Upload
fanina-adji
View
406
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA
GAYA DAN STRATEGI
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sakura Ridwan, M.Pd.
Dr. Asti Purbarini, M.Pd.
Oleh:
Dwi Puspitasari
Fanina Adji
PENDIDIKAN BAHASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
1
PENDAHULUAN
Setiap orang pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, walaupun mereka berada di
sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama. Kemampuan seseorang untuk memahami dan
menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang
sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Gaya artinya kecondongan atau kesukaan yang konsisten dan agak tahan lama di dalam diri
seseorang. 1Sedang belajar yaitu pengalaman dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik
melalui membaca, mengobservasi dan eksperimen secara sadar dan terencana. Belajar juga
diartikan proses perubahan tingkah laku dan kemampuan dari akibat usaha latihan secara terus
menerus. Gaya belajar merupakan kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk memahami,
menghayati, mempraktikkan ilmu yang dipelajari. Munculnya gaya belajar pada diri sesorang,
karena dorongan potensi atau kemampuan yang dominan pada dirinya yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, kebiasaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teori pemelajaran, proses transfer, dan model-model kecerdasan merupakan ikhtiar untuk
menggambarkan cara manusia dalam belajar secara universal. Teori-teori itu untuk mencari
penjelasan secara umum bagaimana manusia menyaring, menyimpan, dan mengingat kembali
informasi yang ada. Proses seperti itu tidak mengambarkan perbedaan pada setiap individu
dalam mempelajari sesuatu, atau perbedaan dalam setiap individu. Padahal disadari sepenuhnya,
bahwa setiap individu dalam mempelajari masalah, mengolah data, atau mengorganisasi aneka
rasa adalah dari perspektif yang unik. Makalah ini membahas variasi kognitif dalam belajar
bahasa baik aneka gaya belajar yang berbeda pada masing-masing individu maupun dalam
strategi yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan persoalan tertentu. Sebelum kita
fokus membahas gaya dan strategi dalam belajar bahasa kita perlu mengenali istilah proses,
gaya, dan strategi sebagai istilah yang digunakan dalam literatur pemelajaran bahasa.
1 Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA: Pearson Education Inc. h. 127
2
Proses merupakan istilah yang paling umum dalam menggambarkan kegiatan belajar
secara universal. Gaya merupakan istilah yang mengacu pada konsistensi pada diri seseorang,
bukan hanya sekedar kecenderungan maupun kemauan sesaat. Sedangkan strategi merupakan
metode yang khusus dalam mendekati persoalan atau tugas, cara operasional untuk mencapai
tujuan tertentu, desain yang direncanakan untuk mengkontrol dan memanipulasi informasi
tertentu. Dengan mengkaji gaya dan strategi belajar bahasa ini, manfaat yang kita dapat adalah
kemampuan memahami ranah yang paling universal hingga variasi intra individual yang spesifik
dalam belajar. Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat
dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.
JENIS BELAJAR
Menurut M. Gagne, jenis belajar dapat dikategorikan menjadi lima hal2:
1. Belajar Informasi Verbal. Yaitu belajar untuk memperoleh pengatahuan yang dimiliki dengan
bentuk bahasa lisan atau tulisan. Misalnya, melalui ; buku, majalah, tabloid, dll.
Kalau dihubungkan dengan teorinya Bloom, maka jenis belajar ini lebih mengarah pada
pembentukan ingatan atau intelektual yang turut mempengaruhi cara pandang hidup
seseorang. Informasi verbal mudah diterima/didapat melalui interaksi komunikasi dengan
saluran-saluran yang tersedia seperti yang cakup di atas.
2. Belajar Kemahiran Intelektual. Yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
disekitarnya melalui saluran persep, konsep, kaidah dan prinsip. Persep ialah hasil mental dari
pengamatan terhadap objek/benda. Konsep ialah satuan arti yang mewakili sejumlah
benda/objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Kaidah ialah pengungkapan dari hubungan
antara beberapa konsep. Prinsip ialah kombinasi dari beberapa kaidah, yang lebih tinggi dan
lebih kompleks.
3. Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual. Yaitu kemampuan untuk mengatur kegiatan
aktivitas inteleknya sendiri.
4. Belajar ketrampilan motorik. Yaitu belajar yang melibatkan keterampilan, serangkaian
gerakan tubuh secara terpadu.
