28
TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA GAYA DAN STRATEGI Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sakura Ridwan, M.Pd. Dr. Asti Purbarini, M.Pd. Oleh: Dwi Puspitasari Fanina Adji PENDIDIKAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA 1

Gaya Dan Strategi Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gaya Dan Strategi Belajar

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA

GAYA DAN STRATEGI

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Sakura Ridwan, M.Pd.

Dr. Asti Purbarini, M.Pd.

Oleh:

Dwi Puspitasari

Fanina Adji

PENDIDIKAN BAHASA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2012

1

Page 2: Gaya Dan Strategi Belajar

PENDAHULUAN

Setiap orang pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, walaupun mereka berada  di

sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama. Kemampuan seseorang untuk memahami dan

menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang

sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa

memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.

Gaya artinya kecondongan atau kesukaan yang konsisten dan agak tahan lama di dalam diri

seseorang. 1Sedang belajar yaitu pengalaman dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik

melalui membaca, mengobservasi dan eksperimen secara sadar dan terencana. Belajar juga

diartikan proses perubahan tingkah laku dan kemampuan dari akibat usaha latihan secara terus

menerus. Gaya belajar merupakan kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk memahami,

menghayati, mempraktikkan ilmu yang dipelajari. Munculnya gaya belajar pada diri sesorang,

karena dorongan potensi atau kemampuan yang dominan pada dirinya yang dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, kebiasaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teori pemelajaran, proses transfer, dan model-model kecerdasan merupakan ikhtiar untuk

menggambarkan cara manusia dalam belajar secara universal. Teori-teori itu untuk mencari

penjelasan secara umum bagaimana manusia menyaring, menyimpan, dan mengingat kembali

informasi yang ada. Proses seperti itu tidak mengambarkan perbedaan pada setiap individu

dalam mempelajari sesuatu, atau perbedaan dalam setiap individu. Padahal disadari sepenuhnya,

bahwa setiap individu dalam mempelajari masalah, mengolah data, atau mengorganisasi aneka

rasa adalah dari perspektif yang unik. Makalah ini membahas variasi kognitif dalam belajar

bahasa baik aneka gaya belajar yang berbeda pada masing-masing individu maupun dalam

strategi yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan persoalan tertentu. Sebelum kita

fokus membahas gaya dan strategi dalam belajar bahasa kita perlu mengenali istilah proses,

gaya, dan strategi sebagai istilah yang digunakan dalam literatur pemelajaran bahasa.

1 Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA: Pearson Education Inc. h. 127

2

Page 3: Gaya Dan Strategi Belajar

Proses merupakan istilah yang paling umum dalam menggambarkan kegiatan belajar

secara universal. Gaya merupakan istilah yang mengacu pada konsistensi pada diri seseorang,

bukan hanya sekedar kecenderungan maupun kemauan sesaat. Sedangkan strategi merupakan

metode yang khusus dalam mendekati persoalan atau tugas, cara operasional untuk mencapai

tujuan tertentu, desain yang direncanakan untuk mengkontrol dan memanipulasi informasi

tertentu. Dengan mengkaji gaya dan strategi belajar bahasa ini, manfaat yang kita dapat adalah

kemampuan memahami ranah yang paling universal hingga variasi intra individual yang spesifik

dalam belajar. Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat

dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

JENIS BELAJAR

Menurut M. Gagne, jenis belajar dapat dikategorikan menjadi lima hal2:

1. Belajar Informasi Verbal. Yaitu belajar untuk memperoleh pengatahuan yang dimiliki dengan

bentuk bahasa lisan atau tulisan. Misalnya, melalui ; buku, majalah, tabloid, dll.

Kalau dihubungkan dengan teorinya Bloom, maka jenis belajar ini lebih mengarah pada

pembentukan ingatan atau intelektual yang turut mempengaruhi cara pandang hidup

seseorang. Informasi verbal mudah diterima/didapat melalui interaksi komunikasi dengan

saluran-saluran yang tersedia seperti yang cakup di atas.

2. Belajar Kemahiran Intelektual. Yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan

disekitarnya melalui saluran persep, konsep, kaidah dan prinsip. Persep ialah hasil mental dari

pengamatan terhadap objek/benda. Konsep ialah satuan arti yang mewakili sejumlah

benda/objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Kaidah ialah pengungkapan dari hubungan

antara beberapa konsep. Prinsip ialah kombinasi dari beberapa kaidah, yang lebih tinggi dan

lebih kompleks.

3. Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual. Yaitu kemampuan untuk mengatur kegiatan

aktivitas inteleknya sendiri.

4. Belajar ketrampilan motorik. Yaitu belajar yang melibatkan keterampilan, serangkaian

gerakan tubuh secara terpadu.

5. Belajar sikap. Yaitu belajar untuk melatih diri berperilaku/bersikap secara baik melalui

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.

2 M. Gagne.1995. The Conditions of Learnig. Cambridge

3

Page 4: Gaya Dan Strategi Belajar

GAYA BELAJAR

Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya,

dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan

kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991:

168). Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir dan diperkaya melalui pengalaman hidup.

Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi, baik penglihatan, pendengaran, dan

kinestetik. Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya belajar. Semakin kita mengenal baik

gaya belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih percaya diri di dalam menguasai suatu

keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Secara umum, gaya belajar dapat dipetakan

sebagai berikut:

Indepedensi Bidang

Gaya ini berupa kemampuan anda untuk menerima hal khusus tertentu di dalam berbagai

hal yang membingungkan, hal yang relevan itu bisa saja merupakan gagasan, pemikiran atau

perasaan. Independensi Bidang dapat melihat sebuah item atau faktor tertentu yang relevan di

sebuah “bidang” yang tersusun atas item-item yang mengacaukan. Depedensi bidang artinya

kecenderungan untuk “tergantung” pada bidang total sehingga bagian-bagian yang melekat

dalam bidang itu tidak mudah dikenali. Gaya bebas bidang (Tidak Terpengaruh Lingkungan),

atau field independent (FI) memungkinkan kita membedakan bagian-bagian dari suatu

keseluruhan, berkonsentrasi pada sesuatu (misal membaca di stasiun kereta yang gaduh ).

Ketergantungan bidang (Terpengaruh Lingkungan) atau field dependent (FD) dapat melihat

gambar keseluruhan, pemandangan yang lebih luas, konfigurasi umum dari sebuah problem,ide,

atau peristiwa. Field independence dan field dependence dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

membedakan anak‐anak dan orang dewasa dalam pemerolehan bahasa. Anak‐anak didominasi

field dependence, Sedangkan orang dewasa cenderung field independence. Stephen Khrasen

(1977) menunjukkan bahwa orang dewasa lebih menggunakan strategi “monitoring” atau

4

Page 5: Gaya Dan Strategi Belajar

“learning” (perhatian secara sadar pada bentuk) dalam belajar bahasa sedangkan anak‐anak

mennggunakan strategi “acquisition” (perhatian tanpa sadar terhadap fungsi).

Gaya BelajarDependensi Bidang (FD) Independensi Bidang (FI)Memulai belajar apabila ada pengaruh/ perintah dari orang lain (orang tua/guru)

Belajar dilakukan secara mandiri tanpa harus ada paksaan, tapi atas dasar kebutuhan dan kesadaran yang tinggi

Mempersepsikan secara global Mempersepsikan secara analitikalMengkategorikan konsep secara umum (Deduktif)

Mengkategorikan konsep secara khusus (Induktif)

Lebih dipengaruhi oleh kritikan Sedikit dipengaruhi oleh kritikanMemerlukan penentuan pendapat dari luar Menentukan pendapat sendiriMateri pembelajaran berorientasi sosial Independen, kompetitif, percaya diriMenggunakan pendekatan observasi untuk pencapaian konsep (melalui contoh-contoh)

Menggunakan hipotesis untuk pencapaian konsep

Dominasi Otak Kiri- Kanan

Begitu otak anak matang berbagai fungsi dapat dijalankan di bagian kanan dan kiri. Otak

kiri dianalogikan dengan pemikiran yang logis, analitis, sistematis dan linier. Sedangkan otak

kanan identik dengan menerima dan mengingat visual, sentuhan, dan pendengaran.

Selengkapnya lihat tabel berikut ini :

Karakteristik Otak Kiri-Kanan (diadaptasi dari Torrance, 1980)

Dominasi otak kiri ( cerdas intelektual) Dominasi otak kanan(kreatif)

Intelektual IntuitifIngat nama Ingat wajahMerespon intruksi verbal dan penjelasan(auditif) Merespon intruksi yang diperagakan (visual)Mencoba secara sistematis & dengan kontrol Mencoba secara acak dan tidak terlalu

Menahan diriMembuat penilaian objektif Membuat penilaian subjektifTerencana dan terstruktur Mengalir dan spontanMenyukai informasi tertentu yang pasti Menyukai informasi tak pasti yang sulit

dipahami Pembaca analitis Pembaca yang membuatsintesis ( kreatif)

