14
Cedera kepala adalah penyebab utama kematian, dan kecacatan. Manf aat dari kepala, termasuk tengkorak dan wajah adalah untuk melindungi otak terhadap cedera. Selain perlindungan oleh tulang,otak juga tertutup lapisan keras yang disebut meninges fibrosa dan terdapat cairan yang disebutcerebrospinal fuild (CSF). Trauma tersebut berpotensi menyebabkan fraktur tulang tengkorang,perdarahan di ruang sekitar otak, memar pada jaringan otak, atau kerusakan hubungan antar nervuspada otak 1 .Fraktur basis cranii/Basilar Skull Fracture (BSF) merupakan fraktur akibat benturanlangsung pada daerah daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisienergy yang be rasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau efek „remote‟ dari benturan padakepala („gelombang tekanan‟ yang dipropagasi dari titik benturan atau perubahan bentuk tengkorak) 2 Dalam beberapa studi telah terbukti fraktur basis cranii dapat disebabkan oleh berbagaimekanisme termaksud ruda paksa akibat fraktur maksilofacial, ruda paksa dari arah lateral cranialdan dari arah kubah cranial, atau karena beban inersia oleh kepala 3 .Pasien dengan fraktur basis cranii (fraktur pertrous os temporal) dijumpai dengan otorrheadan memar pada mastoids ( battle sign ). Presentasi dengan fraktur basis cranii fossa anterior adalahdengan Rhinorrhea dan memar di sekitar palpebra ( raccoon eyes ). Kehilangan kesadaran dan Glasgow Coma Scale dapat bervariasi, tergantung pada kondisi patologis intrakranial. Untuk penegakan diagnosis fraktur basis cranii, diawali dengan pemeriksaan neurologis lengkap, analisislaboratorium dasar, diagnostic untuk fraktur dengan pemeriksaan radiologik 4 .Penanganan korban dengan cedera kepala diawali dengan memastikan bahwa airway, breathing, circulation bebas dan aman. Banyak

Fraktur Basis Cranii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat fraktur basis cranii

Citation preview

Cederakepalaadalahpenyebabutamakematian,dankecacatan.Manfaatdarikepala,termasuktengkorak dan wajah adalah untukmelindungi otak terhadap cedera. Selain perlindungan oleh tulang,otak juga tertutuplapisan kerasyang disebutmeninges fibrosa danterdapatcairan yangdisebutcerebrospinal fuild(CSF). Trauma tersebut berpotensimenyebabkan frakturtulang tengkorang,perdarahan di ruang sekitar otak, memar pada jaringan otak, atau kerusakan hubungan antar nervuspada otak1.Fraktur basis cranii/Basilar Skull Fracture (BSF) merupakan fraktur akibat benturanlangsung pada daerah daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisienergy yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula; atau efek remote dari benturan padakepala (gelombang tekanan yang dipropagasi dari titikbenturan atau perubahan bentuk tengkorak)2Dalam beberapa studitelahterbukti fraktur basiscranii dapatdisebabkan oleh berbagaimekanisme termaksud ruda paksa akibat fraktur maksilofacial, ruda paksa dari arah lateral cranialdan dari arah kubah cranial, ataukarena beban inersia oleh kepala3.Pasien dengan fraktur basis cranii (fraktur pertrous os temporal) dijumpai dengan otorrheadan memar pada mastoids (battle sign). Presentasi dengan fraktur basis craniifossa anterior adalahdengan Rhinorrhea dan memar di sekitar palpebra (raccoon eyes). Kehilangan kesadaran danGlasgow Coma Scaledapat bervariasi, tergantung pada kondisi patologis