9
Konstruksi terintegrasi FPCI dengan FEED Design Competition berdasarkan PTK 007 rev.3 Oleh: Alex Iskandar, PMP, PMI-RMP Abstraksi Di awal tahun ini SKKMigas telah mengeluarkan buku Pedoman Tata Kerja 007 revisi ke 3 (PTK) sebagai pedoman pengelolaan Rantai Suplai Kerja pada kegiatan usaha hulu migas, dimana ada beberapa hal yang baru diatur dalam buku PTK ini. Dan menjadi topik pembahasan dalam tulisan ini, yaitu mengenai jenis pekerjaan Konstrusi Terintegrasi FPCI, yang menggabungkan pekerjaan Front End Engineering Design (FEED) dengan pekerjaan detail Engineering, Procurement, Construction and Installation (EPCI). Pekerjaan FPCI ini meliputi seluruh pekerjaan desain rekayasa (FEED & Detail Engineering), pengadaan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan mencakup pemasangan (EPCI). Seperti yang telah diketahui pada umumnya, dalam PTK diatur bahwa pelaksana Kontrak jasa pembangunan desain awal (FEED) tidak dapat mengikuti paket Tender pekerjaan EPCI. Namun dalam PTK revisi ketiga tahun 2015 ini, klausul ini mendapat pengecualian dalam bentuk kontrak pekerjaan FPCI, yang diatur dengan beberapa poin kriteria. Pendekatan baru ini pada awalnya diterapkan khususnya pada mega proyek LNG, yang menuntut optimalisasi proses desain dan juga menyangkut pemilihan process technology untuk menghasilkan biaya proyek yang paling efektif dan diharapkan dapat mempersingkat jadwal proyek dan memungkinkan untuk diterapkan pada proyek-proyek EPCI lain. Tulisan ini akan membahas secara garis besar mengenai teknis pelaksanaan proyek dengan konsep konstruksi terintegrasi FPCI, kelebihan dan kekurangannya dengan disertai sedikit analisa resiko dari sudut pandang penyelenggara proyek (client, KKKS). Batasan Batasan yang digunakan adalah pekerjaan Multiple FEED dengan konsep FPCI menggunakan pengadaan sesuai dengan proses di PTK. Durasi proses pengadaan yang diasumsikan adalah durasi normal dan bukan percepatan berdasarkan diskresi.

FPCI dengan FEED Design Competition

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FPCI dengan FEED Design Competition

Konstruksi terintegrasi FPCI dengan FEED Design Competition berdasarkan PTK 007 rev.3Oleh: Alex Iskandar, PMP, PMI-RMP

AbstraksiDi awal tahun ini SKKMigas telah mengeluarkan buku Pedoman Tata Kerja 007 revisi ke 3 (PTK) sebagai pedoman pengelolaan Rantai Suplai Kerja pada kegiatan usaha hulu migas, dimana ada beberapa hal yang baru diatur dalam buku PTK ini. Dan menjadi topik pembahasan dalam tulisan ini, yaitu mengenai jenis pekerjaan Konstrusi Terintegrasi FPCI, yang menggabungkan pekerjaan Front End Engineering Design (FEED) dengan pekerjaan detail Engineering, Procurement, Construction and Installation (EPCI). Pekerjaan FPCI ini meliputi seluruh pekerjaan desain rekayasa (FEED & Detail Engineering), pengadaan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan mencakup pemasangan (EPCI).

Seperti yang telah diketahui pada umumnya, dalam PTK diatur bahwa pelaksana Kontrak jasa pembangunan desain awal (FEED) tidak dapat mengikuti paket Tender pekerjaan EPCI. Namun dalam PTK revisi ketiga tahun 2015 ini, klausul ini mendapat pengecualian dalam bentuk kontrak pekerjaan FPCI, yang diatur dengan beberapa poin kriteria. Pendekatan baru ini pada awalnya diterapkan khususnya pada mega proyek LNG, yang menuntut optimalisasi proses desain dan juga menyangkut pemilihan process technology untuk menghasilkan biaya proyek yang paling efektif dan diharapkan dapat mempersingkat jadwal proyek dan memungkinkan untuk diterapkan pada proyek-proyek EPCI lain.

Tulisan ini akan membahas secara garis besar mengenai teknis pelaksanaan proyek dengan konsep konstruksi terintegrasi FPCI, kelebihan dan kekurangannya dengan

disertai sedikit analisa resiko dari sudut pandang penyelenggara proyek (client, KKKS).

BatasanBatasan yang digunakan adalah pekerjaan Multiple FEED dengan konsep FPCI menggunakan pengadaan sesuai dengan proses di PTK. Durasi proses pengadaan yang diasumsikan adalah durasi normal dan bukan percepatan berdasarkan diskresi.

