Upload
vuongbao
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FUNGSI KAMUS
DALAM MEMAHAMI LITERATUR BERBAHASA ARAB
BAGI MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh: Akhmad Saehudin
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa pergaulan internasional yang
sudah diakui eksistensinya oleh PBB sebagai salah satu bahasa resmi, selain
Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Spanyol, dan Bahasa China, dalam
berbagai persidangannya. Hal ini karena Bahasa Arab sudah merupakan bahasa
resmi di banyak negara terutama negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Bahkan di luar itu, di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam
semisal Indonesia Bahasa Arab sudah tidak asing lagi dan peminatnya dari hari ke
hari cenderung meningkat. Hal ini tidak mengherankan, karena, setuju atau tidak,
Bahasa Arab merupakan bahasa agama, bahasa pemersatu bagi umat Islam.
Kegunaan Bahasa Arab dan kedudukannya dalam masyarakat dan
kebudayaan Indonesia telah mengambil bagian penting sejak berkembangnya
agama Islam di nusantara pada abad XIII.1 Sampai saat ini masih dirasakan dan
dapat dilihat bahwa Bahasa Arab tidak hanya merupakan bahasa agama Islam
yang hidup dalam lingkungan ulama, pesantren, madrasah, cendikiawan muslim,
dan masyarakat Islam akan tetapi Bahasa Arab juga berpartisipasi membangun,
membina dan mengembangkan Bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah,
Artikel ini merupakan ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan pada tahun 20051 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa arab, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992), h. 29
1
sekurang-kurangnya dalam pertumbuhan perbendaharaan kata. Seperti kata-kata
majlis, musyawarah, rakyat, dewan, wakil, dan lain-lain.
Beberapa upacara adat seperti upacara sekaten2, baik di kraton surakarta
maupun di kraton Yogyakarta, upacara perkawinan, khataman, khitanan, sampai
kepada kata-kata sakral yang mengandung makna dalam mantera-mantera yang
masih dipercaya dan sering dipakai oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Banyak ungkapan yang diserap dari bahasa Arab yang tidak punya
padanan dalam bahasa Indonesia, bahkan dalam satu ungkapan bisa jadi semuanya
serapan dari bahasa Arab, seperti pada frasa “Majlis Permusyawaratan Rakyat”,
“Dewan Perwakilan Rakyat” termasuk ungkapan-ungkapan yang biasa diucapkan
sehari-hari oleh masyarakat Islam Indonesia bahkan orang-orang non muslim,
baik dalam forum formal maupun nonformal, seperti “assalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakatuh”, “al-hamdulillah”, “masya Allah”, “insya Allah”
dan lain-lain.
Di perguruan tinggi-perguruan tinggi agama Islam di Indonesia, Bahasa
Arab telah menjadi mata kuliah dasar yang wajib diajarkan. Bahkan di UIN dan
IAIN-IAIN telah dibuka jurusan-jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa dan
Sastra Arab. Di samping perguruan tinggi agama Islam, perguruan tinggi umum
pun banyak yang membuka jurusan atau program studi Bahasa Arab seperti
Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, universitas Pendidikan
Indonesia, dan lain-lain.
Perkembangan Bahasa Arab ternyata bukan hanya di negara-negara Timur
Tengah dan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, tapi juga di negara-2 istilah sekaten berasal dari Bahasa Arab yaitu syahadatain
2
negara Barat, terbukti di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Perancis,
Kanada, AS, dan lain-lain telah dibuka program studi Bahasa Arab. Hal ini semata
karena masalah ekonomi, sebagaimana kita tahu bahwa negara-negara Arab
merupakan produsen minyak terbesar dunia.
