FOME DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FOME DM

Citation preview

BAB I

KEGIATAN IUPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny. R DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 UNDERWEIGHTTAHAP IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Tn. NAlamat lengkap : Sidorejo, Desa Blimbing kecamatan Sambirejo Kabupaten SragenBentuk Keluarga: Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No.NamaKedudukanL/PUmurPendidikan TerakhirPekerjaanKet

1.Tn.WKKL40 thSDBuruh bangunan-

2.Ny. SIbuP40 thSDBuruh TaniDM tipe 2

3.An NAnakL16thSMPPelajar-

4.An. BAnakL6 thTKPelajar-

Sumber : Data Primer 12 September 2012

Kesimpulan :Laporan ini disusun berdasarkan atas kasus yang diambil dari keluarga Ny. S berusia 40 tahun dengan permasalahan kesehatan berupa DM Tipe 2 dengan underweight.

TAHAP IISTATUS PENDERITA

A. PENDAHULUANLaporan ini disusun berdasarkan atas kasus yang diambil dari seorang penderita DM tipe 2, berjenis kelamin perempuan dan berusia 40 tahun, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyakditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan yang sesuai di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITANama:Ny. SUmur:40 tahunJenis kelamin:PerempuanPekerjaan:Buruh TaniPendidikan:SDAgama:IslamAlamat:Sidorejo, Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten SragenStatus Pernikahan:MenikahSuku :JawaTanggal periksa:12 September 2012C. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama:Badan sering terasa lemas.2. Riwayat Penyakit Sekarang:Sejak 7 bulan yang lalu pasien merasa badannya sering lemas. Keluhan dirasakan terus-menerus dan semakin bertambah berat sehingga tidak dapat beraktivitas seperti biasa, lemas tidak berkurang dengan istirahat maupun makan. Pasien mengeluh mudah haus, dan banyak makan tetapi berat badan malah semakin menurun. Sakit kepala (-), nggliyer(+), mual(-), muntah(-). Selain itu pasien juga merasakan kesemutan di seluruh tubuh. Pasien mengaku BAK 8-10 kali sehari @ 1- 11/2 gelas warna kuning, nyeri(-), anas(-), anyang2an (-). Sering terbagun untuk BAK 2-3 kali satu malam. BAB 1-2 x sehari @ 1/2-1 gelas, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Selain itu dua minggu yang lalu pasien juga mengeluhkan bengkak pada kaki sebelah kiri, teraba panas dan terkadang nyeri.. 4 tahun yang lalu pasien mengeluhkan luka yang tidak sembuh-sembuh pada lutut kanan, nyeri (-), gangguan gerak (+) sehingga pasien sempat mondok 1 bulan di RSUD dr Soehadi Prijonagoro dengan diagnosis ulkus diabetikum dengan GDS (Gula Darah Sewaktu) 500 mg/dl lalu diberikan glibenclamide dan metformin. Sejak saat itu pasien dianjurkan untuk kontrol rutin setiap 1 bulan dan untuk mengendalikan gula darahnya dengan mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter dan perubahan pola hidup. Namun, karena keterbatasan sarana transportasi, pasien memilih untuk kontrol di puskesmas Sambirejo.3. Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat sakit gula: diketahui (+) 7 bulan yang lalu.Riwayat hipertensi: disangkalRiwayat peny. jantung: disangkalRiwayat asma: disangkalRiwayat alergi : disangkalRiwayat mondok: (+) 2x karena tidak bisa kencing, ulkus DM

4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat sakit serupa: disangkalRiwayat hipertensi: disangkalRiwayat peny. Jantung: disangkalRiwayat asma: disangkalRiwayat alergi : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok : (-) Riwayat minum jamu: (+) jamu gendong 2x/mimggu. Riwayat olah raga teratur: (-) Riwayat konsumsi makanan bersantan : (+) Riwayat konsumsi jeroan : (+)

6. Riwayat Sosial EkonomiPenderita adalah seorang perempuan berusia 40 tahun denganseorang suami dan dua orang anak. Saat ini penderita tinggal dengan keluarga di rumah milik pribadi. Penderita sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Suami pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Kedua anaknya yang masih sekolah. Penghasilan keluarga Rp. 1.050.000 per hari pengeluaran Rp. 900.000 per bulan.

