6
5/20/2018 FLAVANOID-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/flavanoid-5619760c5997a 1/6 47 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM DAUN BELUNTAS (  Pluchea indica L.) Yohanes Adithya Koirewoa 1) , Fatimawali 1) , Weny Indayany Wiyono 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 2) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 3) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRAK Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% p.a selama 7 hari dan partisi menggunakan pelarut n-heksana yang menghasilkan ekstrak kental daun beluntas. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5). Isolat 3, hasil dari pemisahan Kromatografi Lapis Tipis positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari spektrum Ultra Violet-Visibel, dapat diduga bahwa senyawa flavonoid tersebut merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjang gelombangnya yaitu antara 250-280 nm (pita II) dan 350-385 nm (pita I). Kata kunci: beluntas, flavonoid, Kromatografi Lapis Tipis, Spektrofotometer UV-Vis ISOLATION AND IDENTIFICATION FLAVONOID COMPOUNDS IN BELUNTAS LEAF (  Pluchea indica L.) ABSTRACT Isolation and identification flavonoid compounds in beluntas leaf ( Pluchea indica L.) have been conducted. Isolation was carried out by using 96% p.a ethanol solvent of maceration extraction for 7 days and partition using n-heksana solvent to obtain concentrated beluntas leaf extract. The extract was purified by thin layer chromatography using eluent n-butanol : asetic acid : water (BAA) (4:1:5). Isolate 3, result from thin layer chromatography contain flavonoid compound. Ultra Violet - Visible spectra showed that the flavonoid compound was flavonol, with characteristic wavelengths from 250 to 280 nm for band II and 350-385 nm for band I. Keywords: beluntas, flavonoid, Thin Layer Chromatography, UV-Vis Spectrophotometer PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena bermanfaat dan kegunaannya besar bagi manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman ada banyak komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan bahan-bahan alam yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami. Ada banyak pengobatan dengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal (Kardinan dan Kusuma, 2004). Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa obat yaitu beluntas (Pluchea indica L.). Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 m dpl. Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Dalimartha, 1999). Daun

FLAVANOID

Embed Size (px)

DESCRIPTION

flavonoid

Citation preview

  • 47

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOIDDALAM DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.)

    Yohanes Adithya Koirewoa1), Fatimawali1), Weny Indayany Wiyono1)

    1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 951152) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 951153) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

    ABSTRAK

    Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.).Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% p.a selama 7 haridan partisi menggunakan pelarut n-heksana yang menghasilkan ekstrak kental daun beluntas. Ekstrakyang diperoleh dipisahkan dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan eluen n-butanol : asamasetat : air (BAA) (4:1:5). Isolat 3, hasil dari pemisahan Kromatografi Lapis Tipis positif mengandungsenyawa golongan flavonoid. Dari spektrum Ultra Violet - Visibel, dapat diduga bahwa senyawaflavonoid tersebut merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang panjanggelombangnya yaitu antara 250-280 nm (pita II) dan 350-385 nm (pita I).Kata kunci: beluntas, flavonoid, Kromatografi Lapis Tipis, Spektrofotometer UV-Vis

    ISOLATION AND IDENTIFICATION FLAVONOID COMPOUNDSIN BELUNTAS LEAF (Pluchea indica L.)

    ABSTRACT

    Isolation and identification flavonoid compounds in beluntas leaf (Pluchea indica L.) have beenconducted. Isolation was carried out by using 96% p.a ethanol solvent of maceration extraction for 7days and partition using n-heksana solvent to obtain concentrated beluntas leaf extract. The extractwas purified by thin layer chromatography using eluent n-butanol : asetic acid : water (BAA) (4:1:5).Isolate 3, result from thin layer chromatography contain flavonoid compound. Ultra Violet - Visiblespectra showed that the flavonoid compound was flavonol, with characteristic wavelengths from 250to 280 nm for band II and 350-385 nm for band I.Keywords: beluntas, flavonoid, Thin Layer Chromatography, UV-Vis Spectrophotometer