intrakranial. Untukpenegakan diagnosis fraktur basis cranii, diawali dengan pemeriksaan neurologis lengkap, analisislaboratorium dasar, diagnostic untuk fraktur dengan pemeriksaan radiologik4.Penanganan korban dengan cedera kepala diawali dengan memastikan bahwa airway,breathing, circulation bebas dan aman. Banyak korban cedera kepala disertai dengan multiple traumadan penanganan pada pasien tersebut tidak menempatkan penanganan kepala menjadi prioritas,resusisati awal dilakukan secara menyeluruh4.Anatomi Basis CraniiTulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii6,7. Tulang tengkorak terdiri daribeberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital7. Kalvaria khususnya di regio temporaladalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinggadapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Ronggatengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fossa cranii anterior, fossa cranii media dan fossa craniiposterior8.Fossa crania anteriormenampung lobus frontal cerebri, dibatasi di anterior oleh permukaandalam os frontale, batas superior adalah ala minor ossis spenoidalis. Dasar fossa dibentuk oleh parsorbitalis ossis frontale di lateral dan oleh lamina cribiformis os etmoidalis di medial ( lihat gambar 2).Permukaan atas lamina cribiformis menyokong bulbus olfaktorius, dan lubung lubang halus padalamini cribrosa dilalui oleh nervus olfaktorius7.Pada fraktur fossa cranii anterior, lamina cribrosa os etmoidalis dapat cedera. Keadaan inidapat menyebabkan robeknya meningeal yang menutupi mukoperiostium. Pasien dapat mengalamiepistaksis dan terjadi rhinnore atau kebocoran CSF yang merembes ke dalam hidung. Fraktur yangmengenai pars orbita os frontal mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva (raccoon eyes atauperiorbital ekimosis) yang merupakan salah satu tanda klinis darifraktur basis cranii fossa anterior7.Fossa cranii mediaterdiri dari bagian medial yang dibentuk oleh corpus os sphenoidalis danbagian lateral yang luas membentuk cekungan kanan dan kiri yang menampung lobus temporaliscerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor os sphenoidalis dan terdapat canalis opticus yang dilalui

oleh n.opticus dan a.oftalmica, sementara bagian posterior dibatasi oleh batas atas pars petrosa ostemporal. Dilateral terdapat pars squamous pars os temporal8.Fissura orbitalis superior, yang merupakan celah antara ala mayor dan minor os sphenoidalisdilalui oleh n. lacrimalis, n.frontale, n.trochlearis, n, occulomotorius dan n.abducens6,7.Fraktur pada basis cranii fossa media sering terjadi, karena daerah ini merupakan tempatyang paling lemah dari basis cranii. Secara anatomi kelemahan ini disebabkan oleh banyak nyaforamen dan canalis di daerah ini. Cavum timpani dan sinus sphenoidalis merupakan daerah yangpaling sering terkenacedera. BocornyaCSFdan keluarnya darah daricanalis acusticus externussering terjadi (otorrhea). N. craniais VII dan VIII dapat cedera pada saat terjadi cedera pada parsperrosus os temporal. N. cranialis III, IV dan VI dapat cedera bila dinding lateral sinus cavernosusrobek7.Fossa cranii posteriormenampung otak otak belakang, yaitu cerebellum, pons dan medullaoblongata. Di anterior fossa di batasi oleh pinggi superior pars petrosa os temporal dab di posteriordibatasi oleh permukaan dalam pars squamosa