Dalam pembahasan ini melingkupi lingkup kerja Kontraktor SKKMigas sebagai perencana proyek (client, KKKS). Cakupan pembahasan ini terbatas pada strategi kontrak dan pelaksanaan tender proyek FPCI dan pelaksanaan Multiple FEED. Seluruh data dan informasi yang disampaikan adalah bersifat umum berdasarkan asumsi dan penilaian penulis secara pribadi.

FPCI Model : Multiple FEED / Design Competition before EPCI Kompetisi desain (FEED) merupakan hal yang relatif baru dalam dunia industri Migas, dan pada mulanya di laksanakan oleh proyek-proyek LNG, karena biasanya menyangkut investasi yang sangat besar (mega project) yang disertai juga melakukan pemilihan LNG Process Design (Process License) yang menyangkut permasalahan hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right). Desain Kompetisi ini mendorong peserta untuk menerapkan pengalaman dan pengetahuan nya untuk mengembangkan solusi-solusi baru yang inovatif. Namun permasalahan utamanya adalah pada penataan kompetisi desain yang kompleks, yang membutuhkan berbagai aturan main yang harus dibuat oleh penyelenggara proyek, untuk dapat mengontrol pekerjaan

Page 2: FPCI dengan FEED Design Competition

desain untuk mencapai manfaat yang maksimal dan harus dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dalam berkompetisi secara adil dan fair. Namun menurut anggapan penulis, strategi kompetisi Desain ini tidak tepat, bila pemrakarsa proyek telah memiliki licensed process design dan atau telah mempunyai preferred process design yang telah terpilih dari studi yang telah dilakukan sebelumnya.

Fitur kunci dari strategi ini yaitu beberapa kontraktor akan bersaing dengan kontraktor yang lain atas dasar "kompetisi desain" atau “beauty contest”, sehingga setelah menyelesaikan pekerjaan FEED, penyelenggara proyek akan memilih pemenang tunggal untuk fase EPCI dan kontrak lainnya berdasarkan proposal teknis dan komersial perusahaan yang dikembangkan selama fase FEED. Kompetisi Desain juga dapat memberikan kepada Klien, kesempatan untuk secara aktif terlibat dengan tim kontraktor selama tahap pengembangan desain dan oleh karenanya Klien akan memiliki pemahaman yang lebih baik pada tahapan penawaran EPC oleh

kontraktor, sehingga diharapkan tahapan evaluasi administrasi dan teknis pun dapat lebih dipersingkat.

Sebenarnya ada dua metode pemilihan pemenang yang memungkinkan dalam desain kompetisi ini, Opsi yang pertama adalah penyelenggara proyek menentukan kriteria pemilihan berdasarkan evaluasi teknis, misalnya: biaya operasi terendah dan termasuk kriteria-kriteria teknis lainnya. Kemudian setelah dilakukan evaluasi, kontraktor terpilih akan diminta memasukkan harga penawaran untuk melaksanakan pekerjaan eksekusi EPCI.

Dan Opsi kedua adalah, seperti halnya proses konvensional tender EPCI, namun sedikit berbeda dengan tidak perlunya melalui fase Pra-Kualifikasi (PQ) lagi, karena telah dilakukan sebelumnya pada fase tender FPCI. Dan seperti yang disebutkan diatas, dengan pemahaman yang baik mengenai tender EPCI ini, tender ini pun dapat dilakukan secara paralel, dengan dimulai dilakukannya tahapan Evaluasi Administrasi dan Teknis, sebelum FEED ini selesai secara keseluruhan.

Gambar 1: Perbandingan Proses Tender

FEED Conventional dan FPCI

Page 3: FPCI dengan FEED Design Competition

Aspek penawaran harga dari kontraktor FPCI di kompetisikan sebagai bagian dari kompetisi desain FEED, sehingga penentuan pemenang dengan harga terendah dapat diterapkan dalam penentuan pemenang kompetisi ini, termasuk dengan preferensi Tingkat Kandungan Dalam Negeri / TKDN seperti hal yang dipersyaratkan dalam PTK. Penerapan strategi ini secara umum dapat memberikan percepatan jadwal pelaksanaan proyek dan diharapkan dapat menghasilkan desain dan eksekusi lebih optimal serta biaya yang lebih efektif dibandingkan dengan strategi konvensional Single FEED.

