FR Mamminasata Bab5 pa

Embed Size (px)

Citation preview

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

BAB V RENCANA PENGEMBANGAN LOKASI TPA REGIONAL MAMMINASATA 5.1 Umum

Tempat Pembuangan Akhir sampah merupakan terminal akhir dari proses pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan diproses lebih lanjut untuk pemusnahannya. Dalam pemusnahan ini kita dikenal berbagai metode, antara lain adalah landfill. Landfill adalah merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk residu buangan padat di permukaan tanah. Beberapa metode landfilling versi Indonesia yang dapat diterapkan di lokasi lahan urug adalah metode controlled landfill dan sanitary landfill. Controlled Landfill atau biasa juga disebut lahan urug terkendali merupakan perbaikan/peningkatan dari sistem open dumping. Perbaikan atau peningkatan ini meliputi adanya kegiatan penutupan sampah dengan lapisan tanah, fasilitas drainase serta fasilitas pengumpulan dan pengolahan leachate. Penutupan sampah dengan tanah, yaitu : tanah penutup antara (pada periode-periode tertentu) serta tanah penutup akhir (setelah kapasitas TPA penuh). Metode sanitary landfill dilakukan dengan cara menimbun sampah dan kemudian diratakan, dipadatkan kemudian diberi cover tanah pada atasnya sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan secara berlapis-lapis sesuai dengan perencanaannya. Pelapisan sampah dengan menggunakan tanah dilakukan setiap hari pada akhir operasi. Setiap metode landfilling memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode sanitary landfill merupakan metode terbaik dalam hal penanggulangan dampak negatif terhadap lingkungan dan metode inilah yang digunakan dalam perancangan TPA Regional Mamminasata. Selain kedua metode tersebut ada suatu cara pembuangan lainnya yaitu open dumping. Cara ini sangat tidak dianjurkan karena sangat merugikan terhadap lingkungan sekitarnuya, terutama dalam hal pencemaran. Perbandingan metode-metode tersebut tersaji pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 : Perbandingan Metode LandfillMETODE LANDFILLING 1. 2. 3. Kekurangan Open Dumping* Teknis pelaksanaan tidak sulit 1. Pencemaran air tanah yang Pekerja lapangan relatif sedikit disebabkan oleh leachate Biaya yang diperlukan relatif murah 2. Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu 3. Resiko kebakaran cukup besar 4. Munculnya kabut yang terjadi akibat asap 5. Tumbuhnya berbagai vektor penyakit seperti tikus, lalat dan nyamuk 6. Berkurangnya estetika lingkungan 7. Lahan tidak dapat digunakan kembali untuk jangka waktu yang panjang. Controlled Landfill Dampak terhadap lingkungan dapat 1. Operasi lapangan cukup sulit diperkecil 2. Biaya yang dibutuhkan cukup Lahan dapat dipergunakan kembali besar setelah pemakaian 3. Memerlukan pekerja lapangan Estetikas lingkungan cukup baik yang cukup terdidik Sanitary Landfill Kelebihan

1. 2. 3.

Laporan Akhir5-1

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar) 1.Biaya investasi lebih rendah dibandingkan metode lain 2.Dapat menerima berbagai tipe sampah 3.Fleksibel terhadap fluktuasi kuantitas sampah 4.Lahan dapat digunakan kembali setelah pemakaian. 1. Dengan meningkatnya populasi semakinsulit untuk menentukan lahan 2. Jika operasi tidak sesuai dapat berubah seperti metode open dumping 3. Lahan dapat mengalami penurunan dan memerlukan perawatan yang periodik 4. Gas yang dihasilkan dapat meledak, misal metan, dan berbahaya bilatidak dikelola.

Keterangan : * tidak termasuk suatu metode landfilling

Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan lokasi pemrosesan akhir limbah. Pengertian TPA bukanlah semata final disposal yang umumnya dilakukan dengan cara pengurugan sampah dalam tanah, walaupun memang sebagian besar penanganan sampah di TPA yang ada adalah dengan pengurugan sampah secara landfilling. Untuk TPA Regional Mamminasata, metode lahan urug akan tetap merupakan andalan utama karena cara ini relatif luwes dalam menerima sampah, baik dari sudut beban maupun karakteristik sampah yang akan ditangani. Bila skenario penanganan sampah seperti dibahas dalam bab sebelumnya kurang begitu berfungsi, maka cara landfilling akan dapat menanggulanginya. Berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, No. Kegiatan I (Bidang Prasarana Wilayah), maka kegiatan TPA Regional Mamminasata yang direncanakan menerapkan sanitary landfill wajib dilengkapi dengan AMDAL karena mempunyai kapasitas 10.000 ton atau luasnya 10 ha.

5.2 Konsep Perencanaan LandfillDalam Perencanaan TPA Regional Mamminasata konsep landfill yang akan diterapkan merupakan penerapan metode controlled landfill. Secara garis besar tahapan pembangunan TPA yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : I. Kegiatan Pra Operasi 1. Penyediaan air bersih untuk TPA. 2. Pembangunan prasarana penunjang. 3. Perbaikan jalan akses dan operasi. 4. Pembangunan prasarana drainase. 5. Pengendalian air tanah. 6. Landscaping dan pekerjaan penyiapan lahan. 7. Pembangunan lapisan kedap. 8. Pembangunan sistem drainase air tanah. 9. Pembangunan saluran pengumpul lindi. 10. Pembangunan sistem pengolahan lindi. 11. Pembangunan sistem pengelolaan gas. 12. Pembangunan bangunan penunjang. 13. Pembentukan zone buffer dan pembatasan lokasi (pemagaran). 14. Penyediaan tanah penutup. 15. Pengoperasian lokasi.

Laporan Akhir5-2

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

II. Kegiatan Operasi Kegiatan pada tahap ini meliputi kegiatan pengoperasian TPA dan pemeliharaannya. Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah: 1. Penimbunan dan penutupan sel sampah. 2. Pembangunan sarana pemanfaatan gas. 3. Pembangunan sarana pelengkap seperti sarana penelitian dan dst. 4. Kegiatan daur ulang. 5. Pengoperasian dan pemeliharaan alat berat. 1. 2. 3. III. Kegiatan Pasca Operasi Pembentukan Lansekap. Pembangunan sarana akhir gas. Penataan lahan pasca operasi.

5.3

Penataan Ruang Lokasi TPA

Lahan di lokasi TPA Regional Mamminasata direncanakan akan terbagi menjadi : 1. Lahan efektif, merupakan bagian lahan yang digunakan sebagai lokasi penimbunan sampah. 2. Lahan utilitas, merupakan bagian jalan yang digunakan sebagai lokasi tanggul badan jalan, jembatan timbang, bangunan kantor, hanggar, bangunan pengolah leachate, bangunan pencucian kendaraan, daerah buffer lingkungan, dan sebagainya. 5.3.1 Lahan Efektif

Lahan efektif landfill sampah kota direncanakan terdiri atas 4 (empat) blok dengan luas keseluruhan seluas 36,71 ha (termasuk jalan operasi bagian dalam). Area landfill sampah kota dibagi menjadi 4 (empat) blok, dengan luas masing-masing sebagai berikut: Blok 1 : 9,12 ha Blok 2 : 9,12 ha Blok 3 : 9,12 ha Blok 4 : 7,58 ha. Lokasi landfill sampah kota berdampingan dengan landfill limbah B3, tetapi dibatasi oleh buffer tanaman dan pagar, karena keberdaaan landfill limbah B3 harus diproteksi secara khusus. Sedangkan area afektif landfill limbah B3 hanya terdiri atas 1 (satu) blok dengan luas 6,66 ha. Landfill limbah B3 terletak di sisi sebelah timur area TPA. Desain landfill sampah kota direncanakan pada elevasi +19,50 m sampai +22,00 m sebagai dasar landfill. Untuk landfill sampah kota direncanakan terdiri atas 4 lift (ketinggian timbunan 20 m), sedangkan landfill limbah B3 direncanakan dengan elevasi dasar landfill + 20,60 m hanya terdiri atas 3 lift (ketinggian timbunan 15 m). Lahan efektif direncanakan sebesar 41,60 hektar atau sekitar 30 % dari luas total keseluruhan. Luas lahan efektif memang relatif kecil untuk ukuran sebuah TPA, karena untuk TPA Mamminasata ini area TPA dirancang juga sebagai lokasi pabrik pemilahan, daur ulang, pengomposan, atau pabrik pengolahan sampah secara umum. Di samping itu, pada lokasi TPA limbah B3 juga direncanakan area pre-treatment limbah B3. Pada area bagian utara juga dialokasikan area kosong sebagai pengembangan TPA untuk masa yang akan datang. Selain itu ada juga area penelitian tanaman dan area stok cover soil.

Laporan Akhir5-3

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Perhitungan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Mamminasata ini dapat menampung sampah sekitar 5.776.675,02 m3 sampah kota atau diperkirakan dapat melayani Regional Mamminasata sampai dengan jangka waktu 20 tahun. Sedangkan kapasitas landfill limbah B3 diperhitungkan dapat menampung sekitar 829.458 m3, tetapi belum dapat dihitung usia pakainya, karena data mengenai timbulan limbah B3 di Regional Mamminasata belum ada. Landfill limbah B3 ini ke depan direncanakan untuk melayani pembuangan akhir limbah B3 dari Kawasan industri di sekitar lokasi TPA yang merupakan rencana kawasan industri, tetapi tidak menutup kemungkinan limbah B3 dari luas kawasan. Tabel 5.2 : Perhitungan Kapasitas Timbunan Landfill Sampah Kota dan Landfill Limbah B3 TPA Regional MamminasataNo I. 1 2 3 4 II. 1 2 3 4 III. 1 2 3 4 IV. 1 2 3 4 Blok Landfill BLOK - I LAPIS -1 T=5 M LAPIS -2 T=5 M LAPIS -3 T=5 M LAPIS -4 T=5 M TOTAL VOLUME BLOK - I BLOK - II LAPIS -1 T=5 M LAPIS -2 T=5 M LAPIS -3 T=5 M LAPIS -4 T=5 M TOTAL VOLUME BLOK-II BLOK - III LAPIS -1 T=5 M LAPIS -2 T=5 M LAPIS -3 T=5 M LAPIS -4 T=5 M TOTAL VOLUME BLOK-III BLOK - IV LAPIS -1 T=5 M LAPIS -2 T=5 M LAPIS -3 T=5 M LAPIS -4 T=5 M TOTAL VOLUME BLOK-IV KAPASITAS LANDFILL SAMPAH BLOK SAMPAH B-3 DENGAN KETINGGIAN 5 METER DARI ATAS TANGGUL LAPIS -1 T=5 M LAPIS -2 T=5 M LAPIS -3 T=5 M KAPASITAS LANDFILL LIMBAH B3 B-3 Satuan Volume

m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3 m3

438.152,15 361.936,13 394.336,13 361.936,13 1.556.360,53 438.152,15 361.936,13 394.336,13 361.936,13 1.556.360,53 438.152,15 361.936,13 394.336,13 361.936,13 1.556.360,53 289.298,36 264.498,36 289.298,36 264.498,36 1.107.593,44 5.776.675,02

V. 1 2 3

m3 m3 m3 m3

285.786,00 257.886,00 285.786,00 829.458,00

Sumber : Hasil Analisis dari Gambar Pra-Desain.