os occipital. Dasar fossa cranii posterior dibentuk olehpars basilaris, condylaris, dan squamosa os occipital danpars mastoiddeus os temporal8.Foramen magnum menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh medullaoblongata dengan meningens yang meliputinya, pars spinalis assendens n. accessories dan keduaa.vertebralis7.Pada fraktur fossa cranii posterior darah dapat merembes ke tengkuk di bawah otot ototpostvertebralis. Beberapa hari kemudian, darah ditemukan dan muncul di otot otot trigonu posterior,dekat prosesus mastoideus. Membrane mukosa atap nasofaring dapat robek, dan darah mengalirkeluar. Pada fraktur yang mengenai foramen jugularis n.IX,X dan XI dapat cedera6,7.Mekanisme Fraktur Basis Cranii/Basilar Skull Fracture(BSF)Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah daerah dasar tulangtengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energy yang berasal dari benturan pada wajahatau mandibula; atau efek remote dari benturan pada kepala (gelombang tekanan yang dipropagasidari titik benturan atau perubahan bentuk tengkorak)2.Tipe dari BSF yang parah adalah jenisring fracture, karena area ini mengelilingi foramenmagnum,aperturadidasartengkorakdimanaspinalcordlewat.Ring fracturekomplit biasanyasegera berakibat fatal akibat cedera batang otak.Ring fracturein komplit lebih sering dijumpai(Hooper et al. 1994). Kematian biasanya terjadi seketika karena cedera batang otak disertai denganavulsi dan laserasi dari pembuluh darah besar pada dasar tengkorak.Fraktur basis cranii telah dikaitkan dengan berbagai mekanisme termasuk benturan dari arahmandibula atau wajah dan kubah tengkorak, atau akibat beban inersia pada kepala (sering disebutcedera tipe whiplash). Terjadinyabeban inersia, misalnya,ketika dada pengendara sepeda motorberhenti secara mendadak akibat mengalami benturan dengan sebuah objek misalnya pagar. Kepalakemudian secara tiba tiba mengalami percepatan gerakan namun pada area medulla oblongatamengalami tahanan oleh foramen magnum, beban inersia tersebut kemudian meyebabkanringfracture.Ring fracturejuga dapat terjadi akibat ruda paksa pada benturan tipe vertikal, arahbenturan dari inferior diteruskan ke superior (daya kompresi) atau ruda paksa dari arah superiorkemudian diteruskan ke arah occiput atau mandibula.Huelke et al. (1988) menyelidiki sebuah pandangan umum bahwa fraktur basis cranii akibathasil dari benturan area kubah kranial. Kasus benturan pada area kubah non-kranial, yang disajikandalam berbagaijenis kecelakaankendaraan bermotor,telah didokumentasikan.Parapenelitimenemukan fraktur basis cranii juga bisa disebabkan oleh benturan pada area wajah saja.Pada studi eksperimen berdasarkan pengujian mayat, Gott et al.(1983) meneliti secara rincitengkorak dari 146 subjek yang telah mengalami benturan/ruda paksa pada area kepala. 45 kasusskull fraktur diamatisecara rinci.Terdapat 22 BSF pada grup ini.Penyebab dari kasus tersebutdisebabkan oleh ruda paksa pada area frontal (5 kasus), daerah Temporo-parietal tengkorak (1 kasus),seluruh wajah (2 kasus) dan berbagai jenisruda paksa kepala lainnya (14 kasus).Saat memeriksa respon leher akibat beban daya regang aksia, Sances et al. (1981) mengamatiBSF tanpa kerusakan ligamenmelalui analisa quo-statistic didapatkan 1780N sementara dan 3780Ntampak utuh pada arealeher, kepala dan