Upload
ndre-itu-aku
View
8
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
g Aboong
Citation preview
I
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I & II
I. PENGUKURAN JANGKA SORONG DAN
MIKROMETER SEKRUP
Tujuan Praktikum: 1. Untuk dapat mahir menggunakan jangka sorong dalam melakukan pengukuran diameter suatu benda, baik diameter luar, diameter dalam maupun kedalaman suatu benda.
2.Untuk dapat mahir dalam menggunakan micrometer sekrup dalam diameter atau ketebalan suatu benda.
Dasar Teori:
1. Jangka sorong.
Pada umumnya tiap jangka sorong mempunyai skala utama dan skala nonius untuk masing-masing dalam suatu pengukuran millimeter, centimeter dan inchi. Ketelitian pengukuran dengan jangka sorong ini dapat mencapai 0,05 mm atau 0,001 inchi tergantung pada pabrik pembuatannya.
Ketelitian jangka sorong.
Ketelitian jangka sorong di definisikan sebagai selisih antara skala kecil dari skala utama dengan skala-skala terkecil dari nonius. Adapun cara yang dilakukan untuk menetukan ketelitian jangka sorong adalah sebagai berikut :
a) Terlebih dahulu menghitung garis skala nonius didapat 20 garis.
b) Panjang jarak ke-50 garis itu 39 mm yaitu dengan cara mendekatkan atau merapatkan kedua rahang garis nol skala utama.
Gerak satu skala nonius adalah : 39/20 atau 19/20 mm.
Maka ketelitian jangka sorong itu adalah :
1 19/20 mm = 1/20 mm atau 0,05 mm.1
c) Alat dan bahan yang digunakan :
1. Jangka sorong.
2. Gelas Kimia.
3. Bola Besi
d) Prosedur percobaan.
Pengukuran diameter luar.
Sebagai contoh bahan uji adalah gelas kimia. Akan dilakukan pengukuran diameter luar leher gelas kimia, langkah pengukurannya adalah sebagai berikut :
1) Letakkan botol secara melintang diantara garis nol skala utama lalu geser skala nonius sehingga leher gelas kimia terjepit diantara garis nol skala utama.
2) Kemudian dilakukan pembacaan pengukuran sebagai berikut :
Dibaca angka skala utama yang berada disebelah kiri nol nonius.
Setelah itu lihat garis skala nonius yang keberapa yang tepat terimpit atau segaris dengan garis skala utama.
Hasil pengukuran adalah :
3
3
2
1
X
X
X
+
+
Pengukuran diameter dalam.
Sebagai contoh bahan uji adalah gelas kimia, akan dilakukan pengukuran diameter dalam leher gelas kimia, langkah pengukuran adalah sebagai berikut :
3) Masukkan gelas kimia kedalam rahang skala utama lalu geser skala nonius sehingga kedua rahang itu tetap menyentuh sisi bagian dalam gelas kimia.
4) Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada contoh pembacaan yang luar.
Pengukuran kedalaman atau tinggi gelas kimia.
1) Pengukuran tinggi gelas kimia dapat dilakukan dengan menggunakan rahang skala nonius dan batang rol pada jangka sorong.
Letakkan gelas kimia diatas meja secara tegak lalu geser skala nonius kearah luar sehingga batang rol kelihatan.
Kemudian masukkan batang rol kedalam gelas kimia sehingga menyentuh dasar gelas kimia tersebut.
2) Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada contoh pembacaan diameter luar
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
Pengukuran Dimensi Gelas Kimia
Pengujian
Luar
Dalam
Kedalaman
(Mm)
(Mm)
(Tinggi Gelas Kimia)
1
46,00
42,50
59,60
2
46,10
42,45
59,20
3
46,05
42,70
59,00
JUMLAH
138,15
127,65
177,80
RATA - RATA
46,05
42,55
59,26
Analisa Data Gelas Kimia
No. Urut
SUs
(mm)
N
(mm)
K
(mm)
SUa
(mm)
1
2
3
4
5 = 2 + ( 3x4 )
1
46
0,00
0,05
46,000
2
46
0,10
0,05
46,005
3
46
0,05
0,05
46,0025
3
)
0007
,
0
(
003
,
0
0005
,
0
-
+
+
SUa Akhir =
3
3
2
1
a
a
a
SU
SU
SU
+
+
=
3
0025
,
46
005
,
46
46
+
+
=
3
0075
,
138
=46,0025 mm
3
0001
,
0
X1= SUa1 - SUa Akhir
= 46 46,0025
= -0,0025 mm
X2= SUa2 - SUa Akhir
= 46,005 46,0025
= 0,0025 mm
X3= SUa3 - SUa Akhir
= 46,025 46,0025
= 0 mm
X=
3
3
2
1
X
X
X
+
+
X=
3
0
0025
,
0
0025
,
0
+
+
-
X= 0 mm
Pengukuran Bola Besi
Pengujian
Bola Besi
Diameter (mm)
1
4,00
2
4,75
3
4,70
JUMLAH
14,20
RATA - RATA
4,73
Rata rata Diameter Bola Besi=
3
70
,
4
75
,
4
00
,
4
+
+
=
3
20
,
14
= 4,73 mm
2. Mikrometer Sekrup
1) Kembalikan posisi micrometer ke angka nol kemudian memutar sekrup sehingga kedua rahang ketemu dan terdengar bunyi krik-krik. Lalu perhatiakan apakah titik nol pada skala nonius sudah berimpit pada garis nol skala utama.
2) Jika posisi nol sudah diperoleh, maka letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang sehingga kedua ujung rahang dapat menyentuh kedua sisi benda. Pemutaran sekrup tetap diteruskan samapai terdengar bunyi krik-krik lalu pengunci di putar ke arah jarum jam kedudukan skala tidak berubah-ubah meskipun micrometer diletakkan sembarang.
3) Kemudian dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara sebagai berikut :
Contoh angka pada skala utama yang terlihat dari angka nol sampai batas nonius (SUs). kemudian catat angka nonius yang segaris atau yang mendekati garis tengah garis utama misalnya (N), hasil pembacaan pengukuran sebagai berikut :
Hasil pengukuran ialah :
AKHIR
a
SU
X
4) Alat dan bahan yang digunakan :
Mikrometer sekrup
Kayu berbentuk kubus
Kelereng
Pengukuran Ketebalan Kubus
Pengujian
Kubus
Ketebalan (mm)
1
14,79
2
14,65
3
14,85
JUMLAH
44,29
RATA - RATA
14,76
Rata rata ketebalan Kubus=
3
85
,
14
65
,
14
79
,
14
+
+
=
3
29
,
44
= 14,76 mm
Pengukuran Diameter Kelereng
Pengujian
Kelereng
Diameter (mm)
1
15,37
2
15,35
3
15,25
JUMLAH
45,79
RATA - RATA
15,32
Analisa Data Kelereng
No. Urut
SUs
(mm)
N
(mm)
K
(mm)
SUa
(mm)
1
2
3
4
5 = 2 + ( 3x4 )
1
15
0,37
0,01
15,0037
2
15
0,35
0,01
15,0035
3
15
0.25
0,01
15,0025
SUa Akhir =
3
3
2
1
a
a
a
SU
SU
SU
+
+
=
3
0025
,
15
0035
,
15
0037
,
15
+
+
=
3
0097
,
45
0025
,
46
0
=
0032
,
15
X1= SUa1 - SUa Akhir
= 15,0037 15,0032
= 0,0005
X2= SUa2 - SUa Akhir
= 15,0035 15,0032
= 0,0003
X3= SUa3 - SUa Akhir
= 15,0025 15,0032
= -0,0007
Kr=
AKHIR
a
SU
X
=
0025
,
46
00003
,
0
= 0,000001
Kesalahan Persentase= 0,000001 x 100%
= 0,0001%
Tingkat Ketelitian= 100% - Kp
= 100% - 0,0001%
= 99,999%
II. PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH CERMIN CEKUNG
Tujuan Praktikum:Menentukan hubungan bayangan antara jarak benda dengan jarak bayangan, tinggi benda dengan tinggi bayangan pada cermin cekung.
