Upload
thariq-black-nimbush-dokter
View
54
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sripsi frans rahmat
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk
mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh
pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali
menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual
menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan
reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan,
4 juta melakukan aborsi dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual
(PMS) yang dapat dicegah (Out Look, 2000). Resiko kesehatan ini dipengaruhi
oleh berbagai yang saling berhubungan, misalnya tuntutan untuk kawin muda dan
hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan
gender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
Upaya untuk menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling tidak
pada usia remaja. Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap dan
perilakunya kearah pencapaian reproduksi yang sehat (World Health
Organization, 1995 dalam Sianturi, 2000).Kelompok remaja menjadi perhatian
karena jumlah mereka yang besar dan rentan serta mempunyai resiko gangguan
terhadap kesehatan reproduksi.
Mengenai permasalahan kesehatan reproduksi remaja, yang saat ini terus
berkembang dan tentu diperlukan upaya untuk mencegahnya.Remaja menurut
definisi dan Badan Kesehatan Dunia (WHO, 1995).Adalah mereka yang berusia
12-24 tahun.
2
Menurut kesepakatan International Conference On Population and
Development (ICPD, Kairo, 1994). Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Sedangkan menurut definisi dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2000). Remaja adalah
mereka yang berusia 10-21 tahun.
Menurut Data Statistik Indonesia (2005) remaja yang berusia 10-24 tahun
mencapai 62 juta orang atau 28 persen dari total penduduk Indonesia. Penduduk
usia remaja, selain proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk
nasional, perilaku mereka cukup “menyita” perhatian orang tua dan masyarakat
pada umumnya. Pada usia sekitar 10-24 tahun, remaja mengalami transisi dari
masa anak-anak ke dewasa. Pada masa tersebut, mereka mengalami berbagai
macam proses perubahan terkait dengan kesehatan reproduksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian
yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja SMA Negeri 3 kelas XII
kota Batam tentang kesehatan reproduksi tahun 2013 karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah bahwa
penulis ingin mengetahui, bagaimana pengetahuan kesehatan reproduksi pada
remaja di SMA Negeri 3 kelas XII Kota Batam tahun 2013.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan kesehatan
Reproduksi remaja SMA Negeri 3 kelas XII Kota Batam tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan remaja tentang fungsi
reproduksi secara normal.
b. Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan remaja tentang faktor-
faktor yangmempengaruhi kesehatan reproduksi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Instansi Pendidikan
Untuk memberikan informasi gambaran pendidikan kesehatan reproduksi
remaja sehingga sekolah termotivasi untuk memberikan pendidikan tentang
kesehatan reproduksi.
1.4.2 Masyarakat
Untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
1.4.3 Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti di bidang penelitian
dan mengasah daya analisa peneliti.
4
1.4.4 Bagi pembaca
Dapat memberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca
dan dapat digunakan menjadi data ilmiah penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO,
1995) adalah kesejahteraan fisik, mental dan social yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan
namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008).
2.1.2 Remaja
2.1.2.1 Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
6
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1995), remaja
(adolescence) adalah mereka yang berusia 10 -19 tahun.Sementara
dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk
mereka yang berusia 15-24 tahun.Ini kemudian disatukan dalam sebuah
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24
tahun.Sementara itu program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah
mereka yang berusia antara 10 – 24 tahun. Menurut Hurlock (1993),
masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan, taraf mencari
identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri
(1995), remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-
kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab.
2.1.2.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja
Perubahan – perubahan yang terjadi pada seorang anak memasuki
usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi
biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial (Jean Piaget, 2007).
a. Dimensi Biologis
Pada saat seseorang memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada
remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat
besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk
ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.
Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara berkembang,
panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada
7
daerah kemaluan.Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan pada
suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi besar, otot-otot
membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik
mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007)
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations).Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang
kompleks dan abstrak.Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi dan rencana untuk masa
depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
8
masalah-masalah popular yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya : politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan.Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan banyak alternatifnya lainnya. Secara kritis,
remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya.
2.1.2.3 Sasaran Kesehatan Reproduksi
a. Remaja (Pubertas)
1. Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan produksi yang
diawali dengan pemberian pendidikan seks.
2. Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik,
psikis, sosial dan hygienesanitasinya.
2.1.2.4 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
a. Gangguan Sistem Reproduksi
1. Gangguan kesehatan berkaitan dengan kehamilan.
2. Kendali sosial budaya terhadap kesehatan reproduksi.
3. Kebijakan pemerintah terhadap kesehatan reproduksi (UU).
4. Tersedia pelayanan (essensial dan komprehensif).
9
5. Dampak industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi.
b. Gender dan Seksualitas
1. Kebijakan pemerintah terhadap masalah gender dan seksualitas.
2. Pengendalian sosial/ norma budaya.
3. Seks dan remaja.
4. Perlindungan terhadap perempuan.
c. Kehamilan tidak diinginkan
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah
terjadi kehamilan yang tidak diharapkan.Ada dua hal yang beresiko
jika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan :
1. Bila kehamilan dipertahankan
a) Resiko Fisik.
