13
AMYOTROPIC LATERAL SCLEROSIS ( ALS ) ALS adalah penyakit motor neuron progresif muscular atropi, penyakit ini paling sering ditemukan pada orang dewasa. Penyakit ini merupakan penyakit progresif yang tidak diketahui penyebabnya. Dikarakteristikkan dengan adanya degenerasi dan jaringan parut pada motor neuron bagian lateral spinal cord, brainstaim dan cortex cerebral yang menimbulkan istilah lateral dan sclerosis yang mengidentifikasi penyakit ini. Sebelah kiri adalah sel saraf yang sehat, sedang yang kanan adalah sel saraf penderita ALS Saraf perifer berubah menyebabkan serabut otot atropi atau amyotropi. Hal ini mengakibatkan kelemahan sehingga ditemukan limitasi gerak. Pada kasus ini degenerasinya dimulai pada traktus corticospinalis dan menyebar ke bawah ke anterior horn cell dan akar saraf. Jadi penyakit ini dimulai sebagai penyakit upper

Ftamyotropic Lateral Sclerosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ALS

Citation preview

Page 1: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

AMYOTROPIC LATERAL SCLEROSIS ( ALS )

ALS adalah penyakit motor neuron progresif muscular atropi, penyakit ini paling sering

ditemukan pada orang dewasa. Penyakit ini merupakan penyakit progresif yang tidak

diketahui penyebabnya. Dikarakteristikkan dengan adanya degenerasi dan jaringan

parut pada motor neuron bagian lateral spinal cord, brainstaim dan cortex cerebral yang

menimbulkan istilah lateral dan sclerosis yang mengidentifikasi penyakit ini.

Sebelah kiri adalah sel saraf yang sehat,

sedang yang kanan adalah sel saraf penderita ALS

Saraf perifer berubah menyebabkan serabut otot atropi atau amyotropi. Hal ini

mengakibatkan kelemahan sehingga ditemukan limitasi gerak. Pada kasus ini

degenerasinya dimulai pada traktus corticospinalis dan menyebar ke bawah ke anterior

horn cell dan akar saraf. Jadi penyakit ini dimulai sebagai penyakit upper motor neuron

dan pada akhirnya menjadi penyakit lower motor neuron.

INSIDEN

Prevalensi ALS di seluruh dunia berkisar antara 4 – 6 / 100.000 orang. ALS lebih

banyak ditemukan pada pria dari pada wanita ( Brown, 1994 ). Ditemukan peningkatan

insidensi di kepulauan pasifik dan penelitian yang dilakukan mencoba mengidentifikasi

pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan insiden di kepulauan Guan.

Page 2: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

GAMBARAN KLINIS

1. Penyakit ini di awali dengan spastic paralysis jari – jari dan tangan yang kemudian

menyebar ke atas sampai lengan keseluruhan sehingga tampak seperti hemiplegi.

2. Pada waktu yang sama otot pada lengan atropi secara perlahan – lahan seiring

dengan degenerasi anterior horn sel.

3. Awalnya reflek – reflek akan meningkat tetapi secara perlahan – lahan akan menurun

akhirnya tidak ada sama sekali.

4. Pada akhirnya spastisitasnya hilang digantikan dengan flaciditas gejala – gejala

tersebut menunjukkan tanda – tanda lesi motor neuron padahal penyebab utamanya

adalah lesi upper motor neuron.

5. Kemudian tungkai di serang, tanda – tanda spastisitas terlihat pada awalnya dan

kemudian akibat degenerasi yang menyebar ke anterior horn sel daerah lumbal,

memperluas atropi dan paralysis mengikuti pola yang sama dengan lengan.

6. Tungkai pada masa spastic kemudian lemah dan atropi tetapi pada daerah lengan

masih lebih baik dari pada tungkai

7. Reflek – reflek pada tungkai sama seperti pada lengan pada awalnya meningkat,

terdapat clonus angkle dan tanda babinsky timbul tapi semuanya itu pada akhirnya

hilang.

