View
309
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
1/52
VOL. 3 NO. 3, SEPTEMBER 2013
Ada Asa Migas dari Timur
DaulatRakyatdi Ladang
Minyak
Menyigi Geologi, Mencari Migas Indonesia
Bercermin ke Jeju
Panas Bumi Non-Vulkanik di IndonesiaA. Djumarma WirakusumahPerawi Gunung Api
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
2/52
3
PEMBACA YTH
BenarkahIndonesia negeri kaya minyak? Di kalangan awam, tanya ini menggodakarena berlawanan dengan pengetahuan umum selama ini bahwa Indonesia adalah negarayang kaya sumber daya alam. Sayangnya, kita harus menjawab tidak. Dalam StatisticalReview of World Energy 2013 yang diterbitkan British Petroleum (BP) misalnya, cadanganterbukti (proved reserves) minyak Indonesia hanya 3,7 miliar barel yang turun dibandingtahun 2002 yang mencapai 4,7 miliar barel. Jika menggunakan laju produksi sekarang,
jumlah itu hanya untuk sekitar 12 tahun.Produksi migas nasional dari tahun ke tahun juga menurun, dan sebaliknya, kebutuhannya
justru semakin meningkat, termasuk pada tahun 2013. Kekurangan pasokan ini, tentu saja,harus ditutup dengan impor.
Fakta di atas jadi ancaman terhadap ketahanan energi dan kemandirian energi. Untuk itu,diperlukan upaya terus-menerus dalam peningkatan sumber daya energi. Hal ini juga telahtercantum sebagai salah satu prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014. Dalam kaitan ini,
pemerintah telah menetapkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai prioritas perhatian.Ternyata di antara 60 cekungan potensi sumber daya migas nasional, ada 22 cekungan
yang belum dieksplorasi dan sebagian besar berlokasi di laut dalam KTI. Badan Geologi,sebagai badan publik, wajib memberikan informasi geologi, dalam hal ini geosains migas,sebagai insentif non-fiskal dan pengurangan risiko bagi pengusaha industri migas (risk sharingdari Pemerintah), termasuk untuk KTI, khususnya wilayah Papua. Kajian awal atas data yangtelah terkumpul selama ini memberikan harapan. Di Papua dan sekitarnya, terdapat potensiminyak sebesar 68,3 miliar barel dan gas 102,18 Tcf. Meskipun angka-angka sumber dayaini baru dugaan, beberapa perusahaan internasional, seperti BP, Chevron, dan Genting Oil,baru-baru ini telah memiliki blok-blok di wilayah Papua.
Di bidang migas, saatnya memang kita melirik ke KTI. Untuk meningkatkan potensisumber daya menjadi cadangan, di kawasan ini diperlukan eksplorasi migas lebih lanjut yangmeliputi survei seismik 2D dan 3D, bahkan hingga pengeboran. Beberapa di antara langkah-langkah itu sudah saatnya dilakukan oleh pemerintah sebagai insentif non-fiskal dan risk
sharingtersebut.Selain migas, dalam sisi pasokan, kita pun perlu memaksimalkan penggunaan energi
baru dan terbarukan (EBT). Dalam hal ini, sebagaimana untuk migas di KTI, pemerintah perlumeningkatkan ketersediaan data energi baru seperti shale gas(gas serpih), oil shale(serpihminyak), dan CBM (Coal-bed methane). Demikian pula untuk energi baru terbarukan, sepertipanas bumi dan tenaga air.
Memang, penggunaan energi terbarukan, setidaknya hingga saat ini, belum bisamenggantikan sepenuhnya peran energi konvensional migas dan batubara. Namun, dalamskala besar, apalagi jika diterapkan dengan prinsip pengembangan energi di daerah sesuaidengan potensi masing-masing, hal itu perlahan akan mengurangi ketergantungan kita
pada energi fosil, terutama migas. Peningkatan cadangan migas dan pemanfaatan energibaru terbarukan, diiringi penghematan penggunaan energi, akan memberikan langkahnyata menuju ketahanan energi dan kemandirian energi. Ketahanan energi penting untukmenanggapi dinamika perubahan energi global dan untuk menjamin ketersediaan energidengan harga wajar di dalam negeri. Sementara mandiri energi artinya kita mampu menjaminpasokan energi, mendapatkan akses terhadap energi, dan menjangkau harga energi.n
Oman AbdurahmanPemimpin Redaksi
EditorialVOL. 3 NO. 3, SEPTEMBER 2013
ISSN: 2088-7906
Foto sampul:Foto: Deni Sugandi.
Aktivitas pertambangan minyak rakyat di Desa Wonocolo, Jawa Timur.
Geomagz Majalah Geologi PopulerPembinaKepala Badan Geologi Pengarah
Sekretaris Badan Geologi PemimpinRedaksi Oman Abdurahman Wakil
Pemimpin Redaksi Priatna DewanRedaksi
Editor Bahasa
Editor FotoFotografer Ronald Agusta,
Dokumentasi
Sofyan Suwardi (Ivan), Titan Roskusumah,
Agus Yoga Insani, Dedy Hadiyat, BudiKurnia, Willy Adibrata Sekretariat
Distribusi
Budi Brahmantyo, SR. Wittiri, OkiOktariadi, T. Bachtiar, Igan S. Sutawidjaja,
Hadianto, Joko Parwata, Rukmana N. Adhi,Sabtanto Joko Suprapto, Teuku Ishlah,
Irwan Meilano, Suyono, Sinung Baskoro,Subandriyo Hawe Setiawan,
Bunyamin, Atep Kurnia DeniSugandiGunawan, Hilman Kalam
WinetaAndaruni, Fera Damayanti, Riantini,
Dadang Suhendi, Nurul HusaeniRian Koswara, Wiguna, Yudi Riyadi, SobiranSlamet Riyadi, Subiantoro, Asep Sutari,
Casta.
Setiap artikel atau tulisan yang dikirim keredaksi hendaknya diketik dengan spasi
rangkap, maksimal 5.000 karakter,
ditandatangani dan disertai identitas. Format
digital dikirim ke alamat e-mail redaksi.
Setiap artikel/tulisan/foto atau materi apa
pun yang telah dimuat di Geomagz dapat
diumumkan/dialihwujudkan kembali dalam
format digital maupun non digital yang tetap
merupakan bagian Geomagz. Redaksi
berhak menyunting naskah yang masuk.
Sekretariat Redaksi:
Badan Geologi, Gedung D Lt. 4Sekretariat Badan Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 BandungTelp. 022-72227711/Fax. 022-7217321
E-mail:[email protected]@gmail.com
Website:www.geomagz.com
ARTIKEL
Menyigi Geologi, Mencari Migas Indonesia
Minyak di Maja
Ada Asa Migas dari Timur
Dari Air Bangkitlah Listrik
'Hutan Batu' Maros-Pangkep
Panas Bumi Non-Vulkanik di Indonesia
Gajah Raksasa dari Blora
Status Normal Merapi Pasca Letusan 2010
Hubungan Tektonik dan Potensi Panas Bumi Indonesia
A. Djumarma WirakusumahPerawi Gunung Api
Daulat Rakyat di Ladang Minyak
PROFIL
RESENSI BUKULintasan Sejarah Pertambangan dalam Gambar
ESAI FOTO
18
26
30
34
40
44
54
58
64
80
90
Bercermin ke Jeju
LANGLANG BUMI68
92
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
3/52
5GEOMAGZ September 2013
KARS CITATAH
Bentang alam Perbukitan Kars Citatah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang mengalami penggalian batu kapur secara tidakterkendali. Namun, pada 2010 dua bukit, yaitu Gunung Masigit (lancip di tengah) dan Pasir Pawon di sebelah kanannya, telah terlindungi
dengan SK Bupati Bandung Barat. Adapun Karang Panganten (paling kanan) dan Pasir Bancana (paling kiri) terus mengalami gempuraneskavator. Memang batugamping Formasi Rajamandala berumur Oligo-Miosen ini mempunyai kualitas batu yang baik untuk tepungkalsium karbonat. Akan tetapi, keragaman bumi kars Citatah harus juga menjadi perhatian karena hal itu merupakan dokumen alam
yang apabila hilang tidak akan tergantikan.n
Sketsa: Eko Pramudyo, teks: Budi Brahmantyo.
Saya tertarik berkiprah di bidang yang berhubungandengan kegiatan alam bebas dan bisa diceritakandalam majalah. Kebetulan, saya tertarik denganGeomagzkarena majalah ini selain menyajikan foto-foto hasil perjalanan juga menyajikan pengetahuan.
Khususnya rubrik Langlang Bumi (geotravel) daningin berpartisipasi untuk menulis. Namun, belummengetahui caranya. Saya tidak berlatar belakangilmu Geologi. Saya lulusan Ilmu Perencanaan Wilayahdan Kota. Apakah saya bisa ikut berpartisipasi mengisisalah satu bagian dari Geomagz?
Dya Iganov
Penggiat Jelajah Lingkungan (Geotrek)
Jawaban:
Bisa. Anda dan siapa saja pembaca Geomagz dapatturut serta menulis di Geomagz. Tentu saja, tulisanberisikan tentang geologi yang disampaikan secara
populer. Untuk rubrik Langlangbumi (Geotravel),tulisan sebaiknya merupakan hasil perjalanan ataukunjungan ke tempat-tempat fenomena (sites)
geologi, baik bentang alam, singkapan batuan,mineral, fosil, maupun proses geologi. Akan lebihbaik lagi jika perjalanan atau kunjungan itu salingberkaitan atau merupakan satu rangkaian. Fenomenaflora dan fauna, sosial, budaya dan kehidupanmasyarakat, seperti legenda, cerita rakyat, seni,adat istiadat dan lainnya yang berkaitan dengan site
geologi yang dikunjungi dapat ditambahkan danmerupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuantulisan tersebut.
Saya membaca majalah Geomagzsejak terbitan Vol.I No. 2 (Juni 2011) sampai sekarang, yakni terbitanVol. III No. 1 (Maret 2013). Geomagzsecara konsistenmenyajikan informasi geologi dalam kemasan populer
yang sangat menarik.
Namun, penulis artikel, kontributor foto, dan penulisesai foto kurang beragam, dan masih mengandalkandua hingga tiga orang anggota Dewan Redaksi.Informasi tentang gunung api dan kebencanaangeologi sangat mendominasi setiap terbitannya, baikberupa artikel, sajian Geotravel, esai foto maupunilustrasi foto dan sketsa. Aspek ilmu kebumianlainnya, seperti geodinamika, geomarine, petrologi,mineralogi, geofisika, geohidrologi, geologi teknikdan lingkungan masih belum banyak ditampilkan.
Saya berharap sajian Geomagz bisa lebih lengkap,dan menampilkan hasil-hasil penelitian danpengembangan geologi, capacity building, dankecanggihan sarana prasarana survei melalui artikelpopuler. Saya ucapkan selamat dan sukses. SemogaGeomagzsemakin maju dan berkualitas.
Bambang T. Setiabudi
Kepala Pusdiklat Geologi
Geomagz bagus banget. Tampilannya menarik.Gambar-gambar dan fotonya bagus. Lebih bagusnyalagi, artikelnya disajikan dalam bahasa populersehingga mudah dipahami.
Bagaimana cara berlangganan Geomagz? Apakahdapat diperoleh di toko buku umum?
Dr. Heru Santoso
Puslit Geoteknologi LIPIJl. Sangkuriang, Bandung 40135
Jawaban:
Saat ini Geomagz belum dapat dijual untuk umum.Para peminat dapat mengajukan permohonanberlangganan melalui surat yang ditujukan ke RedaksiGeomagz. Pemenuhan permintaan diutamakan untukinstitusi seperti dari Pemerintah, Pemerintah Daerah,LSM, maupun swasta; kemudian perorangan, selama
persediaan masih ada.
Pembaca dapat mengirimkan tanggapan, kritik, atau
saran melalui surat elektronik ke alamat: geomagz@bgl.
esdm.go.id atau [email protected]
Surat
Pengukuhan Geopark Nasional Merangin Jambi di Rumah Dinas GubernurJambi. Semoga dapat membawa berkah dan kemajuan bagi masyarakatJambi. Foto: Ivan Sofyan.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
4/52
GEOMAGZ September 2013 7
Air Terjun Sri Gethuk di Kali Oyo merupakan salah satu wisata alam yang berada di Dusun Menggoran, Desa Bleberan,Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, sekitar 45 km dari Kota Yogyakarta. Gemuruh Sri Gethuk yang berairdi sepanjang musim ini memecahkan kesunyian kawasan sekitarnya di wilayah Gunung Kidul yang umumnyatandus. Terjun dari ketinggian sekitar 10 m, air terjun ini berundak-undak mengikuti perlapisan batugamping yangmerupakan batuan penyusun Formasi Oyo. Satuan batuan ini tersusun atas tuf dan napal tufan di bagian bawah danberangsur didomimasi oleh batugamping berlapis, umumnya kalkarenit, dengan sisipan batulempung karbonatan.Formasi ini tersingkap luas di sepanjang Kali Oyo.