tulang belakang.Beberapa peneliti mengamati complex kepala-leher terhadap ruda paksa dari arah superior-inferior.Secara umum,menunjukkan bahwalokasi skullfrakturhasildarirudapaksalangsung. Ketika area kepala terlindungi, leher menjadi wilayah yang paling rentan terhadap cederapada tingkat kekuatan di atas 4 kN (Alem et al 1984). Para peneliti menguji 19 cadaver dalam posisisupine dan hanya mampu menghasilkan BSF tunggal. Fraktur basis cranii membutuhkan durasi yangrendah (3 ms), energi tinggi (33 J) ruda paksa dengan kekuatan benturan dari 17 kN pada kecepatanruda paksa9 m/s.Hopper et al. (1994) melakukan dua studi eksperimental pada mayat bertujuan untuk memahamimekanisme biomekanik yang mengakibatkan fraktur basis cranii ketika kepala mandibula yangdikenakan ruda paksa:1.Pada studi awal, cedera yang dapat ditoleransi oleh mandibula ketika mengalami ruda paksaadalah pada areapertengahan simfisis atau area mentalis(dagu).Enam dampak yangdinamis dengan jalur vertikal pada satu tes dilakukan dengan menggunakan uji quasi-static.Suatu ruda paksa yang bervariasidiberikan untuk menilai pengaruh yangterjadi.Ditemukan bahwa toleransi energi ruda paksa untuk fraktur mandibula pada ke enam testersebut adalah 5270 + 930N.Pada setiap tes, dijumpai fraktur mandibula secara klinisnamun tidak menghasilkan fraktur basis cranii.2.StudikeduamenilaitoleransifrakturbasiscraniiketikabebanlangsungdiberikankearahTemporo-mandibula jointyangsecara tidak langsungmenghasilkan pembebanan secaralokalsekitar foramen magnum. Kekuatan puncak dan energi untuksetiap kegagalanditentukan dalam setiap pengujian. Beban rata rata pada setiap fraktur ditemukan dengankekuatan energi 4300 +350 N. Peneliti dapat menghitung energi untuk fraktur pada tiga daritesdenganrata-rata13,0+1.7J.Cederadihasilkandengancarainikonsistendenganpengamatan klinis fraktur basis cranii.Penelitimenyimpulkanbahwahasilpenelitianinimendukunghipotesisbahwarudapaksapadamandibulasajabiasanyahanyamenyebabkanfrakturmandibula.Selanjutnya,completedanpartial ring type BSF membutuhkan ruda paksa temporo-mandibular yang secara tidak langsungmenghasilkan pembebanan pada daerah sekitar foramen magnum3.Jenis Fraktur Basis CraniiFraktur Temporal,dijumpai pada 75% dari semua fraktur basis cranii. Terdapat 3 suptipe darifraktur temporal berupa longitudinal, transversal dan mixed9.Tipetransversaldarifrakturtemporal dan type longitudinal fraktur temporal ditunjukkan di bawahini (lihat gambar 3)4.Gambar 3.(A)Transverse temporal bone fracture and (B)Longitudinal temporal bone fracture(courtesy of Adam Flanders, MD, Thomas Jefferson University, Philadelphia, Pennsylvania)ABFrakturlongitudinalterjadipadaregiotemporoparietaldanmelibatkanbagiansquamousapada os temporal, dinding superior dari canalis acusticus externus dan tegmen timpani. Tipe frakturinidapatberjalandari salahsatu bagiananterior atauposterior menujucochlea danlabyrinthine

