Upload
aris-sunaryo
View
395
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
namun dalam
pengelolaannya timbul
berbagai kendala, mulai dari
keterlambatan dalam
pembayaran kepada
pemberi pelayanan sampai
dengan timbulnya
kecurigaan adanya
kecurangan atau Fraud,
sehingga kemudian
program ini dikelola oleh
pemerintah. Walaupun
dikelola oleh pemerintah
sistem pengelolaannya
tetap menggunakan sistem
asuransi, sehingga
kecenderungan untuk
terjadinya kecurangan-
kecurangan atau Fraud
masih sangat besar.
Biaya pelayanan kesehatan
merupakan masalah serius
yang harus segera ditangani
saat ini karena sangat
membebani masyarakat
dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah.
Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2003,
terdapat 40.7 juta jiwa atau
19% dari penduduk
Indonesia bekerja secara
mandiri sektor informal
seperti pedagang kecil,
penjual jasa serta buruh
yang tidak memiliki
hubungan kerja dengan
pihak lain (majikan-
pekerja). Sementara itu,
menurut data Pusdatin
Departemen Sosial tahun
2004, terdapat populasi
“fakir miskin” yang
besarnya sekitar 14,8 juta
jiwa (kurang lebih 43 %
dari jumlah populasi orang
miskin di Indonesia yang
berjumlah sekitar 35,1 juta
jiwa). Di samping itu,
masih terdapat pula
sejumlah warga masyarakat
lainnya yang termasuk
kategori Penyandang
Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS), seperti
gelandangan, pengemis,
bekas narapidana terlantar,
anak jalanan dan sebagainya
yang jumlahnya sekitar 8,7
juta jiwa.
Masalah tersebut
mendorong
berkembangnya program-
program jaminan kesehatan
sosial yang dibentuk oleh
pemerintah. Awalnya
pelaksanaan program
jaminan kesehatan sosial ini
diserahkan kepada pihak
swasta yaitu PT. Askes,
Pendahuluan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Fraud Dalam Asuransi Kesehatan
Special points of inter-
est:
Pendahuluan
Definisi Fraud
Kriteria-kriteria Fraud
Batasam Fraud
Bentuk Fraud
Pencegahan Fraud
Defenisi Fraud Fraud dalam pelayanan
kesehatan adalah suatu
bentuk upaya yang secara
sengaja dilakukan dengan
menciptakan suatu manfaat
yang tidak seharusnya
dinikmati baik oleh indi-
vidu atau institusi dan da-
pat merugikan pihak lain.
Menurut National Health
Care Anti-Fraud Associa-
tion’s (NHCAA) menyata-
kan bahwa “Health care
fraud is an intentional de-
ception or misrepresenta-
tion could result in some
unauthorized benefit to
the individual, or the entity
or to some other party.”
Sedangkan pengertian fraud
menurut kamus asuransi
adalah “ Tindakan
penipuan, misrepresentasi
fakta penting yang dibuat
secara sengaja, dengan
maksud orang lain mem-
percayai fakta itu dan aki-
batnya orang itu menderita
kesukaran keuangan.”
Oleh: Adrian Taufik (04711099) Pembimbing: dr. Sunarto, M.Kes
Kriteria-krieria
Fraud
Berdasarkan definisi-
definisi diatas, dapat dilihat
bahwa fraud atau kecuran-
gan memiliki empat criteria
yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Tindakan tersebut dila-kukan oleh pelaku secara sengaja;
2. Adanya korban;
3. Korban menuruti ke-mauan pelaku;
4. Adanya kerugian yang dialami oleh korban.
maju, fraud dapat dicegah antara
lain melalui peran semua pihak
yang terkait di dalamnya.
Pemerintah:
Menetapkan ketentuan hukum
atau undang-undang tentang
fraud yang mencantumkan
tentang hukuman yang dapat
dikenakan kepada yang
melakukan fraud tersebut.
Persoalan fraud ini sebenarnya
dapat diatasi apabila kepercayaan
antara peserta asuransi,
perusahaan asuransi/pengelola
dan dokter/rumah sakit selaku
provider kesehatan dapat dijaga
dengan baik. Karena pada
dasarnya bisnis asuransi adalah
bisnis yang didasari oleh
kepercayaan.
