran sepanjang 2012 cukup untuk menjadi alasan yang seharusnya membuat kita kembali menata langkah. Barangkali harus ada lom- patan yang lebih bijak menyikapi situasi ekonomi global. Pengelolaan segala potensi dan sumber daya yang di- miliki juga menjadi tantangan tiada henti untuk menda- patkan hasil paling optimal untuk ibu pertiwi. Tentu saja, tanpa ada perubahan sudut pandang dan pemahaman atas segala variabel yang bisa menentukan masa depan ekonomi bangsa, semua langkah akan menjadi berlipat terasa berat. Termasuk soal ekspektasi yang bersifat pri- badi. Perang mata uang yang mulai memanas maupun yang tak pernah reda, harus menjadi salah satu fokus perhatian sembari tak berhenti menata kondisi di dalam negeri. Banyak tantangan di luar sana, tapi juga tak sedikit pekerjaan rumah di dalam negeri. Tanpa kontribusi dari setiap anak bangsa di negeri ini, apapun kebijakan dibuat oleh otoritas yang mana pun tak akan pernah mendatangkan manfaat terbaik yang sebenarnya tak mustahil diraih. Karena sejatinya, anak ne- geri ini sendiri yang menentukan akan seperti apa wajah ekonomi dan bangsa ini sesungguhnya. u Night at The Museum 8 EDISI 35 n FEBRUARI 2013 n TAHUN 4 n NEWSLETTER BANK INDONESIA GERAI Dalam perekonomian global yang menjadikan setiap negara saling terkait, ketangguhan sebuah mata uang akan diuji dalam wujud nilai tukar terhadap mata uang lain.

GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

NilaiMata Uang

Rupiahdi Tengah Ketidakpastian Global

KampungTenun Samarinda

Mengelola ‘Risk On-Risk Off’

Menjaga Persepsidan Ekspektasi

4

14

13

6

Memasuki 2013, fluktuasi nilai tukar rupiah men-jadi isu kuat di sektor ekonomi. Di tengah situ-asi ekonomi global yang belum pulih dari situasi

lesu, Indonesia masih menikmati kue rezeki atas nama emerging country yang menjadi tujuan investasi.

Namun, defisit neraca pembayaran sepanjang 2012 cukup untuk menjadi alasan yang seharusnya membuat kita kembali menata langkah. Barangkali harus ada lom-patan yang lebih bijak menyikapi situasi ekonomi global.

Pengelolaan segala potensi dan sumber daya yang di-miliki juga menjadi tantangan tiada henti untuk menda-patkan hasil paling optimal untuk ibu pertiwi. Tentu saja, tanpa ada perubahan sudut pandang dan pemaham an atas segala variabel yang bisa menentukan masa depan

ekonomi bangsa, semua langkah akan menjadi berlipat terasa berat. Termasuk soal ekspektasi yang bersifat pri-badi.

Perang mata uang yang mulai memanas maupun yang tak pernah reda, harus menjadi salah satu fokus perhatian sembari tak berhenti menata kondisi di dalam negeri. Banyak tantangan di luar sana, tapi juga tak sedikit pekerjaan rumah di dalam negeri.

Tanpa kontribusi dari setiap anak bangsa di negeri ini, apapun kebijakan dibuat oleh otoritas yang mana pun tak akan pernah mendatangkan manfaat terbaik yang sebenarnya tak mustahil diraih. Karena sejatinya, anak ne-geri ini sendiri yang menentukan akan seperti apa wajah ekonomi dan bangsa ini sesungguhnya. u

Night atThe Museum

8

EDISI 35 n FEBRUARI 2013 n TAHUN 4 n NEWSLETTER BANK INDONESIA

GERAI

Dalam perekonomian global yang menjadikan setiap negara saling terkait, ketangguhan sebuah mata uang akan diuji dalam wujud nilai tukar terhadap mata uang lain.

Page 2: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

2 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

MEJ

A R

EDA

KSI

Istilah cadangan devisa, dalam bahasa Inggris disebut ‘Foreign Exchange Reserve’. Istilah ini ke rap digunakan

sebagai ukur an kekayaan suatu negara. Fungsinya adalah sebagai pe nyangga kestabilan nilai tukar suatu negara.

Tapi apa sih sebenarnya makna dari cadangan devisa? Mari kita pahami kata ‘cadangan’ dan ‘de visa’ yang mem-bentuk istilah ini.

Kita mulai dari apa itu devisa? Ke-kayaankah? Alat Tukar kah? Uang kah?

Kalau kita pahami dari bahasa Ing-grisnya yakni ‘Foreign Ex change’ maka devisa adalah ke kayaan yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, yang ben-tuknya bisa dipertukarkan setiap saat (exchange).

Lalu, cadangan. Maknanya ada lah sesuatu yang baru diguna kan kalau sumber utamanya su dah habis. Mak-na ini sesuai de ngan bahasa Inggris-nya yang berarti Reserve. Mirip dengan tangki reservoir di mesin mobil, yang airnya baru keluar kalau suhu mobil su-dah sa ngat panas.

Dari pengertian di atas, maka ca-dangan devisa bukanlah sumber uta-ma devisa! Apalagi dalam re zim nilai tukar mengambang bebas.

Cadangan devisa adalah sumber

de visa yang digunakan baru dalam kon disi sumber utama de vi sanya sudah hampir habis. Biasanya ditandai de-ngan nilai tukar terpuruk, ibarat kondisi sudah sangat buruk seperti kepanasan di mesin mobil.

Kalau begitu, di mana sumber utama devisa berada? Ya itu, di pasar keuangan valas dalam ne geri. Di sana-lah sumber utama, yang ‘seharusnya’ menjadi pemasok devisa.

Bank sentral baru menggunakan cadangan devisa ketika sumber devisa dalam negerinya, yakni devisa yang ada di bank dalam negeri, sudah meni-pis dan sebagai akibatnya mengancam nilai tukar. Ini adalah pengertian yang harus dipahami dengan matang agar cadang an devisa tidak di salahartikan sebagai sumber devisa.

Menjaga kestabilan nilai tukar tidak hanya tugas bank sentral melalui ca-dangan devisa. Tapi juga menjadi tugas perbankan melalui devisa yang mereka miliki.

Untuk itu, adanya pasar valas dalam negeri sangat diperlukan. Kesta-bilan nilai tukar tidak hanya melulu soal intervensi bank sentral, namun juga berperan atau tidak supply dan demand di pasar valas. u

Penanggung JawabDODY BUDI WALUYO

Pemimpin RedaksiDIFI A JOHANSYAH

Redaksi PelaksanaRIZANA NOOR

TUTUT DEWANTODEDY IRIANTO

WAHYU INDRA SUKMADIYAH WOELANDARI

RISANTHY ULI N

Alamat RedaksiHumas Bank Indonesia

Jl MH Thamrin 2 - JakartaTelp : 021 - 3817317, 3817187

email : [email protected] : www.bi.go.id

Sudah bukan hal besar untuk menyatakan tu-gas Bank Indonesia mencakup menjaga nilai tukar rupiah. Selain inflasi, isu nilai tukar ada-

lah salah satu topik yang cukup membuat kening berkerut bahkan kepala berdenyut.

Tanpa ada hal-hal ‘tak normal’ menjaga fluktua-si nilai tukar rupiah tak terlalu ekstrem sudah butuh konsentrasi dan kewaspadaan tinggi. Berhitung cermat atas segala situasi perekonomian global dan kapasitas dalam negeri. Nilai tukar mengam-bang yang kini menjadi rezim, memastikan fluk-tuasi sebagai peristiwa yang pasti terjadi.

Situasi ekonomi global pun tak bisa tidak men-jadi variabel berbobot besar dalam penentuan kebijakan terkait nilai tukar. Kebijakan yang diber-lakukan negara partner dagang maupun pemilik hard currency, tak bisa dibiarkan lewat begitu saja dari pantauan.

Menjadi repot, ketika di tengah segala kom-pleksitas variabel yang harus dihitung cermat itu, ternyata justru ekspektasi publik yang pada akhirnya memutuskan nilai akhir yang didapat. Kepanikan, informasi yang tak lengkap, keinginan mendapatkan keuntungan cepat lewat jalan pintas, kekhawatiran berlebihan, dan cara gampang men-dapatkan barang, mungkin menjadi hal-hal yang perlu menjadi bahan koreksi bersama.

Alih-alih ‘tanpa sadar berperan’ menggoyang gelombang fluktuasi rupiah, membangun pasar domestik yang kokoh sembari mempertebal ke-tahanan ekonomi dengan meningkatkan kapasitas produksi sudah saatnya dilakukan. Segala kekuat an elemen bangsa di beragam sektor, level, dan pro-fesi, harus bergerak bersama menjaga salah satu instrumen simbol martabat bangsa, yang biasa kita sebut sebagai rupiah.

Bermula dari pemahaman, barangkali adalah kata kuncinya. Dimulai dari apa itu nilai tukar, dan mengapa peran setiap anak bangsa akan sangat berharga untuk turut menjaganya. Semoga. u

Cadangan Devisa, Untuk Apa Sih ?

Redaksi menerima kiriman naskah dan mengedit naskah sebelum dipublikasikan.

DIFI A JOHANSYAHDepartemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat

redaksi

editorial kolom

D A

ulia

MengelolaHarapan

Page 3: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

3EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

Belum lekang dari ingatan, saat tahun lalu kita dihadapkan pada mahalnya harga tempe. Ya, tempe. Bahan makanan yang dianggap sebagai makanan wong cilik itu, terasa be-

gitu ma hal bahkan bagi mereka yang bukan kalangan bawah. Selamat tinggal men doan tipis seharga Rp 500 per potong. Tidak ada.

Tak sedikit pun terbayang di benak Yu Mi-nah, pedagang tempe di tengah pasar becek, bahwa tempe yang dikenalnya sejak lahir dan kemudian menjadi sumber penghidupannya bisa menjadi demikian mahal. Sulit dia ba-yang kan, bagaimana bisa sampai perajin tahu tempe memboikot produksi karena mahalnya harga kedelai.

Bagi bakul tempe, pedagang mendoan, dan tukang becak yang menganggap lauk tem pe adalah menu lezat, kedelai dan tem-pe adalah pro duk lokal banget. Susah untuk menjelaskan pada mereka, bahwa sekarang kedelai harus diimpor.

Lebih sulit lagi dipikirkan apa urusan ke-delai, tempe, impor, dan harga mahal yang harus mereka tanggung. Apa ya sekarang bule ikut-ikutan bikin tempe, ramai-ramai menginjak-injak kedelai sebelum direbus dan dibuat tahu? Apa karena pabrik tahu sekarang ada di Amerika, dengan pekerjaan sama tapi bayaran bule? Barangkali cuma sejauh itu ima-jinasi terliar yang muncul.