Foto: Harry CahyonoTeks: Oman Abdurahman
SRI GETHUKGEMURUH AIR DI TANAH TANDUS
Sri Gethuk Waterfall in Oyo River is one of the natural attractions in the village of Bleberan, District ofPlayen, Regency of Gunungkidul, some 45 kilometres from the city of Yogyakarta. The rumbling waterfallalways breaks the silence of the area surrounding the generally barren Gunung Kidul region. Falls from aheight of some 10 m, the terraced waterfall follows the limestone bedding which is the rock that constitutesOyo Formation. This rock unit is composed of tuff and tuffaceous marl at the bottom and gradually to thetop that is dominated by layered limestone, which is generally calcarenite, intercalated with carbonaceousclaystone. This formation is widely exposed along Oyo River.
SRI GETHUK, RUMBLING WATER ON AN ARID LAND
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
5/52
9GEOMAGZ September 2013
Hamparan breksi gunung api berselang-seling tuf menutupi pantai selatan Garut, Jawa Barat, yang terkenal dengan sebutanSancang. Batuan ini merupakan bagian dari Formasi Jampang yang berumur OligosenMiosen Awal, kira-kira terbentuk30 juta tahun yang lalu. Di sebelah timur Ci Pangisikan yang airnya sesuai toponimnya sering tampak putih bak aircucian beras, hamparan breksi itu membentuk tanjung dengan ujungnya berupa bukit kecil. Debur ombak laut selatanyang dahsyat tiada henti menghantam tanjung itu dan pantai di sek itarnya. Akibat seleksi abrasi terhadap keragaman dayatahan batuan, terjadilah bentuk muka bumi yang bermacam-macam. Salah satunya adalah bukit yang menurut masyarakatsetempat menyerupai gajah sehingga disebut Batugajah.
Foto dan teks: Oman Abdurahman
TANJUNG BATUGAJAHDI KAWASAN SANCANG
The outspread volcanic breccia and tuffs cover West Javas southern coast of Garut, which is well known as Sancang.Part of the Jampang Formation, dated back to Oligocene - Early Miocene, these rocks were formed some 30 million
years ago. In the east of Ci Pangisikan the name of which tells that the water often appear as white as rice waterthe outspread breccia forms a headland with a small hill as its ends. The mighty southern sea waves relentlessly hitthe headland and surrounding beaches. From the differences of rock strength to abrasion, come various landforms inthese area. One of them is a hill that, according to local residents, resembles an elephant so it is called Batugajah whichliterally means elephant stone.
BATUGAJAH: A HEADLAND IN SANCANG
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
6/52
11GEOMAGZ September 2013
Minggu dini hari, 15 September 2013 pendudukKabanjahe dan Berastagi dikagetkan kembali oleh letusanGunung Sinabung. Gunung api di Sumatra Utara yangberketinggian 2.460 m ini, tiga tahun yang lalu, tepatnya30 Agustus 2010, meletus setelah beristirahat selama410 tahun. Akibat letusan 2010 itu, Gunung Sinabungyang tadinya dikategorikan tipe B berubah menjadigunung api tipe A, yaitu gunung api yang tercatat pernahmeletus sejak tahun 1600.
Foto: Ade Sinuhaji, teks: Budi Brahmantyo.
SINABUNG
Early on Sunday, September 15th, 2013 the people ofKabanjahe and Berastagi was shocked again by Sinabungeruption. The 2,460 meters volcano in North Sumatra,three years ago, precisely on August 30th, 2010, eruptedafter sleeping for 410 years. The result of 2010 eruption,Sinabung categorized as Type A, that is a volcano whichits eruption has been recorded since 1600.
CURRENT ERUPTION OF SINABUNG
MELETUS LAGI
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
7/52
12 13GEOMAGZ September 2013
Guha Tajur, sebuah gua yang berada di Dusun Cekung, Desa Tawang, Kecamatan Pancatengah, KabupatenTasikmalaya, Jawa Barat, sesungguhnya merupakan sungai bawah tanah yang aktif. Menelusuri lorong-lorongnyasepanjang lebih dari 200 m, penelusur harus sangat cermat memperhatikan kondisi cuaca. Gua ini saat hujan akanpenuh terendam air. Ukuran lorongnya yang beragam dan tidak selalu leluasa untuk dilalui memaksa penelusursesekali merayap, jongkok, atau berdiri membungkuk. Gua yang terbentuk pada batugamping berlapis dari FormasiPamutuan berumur Miosen Tengah ini berujung di pintu gua sebelah utara, Guha Cicurug. Sepanjang lorong,ornamen gua tidak terbentuk. Diperkirakan proses erosi sungai bawah tanah lebih berperan dalam membentukarsitektur lorong gua ini.
Foto: Deni SugandiTeks: Deni Sugandi dan Budi Brahmantyo
MENELUSURI LORONG-LORONG
GUHA TAJURGuha Tajur, a cave that lies in Cekung, a small village in West Javas district of Pancatengah, Regency ofTasikmalaya, is actually an active underground river. To explore the alleyways more than 200 m long, explorersneed to be very careful in realising weather conditions. If rain falls, this cave will be drowned. Due to its alleywaysthat are diverse and not always broad in their sizes, explorers has occasionally to creep, squat, bend or stand.Formed in layered limestone of Pamutuan Formation dated back to Middle Miocene, this cave is tipped at thenorthern cave entrance, Guha Cicurug. Throughout the alley, cave ornaments are not formed. Underground rivererosion possibly affects the shape of its architecture.
EXPLORING THE ALLEYWAYS OF TAJUR CAVE
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
8/52
15GEOMAGZ September 2013
Deretan bukit yang menyerupai piramida ini merupakan pesona ketika menyusuri Sungai Karama dan Sungai Karataun,Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Perbukitan tersebut tersusun atas batuan vulkanik berupatuf dan lava berkomponen andesit - basal Formasi Sekala yang diperkirakan berumur Miosen Tengah - Pliosen. Batuannyaterkekarkan dan umumnya terisi mineral kuarsa. Kekar-kekar tersebut juga yang membentuk morfologi bukit segitiga(triangular facet) menyerupai piramida.
Foto dan teks: Agustina Djafar
The row of these pyramid-like hills is an enchanting beauty that comes into the scene as we went down alongKarama and Karatuan rivers, in West Sulawesis district of Kalumpang, regency of Mamuju. The hills arecomposed of volcanic rocks such as tuff and lava that contains basalt-andesite of Sekala Formation datedback to Middle Miocene-Pliocene. The massive rocks have generally been fractured and filled with quartzminerals. These fractures also form the morphology of pyramid-like triangular facets.
MAMUJU TRIANGULAR FACETS
DERETAN
BUKITSEGITIGAMAMUJU
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
9/52
17GEOMAGZ September 2013
SUNDORO-SUMBING THE TWINSSundoro-Sumbing, dua kerucut gunung api antara Temanggung dan Wonosobo, selain berdekatan letaknya, juga memiliki bentuk dantinggi yang hampir sama. Keduanya bagaikan saudara kembar yang tidak terpisahkan. Sundoro, dengan ketinggian 3.155 m, meletus untukpertama kalinya pada 1806 dan pada 1970 nampak mengeluarkan kepulan asap. Sementara Sumbing yang berketinggian 3.340 m, tidakpernah tercatat meletus. Pemandangan ini diabadikan pagi hari dari Bukit Prahu, Dieng, yang berketinggian 2.565 m. Dikejauhan, nampakkerucut Gunung Merapi-Merbabu, menyembul dari balutan kabut pagi.
Foto: Nadya Candra, teks: Budi Brahmantyo
Sundoro-Sumbing, the two volcanic cones around Temanggung and Wonosobo, not only close to each other, but also has a nearly sameshape and height. Therefore, the both look like an inseparable twins. Sundoro with 3,155 meters on its height for the first time erupted in1806 and in 1970 created a puff of smoke. Meanwhile, Sumbing with 3,340 meters on its height has never been recorded erupting. Thescene was photographed in the morning from Bukit Prahu, Dieng, with 2,565 meters on its height. In the distance, Merbabu-Merapi conesappear in the misty morning.
SI KEMBARSUNDORO SUMBING
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
10/52
19GEOMAGZ September 2013
M
inyak bumi telah hampir 150 tahundicari, digali, ditambang dan memainkanperanan penting di Indonesia. Bersamagas bumi yang mulai penting pada
akhir 1970-an, minyak bumi menggerakkan rodapembangunan Indonesia, baik sebagai sumberenergi maupun penghasil devisa Indonesia.Sampai sekarang, minyak dan gas bumi (migas)masih merupakan jenis energi yang paling banyakdigunakan di Indonesia. Sebanyak 58% dari seluruh
jenis energi yang digunakan adalah migas, baikberasal dari produksi dalam negeri maupun impor.Kondisi ini diyakini akan tetap demikian sampai duapuluh lima tahun ke depan.
Kondisi sosial, politik, ekonomi bisa mengendalikaneksplorasi (pencarian) dan produksi migas, tetapi inisebenarnya merupakan kendali semu yang sangatbergantung kepada situasi sementara. Pengendalisesungguhnya atas eksplorasi dan produksi migashanyalah geologi.
Kendali Geologi atas Sistem Hidrokarbon
Migas sering disebut juga hidrokarbon karenadominasi unsur hidrogen dan karbon yangmembentuknya. Keterdapatan migas di bawah
permukaan Bumi tidak terjadi secara acak, melainkanmengikuti prinsip atau hukum geologi yang disebutsistem hidrokarbon (petroleum system). Hukumini menyatakan bahwa agar migas terjadi danterakumulasi (terkumpul) di suatu tempat di bawahpermukaan Bumi, maka ada lima syarat yang harusdipenuhi: (1) ada batuan induk yang kaya zatorganik dan matang yang menjadi dapur tempatminyak dan gas dibentuk, (2) ada batuan reservoirtempat akumulasi minyak dan gas tersimpan,(3) ada perangkap/jebakan tempat minyak dangas terakumulasi, (4) ada batuan yang menyekathidrokarbon yang telah terperangkap agar tidakkeluar dari perangkap, dan (5) ada migrasi, yaituperpindahan minyak atau gas bumi dari dapurbatuan induk ke perangkap. Satu saja dari lima syarat
ini tidak dipenuhi, maka akumulasi hidrokarbon tidakakan terjadi. Kelima aspek ini pun tidak berdiri sendiri,tetapi harus saling berhubungan dalam ruang danwaktu geologi.
Kelima aspek dalam sistem hidrokarbon itu bisasangat bervariasi baik kondisinya maupun kualitasnya,dari buruk hingga baik. Kualitas yang buruk akanmenjadi risiko geologi, tetapi jika kualitasnya baik,maka aspek-aspek itu akan menjadi peluang geologi.Kegagalan atau keberhasilan eksplorasi hidrokarbonmenemukan lapangan migas baru mencerminkanrisiko atau peluang geologi atas syarat-syaratterjadinya akumulasi minyak dan gas bumi.
Cekungan Sedimen Tempat Akumulasi Migas
Batuan induk (dapur migas), batuan reservoir,batuan penyekat, perangkap, dan migrasi hidrokarbonmerupakan aspek-aspek dari suatu cekungansedimen. Cekungan sedimen adalah tempat di kerakBumi yang dasarnya cekung atau merosot, sehinggamenjadi daerah yang relatif lebih rendah darisekelilingnya. Cekungan ini menjadi tempat sedimen-sedimen di lingkungan sungai, danau, pantai, lautdangkal, atau laut dalam diendapkan.
Sedimen-sedimen ini dalam waktu jutaantahun akan berubah menjadi batuan sedimen.Sesuai fungsinya, batuan-batuan sedimen ada yangberfungsi sebagai batuan induk, reservoir, penyekat,atau batuan penimbun yang akan mematangkan zatorganik dalam batuan induk menjadi hidrokarbon.Batuan-batuan ini juga tersusun secara geologisedemikian rupa sehingga dapat membentukperangkap dan jalan untuk migrasi hidrokarbon.