5.3.2

Lahan Utilitas

Laporan Akhir5-4

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Lahan utilitas direncanakan sebagai berikut : Lahan utilitas direncanakan sebagai berikut : Area TPA keseluruhan Buffer area

: 160,33 ha : 25,78 ha (dengan lebar rata-rata 40 m) Area N (uji-coba tanaman) : 2,58 ha Area A dan B (perkantoran, taman, dan incinerator) : 7,26 ha Area C (pemilahan dan pengolahan sampah) : 4,06 ha Area D dan E (garasi, pemanfaatan gas, & industri sampah) : 4,84 ha Area F (penerimaan dan stabilisasi limbah B3) : 4,21 ha Area stok cover soil : 7,45 ha Area IPAL landfill sampah kota : 4,48 ha Area IPAL landfill limbah B3 : 1,62 ha Area pengembangan : 5,76 ha. Lahan utilitas ini dibagi kembali menjadi lahan utilitas utama dan lahan utilitas penunjang. 5.3.2.1 Lahan Utilitas Utama

Lahan utilitas utama ini menyediakan lokasi untuk pengolahan pendahuluan yang meliputi tempat bagi pengolahan leachate dan biogas. Pengolahan leachate ditempatkan di titik terendah dari lokasi TPA dengan demilkian pengalirannya dapat dilakukan secara gravitasi. Lokasinya terletak disebelah Timur daerah Tempat Pembuangan Akhir. 5.3.2.2 Lahan Utilitas Penunjang

Lahan utilitas ini direncanakan akan meliputi : 1. Zone Bangunan Penunjang, yang terdiri atas : Pos penjaga Kantor. Garasi. Gudang dan workshop. Bengkel dan tempat cuci mobil. Shelter timbangan (scale house). 2. Jalan . 3. Fasilitas drainase. 4. Fasilitas pengelolaan gas. 5. Pengolahan leachate. 6. Prasarana penunjang. 7. Lahan Penunjang cadangan.

Laporan Akhir5-5

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.1 : Site Plan Area A, B, dan N Area A (Perkantoran & Taman/Buffer Luas 7,28 Ha) : 1. Bangunan Kantor Utama (2.118 m2) 2. Bangunan Auditorium (416 m2) 3. Bangunan Mess Pegawai (606 m2) 4. Bangunan Masjid (144 m2) Area B (Incinerator Luas 0,09 Ha) : 1. Rumah Incinerator ( 2x36 m2) Area N (Uji Coba Tanaman Luas 2,58 Ha): 1. Bangunan Penelitian Tanaman (6x150 m2). Bangunan Lainnya: 1. Pos Jaga (24 m2) 2. Jembatan Timbang dan Scale House (42 m2) 3. Tempat Cuci Truk Sampah (431,2 m2).

Laporan Akhir5-6

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.2 : Site Plan Area C, D, dan E Area C (Pemilahan dan Pengolahan Sampah Luas 4,06 Ha) : 1. Bangunan Pemilahan Sampah (819 m2) 2. Bangunan Gudang Stok (2x54 m2) 3. Bangunan Daur Ulang (819 m2) 4. Bangunan Komposting (819 m2) 5. Bangunan Genset (30 m2). Area D (Bengkel, Garasi, dan Pemanfaatan Gas Luas 1,68 Ha): 1. Bangunan Bengkel dan Garasi (2x645,11 m2) 2. Bangunan Pemanfaatan Gas (50 m2). Area E (Industri Luas 3,16 Ha): 1. Bangunan Industri Produk Daur Ulang (2x441 m2) 2. Bangunan Industri Produk Komposting (2x441 m2). 5.3.3 Zona Buffer Lingkungan

Merupakan pagar hijau pelindung dibuat mengelilingi lokasi TPA. Bentuk dari pagar hijau merupakan pepohonan yang tinggi dan berdaun lebat. Rentang buffer direncanakan mencapai 40 m dari batas lokasi, kecuali di beberapa daerah memiliki rentang yang berbeda karena alasan tertentu. Fungsi dari pagar hijau adalah : Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan ke dalam lahan urug. Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap lingkungan pemukiman di sekitarnya. Mengurangi kecepatan angin. Meminimasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000 m 2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada pemanfaatan

Laporan Akhir5-7

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

lokasi TPA Regional Mamminasata diperlukan 4,3 ha lahan untuk pengurang bau, namun pada perencanaan dialokasikan sekitar 25 ha sebagai buffer area. Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill. Pemagaran Merupakan batas dari lokasi yang menjadi bagian dari zone penyangga. Fungsi : Menjaga estetika lokasi. Pagar direncanakan tidak memberikan pandangan secara jelas kegiatan di lokasi TPA. Berfungsi juga sebagai pembatas lokasi TPA. Pada pintu masuk direncanakan terdapat pintu dorong. Perencanaan penataan ruang tempat pembuangan akhir sampah di TPA Regional Mamminasata dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 : Site Plan TPA Regional Mamminasata

5.4

Penyiapan Lokasi TPA

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyiapan lokasi TPA adalah : 1. Penyiapan lokasi lahan aktif. Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap, dengan memperhitungkan luas lahan yang akan dipakai dalam periode tertentu dan manfaat dari lahan yang akan dibersihkan.

Laporan Akhir5-8

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pemasangan liner. Pemasangan perpipaan gas. Pemasangan saluran lindi. Penyiapan tanah penutup. Pembangunan sarana penunjang. Penyiapan jalan operasi.

5.4.1 Pengupasan dan Pelapisan SiteJarak yang dipersyaratkan dalam SNI antara dasar TPA dengan muka air tanah adalah 3.0 meter atau lebih, sehingga memungkinkan adanya zone penyangga dari tanah tersebut andaikata lindi dari sampah di atasnya merembes ke bawah. Lapisan tersebut harus mempunyai kelulusan minimum sebesar 10 - 6 cm/detik. Pekerjaan Persiapan 1. Evaluasi terhadap ketinggian titik-titik yang ada dengan rencana. 2. Pekerjaan galian dan timbunan/urugan dilakukan untuk mendapatkan elevasi yang sesuai dengan rencana. 3. Dalam pekerjaan galian harus dihindarkan terjadinya genangan dan dilakukan bersih dari kotoran yang mengganggau seperti akar, tunas pohon, sisa kayu dan bekas bongkaran. 4. Dalam melakukan penggalian diperhatikan bagian yang mudah longsor dan dilakukan tindakan pencegahan terhadapnya. 5. Pengurugan dilakukan pada daerah yang terlalu rendah. 6. Tanah urug harus bersih dan memenuhi syarat sebagai tanah urug. 7. Urugan tanah dipadatkan sepadat mungkin hingga mencapai 90%. Standar density test (test kepadatan tanah relatif) dari tanah asli, pemadatan lapis demi lapis setiap Sebelum diurug tanah terlebih dahulu diurug dengan material padat menyerap air seperti batu kapur, dilapis dengan baik agar kadar air dapat berkurang, setelah itu dilakukan pengurugan tanah dan dipadatkan dengan stoom wals.

5.55.5.1

Perancangan PenguruganLapisan Dasar Lahan Teori Dasar

5.5.1.1

Penyiapan lapisan dasar merupakan faktor yang sangat penting dalam penyiapan TPA. Lapisan ini harus mampu menahan pencemaran agar tidak keluar dari lokasi landfilling. Pencegahan ini terutama untuk menghindari kontaminasi terhadap air tanah yang digunakan oleh penduduk sebagai salah satu sumber air bersih. 1. 2. Dasar sebuah lahan-urug akan terdiri dari : Lapisan-lapisan bahan liner untuk mencegah migrasi cemaran keluar lahan-urug. Sistem pengumpul lindi. 5.5.1.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh tanah yang akan digunakan sebagai lapisan dasar lahan aktif TPA. Kriteria tersebut dituangkan dalam Tabel 5.3. Selain itu Brunner & Keller menetapkan syarat minimal pelapisan dasar TPA sebesar 45 cm. Tabel 5.3 : Karakteristik Fisik Tanah sebagai Bahan Lapisan Kedap

Laporan Akhir5-9

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar) Parameter Jenis tanah Prosentase butiran halus Liquid limit Indeks plastisitas vs liquid limit Koefisien permeabilitas Persyaratan Bahan Pelapisan MH,ML,CH,CL > 50 % 35 - 60 > garis A < 4 x 10 -5 (cm/detik) Karakteristik Tanah Lokasi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi

Sumber : Parametrix, Inc Keterangan : Jenis tanah berdasarkan Unified Solid Classification.

5.5.1.3

Perancangan Lapisan Dasar Lahan

Lapisan liner dibentuk dari material dengan permeabilitas dan kelulusan yang rendah. Lapisan dasar lahan direncanakan terdiri dari 3 (tiga) jenis pelapisan yaitu : a). Lapisan kedap, lapisan terbawah yang berfungsi sebagai penahan resapan leachate ke lapisan tanah di bawahnya. b). Lapisan pasir (sand), lapisan berfungsi sebagai tempat pengaliran leachate menuju ke saluran pengumpul. c). Lapisan tanah, berfungsi sebagai pelindung lapisan kedap dari pelintasan kendaraan dan gangguan-gangguan lainnya. Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan dalam pemilihan liner seperti terlihat pada Gambar 5.4. Alternatif terpilih yang digunakan dalam perancangan adalah Alternatif 2.

Gambar 5.4 : Alternatif Sistem Lapisan Dasar dan Tanah Penutup Lapisan Drainase Di dalam pemilihan material ini dipertimbangkan permeabilitas sehingga lindi terkumpul dapat mengalir. Alternatif untuk lapisan drainase adalah dengan atau tanpa penggunaan lapisan geomembran. Pelapisan direncanakan sedemikian rupa, sehingga memiliki ketebalan 10 cm di atas jalur saluran dengan lebar permukaan lapisan 1 m. Material pasir terdapat di sekitar lokasi sehingga pengadaannya relatif mudah.

Laporan Akhir5-10

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pekerjaan Liner Adapun pengerjaan lapisan dasar dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Evaluasi terhadap ketinggian titik-titik yang ada dengan rencana 2. Penggalian atau pengurugan untuk mendapatkan elevasi yang sesuai rencana. 3. Pemadatan muka tanah gali-urug 4. Dilakukan sampai mencapai elevasi gali-urug dan kemiringan muka gali-urug yang ditentukan. Uji kepadatan perlu dilakukan untuk mengetahui kepadatan hasil kegiatan perkerasan yang dilakukan 5. Pembuatan lapisan kedap. 6. Pengerjaan pemasangan saluran pengumpul leachate 7. Pelapisan pasir. 8. Dilakukan di sepanjang garis bagi sampai mencapai elevasi 10 cm di atas elevasi kedap dan lebar permukaan lapisan 1 meter 9. Penutupan lapisan tanah pelindung. 10. Digunakan tanah asli dengan ketebalan diatur sehingga elevasi dasar lahan mencapai elevasi yang siap pakai yang ditentukan. 5.5.2 5.5.2.1 Tanah Penutup Teori Dasar

Tanah penutup yang baik dapat mencegah atau meminimasi air yang masuk ke dalam lahan urug, terutama berasal dari air hujan. Penetrasi air yang masuk merupakan sumber terbentuknya leachate yang merupakan pencemar bagi lingkungan. Semakin banyak air yang masuk maka semakin banyak pula leachate yang ditimbulkan dan yang harus dikelola. Dalam penggunaan sistem Sanitary Landfill, alternatif cara pengisian lahan TPA sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia yang terdiri dari Metode Area, Metode Trench, dan Metode Slope (Tchobanoglous). Metode Area (Area Method) : Metode ini umumnya digunakan untuk lahan yang tidak rata dan luas. Disini timbulan sampah diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer. Tanah penutup harian dapat diperoleh dari hasil penggalian bagian dasar atau lining TPA (dengan catatan kualitas tanahnya memenuhi syarat sebagai tanah penutup). Metode Slope (Ram Method) : Disini sampah disebarkan dan dipadatkan sedemikan sehingga membentuk kemiringan (slope) tertentu. Tanah penutup dapat diperoleh dari hasil penggalian bagian dasar dari slope tersebut (kualitas tanah memenuhi syarat sebagai tanah penutup). Melihat kondisi topografi yang ada maka metode sistem pengelolaan akhir sampah secara landfill untuk Kecamatan Palimanan di TPA Regional Mamminasata adalah Metode Slope. Metode Trench (Trench Method) : Metode Trench diterapkan untuk tanah yang datar dan luas relatif kecil serta tersedia tanah penutup yang cukup. Sampah dibuang kedalam lubang dan kemudian ditutup dengan tanah penutup pada akhir hari operasi. Tanah penutup diperoleh dari hasil penggalian lubang yang diletakkan di tepi galian lubang dan digunakan setelah parit terisi sampah (dengan catatan kualitas tanah memenuhi syarat sebagai tanah penutup).