Page 3: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

8. Sama seperti progresif muscular atropi motor nuclei pada medulla juga rusak

8. Pusat pernafasan dan kardial juga rusak.

9. Pasien dapat mengalami kesulitan menelan dan terdapat peningkatan salviasi ( air

ludah ) sehingga menyebabkan tersedak.

10. Dapat terjadi dysartria pembicaraan menjadi tidak jelas atau tidak memungkinkan.

11. Dapat terjadi kematian akibat bulbar palsi atau infeksi yang di dapat.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Familial ALS is an in herited outosomal trait. Penelitian pertalian keluarga dengan DNA

menyatakan bahwa ditemukan lebih dari satu gen autosomal dominal ALS, satu gen

tersebut adalah kromosal 21 juga didapat bentuk ALS hereditar yang terbentuk secara

genetis pada rantai panjang cromosom dua, tipe ini dimulai dari masa anak – anak dan

bercirikan kemampuan hidup yang lama.

Rata – rata 90 % ALS terjadi sporadis dengan penyebab yang tidak diketahui.

Intoksikasi kronis metal berat seperti timah atau mercuri di duga sebagai agen

penyebab. Pertanyaan lain dan masih belum terjawab karena beberapa penyebab ALS

menunjukkan akibat dari polio virus. Beberapa laporan menunjukkan peningkatan

insiden pada pasien – pasien kanker dengan penyakit motor neuron ( Brown, 1994 ).

PATOGENESIS

ALS mempengaruhi upper motor neuron cortek serebral, turun kebawah melalui traktus

kortiko bulbaris dan kortiko spinalis yang kemudian bersinaps dengan lower motor

neuron atau interneuron. Hal tersebut dapat terjadi secara langsung mengenai lower

motor neuron dengan adanya penyakit pada AHC di spinal cord dan brainstem. Cell

yang bermasalah tersebut secara perlahan – lahan menjadi mengecil dan disertai

seiring dengan akumulasi yang sangat banyak dari pigmentasi lipid ( lipofusin ) dimana

pada kondisi yang normal kondisi ini tidak terbentuk sampai berkembangnya usia

( dewasa ) ( Brown 1994 ).

Produksi radikal bebas dapat menyebabkan perubahan molekul lipid, dan

kadang menyebabkan kematian sel. Ada beberapa bukti yang menunjukan keterkaitan

Page 4: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

antara reaksi imunologi dengan ganglion side neuronal. Peradangan sel timbul pada

spinal cord di ALS tetapi penelitian tidak dapat memberikan kesimpulan hal tersebut di

akibatkan pasti oleh antibody anti ganglion side. Eksitoksin endogenus seperti

neurotransmitter glutamal mungkin menjadi komponen yang penting yang

menyebabkan kerusakan neuron – neuron pada ALS.

Walaupun ditemukan bukti bahwa kadar amino acid ( Glutamat ) meningkat pada

ALS, hal tersebut tidak jelas sebagai bukti penyebab primer / sekunder ( Braak and

Braak, 1994 ; Rothstein et. At 1993 ). Kematian motor neuron perifer pada brainstaim

dan spinal cord menimbulkan denervasi dan atropi pada serabut otot yang

berhubungan, terdapat bukti pada fase awal penyakit, otot yang denervasi mungkin

reinervasi oleh pengaruh akson motorik distal terminal di dekatnya, walaupun reinervasi

pada penyakit ini kurang baik dibandingkan dengan penyakit neurologis kronis lainnya.

Ditemukan kematian sel neuron yang selektif yang mencakup motor neuron

brainstaim, spinal cord yang sebagian berhubungan dengan nuclei oculo motorik dan

kadang – kadang juga menyebar ke prefrontal, parietal dan temporal, subthalamus

nuclei dan reticular formasi pada pasien – pasien dengan alat bantu pernafasan

ventilatori kemungkinan ditemukan perubahan system sensoris. Daerah otak yang

mengontrol koordinasi gerak ( cerebulum ) dan kognisi ( kortex frontal ) tidak rusak

pada kondisi ALS ini.