capsule,berakhirpadafossacraniimediadekatforamenspinosumataupadamastoidaircells.Frakturlongitudinal merupakanyangpalingumumdaritigasuptipe(70-90%).Frakturtransversaldimulaidariforamenmagnumdanmemperpanjangmelaluicochlea danlabyrinth,berakhir pada fossa cranial media (5-30%). Fraktur mixed memiliki unsur unsur dari kedua frakturlongitudinal dan transversal4.Namunsistemlainuntukklasifikasifrakturostemporaltelahdiusulkan.Sisteminimembagifrakturostemporalkedalampetrousfrakturdannonpetrousfraktur,yangterakhirtermasuk frakturyang melibatkanmastoid aircells. Frakturtersebut tidakdisertai dengandeficitnervus cranialis9.fraktur condylar occipital, adalah hasil daritrauma tumpul energi tinggi dengan kompresi aksial,lateralbending,ataucederarotationalpadapadaligamentumAlar.Frakturtipeinidibagimenjadi3jenisberdasarkanmorfologidanmekanismecedera9.Klasifikasialternativemembagifrakturini menjadi displaced dan stable, yaitu, dengan dan tanpa cedera ligamen11. Tipe I fraktur sekunderakibat kompresi aksial yang mengakibatkan kombinasi dari kondilus oksipital. Ini merupakan jeniscedera stabil. Tipe II fraktur yang dihasilkan dari pukulan langsung meskipun fraktur basioccipitallebihluas, frakturtipeII diklasifikasikan sebagaifrakturyangstabil karenaligamentalar danmembrane tectorial tidak mengalami kerusakan.TipeIIIadalahcederaavulsisebagaiakibatrotasipaksadanlateralbending.Haliniberpotensimenjadi fraktur tidak stabil10.Fraktur clivus, digambarkan sebagai akibat ruda paksa energi tinggi dalam kecelakaan kendaraannbermotor. Longitudinal, transversal, dan tipe oblique telah dideskripsikan dalam literatur. Frakturlongitudinalmemilikiprognosisterburuk,terutamabilamelibatkansistemvertebrobasilar.Defisitpada nervus cranial VI dan VIIbiasanya dijumpai pada fraktur tipe ini12.manifestasi klinisPasien dengan fraktur pertrous os temporal dijumpai dengan otorrhea dan memar pada mastoids(battle sign).Presentasi dengan fraktur basis craniifossa anterior adalah dengan rhinorrheadanmemar di sekitar palpebra (raccoon eyes). Kehilangan kesadaran dan Glasgow Coma Scale dapatbervariasi, tergantung pada kondisi patologis intrakranial4.Fraktur longitudinal os temporal berakibat pada terganggunya tulang pendengaran danketulian konduktif yanglebih besar dari30 dB yang berlangsung lebih dari6-7minggu.tulisementara yang akan baik kembali dalam waktu kurang dari 3 minggu disebabkan karenahemotympanum dan edema mukosa di fossa tympany. Facial palsy, nystagmus, dan facial numbnessadalah akibat sekunder dari keterlibatan nervus cranialis V, VI,VII.Fraktur tranversal os temporal melibatkan saraf cranialis VIII dan labirin, sehinggamenyebabkan nystagmus, ataksia, dan kehilangan pendengaran permanen (permanent neuralhearing loss)4.Fraktur condylar os oksipital adalah cedera yang sangat langka dan serius12. Sebagian besarpasien dengan fraktur condylar os oksipital, terutama dengan tipe III, berada dalam keadaan komadan terkait cedera tulang belakang servikalis. Pasien ini juga memperlihatkan cederalower cranialnervedan hemiplegia atau guadriplegia.Sindrom Vernet atau sindrom foramen jugularis adalah keterlibatan nervus cranialis IX, X,dan XI akibat fraktur. Pasien tampak dengan kesulitan fungsi fonasi dan aspirasi dan paralysisipsilateral dari pita suara, palatum mole (curtain sign), superior pharyngeal constrictor,sternocleidomastoid, dan trapezius. Collet-Sicard sindrom adalah fraktur condylar os oksipital denganketerlibatan nervus cranial IX, X, XI, dan XII4,13.Pemeriksaan LanjutanStudi ImagingoRadiografi:Padatahun1987,fotox-raytulangtengkorakmerujukanpadakriteriapanelmemutuskan bahwa skullfilmkurang optimal dalam menvisualisasikan fraktur basis cranii. Foto x-ray skull tidak bermanfaat bila tersedianya CT scan.