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan kematian.
b) Resiko Psikis atau psikologi.
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal
karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
c) Resiko Sosial.
Salah satu resiko sosial adalah berhenti/ putus sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
10
d) Resiko Ekonomi.
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/ anak
membutuhkan biaya besar.
2. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
a) Resiko Fisik
Pendarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko
aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa menyebabkan
komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan.Aborsi yang
dilakukan tidak aman bisa menyebabkan kematian.
b) Resiko Psikologi
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut, panic,
tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan
kesakitan.
c) Resiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
d) Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya
semakin tinggi.
d. Kekerasan dan Perkosaan terhadap Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk kekerasan
berbasis gender yang berakibat atau mungkin berakibat, menyakiti
secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan,
termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau
perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di
lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
11
2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan,
hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh
media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan
keluarganya.
a. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja
tersebut merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat
reproduksi lembab dan basah, maka kesamaan akan meningkat dan itu
memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah
terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat
genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
b. Akses terhadap pendidikan kesehatan
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang
seharusnya dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari.Remaja
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber
yang terpercaya.Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat,
kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan disekolah dan
didalam lingkungan keluarga.Hal-hal yang diajarkan di dalam
kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang
tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku beresiko,
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan sebagai upaya pencegahan
12
kehamilan.Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi secara
benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif pada
remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut,
khususnya mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan
penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut Rahim, kehamilan
diluar nikah, gradesi moral bangsa dan masa depan yang suram dari
remaja tersebut.
c. Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa resiko morbiditas dan
mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita
yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia dari 18
tahun mempunyai 2 sampai 5 kali resiko kematian dibandingkan
dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama
dan macet, perdarahan dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang
berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang
hamil, misalnya hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada
kesehatan tubuhnya secara umum.
d. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan
zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu opioid,
alkohol, ekstasi, ganja, heroin, kodein dan lain-lain. Jika zat tersebut
masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh
dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan
pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini beresiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum
13
suntik juga meningkatkan resiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus
HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian.
e. Pengaruh media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan
yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya
artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui
hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.
f. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan
preventif dan tindakan kuratif.Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan tempat-tempat lain yang
memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan
kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya
khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi.Remaja juga dapat melakukan
tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya
seperti penyakit menular seksual.
g. Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang
berpengaruh dengan perilaku remaja.Remaja dapat berbagi dengan
kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya.
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang
14
anak mendapatkan pendidikan ditempat lain. Remaja juga dapat
memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang
perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani
kehidupan.Didalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal
yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari.Orangtua juga dapat
memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi
seorang remaja.
2.1.2.6 Indikator Kesehatan Reproduksi di Indonesia
a. Angka kematian ibu (AKI).
b. Tingkat aborsi.
c. Anemia kehamilan.
d. Infertility.
e. Kematian neonatal.
f. Penyakit hubungan seksual (PHS).
Elemen pelayanan kesehatan reproduksi dalam pelayanan kesehatan
dasar :
a. Pelayanan dan konseling, informasi, edukasi dan komunikasi (KIEK)
KB berkualitas.
b. Penyuluhan dan pelayanan prenatal prenatal, persalinan dan post
partum yang aman termasuk ibu meneteki dan kemandulan.
c. Pencegahan dan pengobatan kemandulan.
d. Pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman.
e. Pelayanan aborsi bila tidak melanggar hukum.
15
f. Pengobatan ISR, IMS dan kondisi lain berkaitan dengan sistem
reproduksi.
g. Informasi dan konseling seksualitas, menjadi orangtua yang
bertanggungjawab dan kesehatan reproduksi.
h. Pencegahan secara aktif praktek berbahaya (Sirkumsisi/ mutilasi
kelamin).
i. Pelayanan rujukan untuk komplikasi kehamilan, persalinan, aborsi,
KB, HIV/ AIDS dan kanker ginekologi.
j. Keluarga berencana dan kesehatan remaja meliputi fasilitas
diagnostik.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja :
- Fungsi Reproduksi secara normal
- Faktor yang mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja
3.2 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).
Variabel penelitian adalah :
Pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi
17
3.3 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel
VariabelDefinisi
OperasionalCara Ukur
Alat
UkurKategori
Skala
Ukur
Gambaran
Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi
Hal-hal yang
diketahui
remaja
tentang
kesehatan
reproduksi
pada remaja
diantaranya
fungsi
reproduksi
sehat dan
faktor – faktor
yang
mempengaruhi
Menggunakan
angket
dengan cara
memberikan
pertanyaan
( 20 butir )
Kuesione
r
Baik :
76 –
100%
Cukup :
56 –
75%
Kurang
baik :
< 56 %
Ordinal
Skor adalah nilai dari hasil penelitian yang kita buat sesuai dengan kriteria
penelitian kita (Setiadi, 2007).