Pengajaran Bahasa Arab di UIN, terutama di jurusan-jurusan keagamaan,
diajarkan secara lebih intensif. Hal ini untuk membekali para mahasiswa sebelum
terjun kepada masyarakat agar mampu memahami sendiri teks-teks keagamaan
dengan benar. Akan tetapi, hal ini terasa berat untuk terealisir, karena setiap mata
kuliah dibatasi oleh jumlah sks (satuan kredit semester). 1 (satu) sks setara dengan
50 menit kegiatan tatap muka, 60 menit kegiatan akademik terstruktur, dan 60
menit kegiatan akademik mandiri.3 Ini berarti kalau mata kuliah kebahasa-araban
hanya 2 sks berarti mahasiswa memdapat bimbingan langsung oleh dosen dalam
kelas hanya 100 menit. Hal ini menuntut mahasiswa untuk mampu belajar
memahami sendiri setiap mata kuliah.
Dengan serba keterbatasan, baik waktu bertatap muka dengan dosen
sebagai pembimbing dalam memahami berbagai literatur, ataupun keterbatasan
para mahasiswa sendiri dalam penguasaan kosa kata, ini menuntut mereka untuk
mencari solusi sendiri atas keterbatasan ini. Salah satu solusinya adalah
penggunaan kamus sebagai rujukan yang bisa membantu. Akan tetapi hal ini
rupanya kurang mendapat perhatian dari para mahasiswa. Untuk itu, perlu
diadakan penelitian seputar masalah ini.
3 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Akademik Tahun 2002/2003, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002), h. 19
3
B. Permasalahan
1. Sudahkah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memfungsikan kamus
dalam membantu memahami literatur berbahasa Arab.
2. Apakah kamus membantu mahasiswa dalam memahami literatur-literatur
berbahasa Arab yang mereka baca.
C. Hipotesis
Jawaban tentatif dari permasalahan ini adalah bahwa kamus belum
menjadi suatu kebutuhan pokok bagi mayoritas mahasiswa UIN Jakarta. Ketika
mereka mendapatkan kesulitan dalam memahami teks-teks berbahasa Arab
berkaitan dengan kosa kata, mereka membiarkannya dan cenderung menunggu
penjelasan dari para dosen pengajar, sehingga permasalahan-permasalahan yang
mestinya bisa diselesaikan dan dipahami sendiri dengan menggunakan kamus,
tidak juga bisa terpecahkan.
D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui
animo mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap penggunaan kamus
dalam memahami berbagai literatur berbahasa Arab, 2. mengetahui metode
pembelajaran matakuliah-mata kuliah yang bersumber langsung pada literatur-
literatur berbahasa Arab.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Menumbuhkan animo
mahasiswa untuk dapat memfungsikan kamus sebagaimana mestinya dalam
memahami berbagai literatur, khususnya yang berbahasa Arab, 2. Memberi jalan
4
kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah untuk dapat memahami berbagai
literatur berbahasa Arab melalui penggunaan kamus
E. Kajian Teoritis
1. Hakikat Kamus dan Fungsi Kamus
Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dikatakan bahwa kamus
adalah karya acuan yang memuat kata-kata suatu bahasa atau sistem atau bidang
pengetahuan dimuat secara alfabetis dan diberi batasan leksikon.4
Kamus (dictionary/ القاموس/المعجم ) tidak hanya sekedar pencatat atau
perekam makna kata, tapi jauh lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus
merupakan tempat penyimpanan pengalaman-pengalaman manusia yang telah
diberi nama, dan dengan demikian merupakan sarana penting dalam pengajaran
kosa kata dan semantik. Kamus memberikan informasi mengenai derivasi kata,
makna kata, ungkapan, kata-kata asing, kata ganti diri, dan singkatan-singkatan.
Selanjutnya fungsi kamus dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Menjelaskan arti kata-kata. Mungkin arti kata itu yang berlaku dan
terpakai pada masa sekarang ini saja, atau arti kata sesuai dengan
perkembangannya dari masa ke masa. Untuk itu biasanya kata-kata
ditampilkan dalam beberapa frasa (عبارة) atau kalimat (جملة) atau
dalam berbagai konteks. Dengan demikian arti kata dan macam-macam
penggunaannya dapat diketahui oleh pengguna kamus.