CTscan:CTscanmerupakanmodalitaskriteriastandaruntukmembantudalamdiagnosisskullfraktur.Slicetipisbonewindowhinggaukuran1-1,5mm,denganpotongansagital,bermanfaatdalam menilai skull fraktur. CT scan Helical sangat membantu dalam menvisualisasikan frakturcondylar occipital, biasanya 3-dimensi tidak diperlukan.oMRI:MRIataumagneticresonanceangiographymerupakansuatunilaitambahanuntukkasusyang dicurigai mengalami cedera pada ligament dan vaskular. Cedera pada tulang jauh lebih baikdivisualisasikan dengan menggunakan CT scan4.Pemeriksaan lainnyaPerdarahan dari telinga atau hidung pada kasus dicurigai terjadinya kebocoran CSF, dapat dipastikandengan salah satu pemeriksaan suatu tehnik dengan mengoleskan darah tersebut pada kertas tisu,maka akan menunjukkan gambaran seperti cincin yang jelas yang melingkari darah, maka disebuthalo atau ring sign. Kebocoran dari CSF juga dapat dibuktikan dengan menganalisa kadar glukosadan dengan mengukur transferrin4.Terapi medisPasien dewasa dengan simple fraktur linear tanpa disertai kelainan struktural neurologistidakmemerlukanintervensiapapun bahkanpasiendapatdipulangkanuntukberobatjalandankembali jika muncul gejala. Sementara itu, Pada Bayi dengan simple fraktur linier harus dilakukanpengamatan secara terus menerus tanpa memandang status neurologis. Status neurologispasiendengan fraktur basis cranii tipe linier biasanya ditatalaksana secara conservative, tanpa antibiotik.Fraktur ostemporaljugadikelolasecarakonservatif,jikadisertairupture membranetimpanibiasanya akansembuhsendiri5.Simple fraktur depress dengan tidak terdapat kerusakan struktural pada neurologis pada bayiditatalaksana dengan penuh harapan. Menyembuhkan fraktur depress dengan baik membutuhkanwaktu, tanpa dilakukan elevasi dari fraktur depress. Obat anti kejang dianjurkan jika kemungkinanterjadinyakejanglebihtinggidari20%.Openfraktur,jikaterkontaminasi,mungkinmemerlukanantibiotik disamping tetanus toksoid. Sulfisoxazole direkomendasikan pada kasus ini.FrakturcondylartipeIdanIIosoccipitalditatalaksanasecarakonservatifdenganstabilisasi leher dengan menggunakan collar atau traksi halo.Peran antibiotik pada profilaksis fraktur basis craniiPemberian antibiotic sebagai terapi profilaksis pada fraktur basis cranii dengan pertimbanganterjadinya kebocoran dari lapisan meningeal akan menyebabkan mikroorganisme pathogen darisaluran nafas atas (hidung dan telinga) dapat mencapai otak dan selaput mengingeal, hal ini masihmenjadi controversial. Pemberian antibiotic profilaksis berkontribusi terhadap terjadinyapeningkatan resistensi antibiotic dan akan menyebabkan infeksi yang serius14.Pada sebuah review artikel yang di publish antara tahun 1970 dan 1989, menemukan 848kasus dari fraktur basis cranii (519 mendapatkan antibiotic profilaksis dan 8% menjadi meningitis)dan kesimpulannya adalah antibiotic tidak mencegah terjadinya meningitis padafraktur basis cranii14.Studi lain juga menunjukkan dengan menggunakan uji statistik, dari total 1241 pasien dengan frakturbasis cranii, 719 pasien diantaranya mendapat antibiotic profilaksis dan 512 pasien tidak mendapatantibiotic profilaksis. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan antibiotic profilaksis tidakmencegah terjadinya meningitis pada pasien fraktur basis cranii. (odds ratio (OR) = 1.15; 95%confidence interval (CI) = 0.68-1.94P= .678)14.Terapi BedahPeranoperasiterbatasdalampengelolaanskullfraktur.Bayidananak-anakdenganopenfrakturdepress memerlukan intervensi bedah. Kebanyakan ahli bedah lebih suka untuk mengevaluasi frakturdepressjikasegmendepresslebihdari5mmdibawahinner tabledariadjacent bone.Indikasiuntukelevasisegeraadalahfrakturyangterkontaminasi,duralteardenganpneumocephalus,danhematomyangmendasarinya.Kadangkadang,craniectomydekompressidilakukanjikaotakmengalamikerusaksandanpembengkakanakibatedema.Dalamhalini,cranioplasty dilakukan dikemudian hari.Indikasi lainuntuk interaksi bedah dini adalah fraktur

