Upload
riri-lariza
View
1.828
Download
62
Embed Size (px)
Citation preview
General Semantics Theory
Teori Komunikasi
oleh :
Lariza
210110080323
Mankom C
Manajemen Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
2010
Latar Belakang
Penemu
Alfred Korzybski berasal dari keluarga Polandia yang bekerja
sebagai ahli matematika, ahli mesin, ahli kimia, dan sebagainya.
Lahir di Warsaw pada tahun 1879. Ia belajar bahasa Polandia di
rumah, bahasa Rusia di sekolah, dan memiliki pengasuh Perancis
dan Jerman, ia menguasai keempat bahasa tersebut semenjak
kecil. Ia belajar di Warsawa University of Technology di jurusan
teknik. Ia terlatih sebagai ahli mesin, dan selama Perang Dunia 1
ia bekerja di General Staff Intelligence Department di ketentaraan Rusia. Setelah kakinya terluka
dan menderita luka-luka lainnya, ia datang ke Amerika Utara pada tahun 1916 (pertama ke
Kanada, lalu Amerika), setelah itu ia bekerja di berbagai posisi kemiliteran di negara tersebut
dan Kanada. Setelah publikasi dari buku Manhood of Humanity di tahun 1921, ia menetap di
Amerika Serikat dan mengembangkan metode dari teori baru miliknya yaitu time-binding
(pengikat-waktu) agar dapat di aplikasikan. Ia adalah penemu dan pengelola dari Institute of
General Semantics didirikan pada tahun 1938 sebagai pusat dari pelatihan pekerjaannya, dan
melanjutkan mengajar dan menulis hingga kematiannya pada tahun 1950.
Selain oleh Alfred Korzybski, teori semantik umum ini juga dipopulerkan oleh muridnya yaitu S.I
Hayakawa.
Samuel Ichiye Hayakawa (18 Juli 1906 - 27 Februari 1992) adalah
seorang turunan Kanada-Amerika, tokoh akademik dan keturunan
Jepang. Lahir di Vancouver, British Columbia, Kanada. Hayakawa
adalah seorang psikolog, ahli ilmu semantik, guru, dan penulis.
Hayakawa adalah seorang ahli ilmu semantik. Buku pertamanya
tentang ilmu semantik adalah, Language in Tought and Action,
diterbitkan pada tahun 1949 sebagai pengembangan dari karya sebelumnya, Language in
Action, yang ditulis sejak tahun 1938 dan diterbitkan pada tahun 1941. Saat ini dalam edisi
kelima dan telah sangat membantu mempopulerkan teori semantik umum oleh Alfred
Korzybski.
Teori
Bahasa adalah salah satu atribut di dalam komunikasi, yang menurut pengikut general
semantics, adalah atribut yang tidak terlalu baik. General Semantics adalah teori yang
menguraikan kesalahan dalam penggunaan bahasa. Peletak dasar teori ini adalah Alfred
Korzybski, seperti yang telah di kemukakan di atas.
Menurut Kamus Linguistik oleh Harimurti Kridalaksana, Semantik Umum (General Semantics)
adalah ajaran tentang makna dalam komunikasi bahasa yang menolak ajaran Aristoteles bahwa
kata hanya mempunyai satu makna leksikal.
Perbedaan antara Semantik dan Semantik Umum :
Semantik secara khusus mengacu kepada bidang studi yang berkaitan dengan bagaimana
simbol-simbol (bahasa) terkait dengan acuan mereka dalam 'real' non-verbal dunia. Termasuk
dalam studi ini akan menjadi kata-kata untuk referensi serta validitas pernyataan logis.
Semantik umum mewakili sebuah metodologi interdisipliner, tidak hanya semantik linguistik,
tata bahasa, ilmu-ilmu perilaku, fisiologi, dll.
General Semantics merujuk pada sistem evaluasi umum – menggunakan metodologi sistematis
bagi individual dalam memahami bagaimana mereka terhubung dengan dunia di sekitar
mereka, bagaimana mereka bereaksi terhadap dunia ini, bagaimana mereka bereaksi terhadap
reaksi-reaksi, dan bagaimana mereka menyesuaikan perilaku mereka.
Istilah General Semantics yang digunakan Korzybski untuk menunjukkan fungsi bahasa dalam
studi manusia dan metode nya. Korzybski menggambarkan tujuan umum dari teori General
Semantics adalah sebagai pengembangan bagi praktisi nya apa yang disebut sebagai ‘kesadaran
abstrak’. Banyak praktisi General Semantics yang melihat metode tersebut sebagai alat
pertahanan diri dari manipulasi bahasa yang biasa digunakan iklan, politik, serta agama. (dikutip
dari http://en.wikipedia.org/wiki/General_Semantics).