Tak ada gambaran bahwa proses im-por kedelai bahan tempe tak beda dengan mendatang kan mobil Mercedes Benz terbaru.Selain urusan administrasi dan tarif bea ma-suk, kekuatan uang yang dibutuhkan untuk mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. Kalau uang kita tak cukup berharga di pergaulan internasional, ya apapun yang didatangkan dari luar garis batas negara kita akan menjadi mahal. Di sinilah, konsep nilai tukar mata uang berikut ‘seni’ menjaganya tetap berharga, menjadi tantangan.

Nilai Tukar Alat BayarPada dasarnya, uang adalah alat tukar

untuk barang dan jasa, alat bayar. Ketika su-dah bicara beda negara, nilai tukar mata uang di antara kedua negara akan punya peran pen ting dalam ‘pertukaran’ barang dan jasa. ‘Harga’ dari mata uang masing-masing negara akan membandingkan nilai barang dan jasa

yang diproduksi di setiap negara.Itulah kenapa, katakanlah tidak ada per-

bedaan cara tanam kedelai di Indonesia dan Vietnam, tapi harga kedelai yang didatangkan dari negara itu bisa jadi terasa lebih mahal atau sebaliknya lebih murah ketika dirupiah-kan. Bahkan bila ongkos kirim tak perlu dihi-tung terlebih dahulu.

Gambaran lain, bisa jadi satu truk kede-lai di Indonesia akan mendapatkan satu ekor kambing. Demikian juga seekor kambing di Vietnam bisa dibeli dengan satu truk kedelai. Tapi, apakah nilai nominal satu truk kedelai di Indonesia, ketika dibawa ke Vietnam bisa mendapatkan satu ekor kambing? Nilai tu-kar dan keperkasaan nilai satu mata uang akan diukur dari contoh transaksi sederhana semacam ini.

Adalah menjadi tugas Bank Indonesia un-tuk mendapatkan gambaran terukur tentang nilai tukar rupiah. Tujuan akhir di dalam negeri adalah menekan inflasi alias penurunan daya beli rupiah seminimal mungkin. Pun ketika disandingkan dan berkompetisi dengan mata uang lain, nilai tukar rupiah harus dijaga un-tuk tetap perkasa.

Banyak faktor turut terlibat untuk mene-mukan satu deretan angka yang dianggap pas sebagai nilai tukar sebuah mata uang. Pilihan kebijakan juga tak cuma satu. Masing-masing tentu saja punya keuntung an, sekali-gus konsekuensi. Tak selamanya pula masalah nilai tukar mata uang sekadar menjadi ‘kese-pakatan’ untuk bisa saling bertukar barang dan jasa lintas garis batas negara.

Dalam perekonomian global, komplek-sitas faktor-faktor yang menentukan angka nilai tukar semakin tinggi. Pilihan kebijakan ekonomi di satu negara, mau tak mau akan berdampak pada negara-negara lain yang ber-transaksi dengannya. Bahkan, negara-negara emerging economy seperti Indonesia yang ke-banjiran aliran modal ‘pelarian’ dari Eropa dan Amerika yang kini sedang lesu ekonominya, tak bisa dijamin happy.

Salah menghitung indikator dan variabel penentu nilai tukar, ekonomi suatu negara bisa guncang alih-alih menikmati berkah. Ketika nilai tukar mata uangnya terlalu kuat, daya saing ekspor bisa menjadi korbannya. Sebaliknya, ketika nilai tukar mata uang ter-lalu melemah, inflasi dari barang impor bisa melanda.

Berhitung RisikoDalam hal ini, Bank Indonesia mengha-

dapi apa yang dikenal de ngan trilema, tiga hal saling bertentangan yang harus dijaga se-lalu seimbang agar tak saling merusak. Yaitu, menjaga volatilitas arus mo dal keluar masuk, menjaga nilai tukar agar tak terlalu menguat atau melemah, dan menjaga ekspansi likuidi-tas domestik.

Berhitung risiko, menjadi kata kunci pengaman penentuan nilai tukar. Memas-tikan semua elemen fundamental ekonomi memang sepa dan dengan risikonya. Hal-hal seperti ketercukupan uang untuk membayar utang, daya beli yang tak terjun bebas, dan pasokan valuta yang likuid. Menjadi repot, ketika semua rasionalitas dalam wujud rumus dan data angka berantakan cuma gara-gara persepsi dan harapan publik.

Satu rumor, satu salah tafsir, satu kekha-watiran berlebihan, dapat menjadi laksana bom nuklir bagi sebuah perekonomian ne-gara. Me ngelola ekspektasi publik, ternyata tak kalah penting dibandingkan menghitung simpanan emas negara, cadangan devisa berupa duit-duit negara lain, dan berapa ba-nyak bendera asing berkibar di sini karena ak-tivitas para ekspatriat.

Tak bijak bila hanya menyandarkan se-buah istana pada satu tiang penyangga. Sama tak bijaknya bila urusan nilai tukar rupiah, mata uang Indonesia, hanya mengandalkan Bank Indonesia. Pemerintah bersama Bank Indonesia harus berjabat erat untuk men-jalankan kebijakan yang bisa menghasilkan keuntungan maksimal dari arus modal sambil tetap mampu mengelola risiko yang timbul. Bersama-sama menjaga salah satu martabat sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol sederhana: Rp. u

FOK

US

Menakar Nilai

Dok

BI

Kalau uang kita tak cukup berharga di pergaulan internasional, ya apapun yang dida tangkan dari luar garis batas negara kita akan menjadi mahal.

Page 4: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

4 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

FOK

US

Stephen S Roach sebagai ekonom Mor gan Stanley pada akhir 2008 meng gambarkan krisis ekonomi global dalam bentuk wok shape, seperti wajan. Artinya, kurva per-

tumbuhan ekonomi global bakal turun perlahan-lahan sampai akhirnya mencapai dasar, sebelum kemudian pulih dengan laju perlahan pula. Masalah yang selalu menjadi perdebatan, apakah ekonomi dunia sudah mencapai dasar wajan itu?

Tampaknya sih belum. Itulah kenapa ka-limat ketidakpastian ekonomi global kerap kali muncul dari mulut para ekonom. Karena, tak ada yang bisa menjawab dengan pasti perta nyaan utama kapan resesi dunia ber-akhir yang bisa memengaruhi ekonomi ber-bagai ne ga ra pasar berkembang, termasuk Indonesia.

Bagi Indonesia, akhir 2011 dipenuhi de-ngan optimisme terhadap perekonomian. Ne ra ca perdagangan surplus 26,3 miliar do-lar AS dan neraca pembayaran surplus 11,85 miliar dolar AS. Ekonomi Indonesia disebut masih berkembang pesat di tengah kelesuan ekonomi global. Saat itu, nilai tukar rupiah

bergerak di bawah Rp9.000 per dolar AS.Namun, 2012 ditutup dengan gambaran

yang berbeda. Neraca perdagangan Indone-sia defisit 1,63 miliar dolar AS. Sementara, ne-raca pembayaran surplus tipis 200 juta dolar AS, atau terpangkas 90 persen dari 2011. Me-nurunnya harga komoditas yang menjadi an-dalan ekspor Indonesia, akibat masih lesunya pasar komoditas, dituding sebagai penyebab.

Ekonomi dunia memang masih penuh ketidakpastian. Mata uang sebagai tolok ukur kondisi ekonomi makro pun ikut terke-na dampaknya, digoyang fluktuasi. Sepan-jang 2012 nilai dolar AS sudah diperdagang-kan di atas Rp9.000.

Situasi ini mengingatkan kita pada awal krisis ekonomi global 2008 lalu ketika terjadi arus modal keluar dari negara-negara emer­ging market termasuk Indonesia. Mengingat ukuran pasar finansial Indonesia relatif ke-cil, pembalikan arus modal keluar telah men-dorong merosotnya nilai tukar rupiah yang kemudian pergerakannya pun sangat liar, volatilitas nilai tukar tinggi.

Pada November 2008 rupiah sempat an-jlok ke Rp12.000 per dolar AS dibanding po-

sisi Rp9.400 pada akhir 2007. Pada saat yang sama, indeks saham Bursa Efek Indonesia mencapai titik terendah 1.140 poin dari po-sisi 2.795 poin di Desember 2007. Imbal hasil obligasi Pemerintah RI pun melonjak 20 per-sen pada Oktober 2008 dari posisi Desember 2007, menandakan penurunan harganya.

Devisa BebasSeiring berlakunya kebijakan nilai tukar

mengambang pada 1997 (lihat grafis), nilai tukar rupiah akan mengikuti kondisi ekono-mi global. Apalagi Indonesia juga menjalin kerja sama dagang dengan negara lain, yang juga terpengaruh perekonomian global. Ke-bijakan devisa bebas membuat aliran devisa mudah keluar masuk.

Pada 2009 arah angin berpihak kembali ke Indonesia dengan masuknya modal asing dalam jumlah besar yang masuk ke investasi portofolio atau sering disebut hot money yang biasanya bersifat jangka pendek. Saat itu, investasi portofolio mencapai 10,3 miliar dolar AS atau nyaris dua kali lipat investasi 2007 yang tercatat 5,5 miliar dolar AS. Kondi-si kontras terjadi pada penanaman modal a sing langsung (foreign direct investment) yang justru lesu.

‘Uang panas’ itu tak hanya masuk ke ins-trumen saham, namun juga fixed income se-perti surat utang negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Porsi kepemilikan asing pada SUN naik dari 8,3 miliar dolar AS (16,6 persen dari total nilai SUN) pada akhir 2007 menjadi 21,6 miliar dolar AS (29,3 persen to-tal SUN) pada Desember 2010. Pada periode yang sama, SBI yang berada di tangan inves-tor asing juga terus bertambah dari 2,9 miliar dolar AS (11,41 persen nilai total SBI) menjadi 6,1 miliar dolar AS (27,4 persen dari total SBI).

Pada masa normal, pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah lebih banyak dikenda-likan oleh pasar atau mekanisme permintaan dan penawaran. Bila pasokan dolar AS di dalam negeri tercukupi, dipastikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bakal stabil. Per-mintaan akan dolar AS di dalam negeri bia-sanya untuk memenuhi kebutuhan pemba-yaran utang luar negeri ataupun kebutuhan pembayaran oleh importir. Di sini, persepsi pasar ikut menentukan. Ketika ekspor tum-buh, aura positif memengaruhi pasar sehing-ga nilai tukar rupiah ikut menguat. Ketika

Rupiahdi Tengah Ketidakpastian Global

Soal pertama yang mendesakmembutuhkan jawaban adalah memperdalam

pasar valuta asing di dalam

negeri.

nce.co.uk

Page 5: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

5EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

ekspor melemah, pasar akan menganggap devisa Indonesia akan berkurang sehingga nilai tukar rupiah pun ikut melemah.

Suplai dolar AS bisa dipasok dari pinjam-an luar negeri pemerintah, investasi asing, dan ekspor. Bila ekspor menguat, seharusnya banyak valuta asing masuk ke dalam negeri dalam denominasi dolar AS berbentuk hard currency yang masuk dibawa para eksportir. Bank sentral juga bisa melakukan operasi pasar memasok dolar AS yang diambil dari cadangan devisa.