5. Belajar sikap. Yaitu belajar untuk melatih diri berperilaku/bersikap secara baik melalui
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.
2 M. Gagne.1995. The Conditions of Learnig. Cambridge
3
GAYA BELAJAR
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya,
dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan
kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991:
168). Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup.
Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan
kinestetik. Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya belajar. Semakin kita mengenal baik
gaya belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu
keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Secara umum, gaya belajar dapat dipetakan
sebagai berikut:
Indepedensi Bidang
Gaya ini berupa kemampuan anda untuk menerima hal khusus tertentu di dalam berbagai
hal yang membingungkan, hal yang relevan itu bisa saja merupakan gagasan, pemikiran atau
perasaan. Independensi Bidang dapat melihat sebuah item atau faktor tertentu yang relevan di
sebuah “bidang” yang tersusun atas item-item yang mengacaukan. Depedensi bidang artinya
kecenderungan untuk “tergantung” pada bidang total sehingga bagian-bagian yang melekat
dalam bidang itu tidak mudah dikenali. Gaya bebas bidang (Tidak Terpengaruh Lingkungan),
atau field independent (FI) memungkinkan kita membedakan bagian-bagian dari suatu
keseluruhan, berkonsentrasi pada sesuatu (misal membaca di stasiun kereta yang gaduh ).
Ketergantungan bidang (Terpengaruh Lingkungan) atau field dependent (FD) dapat melihat
gambar keseluruhan, pemandangan yang lebih luas, konfigurasi umum dari sebuah problem,ide,
atau peristiwa. Field independence dan field dependence dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
membedakan anak‐anak dan orang dewasa dalam pemerolehan bahasa. Anak‐anak didominasi
field dependence, Sedangkan orang dewasa cenderung field independence. Stephen Khrasen
(1977) menunjukkan bahwa orang dewasa lebih menggunakan strategi “monitoring” atau
4
“learning” (perhatian secara sadar pada bentuk) dalam belajar bahasa sedangkan anak‐anak
mennggunakan strategi “acquisition” (perhatian tanpa sadar terhadap fungsi).
Gaya BelajarDependensi Bidang (FD) Independensi Bidang (FI)Memulai belajar apabila ada pengaruh/ perintah dari orang lain (orang tua/guru)
Belajar dilakukan secara mandiri tanpa harus ada paksaan, tapi atas dasar kebutuhan dan kesadaran yang tinggi
Mempersepsikan secara global Mempersepsikan secara analitikalMengkategorikan konsep secara umum (Deduktif)
Mengkategorikan konsep secara khusus (Induktif)
Lebih dipengaruhi oleh kritikan Sedikit dipengaruhi oleh kritikanMemerlukan penentuan pendapat dari luar Menentukan pendapat sendiriMateri pembelajaran berorientasi sosial Independen, kompetitif, percaya diriMenggunakan pendekatan observasi untuk pencapaian konsep (melalui contoh-contoh)
Menggunakan hipotesis untuk pencapaian konsep
Dominasi Otak Kiri- Kanan
Begitu otak anak matang berbagai fungsi dapat dijalankan di bagian kanan dan kiri. Otak
kiri dianalogikan dengan pemikiran yang logis, analitis, sistematis dan linier. Sedangkan otak
kanan identik dengan menerima dan mengingat visual, sentuhan, dan pendengaran.