Seperti yang disebutkan, dikarenakan nature pekerjaan yang bersifat mega project, biaya yang sangat besar dan desain yang kompleks, yang meliputi semua aspek jasa, baik engineering design, konsultansi engineering

khusus (speciality engineering), Technology Licensor, specialty construction dan instalasi dan lain sebagainya. Maka pekerjaan multi FEED ini, biasanya diikuti oleh konsorsium (gabungan dari dua atau lebih orang perusahaan, organisasi atau kombinasi dari elemen-elemen tersebut, dengan kompetensinya masing masing) dengan kualifikasi sesuai dengan persyaratan pada PTK, dimana Perusahaan Dalam Negeri atau Perusahaan Nasional yang harus bertindak sebagai Pemimpin Konsorsium (lead firm). Secara garis besar, kelemahan yang ada pada bentuk konsorsium ini adalah, hubungan antara pihak-pihak dalam konsorsium sangat beragam dan terkadang menyulitkan pemilik proyek untuk memastikan bahwa lead firm mempunyai wewenang penuh terhadap semua anggota konsorsium.

Gambar 2: Simplify Contractor Consortium (Example)

Permasalahan yang sering timbul adalah pada tingkat koordinasi dan interface internal konsorsium termasuk juga eksternal konsorsium. Sehingga diperlukan interface baik dari sisi Kontraktor sebagai lead firm dan juga dari masing masing firm yang

tergabung dalam konsorsium untuk dapat menjamin interface dan komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Dan disisi lain, sesuai dengan namanya multiple FEED memiliki biaya awal yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional,

Page 4: FPCI dengan FEED Design Competition

dikarenakan lebih dari satu team engineering yang bekerja sehingga juga memerlukan relatif lebih banyak sumber daya bagi penyelenggara proyek (client, KKKS) untuk dapat mengelola berbagai tim engineering sebagai project management team.

Hal yang juga perlu menjadi catatan mengenai multiple FEED ini adalah sangat rentan terhadap tuduhan terkait monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, khususnya pada proses pengadaannya, mulai dari proses tender sampai dengan pemilihan pemenang tender EPCI, terkait persaingan usaha seperti yang diatur dalam UU No.5 / 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Diperlukan proses tender yang transparan untuk multiple FEED ini, dan harus dilakukan dan dikelola secara hati-hati. Diperlukan azas kepercayaan dan berkeadilan untuk memastikan bahwa semua pihak dapat bekerja sesuai dengan tujuan proyek. Kontraktor FEED akan efektif bekerja pada proyek di bawah pengawasan dari pelaksana proyek, namun pada saat yang bersamaan mereka akan bersaing satu sama lain untuk dilakukan seleksi pada tahap akhir menjadi kontraktor EPCI. Oleh karenanya selain tender proses yang transparan, juga diperlukan sebuah “Aturan main” atau “Protokol” terhadap mekanisme pelaksanaan multi FEED ini.

Tujuan dari protokol ini akan memastikan bahwa ada prosedur rinci dan merupakan dokumen yang dirancang untuk memastikan bahwa proses tender dengan Multiple FEED termasuk pekerjaannya sendiri dilakukan secara transparan, adil dan kompetitif, tanpa menyokong konsorsium tertentu. Termasuk kepastian bahwa informasi yang sama harus

diberikan untuk semua peserta (prinsip keadilan), terutama dalam kaitannya dengan tanggapan terhadap pertanyaan yang bersifat penjelasan (clarificatory), sekaligus juga menyediakan mekanisme bagi peserta untuk melindungi informasi rahasia dan kepemilikan, rahasia dagang dan 'ide' desain (yang mana tidak dapat dibagi dengan konsorsium lainnya), dan dengan demikian juga mendorong peserta untuk terlibat dalam kompetisi. Salah satu opsi untuk meningkatkan kemandirian administrasi dan azas keadilan adalah menunjuk auditor independen yang disetujui oleh para pihak untuk memantau interaksi selama proses tersebut, termasuk memberikan saran mengenai pelaksanaan protokol selama proses tersebut.

Di sisi yang lain, dikarenakan adanya protocol dan peraturan yang diperlukan untuk menjamin fairness kompetisi ini maka menimbulkan juga beberapa masalah / resiko yang baru seperti: Adanya tambahan interface antara kontraktor satu dengan kontraktor yang lain, sehinga akhirnya menjadi tugas penyelenggara proyek yang harus berperan sebagai interface atau sebagai mediator terhadap jalinan komunikasi antara kontraktor. Yang mungkin seperti umum diketahui, tanpa dengan protokol pun, jalur koordinasi dan komunikasi pada kontrak yang melibatkan banyak pihak, persoalan interface dan komunikasi ini pada banyak pengalaman pengalaman proyek, sering menjadi sumber permasalahan didalam proyek. Terlebih dengan dibatasi oleh aturan dan protokol tertentu, jika tidak dikelola dengan bijaksana, hal ini sangat berpotensi menghambat lancarnya alur komunikasi sehingga meningkatkan probabiiltas resiko kenaikan biaya dan keterlambatan penyelesaian FEED.