7. Riwayat Gizi.Penderita makan 3 kali sehari, makan sepiring nasi, dengan lauk pauk tempe, tahu, telur, kadang daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

D.ANAMNESIS SISTEMKeluhan Utama: Badan sering terasa lemasa. Kulit: warna kulit sawo matang, gatal (-), kulit kering (-).b. Kepala: sakit kepala (-), leher cengeng (-), berputar (-), luka (-), benjolan (-), nggliyer (+).c. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (+), penglihatankabur (-)d. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)e. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-).f. Mulut:sariawan (-), mulut kering (-), mulut terasa pahit (-)g. Tenggorokan:sakit menelan (-), serak (-).h. Pernafasan:sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-), dahak (-)i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)j. Gastrointestinal :mual (-), muntah (-), mudah haus (+), diare (-), nafsu makan meningkat (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan.k. Genitourinaria : BAK 8-10 kali sehari dan 2-3 kali di malam hari, warna kuning jernih dan jumlah dalam batas normal.l. Neuropsikiatri:Neurologik:kejang (-), kaki kesemutan (+).Psikiatrik: emosi stabil (-), mudah marah (-).m. Muskuloskeletal:nyeri sendi (-), nyeri otot (-).n. Ekstremitas: Atas :bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-) Bawah :bengkak (+) kiri, luka (-), ujung jari kaki dingin (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan UmumBaik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.2. Tanda VitalBB:35 kgTB:145 cmBMI:BB/TB2 = 16,64 kesan underweightTensi:90/70 mmHgNadi:92 x/menit, reguler, isi cukup, simetrisPernafasan :20x/menitSuhu :36,5oC per axiler3. KulitSawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (+), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), kulit kering (+).4. KepalaBentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut sukar dicabut.5. MataKonjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+)6. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (+), epistaksis (-), deviasi septum (-)7. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (+), gusi berdarah (-), gigi tanggal (-)8. TelingaMembran tympani intak, sekret (-)9. TenggorokanTonsil membesar (-), pharing hiperemis (-), dahak (-).10. LeherJVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar 11. ThoraksNormochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).-Cor: I :ictus cordis tak tampak.P: ictus cordis tak kuat angkat.P: batas kiri atas: SIC II LPSS.batas kanan atas: SIC II LPSD.batas kiri bawah: SIC V 1 cm medial LMCS.batas kanan bawah: SIC IV LPSD.pinggang jantung: SIC III LPSS.batas jantung kesan tidak melebar.A:BJ III intensitas normal, regular, bising (-).-Pulmo:I:pengembangan dada kanan = dada kiri.P:fremitus raba kanan = kiri.P:redup SIC II-IV/ redup SIC III-IV.A:suara dasar vesikuler (+ N/+ N).ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-).12. AbdomenI: dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-).P:supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba.P:timpani seluruh lapang perut.A:bising usus (+) normal.13. Sistem Collumna VertebralisI:deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-).P:nyeri tekan (-).P:NKCV (-).14. Ektremitas: palmar eritema(-/-).akral dinginoedem- -- -- ---+15. Sistem genetalia: dalam batas normal.16. Sistem genitourinaria : Nyeri saat BAK (-), BAK darah (-)17. Pemeriksaan NeurologikFungsi Luhur:dalam batas normal.Fungsi Vegetatif:dalam batas normalFungsi Sensorik:dalam batas normalFungsi motorik: K 5 5 T N N RF +2 +2 RP - - 5 5 N N +2 +2 - -18. Pemeriksaan PsikiatrikPenampilan:perawatan diri baik.Kesadaran:kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis.Afek:appropriate.Psikomotor:normoaktif.Proses pikir:bentuk:realistik.isi:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-).arus:koheren.Insight:baik.F. CLINICAL ASSESMENT Klinis:Badan lemas, nggliyer, kesemutan, polidipsi, poliuri, hiperglikemik,oedem tungkai sinistra, underweight.Diagnosis:DM Tipe 2 dengan underweight

G. PENATALAKSANAANGlibenklamid 5 mg 1-0-0-0 (15 menit sebelum makan)Metformin 500 mg 0-0-1-0 (saat makan/ segera setelah makan)H. FLOW SHEETNama : Ny. SDiagnosis : DM Tipe 2.Tabel 2. Flow Sheet Ny.S tanggal 12, 18 dan 19 September September 2012

NOTglKeluhan

Hasil PemeriksaanTerapiPlanningTarget

112/9/2012Badan lemasTD : 90/70 mmHgHR : 92x/menitRR: 20x/menitT : 36,5 Kesan AnemiaOedem tungkai (s)