Alfred Korzybski membuat buku mengenai General Semantics yaitu Science and Sanity : an
Introduction to Non-Aristotelian Systems and General Semantics, di dalam buku tersebut
dikemukakan bahwa teori tersebut merupakan lawan dari logika Aristoteles. (dikutip dari
http://en.wikipedia.org/wiki/General_Semantics).
Berdasarkan hal tersebut, teori Semantik Umum adalah anti Aristoteles atau sering disebut
Non-Aristotelian. Logika Aristoteles yang menganggap bahwa ‘A’ adalah ‘A’, tidak sesuai dengan
pemikiran Korzybski, bahwa semua hal selalu berada dalam ‘proses’. Menurut Korzybski, ‘A’
tidak selalu ‘A’ setiap waktu, karena mungkin ‘A’ berubah, tumbuh, atau berubah bentuk. Hal
tersebut hanyalah satu dari 51 butir pemikiran Korzybski yang berbeda dengan logika
Aristoteles.
Analogi dari teori Semantik Umum :
First. A map is not a territory.
Second. A map does not represent all of a territory.
Third. A map is self-reflexive in the sense that an ‘ideal’ map would include map of the map,
etc., indefinitely, and the map would include the map-maker.
Diaplikasikan di kehidupan sehari-hari dan bahasa :
First. A word is not what it represents.
Second. A word (or a statement) does not represent all of the ‘facts’ etc.
Third. Language is self-reflexive in the sense that in language we can speak about language.
(dikutip dari http://www.gestalt.org/semantic.htm)
Pokok Teori
Menurut Korzybski, teori General Semantics adalah studi tentang kemampuan manusia untuk
menyimpan pengalaman dan pengetahuan lewat fungsi bahasa sebagai penghubung waktu,
bahasa mengikat waktu, dan bahasa mengikat umur manusia bersama. (dikutip dari Teori
Semantik oleh Jos Daniel Parera).
Seperti ungkapan yang telah di cantumkan di latar belakang teori, ‘peta bukanlah wilayah’,
Korzybski melambangkan Semantik Umum dalam analogi yaitu bahasa seringkali tidak lengkap
mewakili kenyataan. Kemampuan bahasa yang sangat terbatas dalam mengungkapkan
kenyataan adalah penyebab bahasa tidak lengkap mewakili kenyataan.
Dalam General Semantics Theory, ada tiga elemen yang sangat menonjol, yaitu :
Time Binding
Kemampuan manusia dalam menyampaikan informasi dan pengalaman antar generasi.
Silence on the Objective levels
‘Kata bukanlah hal yang diwakilinya.’. Korzybski menekankan pada pengalaman
nonverbal dari dalam dan luar lingkungan kita. Selama waktu pelatihan ini, orang akan
menjadi luar dalam diam.
The system advocats of general orientation by extension rather than intention, dengan
fakta yang berhubungan dibanding properti yang diasumsikan, sikap, terlepas dari
bagaimana diekspresikan dalam kata-kata, sebagai contoh, George melakukan hal-hal
yang terlihat bodoh dimataku, dibandingkan bahwa George bodoh.
General Semantics banyak terdiri dari teknik-teknik pelatihan dan pengingat yang bermaksud
untuk mematahkan kebiasaan mental yang menghalangi untuk berurusan dengan realitas. Tiga
dari pengingat-pengingat yang paling penting disebutkan dalam singkatan “Null-A, Null-I, dan
Null-E”.
Null-A : non-Arisoteles, Semantik Umum menekankan pada logika two-valued tidak
sukup memetakan keseluruhan pengalaman manusia.
Null-I : non-identitas, Semantik Umum mengajarkan bahwa dua fenomena dapat terlihat
identik.
Null-E : non-Euclideanism, Semantik Umum mengingatkan kita pada ruang yang kita
tempati tidak cukup dideskripsikan dengan geometri Euclidean.
(dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/General_Semantics)
Sebelumnya, di latar belakang teori, telah saya sebutkan satu dari 51 butir perbedaan
aristoteles dan non-aristoteles, di pokok teori ini akan saya sampaikan ke-51 butir tersebut.
No Aristotelian Non-Aristotelian
1 Subject-predicat Methods Relational Methods
2 Symmetrical relations, in adequate for
proper evaluation
Asymmetrical relations, indispensable for
proper evaluation
3 Static, ‘objective’, ‘permanent’
‘substance’, ‘solid mater’, etc.,
Dynamic, ever-changing, etc., electronic
process orientations
4 Properties of substance, attributes,
qualities of matter, etc.
Relative invariance of function, dynamic
structure, etc.