Page 5: FPCI dengan FEED Design Competition

Gambar 3: Simplified Interface Management – Multiple FEED

Bagi perusahaan penyelenggara proyek yang telah mempunyai information disclosure culture beserta aturan code of conduct dan mekanisme pengawasan internal yang baik, akan sangat mudah mengadopsi aturan main / protokol kerahasiaan informasi ini, namun untuk perusahaan yang belum memiliki protokol kerahasiaan informasi atau baru mulai menerapkan protokol tersebut, akan menjadi resiko tersendiri dalam implementasinya, dan akan menimbulkan resiko baru yaitu sulit untuk melakukan survei pasar, dikarenakan adanya kekhawatiran dapat membocorkan rahasia desain ketika akan melakukan survei pasar dengan memberikan data kepada vendor. Sehingga hal ini berpotensi pada estimasi biaya cenderung meningkat karena hanya bisa menggunakan internal database, berdasarkan data proyek sebelumnya dan eskalasi.

Termasuk juga jadwal dan pekerjaan secara keseluruhan sulit untuk dapat terintegrasi, karena bisa jadi disparitas estimasi dan juga desain yang berbeda antara kontraktor satu dengan yang lain yang mana termasuk kerahasiaan yang harus dijaga. Strategi komunikasi yang baik perlu diperlukan oleh

penyelenggara proyek agar tidak mengakibatkan kehilangan fokus dan arah dari team project secara keseluruhan.

KesimpulanStrategi Multiple FEED / Beauty Contest / Kompetisi Desain / Konstruksi Terintegrasi adalah suatu pilihan yang baik apabila pemrakarsa proyek (client, KKKS) merasakan perlu adanya pemilihan dari beberapa jenis proses atau teknologi yang diinginkan untuk dikompetisikan dalam suatu proyek dengan jadwal yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional, termasuk juga akan mendapatkan biaya Capital Expenditure yang lebih optimal. Namun strategi Desain Kompetisi ini, menurut pandangan penulis, dipandang tidak tepat bila pemrakarsa proyek (client, KKKS) telah memiliki licensed process design dan/atau telah mempunyai preferred process design yang telah terpilih dari studi yang telah dilakukan sebelumnya.

Mengingat besarnya biaya investasi di awal proyek, termasuk juga memerlukan banyak resources yang perlu mengawasi jalannya proses FEED, dirasakan perlu menjadi bahan pertimbangan oleh penyelenggara proyek, sehingga tidak mengganggu ke ekonomian proyek. Sehingga ekspektasi penulis, konsep

Page 6: FPCI dengan FEED Design Competition

pekerjaan multiple FEED ini hanya tepat dilakukan untuk pekerjaan dengan skala besar dan lingkup pekerjaan yang kompleks (mega project).

Aturan detail serta protokol kerahasiaan, termasuk perlunya auditor yang independen merupakan salah satu opsi untuk memastikan pelaksanaan metode ini dilakukan dengan azas berkeadilan. Walaupun di sisi yang lain, dengan adanya protokol kerahasiaan ini akan menambah resiko keterlambatan jadwal proyek dan juga naiknya estimasi total biaya proyek.

Referensi Pankaj Shah, Technology Manager LNG -

PROJECT DESIGN COMPETITION - A CONTRACTOR’S VIEWPOINT. http://www.ivt.ntnu.no/ept/fag/tep4215/innhold/LNG%20Conferences/2004/Data/Papers-PDF/PS4-7-Durr.pdf

Diego Braghi - Design Competition Strategy http://diegobraghi.blogspot.co.id/2011/12/diego-braghi-design-competition.html

Proses Beauty Contest Proyek Donggi -Senoro http://www.kppu.go.id/docs/Putusan/putusan_35_2010_Donggi%20senoro.pdf

Tentang Penulis

Alex Iskandar, PMP, PMI-RMP

Alex Iskandar memiliki pengalaman selama lebih dari 15 (lima belas) tahun di bidang manajemen proyek pada industri Minyak dan Gas.

Setelah menyelesaikan program sarjana teknik mesin di Institut Teknologi Sepuluh November, Alex memulai karirnya bersama PT Truba Jaya Engineering sebagai Project Control Engineer. Kemudian sempat berkarir di beberapa perusahaan seperti Surveyor Indonesia, Pauwels Trafo Asia, ConocoPhillips Indonesia dan sekarang bertugas sebagai Sr. Risk Engineer untuk Inpex Coorporation.

Alex adalah anggota aktif dan memiliki sertifikat Project Management Professional (PMP) & Risk Management Professional (RMP) dari Project Management Institute (PMI).