Glibenklamid 5 mg 1-0-0-0 Metformin 500 mg 0-0-1-0 Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik

Cek GDS, GDP, Hb, kolesterol, Gula darah terkontrol (GDS < 200 mg/dl, GDP < 126 mg/dl) Kadar Kolesterol 10 g/dl

218/9/2012Badan LemasTD : 110/ 80 mmHgHR :90x/menitRR : 20x/menitT : 36,5GDS : 489 mg/dlKolesterol: 221 mg/dlKesan AnemiaOedem tungkai (s)

Glibenklamid 5 mg 1-0-0-0 Metformin 500 mg 0-0-1-0 Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik

Injeksi Insulin, Cek Hb, (Konsultasi pembimbing untuk dirujuk) Gula darah terkontrol (GDS < 200 mg/dl, GDP < 126 mg/dl) Kadar Kolesterol 10 g/dl

319/9/2012Badan LemasTD : 90/ 70 mmHgHR : 90x/menitRR : 20x/menitT : 36,5Kesan AnemiaOedem tungkai (s)

(Hasil rujukan ke RSUD Sragen)

Glibenklamid 5 mg 1-0-0-0 Metformin 500 mg 0-0-1-0 Vit B19 1x1 Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik Injeksi insulin, cek Hb Gula darah terkontrol (GDS < 200 mg/dl, GDP < 126 mg/dl) Kadar Kolesterol 10 g/dl

TAHAP IIIIDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga Ny.S adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang yang sakit berusia 40 tahun dengan suami Tn.W (40 tahun), anak An. N (16 tahun), dan An. B (6 tahun). Semuanya tinggal bersama serumah. Secara umum keluarga ini tampak sehat, saling menyayangi dan mendukung dalam kesulitan.2. Fungsi PsikologisHubungan yang terjadi antar anggota keluarga terjalin cukup baik, akrab, luwes dan tidak terjadi perselisihan, terbukti dengan komunikasi yang hidup antar anggota keluarga. Mereka saling menyanyangi dan saling mendukung satu sama lain. 3. Fungsi SosialKeluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Tidak ada hambatan hubungan penderita dan keluarga dengan masyarakat disekitar rumah. Keluarga ini cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya. Pasien sebagai ibu rumah tangga, juga membantu suaminya sebagai buruh tani sebelum sakit. Suami penderita, yaitu Tn.W bekerja sebagai buruh bangunan. Tn.W juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti arisan RT, sholat berjamaah, dll. Anak-anak penderita juga tinggal bersama dengan ayah dan ibunya. Anak pertama masih bersekolah di SMK kelas 2 sedangkan anak kedua bersekolah SD kelas 1.4. Fungsi EkonomiPenghasilan keluarga Ny.S berasal dari suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan dengan total penghasilan sebesar Rp 1.050.000,00 per bulan. Sedangkan kedua anak Ny.S yaitu An. N dan An. B belum bekerja. Penghasilan keluarga Ny. S digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sekolah, dan disisihkan sedikit untuk menabung.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. AdaptationKemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. AffectionMenggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. ResolveMenggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.Skoring :Hampir selalu: 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah: 0 poin

Kriteria nilai APGAR :8 10: baik6-7: cukup1 -5: buruk

Tabel 3. APGAR keluarga Ny. SAPGAR keluarga Ny. STn. WNy. SAn. NAn. B

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah2211

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya2221

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru2212

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll2222

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama2221

Total Nilai101088

APGAR score keluarga Ny.S adalah (10+10+8+8) : 4 = 9 (BAIK)Kesimpulan :Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. S adalah 40, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny.S adalah 8. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS SCREEM

Tabel 4. Tabel SCREEM

SUMBERPATOLOGIKET

SOCIALIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya-

CULTURALMenggunakan aturan-aturan sesuai masyarakat dalam kehidupan sehari-hari-

RELIGIONSetiap anggota keluarga taat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya -

ECONOMYPenghasilan di atas UMR-

EDUCATIONTingkat pendidikan keluarga tergolong sedang-

MEDICAL Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan rumah ditunjukkan dengan kandang kambing bersatu dengan dapur dan dekat dengan kamar mandi.+

Kesimpulan: Pada keluarga Ny. S Didapatkan fungsi patologis pada medical.