Dasar Teori:
Cermin yang merupakan sebuah kelengkungan (cekung) yang sferis dan mempunyai sinar-sinar istimewa yaitu :
1. Sinar dating sejajar dengan sumbu utama, dipantulkan melalui titik fokus cermin.
2. Sinar datang melalui fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama..
3. Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan melalui titik pusat juga.
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Cermin Cekung.
2. Mistar 100 cm.
3. Pegangan Cermin.
4. Layar Dari Karton.
5. Kertas Putih.
6. Lilin.
7. Mancis.
Prosedur Praktikum :
1. Hadapkan cermin cekung ke sumber cahaya.
2. Tanggaplah sinar pantul pada kaca atau kertas tersebut merupakan titik yang terang.
3. Ukur jarak antara cermin cekung dengan kertas, jarak ini dengan titik focus cermin (f), satuan dalam cm.
4. Susunlah alat praktikum sesuai dengan prosedur yang tertera.
5. Ukur tinggi benda (h) satuan dalam cm.
6. Atur jarak ke cermin (s).
7. Posisikan letak layar sehingga berbentuk benda yang tajam.
8. Ukur jarak bayangan ke cermin (s1).
9. Ukur tinggi bayangan (h1).
10. Ulangilah kegiatan praktikum tersebut sesuai tabel pengujian dan isikan hasilnya.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
No
S (cm)
S (cm)
h (cm)
h (cm)
1
10
6
1
1,5
2
20
18
1
0,7
3
30
15
1
0,4
Analisa Data Hasil Pengamatan
1.
F
1
=
10
1
+
6
1
M1=
S
S
1
=
30
8
=
10
6
= 0,6 cm
F1=
8
30
= 3,75 cm
2.
F
1
=
20
1
+
18
1
M2=
S
S
1
=
180
19
=
20
18
= 0,9 cm
F2=
19
180
= 9,47 cm
3.
F
1
=
30
1
+
15
1
M3=
S
S
1
=
30
3
=
30
25
= 0,5 cm
F3=
3
30
= 10 cm
III. PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
Tujuan Praktikum:Untuk menentukan pergeseran / pembiasan sinar pada kaca plan paralel.
Dasar Teori:
Kaca plan paralel adalah benda bening yang dibatasi dua bidang yang sejajar. Berkas cahaya yang masuk ke kaca plan paralel akibat pembiasan diantaranya adalah :
1. Sinar yang masuk ke kaca plan paralel dengan sinar yang keluar mengalami pergeseran sinar.
2. Sinar yang keluar pada kaca plan paralel arahnya sejajar dengan sinar yang masuk i = r.
Besarnya pergeseran dapat dihituh dengan persamaan :
r
r
i
D
cos
)
sin(
-
Alat-alat dan bahan yang digunakan:
1. Balok kaca.
2. Busur.
3. Jarum pentol.
4. Paku payung.
5. Kertas putih atau kertas grafik.
6. Karton tebal.
Prosedur praktikum :