Selengkapnya lihat tabel berikut ini :
Karakteristik Otak Kiri-Kanan (diadaptasi dari Torrance, 1980)
Dominasi otak kiri ( cerdas intelektual) Dominasi otak kanan(kreatif)
Intelektual IntuitifIngat nama Ingat wajahMerespon intruksi verbal dan penjelasan(auditif) Merespon intruksi yang diperagakan (visual)Mencoba secara sistematis & dengan kontrol Mencoba secara acak dan tidak terlalu
Menahan diriMembuat penilaian objektif Membuat penilaian subjektifTerencana dan terstruktur Mengalir dan spontanMenyukai informasi tertentu yang pasti Menyukai informasi tak pasti yang sulit
dipahami Pembaca analitis Pembaca yang membuatsintesis ( kreatif)
Mengandalkan bahasa dalam berfikir dan Mengandalkan citra saat berfikir dan mengingat
Menyukai bicara dan menulis Menyukai gambar dan objek bergerakMenyukai tes pilihan ganda Menyukai pertanyaan terbukaTak pintar menafsir bahasa tubuh Pintar menafsir bahasa tubuh
5
Jarang menggunakan metafora Sering menggunakan metaforaCondong pada pemecahan masalah Condong pada pemecahan masalahsecara logis secara intuitif
Toleransi Ambiguitas
Gaya yang ketiga ini melihat sejauh mana secara kognitif anda mau memberi toleransi
pada gagasan dan usulan yang bertentangan dengan sistem keyakinan atau struktur pengetahuan
anda. Beberapa orang relatif ‘open‐minded’ dalam menerima ideologi atau peristiwa, fakta yang
kontradiktif dengan pendapatnya sendiri. Sedangkan yang lain cenderung ‘close‐minded’ dan
dogmatis, sehingga cenderung menolak hal‐hal yang bertentangan atau agak bertentangan
dengan sistem yang ada. Keuntungan dan kekurangan dari masing‐masing gaya ini tetap terlihat.
Orang yang ambiguity tolerant cenderung bisa bebas menghibur dengan sejumlah kemungkinan
yang inovatif dan kreatif dan tidak mudah secara kognitif atau afektif diganggu oleh ambiguitas
dan ketidak pastian. Pemelajar bahasa yang berhasil biasanya memerlukan toleransi ambiguitas
seperti ini, paling tidak pada masa perpindahan dari setiap tahapan, selama hal‐hal yanng ambigu
dapat diselesaikan dalam kesempatan tertentu. Di sisi lain terlalu toleran terhadap ambiguitas
dapat menimbulkan efek yang kurang baik karena terlalu longgar dalam menerima pendapat dan
tidak efisien dalam menarik fakta‐fakta dalam struktur organisasi kognitif.
Reflektivitas dan Impulsivitas
Reflektif adalah sebuah gaya dalam menjawab sebuah pertanyaan atau membuat
keputusan yang lebih lambat dan penuh perhitungan. Dalam gaya belajar reflektif siswa
menyerap pelajaran melalui pertimbangan, memikirkan semua kosep informasi yang telah
diterimanya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan/dipahami. Sedang impulsif
kebalikannya dimana seseorang membuat jawaban cepat atau cepat membuat keputusan. Siswa
yang mempunyai gaya belajar impulsif cenderung dengan cepat-cepat mengambil keputusan
tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep-konsep informasi yang telah
diterimanya dalam pelajaran. David Ewing (1997) merujuk dua gaya yang terkait dengan
dimensi reflektifitas/impulsifitas (R/I) : gaya-gaya sistematis dan intuitif. Gaya intuitif
menyiratkan pendekatan pertaruhan dengan basis “firasat”, dan orang mungkin melakukan
beberapa pertaruhan berturut-turut sebelum sebuah solusi diraih. Pemikir Sistematis mengerjakan
6
pertanyaan dengan melihat struktur masalahnya, mengumpulkan bahan, dan menetapkan
alternatif jawaban yang paling tepat untuk menjawab masalah.
Implikasi terhadap pemerolehan bahasa bahwa anak-anak yang reflektif cenderung
membuat kesalahan lebih sedikit dalam membaca dibandingkan anak-anak implusif (Kagan,
1965) . Orang implusif biasanya pembaca yang lebih cepat , dan akhirnya menguasai” permainan
menebak psikolinguistik” (goodman, 1970). Pada studi lain (Kagan, pearson, & Welch, 1966)
penalaran induktif lebih efektif pada orang yang reflektif, yang menyarankan bahwa orang yang
reflektif secara umum bisa memetik manfaat lebih dari situasi pembelajaran induktif. Beberapa
studi mengaitkan (R/I) dengan pembelajaran bahasa kedua. Doron (1973), menjumpai diantara
sampelnya mengenai pembelajaran dewasa ESL di Amerika Serikat, bahwa murid reflektif lebih
lambat tetapi lebih akurat saat membaca ketimbang murid implusif.