5 Two-valued, either-or, inflexible,
dogmatic orientations
Infinite-valued flexibility, degree orientations
6 Static, finalistic, allness, finate number
of characteristics attitudes
Dynamic, non-allness, infinite number of
characteristics attitudes
7 By definition absolute sameness in all
respects (identity)
Empirical non-identity, a natural law as
universal asgravitation
8 Two-valued certainty, etc. Infinite-valued maximum probability
9 Static absolutism Dynamic Relativism
10 By definition ‘absolute space’, etc. Empirical fuilness of electromagnetic,
gravitational, etc., fields
11 By definition ‘absolute time’ Empirical space time
12 By definition ‘absolute simuitaneity’ Empirical relative simuitaneity
13 Additive (‘and’), linear Functional, non-linear
14 (3+4)-dimensional ‘space’ and ‘time’ 4-dimensional space-time
15 Euclidean system Non-euclidean system
16 Newtonian system Einsteinian or non-newtonian systems
17 ‘Sense’ data predominant Inferential data as fundamental new factors
18 Macroscopic and microscopic levels Sub-microscopic levels
19 Methods of magic (self-deception) Elimination of self-deception
20 Fibers, neurons, etc., ‘objective’
orientations
Electro-colloidal process orientations
21 Eventual ‘organism-as-a-whole’,
disregarding environmental factors
Organism-as-a-whole-in-environments,
introducing new unavoidable factors
22 Elementilistic structure of language
and orientations
Non-elementalistic structure of language and
orientations
23 ‘Emotion’ and ‘intellect’, etc. Semantic reactions
24 ‘Body’ and ‘mind’, etc. Psychosomatic integration
25 Tendency to split ‘personality’ Integrating ‘personality’
26 Handicapping nervous integration Producing automatically thalamo-cor-tical
integration
27 Intentional structure of language and
orientations, perpetuating:
Extentional structure of language and
orientations, producing:
28 Identifications in value :
a) of electronic, electro-colloidal,
etc., stages of processes with
the silent, non-verbal,
‘objective’ levels
b) of individuals, situations, etc.
c) of orders of abstractions
Consciousness of abstracting
Extentional devices
29 Pathologically reversed order of Natural order of evaluation
evaluation
30 Conducive to neuro-semantic tension Producing neuro-semantic relaxation
31 Injurious psychosomatics effects Beneficial psychosomatics effects
32 Influencing toward un-sanity Influencing toward sanity
33 ‘Action-at-a-distance’, metaphysical
false-to-fact orientations
‘Action-by-contact’, neuro-physiological
scientific orientations
34 Two-valued casuality, and so
consequent ‘final causation’
Infinite-valued causality, where the ‘final
causation’ hypothesis ist not needed
35 Mathematics derived from ‘logic’ with
resulting verbal paradoxes
‘Logic’ derived from mathematics, eliminating
verbal paradoxes
36 Avoiding empirical paradoxes Facing empirical paradoxes
37 Adjusting empirical facts to verbal Adjusting verbal patterns to empirical, patterns
facts
38 Primitive staticscience (religions) Modern dynamic ‘religions’ (science)
39 Anthropomorphic Non-anthropomorphic
40 Non-similiraty of structure between
language and facts
Similarity of structure between language and
facts
41 Improper evaluations, resulting in : Proper evaluation, tested by :
42 Impaired predictability Maximum predictability
43 Disregarded Undefined terms
44 Disregarded Self-reflexiveness of language
45 Disregarded Multiordinal mechanisms and terms
46 Disregarded Over
Under
47 Disregarded Inferential terms as terms
48 Disregarded Neuro-linguistic environments considered as
environment
49 Disregarded Neuro-semantic environments considered as
environment
50 Disregarded Decisive, automatic effect of the structure of
language on types of evaluation, and so
neurosemantic reactions
51 Elementalistic verbal, intentional
‘meaning’ or still worse, ‘meaning of
meaning’
Non-elementalistic, extentional, by fact
evaluations
(Sumber : Karin Buhring, 1973, hlm. 65-68)
Pada buku Teori Semantik karangan Jos Daniel Parera, ditambahkan satu butir lagi yaitu :
52 Antiquated Modern, 1941
Setelah melihat butir-butir perbedaan paham Aristoteles dan Non-Aristoteles, kita lihat
perbedaan model Structural Differential oleh Korzybski dan diagram Abstraction Ladder oleh
Hayakawa.
Model Structural Differential oleh Korzybski.
E : The Raggedly, parabola yang terpotong, ‘apa yang sedang
terjadi’ (WIGO), atau lebih jelasnya, ‘apa yang kita simpulkan
sedang terjadi’, kita sadar ataupun tidak. Setiap titik, lubang,
menunjukkan aspek-aspek atau karakteristik dari level proses sub-
mikroskopik, atau tingkat peristiwa WIGO.
O : Lingkaran yang berlabelkan O (Objek) mewakili interaksi
manusia dengan WIGO. Melalui organ dan sistem saraf, saya
‘membuat’ pandangan, suara-suara, bau-bau, dll, dari interaksi
saya dengan WIGO. Garis-garis, atau rangkaian-rangkaian, yang
terhubung dengan level Objek ke level Event mewakili aspek yang
spesifik atau karakteristik dari WIGO yang bisa aku rasakan dan
alami dalam cara non-verbal. Rangkaian-rangkaian yang datang
dari parabola yang tidak bisa aku rasakan (contohnya, gelombang
radio), tergantung bebas dan tidak terhubung dengan level Objek.