1. Sediakan kertas grafik dan letakkan diatas karton tebal, kemudian beri paku payung pada setiap sudutnya.
2. Tentukan sumbu X dan Y.
3. Letakkan balok kaca diatas kertas grafik dan gambar kertas-kertas balok itu.
4. Tancapkan jarum pentul P1 dan P2 pada garis 1 dan amati dari sisi lain balok kaca sehingga seakan-akan berimpit.
5. Ulangi percobaan praktikum tersebut sebanyak 3 kali dengan sudut yang berbeda.
Hasil Pengukuran ( Pengamatan )
1. Data Pengamatan A
Penyinaran
I
r
Sin I
Sin r
N =
I
Sin
r
Sin
30
30
27
0,50
0,45
0,90
45
45
32
0,70
0,52
0,74
35
35
31
0,57
0,51
0,89
I= Sinar Masuk
r= Sinar Datang
n= Index Bias Kaca
2. Data Pengamatan B
Penyinaran
I
r
Sin (I-r)
Cos r
t (cm)
30
30
27
0,05
0,89
0,11
45
45
32
0,22
0,84
0,52
35
35
31
0,06
0,85
0,14
D = 2
t1 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
r
Cos
r
I
Sin
)
(
2
-
=
89
,
0
05
,
0
2
x
= 0,11 cm
t2 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
84
,
0
22
,
0
2
x
= 0,52 cm
t3 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
85
,
0
06
,
0
2
x
= 0,14 cm
IV. PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LENSA CEMBUNG
Tujuan Praktikum:Memahami pembentukan pada lensa cembung, menetukan hubungan jarak benda bayangan.
Dasar Teori:
Cermin yang permukaannya merupakan sebuah kelengkungan (cembung) yang sferis dan mempunyai sifat-sifat yaitu :
1. Menyebar berkas sinar yang disebut dengan sifat divergen.
2. Bayangan yang dibentuknya selalu dibelakang cermin, yaitu yang terbentuk dari perpotongan perpanjangan sinar pantul dan menghasilkan bayangan maya.
3. Selain bayangannya maya, bayangan itu selalu diperbesar.
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Cermin Cembung.
2. Mistar 100 cm.
3. Pegangan cermin.
4. Layar dari karton.
5. Kertas putih.
6. Lilin.
7. Mancis.
Prosedur Praktikum:
1. Susunlah alat-alat percobaan sesuai dengan prosedur praktikum.
2. Letakkan lilin pada jarak 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm dan 70 cm di depan cermin.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
No
S (cm)
S (cm)
1
30
59
2
40
37,5
3
50
30,5
4
60
25,5
5
70
23
Analisa Data Hasil Pengamatan
No
S (cm)
S (cm)
1/S (cm)
1/S (cm)
1/S+1/S
1
30
59
0,033
0,016
0,0502
2
40
37,5
0,025
0,026
0,0516
3
50
30,5
0,020
0,032
0,0524
4
60
25,5
0,016
0,039
0,0558
5
70
23
0,014
0,043
0,0577
V. KOEFISIEN GESEKAN
Tujuan Praktikum:Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetik.
Dasar Teori:
Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain maka masing-masing benda akan melakukan gesekan ( Friction ) satu terhadap yang lain.
Kakas gesekan antar kedua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain disebut kakas gesekan static ( static friction = Fs ).
dimana : Fs < Us. N
Fs=Gaya gesek static.
Us=Koefisien gesekan.
N=Gaya Normal.
Kakas yang bergerak antar kedua permukaan yang saling bergerak relatif disebut kakas gesekan kinetik ( kinetik friction = Fk )
dimana :Fk = Us. N
Fk = Gaya gesek kinetik
Uk = Koefisien kinetik
N = Gaya Normal
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Bangku koefisien.
2. Piringan beban.
3. Balok-balok kayu.
4. Beban timbangan.
5. Benang.
6. Katrol.
Prosedur Praktikum :
A. Pengamatan Koefisien gesekan statik
Pada bidang horizontal.
Timbang piringan beban dan balok.
Ikat balok dengan kencang dan ujung yang lain diikat pada piringan melalui katrol.
Letakkan balok pada papan luncur dengan jarak 5 dari katrol dan tambahan beban timbangan sampai balok tepat akan bergerak.
Ulangi praktikum seperti diatas tapi dengan menambahkan beban diatas balok.
B. Pengamatan koefisien gesekan kinetik.
Pada bidang horizontal.
Lakukan seperti pada prosedur pengujian pertama.