18
3.4 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
1. Tahap persiapan
a. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketua program studi
kedokteran Universitas Batam.
b. Peneliti meminta surat pengantar kepada instansi Universitas Batam
untuk meminta data ditempat penelitian tersebut.
c. Peneliti mengajukan izin kepada instansi berwenang ditempat
penelitian untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.
d. Peneliti meminta surat pengantar untuk melakukan penelitian di
SMA Negeri 3 kota Batam.
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti melakukan pendekatan kepada klien untuk mendapatkan
persetujuan dari klien sebagai responden penelitian.
b. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada responden.
c. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk
ditandatangani.
d. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan mempersilahkan
untuk mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk.
19
e. Setelah kuesioner terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data
dan analisis data yang dibuat laporan.
3.5 Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005), dalam hal
ini tentang gambaran pengetahuan remaja SMA Negeri 3 kelas XII kota Batam
tentang kesehatan reproduksi tahun 2013.
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian adalah 281
siswa kelas XII SMA Negeri 3 Kota Batam Tahun 2013.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau
diukur. Unit sampel dapat sama dengan populasi, tetapi dapat juga berbeda
(Arif Sumantri, 2011). Adapun yang akan menjadi sampel dalam penelitian
ini yaitu perwakilan siswa dari setiap kelas XII yang berjumlah 8 kelas XII
yang terdiri dari 5 kelas XII IPA dan 3 kelas XII IPS dengan pertimbangan
20
sampel minimal dari populasi yaitu berdasarkan rumus sebagai berikut :
n = N
1 + N (d 2)
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5% (0,05)
n = 281
1 + 281 (0,052)
= 281
1 + 281 (0,0025)
= 281
1 + 0,7025
= 281 = 165,0
1,7025
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 165 siswa.
21
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.7.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 kota Batam.
3.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember tahun 2013.
3.8 Pengumpulan Data
3.8.1 Alat Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006), instrument penelitian adalah alat pada
waktu penelitian menggunakan suatu metode. Alat pengumpulan data
yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuesioner gambaran
pengetahuan remaja SMA Negeri 3 kelas XII tentang kesehatan
reproduksi.
Pertanyaan kuesioner berisi tentang pertanyaan mengenai kesehatan
reproduksi yang meliputi pengertian, penyebab dan resiko terhadap
kesehatan reproduksi yang semua berjumlah 20 butir. Adapun kisi-kisi
kuesioner tersebut dengan subvariabel yaitu :
22
Tabel 3.8.1
Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Sub VariabelJumlah
Soal
Jenis dan Item soal
Favourable Unfavourable
Pengetahuan
tentang
kesehatan
reproduksi.
- Pengetahuan
tentang fungsi
kesehatan
reproduksi yang
normal.
- Pengetahuan
tentang faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kesehatan
reproduksi.
10
10
No.1,No.2,
No.3,No.4,
No.5
No.11,No.12,
No.13, No.14,
No.15
No.6,No.7,No.8,
No.9, No.10
No.16,No.17,No.18,
No.19, No.20
3.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti
adalah dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa
formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek
untuk mendapatkan sebuah tanggapan, informasi dan jawabannya.
23
3.9 Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Suyanto
& Ummi Salmah, 2008).
3.9.1 Cleaning
Cleaning yaitu mengumpul data kuesioner dari responden atau memeriksa
lembar observasi.Periksa kembali apakah ada hasil observasi yang ganda
atau belum dijawab.
3.9.2 Coding
Coding yaitu tahap memberikan kode pada jawaban responden terdiri
dari : Memberikan kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden dan mempermudah penelusuran biodata bila
diperlukan. Menetapkan kode jawaban responden atau hasil observasi
yang telah dilakukan.
3.9.3 Skoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban sehingga setiap
jawaban responden diberi skor.
3.9.4 Entry
Memasukkan data yang telah diskor dalam format kolom dengan cara
manual atau kedalam computer.
24
3.10 Analisa Data
Analisa data akan dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam
analisadata ini dilakukan secara univariat adalah analisa data yang dilakukan
pada tiap variabel dengan melihat hasil dari distribusi dan presentasi hasil
penelitian. Pengukuran pengetahuan siswa dilakukan dengan menggukan skala
guttman. Jika jawaban benar akan diberi skor 1 (satu), sedangkan jika jawaban
salah akan diberikan skor 0 (nol) dengan rumus :
P = F / N x 100%
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah jawaban benar
N : Jumlah soal
Hasil persentase pemberian skor dari penelitian di interpretasikan dengan
menggunakan kriteria (Jemmy, 2008) :
Baik : (76 – 100 %)
Cukup : (56 – 75 %)
Kurang : (< 56 %)
25
3.11 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian harus memperhatikan masalah etika penelitian
yang meliputi : (Alimul, 2007).
a. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti.Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, bila subjek
menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak
responden.
b. Tanpa Nama (Anonymity)
Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode
pada masing-masing lembar tersebut.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah terkumpul untuk tidak
memberi tahu kepada orang lain.