D : D merupakan level verbal pertama dalam proses abstraksi. Kita dapat melabelkan level
Deskriptif, dan mencoba untuk mengingat apa yang saya katakan, dengar, pikirkan, dll, di level
ini tentang WIGO saya-pengalaman level Objek ‘harus’ sama seperti apa yang akan dilaporkan
reporter yang hebat – sedekat mungkin dengan ‘fakta’ nya.
I : I1, dll, mewakili berbagai level kesiimpulan yang mungkin saya bangun dari pengalaman
WIGO-level Objek-level Deskripsi. Kesimpulan-kesimpulan ini akan menentukan makna apa
atau signifikan yang aku ‘gambar’ dari pengalaman ini.
A : Anak panah (A) dari level Kesimpulan kembali ke level Event menyiratkan feedback, atau
sirkulasi, dan ‘waktu’. Dalam arti lain, kesimpulan yang saya dapat bisa menjadi ‘patokan’ bagi
pengalaman yang mungkin akan saya alami.
FIDO : atau suatu binatang, berinteraksi sama seperti WIGO dalam level Objek. Walaupun,
kapasitas FIDO untuk membuat kesimpulan atau asosiasi terkait adalah terbatas, tidak seperti
manusia.
Sebagai contoh :
Mari ambil situasi yang Emily ceritakan saat presentasi Michelle…. “seseorang menyalipku’
E : What is going on ? Apa yang terjadi ? Mobil-mobil, mesin, roda, radio, pejalan kaki, awan,
matahari, hujan, wipers….semua terkomposisi dalam partikel-pertikel sub-mikroskopis pada
level kuantum dimana kita menyimpulkan berdasarkan pengetahuan kita tentang ilmu
pengetahuan…
O : Mata Emily menangkap (sebagian) sinar yang terefleksikan dari (sebagian) gambaran dalam
jarak pandangnya (terbatas), sinar bertransformasi (abstrak) oleh sistem visual ke sinyal saraf
yang menuju otaknya, neuron-neuron di otaknya memproses sinyal elektrik/kimia dan
membuat ia melihat . . .
D : ....“Aku sedang mengemudi sekitar 25mil/jam, menjaga jarak sekitar 50 kaki dengan mobilk
di depanku. Sedan berwarna hitam dikendarai lelaki setengah baya muncul dari sisi kanan yang
tidak tertangkap jarak pandangku. Kecepatan mobilnya lebih kencang daripada ku. Mobilnya
muncul dan mempercepat laju mobilnya langsung ke depan mobilku. Jarak mobilku dengan
mobilnya tidak sampai 10 kaki...“
I : …”Orang brengsek ini dalam keadaan terburu-buru dan menyalip padahal dia bisa menunggu
dan berada di belakangku !”…. (tekanan darah naik, kemarahan muncul, tangan mengepal setir,
mata menatap pengendara lain, kaki menekan gas, mencoba untuk mengejar, berpindak ke
jalur sebelah agar bisa melaju lebih cepat, tidak melihat lalu lintas…) “Sial ! Orang tersebut
hampir saja membuat ku kecelakaan !”.
Abstraction Ladder dari Hayakawa.
wealth
farm
livestock
cow
organism
Abstraction Ladder membantu kita menganalisis lebih baik komunikasi kita, memahami, tidak memahami, dll. Jika tetangga berlari menuju Farmer Jones dan berteriak, “Hey, Jones, sapi mu ada di jalan !”, perkataan tersebut lebih spesifik dan bermakna untuk Jones dibandingkan jika tetangga tersebut berteriak, “Hey, Jones, sebagian hartamu ada di jalan.”
Tangga tersebut menyajikan fungsi yang berguna dalam membantu kita ‘mengebalkan’ diri kita melawan propaganda politik, iklan, dan hal-hal yang serupa. Hayakawa menggunakan contoh seperti ini : pejabat lokal mencoba mendapatkan dukungan dengan menyatakan, “Farmer Jones, vote saya untuk memastikan Schmokum County menjadi suar yang dinantikan pertumbuhan dan kesejahteraannya !“
Desakan ini mengandung hal yang tidak spesifik, hanya secara umum, referensi sangat abstrak, anda dapat menyimpulkan ini termasuk dalam tingkatan atas dalam Ladder of Abstractions. Dan jika Farmer Jones menyadari ini, ia akan bertanya pada kandidat, “Apa sebetulnya yang anda maksud, apa yang akan anda lakukan ?“
Dan ketika kandidat tersebut menjawab, “Jones, yang saya maksud, uh… kami akan membangun jalan baru tepat di seberang pertanianmu !“, Farmer Jones telah berhasil merendahkan level keabstrakan bahasa dimana ia sekarang mengerti maksud kandidat.