Tambah beban pelan-pelan pada piring sampai balok akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Ulangi praktikum sebanyak tiga kali.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
Panjang Mistar= 30 cm
Berat Katrol= 51,75 gr
Berat Beban= 100 gr
Tabel I
Tinggi
(h)
Tanpa Tambah Beban
Gaya Berat W = 51,75 gr
Dengan Tambah Beban
Gaya Berat W = 151,75 gr
Gaya (FR) (N)
Gaya (FR) (N)
FR / W
FR / W
10 cm
0,15
0,0028
0,35
0,0023
20 cm
0,30
0,0057
0,70
0,0046
30 cm
0,40
0,0077
1,00
0,0065
Tabel II
Tinggi
(h)
Jarak (s)
Tanpa Tambah Beban
Dengan Tambah Beban
10 cm
16,50 cm
17,50 cm
20 cm
15,15 cm
17,00 cm
30 cm
14,50 cm
15,50 cm
s
FR
FR
1
2
-
Analisa Data :
Percepatan (a) =
Percepatan Tanpa Beban ( Jarak Tanpa Beban )
a1=
50
,
16
15
,
0
35
,
0
-
= 0,012 N/cm
a2=
50
,
15
30
,
0
70
,
0
-
= 0,025 N/cm
a3=
50
,
14
40
,
0
00
,
1
-
= 0,041 N/cm
Percepatan Dengan Beban ( Jarak Dengan Beban )
a1=
50
,
17
15
,
0
35
,
0
-
= 0,011 N/cm
a2=
00
,
17
30
,
0
70
,
0
-
= 0,023 N/cm
a3=
50
,
15
40
,
0
00
,
1
-
= 0,032 N/cm
VI. PEMBIASAN PADA DUA BIDANG BATAS
Tujuan Praktikum:Meliha tefek pembiasan pada sebuah prisma dan menemukan hubungan antara sudut datang dengan arah sinar datang dan yang keluar prisma.
Dasar Teori:
Seberkas cahaya bila melewati bidang batas dua buah medium yang berbeda, maka berkas cahaya itu akan dibelokkan. Pembelokkan berkas cahaya inilah yang disebut dengan pembiasa (Reflaksi).
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Prisma sudut 450 .
2. Jarum pentul.
3. Kertas grafik / putih.
4. Busur derajat, pinsil dan penggaris.
5. Papan untuk menusukkan jarum.
6. Paku payung untuk meletekkan kertas pada papan.
Prosedur Praktikum :
1. Gambar susunan X dan Y pada setiap gambar kertas.
2. Gambarkan sudut sinar datang dengan sudut datang yang berbentuk, dengan melihat tempat kira-kira 70 cm di belakang lensa.
3. Letakkan kertas itu pada alas papan lunak.
4. Letakkan prisma dengan salah satu tepinya menenpel pada sumbu Y dan jarak pusat prisma dari 0 + 2 cm.
5. Tandai tepi-tepi prusma pada lembar kertas dengan pensil.
6. Tancapkan jarum pantul P1 dan P2 pada garis sinar datang lalu amati dori arah yang berlawanan, sehingga P1 dan P2 kelihatan berhimpit.
7. Tancapkan jarum pantul P3 dan P4 untuk menandai arah cahaya yang keluar prisma sehingga P1, P2, P3 dan P4 kelihatan berhiompit.
8. Angkatlah prisma dan tariklah garis P3 dan P4 sehingga memotong BC.
9. ukur semua sudut-sudutnya.
10. Ulangi untuk beberapa kali.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
Data Pengamatan A
Penyinaran
I
r
Sin I
Sin r
N =
I
Sin
r
Sin
20
20
33
0,34
0,54
1,58
30
30
43
0,50
0,68
1,36
40
40
53
0,64
0,79
1,23
45
45
59
0,70
0,85
1,21
I= Sinar Masuk
r= Sinar Datang
n= Index Bias Kaca
Data Pengamatan B
Penyinaran
I
r
Sin (I-r)
Cos r
t (cm)
20
20
33
0,22
0,83
30
30
43
0,22
0,73
0,60
40
40
53
0,22
0,60
0,73
45
45
59
0,24
0,50
0,96
D = 2
t1 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
r
Cos
r
I
Sin
)
(
2
-
=
83
,
0
22
,
0
2
x
= 0,53 cm
t2 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
73
,
0
22
,
0
2
x
= 0,60 cm
t3 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
60
,
0
22
,
0
2
x
= 0,73 cm
t4 =
r
Cos
r
I
Sin
D
)
(
-
=
50
,
0
24
,
0
2
x
= 0,96 cm
VII. AYUNAN MATEMATIS
Tujuan Praktikum:Untuk menentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul sederhana
Dasar Teori:
Suatu bandul yang mempunyai simpangan sudut d dengan garis vertikal, akan bareyun bolak-balik melalui kedudukan setimbang yang merupakan getaran harmonis. Bila panjang bandul adalah L, maka periode getarannya adalah :
G
L
Dimana T= Waktu atau periode getaran (detik)
L= Panjang ayunan (cm)
G= Percepatan gravitasi (cm/detik)
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Benang.