    PENDAHULUAN

    Indonesia memiliki banyak jenis tanamanyang dapat dibudidayakan karena bermanfaatdan kegunaannya besar bagi manusia dalamhal pengobatan. Dalam tanaman ada banyakkomponen kimia yang dapat digunakansebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yangkembali menggunakan bahan-bahan alam yangdalam pelaksanaannya membiasakan hidupdengan menghindari bahan-bahan kimiasintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahanalami. Ada banyak pengobatan dengan bahanalam yang dapat dipilih sebagai solusimengatasi penyakit yang salah satunya ialah

    penggunaan ramuan obat berbahan herbal(Kardinan dan Kusuma, 2004). Salah satutumbuhan yang mengandung senyawa obatyaitu beluntas (Pluchea indica L.).Beluntas umumnya tumbuh liar di daerahkering pada tanah yang keras dan berbatu, atauditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan inimemerlukan cukup cahaya matahari atausedikit naungan, banyak ditemukan di daerahpantai dekat laut sampai ketinggian 1.000 mdpl. Daun beluntas mengandung alkaloid,flavonoid, tanin, minyak atsiri, natrium,kalium, aluminium, kalsium, magnesium, danfosfor. Sedangkan akarnya mengandungflavonoid dan tanin (Dalimartha, 1999). Daun

  • 48

    beluntas berbau khas aromatis dan rasanyagetir, berkhasiat untuk meningkatkan nafsumakan (stomatik), penurun demam(antipiretik), peluruh keringat (diaforetik),penyegar, TBC kelenjar, nyeri pada rematikdan keputihan (Dalimartha, 1999). Penelitian-penelitian telah dilakukan dan menunjukkanbahwa daun beluntas memiliki aktivitasantibakteri karena adanya senyawa flavonoid(Purnomo, 2001). Penelitian ini bertujuanuntuk mengisolasi dan mengidentifikasisenyawa flavonoid yang terdapat dalam daunbeluntas (Pluchea indica L.). Dari prosesisolasi akan didapatkan isolat-isolat suatusenyawa atau kumpulan senyawa sehinggadapat mempermudah untuk melakukanidentifikasi senyawa-senyawa yang terdapatdalam simplisia. Sedangkan identifikasidiperlukan untuk mengetahui jenis senyawaflavonoid yang berada dalam simplisia.

    METODOLOGI PENELITIAN

    BahanBahan yang digunakan pada penelitian ini

    adalah daun beluntas (Pluchea indica L.) yangdiambil dari tanaman yang terdapat di daerahkampus Universitas Sam Ratulangi dalamkeadaan segar. Bahan kimia yang digunakandalam penelitian ini adalah n-heksana, n-butanol, asam asetat, metanol, etanol 96% p.a,amoniak, serbuk seng, asam klorida, platkromatografi lapis tipis (KLT) dan aquades.

    PeralatanAlat alat yang digunakan pada penelitian

    adalah oven, neraca analitik, blender, pipettetes, Chamber KLT, Lampu UV 254 nm dan366 nm, Sentrifuge, Spektrofotometer UV-Vis,aluminium foil, vacum rotary evaporator,peralatan gelas laboratorium dan kertas saring.

    Cara KerjaSebanyak 50 gram serbuk simplisia daun

    beluntas dimasukkan ke dalam Erlenmeyer(500 ml) kemudian direndam dengan 250 mlpelarut etanol 96% p.a, ditutup denganaluminium foil dan dibiarkan selama 7 hari,sambil sesekali dikocok. Ekstrak yangdiperoleh dipekatkan dengan menggunakanvacum rotary evaporator pada suhu 70oCsehingga diperoleh ekstrak pekat daunbeluntas. Ekstrak pekat daun beluntasdicampurkan dengan etanol 96% p,a kemudian

    dipartisi dengan n-heksana. Ekstrak yangdiperoleh dilakukan uji fitokimia flavonoid.Ekstrak yang positif mengandung flavonoiddilanjutkan untuk di isolasi dan pemurniandengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT)menggunakan fase diam GF254 denganukuran 20 cm x 20 cm dan fase gerakcampuran dari n-butanol-asam asetat-air(BAA) (4:1:5). Selanjutnya isolat relatif murnidiidentifikasi menggunakan spektrofotometerUltra Violet Visibel.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    HasilUntuk mendapatkan ekstrak daun beluntas,

    mula-mula daun beluntas diambil dan dicuci.Setelah itu dikeringkan dengan diangin-anginkan pada udara terbuka dan kembali dioven pada suhu 40 C selama 3 hari. Sampelyang telah kering diblender lalu diayak denganayakan nomor 65 mesh. Sampel yangdiperoleh berupa serbuk sebanyak 100 g.Metode ekstraksi yang digunakan dalampenelitian ini adalah ekstraksi maserasi. Hasilmaserasi yang di dapat kemudian dipisahkanpelarutnya dengan menggunakan vacum rotaryevaporator dengan suhu 70C. Filtrat yangdiperoleh berwarna hijau pekat. Filtrat hasilpenyaringan difraksinasi dengan metodeekstraksi cair-cair menggunakan corong pisahdengan pelarut n-heksana. Untuk mengetahuikandungan kimia dalam tanaman dilakukanskrining fitokimia. Dari skrining fitokimiayang dilakukan, diperoleh hasil yangmenunjukkan sampel positif mengandungflavonoid.