(dikutip dari http://www.generalsemantics.org/index.php/gslc/online-library/199.html)
Berdasarkan penjelasan kedua model tersebut, dapat kita simpulkan bahwa, model Korzybski lebih menekankan pada ilmiah, fisiologis dan neurologis untuk menjadi dasar dari proses abstraksi. Sedangkan Hayakawa lebih menekankan pada bahasa dan semantik/implikasi makna dari proses evaluasi. Model Korzybski memperlihatkan proses, sedangkan Hayakawa menangkap output linguistik dari proses tersebut.
Dua Perintah dan Dua larangan di dalam teori Semantik Umum (diadopsi dari Psikologi Komunikasi oleh Jalaludin Rahmat) :
1. Berhati-hati terhadap abstraksiBahasa menggunakan abstraksi. Menurut Taylor et al, (1977:48) abstraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk membedakannya dari hal-hal lain.
Abstraksi menyebabkan penggunaan bahasa yang tidak cermat, tiga buah di antaranya adalah :
Dead Level AbstractingAbstraksi Kaku. Keadaan dimana kita mencapai tingkat abstraksi tertentu, tinggi atau rendah. Abstraksi yang terlalu tinggi, seperti keadilah, kesejahteraan, kemerdekaan, dan
sebagainya. Makna yang terkandung dalam kata-kata tersebut terlalu luas sehingga kita sulit untuk memahami nya.
Undue IdentificationSeringkali kita menempatkan banyak makna dalam satu kategori, kita melakukan kesalahan kedua : identifikasi yang tidak layak. Istilah lain yaitu overgeneralisasi. Untuk menghindari ini, kita menggunakan indexing. Meletakkan indeks pada setiap kata.
Two-Valued EvaluationKecendrungan menggunakan dua kata untuk melukiskan keadaan. Hitam-putih, baik-buruk, benar-salah, kawan-musuh, pandai-bodoh. Untuk menghindari kesalahan ini, Semantik Umum menyarankan penilaian multi-nilai. Setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, dan sebagainya.
2. Berhati-hati dengan dimensi waktuSeringkali kita menganggap makna kata sama, padahal mungkin saja kata tersebut mengalami perubahan, berubah bentuk, bertumbuh, dsb. Sebagai contoh, Citra sepuluh tahun yang lalu yang anda kenal, berbeda dengan Citra di masa sekarang, masa yang akan datang. Agar tidak terjadi kesalahan seperti itu, gunakanlah Dating, Citra1990, Citra2000, Citra2010, dan seterusnya. William Arnold dan James McCroskey berkata bahwa, “Dating memaksa individu untuk mengakui faktor perubahan, untuk menilai lingkungan, untuk membuat ujaran verbal yang cocok dengan fakta kehidupan yang ada dewasa ini.“
3. Jangan mengacaukan kata dengan rujukannyaIrving J. Lee (1941:16) berkata bahwa, “Kita hidup dalam dua macam dunia yang tidak boleh dikacaubalukan,“,“dunia kata dan dunia bukan-kata“. Dunia kata hanyalah lambang yang mengungkapkan reaksi kita terhadap realitas bukanlah realitas itu sendiri. Seperti yang telah saya sebutkan, “map is not the territory“. “Ruangan ini dingin.”, bukan ruangan ini yang dingin, tetapi anda merasa ruangan ini dingin. Kita sering mengacaukan kata dengan rujukannya, dan seringkali kita menganggap rujukan orang sama dengan kita. Agar tidak terjadi kesalahan, sebaiknya ditambahkan kata-kata, “…..menurut saya” di akhir kalimat.
4. Jangan mengacaukan pengamatan dengan kesimpulan
Pernyataan yang kita buat untuk melukiskan fakta, kita sebut sebagai pengamatan. Kesimpulan kita buat setelah melakukan pemikiran. Pengamatan dapat diverifikasi, karena itu menggunakan kata-kata berabstraksi rendah. Sebaliknya, penyimpulan menggunakan kata-kata berabstraksi tinggi, karena tidak dapat diuji.Sebagai contoh : “Baju Citra sudah kehilangan warna, rambutnya sudah memutih.” Anda sedang membuat pengamatan. “Citra kurang memperhatikan pakaiannya, ia sudah tua.” Anda menyimpulkan. Bisa saja Citra baru berasal dari tempat yang jauh dan belum sempat berganti pakaian. Beruban bisa dialami saat masih muda. Kesimpulan bukan pengamatan.