Namun, devisa yang masuk selama ini ter batas hanya berasal dari pinjaman luar negeri pemerintah, ekspor yang dilakukan perusahaan BUMN, serta hot money. Sedang-kan, devisa hasil ekspor lebih banyak parkir di perbankan luar negeri. Pada 2011, ada potensi devisa dari ekspor sebesar 29 miliar dolar AS yang seharusnya bisa memasok ke-butuhan valuta asing dalam negeri.

Kondisi ini membuat pasar valuta asing di Indonesia menjadi tidak simetris karena pa-sokan lebih condong berasal dari hot mo ney, sedangkan permintaan lebih bersifat funda-mental untuk impor atau membayar utang luar negeri. Tak heran, stabilitas nilai tukar rupiah rentan goncangan, terutama bila ada

isu pembalikan arus hot money yang keluar.Menghadapi berbagai situasi yang bisa

memengaruhi nilai tukar rupiah ini, Bank In-donesia sebagai lapis pertama pertahanan ekonomi makro dan sektor finansial harus menerapkan kebijakan yang kondusif bagi arus modal dalam koridor pengendalian in-flasi sekaligus bisa mendukung pertumbuh-an ekonomi. Dengan turunnya ekspektasi inflasi, BI semakin leluasa untuk mengenda-likan arus modal masuk ini lewat penurunan BI rate secara gradual dari 9,5 persen pada November 2009 menjadi 5,75 persen saat ini. Langkah ini bisa mengurangi ‘nafsu’ investor asing menanamkan duitnya pada instrumen SBI dan pasar uang.

BI juga memperpanjang masa jatuh tem-po SBI sampai sembilan bulan sehingga bisa mengurangi frekuensi pelelangan SBI dari ming guan menjadi bulanan. Bersamaan de-ngan itu, diperkenalkan Rupiah Term Deposit sebagai instrumen yang tak bisa diperda-gangkan. Kebijakan ini akan mencegah asing mengoleksi terlalu banyak instrumen yang bisa diperdagangkan seperti SBI, dibaca se-bagai jurus mengurangi aksi spekulasi.

Pada saat banjir arus modal masuk ini, BI juga melakukan operasi pasar uang untuk menjaga fluktuasi rupiah bergerak tak berle-bihan, atau terlalu menguat. Hasil intervensi di pasar uang ini menghasilkan penambahan cadangan devisa yang mencapai rekor 124,6 miliar dolar AS pada Agustus 2011.

Namun, ketika rupiah kembali tertekan se panjang 2012, operasi pasar harus dibayar dengan turunnya cadangan devisa BI menjadi 110 miliar dolar AS. Intervensi juga dilakukan di pasar obligasi dengan cara membeli SUN agar harganya tidak turun, demi menjaga kredibilitas Indonesia di mata investor asing.

Devisa EksporUntuk devisa ekspor, sejak tahun lalu

Bank Indonesia (BI) melalui PBI nomor 13/20/PBI/2011 menerapkan kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) wajib ditaruh di perbankan da-lam negeri, meski masih tanpa kewajiban un-tuk mengonversinya ke rupiah. Pengaturan lalu lintas devisa hasil ekspor lazim diterap-kan oleh sebagian besar negara, khususnya emerging countries. Beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, su-dah menerapkan kebijakan hasil ekspor wa-jib masuk bank domestik. Bahkan, India me-nambahkan kewajiban konversi valuta asing ekspor ke mata uang rupee.

Bisa dibilang, kebijakan DHE ini adalah sa-lah satu langkah untuk menenangkan pa sar, bahwa kebutuhan valuta asing tetap terjamin sehingga kestabilan nilai tukar rupiah bisa terjaga. Bertambahnya pasokan valuta asing dari devisa ekspor tentu juga akan membuat BI tak perlu memboroskan cadang an devisa untuk operasi pasar dengan melepas dolar AS guna memenuhi permintaan pasar.

Ada banyak tantangan lain yang juga me nunggu jawaban dari para pelaku pasar domestik. Bersama dengan Pemerintah dan Bank Indonesia, soal pertama yang mende-sak membutuhkan jawaban adalah memper-dalam pasar valuta asing di dalam negeri, un-tuk meredam kekhawatiran dari ekspektasi pasar terkait likuiditas, sekaligus menekan upaya spekulasi. Persoalan nilai tukar tak se-mata tugas yang menuntut tanggung jawab BI sebagai otoritas moneter, namun membu-tuhkan upaya bersama, untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap perkasa, sembari punya nilai dalam pasar global.

Ujungnya, ketika nilai tukar terjaga, valu-ta asing yang ada di negeri ini pun akan le-bih punya daya mendukung fundamental eko nomi Indonesia. Apapun perkiraan yang disusun Stephen S Roach dengan teori wa-jannya, ketahanan yang dibangun dari dalam negeri dan digarap bersama-sama akan men jadi penentunya. Gosong atau tidaknya wajan ekonomi kita, barangkali bahkan bisa dimulai dari ekspektasi atas prospek ekono-mi sendiri. u

FOK

US

Lolos dari krisis eko nomi Asia, secara per la han na-mun pas ti In donesia te ru s me ngumpulkan cadang-an devisa. Pertambahan ca dangan devisa ini ber -asal dari surplus current account dan dam pak in-tervensi BI ketika nilai tu-kar rupiah terlalu kuat. Ni-lai tukar rupiah ter kendali dalam ba tas-batas wajar, de ngan rezim nilai tukar mengambang bebas. u

NILAI TUKAR DARI MASA KE MASAIndonesia pernah menjalankan berbagai rezim nilai tukar rupiah. Perubahan sistem juga ter-dampak perkembangan situasi ekonomi regional atau global, selain situasi di dalam negeri.

1950-anIndonesia menerapkan kebijakan nilai tukar tetap. Kebijakan ini tak berjalan efektif karena Indonesia tak bisa punya cadangan devisa ber limpah. Pembatasan pembeli-an devisa hanya oleh importir me nyebabkan munculnya pasar valuta asing ilegal. Nilai tukar tetap rupiah diubah dari semula 1 dolar AS seharga Rp11,4 menjadi Rp45.

1960-anMelemahnya ekspor komodi-tas menyebabkan cadangan devisa semakin anjlok, nilai tu kar tetap semakin tidak efektif. Berlakulah nilai tukar berlapis (multiple exchange rate system) untuk para im-portir yang besarnya sampai 4.000 persen dari nilai tukar tetap Rp45 per dolar AS.

Era 1970-anDiawali dengan per-ubahan dari nilai tu-kar berlapis ke nilai tu kar tunggal, kali ini diganti dengan sis-tem keranjang mata uang (currency board / basket) ne gara mitra da gang, bertujuan menggenjot ekspor.

1970-1980-anDilakukan tiga ka-li devaluasi ru piah terhadap dolar AS.

1983Diperkenalkan nilai tukar mengambang terkendali (ma­naged float) pada tahun 1980-an dengan pergerakan nilai tukar dalam rentang sempit sebagai batas dilakukan-nya intervensi Bank Indonesia bila rupiah terlalu melemah atau menguat.

1996-1997Menjelang krisis ekonomi global, Bank Indonesia mem-perlebar rentang intervensi nilai tukar rupiah sebanyak tiga kali, ketika pasar mem-persepsi buruk perekono-mian Indonesia.

1997Setelah terdampak kri-sis ekonomi Asia dan ber ubahnya rezim nilai tukar di Thailand, rupiah anjlok. Indonesia mene-rapkan sistem nilai tukar mengambang penuh.

Page 6: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

6 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

FOK

US

Ketika di suatu negara penghasil minyak datang ancaman perang, maka muncul persepsi bakal ter-jadi gangguan pasokan minyak. Akibatnya, ekspektasi masyarakat

harga minyak akan semakin mahal. Alur serupa juga ada pada kasus melonjaknya harga beras setiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Mulailah aksi pedagang menimbun stok, menunda penjualan, atau mulai me na-warkan barang dengan harga lebih ma hal. Pembeli pun cenderung membeli lebih ba-nyak untuk menambah stok, khawatir harga di kemudian hari akan lebih mahal lagi.

Nilai tukar (kurs) pada dasarnya adalah ‘harga’ suatu mata uang dari mata uang lainnya. Sama halnya dengan barang, har-ga mata uang juga ditentukan oleh ba-nyak faktor, tak semata mengikuti hukum permintaan dan penawaran. Persepsi yang berujung pada ekspektasi, kerap justru lebih menjadi faktor penentu harga.

Pada nilai tukar mata uang, alur yang bisa berdampak pada ‘harga’, juga berlaku tidak lebih dan tidak kurang seperti di atas. Hanya, persoalannya terkait ketersediaan mata uang negara lain alias devisa.

Motif berjaga-jaga karena ketidakpas-tian (precautionary), termasuk yang bersi-fat spekulatif, seringkali lebih menentukan harga. Bila ini yang terjadi, maka menjaga keyakinan kecukupan pasokan menjadi pen ting. Tentu sekaligus berusaha agar mo-tif spekulasi tidak semakin subur.

Tapi, sejatinya uang adalah media per-tukaran, sebagai alat pembayaran atas ba rang dan jasa. Karenanya, tidak patut menjadikan alat bayar ini sebagai barang dagangan laiknya komoditas, meski dalam praktiknya tidak terhindari juga.

Memiliki valuta asing sebagai alat pembayaran di pasar internasional, bisa muncul dari beragam keperluan. Seperti untuk membayar impor barang dan jasa, juga untuk membayar utang. Adapun sum-ber devisa antara lain adalah ekspor, utang, dan devisa yang datang atas nama investasi asin g ke dalam negeri.

Aliran masuk dan keluar devisa, dikenal sebagai neraca pembayaran atau balance of payment (BOP) suatu negara. Sementara bila hanya memperhitungkan ekspor dan impor, disebut neraca perdagangan (trade balance). Negara dengan nilai ekspor me-lebihi impor, apalagi bila menjadi tujuan investasi, misalnya China dan Korea Sela-tan, otomatis akan selalu mendapatkan tambah an devisa.

Menakar KewajaranPertanyaannya, berapa nilai tukar yang

wajar? Berbeda dengan barang yang harga wajarnya ditetapkan berdasarkan bia ya produksi, distribusi, dan pemasaran, ditam-bah dengan marjin keuntungan, penentuan kewajaran nilai tukar lebih sulit diukur.

Umumnya, nilai tukar dikatakan wajar bila sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi suatu negara. Tapi, kondisi funda-mental pun tidak pernah terdefinisikan de-ngan jelas. Karenanya, nilai tukar mata uang terlalu mahal (over­valued) atau terlalu mu-rah (under­valued) tak mudah diukur.

Masalah kewajaran nilai mata uang kem-bali mencuat, ketika beberapa negara di-duga sengaja melemahkan kurs demi men-dongkrak daya saing ekspor. Currency war.

Kalangan akademisi sudah sejak lama mencoba mengembangkan berbagai pen-dekatan atau model ekonometrik untuk menjelaskan nilai tukar wajar suatu negara. Model ini juga untuk memperkirakan arah pergerakan kurs.