D. GENOGRAM

Tn. W Ny. S An. N An. B

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. S

: Pasien: Laki-laki yang masih hidup: Wanita yang masih hidup: Tinggal dalam satu rumah Keterangan :

Kesimpulan :Bapak dan ibu Ny. S masih hidup namun tidak tinggal bersama dengan Ny. S, sedangkan Ny. S tinggal bersama dengan suami dan kedua anaknya yaitu An. N dan An, B. Di dalam garis keturunan ibu dan bapak tidak didapatkan penyakit yang diturunkan dan penyakit menular.Sumber : Data Primer, 12 September 2012

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

An. BNy. SAn. NTn. W

Diagram 2. Pola interaksi keluargaKeterangan: : Hubungan Harmonis: Hubungan Tidak Harmonis

Kesimpulan:Hubungan antara Ny. S dengan seluruh anggota keluarganya harmonis.

F.FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1. Pengetahuan Ny. S adalah seorang istri dari seorang suami dan memiliki dua orang anak. Sejak 7 bulan yang lalu penderita diketahui mengalami ulkus Diabetes mellitus tipe 2. Suami dan kedua anaknya belum banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya DM tipe 2. Keluarga tersebut juga kurang memahami besarnya pengaruh kebersihan lingkungan terhadap kesehatan penderita.2. Sikap Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup positif. Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, mereka lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter puskesmas, keluarga ini juga menggunakan kartu jamkesmas untuk berobat. 3. Tindakan Penderita sendiri kontrol rutin ke puskesmas sebulan sekali dan mengonsumsi obat teratur. Sikap keluarga yang positif terhadap penyakit yang diderita penderita dan kesadaran serta kemauan dari penderita sendiri untuk kembali pulih, membuat penderita mau memeriksakan dirinya ke puskesmas terdekat. Namun, belum ada tindakan untuk memperbaiki sanitasi lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Bahkan pasien dan keluarga cenderung buang sampah sembarang dan tidak ada saluran khusus untuk mengalirkan limbah ternak ke luar rumah.

G. FAKTOR-FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 1. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi kurang memadai, ukuran 80 m2 . Kebersihan lingkungan rumah kurang terjaga dengan baik. Dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi kurang memadai.

2. Keturunan Di dalam garis keturunan ibu dan bapak tidak didapatkan penyakit yang diturunkan.3. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik. Rumah penderita tidak terlalu jauh dengan puskesmas. Penderita ketika sakit, berobat ke puskesmas tersebut.

Ny. SPemahaman:Keluarga kurang paham mengenai penyakit penderitaKurang paham mengenai pengaruh kebersihan terhadap kesehatan penderitaLingkungan:Lingkungan rumah kotorKondisi pencahayaan dan ventilasi rumah kurang memadaiKeturunan:Tidak ada faktor keturunanPelayanan Kesehatan:Jika sakit keluarga Ny. S berobat ke puskesmasJarak rumah dan puskesmas dekatSarana dan prasarana di Puskesmas cukup Tindakan:Keluarga mengantarkan Ny. S. untuk periksa ke puskesmas secara rutin dan mengonsumsi obat teraturBuang sampah sembarangTidak ada saluran khusus untuk limbahSikap:Sadar akan pentingnya kesehatan

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non PerilakuKesimpulan : Faktor perilaku dan non-perilaku keluarga belum sepenuhnya mendukung ke arah pola hidup sehat.

G. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR

RUANG TAMUDAPURRUANG TIDUR IRUANG TIDUR IIRUANG MAKANKAMAR MANDIKANDANG KAMBINGJEMURAN

Gambar 1. Denah indoor dan outdoor

Keterangan :

Indoor Luas rumah 80 m2, memenuhi kriteria kepadatan hunian sehat (10 m2/orang). Lantai rumah berupa tanah. Pencahayaan dan ventilasi kurang baik. Sampah dan limbah ternak tidak terkelola dengan baik Jarak jamban dengan sumber air bersih > 10 meter. Sumber air bersih dari PDAM.

Outdoor Jarak rumah dengan jalan raya 5 meter. Tingkat kebisingan di sekitar rumah rendah. Letak rumah jauh dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum. Kesimpulan :Untuk gambaran lingkungan dalam rumah (indoor) belum memenuhi syarat-syarat kesehatan. Sedangkan gambaran lingkungan luar rumah (outdoor) telah memenuhi syarat kesehatan.