Laporan Akhir5-11

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

5.5.2.2

Dasar dan Kriteria Perancangan

Terdapat tiga jenis penutupan sampah dengan lapisan tanah, yaitu : 1. Lapisan Penutup Harian Dipergunakan pada setiap hari akhir operasi. Lapisan ini mempunyai fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah, mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor penyakit dan mencegah kebakaran. Ketebalan lapisan adalah 20-30 cm dalam keadaan padat. Dalam sistem controlled landfill tidak dipergunakan. 2. Lapisan Penutup Antara (Intermediate Cover) Selain fungsi-fungsi seperti lapisan harian di atas, lapisan antara ini mempunyai fungsi lain yaitu : a). Sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses dekomposisi sampah yang memungkinkan pencegahan kebakaran. b). Pelintasan kendaraan di atasnya. Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan padat. Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian. Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun. 3. Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover) Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi. Ketebalan minimum yang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat. Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan penutup. Lapisan penutup tanah akhir terdiri dari : a). Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekitar lokasi. b). Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar. Memiliki ketebalan lapisan 50 cm. c). Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan adalah mudah dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat. Untuk bahan yang sesuai adalah campuran antara pasir, lanau dan lempung dengan prosentase perbandingan lanau. lempung, dan pasir yang hampir sama. Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban (moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm. Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik (pupuk). Namun demikian, pada pasca operasi direncanakan penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai (1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan sampah. Rekapitulasi Rencana Penutupan : 1. Tanah penutup dengan kelulusan maksimum 1 x 10-6 cm/det. 2. Tanah penutup final dengan kelulusan maksimum 10-7 cm/det. 3. Tebak tanah penutup antara = 0,30 0,50 m. 4. Tebal tanah penutup final = 0,50 - 0,60 m. 5. Rasio tanah penutup = 15 - 20 %. 6. Tanah penutup mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30o untuk mencegah terjadinya erosi. 5.5.2.3 Perancangan Tanah Penutup

Laporan Akhir5-12

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Sumber Tanah Penutup : Selain dari lokasi, tanah penutup diperoleh dari sekeliling lokasi. Tanah ini telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai tanah penutup dengan karakteristikk sama dengan tanah pelapis dasar. Tebal tanah penutup antara adalah 0,30 m. Tebal tanah penutup akhir adalah 0,50 m. Kemiringan lapisan sampah adalah 15 - 25 % untuk lapisan harian dan lapisan antara. Lapisan akhir memiliki kemiringan 30 %.

Gambar 5.5 : Tipikal Tanah Penutup Akhir 5.6 Sarana dan Prasarana TPA

Sarana dan prasarana penunjang yang direncanakan untuk TPA ini terdiri dari : 1. Zone Bangunan Penunjang a. Pos penjaga Fungsi : Penjagaan gerbang pintu masuk untuk menghidari pembuangan liar. Lokasi : Terletak di dekat pintu masuk. b. Kantor Lokasi : Direncanakan terletak di sebelah selatan dekat pintu masuk. Dekatnya bangunan kantor dengan pos penjagaan pintu masuk diharapkan dapat lebih meningkatkan penjagaan. c. Garasi Fungsi : Parkir mobil yang dapat digunakan untuk kepentingan lain bila mobil tidak ada. d. Rumah Penjaga Fungsi : Sebagai tempat tinggal penjaga di lokasi Lokasi : Tidak terlalu jauh dari bangunan kantor. Diposisikan sehingga seluruh lahan dapat terpantau.

Laporan Akhir5-13

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

e. Gudang dan workshopLokasi : zone bangunan penunjang Fungsi : keperluan operasional sehari-hari f. Bengkel dan tempat cuci mobil g. Shelter timbangan, dari struktur baja, dengan : Ukuran platform 4 x 9 m2 Kapasitas beban maximum 20 ton Ketelitian = 5 kg 2. Jalan Lokasi jalan : diharapkan dapat mencapai sejauh mungkin lahan kerja 3. Fasilitas drainase 4. Fasilitas pengelolaan gas Pengelolaan gas menggunakan perpipaan gas vertikal yang berfungsi mengalirkan gas yang terkumpul dalam satu lajur ke udara bebas. Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dan pada akhir operasi pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint. 5. Pengolahan leachate Sistem Pengelolaan leachate untuk TPA Regional Mamminasata terdiri dari : Sistem pengumpul dan penyalur lindi Sistem pengolahan lindi Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan lindi. 6. Prasarana penunjang a. Hidran Kebakaran Fungsi : prasarana pengurang bahaya kebakaran Lokasi : terletak di dekat perkantoran. b. Alat penangkal petir Lokasi : terletak di zone bangunan penunjang sebagai daerah yang berada di lokasi tertinggi. c. Sumur pemompaan air tanah Fungsi : sebagai sumber penyediaan air bersih lokasi. Lokasi : terletak di zone bangunan penunjang. Air tanah yang harus diambil merupakan air tanah dalam. d. Reservoir penampungan air Fungsi : sebagai penampung air untuk kebutuhan air Lokasi : di zone bangunan penunjang e. Sumur pemantauan Fungsi : Merupakan sumur untuk pemantauan migrasi gas kualitas air tanah. Jumlah : 4 atau lebih 3 minimum (Salvato) f. Sarana penerangan Tersebar di lokasi dan mengelilingi lahan g. Rambu-rambu lalu-lintas Fungsi : pengendalian debu, pembimbing kendaraan transportasi membuang sampah. h. Papan Nama Lokasi Lokasi terletak di pintu gerbang untuk papan nama dengan keterangan yang lengkap serta di ujung barat laut sisi pertama dari arah daerah layanan. 7. Lahan Penunjang cadangan Lokasi : di daerah buffer. Fungsi : sebagai lokasi penelitian dan pengambangan serta upaya recyling lain.

5.7

Sistem Drainase TPA

Laporan Akhir5-14

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

5.7.1

Teori Dasar

Berfungsi untuk mencegah aliran air permukaan masuk ke dalam lahan atau keluar lahan efektif. Drainase ini terdiri dari : a. Drainase isolasi lahan kerja. Direncanakan terdapat disekeliling lokasi TPA. Saluran ini juga terletak dipinggir jalan yang berfungsi untuk menampung limpasan air hujan dari jalan. Beban tampungan terbesar saluran ini berasal dari bagian sebelah barat. b. Drainase lokal Saluran drainase yang berada di dalam lokal berfungsi untuk mengalirkan air dari permukaan lahan efektif. Limpahan ini memungkinkan bercampur dengan timbunan sampah, karena itu diarahkan menuju pengolahan lindi. Drainase ini akan pula berfungsi untuk menampung lindi yang berasal dari rembesan tanah penutup di sisi timbunan sampah. c. Drainase aliran air sebelum penimbunan. Mengingat tidak seluruh lahan tersedia disiapkan untuk lahan penimbunan, maka dibutuhkan drainase untuk menyalurkan air permukaan di daerah tersebut. Prinsip dari drainase ini adalah menyalurkan air yang terkumpul di hulu penimbunan agar tidak bercampur dengan sampah. Air permukaan diarahkan menuju saluran ke sungai. Pada saat lahan beroperasi drainase ini akan berfungsi sebagai drainasae lindi. 5.7.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Dalam menentukan arah aliran saluran drainase yang direncanakan terdapat batasanbatasan sebagai berikut : a). Arah pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi. b). Pemanfaatan sungai/ anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang direncanakan, untuk drainase isolasi lahan kerja dan drainase aliran air sebesar penimbunan. 5.7.3 Perancangan Sistem Drainase

Umum Langkah perhitungan perencanaan sistem drainase : 1. Analisa hidrologi untuk menentukan banyaknya limpasan air hujan. 2. Perhitungan hidrolika untuk menentukan dimensi saluran. Analisa Hidrologi Dasar dari analisis rencana dimensi saluran drainase adalah analisa hidrologi khususnya analisa debit maksimum rencana, yang mana sangat tergantung pada ketersediaan data penunjangnya. Pengukuran debit diturunkan dari data hujan secara teoritis berdasarkan metoda-metoda yang lazim digunakan. Stasiun hujan yang berpengaruh langsung (significant) terhadap lokasi proyek adalah stasiun SEMREPATTALASANG (GOWA) (No. 23/BS/DPU/PMA/77) dengan jumlah data pengamatan selama 10 seri data (tahun 1997-2006). Rata-rata hujan harian maksimum yang terjadi sebesar 56.00 mm/hari, sedangkan hujan harian maksimum terbesar yang terjadi adalah sebesar 97.5 mm/hari pada tahun 2001 bulan februari (lihat Tabel 5.4). Tabel 5.4 : Data Hujan Harian Maksimum Stasiun Semre Pattalasang (Gowa) (No. 23/BS/DPU/PMA/77)Tahun R24 1997 68 1998 66 1999 96 2000 193 2001 123 2002 183 2003 138 2004 125 2005 110 2006 303

Laporan Akhir5-15

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar) (mm)Sumber : BMG SEMRE-PATTALASANG (GOWA)

Analisa Frekuensi Hujan Untuk mendapatkan beban rencana terlebih dulu akan dilakukan analisa frekwensi hujan harian tahunan maksimum. Data hujan harian akan ditransformasikan menjadi intensitas hujan sesuai dengan waktu konsentrasi. Beberapa formula praktis yang telah diuji pemakaiannya di Indonesia (Formula Mononobe, Ishiguro, Talbot, dan lain-lain) dapat digunakan. Analisis statistik data hujan harian maksimum MAKASAR dengan menggunakan distribusi Log Pearson Type III menghasilkan parameter statistik sebagai berikut : Harga rata-rata, Log X = 1.934 mm Standard deviasi, Slog = 0.026 Kemencengan (Skewness) glog = -0.297 Untuk periode ulang n tahun digunakan Persamaan Log Person Type III sebagai berikut : Log X = LogX + K . Slog Dengan menggunakan persamaan diatas besarnya hujan rencana R24 berbagai periode ulang adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan data tersebut diatas (table 1) dan distribusi frekwensi Log Person Tipe III, maka besarnya hujan maksimum rencana dengan berbagai periode ulang adalah sebagai berikut : Tabel 5.5 : Rencana Hujan Harian MaksimumNo. 1 2 3 4 5 Periode Ulang (tahun) 2 5 10 25 50 Hujan Max. Rencana (R24) (mm/hari) 130.97 164.78 182.64 201.72 212.99

Besarnya R24 yang digunakan untuk perencanaan saluran drainase adalah R24 periode ulang 25 tahun yaitu sebesar 66.55 mm. Lengkung Intensitas Hujan Wilayah Makassar Data yang disajikan dalam Tabel 5.5 merupakan curah hujan harian maksimum. Untuk mendapatkan lengkung Intensitas hujan dugunakan Formula Mononobe sebagai berikut :

dimana : I = intensiatas hujan (mm/jam) R24 = curah hujan harian maksimum untuk suatu periode ulang t = waktu konsentrasi (jam) Selanjutnya hasil analisa dan gambar lengkung intensitas hujan untuk berbagai periode ulang hujan disajikan dalam Gambar 5.6.