Gaya Visual, Auditoris, Kinestetis
Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya,
bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang
memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap
informasi secara visual sebelum ia memahaminya. Pembelajar visual condong menyukai tabel,
gambar, dan informasi garafis lainya. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia
memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Gaya belajar ini dapat diterapkan dalam pembelajaran, dengan menggunakan beberapa
pendekatan : menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi/materi
pelajaran berupa film, slide, poster, coretan atau kartu-kartu gambar berseri untuk menjelaskan
suatu informasi secara berurutan.
Pebelajar Auditoris lebih senang mendengar ajaran dan audiotape. Gaya belajar ini
mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model
belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi
atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang
bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini
umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki
7
kesulitan menulis ataupun membaca. Selain itu, keterlibatan siswa dalam diskusi juga sangat
cocok untuk siswa seperti ini. Bantuan lain yang bisa diberikan adalah mencoba membacakan
informasi, kemudian meringkasnya dalam bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya
diperdengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan review secara verbal dengan
teman atau pengajar. Pembelajaran untuk gaya ini juga bisa berbentuk pembelajaran melalui
lagu, mendengarkan cerita, serta bermain peran (role plays)
Pebelajar Kinestesis memperlihatkan kesukaan pada demonstrasi dan aktivis fisik yang
melibatkan penggerakan tubuh. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan
sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).Biasanya siswa
yang mempunyai gaya belajar ini sangat suka kegiatan olahraga yang memang banyak
menggerakkan tubuh. Namun ada juga kekurangan dari gaya ini dimana mereka tidak dapat
bertahan lama untuk belajar dalam kelas, mungkin mereka akan beraktivitas selama
mendengarkan penjelasan dari gurunya misalkan sambil mendengarkan mereka menggambar
atau sesekali beranjak dari tempat duduk/ keluar dari kelas. Mereka memerlukan waktu-waktu
tertentu untuk bisafokus terhadap tugas. Mereka akan mencari posisi yang enak untuk belajar,
seperti ada yang duduk di lantai. Gaya kinestetik ini sepintas mirip dengan gaya tectile.
Kegiatan pengajaran yang cocok untu gaya ini adalah bermain drama, pantomim, bermain peran,
atau kegiatan yang merangsang siswa untuk bergerak/ berpindah dari tempat duduknya.
Menurut Hadley menyebutkan gaya belajar siswa sebagai berikut 3:
Keluasan Kategorisasi
Gaya ini mencerminkan kecenderungan individu untuk mebuat kategori yang luas atau sempit
dari suatu hal. Untuk yang memiliki wawasan luas maka ia akan melibatkan banyak hal,
sedangkan untuk yang kategori sempit ia lebih sedikit melibatkan suatu hal.
Level-Ketajaman
Gaya belajar ini menjelaskan tentang bagaimana proses pengumpulan informasi dalam ingatan.
Gaya ini hampir mirip dengan preseptive dan receptive. Gaya belajar Preceptive yaitu
kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran/informasi atau mengumpulkan informasi dalam
belajar dilakukan dengan beraturan sebab akibat. Gaya belajar Receptive yaitu kecenderungan
3 Hadley, Alice Omaggio. 1993. Teaching Language in Context. Boston, Massachusets. Heinle&Heinle. h. 65
8
siswa dalam menerima pelajaran dilakukan dengan menerima informasi tanpa berusaha untuk
membulatkan/mengorganisir konsep-konsep informasi yang diterimanya.
Sistematis
Beberapa orang yang memiliki gaya ini lebih suka menyelesaikan tugas secara lengkap sesuai
dengan prosedur atau rencana semua hal yang dikerjakan terorganisir dengan baik.
Fleksibel – tidak fleksibel
Orang yang fleksibel dapat menemukan dengan mudah alternatif pemecahan masalah atau dapat
berpikir untuk memberikan jawaban yang bervariasi atas sutau pertanyaan. Orang yang tidak
fleksibel tidak mau memberikan solusi untuk sebuah masalah tertentu dan mempertimbangkan
kemungkinan lain, atau orang yang cenderung berpikir yang “ baik” saja.
Tactile Learners
Gaya ini bergantung pada lingkungan fisik dan materi mereka. Mereka berpikir dan memahami
melalui sentuhan. Anak-anak yang mempunyai gaya belajar ini mempunyai kelebihan dalam
memanipulasi. Mereka bisa melakukan sesuatu dan berkreasi dengan tangan mereka.Gaya
belajar ini memerlukan aktivitas fisik, sentuhan, dan gerakan dalam mengingat dan memahami
proses informasi. Anak yang memiliki gaya belajar ini mempunyai kesulitan untuk tetap diam di
dalam kelas. Mereka selalu berpindah-pindah tempat duduk dan bermain dengan mainannya.