Tapi sampai sekarang belum ada mo-del yang dianggap paling tepat. Profesor ekonomi dari Universitas Harvard, Kenneth Rogoff, menyatakannya dengan, “The fai-lure of empirical exchange rate models: no longer new, but still true”.

Justru George Soros yang dianggap per-nah akurat menilai ‘harga’ suatu mata uang yang wajar, sekaligus membuat prediksi. Pada 1992, dia menyebut kurs poundster-ling Inggris terlalu kuat sehingga akan me-lemah. Transaksi senilai satu miliar dolar AS terhadap poundsterling pun dibuatnya, yang lalu terbukti benar dan konon menjadi awal dari maraknya spekulasi mata uang.

Bahkan IMF pun kini semakin me-naruh perhatian terhadap perkembangan nilai tukar mata uang. Melalui Consultative Group on Exchange Rate (CGER), IMF terus mengembangkan metoda penilaian kewa-jaran nilai tukar tersebut sejak 1997. Dalam metoda ini, kewajaran kurs diukur dengan

indikator output gap, neraca berjalan, serta perbandingan posisi aset dan kewajiban dalam bentuk valas dari suatu negara.

Ada cara sederhana untuk menilai kewa jaran nilai tukar, yaitu dengan mem-bandingkan harga produk yang sama yang beredar di banyak negara. Cara ini dikenal sebagai purchasing power parity (PPP).

Barang yang biasa dipakai, antara lain adalah hamburger produk McD atau se-cangkir kopi Starbucks. Kalau harga Big Mac di Jakarta Rp 9.500 dan di New York satu dolar AS, sementara kurs satu dolar AS ada-lah Rp 9.000, maka rupiah dianggap terlalu mahal.

Namun, pendekatan praktis terlihat lebih banyak dipakai, dengan melihat fun-damental ekonomi dari sisi current account suatu negara. Umumnya, bila neraca berja-lan suatu negara mengalami defisit maka kurs akan mengalami tekanan melemah. Te-kanan melemah akan menguat, bila devisa dianggap sulit didapatkan, dan saat inilah fluktuasi tinggi kurs biasanya terjadi.

Tantangan Dari semua hal di atas, tantangan ter-

berat soal nilai tukar ini adalah menjaga agar tidak terjadi persepsi yang berlebih-an terhadap kelangkaan valas. Tentu, aksi spekulasi juga harus ditangkal. Kedua hal ini menjadi landasan pendekatan kebijakan nilai tukar Bank Indonesia (BI).

Kalaupun sampai rupiah melemah, BI akan menjaga pelemahan tidak berlebih-an dan tidak dengan fluktuasi tinggi yang memicu ketidakpastian. Termasuk bila diperlukan melalui langkah intervensi.

Tak hanya untuk memastikan masya ra-kat tidak membangun persepsi kelangkaan valas, kebijakan BI juga bertujuan memoni-tor situasi tersebut tak dimanfaatkan untuk aksi spekulasi. Targetnya, transaksi valas harus benar-benar dilandasi faktor kebutuh-an dan kegiatan ekonomi.

Menjaga fluktuasi nilai tukar tidak ber-lebihan adalah keharusan agar kepercayaan terhadap rupiah tidak tergerus. Keper-cayaan terhadap suatu mata uang, dengan menjaga daya belinya baik terhadap barang dan mata uang lain, hakikatnya adalah men-jaga eksistensi suatu negara. Untuk itu me-ngelola ekspektasi adalah kuncinya.

Jelas itu bukan hal mudah karena me-merlukan kredibilitas, yang diperoleh de-ngan menunjukkan konsistensi dan bukti. Hal ini jelas disadari BI dan menjadi pen-dekatan dalam strategi mencegah pergerak-an kurs rupiah yang terlalu ekstrem. u

Menjaga Persepsi dan Ekspektasi

PRIYANTO B NUGROHODepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

D A

ulia

Page 7: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

7EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

FOK

US

D A

ulia

Seorang profesor tua asal Jerman menggambarkan mata uang tunggal Eropa sebagai sistem yang hanya menyenang-kan negara-negara yang dianggapnya masuk golong an ‘pe-malas’. Yaitu, kata dia, negara yang biasanya terletak di ke-hangatan Mediterania seperti Italia dan Yunani.

Di negara-negara itu, penduduknya terbiasa hidup dengan situasi ekonomi fluktuatif dan suku bunga perbankan tinggi. Setelah berga-bung dalam mata uang euro, tingkat bunga perbankan negeri-negeri tersebut menyesuaikan dengan suku bunga rendah dan ekonomi sta-bil ala Jerman yang dinikmati zona euro.

‘’Akhirnya, banyak orang Yunani bisa kredit untuk membeli mobil-mobil mewah buatan Jerman,’’ gerutu sang profesor ketika memberi kuliah di Jakarta, tiga tahun lalu.

Orang Yunani boleh saja berpesta setelah bergabung ke zona euro. Namun, saat krisis ekonomi global yang berkepanjangan seperti saat ini, Yunani mungkin menyesali keputusan mereka menukarkan mata uang drachma ke euro. Dalam situasi ketika defisit anggaran dan utang membengkak, satu-satunya harapan bagi Yunani untuk menggenjot pendapatan adalah dari ekspor.

Sayangnya, Yunani sudah kehilangan senjata ampuh untuk me-rangsang ekspor, yaitu mata uang sendiri yang bisa dilemahkan nilai tukarnya agar harga komoditas ekspor nasional menjadi lebih kom-petitif di pasar dunia. Dalam situasi resesi ekonomi, pelemahan nilai tukar mata uang tak hanya merupakan konsekuensi atau dampak kri-sis, namun juga merupakan mekanisme pertahanan diri negara itu.

Nilai Tukar sebagai Posisi TawarMelemahnya nilai tukar mata uang suatu negara diharapkan

selain mampu menggenjot ekspor, juga berguna untuk mengerem nafsu impor, sehingga neraca perdagangan bisa surplus. Mungkin, itu pula salah satu alasan utama kenapa Pemerintah Inggris pada akhir-nya tetap memegang erat mata uang poundsterling mereka, meski warganya punya pandangan positif mengenai masa depan zona euro.

Salah satu kenikmatan mempunyai mata uang sendiri saat meng-hadapi krisis adalah fleksibilitas kebijakan moneter. Selain devaluasi mata uang, sebuah negara juga bisa menerapkan sistem nilai tukar ganda, biasanya terdiri nilai tukar tetap yang resmi dan nilai tukar mengambang yang tak resmi. Seperti dilakukan Argentina kala di-hantam krisis 1999-2002.

Untuk melayani transaksi impor barang-barang kebutuhan pokok, para importir bisa memakai nilai tukar resmi peso Argentina yang dijaga tetap terhadap dolar AS. Sementara untuk kebutuhan impor barang-barang sekunder dan tersier, importir harus mengan-dalkan nilai tukar mengambang sesuai harga pasar.

Kebijakan yang diterapkan Argentina adalah untuk menghindari terkurasnya cadangan devisa, demi menjaga nilai tukar bila harus melayani semua kebutuhan impor. Dengan cara ini, Argentina tetap menjaga pasokan kebutuhan pokok rakyatnya sekaligus mengerem impor barang-barang mewah. Bisa dibilang, lewat cara ini Argentina telah menerapkan ‘tarif’ untuk barang mewah impor dan ‘subsidi’ un-tuk bahan pokok impor.

Soal nilai tukar mata uang juga menjadi faktor penentu dalam

persaingan antara Airbus dan Boeing, dua raksasa industri pesawat dunia. Boeing berproduksi dan juga menjual pesawatnya dalam dolar AS, sementara Airbus punya komponen biaya dan penjualan dengan patokan euro. Riset Prancis Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales (CEPII) menyebutkan, setiap apresiasi euro terhadap dolar AS sebesar 10 persen saja berpotensi menurun-kan volume penjualan Airbus sebanyak 20 persen dan secara nilai bisa anjlok 10 persen.

Belajar dari Cina dan AmerikaNegara yang dikenal paling banyak memanfaatkan nilai tukar un-

tuk menguasai perdagangan dunia adalah Cina. Nilai tukar renminbi yang rendah terhadap dolar AS membuat komoditas ekspor Cina berupa produk manufaktur dari peniti, baju, sampai mesin mampu menembus pasar ekspor di berbagai kawasan, menjadikan Cina ne-gara pengekspor terbesar dunia sejak 2009, mengalahkan Jerman.

Mungkin saja Jerman masih bisa mengklaim sebagai negara yang paling rajin bekerja, namun jelas mereka tak punya mata uang sendiri sebagai instrumen penggenjot ekspor. Untuk mendevaluasi euro agar ekspornya naik, maka pertama kali Jerman harus cekcok dulu dengan Prancis sebelum menghadapi belasan negara seperti Italia dan negara euro lainnya.

Sejak 1997 sampai 2005, Cina melakukan peg terhadap renminbi dengan kurs sekitar 8,3 yuan per dolar AS. Kebijakan ini mengundang kritik keras dari Amerika Serikat selaku mitra dagang utamanya, ka-rena menganggap nilai tukar itu terlalu rendah.

Bagi Cina, nilai tukar rendah bisa mengurangi nafsu impor akan barang-barang mewah yang tak diproduksi di dalam negeri. Misalnya impor mobil. Rendahnya nilai tukar renminbi pada akhir nya memaksa produsen mobil dunia mendirikan pabrik di Cina agar jualan mereka tetap laku. Dalam hal ini, nilai tukar tak hanya menjadi senjata mo-neter saja.

Pada pertengahan 2005, Bank Rakyat Cina selaku bank sentral mengumumkan bahwa kebijakan peg secara resmi diakhiri yang membuat renminbi menguat sampai 6,8 yuan per dolar AS pada April 2009. Namun, Amerika tetap menganggap nilai tukar itu terlalu rendah. Perang kurs mata uang antara dua negara besar itu sempat membuat ketegangan yang akhirnya dicoba didamaikan lewat perte-muan G-20 di Toronto pada Juni 2010.

Dalam forum negara-negara ekonomi utama dunia itu, Cina ‘me-nga lah’ dengan mengizinkan agar renminbi menguat terhadap dolar AS. Sejak itu, renminbi menguat tipis, menjadi 6,2 yuan per dolar AS. Sampai hari ini, Amerika tetap saja merasa dongkol karena seakan mengalami defisit perdagangan abadi terhadap Cina. u

Senjata Bernama Nilai TukarBagi Cina, nilai tukar rendah bisa mengurangi nafsu impor akan barang-barang mewah yang tak diproduksi di dalam negeri.

Page 8: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

8 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

LIPU

TAN

Dok

BI

Mendengar ajakan menghadiri ‘Night at The Museum’, apa yang seketika terbayang di benak? Apa kah misteri? Seram? Menan-tang? Maka, menjelajah Museum

Bank Indonesia pada malam hari, layak dicoba untuk menjawabnya.