Sebaran cekungan-cekungan sedimen di kerakBumi juga tidak acak, tetapi mengikuti hukum-hukumgeologi yang terjadi di suatu wilayah yang disebuttektonik. Para ahli geologi migas ketika mempelajari
suatu cekungan, mereka akan menganalisisnya (basinanalysis), mempelajari sejarah pembentukannya,tipe tektoniknya, susunan lapisan-lapisan batuan didalamnya (stratigrafi), konfigurasi susunan lapisanbatuan (deformasi), atau sejarah panas/termal yangdialaminya. Kemudian mereka mengkaji kelima aspeksistem hidrokarbon di cekungan itu untuk mengujikemungkinannya cekungan tersebut di masa lalumembentuk dan memerangkap hidrokarbon.
Seluruh aktivitas migas baik eksplorasi maupunproduksi terjadi di dalam cekungan sedimen.Cekungan sedimen yang terbukti menghasilkanmigas dapat kita sebut sebagai cekungan minyak.Cekungan sedimen terdapat baik di darat maupundi bawah laut, di dataran rendah, dataran tinggi,pegunungan, di laut dangkal sampai laut dalam, diwilayah tropika sampai di wilayah kutub.
Geologi Indonesia dan Sebaran Cekungan Sedimen
Sekarang mari kita lihat bagaimana prinsip-prinsip geologi migas di atas terjadi di Indonesia.Karena keterdapatan migas di suatu daerah sangatdipengaruhi oleh kondisi geologinya, maka kita akantinjau dulu sekilas tentang geologi Indonesia. Geologi
Indonesia akan menjadi kerangka yang mengontrolpenyebaran cekungan sedimen Indonesia.
Indonesia merupakan wilayah pertemuan tigalempeng. Akibat pertemuan lempeng tersebutterbentuk jalur-jalur pegunungan di hampir seluruhpulau-pulau. Di sebelah belakang atau depan jalurpegunungan ini terbentuk cekungan tempat sedimendiendapkan.
Ini adalah hal biasa sebagai suatu bentukkeseimbangan di alam, di mana ada pegunungan,di dekatnya akan ada cekungan. Sedimen-sedimenpengisi cekungan ini berasal dari hasil erosi wilayahpegunungan atau tempat tinggi lain di sekitar
MenyigiGeologi,Mencari MigasIndonesia
Oleh: Awang H. Satyana
Sistem hidrokarbon: aspek-aspek geologi yang saling berkaitan dalam ruang dan waktu agar terjadi akumulasi minyak/gas, yaitu: batuan indukmatang, migrasi, reservoir, penyekat dan perangkap.
Cekungan sedimen, sebagai contoh adalah cekungan Barito, Kalimantan Selatan. Semua batuan dan struktur yang berperan dalam pembentukan danpemerangkapan minyak/gas berada di dalam cekungan sedimen. Titik bulatan hitam di gambar adalah minyak/gas.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
11/52
21GEOMAGZ September 2013
cekungan. Cekungan-cekungan sedimen sepertiitu terjadi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,Timor-Seram, dan Papua.
Di beberapa tempat, kerak Bumi pun ada yangmengalami penarikan atau peregangan. Pereganganini telah membentuk cekungan-cekungan yangberkaitan dengan regangan kerak Bumi, seperticekungan yang terbentuk di Laut Natuna, Laut Jawa,Selat Makassar, dan Laut Banda.
Berdasarkan kerangka geologi dan tektonik, makacekungan-cekungan sedimen Indonesia ditemukandi sepanjang daratan dan perairan sekitar Sumatra,Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Cekungan-cekungan sedimen pun terbentuk di Laut Natuna,Laut Jawa, Selat Makassar, laut di sebelah utara danselatan Nusa Tenggara, Laut Maluku, Laut Arafuradan laut sebelah utara Papua.
Sejarah Identifikasi dan Klasifikasi CekunganSedimen Indonesia
Penyebaran jalur minyak Indonesia secara regionalpertama kali dikemukakan oleh ahli geologi BelandaReinout Willem van Bemmelen pada tahun 1949. Jalurminyak ini meliputi wilayah darat dan laut. Pada petaini, Van Bemmelen tidak mengidentifikasi geometrisetiap cekungan, hanya penyebarannya secara umum.Meskipun demikian, peta jalur minyak Van Bemmelenini menarik dan sampai saat ini sebagian besar benar.Tentu ada penemuan-penemuan minyak di luar
jalur ini yang tak diperkirakan oleh Van Bemmelen,misalnya di lepas pantai Natuna, lepas pantai SelatMakassar, dan lepas pantai Tanimbar.
Pada akhir tahun 1960-an beberapa tulisanpenting tentang cekungan minyak Indonesia telahmuncul terutama untuk cekungan-cekungan SumatraSelatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Wilayah-wilayah ini adalah wilayah klasik penemuan danproduksi minyak Indonesia. Tidak lama setelah teoritektonik lempeng berkembang dan diterima banyakpihak, mulailah disusun banyak peta cekungansedimen Indonesia dan Asia Tenggara secara regionalmengacu kepada kondisi tektonik lempeng Indonesia.
Fletcher dan Soeparjadi pada 1976 menyebutkanbahwa Indonesia mempunyai 28 cekungan sedimenberumur Tersier (lebih muda dari 65 juta tahun)yang terbagi menjadi jenis foreland(artinya cekungandepan benua), cratonic(cekungan di tengah benua),outer arc (cekungan di depan jalur gunung apiseperti di Sumatra-Jawa), dan inner arc (cekungandi belakang jalur gunung api). Jumlah ini kemudiandiperbaiki oleh Nayoan dan kawan-kawan pada1979 menjadi 40 cekungan yang terbagi ke dalamlima jenis cekungan, yaitu foreland, outer arc, interiorcratonic, open shelf (cekungan di wilayah paparanatau laut dangkal, dan unspecified basin(cekunganyang tipenya belum ditentukan lebih lanjut).
Cekungan-cekungan sedimen Indonesia berdasarkankejadiannya secara tektonik (Pertamina dan Beicip, 1985).
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
12/52
23GEOMAGZ September 2013
Tahun 1985, IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia)menerbitkan perbaikan jumlah cekungan sedimendari 40 cekungan menjadi 60 cekungan. Inilahklasifikasi resmi yang berlaku cukup lama, hampir 25tahun.
Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas Bumi)pada tahun 2007 memetakan kembali cekungan-cekungan sedimen dan mengidentifikasi keberadaan63 cekungan yang diklasifikasikan berdasarkan statuspekerjaannya. BP Migas (Badan Pelaksana Migas,suatu badan yang mengoordinasi dan mengawasikegiatan migas di Indonesia) bekerja sama dengan
beberapa perguruan tinggi pada tahun 2008memetakan kembali cekungan-cekungan sedimenIndonesia dan mengidentifikasi 86 cekungansedimen yang diklasifikasikan berdasarkan statuspekerjaannya. Sementara itu, Badan Geologi (2010)menggunakan pendekatan data gayaberat (gravitasi)memetakan cekungan-cekungan sedimen Indonesiadan mengidentifikasi keberadaan 128 cekungansedimen yang diklasifikasikannya berdasarkan umursedimen pengisinya (Tersier atau Pra Tersier).
Klasifikasi cekungan sedimen Indonesiaberdasarkan geologi dan tektonik diterbitkan oleh
Status cekungan-cekungan sedimen Indonesia sampai saat ini (Satyana, 2012), merah: cekungan berproduksi migas, hijau: cekungan sudah dibor adapenemuan minyak/gas, jingga: cekungan sudah dibor belum ada penemuan minyak/gas, kuning: cekungan belum dibor.
Produksi (lifting) minyak dan gas Indonesia1966-2012. Puncak produksi minyakterjadi pada tahun 1977 dan 1995. Setelah1995 sampai sekarang produksi minyakturun terus, posisi pada tahun 2012 adalahsebesar 860 ribu barrel per hari. Produksigas lebih besar dari minyak sejak tahun2003. Produksi minyak dan gas Indonesiapada tahun 2012 adalah 2,1 juta barrelekivalen per hari. Proyeksi produksi migassampai tahun 2017 ditunjukkan juga (SKKMigas, 2013).
Produksi (lifting) minyak dan gas Indonesia1966-2012. Puncak produksi minyakterjadi pada tahun 1977 dan 1995. Setelah1995 sampai sekarang produksi minyakturun terus, posisi pada tahun 2012 adalahsebesar 860 ribu barrel per hari. Produksigas lebih besar dari minyak sejak tahun2003. Produksi minyak dan gas Indonesiapada tahun 2012 adalah 2,1 juta barrelekivalen per hari. Proyeksi produksi migassampai tahun 2017 ditunjukkan juga (SKKMigas, 2013).
Pertamina dan Beicip (sebuah institusi penelitianmigas asal Prancis) pada tahun 1985. Meskipun umurklasifikasi cekungan ini telah 28 tahun, klasifikasiini masih baik untuk digunakan dan masih sesuaidengan kemajuan pengetahuan geologi dan tektonikIndonesia saat ini. Lagipula belum ada lagi klasifikasicekungan sedimen Indonesia berdasarkan geologidan tektonik yang lebih baru daripada yang dihasilkanoleh Pertamina dan Beicip (1985). Dalam klasifikasiini diidentifikasi sebanyak 66 cekungan sedimen diIndonesia yang secara tektonik dapat diklasifikasikanke dalam 15 jenis cekungan.
Status Eksplorasi dan Produksi Cekungan Sedimen
Berdasarkan data yang terkumpul sampai saatini dan menggunakan klasifikasi cekungan sedimendari Badan Geologi (2010), nampak bahwa cekungansedimen yang sudah dan sedang menghasilkan migas
di Indonesia tidak sampai 18 cekungan dari seluruhcekungan sedimen yang ada. Masih ada lebih dari100 cekungan sedimen yang belum berproduksi yangbeberapa diantaranya sudah dieksplorasi dengan hasilada atau pun tidak ada penemuan migas. Sementaraitu, masih banyak cekungan sedimen Indonesia yangsama-sekali belum dieksplorasi secara rinci melaluisurvei seismik dan pengeboran sumur eksplorasi.
Cekungan-cekungan sedimen yang sudahdieksplorasi dan ada penemuan migas harusdieksplorasi lebih lanjut agar ada penemuan lapanganmigas baru. Di sisi lain, penemuan yang sudah adaharus dikembangkan agar bisa menjadi lapanganbaru yang bisa diproduksi, sehingga akan mengubahstatus cekungan menjadi cekungan berproduksi.Cekungan sedimen yang sudah dieksplorasi tetapibelum menghasilkan penemuan migas tidak berarti
Pemetaan cekungan sedimen Indonesia oleh Badan Geologi (2010), mengidentifikasi 128 cekungan sedimen berdasarkan data gayaberat. Warna-warnamenunjukkan umur sedimen pengisi cekungan (kuning: Tersier, jingga: Tersier dan Pratersier, biru tua: Pratersier). Garis-garis menunjukkan penampanggeologi yang ditampilkan di bawah peta.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
13/52
25GEOMAGZ September 2013
bahwa cekungan itu tidak mengandung migas.Cekungan semacam ini harus terus dieksplorasidengan menggunakan konsep-konsep baruberdasarkan data sumur-sumur eksplorasi yang gagal.Setiap kegagalan sumur eksplorasi di suatu cekunganakan memperkecil risiko kegagalan selanjutnya, makacekungan tersebut harus terus dieksplorasi.
Sementara itu, cekungan sedimen yang samasekali belum dieksplorasi dengan rinci harus dipelajari
lebih lanjut apakah cukup bernilai bila eksplorasinyadilanjutkan dengan survei seismik atau pengeboraneksplorasi.
Kondisi Produksi dan Konsumsi Masa Kini
Puncak produksi minyak Indonesia telah tercapaidua kali, yaitu pada tahun 1977 dan 1995. Padakedua tahun itu, produksi minyak Indonesia masing-masing 1,68 juta barel dan 1,62 juta barel per hari(rata-rata per hari). Tetapi sejak 1995 sampai saat ini,produksi minyak Indonesia merosot terus. Hinggatahun 2012 produksi minyak Indonesia tinggal 0,86
juta barel per hari (860 ribu barel per hari, 1 barel =159 liter).