Mereka juga sulit untuk memperhatikan penjelasan dalam jangka waktu yang lama dan
memerlukan contoh langsung dalam pengerjaan tugas untuk membantu pemahaman mereka.
Mereka belajar dan mengingat sesuatu dengan memanipulasi objeknya karena mereka
mengalami kesulitan jika diberikan konsep yang abstrak dan simbol.
Siswa yang mempunyai gaya belajar ini cocok jika diberikan kegiatan yang berhubungan dengan
: benda-benda realia/nyata, permainan kartu kata, Seni dan kerajinan (menulis, menggambar,
mewarnai, menggunting gambar, atau stiker). Aktivitas ini membantu siswa dalam mengenal
bahasa.
9
Strategi Belajar
Strategi Pembelajaran
Dalam melakukan kegiatan dibutuhkan strategi untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut Brown, strategi adalah metode khusus yang
mendekati masalah atau tugas, langgam-langgam operasi untuk meraih tujuan tertentu,
rancangan tersusun untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu.4 Demikian pula
dalam dunia pendidikan, dibutuhkan strategi guna menunjang keberhasilan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal.5 Berdasarkan pendapat diatas, strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan Dick dan Carey
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.6 Upaya
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan digunakanlah metode.
Jenis-jenis strategi pembelajaran
Secara umum, ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree
mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning,
dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual
learning. Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepadasiswa dalam bentuk jadi
dan siswa dituntut untuk menguasainya. Roy Killen menyebut strategi ini dengan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction). Pada strategi exposition, guru berfungsi sebagai 4 H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (USA: Pearson Education Inc, 2007), h. 127.5 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h. 126.6 Ibid.,h. 126.
10
penyampai informasi. Berbeda dengan strategi exposition, dalam strategi discovery bahan
pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru
lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Strategi discovery ini biasa
disebut dengan strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Pada strategi ini
kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan
individu siswa yang bersangkutan. Contoh strategi pembelajaran individu adalah belajar melalui
modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pembelajaran
individual, strategi pembelajaran kelompok dilakukan oleh sekelompok siswa yang diajar oleh
seseorang atau beberapa guru. Strategi pembelajaran kelompok tidak memerhatikan kecepatan
belajar individual, setiap individu dianggap sama.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Pada
strategi pembelajaran deduktif, bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak,
kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkret. Strategi ini juga disebut strategi
pembelajaran umum ke khusus. Sebaliknya strategi pembelajaran induktif, bahan yang dipelajari
dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa
dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini disebut juga dengan strategi
pembelajaran dari khusus ke umum.
Oxford membagi strategi belajar menjadi dua bagian besar,7 yaitu:
1. Strategi belajar langsung
Pada strategi langsung dirinci kebali menjadi beberapa jenis strategi, diantaranya adalah:
a. Strategi belajar memori
Strategi belajar memori digunakan pebelajar dengan memanfaatkan pengetahuan dan
pengalaman belajar sebelumnya. Strategi ini banyak menggunakan ingatan dan daya
ingat. Contoh: mengulang pelajaran sebelumnya.
b. Strategi belajar kognitif
Strategi belajar kognitif adalah segala perilaku pebelajar dalam proses belajar mengajar
yang berhubungan dengan penggunaan daya pikir pebelajar.
7 R.L. Oxford, Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know (New York: Newbury House, 1990), h. 16-17.
11
c. Strategi kompensasi
Strategi belajar kompensasi digunakan oleh pebelajar yang telah memiliki keterampilan
yang cukup tinggi. Strategi ini dipakai untuk menanggulangi beberapa keterbatasan
dalam berbahasa.