condylarosoksipitaltipeunstable (tipeIII)yangmembutuhkanarthrodesisatlantoaxial.Halinidapat dicapai dengan fiksasi dalam-luar16.Menunda untuk dilakukan intervensi bedah diindikasikan pada keadaan kerusakan ossicular(tulangpendengaran)akibatfrakturbasiscraniijenislongitudinalpadaostemporal.Ossiculoplasty mungkin diperlukan jika kehilangan berlangsung selama lebih dari 3 bulan atau jikamembranetimpanitidaksembuhsendiri.IndikasilainadalahterjadinyakebocoranCSFyangpersisten setelahfraktur basiscranii.Hal inimemerlukan secaratepat lokasikebocoran sebelumintervensi bedah dilakukan5, 15, 16.Komplikasi fraktur basis craniiRisikoinfeksitidaktinggi,bahkantanpaantibiotik,terutamayangdisertaidenganrhinorrhea.Facialpalsydangangguanossicularyangberhubungandenganfrakturbasiscraniidibahas di bagian klinis. Namun, terutama, facial palsy yang terjadi pada hari ke 2-3 pasca traumaadalah akibat sekunder untuk neurapraxia dari nervus cranialis VII dan responsif terhadap steroid,dengan prognosis yang baik. Onset facila palsy secara tiba tiba pada saat bersamaan terjadinya frakturbiasanya akibat skunder dari transeksi nervus, dengan prognosis buruk.Nervuscranialislainmungkinjugaterlibatdalamfrakturbasiscranii.Frakturpadaujungpertosusostemporale mungkinmelibatkangangliongasserian.CederanervuscranialisVIyangterisolasibukanlahakibatlangsungdarifraktur,tapimungkinakibatskunder karenaterjadinyaketegangan pada nervus. Nervus kranialis (IX, X, XI,dan XII) dapat terlibat dalam fraktur condylarosoksipital,sepertiyangdijelaskansebelumnyadalamVernetdansindromCollet-Sicard(vide supra). Fraktur os sphenoidalis dapatmempengaruhi nervus cranialisIII,IV,danVIdanjugadapatmenggangguarterikarotisinternadanberpotensimenghasilkanpembentukanpseudoaneurysmadanfistulacaroticocavernous(jikamelibatkanstrukturvena).cederacarotiddiduga terdapat pada kasus kasus dimana fraktur berjalan melalui kanal karotid, dalam hal ini, CT-angiografi dianjurkan5.DAFTAR PUSTAKA1.Wedro B C, Stoppler MC. Head Injury Overview. on emedicine health. Available athttp://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=59402&page=1#overviewlast update 10 Mai 20112.Listiono L D. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara, edisi III; Cedera Kepala Bab 6. Penerbit PTGramedia Pustaka Utama. Jakarta3.Thai T J G K. Helmet protection against basilar skull fracture. Biomechanical of basilar skullfracture. On ATSB Research and analysis report road safety research grant report 2007-03.Australia 20074.Qureshi N H, Harsh G,Nosko M G,Talavera F,Wyler A R, Zamboni P. Skull fracture. Onemedicine health 2009. Available athttp://emedicine.medscape.com/article/248108-clinicalmanifestationslast update 10 mei 20115.Qureshi N H, Harsh G,Nosko M G,Talavera F,Wyler A R,Zamboni P. Skull fracture. Onemedicine health 2009. Available athttp://emedicine.medscape.com/article/248108-threatmentlast update 10 mei 2o116.American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam: Advanced TraumaLife Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia, penerjemah. Edisi 7. Komisi traumaIKABI; 2004. 168-193.7.Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H, Listiawati E,Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi Klinik Untuk MahasiswaKedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-598.Netter FH, Machado CA. Atlas of Human Anatomy. Version 3. Icon Learning SystemLLC;2003.9.Ishman SL, Friedland DR. Temporal bone fractures: traditional classification and clinicalrelevance.Laryngoscope. Oct 2004;114(10):1734-41.