Mengandalkan bahasa dalam berfikir dan Mengandalkan citra saat berfikir dan mengingat

Menyukai bicara dan menulis Menyukai gambar dan objek bergerakMenyukai tes pilihan ganda Menyukai pertanyaan terbukaTak pintar menafsir bahasa tubuh Pintar menafsir bahasa tubuh

5

Page 6: Gaya Dan Strategi Belajar

Jarang menggunakan metafora Sering menggunakan metaforaCondong pada pemecahan masalah Condong pada pemecahan masalahsecara logis secara intuitif

Toleransi Ambiguitas

Gaya yang ketiga ini melihat sejauh mana secara kognitif anda mau memberi toleransi

pada gagasan dan usulan yang bertentangan dengan sistem keyakinan atau struktur pengetahuan

anda. Beberapa orang relatif ‘open‐minded’ dalam menerima ideologi atau peristiwa, fakta yang

kontradiktif dengan pendapatnya sendiri. Sedangkan yang lain cenderung ‘close‐minded’ dan

dogmatis, sehingga cenderung menolak hal‐hal yang bertentangan atau agak bertentangan

dengan sistem yang ada. Keuntungan dan kekurangan dari masing‐masing gaya ini tetap terlihat.

Orang yang ambiguity tolerant cenderung bisa bebas menghibur dengan sejumlah kemungkinan

yang inovatif dan kreatif dan tidak mudah secara kognitif atau afektif diganggu oleh ambiguitas

dan ketidak pastian. Pemelajar bahasa yang berhasil biasanya memerlukan toleransi ambiguitas

seperti ini, paling tidak pada masa perpindahan dari setiap tahapan, selama hal‐hal yanng ambigu

dapat diselesaikan dalam kesempatan tertentu. Di sisi lain terlalu toleran terhadap ambiguitas

dapat menimbulkan efek yang kurang baik karena terlalu longgar dalam menerima pendapat dan

tidak efisien dalam menarik fakta‐fakta dalam struktur organisasi kognitif.

Reflektivitas dan Impulsivitas

Reflektif adalah sebuah gaya dalam menjawab sebuah pertanyaan atau membuat

keputusan yang lebih lambat dan penuh perhitungan. Dalam gaya belajar reflektif siswa

menyerap pelajaran melalui pertimbangan, memikirkan semua kosep informasi yang telah

diterimanya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan/dipahami. Sedang impulsif

kebalikannya dimana seseorang membuat jawaban cepat atau cepat membuat keputusan. Siswa

yang mempunyai gaya belajar impulsif cenderung dengan cepat-cepat mengambil keputusan

tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep-konsep informasi yang telah

diterimanya dalam pelajaran. David Ewing (1997) merujuk dua gaya yang terkait dengan

dimensi reflektifitas/impulsifitas (R/I) : gaya-gaya sistematis dan intuitif. Gaya intuitif

menyiratkan pendekatan pertaruhan dengan basis “firasat”, dan orang mungkin melakukan

beberapa pertaruhan berturut-turut sebelum sebuah solusi diraih. Pemikir Sistematis mengerjakan

6

Page 7: Gaya Dan Strategi Belajar

pertanyaan dengan melihat struktur masalahnya, mengumpulkan bahan, dan menetapkan

alternatif jawaban yang paling tepat untuk menjawab masalah.

Implikasi terhadap pemerolehan bahasa bahwa anak-anak yang reflektif cenderung

membuat kesalahan lebih sedikit dalam membaca dibandingkan anak-anak implusif (Kagan,

1965) . Orang implusif biasanya pembaca yang lebih cepat , dan akhirnya menguasai” permainan

menebak psikolinguistik” (goodman, 1970). Pada studi lain (Kagan, pearson, & Welch, 1966)

penalaran induktif lebih efektif pada orang yang reflektif, yang menyarankan bahwa orang yang

reflektif secara umum bisa memetik manfaat lebih dari situasi pembelajaran induktif. Beberapa

studi mengaitkan (R/I) dengan pembelajaran bahasa kedua. Doron (1973), menjumpai diantara

sampelnya mengenai pembelajaran dewasa ESL di Amerika Serikat, bahwa murid reflektif lebih

lambat tetapi lebih akurat saat membaca ketimbang murid implusif.