2. Strategi belajar tak langsung
Pada strategi belajar tak langsung masih terbagi menjadi tiga jenis strategi belajar, yaitu:
a. Strategi belajar metakognitif
Strategi belajar metakognitif adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan
taktik atau cara pembelajar untuk menghadapi dan mengelola bahan belajar mengajar.
b. Strategi belajar afektif
Strategi belajar afektif adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan sikap
dan perasaan pebelajar dalam menghadapi proses belajar. Strategi ini dibagi menjadi
dua, yaitu strategi afektif positif dan strategi afektif negatif. Strategi afektif positif adalah
perilaku pebelajar yang menunjukkan bahwa pebelajar menerima dan menghargai proses
belajar mengajar. Strategi afektif negatif adalah perilaku pebelajar yang menunjukkan
bahwa pebelajar menolak dan tidak menghargai proses belajar mengajar.
c. Strategi belajar sosial
Strategi belajar sosial adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan
kerjasama pebelajar dengan sejawatnya dalam mencapai tujuan belajar.
Strategi Pembelajaran Bahasa
Oxford dan Ehrman mendefinisikan strategi pembelajaran bahasa kedua sebagai
tindakan, perilaku, langkah, atau teknik spesifik..yang dipakai oleh murid untuk meningkatkan
pembelajaran mereka sendiri.8 Strategi ini adalah “siasat tempur” yang disesuaikan dengan
konteks yang bervariasi dari waktu ke waktu, atau dari satu situasi ke situasi lain, atau bahkan
dari satu budaya ke budaya lain. Menurut Ellis, strategi belajar adalah pendekatan-pendekatan
khusus atau teknik-teknik yang digunakan pebelajar untuk mempelajari bahasa kedua.9 Strategi
ini muncul dan diterapkan oleh pebelajar ketika mereka menghadapai masalah dalam
mempelajari bahasa kedua, seperti bagaimana cara-cara menghafal kosakata baru dalam bahasa
asing.
8 H. Douglas Brown, op.cit., 127.9 Rod Ellis, Second Language Acquisition (UK: Oxford University Press, 1997), h. 76-77.
12
Perbedaan hasil pembelajaran bahasa kedua dapat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran
individual, misalnya perilaku/ kebiasaan dan teknik yang dipakai dalam mempelajari bahasa
kedua. Pemilihan strategi belajar sangat tergantung pada pebelajar itu sendiri dan sangat
dipengaruhi oleh sifat motivasi mereka, gaya kognitif, dan kepribadian. Usia, jenis kelamin, dan
bakat juga sangat berperan dalam pemilihan strategi belajar. Misalnya dalam mempelajari
bahasa kedua, anak-anak lebih cenderung menggunakan pengulangan, sedangkan orang dewasa
lebih menggunakan sintesis. Pebelajar perempuan cenderung menggunakan strategi sosio-afektif
daripada laki-laki, dan juga strategi metakognitif dalam tugas mendengarkan (listening task).
Ellis menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, “pebelajar yang baik” memiliki ciri-ciri utama
sebagai berikut: memiliki kepedulian terhadap bentuk bahasa (tetapi juga memperhatikan
makna), memiliki kepedulian untuk berkomunikasi, pendekatan aktif terhadap tugas-tugas,
memiliki kesadaran akan proses belajar, kapasitas untuk menggunakan strategi yang fleksibel
sesuai dengan persyaratan tugas-tugas.10
Bidang pemerolehan bahasa kedua membedakan dua jenis strategi, yaitu strategi
pembelajaran dan strategi komunikasi. Strategi pembelajaran terkait dengan masukan
(dengan proses, penyimpanan, dan penerimaan) yaitu memasukkan pesan dari orang lain,
sedangkan strategi komunikasi berhubungan dengan keluaran yaitu bagaimana secara produktif
mengungkapkan makna dan bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran berhubungan dengan wilayah pemahaman apa yang diterima,
memori, penyimpanan, dan pengingat. Brown dalam bukunya menyebutkan bahwa biasanya
strategi-strategi yang digunakan oleh pembelajar bahasa kedua (strategi pembelajaran) dibagi
menjadi tiga kategori utama, yaitu strategi metakognitif, strategi kognitif, dan strategi
sosioafektif.11
1. Strategi pembelajaran metakognitif
Strategi metakognitif adalah strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran tentang
proses pembelajaran yang sedang berlangsung, pemantauan produksi dan pemahaman
seseorang, dan evaluasi pembelajaran setelah sebuah aktivitas selesai.
10 Muriel Saville-troike, Introducing Second Language Acquisition (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), h. 92.11 H. Douglas Brown, op.cit., h. 143.