b. Menerangkan cara melafalkan kata. Dalam kamus Bahasa Arab biasanya
dijelaskan harakat setiap kata, dengan mengatakan “mengikuti bentuk
4 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, Bandung: Angkasa, 1995), 171
5
kata seperti ini” ( كذا وزن atau dengan kata “pelafalan kata ini ,(على
sama dengan pelafalan kata anu”, atau dengan membubuhkan harakat
langsung pada kata tersebut, atau bahkan dengan menegaskan jenis
harakat, misalnya “dengan memfathahkan huruf pertama” ( األول ,(بفتح
dan seterusnya.
c. Menerangkan cara menuliskan kata, lebih-lebih bila huruf alfabet yang
ditulis tidak mewakili sepenuhnya suara yang dilafalkan, seperti kata
مائة , هذا , أولئك , السموات , الرحمن , dan lain-lain.
d. Menentukan fungsi morfologik ( صرفية dari kata, apakah kata (وظيفة
itu isim, fi’il, atau harf.
e. Menentukan tempat tekanan (stressing/نبرة) pada suku kata.5
2. Hakikat Pembelajaran Literatur Berbahas Arab
Studi literatur berbahasa Arab di UIN dilaksanakan pada dua bidang, yaitu
ada mata kuliah-mata kuliah bahasa Arab dan ilmu bahasa Arab dan mata kuliah-
mata kuliah studi keislaman
a. Bahasa Arab dan Ilmu Bahasa Arab
1) Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan mata kuliah dasar umum (MKDU) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta6, sehingga wajib dipelajari oleh
mahasiswa di seluruh jurusan sebanyak 4 sks.
Secara umum pembelajaran Bahas Arab di UIN bertujuan agar:5 Ahmad Mukhtar Umar, Al-Bahts al-Lugawi ‘ind al-‘Arab, (Cairo: ‘Alam al-Kutub, 1978), h.116-1176 Mata kuliah Bahasa Arab sebagai Mata Kuliah Dasar Umum diajarkan di semua jurusan kecuali Fakultas/Jurusan Dirasat Islamiyah. Fakultas ini tidak mengajarkan Bahasa Arab sebagai satu mata kuliah khusus, karena mahasiswa pada fakultas ini sudah dianggap mampu berbahasa Arab. Tapi pada fakultas ini diajarkan ilmu-ilmu kebahasa-araban.
6
a) Mahasiswa mampu membaca dan memahami teks-teks yang
berhubungan agama, sosial, dan pendidikan.
b) Mahasiswa memahami bentuk serta jabatan kata dalam kalimat.
c) Mahasiswa mempunyai sikap yang positif terhadap Bahasa Arab
sebagai alat untuk mengembangkan studi agama dan mendalami dan
mengamalkan ajaran Islam.
2) Ilmu Bahasa Arab
Mata kuliah ilmu-ilmu bahasa Arab merupakan Mata Kuliah Keahlian
(MKK), di beberapa jurusan seperti jurusan Bahasa dan Sastra Arab, jurusan
Tarjamah, jurusan Pendidikan Bahasa Arab, dan Fakultas Dirasat Islamiyah
diajarkan pula mata kuliah-mata kuliah ilmu-ilmu bahasa Araban seperti: Ilmu
Nahwu, Ilmu Sharf, Ilmu Balagah, Ilmu Lugah ‘Am (Linguistik Umum), Fiqh al-
Lugah (Linguistik Khusus), dan lain-lain. Selain itu diajarkan pula mata kuliah-
mata kuliah yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa seperti: Ta’bir
Syafawi (Muhadatsah), Tarjamah, Muthala’ah, Insya, dan lain-lain, bisa dilihat
pada lampiran.
b. Studi Keislaman
Pada dasarnya materi-materi keislaman diajarkan di semua fakultas yang
ada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai mata kuliah
dasar umum (MKDU), dengan ini ciri keislaman universitas ini tetap terjaga. Tapi
walaupun demikian, materi studi keislaman di fakultas-fakultas non kajian Islam
seperti Fakultas Ekonomi dan Ilmu-ilmu Sosial, Fakultas Sains dan Teknologi,
7
Fakultas Psikologi dan Fakultas Kedokteran tidak mendalam seperti di fakultas-
fakultas kajian Islam.
