Upload
christine-alber
View
274
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
1/12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah
utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia saat ini cukup tinggi. Berdasarkan sensus 2010 diketahui bahwa
pertumbuhan penduduk melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun sedangkan pada tahun
2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250 juta dengan pertumbuhan
penduduk 1,49% bahkan hingga 1,5 persen per tahun. Hal ini tidak menunjukkan
penurunan justru malah sebaliknya sehingga sudah mengkhawatirkan. Jika laju
pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Tanah Air pada 2045
menjadi sekitar 450 juta jiwa. Ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang
Indonesia (BKKBN, 2013).
Masih tingginya rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita
selama masa usia subur atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia mulai tahun
1991 – 2012 menunjukkan stagnansi yakni masih di angka 2,6 (SDKI, 2012).
Program (Keluarga Berencana) KB sangat berperan penting untuk menekan rerata
jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur 15 - atau
Total Fertility Rate (TFR) dari angka 2,6 untuk mencapai target menjadi angka
2,1. Angka drop-out (putus pakai kontrasepsi) untuk kontrasepsi suntik mencapai
23 persen. Drop-out ini salah satunya disebabkan oleh perilaku masyarakat
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
2/12
2
(BKKBN, 2013). Kontrasepsi KB suntik di Indonesia paling banyak diminati
yaitu 34,3 persen (Riskesdas,2013), tapi angka drop-out untuk untuk kontrasepsi
suntik juga tinggi yaitu mencapai 23 persen (BKKBN, 2013).
Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan
dengan Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB)
memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam
upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera yang tidak terpisahkan dengan
program pendidikan dan kesehatan. Undang – Undang Nomor 52 Tahun 2009
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak produksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Witjaksono,
2012).
Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional dengan visinya
“Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Melalui visi ini BKKBN diharapkan
mampu mengikuti perubahan yang terjadi di dunia, dimana telah ditetapkan 8
(delapan) tujuan yang diupayakan saat KTT Millenium di New York untuk
dicapai pada tahun 2015 melalui Sasaran Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goal-MDGs). Misi BKKBN yaitu “Mewujudkan Pembangunan
Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
3/12
3
Sejahtera” dengan slogan dua anak cukup. Berdasarkan visi dan misi tersebut,
program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam
upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana
Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan dan pemilihan metode
kontrasepsi yang akan di gunakan harus sesuai dengan kebutuhan para calaon
akseptor KB. Tanggal 26 September setiap tahun, merupakan Hari Kontrasepsi
Dunia. Tahun 2013 ini merupakan gelaran ketujuh kalinya sejak pertama kali
dicanangkan pada tahun 2007. Tema Hari Kontrasepsi Dunia 2013 adalah
"Perluasan Jangkauan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi Sebagai
Upaya Nyata Perwujudan Derajat Kesehatan Keluarga yang Berkualitas". Makna
diperingati Hari Kontrasepsi Dunia ini agar kita selalu ingat bahwa kontrasepsi
adalah salah satu alat yang efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Selain itu kontrasepsi merupakan kebutuhan utama keluarga untuk membentuk
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2013).
Kepatuhan penggunaan KB diharapkan dapat mencegah terjadi
kehamilan karena di Indonesia angka kematian dan kesakitan ibu masih
merupakan masalah besar. Kematian ibu di Indonesia setiap tahun wanita
meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan.
Berdasarkan SDKI 2012, angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per
100,000 kelahiran hidup angka ini menunjukkan adanya lonjakan angka kematian
ibu (AKI) dibandingkan hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa Angka kematian
maternal di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Fakta masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) sangat memprihatinkan mengingat kurang
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
4/12
4
lebih 14.000 ibu yang meninggal karena melahirkan setiap tahunnya dan
menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki angka kematian ibu tertinggi
di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) (SDKI, 2012).
Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3
ibu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu
meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/
100.000). Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan
hasil SDKI 2012 tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, fakta
lonjaknya kematian ini masih jauh dari tekad pemerintah akan menurunkan AKI
hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Millennium
Development Goal 5 tujuan utama yaitu meningkatkan kesehatan ibu yang salah
satu targetnya yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI) hingga tiga per empat
dalam kurun waktu 1990 - 2015 (Dimyati, 2013).
Keberhasilan program KB sangat penting peranannya dalam upaya
menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia dan juga bagi penurunan
angka kematian Ibu yang masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara
lain. Penggunaan pil KB selama ini termasuk metode injeksi atau suntik KB selain
memakan waktu dan memerlukan kedisiplinan yang tinggi juga rentan lupa.
Berbeda dengan implan, IUD, dan operasi yang angkanya DO-nya tidak sampai
15 persen. IUD dan implan akan bermanfaat hingga bertahun-tahun sehingga
pengguna kontrasepsi ini tidak perlu selalu berhubungan dengan petugas
kesehatan. Masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan alat Kontrasepsi
jangka pendek, Padahal alat KB jangka pendek resiko kegagalannya cukup tinggi.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
5/12
5
Misalnya pengguna kontrasepsi pil atau suntik lupa mencatat, sehingga
menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (BKKBN, 2013).