Di lain pihak, konsumsi minyak Indonesiameningkat terus. Pada tahun 2012 produksi itutelah mencapai 1,56 juta barel per hari. Konsumsiini meningkat 109% dibandingkan konsumsi padatahun 1992 (0,745 juta barel per hari) (BPstatisticalreview, 2013). Pada periode yang hampir sama(1995-2012) produksi minyak Indonesia justruturun 47%. Maka jelas Indonesia harus mengimporminyak atau BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Itu pula yang menyebabkan Indonesia keluardari keanggotaan OPEC sebab minyak yang diimporIndonesia telah melebihi minyak yang diekspornya(net importer). OPEC adalah organisasi negara-negara pengekspor (net exporter) minyak.
Mengapa produksi minyak Indonesia turun?Produksi minyak turun adalah alamiah, apalagisebagian besar produksi minyak Indonesia berasaldari lapangan-lapangan tua. Kemudian, penemuan-penemuan lapangan baru dari usaha eksplorasi dalam15 tahun ini sangat menurun disebabkan kesulitanmelaksanakan operasi di lapangan akibat berbagaimasalah seperti tumpang tindih kepentingan lahan,dan perizinan yang sulit. Alasan lain adalah karena
risiko eksplorasi yang makin meningkat. Para operatorperminyakan pun umumnya bekerja di area-areaklasik cekungan produksi yang sudah dieksplorasisejak puluhan tahun yang lalu, sehingga kecil peluangmenemukan lapangan dengan cadangan yang besar.
Dengan produksi saat ini sekitar 860 ribu barelper hari (2012), maka dalam setahun Indonesiamemproduksi 314 juta barel minyak. Cadanganminyak terbukti Indonesia saat ini dari ratusanlapangan minyaknya adalah sekitar 3,7 miliar barel.Bila tingkat produksi minyak Indonesia tetap, makacadangan minyak terbukti Indonesia itu akan habisdalam waktu 12 tahun dari sekarang.
Sementara itu, sulit sekali atau hampir tidakmungkin untuk menurunkan konsumsi minyakIndonesia. Maka usaha-usaha yang diperlukan untukmengatasi masalah ini antara lain mengerjakancadangan potensial lapangan-lapangan minyak
(3,69 miliar barrel, status tahun 2011) agar menjadicadangan terbukti, meningkatkan eksplorasi secarabesar-besaran, dan mengatasi semua kendala operasidi lapangan. Selain itu, harus ada keseriusan dandukungan semua sektor baik di pusat maupun didaerah, agar banyak lapangan baru ditemukan. Hallain yang tak kalah pentingnya adalah mengurangikonsumsi minyak dengan cara menggantinya dengangas. Ini karena produksi gas Indonesia lebih besardaripada minyak, yaitu 1,24 juta barel ekivalen (setarabarel minyak) per hari pada tahun 2012, atau 144%produksi minyak. Namun, saat ini sebagian besar gasitu digunakan untuk diekspor.
Potensi Migas Indonesia
Berdasarkan data dan perhitungan, potensimigas Indonesia masih besar. Telah dijelaskan bahwadari 128 cekungan sedimen Indonesia, baru 18cekungan yang berstatus produksi. Ini berarti masihada 110 cekungan sedimen lainnya yang terbukauntuk dieksplorasi lebih lanjut. Bila 20% saja dari 110cekungan itu bisa menjadi cekungan produksi, hal itusudah sangat baik.
Data juga menunjukkan bahwa prospektivitas
migas Indonesia masih sangat baik. Dari banyakwilayah operasi migas di Indonesia saat ini, telahdikenali hampir 1.200 struktur perangkap di bawahpermukaan Bumi yang bisa dibor untuk membuktikankandungan migasnya. Perhitungan sumber dayamigas untuk hampir 1200 perangkap itu adalahsekitar 30 miliar barel ekivalen minyak dan gas.
Menurut Howes (2000), berdasarkanpembelajaran sistem hidrokarbon untuk wilayahIndonesia, dari semua data yang ada diketahui bahwavolume minyak dan/atau gas yang akan ditemukanmasih berpotensi besar, baik di daratan maupun dilaut.
Potensi migas Indonesia tersebut baruberdasarkan sumber daya konvensional. Indonesiamemiliki sumber daya migas nonkonvensionalyang besar pula, yang belum sampai 10 tahun inidieksplorasi. Sumber daya migas nonkonvensional ituantara lain gas metana batubara, serpih minyak, ataugas hidrat di laut dalam yang total sumber dayanyasangat besar.
Tantangan
Tantangan eksplorasi migas di Indonesia terletakpada sulitnya melaksanakan operasi di lapangankarena masalah tumpang tindih tataguna lahan diarea operasi perminyakan. Tantangan lainnya adalahisu lingkungan, proses perizinan yang terlalu panjangdan rumit, juga biaya eksplorasi yang mahal terutamadi daerah-daerah rintisan atau pelosok (frontierareas).
Regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh berbagai
departemen pun ada yang saling bertentangansehingga mempersulit operasi migas di lapangan. Biladi suatu provinsi masalah energi misalnya dijadikanprioritas maka sektor-sektor yang lain mestinya tidakmenjadi kendala pelaksanaan operasi di lapangan.Tidak adanya prioritas pembangunan menyebabkanterjadinya tumpang tindih berbagai kepentinganyang menyulitkan banyak pihak. Perizinan yangpanjang dan rumit pun sering menjadi kendala ataumelambatkan operasi perminyakan di lapangan.
Selama tidak ada penanganan yang serius darisemua pihak yang terlibat, potensi migas Indonesiayang besar itu selamanya hanya akan menjadihitungan di atas kertas, sebab tidak pernah dibuktikandan dikerjakan dengan baik. Sebuah paradokssebenarnya telah terjadi. Kini di saat minyak bumiIndonesia produksinya kritis dan konsumsinya terusmeningkat, kita memiliki potensi migas yang masihsangat besar, namun sulit diwujudkan menjadicadangan terbukti yang dapat diproduksi, karenaberbagai kendala.n
Penulis adalah geologiwan, telah berkiprah 23 tahun di industriperminyakan, saat ini sebagai spesialis utama di SKK Migas(Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyakdan Gas)
Volume minyak/gas yang masih mungkin akan ditemukan di wilayah Indonesia berdasarkan pemelajaran dan data sistem hidrokarbon sampai saat ini.Besar lingkaran menunjukkan volume, warna menunjukkan minyak atau gas. BBOE: miliar barrel minyak ekivalen, MMBOE: juta barrel minyak ekivalen(ekivalen: termasuk gas) (Howes, 2000).
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
14/52
27GEOMAGZ September 2013
Minyakdi MajaOleh: Atep Kurnia
Pengeboran minyak di Indonesia sudah terbilanglama. Pengeboran yang pertama kali dilakukandi daerah Maja, Jawa Barat, hanya berselang12 tahun setelah pengeboran minyak pertama
di dunia oleh Kolonel Edwin L. Drake dan William
Smith de Tutusville pada 1859 di negara bagianPennsylvania, Amerika Serikat. Upaya penggaliansumber-sumber minyak tersebut tentu saja terpauterat dengan kepentingan kolonialisme Belanda diHindia Belanda, tanah jajahannya.
Dalam hal ini, pengeboran minyak dimulai sejakpertengahan abad ke-19. Menurut J. Poley (Eroca: TheQuest for Oil in Indonesia, 1850-1898, 2000: 35), saatitu pemerintah Belanda menyadari perubahan yangmulai merasuk, termasuk pengaruh perkembanganteknologi. Untuk menjawab tantangan itu, merekamenekankan pada penyediaan mineral potensial,untuk mempertahankan perdagangan dan koloninya.
Hindia Belanda mampu menyediakan itu semua,tinggal keahliannya saja yang harus diupayakan.Oleh karena di Belanda sendiri belum tersedia,menurut Poley (2000: 35), pada 1846, Raja WilliemII memerintahkan agar para mahasiswa diajari teknik
penambangan di Koninklijke Academie, Delft.Dengan demikian, sekitar 1850, mulai terjadi
upaya eksplorasi gas dan minyak di Hindia Belanda.Upaya tersebut ditunjang perubahan sistematikadan penyatuan pengetahuan, juga aplikasi tekniksains dan teknologi. Perubahan tersebut dimotoridua institusi, yaitu Natuurkundige Vereenigingin Nederlandsch Oost Indie yang menerbitkanNatuurkundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie danMijnen-ingenieur (Poley, 2000: 34).
Pada praktiknya, saat itu, pemerintahan kolonialmulai aktif melakukan penambangan di dua lokasiyang ada di Hindia Belanda, yaitu batubara sejak
1849, di Pertambangan Oranje Nassau, Pelarong,dekat Samarinda, Kalimantan Timur, dan tambangtimah di Pulau Bangka.
Pada latar inilah munculnya sosok pionirpenambangan minyak bumi di Hindia Belanda, JanReerink (1836-1923). Menurut Poley (2000: 65),dia berasal dari Haarlem, Belanda. Anak ketiga H.J.Reerink, pemilik toko grosir terkenal H.J. Reerink &Zonen.
Setelah berkecimpung di toko ayahnya, dipengujung tahun 1860, Jan berangkat ke HindiaBelanda. Dia tinggal di Cirebon, membuka tokoseperti ayahnya. Namanya Toko Contant. Setelahbisnisnya berkembang pesat, pada 1867, Janmeminta saudaranya Johannes untuk bergabungmendirikan toko Gebroeders Reerink.
Pada 1870, Jan sudah terbilang kaya dan siapmeninggalkan Hindia Belanda, untuk kembali ketanah kelahirannya. Namun, godaan minyak tak dapatdielakkan. Sebelum pulang, ia mengetahui adanyarembesan minyak di daerah Maja, Majalengka, sekitar30 mil ke arah Selatan dari Cirebon. Saat itu pun, iamenyadari bahwa bisnis minyak sedang semarak.
Jadinya, dia kembali ke Belanda bukan untukberistirahat, melainkan mencari bantuan dana
penambangan minyak di Maja. Dia berhasilmendapatkan suntikan biaya dari NederlandscheHandel Maatschappij (NHM). Dengan peralatanuntuk penambangan, dia kembali ke Jawa Barat, siapmenambang minyak di Maja.
Untuk mengetahui bagaimana Jan Reerink mulaitertarik pada bisnis minyak, dalam buku setebal 188,Poley menyediakan ringkasan upaya pengeboranyang dilakukan Jan dalam Appendix 1. Jan Reerink,Personal Memories (2000: 148-149).
Ringkasan tersebut berasal dari surat istri JanReerink yang dikirimkan ke Royal Dutch/Shellpada 19 Januari 1925. Ringkasan tersebut berjudul,Beberapa Keterangan yang Berkaitan denganEksploitasi Minyak di Dekat Maja, yaitu di SungaiCibodas (Kabupaten Cirebon) yang dilakukan JanReerink antara 1870-1874).
Menurut pengakuan Jan, Pada 1860, saatberumur 24 tahun, saya pergi ke Hindia Belandadengan menumpang kapal laut. Saya mendapatkanpekerjaan di pabrik penggilingan padi. Usaha initidak asing bagi saya, karena terbiasa membantuayah saya. Dan, Setelah beberapa tahun antarauntung-rugi seraya mengikuti saran seorang kawanyang saya jumpai di kapal saya tinggal di Cirebondan mulai membuka toko.
Sketsa pengeboran di Cibodas, Maja. Sumber: Eroca(2000).
Panorama Gunung Bongkok diabadikan dari arah Maja, Majalengka. Foto: Ronald Agusta.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
15/52
29GEOMAGZ September 2013
Setelah sepuluh tahun di Cirebon, lanjutJan,Rembesan minyak di sekitar Maja menyebabkansaya menduga bahwa bisa jadi pertanda adanyaminyak. Saya menghubungi NHM dan menyatakandugaan saya. Setelah beberapa kali berbincang danmenyelidiki, NHM mau bekerja sama. Saya berangkatke Belanda untuk negosiasi lebih lanjut. Hasilnya,saya menuju Lemberg dan Cracow di Galicia untukmengunjungi perusahaan minyak, dan menimbapengalaman.
Setelah itu, Untuk maksud yang sama, sayapergi ke AS dan Kanada. Juga untuk mencari tenaga-tenaga yang berpengalaman dan mengajaknya keHindia Belanda. Selain itu, dari sana, saya membawaperalatan dan mesin pertambangan. Memang susahsupaya mereka tetap bersatu selama di perjalanan,
sehingga seorang kru ada yang kabur dan pulang lagi...(2000: 148).
Setelah datang ke Majalengka, Jan dan krunyabekerja. Hasilnya, Pada kedalaman sekitar 700kaki kami mendapati minyak mentah yang sangatbagus mutunya, tapi sedikit jumlahnya. Setelah itumata bor menumbuk formasi batuan keras, yangada di luar kemampuan peralatan kami. Pengujianlebih lanjutnya pun menunjukkan hasil yang sama:kualitasnya bagus tapi jumlahnya sedikit, terlalu keciluntuk eksploitasi menguntungkan(2000: 149).