R I = 24 (24/ t)0,67 24

Laporan Akhir5-16

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Tabel 5.6 : Perhitungan Intensitas Hujan di Pattalasang Kabupaten Gowa dengan Formula Mononobe

Laporan Akhir5-17

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)Perhitungan Intensitas Hujan (Formula Mononobe) Di Semre - Pattalasang Kab.Gowat (jam) t (menit) 0 0 0.08 5.00 0.17 10.00 0.25 15.00 0.33 20.00 0.42 25.00 0.50 30.00 0.58 35.00 0.67 40.00 0.75 45.00 0.83 50.00 0.92 55.00 1.00 60.00 1.08 65.00 1.17 70.00 1.25 75.00 1.33 80.00 1.42 85.00 1.50 90.00 1.58 95.00 1.67 100.00 1.75 105.00 1.83 110.00 1.92 115.00 2.00 120.00 2.08 125.00 2.17 130.00 2.25 135.00 2.33 140.00 2.42 145.00 2.50 150.00 2.58 155.00 2.67 160.00 2.75 165.00 2.83 170.00 2.92 175.00 3.00 180.00 3.08 185.00 3.17 190.00 3.25 195.00 3.33 200.00 2 242.52 152.42 116.16 95.80 82.50 73.01 65.85 60.21 55.64 51.85 48.64 45.89 43.49 41.38 39.51 37.84 36.34 34.97 33.73 32.59 31.54 30.57 29.67 28.84 28.06 27.33 26.65 26.01 25.41 24.84 24.30 23.78 23.30 22.84 22.40 21.98 21.58 21.20 20.83 20.48 Tr (Periode Ulang) 5 10 25 305.12 191.77 146.15 120.53 103.79 91.86 82.84 75.75 70.01 65.23 61.20 57.73 54.72 52.07 49.72 47.61 45.72 44.00 42.43 41.00 39.68 38.46 37.34 36.29 35.31 34.39 33.53 32.72 31.96 31.25 30.57 29.92 29.31 28.73 28.18 27.65 27.15 26.67 26.21 25.77 338.206 212.565 161.998 133.598 115.046 101.817 91.826 83.967 77.596 72.307 67.834 63.993 60.651 57.713 55.106 52.774 50.673 48.770 47.034 45.446 43.984 42.634 41.383 40.220 39.135 38.120 37.168 36.273 35.430 34.635 33.882 33.169 32.492 31.849 31.236 30.652 30.094 29.561 29.051 28.563 373.538 234.771 178.922 147.555 127.065 112.454 101.419 92.739 85.702 79.861 74.921 70.678 66.987 63.742 60.863 58.287 55.967 53.864 51.948 50.193 48.579 47.088 45.706 44.421 43.223 42.102 41.051 40.063 39.132 38.253 37.422 36.634 35.886 35.176 34.499 33.854 33.238 32.650 32.086 31.547 50 394.39 247.88 188.91 155.79 134.16 118.73 107.08 97.92 90.49 84.32 79.10 74.62 70.73 67.30 64.26 61.54 59.09 56.87 54.85 53.00 51.29 49.72 48.26 46.90 45.64 44.45 43.34 42.30 41.32 40.39 39.51 38.68 37.89 37.14 36.43 35.74 35.09 34.47 33.88 33.31

Sumber : Hasil Perhitungan.

Laporan Akhir5-18

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Grafik Intensitas Hujan Semre-Pattalasang (Gowa) - Sulawasi Selatan450 400 Intensitas (mm/jam) 350 300 250 200 150 100 50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200

2 5 10 25 50

Waktu Konsentrasi (me nit)

Gambar 5.6 : Gambar Lengkung Intensitas Hujan Analisa Debit Rencana Maksimum Besarnya debit rencana maksimum (m3/det) dihitung dengan rumus regional : Q = 0,278 x C x I x A (m3/det) Maka besarnya debit rencana masimum sesuai dengan periode ulang dan luas areal yang diperkirakan didapat sebagai berikut :

Tabel 5.7 : Analisa Debit Rencana Maksimum

Laporan Akhir5-19

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)T a b e l D e b it M a x s im u m R e n c a n a L o k a s i K :a b u p a t e n G o a T r (th ) L u a s 9 :5 H a H j. M a x 5 10 25 50 A r e a T: P A R e g io n a l M a m m in a m am a/ h r )1 6 4 . 7 8 1 8 2 . 6 4 2 0 1 . 7 2 2 1 2 . 9 9 (s t

Luas N am a Sal Luas C T a n g k a p a n (m 2 ) (K m 2 ) S A -1 8 , 2 1 1 . 205. 0 0 8 2 1 01 . 6 S A -2 1 6 , 4 2 2 . 0 00 1 6 4 2 03 . 6 5. S A -3 1 0 , 9 4 8 . 0 30 1 0 9 4 08 . 6 3. S A -4 1 6 , 4 2 2 . 0 00 1 6 4 2 03 . 6 5. S A -5 1 6 , 4 2 2 . 0 00 1 6 4 2 03 . 6 5. S B -1 1 8 , 9 9 3 . 0 50 1 8 9 9 04 . 6 7. S B -2 1 0 , 7 8 2 . 0 00 1 0 7 8 03 . 6 5. S B -3 1 0 , 7 8 2 . 0 00 1 0 7 8 03 . 6 5. S B -4 2 1 , 5 6 5 . 0 00 2 1 5 6 05 . 6 . S C -1 8 , 4 4 1 . 607. 0 0 8 4 4 02 . 6 S C -2 8 , 4 4 1 . 607. 0 0 8 4 4 02 . 6 S C -3 1 2 , 6 6 2 . 0 00 1 2 6 6 03 . 6 5. S C -4 1 2 , 6 6 2 . 0 00 1 2 6 6 03 . 6 5. S D -1 8 , 0 2 0 . 000. 0 0 8 0 2 00 . 6 S D -2 1 2 , 0 3 0 . 0 00 1 2 0 3 00 . 6 . S D -3 7 4 , 7 1 0 . 0 00 7 4 7 1 00 . 6 . S D -4 8 6 , 7 4 0 . 0 00 8 6 7 4 00 . 6 . S E -1 1 0 , 8 3 8 . 0 00 1 0 8 3 09 . 6 5. S E -2 1 0 , 8 3 8 . 0 00 1 0 8 3 09 . 6 5. S E -3 1 0 , 8 3 8 . 0 00 1 0 8 3 09 . 6 5. S E -4 1 0 8 , 4 1 7 .00. 0 0 8 4 1 07 . 6 1 S F -1 4 5 , 8 9 0 . 0 80 4 5 8 9 00 . 6 3. S F -2 4 5 , 8 9 0 . 0 80 4 5 8 9 00 . 6 3. S F -3 9 1 , 7 8 0 . 0 50 9 1 7 8 01 . 6 7. S F -4 9 1 , 7 8 0 . 0 50 9 1 7 8 01 . 6 7. S G -1 8 , 5 0 0 . 000. 0 0 8 5 0 00 . 6 S G -2 8 5 , 0 0 0 . 0 00 8 5 0 0 00 . 6 . S G -3 2 8 , 0 0 0 . 0 00 2 8 0 0 00 . 6 . S G -4 2 8 , 0 0 0 . 0 00 2 8 0 0 00 . 6 . S U -1 1 0 8 , 4 1 7 .00. 0 0 8 4 1 07 . 6 1 S U -2 9 1 , 7 8 0 . 0 50 9 1 7 8 01 . 6 7.

S 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1 0 .0 1

Lof (m ) 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0 1 0 .0 0

Lof (k m ) 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0 0 .0 1 0

I n t e n s i t a s ( m m /j a m ) D e b i t ( m 3 / d e t ) Tr Tr Tr H to f to f Tr Tr Tr ( m ) ( j a m ) ( m e n it )5 T h n 1 0 T h n 2 5 T h n 5 T h n 1 0 T h n2 5 T h n 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 4 1 2 0 . 4 5 7 0 . 5 0 4 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 8 2 4 0 . 9 1 3 1 . 0 0 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 9 0 . 6 0 9 0 . 6 7 2 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 8 2 4 0 . 9 1 3 1 . 0 0 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 8 2 4 0 . 9 1 3 1 . 0 0 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 9 5 3 1 . 0 5 6 1 . 1 6 7 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 1 0 . 6 0 0 0 . 6 6 2 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 1 0 . 6 0 0 0 . 6 6 2 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 1 . 0 8 2 1 . 1 9 9 1 . 3 2 5 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 4 2 4 0 . 4 6 9 0 . 5 1 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 4 2 4 0 . 4 6 9 0 . 5 1 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 6 3 5 0 . 7 0 4 0 . 7 7 8 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 6 3 5 0 . 7 0 4 0 . 7 7 8 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 4 0 2 0 . 4 4 6 0 . 4 9 3 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 6 0 4 0 . 6 6 9 0 . 7 3 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 3 . 7 4 8 4 . 1 5 5 4 . 5 8 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 4 . 3 5 2 4 . 8 2 4 5 . 3 2 8 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 4 0 . 6 0 3 0 . 6 6 6 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 4 0 . 6 0 3 0 . 6 6 6 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 5 4 4 0 . 6 0 3 0 . 6 6 6 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 5 . 4 4 0 6 . 0 2 9 6 . 6 5 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 2 . 3 0 2 2 . 5 5 2 2 . 8 1 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 2 . 3 0 2 2 . 5 5 2 2 . 8 1 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 4 . 6 0 5 5 . 1 0 4 5 . 6 3 7 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 4 . 6 0 5 5 . 1 0 4 5 . 6 3 7 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 0 . 4 2 6 0 . 4 7 3 0 . 5 2 2 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 4 . 2 6 5 4 . 7 2 7 5 . 2 2 1 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 1 . 4 0 5 1 . 5 5 7 1 . 7 2 0 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 1 . 4 0 5 1 . 5 5 7 1 . 7 2 0 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 5 . 4 4 0 6 . 0 2 9 6 . 6 5 9 0 .1 0 0 0 0 .0 8 5 5 .1 0 8 3 0 0 . 8 0 3 3 3 . 4 1 3 6 8 . 2 4 4 . 6 0 5 5 . 1 0 4 5 . 6 3 7

Perencanaan Saluran Drainase Dalam menentukan arah jalur saluran drainase yang direncanakan terdapat batasanbatasan sebagai berikut : Arah Pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi. Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang direncanakan, untuk drainase lokasi lahan kerja dan drainase aliran air sebesar penimbunan. a. Intensitas Curah Hujan (I) Dalam merencanakan drainase air hujan untuk isolasi lahan kerja dipergunakan intensitas hujan dengan periode ulang maksimal 20 tahun dengan persamaan umum 595,1398

Laporan Akhir5-20

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

I = tc 0,36094 Dimana tc = waktu konsentrasi (menit) b. Waktu Konsentrasi (tc) Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air hujan dari titik terjauh menuju titik tertentu yang ditinjau. Waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah melimpah menuju ke saluran terdekat (overland time of flow = to) dan waktu untuk mengalir dalam saluran ke saluran tempat yang ditinjau (td), tc = to + td. Perhitungan nilai waktu limpasan, to to = 3,26 (1,1 - C)Lo1/2 /S1/3 dimana : Lo = panjang limpasan terjauh C = koefisien pengaliran S = kemiringan lahan Disamping itu perlu dihitung waktu pengaliran td (waktu yang dibutuhkan air hujan untuk mengalir). Dalam hal ini td ditentukan oleh karakteristik hidrolis di dalam saluran, dimana rumus pendekatan adalah : td = L v dimana : L = Panjang saluran v = Kecepatan rata-rata dalam saluran Kecepatan (v) dihitung dengan rumus Manning : v = 1 R2/3 x S 1/2 n dimana : V n R S = Kecepatan (m/detik) = Kekasaran saluran (non satuan) = Jari-jari hidrolis (m) = Kemiringan (m/m)

c. Koefisien pengaliran (c) Koefisien pengaliran ini diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisiensi dan tampungan hujan pada tanah sehingga mempengaruhi jumlah yang mengalir pada tanah. Pada suatu daerah pengaliran dengan tataguna tanah yang berbeda-beda besarnya koefisiensi pengaliran ditetapkan dengan mengambil harga rata-rata berdasarkan bobot luas daerah seperti pada rumus berikut ini : Cr = C1x A1 + C2xA2 + ........ Cn xAn A

Laporan Akhir5-21

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

dimana : Cr = Harga rata-rata koefisien pengaliran A = Luas total d. Kecepatan Aliran Penentuan kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan pada kecepatan minimum yang diperoleh agar tetap self cleansing dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman. Untuk kecepatan minimum diambil sebesar 0,75 m/det, sedangkan maksimum 2,5 m/det. e. Kemiringan Saluran dan Talud Saluran Kemiringan saluran yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah kemiringan dasar saluran. Sedangkan talud saluran adalah kemiringan dinding saluran. Kemiringan dasar saluran didasarkan pada pertimbangan kemiringan minimal untuk menghindari terjadi sendimentasi pada dasar saluran, dan kemiringan maksimal untuk menjaga kedalaman bagian hilir saluran agar tidak terlalu dalam. Perhitungan Debit dan Dimensi Saluran Rencana Dengan menggunakan Rumus : Q = A . (1/n) . (R2/3) . (s)1/2 Free boat 10 cm y3

Dimana :

Q = debit saluran (m /det) b A = luas penampang (m2) n = koefisien kekasaran Manning R = jari-jari hidrolik s = kemiringan saluran yang diizinkan b = Lebar saluran y = Tinggi muka air rencana Maka diperoleh debit dan dimensi saluran rencana. Luas areal tangkapan dan dimensi saluran dengan berbagai ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini (untuk periode Tr 10 tahun).