“Kami ingin memberikan pengalaman me-ngun jungi museum yang berbeda dan menye-nang kan, dengan mengunjungi museum pada malam hari,” kata Kepala Departemen Museum Bank Indonesia, Chandra Murniadi. Untuk per-tama kali, gelaran dibuka pada 16 Februari 2013. Meski di akhir pekan dan kegiatan perdana, seti-

daknya 130 orang hadir dalam Night at The Mu-seum ini.

Sorotan lampu di sekeliling bangunan Mu-seum yang beraliran neo-klasikal, membuat se-tiap sudut tampak lebih memukau. “Seperti ada aura lain dari museum ketika mengunjunginya di malam hari”, ungkap salah seorang pegawai yang hadir menikmati acara itu, Astrilia Liscagita.

Beberapa turis asing juga terlihat menikmati sajian malam museum ini. Tua-muda, lokal-asing, semua bergabung dalam kemeriahan acara ber-balut pakaian pink dan merah.

Selama berkeliling, peserta dibagi dalam li ma kelompok. Selama satu jam, dalam rute yang ber-

Jelajah Museum Bank Indonesia

Malam Hari,Tak Melulu Misteri

YUNI WININGSIH Departemen Sumber Daya Manusia

Masyarakat bisa mendapatkan ambience yang berbeda dengan kunjungan pada siang hari.

Page 9: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

9EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

variasi, kelima kelompok berkeliling di dam-pingi pemandu. Rute yang dilewati pa ra pe-ngunjung Night at The Museum, se benarnya tak beda dengan rute kunjung an pada siang hari. “(Tapi) masyarakat bisa men dapatkan ambience yang berbeda dengan kunjung an siang hari,” kata Asep Kambali, pendiri Ke-lompok Historia Indonesia (KHI), mitra Bank Indonesia dalam hajatan ini.

Pengunjung akan diajak melewati ruang teater, kemudian ruang prasejarah dan se-jarah, ruang kerja De Javasche Bank, ruang emas, dan ruang numismatik. Setiap area mu seum dikemas dengan memanfaatkan teknologi modern dan multimedia. Di sana-sini terpasang display elektronik, panel sta-tik, televisi plasma, dan diorama, yang me-mudahkan pengunjung.

Peserta Night at The Museum menda-patkan dua ‘bonus’ area yang bisa dimasuki, yang tak didapat pada kunjungan siang hari. Kedua area itu adalah ruang Perencanaan dan Pengedaran Uang (PPU) serta ruang pembakaran uang tidak layak edar.

Melengkapi perbedaan, peserta Night at The Museum pun mendapat suguhan jamuan malam. Para peserta menikmati makan malam dengan iringan lagu-lagu le-gendaris seperti Bee Gees, Beatles dan Koes Plus dari BI One Band.

Rencananya, gelaran Night at The Muse-um akan digelar secara rutin. Seperti halnya kunjungan pada siang hari, tak ada pungut-an untuk menikmati sajian edukasi berbalut teknologi multimedia di museum ini.

lll

Berlokasi di Jl Pintu Besar Utara No 3 Ja-karta Barat, Museum Bank Indonesia tidak su lit untuk dijangkau. Bila menggunakan kereta api, mengunjungi museum ini ting-gal berjalan kaki dari Stasiun Kota. Demikian pula bila menumpang Bus Transjakarta, cukup menyeberang dari halte Bus Transja-karta Stasiun Kota.

Gedung Museum Bank Indonesia, dulu adalah kantor De Javasche Bank. Dalam per-jalanan waktu, sempat juga bangunan ini menjadi rumah sakit.

Beberapa kali direnovasi dan diperluas, Bank Indonesia menempati gedung ini mu-lai 1 Juli 1953. Tepatnya sebagai gedung Kan tor Pusat Bank Indonesia Kota, merupa-kan Kantor Bank Indonesia yang pertama.

Bangunan terdiri dari dua lantai. Pada lantai pertama terdapat pintu masuk utama, pintu masuk belakang, ruang emas, PPU, perpustakaan, dan kafe. Di lantai dua, dapat ditemukan lobby hall, ruang pe nitipan ba-rang, ruang pelayanan pengunjung, ruang teater, ruang prasejarah dan sejarah Bank Indonesia, serta ruang pameran tetap.

Ornamen gedung banyak diwarnai ba-han dari kayu jati, keramik, dan kaca lukis ventilasi. Ornamen kayu jati dapat dilihat pada panel pintu, penutup dinding, dan interior. Ukiran pada ornamen kayu jati dirancang dan dibuat oleh Raden Mas Noto Suroto, digarap pekerja ukiran dari Vereigne Ost Vench Leiden.

Museum Bank Indonesia juga memi-liki 300 tiang beton, teknologi yang masih langka pada eranya. Di bangunan ini juga ada menara-menara mini terbuat dari beton dengan kerangka baja bertutupkan tem-baga.

Berdasarkan UU no 5 Tahun 1992, bangun an ini masuk kategori cagar budaya. Apalagi setelah tidak lagi digunakan Bank Indonesia, bangunan pun ‘dialihfungsi-kan’ menjadi museum yang terbuka untuk umum, mulai 15 Desember 2006.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan museum ini pada 21 Juli 2009. Sejak itu, tampilan dan penya jian sejarah ge-dung dan arti kehadirannya bagi perekono-mian Indonesia, dikemas semakin menarik. Teknologi multimedia di Museum Bank In-donesia, adalah sisi lain keunggulan yang masih sulit dibayangkan hadir di museum lain di Indonesia. Dan, itu hanya bisa dicoba, tak cukup hanya men dengar dari cerita, un-tuk tahu seberapa mem pesonanya. u

LIPU

TAN

Fixed exchange rate atau juga lazim disebut peg, merupa-kan sebuah sistem nilai tukar mata uang, di mana nilai dari sebuah mata uang ditetap-kan pada ‘harga’ tertentu terhadap mata uang lain. Per-ubahan nilai tukar hanya, menguat ataupun melemah terhadap mata uang negara lain, tergantung pada kebijak-an Pemerintah atau otoritas moneter. Misal, nilai tukar Saudi Riyal ditetapkan 3,75 Riyal per Dolar AS.

Floating exchange rate adalah sebuah sistem di mana nilai tukar sebuah mata uang di-tentukan oleh kekuatan tran-saksi permintaan dan pena-waran. Nilai masing-masing mata uang terhadap mata uang lain tergantung pada kebutuhan dan pasokan ma-sing-masing mata uang, serta pada tingkat ‘keterpakaian-nya’ dalam pasar global.

Gold exchange standard ada-lah sistem yang dulu biasa di-gunakan oleh banyak negara untuk menentukan nilai mata uang mereka hingga akhir 1960-an. Misal, setiap satuan emas dinyatakan setara de-ngan nilai tertentu dari se-buah mata uang. Untuk dolar AS, dulu dipatok 35 dolar se-tara dengan satu troy ounce emas, sekitar 31 gram emas.

Joint float yaitu sistem di mana sejumlah negara ber-sama-sama menentukan nilai tukar tetap di antara mereka sendiri , dan memberlakukan nilai tukar yang berbeda un-tuk negara di luar mereka. u

MengenalSistemNilai Tukar

MONETARIA

l

l

l

l

Page 10: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

10 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

RUA

NG

BA

CA

pand

a.or

g

Mempunyai wilayah kerja yang luasnya satu setengah kali Pulau Jawa, tentu merupakan tantangan tersendi-ri. Belum lagi, di wilayah ini terbentang perbatasan sepanjang 966 kilometer dengan negara tetangga.Inilah situasi yang sehari-hari menjadi tantangan Kan-

tor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat. Wilayah yang di-layani kantor ini mencakup 15 kecamatan dan 747 desa, dengan 14 kecamatan dan 98 desa tepat berseberangan dengan distrik Malaysia.

Terobosan langkah dengan pemikiran taktis dan strategis, men-jadi jurus yang tak bisa ditawar. Apalagi selama ini pembangunan infrastruktur masih terfokus di beberapa titik yang mempunyai pintu pemeriksaan lintas perbatasan.

Salah satu terobosan yang dibuat Kantor Perwakilan Bank Indo-ne sia Kalimantan Barat adalah dengan membuka akses layanan ke-uangan dan perbankan, di lokasi yang sebelumnya belum terjamah. Fokus program kegiatan tak lagi hanya tertuju ke daerah seperti di En-tikong, Aruk, atau Badau, di kawasan lintas perbatasan. Kali ini, Kan-tor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat memilih mendorong pembangunan layanan perbankan di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, yang belum pernah ada sejak Indonesia merdeka.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, Hil-

man Tisnawan, mengatakan pelayanan perbankan hingga ke pelosok memang harus dilakukan. “Perbankan jangan sampai absen karena berpikir tidak mendapat untung. Harus masuk juga ke daerah yang memang membutuhkan layanan perbankan,” ujar dia.

Pada 15 Desember 2012, sejarah baru ditorehkan di Paloh. Untuk pertama kalinya, berdiri sebuah bank, yaitu Kantor Cabang Pembantu Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat. “Kami memang me-minta Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat untuk membuka kantor di remote area seperti Paloh,” ujar Hilman.

Selama ini, layanan perbankan Paloh mengandalkan Kota Sam-bas. Itu pun, untuk nominal Rp 100 juta sudah harus indent alias me-nunggu beberapa hari. Dapat dibayangkan bagaimana warga cukup kerepotan bertransaksi rupiah dengan kondisi demikian.

Seiring pembukaan kantor bank tersebut, Bank Indonesia pun menurunkan tim kas keliling. Masyarakat langsung mendapat kesem-patan menukar uang kartal. Bersamaan, uang lusuh ditarik juga.

Kesempatan yang jarang ini kemudian digunakan untuk sosiali-sasi. Masyarakat dikenalkan cara mengenali keaslian uang rupiah. Bagaimana cara memperlakukan uang, juga dikabarkan. Dikemas dengan hiburan musik, masyarakat pun diajak turut serta dalam prog ram Cinta Rupiah di daerah perbatasan.

Kondisi perbatasanDaerah perbatasan di Kalimantan Barat, terbentang dari Kabu-

paten Sambas sampai dengan Kapuas Hulu. Di sepanjang daerah per-batasan, berdasarkan data tim pengawas inflasi daerah Kalimantasan Barat pada 2011, terdapat 50 jalan setapak yang menghubungkan 55 desa di provinsi ini dengan 32 kampung di Sarawak, Malaysia.

Kedekatan warga kedua sisi perbatasan, tak cuma ditandai ke-hadiran jalan setapak itu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2010, disebutkan 38,83 persen penduduk Kalimantan Barat, kira-kira berjumlah 1,71 juta orang, tinggal di kawasan perbatasan. Sayang-nya, dua sisi wilayah yang dipisahkan tonggak-tonggak perbatasan tersebut tidak memperlihatkan kesetaraan kesejahteraan.

Misalnya, sebagian besar jalan utama desa di wilayah perbatasan di sisi negara kita, masih berupa jalan tanah. Dari 98 desa perbatasan, saluran televisi dapat diakses di 31 desa, dengan mayoritas siaran berasal dari negara tetangga. Hanya 16 desa yang bisa menangkap siaran dari televisi nasional, dan delapan dari 14 kecamatan di per-batasan sama sekali tak bisa menangkap sinyal televisi.