Alhasil, Jan mengakui, Antara 1870-1874, NHMmenghabiskan 200 ribu gulden dan saya sendiri
100 ribu gulden. Sementara NHM mau-mau sajamenghabiskan uang lagi untuk menggapai tujuanpengeboran, tapi sayangnya kotak uang saya yangdipakai untuk berdagang di Cirebon kosong.
Ya, karena seolah ditinggalkan begitu saja, tokoJan terus merugi karena tidak ketat pengelolaannya.Oleh karena itu, ia kembali memegang kendaliusahanya dan saat Johannes meninggal pada 1882,bisnisnya sudah kembali lancar.
Pada 1884, setelah menetap lebih dari 20tahun di daerah tropis, saya siap pensiun. Saya jualbisnis saya kepada asisten kepala bisnis saya, yangdianggap tepat untuk menempatinya. Sayangnya,dia tidak cocok dan segala usaha saya selama itu sia-sia belaka. Tapi, saya tak pernah kembali ke HindiaBelanda, ujar Jan menyesali kegagalan bisnis yangdirintisnya.
Selain Eroca, buku History of the Royal Dutch,Volume I yang diterbitkan pada 1953 (edisi keduanyatahun 1958) oleh Royal Dutch Petroleum Companymembawa terang jejak langkah Jan Reerink di HindiaBelanda.
Di dalam buku itu (1958: 45), F. C. Gerretsonmenjelaskan bahwa pada 1870, Jan kembali keBelanda untuk melakukan negosiasi dengan NHM,dilanjutkan dengan mengunjungi AS, Kanada danGalicia.
Pada Desember 1871, ia mulai mengebor diCibodas. Sumurnya diberi nama Maja-1 atau CibodasTangat-1. Untuk itu dia menggunakan alat-alatbor model Pennsylvania. Tenaganya berasal daripenggilingan kerbau (buffalo mill). Pengeboranterhenti pada kedalaman 125 kaki, karenaperalatannya kurang memadai. Lalu tiga sumur lagidigali di Cibodas, yang dalam dua kali penggaliannyadiperoleh minyak dengan kualitas prima, meski sedikitbila dijual. Karena dipantik secercah harapan itu,Jan Reerink berangkat lagi ke AS pada 1873 untukmembeli mesin pengeboran uap buatan Kanada.Setelah kembali, pengeborannya dimulai lagi pada25 Juli 1874.
Namun, dua sumur di Cibodas, serta sumur diPaniis, Maja dan C ipinang, semuanya di Majalengka,semuanya gagal. Sumur lain di Palimanan bukanmenghasilkan minyak, melainkan air panas yangmenyembur setinggi 40 kaki. Meski mesin barusudah dipakai, tapi nampaknya tidak cocok untuklingkungan Pulau Jawa. Jan menyerah dan pada 31Juli 1876, dia kembali ke tokonya (1958: 45).
Dimanakah Cibodas itu? Penulis dan beberapaanggota Dewan Redaksi Geomagz melakukan
pemeriksaan lapangan. Semula kami beranggapanbahwa itu adalah nama sebuah desa. Namun, Desa
Cibodas ternyata masuk ke Kecamatan Majalengka,bukan Kecamatan Maja. Selain itu, Desa Cibodasterletak di perbukitan sebelah selatan Kota Majalengka,dan bukan di lereng Gunung Cireme di utara kotaitu. Ada yang menafsirkan bahwa Cibodas itu adalahBlok Sukamurni di Desa Maja Kidul, KecamatanMaja, berdasarkan adanya rembesan minyak didaerah itu. Ada pula yang mengikuti Junghuhnyang berpendapat bahwa Cibodas adalah Aardolie,terletak di dekat Ci Bodas (T. Bodas atau Tjibodas).Sungai Ci Bodas bersumber dari dekat Argalingga,tak jauh dari Jerokaso, sebelah utara kota Talaga.Dari hasil pemeriksaan lapangan, kami menemukanbahwa Cibodas itu adalah nama sebuah kampungdi Zaman Belanda yang kini tinggal bekas-bekasnya.Bekas kampung itu terletak di dekat sebuah bukityang tersusun oleh batuan lempung, agak ke dalamdari Blok Sukamurni dan dilalui Sungai Cibodas.Penduduk setempat menyebutnya bukit Boran(atau
Porang). Di situlah kami menyaksikan adanya sisa-sisa rembesan minyak. Di dekat bukit Boran terdapatpesawahan yang oleh penduduk disebut sawah Ketel.Pak Ishak (64 tahun), penduduk setempat yang kami
jumpai, bercerita bahwa dari tuturan orangtuanya,sawah Ketel itu di zaman Belanda merupakan tempatmemasak minyak. Penulis yakin, lokasi itulah yangdimaksud Cibodas Tangat-1 dalam kisah Jan Reerinkyang sama dengan yang dimaksud Aardolie olehJunghuhn.
Setelah Jan Reerink kembali ke Belanda, dia tetapmemonitor perkembangan pengeboran minyak diPulau Jawa. Katanya, Dari yang saya dengar, mesin
Jan Reerink. Sumber: Eroca(2000).
Lokasi rembesan minyak di dekat sungai Cibodas, Argalingga, Kecamatan Maja. Foto: Deni Sugandi.
yang kami gunakan untuk pengeboran di Majamasih tersimpan di Cirebon. Saya terus mengikutiperkembangan produksi minyak di Jawa. Dan sudahagak lama saya ingin mempelajari yang dilakukanRoyal Dutchdengan wilayah kerja saya. Karena sayayakin mereka akan berhasil di sana.Kesehatan yangmemburuk dan usia tua menghalangi saya untukmelakukannya.
Sumber lain menyebutkan bahwa dari sumuryang dibor oleh Jan Reerink pada 1871 di daerahMajalengka, dihasilkan 6.000 liter minyak bumiyang merupakan produksi minyak bumi pertamadi Indonesia. Keberhasilan rintisan ini, meskipunsecara ekonomi tidak menguntungkan, telah menjaditonggak awal pengeboran minyak bumi di Indonesia.Keberhasilan rintisan ini, meskipun secara ekonomitidak menguntungkan, telah menjadi tonggak awalperkembangan pengeboran minyak (dan gas) bumi di
Indonesia. Segera setelah pengeboran minyak bumidi Maja, berturut-turut dilakukan pengeboran olehpihak Belanda di Telaga Said, dan beberapa lokasilainnya. Kini, ribuan sumur migas tersebar di seluruhpelosok Indonesia yang telah menjadi tumpuan rodaperekonomian bangsa. Apapun, sejarah pengeboranminyak di Hindia Belanda atau Indonesia sekarangakan senantiasa mengingat nama Jan Reerink sebagaiorang yang merintisnya.n
Penulis adalah peneliti literasi pada Pusat Studi Sunda (PSS).
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
16/52
31GEOMAGZ September 2013
Kecenderungan produksi migas nasional daritahun ke tahun mengindikasikan bahwa migas
Indonesia telah melampaui puncak produksinyadan sedang mengalami penurunan cadangan
dan produksinya. Namun, berlawanan denganfakta tersebut, kebutuhan produksi migas nasional
justru semakin meningkat. Menghadapi tantanganini, pemerintah berupaya untuk mengidentifikasi
dan menemukan cekungan baru yang berpotensimemproduksi hidrokarbon (migas).
Peningkatan sumber daya energi adalah salahsatu prioritas pembangunan nasional yang tercantumdalam RJPMN 2010-2014. Kebijakan pemerintahdalam usaha penemuan cadangan migas baru telahmenetapkan bahwa sumber daya migas Kawasan
Timur Indonesia (KTI) menjadi prioritas perhatian.Hasil kajian Badan Geologi untuk potensi sumberdaya migas (speculative Hydrocarbon Resources) diwilayah Papua dan sekitarnya menunjukkan potensiminyak bumi sebasar 68.3 BBO (billion barrel oilataumiliar barel minyak; 1 barel = 158,97 liter) dan gasbumi sebsar 102.18 Tcf (trillion cubic feet; 1 Tcfsetaradengan 178.107.600.997,06 barel setara dengan28miliar m3atau 28 x 109m3).
Potensi sumber daya migas nasional tersebardalam 60 cekungan sedimen (basin). Dari jumlahtersebut, sebanyak 22 cekungan belum pernahdieksplorasi dan sebagian besar berlokasi di lautdalam Indonesia Timur. Padahal data memperlihatkanbahwa potensi minyak di wilayah tersebut tak kalahdengan Indonesia bagian barat. Walaupun saat inikecenderungan eksplorasi minyak dan gas bumi(migas) mulai mengarah ke KTI, sayangnya, migas
di Indonesia bagian timur belum dapat dieksplorasisecara maksimal. Salah satu faktor yang menjadipenghambat adalah regulasi yang belum ramahterhadap investasi.
Untuk mengenal potensi migas di Papua, kitadapat memulainya dengan mengikuti terminologioleh Australian Geological Survey Organization.Terdapat tiga sistem petroleum yang hadir diCekungan Bonaparte Australia, yaitu Larapintine,dengan batuan sumber fasies laut berupa serpih dankarbonat berumur Paleozik Awal hingga Tengah,Gondwanan dengan batuan sumber dominanfasies darat berumur Perm, dan Westralian, dengan
Ada Asa Migasdari Timur
Oleh: Suyono, Rahmat Fakhruddin dan TimAssessmentMigas Badan Geologi
batuan sumber endapan laut berumur Jura sebagaibatuan induk.
Bandingannya di Papua, secara stratigrafiregional menurut Pigram dan Panggabean (1984)dan stratigrafi Tanimbar menurut Charlton (2010),satuan-satuannya dapat dikorelasikan berdasarkanumur dan peristiwa tektonostratigrafinya. Batuanberumur Awal Perm, di Papua diwakili oleh endapandolomit Modio dan dimasukkan ke dalam Sekuen(urutan atau susunan batuan) Sedimen Awal Perm.Di atasnya adalah Sekuen Tipuma & Aiduna, berupaendapan Perm Trias, yang di daerah Papua diwakilioleh Formasi Tipuma dan Aiduna, sedangkan diTanimbar adalah Formasi Selu, Wotar. dan Maru.Berikutnya adalah Sekuen Kembelangan yang didaerah Papua diwakili oleh Formasi Kopai, Woniwogi,Piniya, dan Ekmai, sedangkan di Tanimbar adalahFormasi Ungar, dan Bubuan. Setelah itu adalah
seri batugamping Kapur Atas sampai Miosen, yangdiberi nama Sekuen Batugamping Nugini. Adapunbagian paling atas adalah batuan klastik MiosenTengah sampai Kuarter dimasukkan ke dalam SekuenSedimen Tersier Tengah-Kuarter.
Keberadaan Sekuen Kembelangan pada sistempetroleum Westralian (Westralian petroleum system)yang teridentifikasi di Papua selatan, terbuktiberproduksi di lapangan-lapangan Autralia Utaradan semua lapangan-lapangan sabuk perlipatanPapua Nugini yang merupakan kesempatan sekaligustantangan bagi kita semua dalam rangka percepatanpenemuan cadangan migas di KTI.
Peta Lapangan Minyak dan Gas dan Rembesan Minyak dan Gas Kawasan Timur Indonesia.
Speculatif Hydrocarbon Resourcesdi Papua dan Sekitarnya.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
17/52
33GEOMAGZ September 2013
Namun kegiatan eksplorasi dan pengembanganmigas di KTI memiliki banyak tantangan. Pertama,biaya untuk melakukan kegiatan eksplorasi sangatlahbesar dan kegiatan eksplorasi ini belum tentumendapatkan hasil. Sebagai gambaran, saat ini diKawasan Timur Indonesia terdapat 21 pengeboransumur eksplorasi yang belum berhasil menemukan
hidrokarbon dalam jumlah ekonomis, padahalinvestasi sekitar USD 1,3 miliar sudah dikeluarkan.
Selain itu, ketersediaan dan kualitas datagelogi dan geofisika (GNG) kurang lengkap. Hal inimenyebabkan kurangnya peminat calon investorterhadap penawaran Wilayah Kerja Migas di KTI.Dengan penambahan data dan informasi pada KTI
diharapkan dapat ditemukan prospek baru melaluikajian migas yang dilakukan.