13
2. Strategi kognitif
Strategi kognitif lebih terbatas pada tugas-tugas pelajaran spesifik dan melibatkan
pemanfaatan yang lebih langsung terhadap materi pembelajaran. Misalanya, menerjemahkan
dari bahasa pertama, menghafal kosakata baru dengan menghubungkan dengan bahasa
pertama yang memiliki persamaan fonologinya dengan bahasa kedua.
3. Strategi sosioafektif
Strategi sosioafektif berkenaan dengan aktivitas mediasi sosial dan interaksi dengan orang
lain. Misalnya, mencari peluang untuk berinteraksi dengan penutur asli, bekerja sama
dengan sesama rekan pemelajar untuk mendapatkan umpan balik, meminta pengulangan, dll.
Satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam upaya meraih kompetensi bahasa adalah dengan
mempertimbangkan empat keterampilan (mendengar, membaca, berbicara, dan menulis).
Strategi pembelajaran melibatkan keterampilan mencerna apa yang didengar dan apa yang
dibaca. Langkah-langkah dalam menjalani strategi pembelajaran:
Strategi Pembelajaran Deskripsi
Strategi Metakognitif
1. Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang sudah diketahui
Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang sudah diketahui
Memperhatikan Fokus mendengar
2. Mengatur dan menata pembelajaran Mencari tahu tentang pembelajaran bahasa Mengorganisir Menetapkan maksud dan tujuan Mengidentifikasi maksud sebuah tugas bahasa
(mendengar/ membaca/ berbicara/ menulis) Merencanakan sebuah tugas bahasa Mencari kesempatan berlatih
3. Mengevaluasi pembelajaran Memantau diri Evaluasi diri
Strategi Kognitif1. Berlatih Mengulang
Berlatih secara formal dengan sistem bunyi dan penulisan Mengenali dan menggunakan formula dan pola Rekombinasi Berlatih secara wajar
2. Menerima dan mengirim pesan Menangkap gagasan dengan cepat Menggunakan sumber-sumber untuk menerima dan
mengirim pesan3. Menganalisis dan menalar Menalar secara deduktif
Menganalisis ekspresi Membuat analisis perbandingan (lintas bahasa)
14
Menerjemahkan Mentransfer
4. Menciptakan struktur bagi masukan dan pengeluaran
Mencatat Merangkum Membuat hightlight
Strategi Sosio-afektif
1. Mengurangi kecemasan, menyemangati diri, dan mengukur emosial
Menggunakan relaksasi, musik, dan bahasa Membuat pernyataan positif, menghargai diri sendiri Menulis catatan harian pembelajaran bahasa Mendiskusikan perasaan kita dengan orang lain
2. Mengajukan pertanyaan Meminta klarifikasi atau verifikasi dan meminta koreksi3. Berkooperasi dengan yang lain Berkooperasi dengan orang lain
Berkooperasi dengan pengguna mahir bahasa baru4. Berempati Mengembangkan pemahaman budaya
Mawas pada pemikiran dan perasaan orang lain
Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi erat kaitannya dengan pemakaian mekanisme verbal dan nonverbal
untuk komunikasi atau informasi produktif. Menurut Faerch dan Kasper, strategi komunikasi
adalah rencana-rencana yang sepertinya sadar untuk memecahkan apa yang menjadi masalah
dalam peralihan sebagai tujuan komunikatif tertentu.12 Sedangkan Brown sendiri mendefinisikan
strategi komunikasi sebagai upaya sistematis untuk mengekspresikan makna dalam bahasa target
dimana pembicara harus memperhatikan bentuk dan fungsi bahasa.13 Klasifikasi strategi
komunikasi menurut Dornyei,yaitu:
1. Strategi Penghindaran
Penghindaran adalah sebuah strategi komunikasi lazim yang bias dipecahkan ke dalam
beberapa subkategori. Beberapa contoh jenis strategi penghindaran, yaitu penghindaran
sintaksis atau leksikal di dalam kategori semantik. Pertimbangan percakapan berikut antara
seorang pebelajar dengan penutur asli:
Pebelajar : I lost my road
Penutur asli: You lo1st your road?