Pada fakultas-fakultas kajian Islam yaitu Fakultas Dirasat Islamiyah,
Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Adab dan Humaniora, serta Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, kajian Islam lebih intensif dan mendalam. Namun
demikian hanya delapan jurusan dari lima fakultas yang menjadi fokus penelitian
(tiga di antaranya jurusan bahasa Arab) yaitu: Jurusan Ahwal Syakhsyiyah (FSH),
Jurusan Jinayah Siyasah (FSH), Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum
(FSH), Jurusan Ushuluddin (FDI), dan Jurusan Tafsir Hadits (FUF). Hal ini,
karena penulis melihat jurusan-jurusan itulah yang cocok dengan tema penelitian
yang digarap.
Adapun mata kuliah-mata kuliah studi keislaman tersebut diantaranya:
fiqh ibadah, fiqh munakahat, fiqh mawaris, fiqh siyasah, tafsir ahkam, hadits
ahkam, Masail Fiqh, dan lain-lain (pada Jurusan Ahwal Syakhsyiyah, Jurusan
Jinayah Siyasah, dan Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum (FSH),
membahasa kitab tafsir klasik, kaidah-kaidah ilmu al-Qur’an, sejarah al-Qur’an,
ilmu rijal hadits, ilmu jarh wa ta’dil, takhrij hadits, dan lain-lain (pada Jurusan
Tafsir Hadits (FUF), ulumul Qur’an, ulumul hadits, sirah tahliliyah, manhaj
mufassirin, manahi muhadditsin, tafsir tahlili, tafsir maudlu’I dan lain-lain (pada
Jurusan Ilmu Ushuluddin (FDI).
F. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Sebagai penelitian survei, tentu metode yang digunakan bertujuan
melakukan eksplorasi dan deskripsi. Eksplorasi karena penelitian ini masih
8
terbuka dan berusaha menjajaki perkembangan yang berlangsung. Sedang
deskripsi karena penelitian ini berusaha menggambarkan fenomena yang
berkembang.
2. Sumber dan Pengumpulan Data
Terdapat dua sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: primer
dan sekunder. Data primer didapat dari angket, wawancara, dan observasi. Sedang
data sekunder didapat dari penelusuran terhadap data-data yang ada di lapangan,
termasuk beberapa pemikiran atau tulisan dan catatan yang memiliki relevansi dan
mendukung terhadap penelitian yang diangkat.
Sedangkan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
i. Kuesioner atau angket sebagai instrumen utama. Tujuannya adalah
menggali data seputar keberfungsian kamus dalam memahami literatur
berbahasa Arab.
ii. Observasi, difokuskan pada situasi dan kondisi pengajaran mata kuliah
berbahasa Arab di fakultas-fakultas yang berhubungan dengan
penggunaan kamus oleh mahasiswa.
iii. Studi Dokumentasi, berupa penelusuran dan penelaahan atas beberapa
arsip atau catatan berupa: dokumentasi resmi, catatan kasus (case records),
notulen rapat, hasil penelitian lain, buku harian, dan lainnya yang
dianggap relevan.
3. Teknik dan Analisa Data
9
Terhadap data-data yang terkumpul, peneliti melakukan proses dan analisa
data. Pada tahap proses pengumpulan data, dilakukan dengan cara: mengorganisir,
menyusun kategori dan tipologi, dan mengedit data-data yang terkumpul.
Sedangkan analisa data menggunakan analisa “deskriptif kualitatif” terhadap data-
data yang telah terkumpul, berupa: tabel frekwensi, dokumentasi, hasil
wawancara, catatan lapangan, dan lainnya.
G. Analisa Atas Temuan Penelitian
1. Ketepatan Hipotesis
Pada bab I telah disinggung bahwa untuk memahami literatur berbahasa
Arab, para mahasiswa Universitaas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada
dasarnya sudah diuntungkan dengan beberapa kekhususan yang dimilikinya.
Kekhususan-kekhususan itu paling tidak bisa dicermati dari beberapa hal, di
antaranya: pertama, mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, sehingga, pada
batas minimal, mereka harus bisa membaca al-Qur’an yang berbahasa Arab.