Selain itu berdasarkan
pengalaman di berbagai negara
Disamping itu pemerintah
perlu menetapkan standar
pelayanan, standar terapi,
standar obat dan alat
kesehatan yang dapat menjadi
acuan dalam semua tindakan
pelayanan kesehatan. Dengan
demikian maka adanya fraud
dapat ditelusuri berdasarkan
ketentuan yang sudah
ditetapkan.
Batasan-Batasan Fraud
Pencegahan Fraud
komplikasi yang memerlukan
operasi besar sehingga
menagihkan dengan tarif lebih
tinggi.
Memalsukan tanggal dan lama
hari perawatan (Fraudulent
date of service).
Melakukan penagihan klaim
dengan tarif yang lebih besar
dari yang seharusnya, misalnya
tagihan alat kesehatan yang
lebih besar dari harga regular.
Melakukan klaim obat dengan
nama dagang padahal yang
diberikan adalah obat dengan
nama generik.
Selain bentuk fraud yang telah
disebutkan diatas, terdapat
beberapa bentuk fraud lain yaitu
False claim/klaim palsu,
unbundling/tagihan terpisah
untuk pelayanan atau barang
yang telah dipaketkan, dan
unnecessary services/pelayanan
tanpa indikasi yang jelas.5
Menurut dr. Yuli, salah satu staff
Bapel Jamkesos Yogyakarta,
bentuk fraud yang sering
dilakukan oleh provider
kesehatan adalah menaikkan
tingkat klasifikasi operasi.
Menurut beliau hal ini terjadi
akibat kurangnya kelengkapan
data atau resume yang diberikan
oleh provider kesehatan.
Beberapa Bentuk Fraud
Beberapa bentuk fraud yang
biasa dilakukan oleh Pemberi
Pelayanan Kesehatan antara lain
adalah:
Pengajuan klaim dengan
mencantumkan pelayanan atau
tindakan yang tidak diberikan
(Fraudulent claim), misalnya
pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan terhadap 2
jenis pemeriksaan tetapi
diajukan sebagai 3 jenis
pemeriksaan atau lebih.
Melakukan manipulasi
terhadap diagnosa dengan
menaikkan tingkatan jenis
tindakan (Up coding) misalnya
tindakan appendiktomi
ditagihkan sebagai
appendiktomi dengan
Sedangkan menurut dr. Yulherlina, M.Kes, fraud memiliki batasan-batasan yang secara mutlak harus dipenuhi, batasan fraud tersebut adalah:
Penyalahgunaan/penipuan yang diwujudkan dalam bentuk:
Penyampaian informasi yang tidak benar
Melakukan tindakan tanpa indikasi
Memberikan pelayanan kepada orang yang tidak berhak
Bertujuan mendapatkan keuntungan
Disengaja oleh pelaku
Syarat untuk dapat diduga fraud:
Ada pernyataan atau dokumen yang membuktikan kecurangan
Terbukti ada unsure kesengajaan
Terbukti tujuan pelaku adalah untuk mendapatkan keuntungan
Page 2 FRAUD DALAM ASURANSI KESEHATAN
“Fraud adalah
bentuk
kecurangan
dana atau biaya
yang bertujuan
untuk
mendapatkan
keuntungan”
Pemberi Pelayanan Kesehatan
(provider):
Pemberi Pelayanan Kesehatan
mempertahankan kepercayaan
perusahaan asuransi terhadap
pelayanan yang diberikan dan
diwujudkan dalam bentuk
pengajuan klaim yang sesuai
dengan pelayanan yang
diberikan dan akurat.
Pemberi Pelayanan Kesehatan
mempertahankan kepercayaan
pasien atau peserta asuransi
dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan
standar-standar yang telah
ditetapkan serta manfaat yang
seharusnya menjadi hak
peserta dengan baik.
Peserta asuransi:
Melengkapi identitas sebagai
peserta dengan sebenarnya
dan tidak member peluang
untuk dislahgunakan oleh
yang tidak berhak.
Meminta informasi terhadap
pelayanan yang diberikan oleh
Pemberi Pelayanan Kesehatan,
dokter dan perawat.
Pencegahan ….
Page 3 PEMBIMBING: DR. SUNARTO, M.KES