Tabel 5.8 : Dimensi Rencana Saluran TPA Regional Mamminasata

Laporan Akhir5-22

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Dimensi Rencana Saluran TPA REGIONAL MAMMINASATANama Saluran SA-1 SA-2 SA-3 SA-4 SA-5 SB-1 SB-2 SB-3 SB-4 SC-1 SC-2 SC-3 SC-4 SD-1 SD-2 SD-3 SD-4 SE-1 SE-2 SE-3 SE-4 SF-1 SF-2 SF-3 SF-4 SG-1 SG-2 SG-3 SG-4 SU-1 SU-2 Panjang (m) 370.37 88.89 88.89 370.37 459.26 459.26 88.89 88.89 459.26 96.30 577.78 96.30 577.78 577.78 88.89 88.89 577.78 148.15 333.33 333.33 148.15 466.67 444.44 444.44 622.22 148.00 148.00 403.70 403.70 111.11 148.15 Dimensi saluran b h (m) (y + 0.1 m) 0.60 0.70 0.60 0.70 0.70 0.70 0.60 0.60 0.80 0.60 0.60 0.70 0.70 0.60 0.70 1.50 1.50 0.70 0.70 0.70 1.50 1.00 1.00 1.20 1.20 0.60 0.30 0.30 0.30 1.50 1.50 0.90 1.10 1.10 1.30 1.30 1.30 1.10 1.10 1.30 0.90 0.90 1.00 1.00 0.90 1.00 1.70 1.90 0.90 0.90 0.90 2.10 1.30 1.30 1.80 1.90 0.80 0.40 0.40 0.40 2.00 1.90 Elevasi saluran Awal Akhir (m) (m) 34.10 33.90 33.90 33.70 33.70 33.70 33.90 33.90 33.70 34.10 34.10 34.00 34.00 34.10 34.00 33.30 33.10 34.10 34.10 34.10 32.90 28.70 28.70 28.20 28.10 34.20 34.60 34.60 34.60 33.00 33.10 33.36 33.72 33.72 32.96 32.78 32.78 33.72 33.72 32.78 33.91 32.94 33.81 32.84 32.94 33.82 33.12 31.94 33.80 33.43 33.43 32.60 26.37 26.48 25.98 24.99 33.46 33.86 32.58 32.58 32.78 32.80 Jenis Saluran Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Tipe Saluran U60 U70 U60 U70 U70 U70 U60 U60 U80 U60 U60 U70 U70 U60 U70 U150 U150 U70 U70 U70 U150 U100 U100 U120 U120 U60 U30 U30 U30 U150 U150

Nb : freeboard 10 cm

Laporan Akhir5-23

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gambar 5.7 : Layout Penempatan Saluran Drainase

Gambar 5.8 : Saluran Drainase

5.8 Sistem Pengolahan Leachate TPA5.8.1 Teori Dasar

Leachate adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah. Secara teoritis leachate tidak akan keluar dari timbunan sampah sebelum kapasitas serap air dari sampah terlampaui.

Laporan Akhir5-24

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Kualitas dan kuantitas leachate tergantung dari banyak faktor, antara lain karakteristik dan komposisi sampah, jenis tanah penutup, iklim, kondisi kelembaban dalam timbulan sampah serta waktu penimbunan sampah. Secara umum leachate mengandung zat organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi, terutama pada timbunan sampah yang masih baru. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sebuah TPA yang baik tidak terlepas dari pengelolaan leachatenya. 5.8.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Leachate adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Jadi banyaknya lindi yang dihasilkan bergantung pada masuknya air dari luar, terutama air hujan. Sistem Pengelolaan leachate untuk TPA Regional Mamminasata terdiri dari : 1. Sistem pengumpul dan penyalur lindi. 2. Sistem pengolahan lindi. Sistem Pengumpul dan Penyalur Lindi Sistem ini menggunakan pipa PVC sebagai pengumpul dan penyalur lindi. Pipa PVC memiliki kriteria desain sebagai berikut : Kekuatan tekan pipa 700 kg/cm2 Kekuatan kompresi 400 kg/cm2 Kekuatan lengkung 1000 kg/cm2 4 Modulus tensil (x10 ) 2.5 - 3.5 kg/cm2 Batasan lainnya dalam perencanaan meliputi : Dimensi pipa minimum 4 inch Slope antara 0,5 1% dan 1,2 1,8% Jarak antar pipa 40 m Sistem Pengolahan Leachate Pengadaan sistem pengolahan leachate sangat diperlukan untuk mengurangi beban pencemaran terhadap badan air penerima. Lindi yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu sehingga mencapai standar aman untuk kemudian dibuang ke dalam badan air penerima. Diharapkan setelah dilakukan pengolahan tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap sungai maupun air tanah. Masalah yang dihadapi adalah bahwa debit lindi yang keluar dari timbunan sampah sangat berfluktuasi. Sistem pengolahan lindi ini direncanakan untuk menurunkan kadar BOD dari leachate sebelum dibuang ke badan air penerima. Rangkaian pengolahan yang direncanakan meliputi : 1. Kolam Stabilisasi 2. Kolam Maturasi 3. Lahan Sanitasi

5.8.3 Timbulan LeachateAda beberapa metode perkiraan timbulan leachate yang dapat dipergunakan, yaitu : 1. Metode Neraca Air. Metode ini didasari oleh asumsi bahwa lindi hanya dihasilkan dari curah hujan yang berhasil menyerap masuk ke dalam timbunan sampah (perkolasi). Beberapa sumber lain seperti hasil dikomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah dan aliran air

Laporan Akhir5-25

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

permukaan lainnya diabaikan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas perkolasi dalam Metode Neraca Air ini adalah presipitasi, evapotranspirasi, surface run-off, dan soil moisture storage. Karena data yang diperlukan tidak terlalu lengkap maka metode ini tidak dipergunakan. 2. Metode Pembebanan Diperkenalkan oleh Tchobanoglous. Penggunaan metode ini perlu memperhatikan : 1. Berat timbunan sampah 2. Produksi gas dari tiap sel sampah 3. Kadar air sampah 4. Kelengasan tanah Produksi lindi sangat dipengaruhi jumlah atau beban yang ada di atasnya. Untuk lokasi dimana tidak seluruh lokasi tertimbun sampah dalam jumlah yang sama terjadi variasi beban serta variasi timbulan gas. Keduanya mempengaruhi jumlah lindi yang dihasilkan. Karena untuk TPA Regional Mamminasata ini sampah masuk tidak sama setiap tahunnya dengan luas tutupan lahan yang berbeda pula, maka metode ini menjadi terlalu kompleks sehingga tidak digunakan sebagai dasar perhitungan produksi lindi. 3. Metode Curah Hujan Maksimum. Metode lain untuk proyeksi lindi adalah penggunaan data curah hujan harian maksimum atau bulanan selama beberapa tahun untuk sistem pengumpulan lindi dengan catatan, hujan terkonsentrasi selama 4 (empat) jam. Dan rata-rata intensitas hujan bulanan maksimum untuk dasar perhitungan perancangan sistem pengolahan lindi. Metode ini adalah metode yang dipergunakan dalam menentukan timbulan leachate yang mungkin timbul di TPA Regional Mamminasata. Pada dasarnya terdapat dua kemungkinan keadaan dari lindi yang timbul, yaitu : 1. Timbunan lindi setelah saluran penimbunan sampah selesai. 2. Timbunan lindi pada saat selama masa pengoperasian. Timbulan yang dihasilkan selama masa pengoperasian akan lebih besar dibandingkan produksi setelah pengoperasian. Hal ini diakibatkan infiltrasi yang terjadi pada masa pengoperasian lebih besar akibat belum adanya penutup akhir dan tanaman-tanaman di atasnya. Tinggi produksi lindi (infiltrasi) dalam tahapan pengoperasian adalah : I = (1 - Cro) x P dengan : I = infiltrasi Cro = koefisien run-off P = presipitasi curah hujan maksimum bulanan. Timbulan lindi dihitung dengan persamaan : QL = A x (1-Cro) x P / 86400 QL = timbunan lindi (L/detik) QL = A . I atau QL = A x (1 - Cro) x P A = luas catchement area Cro = koefisien run-off P = presipitasi/curah hujan.

5.8.4 Sistem Pengumpul Leachate

5.8.4.1

Perancangan Pengumpulan Leachate

Perancangan pengumpulan lindi meliputi : 1. Pemilihan liner.

Laporan Akhir5-26

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

2. Perencanaan. Peletakan pengumpul lindi Penyalur lindi Pembuangan lindi 3. Lay out dan perancangan Alternatif sistem pengumpulan lindi : a). Menggunakan pipa berlubang, kemudian diselubungi dengan batuan. Cara ini banyak dipergunakan dalam konstruksi pipa lindi di beberapa TPA dengan sistem lahan urug. b). Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis, dan didalamnya disusun batu kali kosong. Pada perancangan ini direncanakan pipa pengumpul menggunakan sistem perpipaan. Faktor pemilihan material pipa meliputi : Tipe lindi Kebutuhan pengaliran Korosi Pengikisan Karakteristik produk Kondisi fisik Instalasi yang dibutuhkan Efektivitas biaya Perlakuan khusus yang dibutuhkan Perancangan pipa pengumpul lindi TPA Regional Mamminasata menggunakan jenis pipa PVC dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan dan berdasarkan kemudahannya dalam penyediaan. Pipa jenis ini memiliki kerentanan terhadap asam dan senyawa organik seperti asam asetat, hydroclorida, benzaldehida, carbon tetraklorida. Dengan sistem pengumpul lindi, diharapkan sebagian besar air sampah yang mengalir kebawah dapat tertangkap, guna selanjutnya dialirkan ke pengolahan lindi sebelum dibuang ke badan air. Saluran pengumpul lindi direncanakan terdiri dari : a). Saluran pengumpul, merupakan saluran yang mengumpulkan leachate dari timbunan sampah dan mengalirkannya menuju hilir saluran. Saluran ini dipasang memanjang di setiap garis setiap zone b). Saluran sekunder, merupakan saluran yang mengalirkan lindi yang terkumpul hingga ke bak kontrol. Merupakan saluran berupa rangkaian pipa pada pertemuan antara pengumpul dan pengalir digunakan strip drainase plastik. c). Saluran primer, merupakan saluran yang mengaliran lindi dari akhir saluran pengalir di bak kontrol ke lokasi inlet bangunan pengolah lindi di bak pengumpul lindi. Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan lindi. Desain Dimensi Pengumpul lindi tergantung pada kondisi tersaturasi. Tipikal dimensi pipa adalah 6 - 8 inch (15-20 cm). Penggunaan diameter tersebut memperhatikan kemudahan pembersihan. Pipa 8 inch dipandang lebih baik dalam efisiensi pembersihan. Diameter