Kedua, banyak sekali kata-kata serapan dari bahasa Arab yang tidak punya
padanan dalam bahasa Indonesia, bahkan dalam satu ungkapan bisa jadi semuanya
serapan dari bahasa Arab, seperti pada frasa “Majlis Permusyawaratan Rakyat”,
“Dewan Perwakilan Rakyat” termasuk ungkapan-ungkapan yang biasa diucapkan
sehari oleh masyarakat Islam Indonesia bahkan orang-orang non muslim, baik
dalam forum formal maupun nonformal, seperti “assalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakatu”, “al-hamdulillah”, “masya Allah”, “insya Allah”
dan lain-lain. Ketiga, dua asumsi kekhususan ini akan dapat membentuk bangunan
10
relasi emosional antara bahasa dan kultur, yang pada akhirnya sangat membantu
para mahasiswa dalam mendalami literatur-literatur berbahasa Arab.
Yang menjadi kendala adalah keterbatasan, baik waktu bertatap muka
dengan dosen sebagai pembimbing dalam memahami berbagai literatur, ataupun
keterbatasan para mahasiswa sendiri dalam penguasaan kosa kata, ini menuntut
mereka untuk mencari solusi sendiri atas keterbatasan ini. Salah satu solusinya
adalah penggunaan kamus sebagai rujukan yang bisa membantu.
Namun, sampai saat ini, kamus belum menjadi suatu kebutuhan pokok
bagi mayoritas mahasiswa UIN Jakarta. Ketika mereka mendapatkan kesulitan
dalam memahami teks-teks berbahasa Arab berkaitan dengan kosa kata misalnya,
mereka membiarkannya dan cenderung menunggu penjelasan dari para dosen
pengajar, sehingga permasalahan-permasalahan yang mestinya bisa diselesaikan
dan dipahami sendiri dengan menggunakan kamus, tidak juga bisa terpecahkan.
Penelitian di lapangan membuktikan bahwa motivasi mahasiswa untuk
menggunakan kamus sesuai fungsinya tergolong rendah, padahal mayoritas dari
mereka mengetahui fungsi kamus bagi mereka. Hal ini disebabkan keterbatasan
referensi berupa kamus yang mereka miliki atau keterbatasan penyediaan kamus
di perpustakaan-perpustakaan, baik perpustakaan fakultas ataupun perpustakaan
universitas.
Dengan demikian, dapat ditegaskan di sini bahwa hipotesis awal perlunya
memfungsikan kamus sebagai salah satu wahana pendukung dan pemerkuat
pemahaman mahasiswa dalam rangka memahami literatur-literatur berbahasa
Arab, tepat dan terbukti.
11
2. Perspektif Perkembangan di Lapangan
Dari hasil penelitian di lapangan, dapat ditegaskan bahwa kamus dengan
berbagai ragam dan bentuknya sangat membantu mahasiswa dalam memahami
literatur-literatur berbahasa asing (dalam hal ini bahasa Arab). Hal ini paling tidak
ditunjukkan oleh pendapat para responden yang mengarah pada fungsi kamus
dalam rangka memecahkan kesulitan-kesulitan mereka terutama yang berkaitan
dengan masalah kosa kata, baik dari sisi makna, bentu, asal usul, atau cara
melafalkannya.
Pada perkembangannya, pengetahuan mahasiswa tentang fungsi kamus
tidak pernah dilakukan oleh mereka karena keterbatasan kepemilikan mereka.
Bisa dicermati ketika mereka menjawab angket yang diajukan seputar
kepemilikan kamus ekabahasa misalnya lebih dari 57% dari mereka tidak
memilikinya. Demikian pula ketika disuguhkan item seputar bacaan mereka di
luar mata kuliah yang didapat di ruang kuliah, sebagian besar mereka (lebih dari
71%) justru membaca buku keagamaan yang berbahasa Indonesia. Ini tentu sangat
tidak mendukung usaha memfungsikan kamus sebagaimana mestinya. Demikian
pula pada item-item lainnya yang, secara kasar, dapat disimpulkan bahwa
kemauan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah untuk
memfungsikan kamus dalam membantu memahami literatur berbahasa Arab
perlu terus ditingkatkan.