MANIFESTASI KLINIS

1. Manifestasi klinis ALS sangat banyak tergantung daerah dominan mana yang

terkena kematian sel, upper atau motor neuron

2. Pada lower motor neuron dan denerfasi yang cepat, gejala pertama dari penyakit

tersebut adalah terjadi secara tiba – tiba terdapat kelemahan yang asimetris dan

biasanya bagian distal satu ekstremital. Kramping ( kekakuan ) dengan gerakan

volitional di pagi hari sering dikeluhkan dengan keluhan dengan “ kekakuan ”.

3. Kelemahan disebabkan denervasi dimana dimana denervasi ini berhubungan dengan

kerusakan yang progresif dan atropi serabut otot.

Page 5: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

4. Pada awal penyakit ditemukan fasikulasi atau twitching spontan dari serabut otot.

5. Otot – otot ekstensor menjadi lemah dibandingkan dengan otot – otot fleksor

khususnya pada tangan.

6. Hal – hal tersebut adalah ciri – ciri ALS, diluar apakah penyakit tersebut di awali pada

upper atau lower motor neuron, kedua kategori umumnya saling melengkapi.

7. Kebanyakan pasien pada ALS, tanda Babinsky dan Hoffmann’s ditemukan reaksi

tarikan tendon aktif secara disproporsional ( Rouland, 1994 ).

8. Sepanjang perjalanan penyakit masih ditemukan gerakan dan sensori mata, fungsi

Bladder and Bowel ( BAK dan BAB ).

Terdapat empat kategori dari gejala – gejala tersebut yang menunjukkan daerah

susunan saraf pusat yang terpengaruh dan rusak. Seperti gambar dibawah ini tingkat

disfungsi yang menunjukkan istilah – istilah di bawah ini :

1. Pseudobulbar palsy : Kerusakan reflek pada traktus kortikobulbaris

2. Progreasif bulbar palsy Merupakan kerusakan dari nucleus saraf – saraf cranial.

Ditemukan kelemahan otot – otot yang mempengaruhi fungsi menelan, mengunyah dan

mimik wajah. Vasikulasi lidah sering ditemukan, pada awal kerusakan bulbar dapat

ditemukan kesulitan pernafasan akibat kelemahan ekstermitas. Disartia dan

exaggeration ekspirasi emosi atau akibat kerusakan pseudobulbar menunjukkan traktus

kertikobulbar juga rusak. System akulomotoris biasanya rusak dan gerakan mata

umumnya normal.

3. Primary Lateral Sclerosis

Diakibatkan hilangnya neuronal pada kortex. Tanda – tanda dari kortikospinalis adalah

hiperaktifitas dari reflek – reflek tendon dengan adanya spastisitas sehingga

menyebabkan kesulitan untuk gerakan aktif. Kelemahan dan spastisitas pada otot – otot

tertentu timbul sesuai dengan tingkat dan progresifitas yang ada di sepanjang tractus

cotico spinal. Tidak ditemukan atropi otot dan vaskulasi. Jenis ALS ini sangat jarang

4. Progresif spinal muscular atropi

Adalah suatu kondisi dimana hilangnya motor neuron secara progresif di AHC spinal

cord, sering kali diawali pada area cervical. Terdapat kelemahan yang progresif,

berkeringat dan vasikulasi pada otot – otot intrinsic tangan. Tingkat yang lain dari spinal

Page 6: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

cord dapat menyebabkan penyakit yang dengan gejala yang sesuai dengan tingkat

yang terkena. Daerah yang mengalami kelemahan ditemukan tanpa mempengaruhi

tingkat corticospinalis yang lebih tinggi seperti spastisitas.

ALS dengan kemungkinan tanda – tanda upper motor neuron menunjukkan suatu

kondisi dimana tidak ada over tanda – tanda upper motor neuron tetapi terdapat

kerusakan traktus corticospinalis yang ditandai dengan peningkatan aktifitas reflek

tendo yang tiba – tiba pada ektermitas yang lemah, berkeringat dan twitching otot.

Ekstermitas atas dan bawah umumnya pada awal penyakit terpengaruh kemudian

berlanjut ke simtome wajah dan kegagalan pernafasan.