Badan Geologi, sesuai dengan salah satutugasnya, dalam upaya mengatasi menurunnya
cadangan dan produksi migas nasional, melakukansurvei umum dan penyediaan informasi hulu migasbagi kepentingan umum dan daya tarik investasi. Halini dilakukan melalui Kegiatan AssessmentGeosainsMigas Badan Geologi. Survei umum yang dilakukanantara lain melakukan akuisisi data Geofisika Seismik2D, pemetaan detail gravity, pemetaan magnetotelurikdan, Geo-Microbial Technology(GMT), serta SeismikTomografi Pasif. Salah satu kegiatan yang sedangberjalan adalah kegiatan akuisisi (PST) yang dilakukanpada area Jaosakor, seluas 700 km2yang terletak padaCekungan Akimeugah berlokasi di Provinsi Papua.Data yang diperoleh nantinya akan menjadi insentifnon fiskal bagi badan usaha migas untuk melakukan
Korelasi Stratigrafi, modifikasi dari Pigram & Panggabean, 1984 dan Charlton, 2010.
Peta lokasi Survei Passive Seisimic.
Lokasi Survei dan Penelitian Geologi dan Geofisika Badan Geologi, KESDM.
eksplorasi lebih lanjut, dalam rangka percepatanpenemuan cadangan migas nasional.
Dari KegiatanAssessmentGeosains Migas BadanGeologi, diharapkan dapat membantu mengatasi
menurunnya cadangan dan produksi migas nasionaldan prospek-prospek baru dapat ditemukan melaluikajian migas sehingga dapat menambah daya tarikinvestasi.n
Suyono adalah Kepala Sub Bidang Program (juga Peneliti Muda)pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi.
Rahmat Fakhruddin adalah Peneliti Pertama pada Pusat SurveiGeologi, Badan Geologi.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
18/52
35GEOMAGZ September 2013
Panas bumi sering dikaitkan dengan lingkunganvulkanik atau gunung api. Indonesiamempunyai gunung api terbanyak di dunia,dan, seiring dengan keadaan ini, potensi panas
bumi Indonesia pun terbesar di dunia. Namun, panasbumi tidak selalu berkaitan dengan gunung api.Berdasarkan hubungannya dengan tatanan geologi,sistem panas bumi di Indonesia dapat dikelompokkanmenjadi tiga jenis, yaitu: vulkanik, vulkanotektonik,dan non-vulkanik. Dengan semakin banyaknyapenyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi, kiniterungkap bahwa Indonesia pun memiliki potensipanas bumi non-vulkanik.
Kelompok panas bumi non-vulkanik berada di luarjalur gunung api. Penyebarannya di Indonesia terdapatdi Sumatra bagian timur (Cekungan Sumatra Tengah Selatan), Bangka, Belitung, Kalimantan, Sulawesi,Maluku, dan Papua. Di bawah ini disajikan beberapapotensi panas bumi non-vulkanik di Indonesia hasilsurvei pendahuluan yang telah dilakukan sejauh ini.Sebelumnya, dibahas selintas tentang potensi panasbumi vulkanik dan volkano-tektonik.
Sistem Panas Bumi Vulkanik dan Vulkano-Tektonik
Rangkaian gunung api di Indonesia yangmerupakan lingkungan utama terbentuknyapanas bumi vulkanik atau disebut juga panasbumi konvensional, memanjang sejauh 6000 km.Rangkaian ini adalah terpanjang di dunia. Sistem iniumumnya menempati jalur sabuk vulkanik sepanjangSumatra bagian barat, Jawa bagian selatan hinggakepulauan Flores dan di Sulawesi bagian utara hinggaKepulauan Maluku.
Lingkungan ideal sistem panas bumi konvensionalberada di daerah gunung api aktif atau gunung apitidak aktif yangi masih memiliki sisa panas (magmaremnant). Sumber panas berasal dari magma. Dalamsistem ini, panas dari magma memanaskan fluida -yang sebagian berupa air tanah - di dalam wadahalami yang disebut reservoir, sehingga menghasilkanhidrotermal. Sumber daya panas bumi yang beradadalam jalur vulkanik biasanya memiliki kandunganpanas yang tinggi pada fluida reservoirnya. Ini disebutsebagai sistem high entalphy.
Sistem panas bumi vulkano tektonik merupakansistem panas bumi yang berkaitan dengan grabendan kerucut vulkanik. Sistem ini banyak dijumpai didaerah Sumatra, yaitu pada jalur Patahan Sumatraatau Patahan Semangko.
Sistem Panas Bumi Non-Vulkanik
Sistem panas bumi Non-vulkanik adalah sistempanas bumi yang tidak berkaitan secara langsungdengan vulkanisme dan umumnya berada di luar
jalur vulkanik Kuarter. Fluida panas bumi tipe inibiasanya mempunyai temperatur lebih rendah dandisebut sistem low entalphy.
Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagianbarat pada umumnya tersebar di bagian timurPaparan Sunda. Batuan di daerah ini didominasi olehbatuan penyusun kerak benua Asia seperti batuanmetamorf dan sedimen. Di Indonesia bagian timurlingkungan non-vulkanik berada di daerah lengandan kaki Sulawesi, Kepulauan Maluku hingga Irian.
Batuannya terutama berupa batuan granit, metamorfdan sedimen laut.
Sistem non-vulkanik terdiri dari berbagai jenisyang dikelompokkan berdasarkan lingkungangeologi dan tektonik. Sedikitnya terdapat enam jenisyang telah diketahui, yaitu: 1) panas bumi sistem
geopressure yang berkaitan dengan pembentukancekungan sedimen; 2) panas bumi dengan panasberasal dari sisa panas yang tersimpan dalam batuanplutonik (granitik); 3) panas bumi vulkanik Tersier danKaldera tua; 4) panas bumi hasil peluruhan unsurradioaktif; 5) panas bumi hasil transfer panas di jalurSubduksi Tua; dan 6) panas bumi pada zona tektonik
aktif. Sistem tersebut juga membutuhkan mediafluida yang membentuk sistem hidrotermal. Topografiumumnya dicirikan oleh morfologi pedataran atauperbukitan rendah.
Jones (1970) serta Duffield dan Sass (2003)menyatakan bahwa sistem panas bumi geopressureterbentuk ketika air panas terperangkap dan terjadipertukaran atau percampuran dengan batuansekitarnya. Panas bumi di cekungan sedimenmerupakan hasil interaksi dari berbagai sumber panasdan mekanisme pemindahan (transfer) panas dimanapanas dari kedalaman dipindahkan ke permukaan.
Sistem panas bumi cekungan sedimen berkaitandengan pembentukan cekungan sedimen yang terisisecara cepat oleh produk sedimentasi, sehingga fluidahidrotermal yang terbentuk mengalami tekanantinggi. Sistem panas bumi yang berhubungan dengan
geopressure ataupun yang berada di lingkungansedimentasi umumnya memiliki depresi yang sangat
tebal, bisa mencapai 5 8 km, seperti panas bumipada geosingklin di teluk Meksiko. Sistemgeopressuredi Indonesia terdapat di Lapangan Duri (CekunganSumatra Tengah), Kalimantan Timur (CekunganTarakan Kutai Timur), Jawa Timur (Madura), PulauBuru dan Papua (Manokwari).
Di Indonesia sistem panas bumi cekungan sedimenatau geopressure tidak lepas dari sejarah tektoniksetempat, seperti di Kalimantan yang berhubungandengan jalur subduksi tua. Contohnya, panas bumipada jalur Subduksi Embalun di Kalimantan Barat danSubduksi Tua Meratus, Kalimantan Selatan. Sumberpanas berasal dari sisa panas pada batuan terobosan,
Non-VulkanikOleh: Mochamad Nur Hadi
Sebaran daerah panas bumi vulkanik dan vulkano-tektonik. Sumber: Badan Geologi, 2012.
Panas Bumidi Indonesia
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
19/52
37GEOMAGZ September 2013
batuan plutonik, dan faktor pembebanan padalapisan sedimen dalam. Biasanya unsur Uranium,Thorium, dan Potasium bergerak ke arah keraksetelah proses pembentukan gunung api tua danterjadi pemindahan panas pada bagian atas keraksamudera. Dalam kondisi ini, unsur-unsur radioaktifmerupakan sumber utama panas bumi yang berasaldari peluruhan panas radioaktif tersebut. Prosespanas bumi yang dihasilkan dalam sistem ini disebutradiogenik. Lapangan panas bumi di Pulau Bangkadiperkirakan hasil proses radiogenik.
Sistem panas bumi non-vulkanik lainnya adalahpanas bumi yang berada di lingkungan plutonik(granitik) dan vulkanik tua yang berinteraksi dengansistem metamorfis maupun cekungan sedimen.
Contohnya adalah lapangan panas bumi di SulawesiTengah dan Seram, Maluku. Lingkungan VulkanikTersier banyak ditemukan di Lapangan Wetar-Alor,Sulawesi Selatan, Halmahera Selatan, Jawa Selatanpada batuan Andesit Tua (Old Andesite Formation).Sistem ini berhubungan dengan lingkungan vulkanikyang telah matang dan kondisi batuan yang telahberubah. Kondisi lainnya adalah adanya pengaruhrekahan dan patahan sehingga terbentuk zona yangmemiliki permeabilitas tinggi sebagai reservoir.
Sistem panas bumi lingkungan tektonik ataupatahan aktif terletak pada batas pedataran danpegunungan (graben). Terdapat imbuhan resapan
airtanah dari daerah tinggi ke arah pedataran.Daerah panas bumi pada jalur tektonik dan sesaraktif terdapat di sepanjang Patahan Palu-Koro danPatahan Sorong.
Potensi Panas Bumi Non-vulkanik di Indonesia
Pemanfaatan panas bumi untuk pembangkitlistrik di Indonesia saat ini seluruhnya berasal sistempanas bumi vulkanik (konvensional). Hal ini karenapotensi sistem vulkanik mempunyai cadangan lebihbesar dan entalpi tinggi, sehingga lebih menarik darisisi pengusahaan. Namun, beberapa lokasi boleh jadimemiliki panas bumi non-vulkanik dengan cadanganbesar dan entalpi yang tinggi. Selain itu, di daerah-daerah tertentu, panas bumi non-vulkanik mungkinhanya satu-satunya sumber energi yang tersedia dan
dapat dikembangkan.Untuk mengetahui potensi panas bumi non
vulkanik, Pemerintah perlu menyediakan data daninformasi terkait melalui inventarisasi dan eksplorasi.Kegiatan untuk mengungkap potensi panas buminon-vulkanik itu di seluruh wilayah Indonesiadilakukan oleh Badan Geologi, Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral.
Hasil inventarisasi oleh Badan Geologi mencatatada 299 lokasi panas bumi di Indonesia dengan 110lokasi di antaranya merupakan tipe non-vulkanik. Dari110 lokasi lapangan panas bumi tipe non-vulkaniktersebut, dua lokasi telah memiliki data eksplorasi
lanjut, sampai tahapan pengeboran landaian suhu,yaitu daerah Bora, Sulawesi Tengah dan Lainea,Sulawesi Tenggara.
Lingkungan geologi di daerah Sulawesi dicirikanoleh batuan malihan sebagai batuan dasar.Pergerakan lempeng Australia ke arah barat yangbertumbukan dengan lempeng Asia bagian timur danlempeng Pasifik menghasilkan pergerakan tektonikyang berarah relatif Barat Laut-Tenggara. Aktivitastektonik ini mengakibatkan terjadinya cekungan baruyang terisi oleh endapan batuan sedimen terutamasedimen karbonat pada zaman Tersier.
Pola stuktur geologi yang berkembang di daratanSulawesi bagian tengah didominasi oleh pola yang
sama dengan Sesar PaluKoro yang berarah baratlaut-tenggara. Pola struktur ini diakibatkan olehpergerakan kepingan benua Banggai-Sula ke arahbarat. Struktur-struktur besar lainnya berhubungandengan sistem sesar Palu-Koro, yaitu berjenis sesarmendatar mengiri di antaranya adalah sesar Kolaka,sesar Matano, dan sesar Kolono.
Setempat-setempat pada sistem Sesar Palu-Koroterbentuk juga sesar normal. Zona-zona depresiyang dihasilkan oleh sesar normal memungkinkanterbentuknya zona dengan rekahan-rekahan intensifsehingga menghasilkan permeabilitas sekunder. Zonapermeabel inilah yang menjadi reservoir dalam sistempanas bumi di daerah Sulawesi bagian Tengah danTenggara. Pola sebaran manifestasi panas bumi yang
Model konseptual sistem panas bumi non vulkanik, modifikasi dari Tamayu & Sakaguci (2000).