Setali tiga uang, sinyal telepon juga masih timbul tenggelam. Dari 98 desa di perbatasan, 42 desa di antaranya bisa mendapatkan sinyal dari operator telepon nasional tapi lemah. Sedangkan 39 desa yang lain, sama sekali tak mendapat sinyal. Cuma 17 desa yang ‘baik-baik saja’ di urusan sinyal telekomunikasi ini.

Bila tak ada upaya strategis dari beragam kalangan, kondisi ini tak akan pernah membaik. Investasi yang diharapkan datang untuk mewujudkan daerah perbatasan sebagai etalase negara, bakal serasa memanah rembulan. Karenanya, pembukaan kantor cabang pem-bantu Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat ini, merupakan satu langkah awal sekaligus besar, yang bukan sekadar rencana dan wacana. u

Memperluas Layanan Keuangan

di PerbatasanTerobosan langkah dengan pemikiran taktis dan strategis, menjadi jurus yang tak bisa ditawar.

Page 11: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

11EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

GER

AI C

AN

DA

Banyak orang menyebut saat ini adalah era digital. Apakah kita sudah selaras dengan era tersebut, berikut beberapa

cara untuk memastikannya:1. Anda secara tidak sengaja memasukkan PIN Anda pada microwave.2. Anda tak pernah bermain poker dengan kartu betulan dalam 1 tahun terakhir.3. Anda memiliki daftar 15 nomor telepon untuk dapat menghubungi tiga anggota keluarga Anda.4. Anda mengirimkan e­mail kepada orang yang bekerja di meja sebelah Anda.5. Alasan Anda untuk tidak tetap ber- hubungan dengan teman dan keluarga adalah bahwa mereka tidak memiliki alamat e­mail.6. Anda berhenti di depan rumah Anda dan menggunakan ponsel Anda untuk memeriksa apakah ada orang di dalam rumah yang bisa membantu Anda mem- bawa belanjaan.7. Setiap iklan di televisi memiliki situs web di bagian bawah layar.8. Meninggalkan rumah tanpa ponsel Anda, merupakan penyebab panik dan Anda pasti akan berbalik arah untuk mengambilnya kembali.10. Anda bangun di pagi hari dan online sebelum mendapatkan kopi Anda.11. Anda mulai memiringkan kepala Anda ke samping untuk tersenyum. 12. Anda membaca ini dan mengangguk dan tertawa.13. Anda terlalu sibuk untuk memperhati- kan bahwa tidak ada nomor #9 pada daftar ini.14. Anda benar-benar mengecek kembali untuk memeriksa bahwa tidak ada #9 pada daftar ini. u

T igor membawa Ucok, adiknya yg baru datang dari Tarutung, jalan-ja-lan ke Monas.

Sampai di puncak, Tigor unjuk gigi pada adiknya sambil menunjuk Istana.

“Cok, tahu kau? Itu rumahnya Pre-siden SBY,” katanya.

“Bah, besar rumahnya ya Bang...,” jawab Ucok kagum.

“Kalau itu Gedung Indosat, kantor henpon abang ini,” katanya mengajak Ucok ke sisi barat sambil mengacungkan HP-nya.

“Besar dan tinggi kantornya ya Bang?” kata Ucok kagum.

“Karena itu keras suara henpon abang ni,” kata Tigor tegas.

“Yang besar-besar di sebelahnya, ge-dung apa bang?” tanya Ucok.

“Itu gedung BI, dari situlah semua

uang abang ini datang,” kata Tigor me-nepuk-nepuk dompetnya.

Ucok makin kagum pada abangnya yang demikian dekat dengan kehebatan-kehebatan itu.

“Rumah Presiden itu belum seberapa be sar, Cok,” lanjut Tigor, “Tahu kau, mulai dari BI itu terus ke ke belakangnya sana, itu semua Tanah Abang,” jelas Tigor meya-kinkan.

“Puji Tuhan, benar Bang?” tanya Ucok makin kagum.

“Kalau tak percaya kau, kita tanya sama anak muda ini,” kata Tigor.

“Dek, betul kan daerah di belakang BI itu Tanah Abang?”

“Betul Bang,” jawab pemuda itu.“Apa kubilang...!! Ayoklah kita turun,”

kata Tigor menarik adiknya yang makin kagum pada abangnya. u

Tanah AbangSudah Hidupdi Era Digital?

Badu buka komputer, lalu mema-sukkan password:

‘Pemarahpemalupendendam-sombongcongkakjujurberanitegas’

Amir: “Kok password panjang be-gitu?”

Badu: “Gaptek lo ah, kan password­nya harus 8 karakter termasuk satu hu-ruf besar. u

Delapan Karakter

Dja

lu’1

3

Dja

lu’1

3

Page 12: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

12 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

PER

SPEK

TIF

Perang bisa dilihat sebagai zero sum game: ada yang kalah, ada yang menang. Tapi kita juga tahu kalau perang seringkali berakhir duka buat semua orang. Kematian, ke-

hancuran, dan penderitaan dihadapi oleh pecundang maupun pe menang. Hasil akhir yang secara netto menjadi negatif.

Lalu apa hasil dari perang mata uang (currency wars)? Majalah The Economist tidak memprediksi keduanya, tapi justru kemasla-hatan buat dunia: positive sum. Benarkah?

Istilah perang mata uang dimulai Men-teri Keuangan Brazil pada 2010, ketika meng-kritisi kebijakan The Fed. Kala itu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) itu mengguyur pa sar keuangan Amerika dengan likuiditas, dise-but Quantitative Easing (QE). Pencetakan uang itu, tuduh sang menteri Brazil, adalah untuk melemahkan nilai mata uang Amerika untuk perbaik an neraca perdagangan. Perse-teruan memanas, tapi hanya seumur jagung.

Kini, perang mata uang merebak lagi. Hanya saja bukan antara negara maju lawan negara emerging, melainkan sesama negara maju. Jepang yang frustasi karena dua abad kemandek an ekonomi nya (lost de cades) i ngin menempuh jalan pintas. Perdana men-teri yang baru, Shinzo Abe, akan melakukan sti mulus fiskal besar-besaran. Abe-san juga menekan Bank of Japan untuk melakukan langkah nyata melalui QE. Dalam jangka pendek, kebijakan yang ki ni disebut seba-gai Abenomics itu diharapkan menurunkan suku bunga riil dan melemahkan mata uang. Cuma butuh waktu dua bulan, yen melemah 10 dan 20 persen terhadap dolar AS dan euro.

Tapi masih menjadi pertanyaan besar, apakah pelemahan itu akan secara nyata berdampak kepada aktivitas ekonomi di sek-tor riil. Stimulus fiskal dan ultra accommoda­tive monetary policy Amerika, misalnya, tidak

serta-merta mendorong aktivitas ekonomi, karena sektor rumah tangga dan perusahaan masih terus berkonsentrasi pada perbaikan neraca mereka yang defisit.

Pendukung stimulus melihat kebijak-an yang longgar sebagai satu-satunya jalan untuk mengaktivasi ekonomi yang sedang resesi. Jika masih tidak ba nyak mengakti-vasi ekonomi, tambah lagi saja dosisnya. The Economist pun berpendapat pelonggar-an semacam yang kini dilakukan di Jepang bukan semata berimplikasi kepada perang mata uang untuk perbaikan neraca perda-gangan. Jika suku bunga riil bisa diturunkan dan mengaktivasi konsumsi, impor juga akan bertambah, yang berarti ekspor bagi negara lain. Secara keseluruhan dunia diuntungkan ketimbang terus mengalami resesi. Itulah alasan mengapa Abenomics dianggap ber-dampak positive­sum bagi dunia.

Sayangnya mengharapkan tambahan konsumsi pada argumen itu tidak semudah dibayangkan. Melemahkan nilai tukar hanya berarti bahwa mata uang lain akan menguat. Mereka yang merasa dirugikan akan bereaksi juga. Secara global, dinamika yang terjadi bi sa membahayakan karena akan semakin me ningkatkan volatilitas pasar. Kini saatnya melihat kembali akar persoalan, untuk tidak sekadar terjebak kebijakan yang berbasis pragmatisme jangka pendek.

Perangkap Labirin Pasca-krisisAkar persoalan krisis yang kini dihadapi

ne gara maju begitu mendasar. Sulit bagi me-reka untuk segera keluar dari “labirin” resesi ekonomi.

Jebakan utang dan proses deleveraging yang menyertainya; sektor keuangan yang belum sepenuhnya berfungsi; persoalan demo grafi seperti aging population yang sangat pelik; amunisi kebijakan ––baik fiskal maupun moneter–– telah terkuras; ser ta de-ret an persoalan struktural yang secara kese-luruhan menyebabkan inefisiensi eko nomi, adalah kendala mendasar yang tidak me-mungkinkan mereka melakukan pemulih an ekonomi secara cepat.

Kebijakan ekonomi negara maju seperti terus berputar dalam lingkaran tak berujung (vicious circle). Ini membuat berbagai lang-kah kebijakan, termasuk QE, tidak efektif. Lapor an tahunan Bank for Internatio nal Set-tlements (BIS), mi salnya, gam blang memo-tret persoalan semua pelaku ekonomi. Ru-mah tangga dan perusahaan terjerat utang

dan neracanya defisit; jerat utang dan defisit fiskal juga dihadapi pemerintah, menjadi-kannya tidak kredibel; sektor keuangan terje-bak penempat an beri siko tinggi, dan dengan demikian membutuhkan tambahan modal.

Konsolidasi fiskal sangat mendesak, teta-pi jika itu dilakukan akan semakin memper-lemah pendapatan sektor rumah tangga dan perusahaan. Apabila mereka sampai bang-krut, ikut runtuh jugalah sektor keuangan. Persoalannya, banyak institusi keuangan da_lam posisi sistemik, sehingga kebangkrut an-nya akan memaksa intervensi pemerintah yang pada dasarnya tidak punya dana.

Sebaliknya, pemerintah yang tidak mau melakukan konsolidasi fiskal akan semakin tidak kredibel dan menurunkan harga su-rat utangnya di pasar, memperburuk ne ra-ca sek tor keuangan yang terlanjur memiliki surat utang itu. Lalu, sektor ini memper-ketat kre dit pada sektor rumah tangga dan perusahaan, memperlemah pertumbuh an ekonomi karena aktivitas eko nomi menurun. Akhirnya, konsolidasi fiskal justru semakin sulit dilakukan.

Lingkaran setan semacam itu sebenar-nya telah sejak lama diidentifikasi. Tetapi ne-gara maju terus saja melakukan respons ke-bijakan berorientasi jangka pendek. Setelah triliunan dolar AS dana stimulus fiskal tidak berhasil mengangkat aktivitas ekonomi, ke-bijakan moneter yang sangat akomodatif kini menjadi andalan.