I. DAFTAR MASALAH1. Masalah Medis- Diabetes mellitus tipe 2 2. Masalah Non Medis Gangguan Fungsi Holistik: (-) Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR: (-) Gangguan Fungsi Patologis SCREEM: (+) pada medical Gangguan Genogram: (-) Gangguan Fungsi Interaksi keluarga: (-) Gangguan Perilaku : (+) Gangguan Non Perilaku: (+) Gangguan Fungsi Indoor: (+) Gangguan Fungsi Outdoor: (-)

TAHAP IVDIAGNOSIS HOLISTIK

Ny. S berusia 40 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis DM Tipe 2. Keluarga cukup harmonis dengan kehidupan sosial cukup aktif sebagai anggota masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga dengan baik serta aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Ny. S tidak terlibat dalam kepengurusan dalam lingkungan tempat tinggalnya. Penghasilan keluarga Rp. 1.050.000 per hari pengeluaran Rp. 900.000 per bulan.

1. Diagnosis BiologisDM Tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu2. Diagnosis PsikologisHubungan Ny. S dengan anak dan suaminya saling mendukung, saling memperhatikan dan saling pengertian.3. Diagnosis Sosial dan Ekonomi Kehidupan sosial Ny. S cukup aktif sebagai anggota masyarakat. Walaupun Keluarga Ny. S tidak terlibat dalam kepengurusan di lingkungan tempat tinggalnya namun Keluarga Ny. S berinteraksi dengan tetangga dengan baik serta aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Penghasilan keluarga Rp. 1.050.000 per hari pengeluaran Rp. 900.000 per bulan

4.

TAHAP VPEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASANUntuk dapat mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015, WHO menekankan bahwa kuncinya adalah dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) sehingga perlu adanya integrasi dari Community Oriented Medical Education (COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME) dengan pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara holistik dan komprehensif dengan memandang setiap individu adalah bagian dari keluarga. Untuk dapat menerapkan prinsip kedokteran keluarga maka kami melakukan kunjungan ke salah satu pasien Bidan Desa Blimbing. Berdasarkan hasil kunjungan pada tanggal 12 September 2012 pada keluarga Ny, S didapatkan masalah medis berupa DM Tipe 2 dan non medis yaitu permasalahan pada fungsi patologis SCREEM berupa kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan rumah, permasalahan pada fungsi perilaku berupa kurangnya pemahaman mengenai penyakit penderita, kurangnya pemahaman mengenai pengaruh kebersihan terhadap kesehatan penderita, kebiasaan membuang sampah sembarangan dan tidak ada saluran khusus limbah, sedangkan untuk fungsi non perilaku berupa lingkungan rumah kotor dan kondisi pencahayaan serta ventilasi rumah kurang memadai. Selain itu, permasalahan yang lain berupa fungsi indoor berupa sampah dan limbah ternak tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan kunjungan tersebut tampak bahwa keluarga Ny. S sebenarnya paham akan pentingnya kesehatan. Hal ini tampak pada tindakan Ny. S yang kontrol rutin ke Puskesmas dan minum obat secara teratur. Namun, keluarga ini belum memahami bahwa kesehatan tidak hanya dicapai dengan berobat teratur saat sakit akan tetapi lebih dari itu perlu adanya kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga pada kunjungan berikutnya kami menekankan pada penerapan mengenai cara mencapai lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat serta edukasi mengenai penyakit yang dialami oleh Ny. S. Untuk mencapai lingkungan yang sehat maka dimulai dari lingkungan di dalam rumah. Kondisi rumah Ny. S memang belum memeuhi syarat rumah sehat. Hal ini tampak pada sistem ventilasi dan pencahayaan kurang baik, letak kandang ternak didalam rumah yang terletak dekat kamar mandi dan dapur serta kurangnya pengelolaan sampah dan limbah ternak. Sehingga kami memberikan intervensi berupa penyuluhan mengenai lingkungan rumah yang sehat dan mendiskusikan langkah praktis yang dapat dilakukan keluarga ini untuk mencapai kondisi lingkungan rumah yang sehat berupa memperbaiki sistem ventilasi dan pencahayaan dengan membuka jendela dan pintu rumah ketika pagi hingga sore hari, menempatkan kandang ternak terpisah dari rumah, membuang sampah pada tempat pembuangan sampah dan membuat selokan untuk mengalirkan limbah rumah tangga dan ternak. Selanjutnya untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat kami juga memberikan penyuluhan mengenai indikator-indikator perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kandang ternak 1x/minggu, membersihkan kamar mandi 1x/minggu, tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang bergizi seimbang, menggosok gigi sebelum tidur dan olahraga teratur. Setelah adanya komitmen untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap anggota keluarga maka selanjutnya kami melakukan edukasi kepada Ny. S dan anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami Ny. S. Tujuan edukasi ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai penyakit DM . DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya 1,3. DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang diberikan hanya untuk mengontrol gula darah saja sehingga tidak menimbulkan komplikasi DM berupa retinopati DM, nefropati DM, neuropati DM, ulkus diabetik, dan PAD (Perifer Arteri Disease). Penatalaksanaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik, pemberian obat hipoglikemik oral, terapi insulin, pemeriksaan gula darah secara rutin dan perawatan diri 1,2,3,4,5. Sehingga perlu adanya kesadaran untuk rutin berobat, rutin cek gula darah, patuh akan anjuran diet yang telah ditetapkan, dan meningkatkan aktivitas dengan berolahraga jalan kaki setiap pagi serta menjaga kebersihan tubuh. Hal ini perlu dilakukan secara berkesinambungan dan perlu adanya dukungan keluarga untuk dapat mengingatkan Ny. S untuk meminum obat secara teratur, mengantarkan Ny. S untuk kontrol ke Puskesmas, menegur Ny. S jika tidak menaati diet yang telah dianjurkan dan memberikan semangat kepada Ny. S untuk jalan kaki minimal 30 menit setiap pagi.