Salah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan dan memberikan andil
yang cukup besar pada keberhasilan Keluarga Berencana Nasional adalah
kontrasepsi suntik, karena mempunyai efektifitas dan reversibilitas tinggi, yaitu
kurang dari satu kehamilan tiap 100 wanita per tahun (Saifuddin, 2006).
Pengguna metode kontrasepsi di Indonesia yaitu 59,7 persen. Dari 59,7
persen yang menggunakan KB saat ini, 59,3 persen menggunakan cara modern :
51,9 persen menggunakan KB hormonal dan 7,5 persen non-hormonal. Menurut
metodenya 10,2 persen penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 49,1
persen non-MKJP. Penggunaan KB menurut alat jenis alat/cara KB di Indonesia
didominasi oleh penggunaan KB jenis suntikan KB (34,3) persen
(Riskesdas,2013). Pasangan Usia Subur (PUS) Nasional pada tahun 2012 yaitu
45.504.450 PUS. Di Jawa Timur, Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2012
yaitu 7.845.282 PUS. Dari jumlah tersebut yang menjadi peserta KB-Aktif
sebanyak 5.761.542 peserta. Pada November 2013 di Propinsi Jawa Timur peserta
KB baru per metode kontrasepsi yaitu KB suntik 51,84 persen, pil sebanyak 21,8
persen, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 9,88 persen, implant sebesar 10,57
persen, kondom sebesar 3,61 persen, MOW sebesar 1,99 persen, MOP sebanyak
0,23 persen. Partisipasi masyarakat Jawa Timur menunjukkan bahwa KB suntik
masih merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak diminati dimasyarakat
(BKKBN JATIM, 2014).
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
6/12
6
Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Keluarga (BAPEMAS) dan
Keluarga Berencana (KB) Kota Surabaya di Kecamatan Mulyorejo Surabaya pada
bulan Desember 2013 tercatat pasangan usia subur (PUS) berjumlah 16.462 PUS
dari data tersebut yang menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 14.054 PUS dan
sisanya 2.408 PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi. Dari pasangan usia subur
(PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 14.054 PUS dengan
menggunakan per metode kontrasepsi yaitu KB suntik 6.681 akseptor, pil
sebanyak 3.093 akseptor, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 1.826 akseptor,
MOW sebesar 1.038 akseptor, kondom sebesar 861 akseptor, implant sebesar 542
akseptor, MOP sebanyak 13 akseptor. Berdasarkan data tersebut KB suntik
merupakan alat kontrasepsi yang paling diminati di Kecamatan Mulyorejo dengan
jumlah peserta KB aktif 6.681 akseptor (BAPEMAS dan KB, 2014).
Seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami, menyadari dan
menjalankan peraturan yang telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun
(Azwar, 2010). Kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik
merupakan bentuk perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan
oleh faktor – faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence
Green (1980) dalam Pratiwi (2013), perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk
dari tiga faktor meliputi :
a. Faktor – faktor predisposisi ( predisposing factors), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan
sebagainya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
7/12
7
b. Faktor – faktor pendukung (enabling factors, yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas – fasilitas
atau sarana – sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat – obatan,
alat – alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga
aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut
sulit untuk ditarik garis yang tegas batas – batasnya. Secara lebih terinci, perilaku
manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Suprapti yang berjudul hubungan
pengetahuan akseptor KB 3 bulan tentang kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kepatuhan kunjungan ulang didapatkan hasil penelitian dari 45 responden,
kepatuhan akseptor KB suntik 3 bulan dalam melakukan kunjungan ulang
sebanyak 32 responden (71%) patuh dan 13 reponden (29%) tidak patuh.
Berdasarkan hasil penelitian Ida rafidah yang berjudul pengaruh dukungan suami
terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik didapatkan hasil penelitian
dari 63 responden, kepatuhan akseptor melakukan KB suntik sesuai jadwal
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
8/12
8
sebanyak 39 responden (61,9) dan 24 responden (38,1) tidak patuh (Rafidah,
2012).
Pemakaian suntik KB yang tidak sesuai dengan jadwal kembali yang
telah ditentukan akan berdampak terjadinya kehamilan, masih cukup tinggi angka
ketidakpatuhan pengguna KB suntik maka dipandang penting diadakan suatu
penelitian tentang analisis determinan kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 3
bulan di Kecamatan Mulyorejo Surabaya tahun 2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Keberhasilan program KB sangat penting peranannya dalam upaya
menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia dan juga bagi penurunan
angka kematian Ibu yang masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara
lain. Masih tingginya rerata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama
masa usia subur atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia mulai tahun 1991 –
2012 menunjukkan stagnansi yakni masih di angka 2,6 (SDKI, 2012). Program
(Keluarga Berencana) KB sangat berperan penting untuk menekan rerata jumlah
anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur 15 - atau Total
Fertility Rate (TFR) dari angka 2,6 untuk mencapai target menjadi angka 2,1.
Angka drop-out (putus pakai kontrasepsi) untuk kontrasepsi suntik mencapai 23
persen. Drop-out ini salah satunya disebabkan oleh perilaku masyarakat
(BKKBN, 2013).