PENANGANAN MEDIS

Diagnosis dibuat berdasarkan tanda – tanda klinis dan EMG, kriteria EMG untuk ALS

ialah adanya fibrillasi, pola gelombang yang positif, vasikulasi dan potensial motor unit

berubah pada distribusi akar saraf yang banyak paling sedikitnya tiga anggota gerak

dan otot – otot para spinal.

Ada beberapa penyakit yang mirip dengan ALS yang dapat diterapi. Hal ini kritis karena

itu diagnosa yang benar harus dibuat secepat mungkin. Lympoma dan penyakit lymfe

dapat, menyebabkan neuropati aksonal lower motor neuron yang merata. Kompresi

spinal cord juga sperti menunjukkan tanda dan gejala yang hampir sama yang

diakibatkan penekanan pada struktur yang sama pada kondisi yang sama. Keracunan

metal berat dan penyakit keturunan dapat mengakibatkan tanda gejala yang sama yang

dapat terdeteksi dari riwayat pasien. Kerusakan system sensori atau kahambatan

konduksi yang menimbulkan testing potensial dapat mengindikasikan proses penyakit

neuro lainnya.

PENATALAKSANAAN

1. Sejauh ini tidak ada pengobatan untuk penyakit ini, tenaga medis dan kesehatan

mempunyai peranan penting untuk menangani pasien ini dan usahakan untuk

mempertahankan kemandirian pasien selama mungkin.

2. Tenaga medis dan kesehatan yang banyak sangat dibutuhkan contohnya pasien

dengan disatria membutuhkan speechtherapy, selanjutnya saat penyakitnya

Page 7: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

berkembang dibutuhkan okupasi terapi untuk memeriksa alat – alat bantu khusus apa

saja yang dibutuhkan pasien di rumah dan juga kelompok perawat juga mungkin saja

jika pasien di rawat di rumah sakit.

3. Konseling untuk pasien dan keluarga sangat penting.

FISIOTERAPI

1. Treatmen dan atau nasehat – nasehat akan tergantung pada masalah – masalah

pada pasien saat itu.

2. Jika terdapat spastisitas akan mengakibatkan ketidaknyamanan pada pasien pada

saat melakukan fungsi yang normal.

3. Relaksasi otot dapat membantu untuk ekstermitas atas dan latihan aktif atau latihan

aktif assisted diberikan untuk mempertahankan ROM.

4. Spastisitas pada tungkai memungkinkan pasien untuk berdiri sehingga tidak

dianjurkan untuk memberikan relaksasi otot. Saat otot menjadi lemah pasien dianjurkan

untuk mempertahankan fungsi selama mungkin.

5. Jika pasien tidak mampu melakukan gerakan, latihan ( gerakan ) aktif assisted atau

pasif diberikan untuk ROM

6. Hal ini sangat penting karena apabila sudah terdapat kekakuan sendi akan menjadi

sangat sulit bagi yang merawat untuk menggerakkan pasien juga akan menimbulkan

nyeri yang mengganggu, oleh karena itu mempertahankan ROM akan membantu

mencegah masalah – masalah tersebut.

7. Jika bagi pasien sangat mengunjungi klinik fisioterapi dan waktu treatmen harus tetap

diberikan walaupun ini minim maka fisioterapis dapat memberitahu pasien dan yang

merawatnya apa yang harus dilakukan di rumah.

8. Pada kondisi seperti ini fisioterapi harus yakin adanya pengawasan yang teratur

terhadap kondisi fisik pasien dan pencatatan yang lengkap.

9. Pasien harus tahu bahwa ada bantuan yang tersedia pada saat dia

membutuhkannya. Pasien dengan masalah pernafasan membutuhkan latihan – latihan

pernafasan dan pengeluaran slem. Akan sangat sulit bagi pasien untuk batuk karena

adanya kelemahan otot dan akan sangat membantu memberikan support pada dada

pasien pada saat pasien akan batuk dengan tambahan fibrasi untuk melepaskan

sekresi bila memang dibutuhkan.