    Isolasi senyawa flavonoid daunbeluntas dilakukan dengan metodekromatografi lapis tipis (KLT). KLT yangdigunakan terbuat dari silika gel denganukuran 20 cm x 20 cm GF254 (Merck). PlatKLT silika gel GF254 diaktifasi dengan caradioven pada suhu 100 C selama 1 jam untukmenghilangkan air yang terdapat pada platKLT (Sastrohamidjojo, 2007).

    Ekstrak kental hasil ekstraksidilarutkan dengan etanol 96% p.a, kemudianditotolkan sepanjang plat denganmenggunakan pipet mikro pada jarak 1 cmdari garis bawah dan 1 cm dari garis atas.Selanjutnya dielusi dengan menggunakaneluen yang yang memberikan hasil pemisahanterbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat: air (BAA) dengan perbandingan (4:1:5).

  • 49

    Hasil KLT seperti pada gambar 1 kemudiandiangin-anginkan dan diperiksa di bawah sinarUV pada panjang gelombang 366 nm. Nodayang terbentuk yaitu sebanyak 3 noda, noda-noda tersebut lalu dilingkari dan dihitung nilaiRfnya. Pemisahan dengan KLT menghasilkanharga Rf dari noda pertama sebesar 0,69. Nodakedua memiliki nilai Rf sebesar 0,78 dannoda ketiga memiliki nilai Rf sebesar 0,89.

    Gambar 1. Foto plat hasil KLT ekstrak daunbeluntas dengan eluen BAA(4:1:5) dengan sinar UV 366 nm

    Tabel 1. Nilai Rf dan warna noda hasil KLT

    Nilai Rf dan warna noda dapat dilihat padatabel 1. Setelah disinari dengan lampu UVpanjang gelombang 366, noda pertamamenghasilkan warna hijau muda. Noda keduamenghasilkan warna merah muda dan nodaketiga menghasilkan warna hijau. Dari ketiganoda yang tampak, noda ketiga yang berwarnahijau diduga mengandung karena setelah

    diuapi dengan amoniak terjadi perubahanwarna sedikitpada noda ketiga yaitu berubah dari warnahijau ke hijau tua. Noda-noda hasil KLTdikerok dan dilarutkan dalam pelarut metanolsebanyak 4 ml, kemudian diidentifikasimenggunakan spektrofotometri UV-Vis.Pembanding rutin yang dipakai dalammengisolasi ialah kuersetin, yang merupakanpembanding rutin yang biasanya di pakaiuntuk mengisolasi senyawa flavonoid. Darihasil KLT, Kuersetin memiliki noda warnakuning setelah diperiksa di bawah sinar UVpada panjang gelombang 366 nm dan memilikiRf sebesar 0,64.

    Metode yang digunakan untuk identifikasiialah metode spektrofotometer UV-Vis. Ketigaisolat hasil KLT yang telah dikerok dandisentrifuge kemudian dibaca pada alatspektrofotometer UV-Vis menggunakanpelarut baku metanol. Dari ketiga isolattersebut, isolat ketiga yang memiliki hasilspektrum senyawa flavonoid yaitu flavonolseperti yang bisa dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2. Spektrum UV-Vis pada panjanggelombang 200-400 nm.

    Dari hasil spektrum yang tampak, terdapatdua pita pada isolat ketiga. Pita pertamamempunyai panjang gelombang 372 nm padaabsorbansi 0,252 dan pita kedua mempunyaipanjang gelombang 276 nm pada absorbansi0,532 ini menandakan bahwa isolat yangdibaca positif mengandung flavonol. Hal inidiperkuat oleh markham (1988) bahwa rentangserapan spektrum flavonol mempunyai

  • 50

    panjang gelombang 350-385 nm pada pitapertama dan pita kedua pada panjanggelombang 250-280 nm.

    Jika dibandingkan dengan pembadingrutin flavonol yaitu kuesertin seperti padagambar 3 hasil yang didapat mempunyairentang separan yang sama yaitu pita pertama

    terdapat antara panjang gelombang 350-385nm yaitu 377 nm dan pita kedua pada panjanggelombang 250-280 nm yaitu 280 nm. Hal inimemperkuat hasil yang di dapat bahwa isolatketiga positif mengandung flavonol.