Gaya Visual, Auditoris, Kinestetis

Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya,

bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang

memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap

informasi secara visual sebelum ia memahaminya. Pembelajar visual condong menyukai tabel,

gambar, dan informasi garafis lainya. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,

disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia

memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga

sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Gaya belajar ini dapat diterapkan dalam pembelajaran, dengan menggunakan beberapa

pendekatan : menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi/materi

pelajaran berupa film, slide, poster, coretan atau kartu-kartu gambar berseri untuk menjelaskan

suatu informasi secara berurutan.

Pebelajar Auditoris lebih senang mendengar ajaran dan audiotape. Gaya belajar ini

mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model

belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi

atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang

bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini

umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk tulisan, selain memiliki

7

Page 8: Gaya Dan Strategi Belajar

kesulitan menulis ataupun membaca. Selain itu, keterlibatan siswa dalam diskusi juga sangat

cocok untuk siswa seperti ini. Bantuan lain yang bisa diberikan adalah mencoba membacakan

informasi, kemudian meringkasnya dalam bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya

diperdengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan review secara verbal dengan

teman atau pengajar. Pembelajaran untuk gaya ini juga bisa berbentuk pembelajaran melalui

lagu, mendengarkan cerita, serta bermain peran (role plays)

Pebelajar Kinestesis memperlihatkan kesukaan pada demonstrasi dan aktivis fisik yang

melibatkan penggerakan tubuh. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan

sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).Biasanya siswa

yang mempunyai gaya belajar ini sangat suka kegiatan olahraga yang memang banyak

menggerakkan tubuh. Namun ada juga kekurangan dari gaya ini dimana mereka tidak dapat

bertahan lama untuk belajar dalam kelas, mungkin mereka akan beraktivitas selama

mendengarkan penjelasan dari gurunya misalkan sambil mendengarkan mereka menggambar

atau sesekali beranjak dari tempat duduk/ keluar dari kelas. Mereka memerlukan waktu-waktu

tertentu untuk bisafokus terhadap tugas. Mereka akan mencari posisi yang enak untuk belajar,

seperti ada yang duduk di lantai. Gaya kinestetik ini sepintas mirip dengan gaya tectile.

Kegiatan pengajaran yang cocok untu gaya ini adalah bermain drama, pantomim, bermain peran,

atau kegiatan yang merangsang siswa untuk bergerak/ berpindah dari tempat duduknya.

Menurut Hadley menyebutkan gaya belajar siswa sebagai berikut 3:

Keluasan Kategorisasi

Gaya ini mencerminkan kecenderungan individu untuk mebuat kategori yang luas atau sempit

dari suatu hal. Untuk yang memiliki wawasan luas maka ia akan melibatkan banyak hal,

sedangkan untuk yang kategori sempit ia lebih sedikit melibatkan suatu hal.

Level-Ketajaman

Gaya belajar ini menjelaskan tentang bagaimana proses pengumpulan informasi dalam ingatan.

Gaya ini hampir mirip dengan preseptive dan receptive. Gaya belajar Preceptive yaitu

kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran/informasi atau mengumpulkan informasi dalam

belajar dilakukan dengan beraturan sebab akibat. Gaya belajar Receptive yaitu kecenderungan

3 Hadley, Alice Omaggio. 1993. Teaching Language in Context. Boston, Massachusets. Heinle&Heinle. h. 65

8

Page 9: Gaya Dan Strategi Belajar

siswa dalam menerima pelajaran dilakukan dengan menerima informasi tanpa berusaha untuk

membulatkan/mengorganisir konsep-konsep informasi yang diterimanya.

Sistematis

Beberapa orang yang memiliki gaya ini lebih suka menyelesaikan tugas secara lengkap sesuai

dengan prosedur atau rencana semua hal yang dikerjakan terorganisir dengan baik.

Fleksibel – tidak fleksibel

Orang yang fleksibel dapat menemukan dengan mudah alternatif pemecahan masalah atau dapat

berpikir untuk memberikan jawaban yang bervariasi atas sutau pertanyaan. Orang yang tidak

fleksibel tidak mau memberikan solusi untuk sebuah masalah tertentu dan mempertimbangkan

kemungkinan lain, atau orang yang cenderung berpikir yang “ baik” saja.

Tactile Learners

Gaya ini bergantung pada lingkungan fisik dan materi mereka. Mereka berpikir dan memahami

melalui sentuhan. Anak-anak yang mempunyai gaya belajar ini mempunyai kelebihan dalam

memanipulasi. Mereka bisa melakukan sesuatu dan berkreasi dengan tangan mereka.Gaya

belajar ini memerlukan aktivitas fisik, sentuhan, dan gerakan dalam mengingat dan memahami

proses informasi. Anak yang memiliki gaya belajar ini mempunyai kesulitan untuk tetap diam di

dalam kelas. Mereka selalu berpindah-pindah tempat duduk dan bermain dengan mainannya.