2. Beban.
3. Stop watch.
4. Timbangan.
5. Mikrometer sekrup atau jangka sorong.
6. Mistar.
Prosedur Praktikum :
1. Ukur diameter benda dan timbang massanya.
2. Gantung benda pada tali.
3. Dengan sudut < 70 lepakan bandul sehingga bergerak harmonis pada satu bidang.
4. Tentukan periode T dengan mengamati n kali berayun( minimal n = 10 x ). Ulangi pengamatan sebanyak 3 kali.
5.
n
E
Ulangi percobaan diatas dengan nilai I yang berbeda.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) :
Benda I
Diameter= 19,4 mm
Panjang Tali (l)= 36 cm
Berat Benda ( bandul)= 50 gr
Sudut= 45
No
Banyak Perulangan (n)
Waktu Yang Tercatat (t)
Periode (T)
T2
( t / n )
1
10
13 s
1,3
1,69
2
10
12,5 s
1,25
1,56
3
10
13 s
1,3
1,69
g1=
2
1
2
4
T
l
p
g2=
2
2
2
4
T
l
p
g3=
2
3
2
4
T
l
p
=
69
,
1
36
)
14
,
3
(
4
2
=
56
,
1
36
)
14
,
3
(
4
2
=
69
,
1
36
)
14
,
3
(
4
2
=
69
,
1
78
,
1419
=
56
,
1
78
,
1419
=
69
,
1
78
,
1419
= 840,10 cm/det= 910,11 cm/det= 840,10 cm/det
g= g1 + g2 + g3
= 840,10 + 910,11 + 840,10
= 2590,31 cm/det
=
n
g
=
3
3
,
2590
= 863,43 cm/det
Benda II
Diameter= 14,4 mm
Panjang Tali (l)= 35 cm
Berat Benda ( bandul)= 20 gr
Sudut= 45
No
Banyak Perulangan (n)
Waktu Yang Tercatat (t)
Periode (T)
T2
( t / n )
1
10
12,1 s
1,21
1,46
2
10
13,2 s
1,32
1,74
3
10
25,0 s
1,20
1,44
g1=
2
1
2
4
T
l
p
g2=
2
2
2
4
T
l
p
g3=
2
3
2
4
T
l
p
=
46
,
1
35
)
14
,
3
(
4
2
=
74
,
1
35
)
14
,
3
(
4
2
=
44
,
1
35
)
14
,
3
(
4
2
=
46
,
1
34
,
1380
=
74
,
1
34
,
1380
=
44
,
1
34
,
1380
= 945,44 cm/det= 793,29 cm/det= 958,56 cm/det
g= g1 + g2 + g3
= 945,44 + 793,29 + 958,56
= 2697,29 cm/det
=
n
g
=
3
29
,
2697
= 899,09 cm/det
Benda III
Diameter= 11,1 mm
Panjang Tali (l)= 30 cm
Berat Benda ( bandul)= 10 gr
Sudut= 45
No
Banyak Perulangan (n)
Waktu Yang Tercatat (t)
Periode (T)
T2
( t / n )
1
10
11,1 s
1,11
1,23
2
10
11 s
1,10
1,21
3
10
11,1 s
1,11
1,23
g1=
2
1
2
4
T
l
p
g2=
2
2
2
4
T
l
p
g3=
2
3
2
4
T
l
p
=
23
,
1
30
)
14
,
3
(
4
2
=
21
,
1
30
)
14
,
3
(
4
2
=
23
,
1
30
)
14
,
3
(
4
2
=
23
,
1
15
,
1483
=
21
,
1
15
,
1483
=
23
,
1
15
,
1483
= 1205,81 cm/det= 1225,74 cm/det= 1205,81 cm/det
g= g1 + g2 + g3
= 1205,81 + 1225,74 + 1205,81
= 3677,36 cm/det
=
n
g
=
3
36
,
3677
= 1212,14 cm/det
VIII. ELASTISITAS PEGAS
Tujuan Praktikum:Menetukan modulus elastis (E) dari berbagai zat padat dengan pelenturan.