Laporan Akhir5-27

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

yang lebih besar memungkinkan berdasarkan aliran maximum dalam pipa. Sedang dari Tchobanoglous 4 inch (10 mm) pipa masih memenuhi untuk drainase genangan lindi yang terbentuk. Slope Kriteria desain untuk slope pipa pengumpul adalah 1.2 - 1.8 % dan 0.5 1 %, namun adanya penyiapan lahan memungkinkan untuk penyesuaian slope dasar. Kontrol diberikan dengan kontrol kecepatan pada pipa. Perforasi Pipa Dari hasil pengamatan, flowrate pipa tidak bertambah besar dengan pembesaran dimensi lubang. Konduktivitas hidrolis material sekeliling pipa seperti gravel memperbesar kapasitas pengaliran. Lubang yang terlalu besar dapat menyebabkan tanah dapat masuk ke dalam pipa. Desain : Perforasi dibatasi hingga 1/4 dari diameter 6" PVC (atau AGS). Kondisi ini sedikit mempengaruhi kekuatan pipa dan perbandingan antara kekuatan (tahan pecah) terhadap daya muat. Dimensi lubang direncanakan 1 - 2 cm dengan kerapatan luas perforasi 150 - 200 cm/m2 dan jarak lubang lebih kurang 7,5 cm. Untuk dimensi perforasi irisan berukuran 1 x 3 cm2. Adanya perforasi ini menyebabkan Q design = Qac x L/(L-Lp) dimana L adalah panjang lingkaran dan Lp adalah panjang perforasi pipa. Dari hasil perhitungan faktor koreksi debit (1,3) tidak berpengaruh pada penentuan dimensi pipa. Alternatif lain adalah perforasi dengan jarak antar lubang 6 mm (0.25 inci) dan besar lubang 0,25 mm (0,01 inci) perforasi dengan laser yang didasarkan ukuran material sekeliling pipa. Namun dengan pertimbangan sulit dalam teknis pelaksanaan maka alternatif ini tidak dijadikan dasar perancangan. Jarak Antar Pipa Salvato memberikan arahan untuk pemasangan pipa pengumpul setiap rentang 6 m (20 ft) sementara JICA hingga 40 m masih diperbolehkan. Selain itu pada satu jalur pipa diberikan 3 jalur pipa pengumpul. Jarak antar pipa 15 - 120 m (50 - 400 ft). Pada perancangan ini jarak antar pipa 40 m. Sebenarnya jarak diluar rentang memungkinkan tergantung : konduktivitas hidrolis lapisan pengumpul. slope dasar. Material Pendukung Pipa Leachate 100 % melalui saringan 1.5 inch dan kurang dari 5 % tertahan saringan 50 US standar untuk pipa kecil, ukuran material dibatasi max 10 % dari diameter pipa batu pecah atau 3/4 inc saringan no.4 lebih baik (ASCE, WPCF, 1982)

5.8.4.2

Perhitungan Sistem Pengumpul Leachate

Di dalam perhitungan dimensi saluran lindi, besarnya saluran sekunder yang dipergunakan pada tiap-tiap segmen bergantung pada debit yang mengalir pada saluran tersebut. Debit yang mengalir di saluran tergantung dari luas tangkapan hujan untuk saluran tersebut. Sedangkan dimensi untuk pipa utama bergantung dari akumulasi debit aliran saluran sekunder yang bercabang pada pipa utama tersebut.

Laporan Akhir5-28

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Desain : Digunakan pengumpul berupa pipa dengan sistem saluran terbuka. Diasumsikan pipa terisi 0,6 dan maksimal 0,8 penuh.

Gambar 5.9 : Penempatan Perpipaan Leachate dan Pipa Gas Vertikal

5.8.5 Sistem Pengolahan Leachate

5.8.5.1

Desain Pengolahan Leachate

Pengolahan lindi yang direncanakan berupa kolam stabilisasi fakultatif. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan tersedianya sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis, serta dengan biaya pembangunan yang relatif murah dan mudah pengoperasiannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan setelah lindi terkumpul direncanakan pengolahan yang terdiri dari : Kolam penyeimbang yang merangkap sebagai kolam stabilisasi. Kolam maturasi. Sistem Pengolahan Lindi ini meliputi komponen-komponen : Pengumpul lindi Pengatur aliran Perpipaan Bangunan pengolahan lindi Fasilitas pembuangan.

Laporan Akhir5-29

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Influen dan Efluen : BOD influen diasumsikan sebesar 4000-5000 mg/l, sedangkan efluen untuk dibuang ke badan air sedapat mungkin mendekati Baku Mutu Air Golongan III yaitu 150 mg/l.

Gambar 5.10 : Instalasi Pengolah Leachate 5.8.5.2 Perhitungan Perancangan Sistem Pengolah Lindi

(a) Kolam Stabilisasi Kolam stabilisasi yang diusulkan adalah dari jenis fakultatif. Dimensi kolam ditetapkan dengan rumus : V=Q.t dimana : V = volume kolam (m3) Q = debit lindi (m3/hari) T = waktu detensi (hari) Kriteria desain kolam stabilisasi adalah : Waktu detensi 12 - 33 hari Kedalaman kolam 2,5 - 4,0 m Efisiensi pengolahan (60 -80%) Asumsi BOD 4000 - 5000 mg/l Asumsi COD 8000 - 10000 mg/l Asumsi : BOD in (So) = 4000 mg/l atau beban BOD 20000 mg/det (1738) kg/hari Waktu kontak (t) = 20 hari Konstanta laju penyisihan k' diambil = 0,1 hari. (b) Kolam Aerasi Secara Mekanis Kolam aerasi mekanis yang diusulkan adalah dari jenis fakultatif, dengan pertimbangan : Tidak dibutuhkan unit pengendap dan pengolah lumpur Power yang dibutuhkan lebih rendah. Beberapa besaran yang biasa digunakan : Kedalaman 2 - 5 meter

Laporan Akhir5-30

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Waktu detensi 3 - 12 hari Efisiensi konversi BOD : 75 - 90% Asumsi : BOD in (So) = 1333 mg/liter atau beban BOD = 6665 mg/det (575,86 kg/hari) Efisiensi diambil 80% sehingga BOD out (S) = 266,6 mg/l (23,03 kg/hari) Konsentrasi solid mikrobial X = 50 mg/l Konstanta laju penyisihan k = 0,017 - 0.3 (mg/l.hari)-1; diambil 0,018 Dengan demikian waktu kontak = (So-S)/(k.X.S) = (1333-266,6)/ (0,018x50x138,8) = 8,5 hari (c). Lahan Sanitasi (Kolam Filtrasi-Sorpsi) Guna menyisihkan logam berat yang kurang dapat tersisihkan di pengolahan sebelumnya, maka diusulkan pengolahan tambahan dengan lahan sanitasi. Lahan sanitasi ini dapat memanfaatkan sifat-sifat tanah dalam mengadsorbsi substansi (termasuk sifat-sifat penukar ion), dikombinasikan dengan penyerapan logam berat oleh tanaman tertentu seperti rumput gajah dan sebagainya. sebagai pengolah pelengkap, dan dirancang tidak hanya sebagai lahan sanitasi, tetapi juga sebagai biofilter. Asumsi yang diambil adalah : Debit lindi yang diperhitungkan = 5 lt/det Efisiensi penyisihan organik paling tidak 50% Kelulusan Filter = 1 x 10-3 cm/detik sampai 1 x 10-4 cm/det, atau mempunyai kecepatan filtrasi = 0,01 l/detik per m2 sampai 0,001 l/det/m2 Susunan lahan sanitasi adalah : - 0,50 meter top soil dengan rumput gajah atau tanaman yang tahan genangan air limbah - 0,50 meter batu marmer (batu kapur) - 0,50 meter tanah dengan kelulusan 1 x 10-3 cm/detik Konstruksi kolam dapat dibuat dari konstruksi beton atau batu kali. Setelah penggalian, seluruh dasar dan dinding kolam dilapisi beton dengan ketebalan tertentu. Jenis ini memiliki resiko kebocoran kecil, namun memerlukan biaya cukup tinggi. (d). Resirkulasi Lindi Disamping itu, guna mengurangi beban pengolah serta menambah efisiensi, maka diusulkan sistem sirkulasi : - Resirkulasi setelah melalui kolam stabilisasi dan filter (land treatment) guna menambah efisiensi penurunan beban organik. - Resirkulasi ke dalam timbunan sampah; diusulkan dilakukan dengan cara pemompaan langsung pada masa sampah yang tidak dioperasikan, atau pada susunan kerikil pada pipa biogas. Untuk resirkulasi digunakan pompa submersible dengan data : Model = pompa submersible Debit, Q = 30 l/menit H = 50 m kolom air Tenaga motor = 0,5 kw (efisiensi 65%). 5.8.6 Arahan Teknis

Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan pemasangan pipa lindi meliputi antara lain : Pekerjaan pengukuran. Pekerjaan patok ukur. Pekerjaan galian dan urugan tanah untuk pemasangan pipa. Pekerjaan perpipaan drainase lindi.

Laporan Akhir5-31

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pengaturan kemiringan dan pengontrolan drainase lindi. Pekerjaan urugan tanah (perataan). Pemadatan. Pemindahan material-material yang tak berguna dan puing-puing. Saluran pengumpul lindi Pengaturan kemiringan-kemiringan saluran pengumpul lindi dilakukan sekaligus dengan pemasangan liner. Sedangkan pengisian kerikil dan ijuk dilakukan pada saat akan dilaksanakan penimbunan lapis pertama. Detail Perancangan Pekerjaan Pemasangan Pipa PVC Pipa PVC memenuhi syarat-syarat SII dan tekanan nominal 5 kg/cm pada 25 0C Type pipa adalah pipa socket dengan sambungan pipa adalah solvent cement Lubang-lubang pada pipa seperti ditunjukkan pada gambar. Untuk memudahkan, diberikan garis pada bagian yang atas sehingga memudahkan dalam pemasangannya. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) dilaksanakan dengan bantuan alat penyambung bend/elbow, begitu pula untuk percabangan harus dengan tee atau tee-cross (sesuai kebutuhannya). Pemasangan, Pemadatan dan Pengurugan Pipa diletakkan di atas pasir dengan posisi sesuai dengan line dan grade yang telah ditentukan. landasan pasir ini mempunyai tebal 10 cm, dibawah sambungan dibuat alur dengan ukuran 5 x 15 cm, sehingga seluruh badan pipa memperoleh tumpuan yang merata. Kemudian dilakukan pengurugan kerikil di bawah dan sekitar pipa dan pipa yang memperoleh kedudukan yang kuat serta pipa tidak rusak atau tergeser. Urugan tanah untuk pemasangan pipa dilaksanakan setelah pengurugan kerikil pasir di sekeliling pipa yang dipasang telah selesai. Di dalam konstruksinya harus dicegah setiap kemungkinan terkena benturan yang tinggi serta bagian-bagian dari sambungan harus dilindungi dengan baik. Perhatian khusus terhadap pelaksanaan penyambungan pipa sehingga menjamin kerapatan sambungan. Ketika perubahan gradien terlalu besar diatasi dengan menggunakan elastisitas sambungan pipa. Pengerjaan Urugan Tanah Dan Pasir Untuk Pemasangan Pipa Tanah urugan yang boleh dipakai adalah tanah yang tidak mengandung bahan organis dipadatkan lapis demi lapis tiap 20 cm sampai rata dan padat dengan alat penimbris dari besi berat 10 kg. Urugan pasir dilakukan lapis demi lapis setebal 15 cm dengan penyiraman air, sehingga rata dan padat sampai ketinggian yang dibutuhkan alat-alat penimbris dari besi dengan berat minimum 10 kg. Urugan kerikil dan pasir dilakukan pada sekeliling pipa, tebal 10 cm kecuali pipa-pipa yang memotong jalan yang harus diurug penuh dengan pasir. Untuk bangunan lainnya disesuaikan dengan gambar pelaksanaan. Pengendalian Jaminan Kualitas Perkejaan Perpipaan Perhatian terhadap kesesuaian arah dari pipa-pipa yang dipasang dengan rancangan. Perlunya contoh pembuatan perforasi pipa sebelum implementasi pipa-pipa tersebut. Tes kemiringan dengan menggunakan air, bila ada air tergenang maka perlu perbaikan kemiringan pipa.