Mereka juga sulit untuk memperhatikan penjelasan dalam jangka waktu yang lama dan

memerlukan contoh langsung dalam pengerjaan tugas untuk membantu pemahaman mereka.

Mereka belajar dan mengingat sesuatu dengan memanipulasi objeknya karena mereka

mengalami kesulitan jika diberikan konsep yang abstrak dan simbol.

Siswa yang mempunyai gaya belajar ini cocok jika diberikan kegiatan yang berhubungan dengan

: benda-benda realia/nyata, permainan kartu kata, Seni dan kerajinan (menulis, menggambar,

mewarnai, menggunting gambar, atau stiker). Aktivitas ini membantu siswa dalam mengenal

bahasa.

9

Page 10: Gaya Dan Strategi Belajar

Strategi Belajar

Strategi Pembelajaran

Dalam melakukan kegiatan dibutuhkan strategi untuk memperoleh kesuksesan atau

keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut Brown, strategi adalah metode khusus yang

mendekati masalah atau tugas, langgam-langgam operasi untuk meraih tujuan tertentu,

rancangan tersusun untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu.4 Demikian pula

dalam dunia pendidikan, dibutuhkan strategi guna menunjang keberhasilan pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities

designed to achieves a particular educational goal.5 Berdasarkan pendapat diatas, strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan Dick dan Carey

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran

yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.6 Upaya

untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan digunakanlah metode.

Jenis-jenis strategi pembelajaran

Secara umum, ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree

mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning,

dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual

learning. Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepadasiswa dalam bentuk jadi

dan siswa dituntut untuk menguasainya. Roy Killen menyebut strategi ini dengan strategi

pembelajaran langsung (direct instruction). Pada strategi exposition, guru berfungsi sebagai 4 H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (USA: Pearson Education Inc, 2007), h. 127.5 Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2008), h. 126.6 Ibid.,h. 126.

10

Page 11: Gaya Dan Strategi Belajar

penyampai informasi. Berbeda dengan strategi exposition, dalam strategi discovery bahan

pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru

lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Strategi discovery ini biasa

disebut dengan strategi pembelajaran tidak langsung.

Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Pada strategi ini

kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan

individu siswa yang bersangkutan. Contoh strategi pembelajaran individu adalah belajar melalui

modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pembelajaran

individual, strategi pembelajaran kelompok dilakukan oleh sekelompok siswa yang diajar oleh

seseorang atau beberapa guru. Strategi pembelajaran kelompok tidak memerhatikan kecepatan

belajar individual, setiap individu dianggap sama.

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat

dibedakan menjadi strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Pada

strategi pembelajaran deduktif, bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak,

kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkret. Strategi ini juga disebut strategi

pembelajaran umum ke khusus. Sebaliknya strategi pembelajaran induktif, bahan yang dipelajari

dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa

dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini disebut juga dengan strategi

pembelajaran dari khusus ke umum.

Oxford membagi strategi belajar menjadi dua bagian besar,7 yaitu:

1. Strategi belajar langsung

Pada strategi langsung dirinci kebali menjadi beberapa jenis strategi, diantaranya adalah:

a. Strategi belajar memori

Strategi belajar memori digunakan pebelajar dengan memanfaatkan pengetahuan dan

pengalaman belajar sebelumnya. Strategi ini banyak menggunakan ingatan dan daya

ingat. Contoh: mengulang pelajaran sebelumnya.

b. Strategi belajar kognitif

Strategi belajar kognitif adalah segala perilaku pebelajar dalam proses belajar mengajar

yang berhubungan dengan penggunaan daya pikir pebelajar.

7 R.L. Oxford, Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know (New York: Newbury House, 1990), h. 16-17.

11

Page 12: Gaya Dan Strategi Belajar

c. Strategi kompensasi

Strategi belajar kompensasi digunakan oleh pebelajar yang telah memiliki keterampilan

yang cukup tinggi. Strategi ini dipakai untuk menanggulangi beberapa keterbatasan

dalam berbahasa.