Model sistem panas bumi geopressuredan cekungan sedimen (Lund, 2007).
Model sistem panas bumi vulkanik Candi Umbul-Telomoyo, Jawa Tengah. Sumber: Badan Geologi, 2011.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
20/52
39GEOMAGZ September 2013
muncul pada umumnya dikontrol oleh sesar yangjuga berarah Barat Laut-Tenggara.
Manifestasi panas bumi pada sistem non vulkanikumumnya berupa air panas dan alterasi. Namun, tidakmenutup kemungkinan terbentuk juga hembusangas dengan temperatur tinggi, seperti terjadi didaerah Bora, di Sulawesi Tengah, dan Wapsalit, Pulau
250 C. Sementara itu, temperatur panas bumi non-vulkanik di daerah Bora dan Wapsalit tidak lebih dari200 C.
Penutup
Wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki
keragaman kondisi geologi yang tinggi menyediakankhasanah keilmuan yang kaya. Salah satunya berkaitandengan bidang panas bumi. Pemahaman kita tentangpanas bumi yang selama ini hanya terfokuskan padadaerah gunung api (sistem vulkanik), kini merambahpula ke ke panas bumi non-vulkanik.
Masih banyak daerah dengan kondisi geologinon-vulkanik yang belum tersentuh oleh penelitianpanas bumi. Hal ini menjadi tantangan kita semua,baik Pemerintah, pelaku usaha, para akademisi danpemangku kepentingan lainnya untuk bekerja samameningkatkan kajian panas bumi non-vulkanik.
Semakin menipisnya sumber energi fosil dankebutuhan energi yang terus meningkat diharapkanbisa melecutkan gairah eksplorasi dan pengembanganpanas bumi yang dikenal sebagai energi ramahlingkungan, terbarukan, dan tidak dapat diekspor.
Kehadiran panas bumi di daerah non-vulkanik yangumumnya berada di daerah terpencil (remote area)dengan keterdapatan sumber energi lain yangminim, bisa menjadi alternatif solusi untuk sumberpemenuhan kebutuhan energi setempat.n
Penulis adalah Penyelidik Bumi Muda, dari Pusat Sumber DayaGeologi, Badan Geologi
Lawu, Jawa Tengah Bora, Sulawesi Tengah Lainea, Sulawesi Tenggara
Lingkungan Geologi Vulkanik Metamorf Metamorf
Tektonisme Gunung api Kuarter Sesar Palu-Koro Sesar Kolono
Sumber panas S is a m ag ma a kti f I ntr us if In tru sif
Reservoir >2000 m
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
21/52
41GEOMAGZ September 2013
Air sangat berlimpah di tanah air. Oleh karena
itu, sangat terbuka kemungkinannya untuk
memanfaatkan air sebagai sumber daya
pembangkit listrik, meski dalam skala
kecil. Kenyataan tersebut bisa kita lihat praktiknya
antara lain di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Antara
28-29 September lalu, kami sempat mengunjungi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cinta
Mekar dan PLTMH Melong, Subang.
PLTMH Cinta Mekar berada di Desa Cinta Mekar,
Kecamatan Serangpanjang. Siang itu kami turundari jalan raya menuju bangunan rumah turbin
yang terletak di tepi aliran Sungai Ci Asem. Sungai
yang berhulu di kawasan Gunung Tangkubanparahu
ini mengalir ke utara dan bermuara di Laut Jawa.
Tersebab oleh luah airnya yang cukup besar untuk
PLTMH dan tersedia sepanjang tahun, juga landasan
sungai berupa batuan yang kokoh (umumnya lava
dan breksi), di sepanjang Ci Asem bagian hulu
dan anak-anak sungainya terdapat banyak PLTMH.
Sedikitnya tiga buah PLTMH di Ciasem, yaitu: PLTMH
Cinta Mekar, PLTMH Melong, dan PLTMH Cinangsi.
Sebelum sampai ke rumah turbin, ketika kami
masih di ketinggian, terlihat saluran air yang berasal
dari sebuah bendung di aliran Ci Asem. Air yang
dialirkan khusus untuk memutar turbin melalui saluran
ini sebagian ditampung dalam kolam penampung
dan kolam penenang, dan sebagian lagi dialirkan
untuk irigasi. Debit air saluran mencapai 1.500 liter/
detik. Namun, debit yang digunakan untuk memutar
trubin hanya 1.100 liter/detik, sedangkan 400 liter/
detik sisanya untuk irigasi.
Kami turun mengikuti arah sepasang pipa pesat(penstock) sepanjang 55 m dengan diameter masing-
masing 58 inci. Mulut kedua pipa pemercepat aliran
air ini diletakkan di bibir kolam penenang, sedangkan
ujungnya berada rumah turbin. Di bangunan
inilah air yang sangat deras ditumbukkan ke turbin
yang sebelumnya telah dirangkaikan ke generator
sehingga generator itu pun ikut berputar seiring
putaran turbin. Dari proses inilah listrik dihasilkan.
Setelah memutar turbin, aliran itu dikembalikan ke
sungai Ci Asem yang ada belakang rumah turbin.
Melalui proses tersebut, aliran air sungai seolah-olah
dipinjam sejenak untuk menghasilkan listrik. Bedatinggi antara penampungan air dan rumah turbin
(net head atau singkatnya -head) sebesar 18,6 m.
Setelah kami sampai di rumah turbin, terlihat dua
turbin jenis Crossflow T-7 dan satu generator yang
sedang bekerja. Rupanya PLTMH ini menggunakan
sistem dua turbin satu generator. Kapasitas per turbin
ini sebesar 60 Kw. Untuk itu diperlukan air pesat yang
memutar turbin sebesar 550 liter air/detik per satu
turbin.
Dari rumah turbin, kami menemui Iyan Sofyan
(39), operator pembangkit. Menurutnya, PLTMH
Cinta Mekar mulai dibangun pada 2003 oleh warga
masyarakat atas bantuan dana dan teknologi dari
Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan
(Ibeka), United Nations Economic and Social
Commission for Asia and The Pacific (UNESCAP),
PT Hidropiranti (HIP), dan didukung pemerintah
Belanda. Total pembangunannya menghabiskan
dana Rp 2,8 miliar.
Yang menarik adalah latar belakang pembangunan
pembangkit. Desa ini dulunya Sebuah desa tertinggaldi Kabupaten Subang. Kemudian datanglah Yayasan
Ibeka, yang dipimpin oleh Ibu Tri Mumpuni serta Pak
Iskandar dari PT HIP. Mereka membikin semacam
pilot projecttahun 1999 yang diajukan proposalnya
ke badan PBB. Kebetulan saat itu Indonesia tengah
berlomba dengan India dan Bangladesh. Setelah itu,
dana kemudian turun dari UNESCAP meskipun hanya
US$ 75 ribu atau sekitar Rp 600 juta. Kemudian pihak
UNESCAP datang menyurvei ke sini. Sementara itu
Pak Iskandar dari PT HIP punya teknologi di bidang
energi baru dan terbarukan. Pak Iskandar setuju untuk
membuat turbin, ujar warga Kampung Tangkil, DesaCinta Mekar ini.
Namun, lanjut Iyan, uang dari UNESCAP itu
tidak cukup untuk membeli turbin. PT HIP mencoba-
coba mencari investor swasta, tapi tidak ada yang
tertarik. Akhirnya PT HIP dan Yayasan Ibeka patungan
membiayai penyelesaian pembangunan pembangkit
tersebut. Sehingga, pembangkit berkapasitas 120
kilowatt ini secara resmi beroperasi pada 17 April
2004.
Hasilnya, saat itu kami kontrak jual beli listrik
dengan PLN di kisaran harga Rp 432/m dan sekarang
harganya menjadi Rp 660/m. Sistemnya, petugas PLN
akan mencatat berapa meter yang dihasilkan dari
pembangkit ini. Jumlah meter itulah yang dibayarkan
kepada kami. Nanti uangnya masuk ke rekeningjoint
venture. Misalnya, kita sebulan dapat Rp 50 juta.
Pendapatan ini mula-mula dipotong dulu untuk biaya
depresiasi atau cadangan bila ada kerusakan, biaya
operasional termasuk gaji kami, dan pajak. Setelah
itu, sisanya dibagi dua, yaitu antara koperasi dan PT
HIP, ujar karyawan joint ventureYayasan Ibeka, PTHIP dan Koperasi Mekar Sari itu.
Untuk mengelola pemasukan dari pembangkit ini
warga mendirikan Koperasi Mekar Sari saat UNESCAP
melakukan sosialisasi di Desa Cinta Mekar. Dari
penjualan listrik ke PLN, koperasi mengembalikan
lagi hasilnya ke warga. Bentuknya berupa bantuan
pemasangan instalasi listrik bagi warga tak mampu,
dana pendidikan, juga dana kesehatan.
Soal besar kecilnya pendapatan menurut Iyan
bergantung kepada debit air sungai (Ci Asem).
Dari Air
Oleh: Atep Kurnia dan Oman Abdurahman
ListrikBangkitlah
Sepasang pipa pesat yang digunakan
untuk mengalirkan air agar dapat
memutar Turbin. Foto: Deni Sugandi.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
22/52
43GEOMAGZ September 2013
Pada musim kemarau seperti saat ini paling dapat
dihasilkan 30-40 KW/bulan yang dapat dijual ke PLN.
Namun, bila debit airnya besar pembangkit ini bisa
menghasilkan 100 KW, sahut Iyan.
Beruntung, setahun setelah beroperasinya
pembangkit, Desa Cinta Mekar terlepas dari cap
desa tertinggal. Bahkan pada tahun 2005, desa ini
mengikuti lomba desa mandiri energi di Bali, dan
hasilnya mendapat peringkat kelima.
Setelah berbincang dengan Iyan, kami menyusuri
ke arah hulu saluran air, menuju bendung Ciasem
sumber air untuk pembangkit itu. Bendungnya
berjarak 400 m dari rumah turbin. Selama di
perjalanan, Eman (54) ketua RT setempat yang
menemani kami, sesekali memungut sampah-
sampah yang menghalangi jalannya air ke arah rumah
turbin. Di bendung itu terlihat air menggenang,
sesekali kawanan burung layang-layang menyambari
permukaan genangan air, dan di bawah bendung,
terhampar batuan besar dan kecil.
Esoknya (29/09), kami menyambangi PLTMH
Melong yang ada di Kampung Melong, Desa
Jambelaer, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang.
Dari jalan yang tampak mula-mula bukanlah
bangunan pembangkit listrik tenaga air, melainkan
tiang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Namun,
setelah kian dekat, nampaklah bangunan rumah
turbin penggerak air. Rupanya di tempat ini terdapat
dua jenis pembangkit listrik, yaitu PLTMH dan PLTS.
Keduanya milik Pemerintah.
Di sana pipa-pesatnya terlihat agak pendek.
Ukurannya sepanjang 6,3 m saja. Beda tingginya
juga terbilang pendek, yaitu 6 m. Untuk masuk
ke rumah turbin, sang operator, Iyan Rusdi (33),
berbaik hati membukakan pintu bangunan yang
dikunci, juga menemani dan bersedia menjawab
pertanyaan yang kami ajukan. Menurutnya,
Pembangkit ini didirikan mulai tahun 2004 dan
mulai dioperasikan pada pertengahan 2005. Ini
murni inisiatif dari pemerintah, yaitu didirikan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Energi dan Ketenagalistrikan (P3TEK). Mula-mulanyapembangkit ini dibuat untuk laboratorium atau riset.
Jadi, setiap peneliti dari institusi itu meneliti energi
baru dan terbarukan di sini.P3TEK sekarang berubah
menjadi Puslitbang Teknologi Ketenagalistrikan,
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
(P3TKEBTKE) dan berada di bawah Badan Penelitian
dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
(Balitbang ESDM), Kementerian ESDM.
Saat kami sambangi, listrik yang dihasilkan
pembangkit itu sedang kecil. Kata Iyan, Kapasitas
semuanya 100 kW. Kalau mesin prima dan debit
airnya besar, pembangkit ini bisa menghasilkan 80-
100 kW. Sementara bila debit airnya kecil seperti
sekarang ini, pembangkit hanya menghasilkan 9-12
kW. Sekarang rata-ratanya menghasilkan 12 kW per
24 jam.