Kasus-Kasus
1. Saat video Marshanda ketika ia sakit, beredar luas di salah
satu situs video, ada salah satu video yang berjudul ‘Who Do
You Think You Are ?’. Di dalam video tersebut, Marshanda
menggunakan bahasa yang rancu, dan dapat dijadikan sebagai
salah satu kasus General Semantics. Dalam video tersebut, Marshanda berkata, “Buat
semua yang nyakitin guee ... Lagu ini kayanya paling cocok buat temen temen SD gue,
yang musuhin gue waktu gue SD, gue ngga punya temen, gue struggle kaya orang gila
disekolah gue sendiri, yang jahat jahat Adinda Mutiara Sabila Purnomo Sidi, makan
Neeeh!! dan semua temen temen loe yang ngikutin loe!.....”. Di kata Adinda Mutiara
Sabila Purnomo Sidi, mengandung kerancuan bahasa, yaitu pengacauan kata dengan
rujukannya.
2. Ada berbagai versi cerita cinta segitiga antara AA, NZ dan R, tetapi ini hanyalah
beberapa versi yang beredar yang masih harus dibuktikan oleh penyidik. Berikut ini
cuplikannya :
Versi 1 :
“Bermula dari asmara perselingkuhan. Di mana otak pelaku (pembunuhan) AA ada main
dengan caddy golf bernama Rani, yang juga istri siri Nas,” kata seorang perwira di Polda
Metro Jaya yang enggan disebutkan namanya, Jumat (1/5/2009).
Nasrudin dan AA sebenarnya telah berteman lama sejak Nasrudin aktif memberikan
informasi tentang kasus korupsi di tubuh PT Rajawali Nusantara Indonesia. Belakangan,
Nasrudin merasa kecewa karena kasus ini hanya menyeret Direktur Keuangan PT
Rajawali Nusantara Indonesia sebagai tersangka dan melewatkan beberapa orang lain
yang juga terlibat kasus itu.
Dari perselingkuhan itulah masalah muncul. Nas yang tidak terima ‘istri’-nya
dipermainkan menuntut pertanggungjawaban AA. Namun informasi lain menyebut,
konon Nasrudin hendak menjebak AA dan mengumpankan Rani.
“Hingga kemudian AA terjebak dan bertemua Rani di sebuah hotel. Di sana, mereka
berdua dipergoki Nas,” sebut perwira polisi itu.
Nas kemudian mengancam AA akan menyebarkan aib tersebut. “Ada pemerasan,”
tambah sumber itu.
Hingga kemudian AA hilang kesabaran dan bercerita kepada seorang perwira menengah
polisi berinisial WW. “WW menyebut bila hal itu bisa membahayakan negara. Hingga
kemudian muncul rencana melenyapkan korban,” tutupnya.
Versi 2 :
Sementara itu menurut gossip lainnya, Nasrudin mencari ‘masalahnya’ ketika memacari
seorang wanita yang berprofesi sebagai caddy di sebuah lapangan golf di Bogor.
Nasrudin sudah tahu bahwa wanita berinisial R tersebut merupakan kekasih seorang
pejabat lembaga hukum berinisial AA.
Karena AA tidak berani menerima tantangan R untuk menikahinya, R memilih menerima
lamaran Nasrudin. Akhirnya mereka menikah secara siri, R sah menjadi istri ketiga
Nasrudin. Dan AA pun hanya bisa gigit jari.
Namun cinta AA rupanya belum padam. Dia tetap ingin menjalin kasih dengan R. Karena
masih cinta, keduanya pun memilih backstreet. Perselingkuhan antara R dan AA pun
terjadi.
Nasrudin bukannya tidak tahu istri yang dinikahi sirinya itu berselingkuh dengan mantan
kekasihnya, AA. Karena AA orang penting, Nasrudin pun berusaha mencari keuntungan,
dengan menjebak keduanya.
Suatu hari, Nasrudin memergoki mereka tengah bermesraan. Nasrudin yang telah
menyiapkan kamera pun langsung mengabadikan keduanya dalam kondisi tanpa
mengenakan pakaian. Jepreeet! Dari situlah semua bermula.
Nasrudin memanfaatkan foto tersebut untuk memeras pejabat KPK tersebut. AA tak
berdaya. Nasrudin terus meminta uang dan berbagai kemudahan kepada AA. Hingga
pada akhirnya AA tak tahan dan curhat kepada seorang temannya yang merupakan bos
Harian Merdeka berinisial S. Di tangan S lah semua rencana disusun untuk menghabisi
Nasrudin. Doorrr!!
Merebaknya kasus ini juga menimbulkan dampak negatif bagi orang-orang yang
berprofesi sebagai caddy, seketika profesi sebagai Caddy tercoreng moreng. Makumlah,
Rani tercatat sebagai Caddy di Lapangan Golf Modernland, Tangerang. Caddy-Caddy
yang awalnya nggak ngerti apa-apa, jadi minder. Mereka pasti bertanya: salah apa kami
ini?