2. Strategi belajar tak langsung

Pada strategi belajar tak langsung masih terbagi menjadi tiga jenis strategi belajar, yaitu:

a. Strategi belajar metakognitif

Strategi belajar metakognitif adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan

taktik atau cara pembelajar untuk menghadapi dan mengelola bahan belajar mengajar.

b. Strategi belajar afektif

Strategi belajar afektif adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan sikap

dan perasaan pebelajar dalam menghadapi proses belajar. Strategi ini dibagi menjadi

dua, yaitu strategi afektif positif dan strategi afektif negatif. Strategi afektif positif adalah

perilaku pebelajar yang menunjukkan bahwa pebelajar menerima dan menghargai proses

belajar mengajar. Strategi afektif negatif adalah perilaku pebelajar yang menunjukkan

bahwa pebelajar menolak dan tidak menghargai proses belajar mengajar.

c. Strategi belajar sosial

Strategi belajar sosial adalah segala perilaku pebelajar yang berhubungan dengan

kerjasama pebelajar dengan sejawatnya dalam mencapai tujuan belajar.

Strategi Pembelajaran Bahasa

Oxford dan Ehrman mendefinisikan strategi pembelajaran bahasa kedua sebagai

tindakan, perilaku, langkah, atau teknik spesifik..yang dipakai oleh murid untuk meningkatkan

pembelajaran mereka sendiri.8 Strategi ini adalah “siasat tempur” yang disesuaikan dengan

konteks yang bervariasi dari waktu ke waktu, atau dari satu situasi ke situasi lain, atau bahkan

dari satu budaya ke budaya lain. Menurut Ellis, strategi belajar adalah pendekatan-pendekatan

khusus atau teknik-teknik yang digunakan pebelajar untuk mempelajari bahasa kedua.9 Strategi

ini muncul dan diterapkan oleh pebelajar ketika mereka menghadapai masalah dalam

mempelajari bahasa kedua, seperti bagaimana cara-cara menghafal kosakata baru dalam bahasa

asing.

8 H. Douglas Brown, op.cit., 127.9 Rod Ellis, Second Language Acquisition (UK: Oxford University Press, 1997), h. 76-77.

12

Page 13: Gaya Dan Strategi Belajar

Perbedaan hasil pembelajaran bahasa kedua dapat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran

individual, misalnya perilaku/ kebiasaan dan teknik yang dipakai dalam mempelajari bahasa

kedua. Pemilihan strategi belajar sangat tergantung pada pebelajar itu sendiri dan sangat

dipengaruhi oleh sifat motivasi mereka, gaya kognitif, dan kepribadian. Usia, jenis kelamin, dan

bakat juga sangat berperan dalam pemilihan strategi belajar. Misalnya dalam mempelajari

bahasa kedua, anak-anak lebih cenderung menggunakan pengulangan, sedangkan orang dewasa

lebih menggunakan sintesis. Pebelajar perempuan cenderung menggunakan strategi sosio-afektif

daripada laki-laki, dan juga strategi metakognitif dalam tugas mendengarkan (listening task).

Ellis menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, “pebelajar yang baik” memiliki ciri-ciri utama

sebagai berikut: memiliki kepedulian terhadap bentuk bahasa (tetapi juga memperhatikan

makna), memiliki kepedulian untuk berkomunikasi, pendekatan aktif terhadap tugas-tugas,

memiliki kesadaran akan proses belajar, kapasitas untuk menggunakan strategi yang fleksibel

sesuai dengan persyaratan tugas-tugas.10

Bidang pemerolehan bahasa kedua membedakan dua jenis strategi, yaitu strategi

pembelajaran dan strategi komunikasi. Strategi pembelajaran terkait dengan masukan

(dengan proses, penyimpanan, dan penerimaan) yaitu memasukkan pesan dari orang lain,

sedangkan strategi komunikasi berhubungan dengan keluaran yaitu bagaimana secara produktif

mengungkapkan makna dan bagaimana menyampaikan pesan kepada orang lain.

Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran berhubungan dengan wilayah pemahaman apa yang diterima,

memori, penyimpanan, dan pengingat. Brown dalam bukunya menyebutkan bahwa biasanya

strategi-strategi yang digunakan oleh pembelajar bahasa kedua (strategi pembelajaran) dibagi

menjadi tiga kategori utama, yaitu strategi metakognitif, strategi kognitif, dan strategi

sosioafektif.11

1. Strategi pembelajaran metakognitif

Strategi metakognitif adalah strategi yang melibatkan perencanaan belajar, pemikiran tentang

proses pembelajaran yang sedang berlangsung, pemantauan produksi dan pemahaman

seseorang, dan evaluasi pembelajaran setelah sebuah aktivitas selesai.