    Gambar 3. Spektrum UV-Vis pembanding rutin kuersetin pada panjang gelombang 200-400 nm.

    PembahasanDaun beluntas yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah daun beluntas yangdiambil dari tanaman yang terdapat di daerahkampus Universitas Sam Ratulangi. Daunyang diambil ialah daun yang berada padapertengahan ranting, karena kadarflavonoidnya lebih tinggi daripada kadarflavonoid pada daun beluntas yang masihmuda atau berada di pucuk. Pengeringansampel dilakukan secara alami yaitudikeringkan dengan diangin-anginkan padaudara terbuka dengan tidak dikenai sinarmatahari langsung, kira-kira pada suhu kamaryaitu 25-30C selama 2 minggu untukmenghilangkan air dan mencegah terjadinyaperubahan kimia (daun cepat busuk sehinggadapat menghasilkan mikroorganisme yangdapat merubah senyawa kimia yangterkandung di daun tersebut). Daun beluntaskembali di oven pada suhu 40 C selama 3 hariagar air yang masih terdapat dalam daunbeluntas dapat lebih diminimalisir. Sampelyang telah kering diblender untuk memperluaspermukaan serta membantu pemecahandinding dan membran sel, sehingga lebihmudah memaksimalkan proses ekstraksi.

    Ekstraksi merupakan proses pemisahansuatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya

    terhadap dua cairan tidak saling larut yangberbeda (Rahayu, 2009). Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalahekstraksi maserasi. Maserasi adalah salah satumetode pemisahan senyawa dengan caraperendaman menggunakan pelarut organikpada temperatur ruangan. Proses ekstraksi initidak dilakukan dengan metode soxhlet karenadikhawatirkan ada golongan senyawaflavonoid yang tidak tahan panas, selain itusenyawa flavonoid mudah teroksidasi padasuhu yang tinggi. Proses maserasi sangatmenguntungkan dalam isolasi senyawa bahanalam karena selain murah dan mudahdilakukan, dengan perendaman sampeltumbuhan akan terjadi pemecahan dinding danmembran sel akibat perbedaan tekanan antaradi dalam dan di luar sel, sehingga metabolitsekunder yang ada dalam sitoplasma akanterlarut dalam pelarut. Pelarut yang mengalirke dalam sel dapat menyebabkan protoplasmamembengkak dan bahan kandungan sel akanlarut sesuai dengan kelarutannya (Lenny,2006).

    Semakin lama waktu ekstraksi,kesempatan untuk bersentuhan makin besarsehingga hasilnya juga bertambah sampai titikjenuh larutan. Kontak antara sampel danpelarut dapat ditingkatkan apabila dibantu

  • 51

    dengan pengocokan agar kontak antara sampeldan pelarut semakin sering terjadi, sehinggaproses ekstraksi lebih sempurna. Pelarut yangdigunakan dalam penelitian ini adalah etanol96% p.a. Pemilihan pelarut ini karena senyawaflavonoid yang ada dalam daun beluntasmerupakan senyawa yang bersifat polarsehingga harus dilarutkan dengan pelarut yangbersifat polar. Suatu molekul bersifat polarapabila tersusun atas atom-atom yang berbedadan molekul yang tersusun atas atom-atomyang sama. Vacum yang dipakai dalam prosesmaserasi berfungsi untuk mempermudahproses penguapan pelarut dengan memperkeciltekanan dalam vacum daripada di luarruangan, sehingga temperatur di bawah titikdidih dan pelarut dapat menguap.

    Warna hijau pekat pada filtrat terbentukkarena pelarut yang digunakan tidak hanyamengekstraksi senyawa flavonoid melainkanjuga mengekstraksi klorofil yang ada dalamtumbuhan. Filtrat hasil penyaringandifraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cairmenggunakan corong pisah dengan pelarut n-heksana untuk memisahkan senyawa-senyawanonpolar seperti klorofil, triterpen, lemak dansenyawa nonpolar lain. Penambahan n-heksana sebanyak 100 ml memisahkansenyawa nonpolar yang ada dalam ekstrak danmeningkatkan koefisien distribusi.Penambahan n-heksan menyebabkan terbentuk2 fase dan terdapat endapan pada dindingdasar corong pisah yang berwarna cokelat,karena kedua pelarut tersebut memiliki beratjenis dan kepolaran yang berbeda. Berat jenisn-heksana lebih besar dari pada etanolsehingga lapisan n-heksana berada di bagianbawah dan lapisan etanol berada di bagianatas.