Bukan saja tidak efektif, langkah kebijak-an moneter negara maju sebagai penyedia li-kuiditas global juga akan berdampak kepada negara lain, khususnya melalui ketidakstabil-an aliran modal. Jika melihat persoalan eko-nomi yang diahadapi, QE dan currency wars yang mengikutinya hanyalah sebuah puncak gunung es. Di bawahnya tersembunyi segu-nung persoalan yang pelik dengan ruang ke-bijakan yang sempit.

Jalan pintas semacam QE tidak bisa dianggap sebagai pengganti (substitute) perbaikan struktural yang harus dilakukan. Langkah jangka panjang yang kredibel se-per ti me ngu rangi utang di semua sektor adalah hal yang mutlak diperlukan. Memang sulit dan menyakitkan, tapi perbaikan struk-tural adalah satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan.

Kita di sini sudah mengalami periode pa-hitnya perbaikan struktural itu setelah “kris-mon” di akhir 1990-an. Mungkin kini saatnya Indonesia memberikan pelajaran. u

Perang Mata UangSebuah Puncak Gunung Es

ERWIN HARYONO Departemen Internasional

D A

ulia

Page 13: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

13EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

PER

SPEK

TIF

Dari media massa, kita sering membaca atau mendengar Bank Indonesia (BI) melakukan operasi (baca: intervensi) pasar valuta asing (valas). Berita itu

selalu terkait dengan upaya BI sebagai bank sentral menstabilkan gejolak atau fluktuasi nilai tukar rupiah.

Dalam operasi pasar, digunakan istilah jual atau beli valas, biasanya melibatkan va las berupa dolar Amerika Serikat (AS). Aksi jual dilakukan ketika pelemahan ru-piah dinilai sangat signifikan. Sebaliknya, BI akan membeli valas ketika rupiah menguat terlalu signifikan terhadap dolar AS, di luar volatilitas yang dianggap normal.

Langkah intervensi tersebut merupa-kan hal jamak di semua bank sentral dunia. Namun krisis ekonomi global yang dimulai dari Amerika pada 2007-2008, membuka lembaran baru sejarah pasar keuangan. Apalagi pada 2010 menyusul pula krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa.

Krisis kali ini telah membuat keper-cayaan pelaku pasar menurun. Pada saat bersamaan likuiditas pasar di beberapa ka wasan menipis. Dampaknya, volatilitas alias fluktuasi harga-harga produk pasar keuangan, termasuk nilai tukar mata uang, meningkat tajam.

Muncul paradigma baru di pasar ke-uangan, sebagai respons pelaku pasar atas krisis di negara-negara maju itu, berupa kondisi ‘risk on’ dan ‘risk off’. Istilah ‘risk on’ merupakan kondisi ketika harga aset beri-siko cenderung menguat, sebaliknya ‘risk off’ adalah situasi ketika harga aset berisiko itu cenderung melemah.

Menjadi persoalan, ketika kondisi atau sentimen ‘risk on’ dan ‘risk off’ tersebut terja-di bergantian dalam jangka waktu singkat. Dengan kata lain, terjadi kecenderungan peningkatan volatilitas pasar.

Dalam perekonomian yang semakin terintegrasi di era globalisasi, kondisi vola-tilitas pasar ini juga merambat sampai ke Indonesia. Nah, repotnya, Indonesia masih sering dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi oleh banyak

pelaku pasar.Di sinilah BI membutuhkan ‘amunisi’

yang cukup untuk dapat menjaga volatili-tas nilai tukar rupiah dengan baik. Wujud peluru itu adalah cadangan devisa.

Kecukupan cadangan devisa, akan memberikan kemampuan yang memadai-kepada BI untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar rupiah yang berlebihan. Pada saat yang sama, kecukupan devisa juga dapat meningkatkan kepercayaan pelaku pasar dan investor, terutama saat volatilitas nilai tukar meningkat.

Karenanya, menjaga kecukupan ca-dangan devisa menjadi isu sangat penting bagi BI. Saking pentingnya tugas menjaga kecukupan devisa ini, tak heran bila penge-lolaan cadangan devisa menjadi pasal ter-sendiri dalam Undang-undang (UU) ten-tang BI. Gamblang disebutkan bahwa BI men dapat tugas mengupayakan cadangan devisa dipelihara mencapai jumlah yang dianggap cukup untuk melaksanakan kebi-jakan moneter.

Ini Soal PengelolaanNah, ini bagian serunya. Amanat UU

ter sebut membuat BI harus bisa mengelola cadangan devisa untuk beragam kebutuh-an, yang semua berujung pada ‘kesehatan’ moneter Indonesia.

Cara BI mengelola cadangan devisa, bi sa dibilang tak beda dengan apa yang dilakukan para manager investasi di pasar keuangan global. Bahkan setali tiga uang dengan keseharian pengelolaan keuangan ru mah tangga. Hanya, urutan prioritas prin sip pengelolaan yang menjadi pem-bedanya, karena tujuan BI bukan mendu-lang keuntungan semaksimal mungkin.

Bagi bank sentralumumnya, termasuk BI, prinsip pengelolaan cadangan devisa meng gunakan tiga prinsip dengan urutan prio ritas. Ketiga prinsip tersebut adalah keamanan (security), kesiagaan memenuhi kewajiban segera (liquidity), tanpa meng-abaikan peluang untuk memperoleh pen-dapatan optimal (profitability).

Jika pasar uang diibaratkan lalu lintas kendaraan, maka prinsip pengelolaan ter-sebut merupakan rambunya. Mencapai tu-ju an dengan mengabaikan ketiga prinsip ini, tak beda dengan mengemudi di jalanan tanpa panduan rambu.

BI secara bertahap juga melakukan trans formasi paradigma proses pengelo-laan cadangan devisa yang mengarah pada international best practices. Tata kelola (go­vernance) dan proses pengambilan kepu-tusan (decision making process) semakin dipertajam untuk meminimalisasi terjadi-nya berbagai risiko dalam pengelolaan.

Diversifikasi aset dan instrumen penge-lolaan pun diperluas, dengan tetap mem-perhatikan tingkat risiko dan pendapatan yang seimbang. Investasi tersebut men-cakup penanaman pada berbagai negara dan mata uang yang dianggap aman, serta pada produk-produk pasar keuangan se-perti emas, surat berharga, dan deposito.

Sejauh ini, pendekatan dan proses pe-ngelolaan cadangan devisa serta pengelo-laan risikonya dinilai telah sesuai (comply) dengan international best practices. Tentu-nya target capaian tidak hanya berhenti sampai di situ.

Bila semua berjalan optimal, gonjang-ganjing ‘risk on-risk off’ pun bisa dihadapi dengan lebih tenang dan meyakinkan. Semoga. u

Mengelola‘Risk On-Risk Off’

FITRA JUSDIMANDepartemen Pengelolaan Devisa

D A

ulia

Kecukupan cadangan devisa, akan memberikan kemampuan yang memadai kepada BI untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar rupiah yang berlebihan.

Page 14: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

14 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

Sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Ti-mur, Samarinda merupakan kota jasa, namun minim objek wisata. Berbagai

cara telah diupayakan Pemerintah Kota un-tuk me ngembangkan daerah wisata. Salah satunya adalah de ngan menetapkan sentra produksi sarung tenun, di Kelurahan Mas-jid, Kecamatan Samarinda Seberang. Kan-tor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur ikut mendorong pengoptimalan po-tensi daerah wisata ini.

“Pengembangan kampung tenun Sa-marinda menjadi daerah tujuan wisata ha-rus bersifat komprehensif, ‘one stop shop-ping’, serta menggunakan pendekatan mar ket,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur, Ameriza M Moesa. Pendekatan ‘one stop shopping’, ujar dia, akan memadukan sentra kerajinan, pu-sat penjualan, serta objek wisata.

Kampung tenun ini akan dilengkapi de-ngan fasilitas ruang pamer, kulinter, wi sa ta religi dan budaya, dan pemandu. Pengem-bangan SDM perajin, melalui penguatan modal sosial dan masyarakat sadar wisata, menjadi prioritas utama kesuksesan kam-pung ini.

Tenun sarung Samarinda, semula di-bawa oleh para pendatang Suku Bugis dan Sulawesi, yang menetap di kawasan Tanah Rendah, mulai 1668. Sekarang, wilayah ini dikenal de ngan sebutan Samarinda Se-berang. Kawasan ini adalah cikal-bakal dari Kota Samarinda.

Motif sarung tenun Samarinda yang terkenal adalah ‘Be lang Hatta’. Nama motif ini merujuk pada Wakil Presiden pertama Indonesia, Muhammad Hatta. Motif terse-but merupakan pilihan Hatta ketika dulu berkunjung ke sana.

Saat ini terdata sekitar 167 perajin ada di kampung tenun. Jumlah ini masih bisa bertambah, karena belum semua perajin terdata.

Kesepakatan kerja sama Bank Indonesia dengan Peme rintah Kota Samarinda untuk bersama-sama mengembangkan kampung ini, ditandatangani pada 28 Januari 2013. Wakil Wali Kota Samarinda, Nusyirwan Ismail mengatakan kerja sama ini adalah untuk mengembangkan sentra produk kerajinan dan menjadikannya sebagai tujuan wisata.

Nusyirwan berharap, kampung tenun Samarinda dapat menjadi tujuan wisata na-sional berbasis kerajinan. Wisatawan, kata dia, tak hanya dapat berbelanja, tapi juga bisa melihat proses produksinya. “Bank In-donesia mendukung tidak hanya pengua-tan permodalan, tapi juga pembinaan pada UKM,” kata dia. u

Perbankan memegang peran pen-ting dalam kehidupan modern, ter-masuk memajukan perekonomian

suatu negara. Hampir seluruh sektor yang terkait dengan aktivitas keuangan, baik per orangan maupun lembaga, sosial atau perusahaan, membutuhkan jasa bank.

Seiring perkembangan waktu, jum-lah bank beserta cabangnya mengalami peningkatan dan diiringi berbagai ino-vasi berupa keragaman produk perban-kan. Karenanya, ketersediaan sumber daya ma nu sia dengan keahlian dan ke-

terampil an khusus di bidang perbankan, menjadi kebutuhan mutlak yang tak ter-hindarkan.

Untuk mendukung peningkatan ke te rampilan pelajar di bidang perban-kan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur memberikan ban-tuan pinjam pakai peralatan pendukung kegiatan eks t rakuriku ler perbankan ke-pada SMKN 10 Surabaya. Peralatan terse-but berupa satu set perlengkapan bank mini, yang da pat dipakai untuk simulasi kegiatan perbankan.

Setelah diserahterimakan oleh Bank Indonesia Wilayah IV, kepada SMKN 10 Surabaya, peralatan tersebut dipakai un-tuk kegiatan ekstrakurikuler. Di sekolah ini, Program Keahlian Perbankan dan Akun tansi menja di salah satu kegiatan ekstrakurikuler sejak 1996.