10 Muriel Saville-troike, Introducing Second Language Acquisition (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), h. 92.11 H. Douglas Brown, op.cit., h. 143.

13

Page 14: Gaya Dan Strategi Belajar

2. Strategi kognitif

Strategi kognitif lebih terbatas pada tugas-tugas pelajaran spesifik dan melibatkan

pemanfaatan yang lebih langsung terhadap materi pembelajaran. Misalanya, menerjemahkan

dari bahasa pertama, menghafal kosakata baru dengan menghubungkan dengan bahasa

pertama yang memiliki persamaan fonologinya dengan bahasa kedua.

3. Strategi sosioafektif

Strategi sosioafektif berkenaan dengan aktivitas mediasi sosial dan interaksi dengan orang

lain. Misalnya, mencari peluang untuk berinteraksi dengan penutur asli, bekerja sama

dengan sesama rekan pemelajar untuk mendapatkan umpan balik, meminta pengulangan, dll.

Satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam upaya meraih kompetensi bahasa adalah dengan

mempertimbangkan empat keterampilan (mendengar, membaca, berbicara, dan menulis).

Strategi pembelajaran melibatkan keterampilan mencerna apa yang didengar dan apa yang

dibaca. Langkah-langkah dalam menjalani strategi pembelajaran:

Strategi Pembelajaran Deskripsi

Strategi Metakognitif

1. Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang sudah diketahui

Merangkum dan mengaitkan dengan materi yang sudah diketahui

Memperhatikan Fokus mendengar

2. Mengatur dan menata pembelajaran Mencari tahu tentang pembelajaran bahasa Mengorganisir Menetapkan maksud dan tujuan Mengidentifikasi maksud sebuah tugas bahasa

(mendengar/ membaca/ berbicara/ menulis) Merencanakan sebuah tugas bahasa Mencari kesempatan berlatih

3. Mengevaluasi pembelajaran Memantau diri Evaluasi diri

Strategi Kognitif1. Berlatih Mengulang

Berlatih secara formal dengan sistem bunyi dan penulisan Mengenali dan menggunakan formula dan pola Rekombinasi Berlatih secara wajar

2. Menerima dan mengirim pesan Menangkap gagasan dengan cepat Menggunakan sumber-sumber untuk menerima dan

mengirim pesan3. Menganalisis dan menalar Menalar secara deduktif

Menganalisis ekspresi Membuat analisis perbandingan (lintas bahasa)

14

Page 15: Gaya Dan Strategi Belajar

Menerjemahkan Mentransfer

4. Menciptakan struktur bagi masukan dan pengeluaran

Mencatat Merangkum Membuat hightlight

Strategi Sosio-afektif

1. Mengurangi kecemasan, menyemangati diri, dan mengukur emosial

Menggunakan relaksasi, musik, dan bahasa Membuat pernyataan positif, menghargai diri sendiri Menulis catatan harian pembelajaran bahasa Mendiskusikan perasaan kita dengan orang lain

2. Mengajukan pertanyaan Meminta klarifikasi atau verifikasi dan meminta koreksi3. Berkooperasi dengan yang lain Berkooperasi dengan orang lain

Berkooperasi dengan pengguna mahir bahasa baru4. Berempati Mengembangkan pemahaman budaya

Mawas pada pemikiran dan perasaan orang lain

Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi erat kaitannya dengan pemakaian mekanisme verbal dan nonverbal

untuk komunikasi atau informasi produktif. Menurut Faerch dan Kasper, strategi komunikasi

adalah rencana-rencana yang sepertinya sadar untuk memecahkan apa yang menjadi masalah

dalam peralihan sebagai tujuan komunikatif tertentu.12 Sedangkan Brown sendiri mendefinisikan

strategi komunikasi sebagai upaya sistematis untuk mengekspresikan makna dalam bahasa target

dimana pembicara harus memperhatikan bentuk dan fungsi bahasa.13 Klasifikasi strategi

komunikasi menurut Dornyei,yaitu:

1. Strategi Penghindaran

Penghindaran adalah sebuah strategi komunikasi lazim yang bias dipecahkan ke dalam

beberapa subkategori. Beberapa contoh jenis strategi penghindaran, yaitu penghindaran

sintaksis atau leksikal di dalam kategori semantik. Pertimbangan percakapan berikut antara

seorang pebelajar dengan penutur asli:

Pebelajar : I lost my road

Penutur asli: You lo1st your road?