Memang pembangunan pembangkit ini termasuk
pola dari atas ke bawah (top-down) bukan dari bawah
ke atas (bottom-up) seperti yang kami jumpai pada
PLTMH Cinta Mekar. Tujuan Pemerintah membangun
PLTMH Melong adalah: 1) Menerapkan penggunaan
turbin jenis crossflow (jenis turbin produk lokal)
pada netheadrendah. 2) Membantu industri turbin
lokal meningkatkan kemampuan kapasitas turbin
hingga 500 kW pada tahun 2004, 3) Percontohan
interkoneksi PLTMH dengan jaringan PLN, 4) Sebagai
sarana penelitian dan pengembangan energibaru terbarukan (EBT), 5). Sebagai percontohan
pemanfaatan saluran irigasi menjadi pembangkit
listrik.
Ditinjau dari sumber airnya, pembangkit ini
memanfaatkan air saluran Curug Agung yang berada
di Kampung Melong. Sebenarnya saluran itu berasal
dari sungai Cinangka yang nantinya bergabung ke
sungai Ciasem di hilirnya. Dengan menggunakan
debit sebesar 2x1.235 (= 2.470) liter/detik dan head
sebesar 6 m dapat dibangkitkan daya listrik sebesar
100 kW. Daya ini dibangkitkan melalui 2 buah turbin
yang dikopel mekanis untuk menggerakkan 1 unit
generator berkapasitas 140 kVA. Debit rata-rata
saluran ini berkisar 3.500 liter/detik sehingga tidak
mengganggu debit aliran air irigasi sawah, karena
airnya dikembalikan lagi ke saluran irigasi.
Sebelum beranjak lagi, kami sempat menanyakan
perihal PLTS, yang ada di depan pembangkit listrik
tenaga air dan tiang serta tudungnya nampak
berkilap-kilap warna perak. PLTS ini baru setahun,
dari 2012. Ukurannya 9x7 m. Tingginya 6 m. Biasanya
menghasilkan 8 kw/hari. Tapi sekarang sedang rusak,
karena inventernya tersambar petir. Sekarang sedang
diperbaiki, jawab Iyan.
Betapapun, banyak dari air yang meruah di
Indonesia yang berpotensi dijadikan energi listrik.
Untuk itu, pembangkit sistem tenaga mikrohidro bisa
dipilih masyarakat Indonesia. Bila berhasil, pilihan ini
akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat yang
mengelolanya dan mandiri energi. Dengan kata lain,
penggunaan energi di daerah sesuai dengan potensi
daerah tersebut akan menjadi bagian dari keragaman
dan kemandirian menuju ketahanan energi.n
Atep Kurnia adalah peneliti literasi sunda pada Pusat Studi Sunda
(PSS).
Oman Abdurahman adalah Kepala Bagian Rencana dan Laporan
Badan Geologi.
Ilustrasi untuk pembangkit listrik tenaga air. Ilustrator: Ayi Sacadipura.
Turbin untuk menjalankan generator pembangkit listrik. Foto: Deni Sugandi.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
23/52
45GEOMAGZ September 2013
Untuk mendekati Kawasan Kars Maros-Pangkep, langkah yang paling mudah adalahmenuju air terjun Bantimurung yang beradadi Desa Bantimurung, Maros. Kawasan ini
terletak sekitar 20 km dari Bandara Hasanuddin, 15km dari Kota Maros, dan 50 km dari Kota Makassar.Di Bantimurung, keindahan kawasan kars Maros-Pangkep dapat dinikmati. Namun, butuh waktusekitar seminggu untuk menjelajahinya. Itupun hanyamenikmati keindahan bukit-bukit kars dan mulutguanya saja, belum termasuk menelusuri gua-guanyayang bisa membutuhkan waktu berminggu-minggu.
Kars Menara
Kawasan Maros-Pangkep merupakan tempatsebaran kars yang sangat luas, khas, dan unik. Parageologiwan menggolongkan batuan penyusunkawasan kars ini pada Formasi Tonasa yang berumurantara Eosen sampai Miosen Akhir. Pembentukannyasebagai akibat aktivitas air pada areal batugamping,
Maros-PangkepHUTAN BATU
Oleh: Oki Oktariadi
Banyak yang belum tahu bahwa Indonesia
mempunyai kawasan-kawasan kars yang sangatindah. Salah satu diantaranya adalah Kawasan
Kars Maros-Pangkep. Ada yang mengatakan
bahwa kawasan kars ini terbesar dan terindah
kedua di dunia setelah kars di Cina. Kawasan
kars Maros-Pangkep terlihat dengan jelas di tepi
hamparan persawahan sepanjang jalan antara
Makassar-Maros hingga Pangkep. Dari kejauhan,
kars yang menyerupai hutan batu yang dihiasi
berbagai macam pepohonan mulai pandan
hingga palem ini terlihat begitu megah, indah,
dan eksotis.
sehingga terjadi pelarutan dan membentuk bentangalam kars yang khas. Di samping itu, di beberapatempat hadir juga batuan beku yang mengintrusibatugamping, menyebabkan terjadinya prosesmetamorfosis menjadi marmer. Proses intrusi iniantara lain dijumpai di daerah Bungoro (Kabupaten
Pangkep dan Leangleang) Kabupaten Maros.
Berbeda dengan kebanyakan kawasan karsdi tempat lain yang umumnya berbentuk conicallhill karst(kars berbukit kerucut), di Maros-Pangkepbukit-bukitnya berlereng terjal membentuk bangunmenyerupai menara yang sangat khas. Di dunia,bentuk khas seperti kars Maros-Pangkep ini dikenalsebagai tower karstatau kars menara. Keberadaannyadapat berdiri sendiri maupun berkelompok,membentuk gugusan pegunungan kars yangmenjulang tinggi. Bukit-bukit menara tersebut sejenisdengan yang ada di Cina Selatan dan Vietnam.Pembentukannya, umumnya dipengaruhi oleh
struktur geologi, sebelum diperlebar dan diperluasoleh proses pelarutan (karstifikasi) batugamping.
Di hadapan bukit-bukit menara kars tersebutmembentang dataran dengan permukaannya yangrata. Dataran kars tersebut oleh penduduk setempatdidayagunakan menjadi lahan pertanian, umumnyapersawahan dan perkebunan. Selain itu, beberaparumah penduduk dibangun di sela-sela bebatuanyang menimbulkan kesan tersendiri. Sepertinyamasyarakat di sana sudah tidak perlu repot untukmembuat taman seperti yang banyak dilakukan olehmasyarakat di kota besar. Tuhan telah memberikantaman alam yang begitu indah di sekeliling merekatanpa mengeluarkan biaya sepeser pun.
Gua Kars
Sebanyak 30 gua dari 268 mulut gua telahdiidentifikasi secara lengkap oleh Bappeda danKonservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulawesi
Selatan. Gua-gua tersebut rata-rata memilikistalaktit dan stalagmit yang indah. Sebagian darigua yang ditemukan, ternyata merupakan habitatkelelawar. Gua-gua tersebut membentuk lorongyang menakjubkan dan sebagian berfungsi sebagaisungai bawah tanah dengan debit aliran sangatbesar. Salah satunya keluar sebagai sungai dan airterjun Bantimurung. Hingga kini, gua terdalam danterpanjang di Indonesia pun ditemukan di kawasan
Foto: Oki Oktariadi.
Deliniasi kawasan Taman Nasional Bantimurung.
7/22/2019 GEOMagz. Majalah Geologi Populer. Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013. Daulat Rakyat di Ladang Minyak
24/52
47GEOMAGZ September 2013
kars Maros-Pangkep. Gua terdalam berbentuk sumurtunggal dengan kedalaman 260 m ditemukandi Leang Leaputte, sedangkan gua terpanjangdiperkirakan mencapai 27 km ditemukan pada sistemGua Salukkan Kallang.
Proses pembentukan dan perkembangan guaini sangat dipengaruhi oleh kekar (rekahan-rekahanpada batuan) yang terjadi yang selanjutnya diikutioleh proses pelarutan kimiawi. Kekar-kekar yangada dapat dilalui air meteorik dan bereaksi denganmelarutkan unsur-unsur karbonat pada batugampingsehingga dapat memperbesar dimensi kekar tersebut.Semakin lama akan membentuk gua dan juga
membentuk ornamen-ornamen gua (spleothem)seperti pada bagian atap gua dan flowstone yangterbentuk pada dinding-dinding gua.
Sistem gua ini merupakan sekumpulan sistemperguaan yang sambung-menyambung danmempunyai beberapa mulut gua. Salah satu mulutgua itu adalah gua vertikal yang terdapat di dalamkawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, yaitu di daerah Karaenta. Pada tahun2001, Tim Ekspedisi Prancis, kembali menemukangua terpanjang kedua di Maros, dengan panjang12 km, yaitu di daerah Balocci, Pangkep. Temuangua tersebut semakin menambah daftar panjangkekayaan gua di Kawasan Kars Maros-Pangkep yangsiap dikembangkan sebagai objek wisata.
Flora-Fauna
Curah hujan yang tinggi biasanya menghasilkantingkat pelapukan batuan yang tinggi pula, sehinggasuksesi vegetasi yang berlangsung jutaan tahun
menghasilkan flora dan fauna langka. Kondisi sepertiitu berlangsung pula di kawasan kars Maros-Pangkep.Di antara flora yang langka di kawasan ini adalahbunga rafflesia dan aneka anggrek hutan, sedangkanfauna langka yang dilindungi di antaranya adalahmonyet hitam (Macaca maura) dan kupu-kupu. Dikawasan ini tercatat pernah hidup sekitar 400 jeniskupu-kupu. Dari sejumlah itu yang masih ada kinisekitar 125 jenis.
Kawasan hutan lindung Bantimurung, selainterkenal sebagai obyek wisata air terjun yangmempesona, juga menjadi habitat berbagaispesies kupu-kupu yang langka, sehingga dijuluki
Kars Candi, keunikan kars Maros-Pangkep. Foto: Oki Oktariadi.
Satu dari sekian banyak mulut gua Leang Leang. Foto: Oki Oktariadi.
sebagai Kingdom of Butterfly. Naturalis Inggris,Alfred Russel Wallace, pernah tinggal di kawasanini selama sekitar satu tahun (1856-1857) untukmeneliti 150 spesies kupu-kupu langka. Hinggasaat ini, para pengunjung masih dapat menyaksikanindahnya warna-warni kupu-kupu dengan berbagaispesies yang berterbangan di antara bunga-bungadan semak-belukar yang memenuhi gunung batuBantimurung. Di sela-sela bukit kars terdapatpermukiman pedesaan, di antaranya rumah-rumahpanggung dan persawahan yang terlihat selarasdengan kars yang ada di sekitarnya.
Sedangkan di dalam gua ada biota unik yangdiidentifikasi sebagai jenis satu-satunya di dunia.Biota unik tersebut memiliki ciri khas akibat kehidupangelap di dalam gua. Kulitnya transparan, matanyamengecil, bahkan buta, sementara organ sensoriknyaberkembang.
Arthropoda misalnya, memiliki antena panjangsebagai organ perasa. Contoh lain, ikan gua yangumumnya buta bertubuh transparan (Bostrycus sp.)seperti ditemukan di Gua Saripa di Maros. Temuanlain berupa kalajengking gua yang buta dan satu-satunya di Asia Tenggara, udang gua yang buta danbertubuh transparan (Cirolana marosina), kelelawarberhidung cabang (Nyctmene cephalotes), kelelawarHipposideros dinopsyang hanya hidup di Sulawesi,kepiting laba-laba (Cancrocaeca xenomorph),kumbang buta dari jenis Coleoptera sp., beberapa
jenis jangkrik gua (Rhaphidophora sp.) yang belumteridentifikasi, atau laba-laba gua jenis baru sebesartelapak tangan (Heteropoda beroni).
Kerja sama penelitian antara Pusat PenelitianBiologi LIPI dan peneliti Prancis pada 2001-2003menambah jenis fauna baru di Maros, yaitukumbang gua (Eustra saripaensis) dan collembolagua, Pseudosinella maros yang ditemukan di salahsatu gua di daerah Samanggi. Fauna akuatik jugaditemukan, yaitu isopoda aquatic, jenis baru Cirolanamarosina yang ditemukan di gua kecil di daerahSamanggi. Sementara itu, jenis-jenis baru yangditemukan di Maros sebelumnya adalah kepiting
gua (Cancrocaeca xenomorpha), kalajengking gua(Chaerilus sabinae), dan kumbang gua (Mateuiustroglobioticus). Sayangnya, keberadaan populasifauna jenis baru itu tak lagi diketahui. Kondisi kritisitu disebabkan oleh populasi yang kecil di hampirsemua populasi fauna gua. Karena itu