Tentu saja upaya membangkitkan kemauan mahasiswa ini harus
melibatkan banyak faktor, di antaranya: pertama, dosen atau tenaga pengajar
harus banyak mendorong mereka dengan memberikan literatur-literatur yang, mau
tidak mau, mereka harus membuka kamus. Kedua, sarana dan prasarana harus
12
mendukung, terutama perpustakaan dengan menyediakan kamus yang dibutuhkan
mahasiswa.
G. Kesimpulan
1. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta rupanya
belum sepenuhnya memahami fungsi kamus dalam rangka memahami
literatur berbahasa Arab, terlebih lagi dalam hal penggunaannya.
2. Walaupun kurikulum bahasa Arab dan studi keislaman di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hampir bisa dikatakan sudah
menampilkan literatur-literatur berbahasa Arab yang semestinya para
mahasiswa dibantu oleh kamus dalam memahaminya, tapi, pada tataran
prakteknya belum terlihat mendukung hal itu.
3. Dalam hal seperti ini, dosen yang semestinya mempunyai inisiatif untuk
selalu mendorong dan melatih mahasiswanya untuk memahami sendiri
literatur-literatur, baik bahasa Arab ataupun keislaman, yang berbahasa
Arab belum banyak melakukan hal itu.
4. Kurangnya sarana yang mendukung hal itu, seperti penyediaan berbagai
macam kamus di perpustakaan, telah menambah kurangnya motivasi para
mahasiswa berkreasi dalam memahami berbagai literatur berbahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Syarifah, Abdul Qadir, et. al., ‘Ilm al-Dalalah wa al-Mu’jam al-‘Arabi,
Aman: Dar al-Fikr, 1989
Dahlan, Juwairiyah, Metode Belajar Mengajar Bahasa arab, Surabaya: Al-Ikhlas,
1992
Hilal, Abdul Gaffar Hamid, Manahij al-Bahts fi al-Lugah wa al-Ma’ajim, Syibra:
Mathba’ah al-Jablawi, 1991
Ibn Manzhur, Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad Ibn Makram, Lisan al-‘Arab,
Beirut: Dar al-Shadir, 1990, J 12, cet. Ke-1
13
Ibrahim, Rajab Abdul Jawwad, Dirasat fi al-Dilalah wa al-Mu’jam, Kairo:
Maktabah al-Adab, 2001
Kamaluddin, Hazim Ali, Dirasah fi ‘Ilm al-Ma’ajim, Kairo: Maktabah al-Adab,
1999
Al-Khathib, Adnan, Al-Mu’jam al-‘Arabi baina al-Madli wa al-Hadlir, Kairo:
Mathba’ah al-Nahdlah al-Jadidah, 1967
Nashshar, Husain, Al-Mu’jam al-‘Arabi Nasy’atuh wa Tathawwuruh, Kairo: Dar
Mishr li al-Thiba’ah, 1968, J. I & II
Tarigan, Henry Guntur, Pengantar Semantik, Bandung:Angkasa, 1995
Tim Penyusun Fakultas Adab dan Humaniora, Pedoman Akademik Fakultas Adab
dan Humaniora Tahun 2005/2006, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2005
Tim Penyusun Fakultas Dirasat Islamiyah, Buku Pedoman Fakultas Dirasat
Islamiyah Tahun 2004/2005, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004
Tim Penyusun Fakultas Syari’ah dan Hukum, Pedoman Fakultas Syari’ah dan
Hukum Tahun 2003/2004, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003
Tim Penyusun Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Pedoman Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Tahun 2005/2006, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2005
Umar, Ahmad Mukhtar, Al-Bahts al-Lugawi ‘ind al-‘Arab, Cairo: ‘Alam al-
Kutub, 1978
----------, ‘Ilm al-Dilalah, Kuwait: Maktabah Dar al-‘Urubah, 1982
14
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Akademik
Tahun 2002/2003, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002
Ya’qub, Emil, Al-Ma’ajim al-Lugawiyah al-‘Arabiyah Bada’atuha wa
Tathawwuruha, Beirut: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah, tth
15