Pebelajar : uh.. I lost.. I lost.. I got lost…

Pada contoh diatas, pebelajar menghindari leksikal lost sepenuhnya karena tidak bisa

memikirkan kata way pada saat itu. Penghindaran fonologis yaitu menghindari kata-kata

12 H. Douglas Brown, op. cit., h. 148.13 H. Douglas Brown, Principles of Language Learning and Teaching (New Jersey: Prentice-Hall inc, 1980), h. 88.

15

Page 16: Gaya Dan Strategi Belajar

karena kesulitan fonologisnya. Contoh: seseorang berkebangsaan Jepang menghindari kata

rally karena dinilai sulit secara fonologi, maka menggantinya dengan kata hit the ball.

Penghindaran topik, dimana seluruh topik percakapan mungkin dihindari sepenuhnya.

Pada penghindaran topik ini, para pebelajar berhasil memikirkan cara kreatif untuk

menghindari topik, seperti menggantu subjek, berpura-pura tak mengerti (cara klasik

menghindar dari menjawab pertanyaan), tidak menjawab sama sekali, atau terlihat

menghentikan pesan ketika sebuah pemikiran menjadi terlalu sulit untuk diungkap.

2. Strategi Kompensatoris

Para pebelajar tingkat awal biasanya mengingat beberapa frase atau kalimat tertentu tanpa

menanamkan pengetahuan dari komponen-komponen frase itu. Potongan-potongan bahasa

yang diingat ini dikenal sebagai pola tinggal pakai. Misalnya pembelajaran bahasa melalui

buku saku frase bilingual yang didalamnya terdapat ratusan kalimat untuk berbagai keadaan.

Frase-frase tersebut diingat melalui hafalan untuk dipakai sesuai dengan konteks mereka.

Berbeda dengan pebelajar awal, para pebelajar dengan tingkat keterampilan yang sudah

tinggi, strategi ini dimanfaatkan untuk menanggulangi kesulitan berbahasa. Pebelajar yang

mengalami kesulitan untuk menerangkan sesuatu dalam bahasa yang dipelajarinya, dapat

menggunakan definisi atau terjemahan dalam ujarannya untuk menjaga agar proses

berbahasa tetap berjalan. Gerakan-gerakan badan juga dapat digunakan untuk menutupi

keterbatasan yang dihadapi.

Alih kode adalah penggunaan bahasa pertama atau ketiga dalam aliran wicara bahasa kedua.

Alih kode dilakukan dengan menggunakan bahasa asli untuk mengisi ketidaktahuan

pengetahuan pada bahasa kedua terlepas apakah si pendengar paham bahasa asli itu. Kadang

pebelajar menyelipkan satu dua kata, dengan harapan si pendengar akan menangkap inti dari

apa yang sedang dikomunikasikan. Strategi kompensatoris lainnya adalah permintaan tolong

langsung/ mengandalkan otoritas (appeal to authority). Pada strategi ini pebelajar

langsung minta tolong kepada pembicara mahir atau guru untuk mengungkapkan apa yang

dimaksud atau menebak dan kemudian meminta verifikasi dari pembicara mahir akan

ketepatannya.

Instruksi Berbasis Strategi

16

Page 17: Gaya Dan Strategi Belajar

Penerapan strategi pembelajaran maupun komunikasi di kelas dikenal secara umum sebagai

instruksi berbasis strategi/ strategies-based instruction (SBI) atau pelatihan strategi pebelajar.

Mengajari pebelajar bagaimana cara belajar merupakan hal yang amat penting. Guru dapat

mengambil manfaat dengan memahami apa yang membuat pebelajar berhasil ataupun

sebaliknya, dan dapat merealisasikan strategi-strategi yang sukses. Pebelajar akan merasakan

manfaat SBI jika mereka memahami strategi itu sendiri, menganggapnya efektif, dan tak

menganggap pelaksanaannya terlalu sulit. Pelaksanaan SBI di kelas bahasa melibatkan beberapa

langkah dan pertimbangan:

1. Mengenali gaya dan strategi potensial pembelajar

2. Menyertakan SBI ke dalam kursus dan kelas bahasa komunikatif

3. Menyediakan asisten ekstra kelas untuk para pembelajar

17

Page 18: Gaya Dan Strategi Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 1980. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey: Prentice-Hall inc.

Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA: Pearson Education Inc

Ellis, Rod. 1997. Second language Acquisition. UK: Oxford University Press.

Oxford, R.L. 1990. Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know. New York: Newbury House.

Richards, Jack C. and Willy A. Renandya. 2003. Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saville-Troike, Muriel. 2006. Introducing Second language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.

18