Laporan Akhir5-32

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pekerjaan perpipaan lindi berdasarkan persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1974. Mutu bahan harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang. Gravel yang mengelilingi PVC harus bersih dari tanah untuk menghindarkan obstruction slot pipa Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada batu-batu (puing-puing) atau benda-benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari. Pada waktu pemasangan pipa, pasir galian harus dalam keadaan kering tidak boleh ada air sama sekali dan dalam pipa harus diperiksa kembali kebersihannya. Pemotongan pipa dilaksanakan dengan alat yang sesuai Pengujian-pengujian tekanan : Selama pengujian-pengujian akhir tekanan pipa, harus diperhatikan bahwa instrumen mempunyai kemampuan untuk menahan tekanan uji tanpa menimbulkan kerusakan pada elemen-elemen, jika tidak instrumen tersebut harus diangkat dan selama pengujian dipasang sumbat pipa. Sistem perpipaan harus ditekan dengan udara kering dari kompresor atau botol tekanan, hingga minimum 1/2 kali tekanan operasi. Lama pengujian harus 10 menit sementara dilakukan pengamatan alat pengukur uji pada suatu sistem tertutup guna mendeteksi kebocoran. Pekerjaan Pembuatan Sumur Pengumpul Sumur pengumpul mempunyai konstruksi dari batu-bata dengan campuran 1 pc : 4 psr untuk bagian dinding dan dasarnya, bagaian atas terbuat dari beton bertulang mutu K225. Sambungan pipa dibuat dengan batu bata menggunakan adukan trasram. Dinding tidak terurug tanah diplester dengan campuran 1 pc : 3 psr dan tebalnya 1,50 m. Pekerjaan Pembuatan Alat Ukur Alat ukur V Notch memiliki konstruksi dari batu bata dengan campuran 1 pc : 4 psr untuk seluruh bagian konstruksi Sambungan pipa dan pasangan batu bata menggunakan adukan trasram Dinding yang tidak terurug tanah harus diplester dengan campuran 1 pc : 3 psr dengan ketebalan 1, 50 cm. Detail Desain Alat Ukur Alat ukur Thomson Alat ukur Thomson sebanyak 2 (dua) unit terbuat dari plat baja 3 mm, masing-masing dengan sudut 60 dan 90. Alat ukur ambang ini dapat dipasang dan dilepas pada bak pengumpul efluen melalui celah yang dibuat pada dinding bak. Di sisi bak juga kemudian dipasang mistar ukur berskala centimeter, dengan titik nol berada tepat pada ambang terendah dari alat ukur tersebut. Bak Ukur : Bak ukur terbuat dari aluminium tebal 2 mm dan diberi ukuran. Alat Ukur Cipolety : Alat ukur cipolety terbuat dari besi plat tebal 5 mm Alat Ukur V Notch : Alat ukur V Notch terbuat dari besi plat tebal 5 mm 2. Alat ukur V Notch dijepit beton tumbuk sebagai dudukan alat ukur. Pembuatan Pintu Air

Laporan Akhir5-33

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pintu air terbuat dari besi plat baja tebal 5 mm yang di las pada tangkai pengangkat beruril (as) dari besi staal dia. 16 mm. Rangka pintu air dari besi siku L.30.30.3 yang dijepit pada sisi pasangan batu dan diberi anker dan baut. Pembuatan Pintu Penguras lumpur Pintu penguras lumpur berfungsi untuk mengeluarkan lumpur dari kolam stabilisasi apabila endapan lumpur sudah terlalu banyak. Rangka pintu penguras lumpur terbuat dari besi siku L.30.30.3 yang dudukannya dijepit pada kedua sisi pasangan batu kali dan diberi anker dan baut. pintu penguras lumpur dari besi plat dilas ukuran 400 mm 660 mm x 5 mm, yang pada tangkai pengangkat (as) beruril dari besi bulat (staal) diameter 16 mm yang diatasnya memakai tangkai pengangkat untuk diputar. Tutup Manhole Terbuat dari DCI dengan cover dan frame berbentuk segi empat dan memiliki karakteristik sebagai berikut : Tahan karat Kuat dan aman Mempunyai pengaman agar tidak mudah dicuri Mempunyai lubang ventilasi Mudah dioperasikan petugas. Desain : Bingkai tutup Manhole terbuat dari pipa besi galvanis dia. 2" dan bagian tengahnya dipasang jeruji dari beton dia. 12 mm dipasang jarak 3 cm. Frame dilengkapi dengan gelang polythilane untuk menghindarkan kontak antara metal dengan metal. Frame mempunyai lubang-lubang untuk pembautan. Untuk menghindari masuknya air kedalam manhole, tutup manhole harus lebih tinggi 2 cm dari permukaan jalan atau 3 cm dari permukaan tanah. Pemasangan Pipa Bahan pipa adalah pipa steel dengan standar kualitas kualifikasi AWWA. Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara melkanis, yaitu menggunakan flange diameter yang sesuai. Pembuatan Kolam Sorpsi Kolam sorpsi terbuat dari konstruksi beton bertulang. Pada dinding keluar (efluen), digunakan pasangan batu bata secara selang-seling, sehingga dinding tersebut berlubang di seluruh bidangnya guna memungkinkan penyaluran air. Dasar dari bak tanpa pasangan, sehingga memungkinkan air meresap ke dalam tanah.

5.95.9.1

Sistem Pengelolaan Gas TPATeori Dasar

Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik mengakibatkan produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan dan karbondioksida dan sisanya berupa hidrogen sulfida. Strategi pengelolaan gas pada perencanaan controlled landfill TPA Regional Mamminasata ini adalah pada usaha untuk melakukan pengamanan lingkungan. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dengan produksi gas ini, diantaranya :

Laporan Akhir5-34

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Gangguan terhadap tanaman sekitar lokasi. Hali ini disebabkan terdesaknya oksigen pada zone akar oleh produksi gas landfill. Masalah lainnya adalah peningkatan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi tanaman. Methane merupakan gas yang mudah terbakar dan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemanasan global. Karbondioksida yang dihasilkan mengganggu saluran pernapasan dan dapat meningkatkan kesadahan. Masalah yang cukup mengganggu lainnya adalah timbulnya bau. Bau ini disebabkan produksi gas H2S, mercaptane, dan gas organik. 5.9.2 Dasar dan Kriteria Perancangan

Bentuk pengamanan terhadap gas yang timbul dari controlled landfill ini adalah : a. Pengamanan selama pengoperasian. Bertujuan untuk melepaskan gas yang terperangkap di dalam timbunan ke udara lepas, yaitu dengan pengadaan : Saluran ventilasi vertikal, atau saluran pada dinding-dinding bukit yang berbatasan langsung dengan udara. Saluran ventilasi horizontal atau saluran pada lapisan tanah penutup harian. b. Pengamanan setelah pengoperasian (setelah mencapai bentuk bukit akhir). Merupakan saluran ventilasi akhir yang berupa sumuran terbuat dari pipa PVC dan dipasang pada jarak-jarak tertentu. Pada ujung-ujung sumuran bila perlu akan dipasang burner atau pembakar. Kriteria desain untuk perpipaan gas Jarak antar pipa : - Vertikal 25 m - Horizontal 30 m 5.9.3 Timbulan Gas

Dalam perancangan penyaluran gas TPA Regional Mamminasata ini digunakan persamaan O. Tabasaran.

kdt =

dCg (Cc Cg )

Dimana : C = karbon yang dikonversi menjadi gas t = waktu k = koefisien reaksi Cc = total karbon dikonversi menjadi gas. Cc = Ct(0,014T+0,28) Dimana : T = suhu (260C) Ct = karbon dikonversi pada suhu T. 1 kg karbon organik akan menghasilkan 1.868 m3 (kGc) gas. Gas ini terdiri atas gas methane (CH4) dan gas CO2. Gc = kGc x Cc Gas yang dihasilkan : Gt = 13,2 (10-kt) x berat sampah yang masuk

Laporan Akhir5-35

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Guna mengalirkan gas yang terbentuk keudara dibutuhkan suatu sistem ventilasi. Sistem ini dapat dilakukan dengan : a). Secara Aktif Terdiri dari pipa berlubang dalam sumuran berisi kerikil atau pipa berlubang yang diletakkan secara horisontal dalam saluran berisi kerikil. Saluran atau sumuran ini dihubungkan dengan pipa utama ke suatu exhaust blower yang menciptakan keadaan vakum. Pada sistem ini pergerakan gas lebih terkontrol tetapi lebih mahal. Lebih lazim digunakan pada sistem yang mendayagunakan methane. b). Secara Pasif Sistem ini mengandalkan pada materi permeabel yang ditempatkan pada jalan aliran gas. Agar efektif pasir harus gradien tekanan alami. Saluran atau sumuran yang permeabel bertindak sebagai daerah dengan tekanan lebih rendah sehingga akan terjadi aliran konveksi. Pengendalian dari sekeliling lahan tidak dapat mengendalikan pergerakan gas ke udara tetapi hanya pergerakan dalam tanah (lateral). 5.9.4 Perancangan Sistem Saluran Gas

Rencana Sistem Penyaluran Gas : Ventilasi vertikal, merupakan ventilasi yang bertujuan untuk membentuk aliran gas dalam satu sel. Ventilasi horisontal, merupakan ventilasi yang membebaskan gas yang terbentuk dalam satu lajur ke udara bebas. Ventilasi akhir, merupakan ventilasi yang akan didirikan pada saat timbunan akhir sudah terbentuk. Lapisan impermeabel akan membatasi dan mengisolasi sampah yang ditimbun sehingga dapat membantu pengaliran gas. Lapisan impermeabel yang dapat dipergunakan adalah membran sintesis, lempung, beton dan aspal. Lapisan impermabel yang digunakan dalam perancangan ini adalah lempung. Lempung dapat menjaga nilai saturasi tanah tetap walau kering tidak efektif tetapi justru menciptakan rongga untuk pergerakan gas. Alternatif Sistem Pengumpulan Gas : Sistem Perpipaan Gas Horizontal Sistem perpipaan gas horizontal adalah alternatif lain pengumpulan gas. An Hua (1981) telah menunjukkan bahwa aliran gas dalam arah horisontal adalah 37,5 kali lebih besar dibandingkan dengan aliran gas dalam arah vertikal. Sistem pengumpul gas horizontal ini dibangun setelah terbentuk 2 (dua) lapisan atau lebih kemudian diteruskan hingga selesainya timbunan. Pipa-pipa gas tersebut dalam konstruksinya dapat dipasang dan diangkut dengan alat berat backhoe. Sistem pengumpul horizontal dengan perpipaan lebih diutamakan pada landfill yang luas. Oleh karena itu didalam perancangan ini tidak digunakan sistem pengumpul horisontal. Sistem Perpipaan Gas Vertikal Perpipaan gas terdiri dari pipa vertikal dan horizontal. Pipa gas horizontal dalam hal ini bukan merupakan sistem khusus penangkapan gas tetapi dikaitkan dengan pipa pengumpul lindi. Karenanya, di setiap ujung pipa pengumpul lindi dibuat pipa vertikal untuk menyalurkan gas yang terakumulasi di dalam pipa horisontal.

Laporan Akhir5-36

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Bertolak dari kriteria dan rekomendasi perancangan di atas, berikut ini perancangan sistem pengumpulan gas untuk TPA Regional Mamminasata : Desain Sumur Pengumpul Vertikal Diisi dengan material permeable misalnya : gravel. Ditutup untuk mencegah masuknya udara. Diameter lubang sumur berkisar antara 12 - 36 inchi (300 -900 mm). masing-masing diberi pompa vakum (aliran udara konveksi). Kedalaman pipa pada perancangan ini 100% (mencapai dasar). Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dengan rancangan : Diameter casing = 250 mm Diameter PVC berlubang = 100 mm Jarak antar pipa = 30 m Radius rencana = 15 m atau area layan + 700m2 Perforasi pipa = 8 mm Material pengisi antara casing - pipa PVC : kerikil diameter 5 - 7 cm. Di dalam perancangan ini pipa vertikal : Mencapai dasar landfill. Dapat dibuang air terkumpul ke dalamnya. Perforasi pipa hingga 4 m dibawah muka tanah. Terbuat dari material anti korosi, garam, alkohol, gasoline, amonium, hidroksida, sulfida, nitrida dan asam hidroklorida. Untuk PVC tahan hingga suhu 140 derajat F. Pada masa akhir operasi, maka pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint. Gambar 5.9 akan memperlihatkan penempatan saluran gas vertikal yang digunakan, sedangkan detailnya dapat dilihat pada Gambar 5.11. Untuk perencanaan TPA Regional Mamminasata ini akan dirancang sistem perpipaan untuk pengumpulan gas untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi (Gambar dapat dilihat pada Lampiran Gambar Desain). 5.9.5 Alternatif Pemanfaatan Gas

Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah : 1. Kualitas gas yang dihasilkan dan kualitas gas yang termanfaatkan. 2. Kapasitas sistem yang direncanakan. Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik ataupun digunakan dalam pembakaran. Keberadaan gas-gas selain gas methane dalam pemanfaatan tersebut tidak menjadikan masalah yang terlalu besar. Kapasitas sistem yang akan direncanakan akan berdasar kepada : Proyeksi gas yang dapat dihasilkan. Laju produktivitas gas. Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakai. Dalam perencanaan gas yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar atau akan dibakar. Pengelolaan gas TPA dengan tidak dimanfaatkan kembali pada akhir operasi akan membutuhkan pembangunan pipa beton berlubang-lubang diujung pipa vertikal. Tinggi elevasi pipa adalah 1 m dari elevasi akhir. Pemanfaatan 1 m3 gas bio (50 % methane) ekivalen dengan : - 0,58 liter bensin. - 1,07 liter alkohol.