Sejak kasus itu merebak ke khalayak, orang-orang kampung jadi kenal istilah Caddy. Kalo
sebelumnya nggak ngerti apa-apa (boro-boro tahu golf), mereka yang berasal kelas
bawah itu tadi, jadi ngerti ada profesi di lapangan golf yang biasa membawakan stick-
stick golf para Pemain golf. Namun, mereka ini juga mendapat tambahan info negatif
dari profesi Caddy, yakni Caddy adalah sebuah profesi “Pelacur terselubung”.
Cap “Palacur terselubung” jelas menyakitkan hati para
Caddy. Mereka pasti tidak menyangka profesi yang
dilakukan ini berubah menjadi negatif. Persis seperti
“Pemijat plus-plus”. Bedanya, Caddy adalah “Pelacur”
kelas elit, Pemijat dianggap “Pelacur” kelas bawah.
Peran media cetak maupun eletronik semakin “memperkeruh” image Caddy yang tidak
benar itu. Beberapa Caddy diinterview secara terselubung, sementara Reporter-nya sok
bergaya Pemain golf hidung belang. Setelah main golf, Pamain golf mengajak Caddy
untuk berkencan dan ujung-ujungnya bisa menjurus negatif. Investigasi Reporter
kebetulan mendapat Caddy yang merupakan “Pelacur terselubung” itu. Tidaklah
mengherankan kalau hasil investigasi itu diberitakan dan kesimpulan Caddy sebagai
“Pelacur terselubung” pun terbukti.
Kasus diatas dapat dianalisis menggunakan teori Semantik Umum, melihat poin Undue
Identification.
http://erohan.wordpress.com/2009/05/02/asmara-berdarah-sang-pendekar-anti-
korupsi/
3. Artis Luna Maya juga pernah punya kasus melalui twitter, namun kali ini tentang kasus
Mario Teguh yang mendapat kritik dari pengguna twitter, dan
hal tersebut berkaitan dengan postingan Mario melalui akun
twitternya dengan topik #MTOF 6
Ada apa sebenarnya dengan topik #MTOF 6 yang ditulis Mario
Teguh melalui akun twitternya? Mario menjelaskan, #MTOF 6 adalah sebuah diskusi
yang menasihati para perempuan untuk tidak mempersulit masa depan kehidupan
pribadi dan pernikahan mereka sendiri.
Sabtu lalu, tanggal 20 Februari 2010, Mario Teguh, seorang motivator ulung,
mengeluarkan sebuah tulisan di Twitter #MTOF yang mengundang kontroversi. Tulisan
itu berbunyi sebagai berikut.
“Wanita yang pas untuk teman pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chitchat yang
snob, merokok n kadang mabuk – tidak mungkin direncanakan jadi istri”
Akibat dari penyataan Mario Teguh dalam topik #MTOF 6 tersebut, maka Mario yang
dikenal sebagai bapak Motivator tersebut di kritik oleh pengguna twitter, dan akibat dari
banyaknya kritik, akhirnya Mario Teguh memutuskan untuk menutup akun twitternya.
Kasus Mario Teguh dapat kita analisis dengan teori Semantik Umum, pada poin
Pengacauan Kata dengan Rujukannya.
http://charleschristian.wordpress.com/2010/02/23/5-pelajaran-dari-kasus-mario-teguh-
twitter/
http://karodalnet.blogspot.com/2010/02/kasus-mario-teguh.html
Analisis Kasus
Sabtu lalu, tanggal 20 Februari 2010, Mario Teguh, seorang motivator ulung, mengeluarkan
sebuah tulisan di Twitter #MTOF (Mario Teguh Open Forum) yang mengundang kontroversi.
Tulisan itu berbunyi sebagai berikut :
“Wanita yang pas u/ teman pesta,clubbing,brgadang smp pagi,chitchat yg snob,mrokok,n
kdang mabuk – tdk mungkin direncanakn jadi istri.”
Tulisan yang diketik oleh Mario Teguh tersebut menjadi sangat kontroversial, mengundang
kritikan pedas dari berbagai pihak. Mario mengaku ia punya alasan kuat untuk menulis status
itu di Twitter, yakni sebagai nasihat kepada keluarga dan terutama pada putrinya, jika kelak
memiliki suami. “Memang benar itu kalimat yang saya buat, tetapi tujuan awal nasihat itu
sebetulnya untuk anak putri saya yang khawatir memasuki pergaulan bebas,” jelas Mario Teguh
pada acara bincang-bincang dengan tvone, Kamis 25 Februari 2010.
Saat ditanya, apakah ia terganggu dengan komentar-komentar yang ditujukan padanya melalui
banyak media, “Banyak posting yang masuk jumlahnya ribuan baik di Twitter atau di Facebook
yang isinya beragam, ada yang sependapat ada juga yang tidak, dan bila ada kalimat yang tidak
santun tentu saya terganggu,” ujarnya.
Setelah mendapat komentar-komentar yang beragam tersebut, Mario Teguh menutup account
Twitter miliknya. Ia menutup account Twitter tersebut bukan karena mendapat banyak
tekanan, tetapi ia merasa “cukup sampai disini saja”.