    Pemisahan senyawa flavonoid daunbeluntas dilakukan dengan metodekromatografi lapis tipis (KLT). KLTmerupakan suatu metode pemisahan suatusenyawa berdasarkan perbedaan distribusi duafase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diamyang digunakan ialah plat silika gel yangbersifat polar, sedangkan eluen yangdigunakan sebagai fase gerak bersifat sangatpolar karena mengandung air. Kepolaran fasediam dan fase gerak hampir sama, tetapi masihlebih polar fase gerak sehingga senyawaflavonoid yang dipisahkan terangkatmengikuti aliran eluen, karena senyawaflavonoid bersifat polar. KLT yang digunakanterbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x

    20 cm GF254 (Merck). Penggunaan bahansilika karena pada umumnya silica digunakanuntuk memisahkan senyawa asam-asamamino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol danterpenoid. Plat KLT silika gel GF254diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100C selama 1 jam untuk menghilangkan airyang terdapat pada plat KLT(Sastrohamidjojo, 2007).

    Eluen yang dipakai dalam KLT ialaheluen campuan n-butanol : asam asetat : air(BAA) (4:1:5) yang mampu memberikanpemisahan terbaik. Karena dari komposisinya,eluen tersebut bersifat sangat polar sehinggabisa memisahkan senyawa flavonoid yang jugabersifat polar. Eluen yang baik ialah eluenyang bisa memisahkan senyawa dalam jumlahyang banyak yang ditandai dengan munculnyanoda. Noda yang terbentuk tidak berekor danjarak antara noda satu dengan yang lainnyajelas (Harborne, 1987).

    Spektrofotometer UV-Vis merupakansuatu metode yang digunakan untukidentifikasi struktur dari suatu senyawa.Metode ini digunakan untuk mengidentifikasisenyawa flavonoid yang didapat dari hasilpemisahan senyawa dengan KLT. Pemakaiankuersetin dalam Spektrofotometer UV-Vissebagai pembanding rutin dikarenakankuersetin merupakan senyawa yang paling luaspenyebarannya dan 25% terdapat padatumbuhan. Flavonol merupakan salah satujenis flavonoid yang paling banyak ditemukandalam bunga maupun daun tumbuhan, hanyasedikit sekali yang ditemukan pada bagiantanaman yang berada di bawah permukaantanah. Flavonol terdiri atas kuersetin,kaemferol, dan mirisetin. Kuersetin umumnyamerupakan komponen terbanyak dalam suatutanaman.

    KESIMPULANDari hasil penelitian yang telah dilakukan

    dapat disimpulkan bahwa flavonoid dapat diisolasi dan di identifikasi dari daun beluntasdengan metode kromatografi lapis tipis danspektrofotometer UV-Vis dan jenis senyawaflavonoid yang ditemukan ialah flavonol.

    SARANPerlu adanya penelitian lebih lanjut

    tentang identifikasi jenis senyawa flavonoidyang ada pada daun beluntas menggunakanmetode spektrofotometer lain seperti MS,NMR dan IR dan perbandingan kandungan

  • 52

    flovonoid pada daun beluntas yang ditanam diberbagai lokasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan ObatIndonesia. Jilid I. Trubus Agriwidya :Jakarta.

    Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. JilidII. Penerbit ITB : Bandung.

    Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat danKhasiatnya. Seri 1. Penebar Swadaya :Jakarta.

    Kardinan, A., Kusuma F., R. 2004. MeniranPenambah Daya Tahan Tubuh Alami.Agromedia pustaka : Jakarta.

    Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji BioaktifitasKandungan Kimia Utama Puding Merahdengan Metoda Uji Brine Shrimp. F-MIPA Universitas Sumatera Utara :Medan.

    Markham, R.K. 1988. Cara MengidentifikasiFlavonoid. ITB : Bandung.

    Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dariDaun Beluntas (Pluchea indica Less)yang Mempunyai AktivitasAntimikroba.

    Terhadap Penyebab Bau Keringat. UniversitasAirlangga.

    Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasisenyawa flavonoid dari Biji KacangTunggak (Vigna unguiculata L.).Universitas Brawijaya Malang.

    Sastrohamidjojo, H. 2007. Dasar-DasarSpektrosfotokopi, edisi kedua, cetakankedua. Penerbit Liberty : Jogjakarta