B. SARAN KOMPREHENSIF1. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit DM serta perlunya pengendalian dan pemantauan DM dengan rutin kontrol dan rutin berobat. Edukasi pasien dan keluarga mengenai komplikasi diabetes melitus dan langkah yang harus diambil jika terjadi komplikasi berupa jika terjadi pandangan kabur, luka yang tidak sembuh-sembuh, oedem kaki, dan kesemutan segera sampaikan ke dokter sehingga dapat segera diatasi. Mengenalkan pola makan yang benar untuk penderita dan keluarga serta meningkatkan aktivitas fisik. Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam tatanan rumah tangga untuk menciptakan lingkungan rumah yang bersih dan setiap anggota keluarga sehat dengan memperbaiki sistem ventilasi dan pencahayaan dengan membuka jendela dan pintu rumah ketika pagi hingga sore hari, menempatkan kandang ternak terpisah dari rumah, membuang sampah pada tempat pembuangan sampah, membuat selokan untuk mengalirkan limbah rumah tangga dan ternak, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kandang ternak 1x/minggu, membersihkan kamar mandi 1x/minggu, tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan, makan makanan yang bergizi seimbang, menggosok gigi sebelum tidur dan olahraga teratur.2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes, rendah kolesterol, rendah garam, minum air putih minimal 8 gelas/ hari dan mematuhi jadwal makan dengan kecukupan kalori yang dianjurkan. Rutin kontrol gula darah, merawat luka terutama pada kaki sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit DM. Selalu memakai alas kaki untuk mencegah terjadi luka dan menjaga kaki tetap bersih. 3. Kuratif : Langkah pertama dalam mengelola diabetes mellitus selalu dimulai dengan pendekatan non farmakologis berupa perencanaan makanan/terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obes. Bila dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendali diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat atau intrvensi farmakologis Terapi farmakologis dapat berupa pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan pemberikan injeksi insulin 6Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah 6 : Dosis selalu dimulai dengan dosis terendah yang kemudian dinaikkan secara bertahap Harus diketahui bettul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat tersebut Bila diberikan bersama obat lain maka pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral (OHO) maka beralihlah kepada injeksi insulin. Usahakanlah agar harga obat terjangkau oleh pasien4. Rehabilitatif : Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan membantu penderita memiliki kembali rasa percaya diri untuk percaya terhadap intervensi medis dan memberikan motivasi untuk terus merubah sikap dan prilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Askandar, 1999. Diabetes Melitus klasifikasi, Diagnosis dan Terapi.ed 3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2. Blanchette, K. 2010. The Diabetic Diet.http://www.Endocrinologist.Com/The Diabetic Diet.html 3. Gustaviani R. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI 4. Mansjoer, A.2000. Kapita selekta Kedokteran.Jilid 2. Jakarta: FKUI.5. Price SA dan Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC6. Soegondo S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

LAMPIRANFOTO RUMAH PENDERITA

2