Laporan Akhir5-37

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

-

0,53 M gas alam. 2,24 kg kayu bakar. 5,80 kWH listrik.

Komponen-komponen di dalam sistem pengelolaan gas meliputi : Perpipaan horisontal dan vertikal : pembawa gas. Kompresor : penyedot gas bio. Storage : pengumpul/penyimpan gas bio. Instalasi pemurni gas bio.

Gambar 5.11 : Pertemuan Pipa Gas dan Drainase Lindi

5.10 Jalan Akses dan Jalan OperasiPembangunan TPA dikuti dengan pembangunan jalan yang akan mendukung pengoperasian TPA tersebut. Perencanaan pembangunan jalan meliputi : Jalan masuk. Jalan kerja. Cul-de-sac sementara, berfungsi sebagai jalan penghubung maupun untuk ruas perletakan jalan kerja. Tipping Area. 5.10.1 Jalan Masuk Jalan masuk/ jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan likasi TPA dengan dengan jaringan jalan kota (jalan utama). Jalan masuk ini mengikuti jalan yang telah tersedia di lokasi TPA dengan perbaikan-perbaikan guna mencapai kriteria yang telah ditentukan. Perancangan dilaksanakan berdasarkan batasan desain sebagai berikut : Konstruksi permanen dan mampu menahan beban perlintasan minimal 10 ton (berat truk berisi sampah). Kecepatan rencana kendaraan yang melintas maksimum 10 km/jam.

Laporan Akhir5-38

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Merupakan jalan dua arah. Lebar badan jalan minimum 6 m. Kemiringan tanjakan dan turunan < 8%.

5.10.2 Jalan Kerja Jalan kerja yang terdapat di dalam lahan TPA dan berfungsi sebagai lintasan terdekat yang menghubung sel dengan jalan penghubung. Di setiap akhir, ruas perletakan jalan kerja akan dilengkapi dengan suatu cul-de-sac tipe kepala-martil (hammerhead) dan terdiri dari susunan lempeng jalan kerja yang dilengkapi dengan pasangan con-bloc agar menutup bagian-bagian rongga antara yang terbuka. Perletakan jalan kerja berdasarkan atas : Terletak di garis tepi batas utama subzona terakhir dari suatu fase pelaksanaan. Lebar perletakan 6 m dengan susunan 3 lempeng per meter lari (melintang). Panjang perletakan jalan kerja adalah 250 m. 5.10.3 Tipping Area Tipping area adalah tempat dimana sampah diturunkan / dibongkar dari truk sampah. Terdapat 2 (dua) jenis lokasi penurunan yang khusus dibuat di dalam sanitary landfill zona ini, yaitu : a. Jalur lahan kerja penurunan. b. Lapak penurunan. Selain itu juga kendaraan pengangkut dapat menurunkan sampahnya dari lokasi lain yang ditentukan, seperti dari atas timbunan sampah yang sudah padat. Jalur Lahan Kerja Penurunan Jalur lahan kerja penurunan berada di sisi dalam dari badan jalan penghubung yang menghadap ke lahan efektif. Direncanakan memiliki lebar 5,5 m dari tepi perkerasan jalan penghubung. Lebar tiap lahan kerja penurunan diambil berdasarkan pertimbangan kemudahan bagi kendaraan pengangkut jenis truk untuk berhenti sejajar as jalan penghubung. Apabila diperlukan terutama untuk operasi penurunan kendaraan dari jenis trailer, maka jalur lahan kerja penurunan akan dilapis terlebih dahulu dengan lempeng-lempeng beton jalan kerja. Lapak Penurunan Merupakan lahan yang terletak di sisi ruang perletakan jalan kerja. Lahan ini biasa dinamakan lapak penurunan dan memiliki dimensi 5 m X 8 m.

5.11 Kebutuhan Alat BeratPeralatan yang akan dipakai untuk menangani volume sampah yang masuk tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 : Peralatan Pendukung Operasional TPA Jenis Fungsi Jumlah

Laporan Akhir5-39

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Crawler Tractor/Bulldozer with trash blade Track loader

Wheel loader

Excavator

penyebaran sampah dan tanah pemadatan sampah dan tanah pengangkutan sampah dan tanah pemindahan sampah dan tanah pemadatan sampah dan tanah pengangkutan sampah dan tanah pemindahan sampah dan tanah menggali/mengupas tanah

2

2

2

1

Pada TPA Mamminasata diusulkan paling tidak terdapat masing-masing 1 unit track loader dan 1 unit tractor (bulldozer) dengan signifikasi sejenis Caterpillar-953 atau Komatsu D-60-A untuk track loader, dan sejenis Caterpillar D6D atau Komatsu D-60-A untuk bulldozer.

5.12 Rencana Pengomposan di Lahan TPAMengacu pada skenario yang diajukan, maka akan terdapat 4 (empat) aktivitas penanganan sampah di TPA Mamminasata, yaitu : a. Pengurugan/penimbunan sampah b. Pengomposan sampah hayati (organik) c. Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik) d. Residu dari (b) dan (c) kemudian diinsinerasi atau ditimbun di TPA. Pengomposan dan daur-ulang diharapkan ke depan akan merupakan kegiatan utama, khususnya guna menunjang usaha pertanian di kawasan ini. Kegiatan tersebut juga harus siap untuk tidak difungsikan bila ternyata pasar untuk menerima hasil produksinya mengalami hambatan.

Laporan Akhir5-40

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)Truk sampah masuk area pengolahan Registrasi di Pos Pencatatan Truk sampah Keluar area pengolahan

Pos Penimbangan

Area Penuangan

Area pemilahan

SORTIR

Sampah organik layak kompos

Sampah anorganik layak ekonomi

Residu tak terolah

Conveyor Belt Input

Kontainer Stok

Truk Sampah

Mesin pencacah sampah Pematangan kompos

Pembersihan/ pencucian

LANDFILL

Pengepakan Landfill Mining Reject Kompos

Biogas

Mesin Ayakan

Energi

Produk kompos CDM PASAR(MARKETABLE)

Gambar 5.12 : Skema Umum Langkah Operasional di TPA Konsep pengomposan dan daur-ulang sampah yang direncanakan secara umum, meliputi : Sumber Timbulan : Sampah yang akan diolah pada instalasi pengomposan dan daur-ulang sampah di lokasi TPA Regional ini sampah yang berasal dari 4 (empat) wilayah pelayanan kabupaten/kota. Volume sampah yang akan diolah pada awal operasi sekitar 50 truk per hari ( 500 m3/hari atau setara dengan 125 ton/hari), dan dapat ditingkatkan sampai kapasitas maksimum instalasi apabila dianggap telah berhasil. Spesifikasi truk sampah yang direkomendasikan sesuai dengan sarana tersedia di kota daerah pelayanan, yaitu Dump Truck atau Armroll Truck atau untuk jarak yang jauh > 20 km Pencatatan : Sampah yang berasal dari sumber timbulan sampah di wilayah pelayanan diangkut oleh operator pengangkutan Kebersihan ke instalasi. Pada tahap ini petugas mencatat

Laporan Akhir5-41

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

nomor polisi kendaraan, volume sampah yang masuk, sumbernya, komposisi dominan sampah, berat sampah yang masuk setelah dilakukan penimbangan, serta waktu datang dan perginya truk pengangkut sampah. Penimbangan : Setelah pencatatan, truk sampah tersebut menuju ke pos penimbangan untuk mengetahui beban truk sampah masuk. Untuk mendapatkan berat netto sampah yang masuk, maka truk harus ditimbang kembali setelah melakukan penuangan sampah. Penerimaan sampah : Sarana penerimaan adalah bak penuangan sampah dari truk. Sampah dituangkan pada bak ini dan dipersiapkan dengan baik dan rapi sebelum dilakukan pemilahan (sortasi). Sarana penerimaan ini juga berfungsi sebagai tempat penampungan sampah sementara sebelum diproses lebih lanjut. Dilengkapi dengan perpipaan penangkap air sampah. Pendorongan : Setelah penuangan, sampah kemudian diratakan, kemudian didorong oleh petugas menuju input conveyor sortasi dengan menggunakan alat-alat pendorong (hand loader) secara manual. Pendorongan ini dilakukan secara bertahap sehingga petugas sortasi bisa melakukan pemilahan dengan baik. Pemilahan (Sortasi) : Sampah akan berjalan melalui belt conveyor sortasi untuk dipilah lebih lanjut. Pemilahan sampah yang masih bisa didaurulang dilakukan secara manual oleh petugas pemilah, dan dikumpulkan dalam wadah khusus yang disediakan Posisi petugas pemilahan akan saling berhadapan dan berada pada posisi selangseling. Sampah yang masih memiliki nilai ekonomi (layak daur-ulang) akan dipilah berdasarkan jenisnya dan akan didaurulang lebih lanjut apabila tersedia mesin pengolah sedangkan apabila belum tersedia mesin pengolahnya, maka akan disalurkan/dipasarkan kepada pihak lain yang mampu mendaurulangnya. Sampah B3 juga dipilah dan dikumpulkan secara khusus untuk dilakukan penanganan khusus B3. Sampah non-hayati yang tidak memiliki nilai ekonomis juga dipilah pada tahap ini. Bagian yang dapat terbakar akan diinsinerasi pada insinerator, sedang bagian yang non-combustibel akan dikumpulkan secara khusus untuk diangkut ke TPA. Pada instalasi ini akan ditempatkan 2 unit belt conveyor sortasi dengan panjang masing-masing 10 m dan lebar 1 m. Perlengkapan yang perlu disediakan adalah wadah-wadah untuk menampung hasil sorting berdasarkan jenisnya dan alat untuk mobilisasi wadah-wadah tersebut menuju penampungan sementara. Estimasi sampah non-hayati yang dipilah dan dapat didaurulang 10%, sedangkan sampah organik (hayati) yang dapat diproses menjadi kompos 50%. Sampah yang tergolong B3 diperkirakan 2%. Sisa pemilahan merupakan sampah yang tergolong reject combustible dan reject non-combustible. Sampah yang tergolong reject combustible diperkirakan dapat dibakar pada insinerator, sedangkan sampah yang merupakan reject non-combustible akan dibawa ke landfill sebagai alternatif terakhir. Pencacahan (Crusher) : Sampah organik yang akan diproses lebih lanjut menjadi kompos akan dicacah terlebih dahulu. Sampah organik dari belt conveyor sortasi akan dilanjutkan ke belt conveyor input dengan kemiringan 20 sehingga sampah organik (hayati) akan berjalan naik menuju input mesin pencacah sampah (Crusher).

Laporan Akhir5-42

Bantuan Teknis Perencanaan TPA Regional MAMMINASATA (Makassar,Maros,Sungguminasa, dan Takalar)

Pengomposan : Pengomposan merupakan alternatif dalam penanganan sampah organik. Metode pengomposan telah banyak diperkenalkan, dan untuk pengomposan pada instalasi pengolahan sampah ini dapat merapkan metode apa saja asal biayanya memenuhi kema