Pebelajar : uh.. I lost.. I lost.. I got lost…
Pada contoh diatas, pebelajar menghindari leksikal lost sepenuhnya karena tidak bisa
memikirkan kata way pada saat itu. Penghindaran fonologis yaitu menghindari kata-kata
12 H. Douglas Brown, op. cit., h. 148.13 H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (New Jersey: Prentice-Hall inc, 1980), h. 88.
15
karena kesulitan fonologisnya. Contoh: seseorang berkebangsaan Jepang menghindari kata
rally karena dinilai sulit secara fonologi, maka menggantinya dengan kata hit the ball.
Penghindaran topik, dimana seluruh topik percakapan mungkin dihindari sepenuhnya.
Pada penghindaran topik ini, para pebelajar berhasil memikirkan cara kreatif untuk
menghindari topik, seperti menggantu subjek, berpura-pura tak mengerti (cara klasik
menghindar dari menjawab pertanyaan), tidak menjawab sama sekali, atau terlihat
menghentikan pesan ketika sebuah pemikiran menjadi terlalu sulit untuk diungkap.
2. Strategi Kompensatoris
Para pebelajar tingkat awal biasanya mengingat beberapa frase atau kalimat tertentu tanpa
menanamkan pengetahuan dari komponen-komponen frase itu. Potongan-potongan bahasa
yang diingat ini dikenal sebagai pola tinggal pakai. Misalnya pembelajaran bahasa melalui
buku saku frase bilingual yang didalamnya terdapat ratusan kalimat untuk berbagai keadaan.
Frase-frase tersebut diingat melalui hafalan untuk dipakai sesuai dengan konteks mereka.
Berbeda dengan pebelajar awal, para pebelajar dengan tingkat keterampilan yang sudah
tinggi, strategi ini dimanfaatkan untuk menanggulangi kesulitan berbahasa. Pebelajar yang
mengalami kesulitan untuk menerangkan sesuatu dalam bahasa yang dipelajarinya, dapat
menggunakan definisi atau terjemahan dalam ujarannya untuk menjaga agar proses
berbahasa tetap berjalan. Gerakan-gerakan badan juga dapat digunakan untuk menutupi
keterbatasan yang dihadapi.
Alih kode adalah penggunaan bahasa pertama atau ketiga dalam aliran wicara bahasa kedua.
Alih kode dilakukan dengan menggunakan bahasa asli untuk mengisi ketidaktahuan
pengetahuan pada bahasa kedua terlepas apakah si pendengar paham bahasa asli itu. Kadang
pebelajar menyelipkan satu dua kata, dengan harapan si pendengar akan menangkap inti dari
apa yang sedang dikomunikasikan. Strategi kompensatoris lainnya adalah permintaan tolong
langsung/ mengandalkan otoritas (appeal to authority). Pada strategi ini pebelajar
langsung minta tolong kepada pembicara mahir atau guru untuk mengungkapkan apa yang
dimaksud atau menebak dan kemudian meminta verifikasi dari pembicara mahir akan
ketepatannya.
Instruksi Berbasis Strategi
16
Penerapan strategi pembelajaran maupun komunikasi di kelas dikenal secara umum sebagai
instruksi berbasis strategi/ strategies-based instruction (SBI) atau pelatihan strategi pebelajar.
Mengajari pebelajar bagaimana cara belajar merupakan hal yang amat penting. Guru dapat
mengambil manfaat dengan memahami apa yang membuat pebelajar berhasil ataupun
sebaliknya, dan dapat merealisasikan strategi-strategi yang sukses. Pebelajar akan merasakan
manfaat SBI jika mereka memahami strategi itu sendiri, menganggapnya efektif, dan tak
menganggap pelaksanaannya terlalu sulit. Pelaksanaan SBI di kelas bahasa melibatkan beberapa
langkah dan pertimbangan:
1. Mengenali gaya dan strategi potensial pembelajar
2. Menyertakan SBI ke dalam kursus dan kelas bahasa komunikatif
3. Menyediakan asisten ekstra kelas untuk para pembelajar
17
DAFTAR PUSTAKA
Brown, H. Douglas. 1980. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-Hall inc.
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA: Pearson Education Inc
Ellis, Rod. 1997. Second language Acquisition. UK: Oxford University Press.
Oxford, R.L. 1990. Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know. New York: Newbury House.
Richards, Jack C. and Willy A. Renandya. 2003. Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge University Press.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saville-Troike, Muriel. 2006. Introducing Second language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.
18