Dasar Teori:
Melalui tegangan-tegangan dan modulus.
Tegangan (T) didefinisikan sebagai gaya persatuan luas T =
A
F
Regangan didefinisikan sebagai pertambahan panjang luas R =
0
I
I
Modulus young (E) didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dan regangan E =
R
T
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Statif dan bahan gantung 5 gram.
2. Penggaris 100 cm.
3. Neraca pegas.
Prosedur Praktikum :
1. Gantungkan beban mula-mula (
o
II
) sedemikian sehingga karet tegang. Baca kedudukan jarumnya (L0).
2. Tambahkan berat beban menjadi (W) dan catat pula kedudukan jarumnya (L0).
3. Ulangi hal ini dengan setiap kali membesarkan beban dan mencatat kedudukan jarum petunjuknya.
Data Pengukuran ( Pengamatan ) Menggunakan Neraca Pegas
No
Beban (Gr)
F (N)
A (cm)
Lo (cm)
L (cm)
L (cm)
1
27
3
13,847
11,5
13,5
2
2
37
4,1
13,847
11,5
14,5
3
3
47
5,1
13,847
11,5
15
3,5
4
57
6,1
13,847
11,5
15,5
4
5
67
7,1
13,847
11,5
16
4,5
Tegangan (T), Regangan (R) dan Modulus Elastis (E)
T1=
1
1
A
F
R1=
1
1
Lo
L
D
E1=
1
1
R
T
=
847
,
13
3
=
5
,
11
2
=
17
,
0
21
,
0
= 0,21 N/Cm2= 0,17= 1,23 N/Cm2
T2=
2
2
A
F
R2=
2
2
Lo
L
D
E2=
2
2
R
T
=
847
,
13
1
,
4
=
5
,
11
3
=
26
,
0
29
,
0
= 0,29 N/Cm2= 0,26= 1,10 N/Cm2
T3=
3
3
A
F
R3=
3
3
Lo
L
D
E3=
3
3
R
T
=
847
,
13
1
,
5
=
5
,
11
5
,
3
=
30
,
0
36
,
0
= 0,36 N/Cm2= 0,30= 1,20 N/Cm2
T4=
4
4
A
F
R4=
4
4
Lo
L
D
E4=
4
4
R
T
=
847
,
13
1
,
6
=
5
,
11
4
=
34
,
0
44
,
0
= 0,44 N/Cm2= 0,34= 1,29 N/Cm2
T5=
5
5
A
F
R5=
5
5
Lo
L
D
E5=
5
5
R
T
=
847
,
13
2
,
7
=
5
,
11
5
,
4
=
39
,
0
51
,
0
= 0,51 N/Cm2= 0,39= 1,30 N/Cm2
X= EMBED Equation.3
X= EMBED Equation.3
X= EMBED Equation.3
X= 0,00003
Diameter luar + ( Diaemeter dalam x 0,05 mm )
Kr= EMBED Equation.3
= EMBED Equation.3
= 0 mm
Kesalahan Persentase= 0 x 100%
= 0%
Tingkat Ketelitian= 100% - Kp
= 100% - 0%
= 100%
SUs + ( N x 0,01 mm)
T = EMBED Equation.3
EMBED Equation.3
T=2 EMBED Equation.3
T = EMBED Equation.3
PAGE
24
CREATED BY : KELOMPOK VIII