Page 8: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

10. Alih baring posisi dapat membantu pasien tapi posisi postural drainage khususnya

untuk lobus paling bawah biasanya sangat membuat pasien tertekan.

11. Pasien dapat mengalami hal – hal tidak baik dan tidak nyaman dari posisi yang

jelek, oleh karena itu fisioterapi harus membantu pasien untuk mencari posisi yang

nyaman dan tersanggah baik sehingga mencegah deformitas.

12. Fisioterapi harus memberikan semangat dan simpati sehingga pasien dapat

mempertahankan kemandirian selama mungkin. Hal ini penting sehingga pasien tidak

mempunyai harapan kosong.

IMPLIKASI KHUSUS BAGI FISIOTERAPI

Kekuatan otot menurun sepanjang perjalanan penyakit secara progresif rata – rata

kehilangan adalah stabil setelah tahun pertama, tetapi selama tahun pertama terdapat

fluktuasi kekuatan yang merupakan potensial adaptasi dari system saraf pusat. Pada

titik ini tujuan terapi adalah memelihara aktifitas fisik umum dan tonus otot.

Latihan – latihan regular sampai sedang dapat membantu mengurangi kelelahan dan

keuntungan lainnya adalah baik untuk kesehatan pasien secara umum. Kontribusi

spastisitas yang menyebabkan keluhan kelemahan dengan memberikan stretching

yang perlahan sehingga mengurangi tonus otot juga sangat baik diberikan. Kram yang

menyebabkan sumber rasa nyeri juga berdampak baik bila diberikan stretching setiap

hari secara teratur.

Perubahan pola jalan, jelas terlihat dan analisa jalan sangat dibutuhkan untuk

memberikan alat bantu jalan yang sesuai untuk pasien. Jatuh yang mendadak dan

berat disebabkan oleh kelemahan otot adalah masalah utama yang sering terjadi.

Kemampuan dorsi fleksi ankle hilang sebelum hilangnya kekuatan plantar fleksi ankle.

Kekuatan hamstring yang berhubungan dengan fungsi berjalan menjadi isometric otot

Page 9: Ftamyotropic Lateral Sclerosis

bawah persentase normal akan secara dramatis menurun dan perlahan pada saat

ditemukan hilangnya kemampuan fungsional yang hebat. Jumlah otot aktif yang sedikit,

yang melewati sendi dibutuhkan untuk menjalankan fungsi normal suatu sendi.

Beberapa gerakan dan sendi yang stabil dipelihara sampai terjadinya degerasi yang

menyebabkan atropi sehingga aktifitas kekuatan otot berkurang, kurang dari 20 % dari

normal. Kelemahan dan pembuangan sering kali nyeri menyebabkan nyeri karena

subluksasi sendi scapulohumeral dan lengan lurus tersanggah dengan bantuan dari

luar. Kontraktur harus secara teratur di ulur ( stretched ) untuk menjaga agar sendi tetap

dalam kondisi yang baik walaupun hanya terhadap kontrol yang minimal dari aktifitas

otot pada tahap lanjut. Keluhan nyeri dapat diawali saat pasien tidak dapat

memindahkan berat badan kondisi yang baik walaupun hanya terdapat kontrol yang

minimal dari aktifitas otot pada tahap lanjut. Keluhan nyeri dapat di awali saat klien tidak

dapat memindahkan berat badan dalam kondisi tidur atau duduk. Merubah sudut

ketinggian tempat tidur atau kursi roda ataupun posisi tungkai dapat mengurangi rasa

nyeri. Perawatan pasien atau yang merawat pasien harus diajarkan tehnik perawatan

tersebut yang di atas.

Braces atau alat bantu yang lain, skooter atau kursi roda dapat membantu memelihara

mobilitas dan kebebasan pasien. Beberapa pasien dapat diajarkan untuk meningkatkan

inspirasi dan ekspirasi pada otot diagfragma dan otot intercostal melemah. Pada tahap

teminal kenyaman pasien adalah tujuan terapi. Seperti table di bawah ini menjelaskan

intervensi yang berhubungan dengan fase – fase penyakit ALS