Kontrasepsi KB suntik di Indonesia paling banyak diminati yaitu 34,3
persen (Riskesdas,2013), tapi angka drop-out untuk untuk kontrasepsi suntik juga
tinggi yaitu mencapai 23 persen (BKKBN, 2013). Penggunaan pil KB selama ini
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
9/12
9
termasuk metode injeksi atau suntik KB selain memakan waktu dan memerlukan
kedisiplinan yang tinggi juga rentan lupa. Berbeda dengan implan, IUD, dan
operasi yang angkanya DO-nya tidak sampai 15 persen. IUD dan implan akan
bermanfaat hingga bertahun-tahun sehingga pengguna kontrasepsi ini tidak perlu
selalu berhubungan dengan petugas kesehatan. Masyarakat Indonesia masih
banyak menggunakan alat Kontrasepsi jangka pendek. Padahal alat KB jangka
pendek risiko kegagalannya cukup tinggi, misalnya pengguna kontrasepsi pil atau
suntik lupa mencatat, sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan
(BKKBN, 2013).
Determinan kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 3 bulan dapat
digambarkan dalam bagan berikut ini :
Gambar 1.1: Kerangka teori determinan kepatuhan akseptor melakukan
kontrol ulang KB suntik 3 bulan (Notoatmodjo, 2012)
Faktor Predisposisi
1. Usia
2. Motivasi3. Sikap
4. Pendidikan
5. Pemahaman
6. Jumlah Anak
7. Usia Anak Terakhir
8.Pekerjaan
9. Pengalaman
Faktor Pendukung
1.Penghasilan keluarga2. Akses ke tempat
pelayanan kesehatan
Faktor Pendorong
1. Dukungan tenaga
kesehatan
2. Dukun an suami
Kepatuhan Akseptor
Melakukan Kontrol Ulang
KB Suntik 3 Bulan
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
10/12
10
Berdasarkan hasil penelitian Suprapti yang berjudul hubungan
pengetahuan akseptor KB 3 bulan tentang kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
kepatuhan kunjungan ulang didapatkan hasil penelitian dari 45 responden,
kepatuhan akseptor KB suntik 3 bulan dalam melakukan kunjungan ulang
sebanyak 32 responden (71%) patuh dan 13 reponden (29%) tidak patuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul pengaruh dukungan suami terhadap
kepatuhan akseptor melakukan KB suntik didapatkan hasil penelitian dari 63
responden, kepatuhan akseptor melakukan KB suntik sesuai jadwal sebanyak 39
responden (61,9) dan 24 responden (38,1) tidak patuh (Rafidah, 2012).
Pemakaian suntik KB yang tidak sesuai dengan jadwal kembali yang
telah ditentukan akan berdampak terjadinya kehamilan, masih cukup tinggi angka
ketidakpatuhan pengguna KB suntik. Penelitian ini menganalisis determinan
kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan di Kecamatan
Mulyorejo Surabaya.
1.3 Rumusan Masalah
Faktor apa yang merupakan determinan kepatuhan akseptor melakukan
kontrol ulang KB suntik 3 bulan di Kecamatan Mulyorejo Surabaya tahun 2014?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Menganalisis beberapa faktor yang merupakan determinan kepatuhan
akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
11/12
11
1.4.2 Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi pengaruh karakteristik demografi terhadap kepatuhan
akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
2) Mengidentifikasi pengaruh pemahaman tentang KB suntik 3 bulan
terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3
bulan.
3) Mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap kepatuhan akseptor
melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
4) Mengidentifikasi pengaruh sikap terhadap kepatuhan akseptor
melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
5) Mengidentifikasi pengaruh pengalaman kegagalan KB sebelumnya
terhadap kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3
bulan.
6) Mengidentifikasi pengaruh efek samping KB suntik 3 bulan terhadap
kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
7) Mengidentifikasi pengaruh waktu tempuh terhadap kepatuhan akseptor
melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
8) Mengidentifikasi pengaruh dukungan tenaga kesehatan terhadap
kepatuhan akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
9) Mengidentifikasi pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan
akseptor melakukan kontrol ulang KB suntik 3 bulan.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH
8/16/2019 gdlhub-gdl-s2-2014-rafidahida-36803-7.-bab-1-n.pdf
12/12
12
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman nyata bagi peneliti
sebagai peneliti pemula dalam proses penelitian dan peneliti dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuannya yang diperoleh dari kampus dengan
keadaan yang ada di lahan praktek serta peneliti ingin dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan wawasan dan suatu wahana pembuktian teori yang ada.
1.5.2 Bagi Program
Sebagai bahan masukan bagi profesi agar lebih memberikan perhatian
tentang kompetensi lulusan bidan dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana dan dapat dijadikan referensi khususnya dalam bidang pelayanan
keluarga berencana.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Menambah informasi bagi masyarakat khususnya wanita usia reproduksi
tentang kontrasepsi KB suntik 3 bulan dan kepatuhan akseptor melakukan kontrol
ulang KB suntik 3 bulan.
1.5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS DETERMINAN KEPATUHAN AKSEPTOR ..... IDA RAFIDAH