Selama ini, respons siswa, tenaga peng ajar, serta masyarakat sekitar cukup positif atas kegiatan bank mini di seko-lah tersebut. Bank mini di SMKN 10 me-layani kegiatan perbankan berupa peng-himpun an dana dan penyaluran kredit. u

Mengenalkan Perbankan di Sekolah

PER

IST

IWA

& H

UM

AN

IOR

A

Kampung Tenun Samarinda

gros

irsar

ungs

amar

inda

.com

aakm

inan

ti.bl

ogsp

ot.c

om

Page 15: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

15EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

PER

IST

IWA

& H

UM

AN

IOR

A

Ada yang berbeda, di satu pagi, 18 Januari 2013. Tepatnya di Sei Gohong, Palangka Raya, Kali-man tan Tengah. Keramaian, de-ngan tenda terpasang kokoh,

menyambut kehadiran Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan rombong-an Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kali-mantan Tengah.

Pagi itu, Gubernur turun ke lahan ba-wang merah. Menyingsingkan lengan batik khas Palangkaraya, Gubernur mengawali pa nen raya demonstration plot (demplot) bawang merah. Proyek demplot bawang me-rah ini merupakan terobosan Kantor Perwa-kil an Bank Indonesia Kalimantan Tengah dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Kalimantan Tengah.

Selama ini bawang merah dikenal seba-gai tanaman dengan karakteristik tumbuh pada iklim kering, peka terhadap curah hujan dengan intensitas tinggi serta cuaca berka-but. Biasanya bawang merah membutuhkan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase baik, mengandung ba-han organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam.

Demplot bawang merah merupakan te-ro bosan dengan menanam bawang merah di dua lokasi ekstrem, yang mewakili seba-gian besar jenis lahan di Kalimantan Tengah. Yaitu, lahan dengan tanah berpasir seperti di Kelurahan Sei Gohong, dan lahan tanah gam-but seperti di Kelurahan Kalampangan, yang keduanya berada di Kota Palangka Raya. Pe-nanaman demplot dimulai pertengahan No-

vember 2012, saat curah hujan sudah cukup tinggi. Kondisi ini ideal untuk menanam bawang merah.

Terobosan menggarap demplot bawang merah merupakan rekomendasi TPDI Kali-mantan Tengah. Targetnya, metoda ini akan mengatasi permasalahan yang selalu muncul sebagai penyumbang inflasi utama Provinsi Kalimantan Tengah. Ya, bawang merah me-miliki bobot konsumsi rata-rata mencapai 0,5 persen di Palangka Raya dan 0,6 persen di Sampit.

Bila pasokan dari Pulau Jawa mengalami kendala, atau menjelang hari raya, inflasi pun bisa melejit karena persoalan bawang me-rah. Sementara kebutuhan bawang merah di provinsi ini, tercatat sekitar 200 ton per tahun.

Berdasarkan alasan tersebut, Bank Indo-nesia melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) membantu masing-masing tiga petani di Kelurahan Sei Gohong dan Kalampangan, untuk memulai demplot bawang merah. Pro-yek ini dikawal ketat oleh BPTP Kalimantan Tengah sebagai peneliti lapangan, selama 60 hari masa tanam demplot.

Sebelum ada proyek ini, bawang me-rah belum pernah ditanam di sentra sayuran Palangka Raya maupun Kalimantan Tengah pada umumnya, karena dua hal. Pertama, karakter tanah yang berkarakteristik gambut dan pasir kuarsa. Kedua, sulitnya mendapat-kan benih karena harganya mahal dan harus didatangkan dari Pulau Jawa.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kali-mantan Tengah, Muhammad Nur, mengata-

kan demplot membuktikan bahwa dengan teknologi yang tepat guna bawang merah dapat dibudidayakan di Kalimantan Tengah. “(Sehingga) secara ekonomis sangat layak dilakukan,” ujar dia, dalam kesempatan ber-dialog dengan para petani.

Pengembangan demplot bawang merah yang lebih luas, papar Nur, punya tiga tujuan utama. Pertama, menjamin ketersediaan ba-wang merah secara lokal, sehingga dapat me nekan inflasi. Kedua, memberdayakan sek tor riil dan UMKM dari kalangan petani. Ke tiga, Meningkatkan akses UMKM pada per bankan.

Berdasarkan uji coba di Sei Gohong dan Kalampangan, produksi demplot bawang merah adalah 9 ton per hektare. Rasio reve­nue cost demplot bawang merah adalah 4,06, dengan kebutuhan biaya per hektare adalah Rp 50 juta.

“Dengan capaian ini, saya optimistis per bankan akan berminat turut berperan dalam pembiayaan budidaya bawang merah ke depan, karena hasilnya cukup besar dan feasible,” kata Nur. Ke depan, imbuh Nur, ke-berhasilan demplot bawang merah di lahan marginal pasir kuarsa dan tanah gambut ini dapat menginspirasi para petani dan pihak terkait untuk mengembangkan bawang me-rah di Kalimantan Tengah.

Gubernur Kalimantan Tengah pun meng-imbau dinas terkait segera terlibat dalam pengembangan bawang merah dengan terobosan ini. Diharapkan dinas terkait dapat menggandeng petani sekaligus meningkat-kan taraf hidup mereka. u

Dok

BI

Demplot Bawang Merah

Terobosan Program Sosialdan Teknologi

Page 16: GERAI - bi.go.id · mendatangkan kedelai dan mobil mewah itu sama. Butuh valuta asing. ... sebuah bangsa dan negara, dalam dua huruf simbol ... pertanyaan utama kapan resesi dunia

16 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

EKSP

OSE

Pendulum sentimen global tak per-nah berayun sefluktuatif tahun-ta hun terakhir. Sejak kolapsnya Lehman Brothers di Amerika pada 2008, pasar keuangan dan ekonomi

riil yang menopang kegiatan utama ekono-mi, ibarat roller coaster.

Geliat ekonomi global, utamanya di ne-ga ra maju, menurun sejak saat itu. Seiring de ngan marjin laba investasi di Amerika Se-rikat, zona Euro, dan Jepang yang hampir mendekati nol, dana dalam jumlah besar di pasar keuangan global juga bergerak menca-ri keuntungan ke emerging economy, seperti In donesia, dan akhirnya banyak mempenga-ruhi gerakan pasar keuangan emerging coun­tries.

Situasi yang tak pasti tidak pernah disukai siapapun, dari kalangan apa pun, terma suk Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia ber-pengaruh cukup kuat kepada nilai ekspor kita yang pada 2012 terus dalam tren melam bat.

Di tengah impor yang masih cukup kuat guna menopang kuatnya ekonomi domestik, ekspor yang menurun pada gilirannya men-dorong defisit pada neraca transaksi berja-lan. Salah satu impor terbesar adalah minyak bumi yang melonjak sejalan dengan kenaik-an konsumsi BBM dan harga global.

Memang aliran modal dari negara maju juga masih besar sehingga dapat menutupi kesenjangan dari transaksi berjalan terse-but. Sayangnya, situasi ini punya kerentanan tersendiri. Aliran modal masuk dengan pola alami bersifat jangka pendek, khususnya in-vestasi portofolio, cukup rentan berbalik arah mengikuti sentimen global.

Kinerja neraca pembayaran yang kurang kondusif tersebut tidak dapat dihindari ber-pe ngaruh pada pergerakan nilai tukar ru-

piah. Sejak awal 2012, rupiah dalam tren melemah. Sampai akhir Februari 2013 ru-piah diperdagangkan pada kisaran Rp9.600 hingga Rp9.700 per dolar AS. Penurunan nilai tukar rupiah perlu mendapat perhatian karena bisa memberi tekanan inflasi dari ba-rang impor.

Bukan Pekerjaan MudahMenjaga nilai tukar rupiah di tengah situ-

asi yang kurang menguntungkan tersebut memang bukan pekerjaan mudah. Banyak variabel yang harus diperhitungkan. Belum lagi pengaruh arus modal jangka pendek alias hot money, yang bisa dengan mudah menggoyang rupiah, mengingat kapasitas pasar finansial Indonesia yang relatif kecil.

Karena itu, kebijakan BI diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya, sambil berupaya memitiga-si volatilitas yang dapat terjadi. Dalam kaitan ini, BI berupaya menutupi kesenjangan ke-butuhan valas sehingga dapat meminimal-kan volatilitas kurs yang dapat terjadi secara berlebihan.

‘’Masalahnya sekarang adalah terjadi shortage supply di pasar valas dari hari ke hari.,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A Sarwono. Dalam situasi itu, BI harus berani masuk ke pasar untuk mengurangi gap antara supply dan demand. “Kami masuk pasar dan melakukan intervensi de ngan jumlah dan timing yang tepat,” imbuh Har-tadi. Namun tetap harus ada strategi untuk menarik alir an modal masuk khususnya yang berjangka panjang, guna membiayai kegiat-an investasi di dalam negeri.

BI juga menempuh kebijakan capital flows management, dengan menerbitkan per aturan yang mengharuskan kepemilikan

SBI bertahan mini mal satu bulan sebelum bisa ‘beredar’ lagi, alias kebijakan one month hol ding period. Kebijakan ‘menahan sejenak aliran mo dal’ ini pun kemudian diperpan-jang lagi menjadi six months holding period. ‘’Dari penga laman kita, ini merupakan lang-kah yang baik dalam rangka pengelolaan kebijak an mone ter,” kata Hartadi.

Bank Indonesia pun meminta pelaku bis-nis –terutama perusahaan di industri minyak dan gas– menempatkan devisa hasil ekspor dan utang luar negeri ke perbankan domes-tik. Permintaan ini memang belum akan sig-nifikan meningkatkan likuiditas valuta asing dalam negeri, mengingat belum ada aturan yang mengharuskan berapa lama dana ini harus tinggal di pasar keuangan lokal atau-pun kewajiban mengonversinya ke rupiah. Tapi, tetap saja permintaan itu merupakan pesan bahwa Bank Indonesia punya itikad dan terus berupaya menenangkan pasar yang gelisah di tengah rezim devisa bebas.

Di samping itu, kebijakan ini juga diha -rap kan dapat menggairahkan pasar ke uang-an domestik kita. Melalui pengembang an bisnis-bisnis baru untuk mengelola de vi sa yang diparkir di bank domestik, hal ini akan mendorong pendalaman pasar (financial deepening) dan peningkatan daya saing per-bankan domestik.

Pada 2013 ini, BI memperkirakan pros-pek ekspor kita akan kembali membaik di-dorong harapan membaiknya ekonomi glo-bal dan pada gilirannya berkontribusi po sitif pada stabilitas nilai tukar rupiah. ‘’Ke depan, dengan ekonomi yang mulai pulih, kita bisa berharap ekspor akan membaik. Di samping itu, impor, terutama migas, juga harus dijaga agar tidak terlalu besar,’’ kata Hartadi di awal 2013. u

Menahan Ayunan Pendulum Ekonomi Global

Kami masuk pasar dengan jumlah dan ti ming yang tepat.

16 EDISI 35 u FEBRUARI 2013 u TAHUN 4 u NEWSLETTER BANK INDONESIA

Enny

Nur

ahen

i