Pada hari Minggu, tanggal 21 Februari 2010, Mario Teguh mengetik klarifikasi melalui account
Facebook mengenai postingan di account Twitter miliknya.
Setelah kita membaca garis besar kasus Mario Teguh diatas, mari kita analisa kasus tersebut
melalui teori Semantik Umum (General Semantics). Kasus Mario teguh berawal mula dari
postingan #MTOF 6 (Mario Teguh Open Forum) yang cukup menyinggung banyak pihak,
terutama perempuan yang disebutkan di postingan tersebut.
Jika dilihat dari teori Semantik Umum, kata-kata yang digunakan oleh Mario Teguh tidaklah
tepat. Mario Teguh telah mengacaukan kata dengan rujukan. Mario Teguh menyebut, “Wanita
yang pas u/ teman pesta,clubbing,brgadang smp pagi,chitchat yg snob,mrokok,n kdang mabuk
– tdk mungkin direncanakn jadi istri.”. Penggunaan kata-kata seperti itu, kita dapat
mengasumsikan bahwa wanita yang melakukan hal-hal yang disebutkan tersebut adalah tipe
wanita yang memang tidak mungkin direncanakan untuk dijadikan istri. Padahal sebetulnya
Mario Teguh lah yang merasa jika tipe wanita tersebut tidak mungkin direncanakan untuk
dijadikan istri, orang lain mungkin mengatakan tipe wanita seperti itu tetap mungkin dijadikan
istri. Menurut pendukung General Semantics, sebaiknya ditambahkan kata-kata, “….menurut
saya.” di ujung kalimat. Sehingga akan menjadi, wanita yang pas untuk teman pesta, clubbing,
bergadang sampai pagi, chitchat yang snob, merokok, dan kadang mabuk – tidak mungkin
direncanakan jadi istri menurut Mario Teguh. Jika saja Mario Teguh menambahkan kata-kata,
menurut saya, postingan di account Twitter tersebut tidak akan se-kontroversial sekarang, dan
akan mengurangi jumlah orang yang berkomentar tidak santun.
Kesimpulan
General Semantics adalah teori yang menguraikan kesalahan dalam penggunaan bahasa.
General Semantics merujuk pada sistem evaluasi umum – menggunakan metodologi sistematis
bagi individual dalam memahami bagaimana mereka terhubung dengan dunia di sekitar
mereka, bagaimana mereka bereaksi terhadap dunia ini, bagaimana mereka bereaksi terhadap
reaksi-reaksi, dan bagaimana mereka menyesuaikan perilaku mereka.
Alfred Korzybski membuat buku mengenai General Semantics yaitu Science and Sanity : an
Introduction to Non-Aristotelian Systems and General Semantics, di dalam buku tersebut
dikemukakan bahwa teori tersebut merupakan lawan dari logika Aristoteles. Berdasarkan hal
tersebut, teori Semantik Umum adalah anti Aristoteles atau sering disebut Non-Aristotelian.
Logika Aristoteles yang menganggap bahwa ‘A’ adalah ‘A’, tidak sesuai dengan pemikiran
Korzybski, bahwa semua hal selalu berada dalam ‘proses’. Menurut Korzybski, ‘A’ tidak selalu
‘A’ setiap waktu, karena mungkin ‘A’ berubah, tumbuh, atau berubah bentuk.
Model Structural Differential oleh Korzybski berbeda dengan model Abstracting Ladder dari
Hayakawa. Perbedaan mendasar dari kedua model tersebut adalah, model Korzybski lebih
menekankan pada proses pengabstraksian, sedangkan model Hayakawa lebih menekankan
pada penggunaan bahasa yang abstrak.
Sumber
Alfred Korzybski diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_Korzybski diakses pada Selasa, 23 Februari 2010, 11.00
Message to General Semantics diambil dari http://korzybskifiles.blogspot.com/2009/10/message-to-general-semanticists-from.html diakses pada Rabu, 24 Februari, 2010, 06:32
Theory of General Semantics diambil dari http://korzybskifiles.blogspot.com/2009/06/general-semantics-theory-of.html diakses pada Rabu, 24 Februari, 2010, 06:36
General Semantics diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/General_Semantics diakses pada Selasa, 23 Februari 2010, 06:12
General Semantics and Alfred Korzybski diambil dari http://www.generalsemantics.org/index.php/gslc/online-library/203.html diakses pada Senin, 22 Maret 2010, 20.00
Structural Differential and Abstracting Ladder diambil dari http://www.generalsemantics.org/index.php/gslc/online-library/199.html diakses pada Senin, 22 Maret 2010, 20.28
Parera, Jos Daniel.2004.Teori Semantik.Jakarta : Erlangga
Rakhmat, Jalaluddin.2003.Psikologi Komunikasi.Bandung : Remaja Rosdakarya Offset