Upload
scribdkiky
View
100
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
berisi laporan skenario geritri satu dengan kasus seorang geriatri yang jatuh
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Aduh....Nenekku Jatuh
Seorang wanita, geriatri, dengan berat badan 55 kg, TB 163 cm, tiba-tiba
jatuh. Nafsu makan menurun, keinginan untuk minum berkurang. Sejak 3 hari
yang lalu lutut kanan pasien terasa sakit jika digerakkan sehingga pasien kesulitan
berjalan. Dan sering bengkak-bengkak pada kedua kaki. Penderita juga mengeluh
mata kabur sejak usia 60 tahun dan pendengaran juga berkurang. Penderita selama
ini tinggal sendirian di rumah dengan pencahayaan yang kurang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darang 190/80 mmHg.
Pada hasil laboratorium kadar gula darah sewaktu 250 mg/dl, Hb= 8.1 gr/%,
kreatinin 2.3 mg/dl. Hasil pemeriksaan urin rutin: proteinuri +2. Terapi yang
didapat adalah meloxicam 2x7,5 mg dan dexametason 3x1 tablet, antalgin 3x1
tablet untuk mengurangi rasa nyeri, bisoprolol 1x10 mg, furosemid 1-0-0.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Langkah 1 : Klarifikasi istilah dan konsep
1. Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin
(kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal.
2. Antalgin: obat golongan metasulfat dan amidofirnat yang bekerja
mengurangi rasa nyeri dan pusat suhu tubuh di sistem saraf pusat, efek
analgetik dan antipiretik
3. Meloxicam: obat golongan Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID) derivat
asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis
prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambatan
cydooxygenase 2 (COX-2).
4. Bisoprolol: obat golongan beta blocker untuk mengobati penyakit jantung,
untuk pasien hipertensi.
5. Furosemid: obat golongan diuretik kuat mempunyai efek anti hipertensi.
6. Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140
mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah
tertentu masih dianggap fungsional.
Langkah 2 : Menentukan/mendefinisikan permasalahan
1. Bagaimana patofisiologi dari gejala-gejala yang ada di skenario?
2. Bagaimana farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi, kontraindikasi
dan efek samping dari: antalgin, meloxicam, bisoprolol dan
furosemide?
2
3. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis
skenario?
4. Bagaimana hubungan pencahayaan kurang dengan kondisi pasien?
5. Bagaimana tata laksana dan edukasi yang tepat terhadap pasien?
6. Apa saja faktor yang mmpengaruhi timbulnya berbagai macam
penyakit pada geriatri?
7. Bagaimana hubungan antara faktor psikologis dengan kondisi pasien?
Langkah 3 dan 4 : Menganalisis permasalahan, membuat pernyataan
sementara mengenai permasalahan
1. Fisiologi penuaan
Proses menua merupakan proses normal dengan kecenderungan
menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada
tingkat organ yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan
kematian. Namun, efek penuaan lebih terlihat setelah usia 40 tahun. Proses
menua tidak selalu menyebabkan gangguan fungsi organ atau penyakit.
Factor genetic, gaya hidup dan lingkungan lebih berpengaruh pada
gangguan fungsi organ tersebut.
Fisiologi proses menua tidak dapat dilepaskan dari konsep
homeostasis. Homeostasis yang merupakan karakteristik fisiologi penuaan
adalah keadaan penyempitan/berkurangnya cadangan homeostasis yang
terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap organ. Seiring bertambahnya
usia, jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan
berkurang. Semakin besar perubahan yang terjadi maka semakin besar
cadangan fisiologis yang diperlukan untuk kembali ke homeostasis.
Dengan berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang usia lanjut lebih
mudah untuk mencapai suatu ambang, yang dapat berupa keadaan sakit
atau kematian akibat perubahan tersebut.
Berbagai perubahan utama sistem organ pada proses menua :
3
a. Sistem endokrin : toleransi glukosa terganggu.
b. Kardiovaskuler : menurunnya curah jantung maksimal.
c. Tekanan darah : peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan diastolic
tidak berubah.
d. Paru-paru : penurunan massa jaringan paru.
e. Hematologi : berkurangnya cadangan sum-sum tulang.
f. Ginjal : menurunnya creatinin clearance dan laju filtrasi glomerulus.
g. Saluran kemih dan kelamin : pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna dan peningkatan volume residual urin.
h. Regulasi suhu tubuh : berkurangnya vasodilatasi dan vasokontriksi
pembuluh darah kutaneus.
i. Otot : massa otot berkurang.
j. Tulang : melambatnya penyembuhan fraktur.
k. Sendi : terganggunya matriks kartilago.
l. Sistem saraf perifer : berkurangnya sensasi getar dan sensitivitas
termal.
m. Sistem saraf pusat : berkurangnya sedikit massa otak dan aliran darah
ke otak.
n. Gastrointestinal : terganggunya respon cedera pada mukosa lambung,
berkurangnya kontraksi kolon yang efektif.
o. Penglihatan : terganggunya adaptasi gelap, kekeruhan lensa.
p. Penghidu : deteksi penghidu berkurang.
q. Haus : terganggunya control haus (haus berkurang).
r. Keseimbangan : meningkatnya respon ambang vestibuler.
s. Pendengaran : defisit pada proses sentral.
t. Jaringan adiposa : peningkatan kemungkinan lipolisis.
u. Sistem imun : berkurangnya imunitas yang dimediasi sel.
v. Fungsi kognitif : kemampuan mengingat masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
2. Interpretasi hasil pemeriksaan
a. BB 5 kg, TB 163 cm status gizi baik.
4
b. Tekanan darah 190/80 mmHg hipertensi sistolik terisolasi (harga
rujukan normal, sistolik <=120 mmHg dan diastolic <=80 mmHg).
c. Kadar gula darah (GD) sewaktu 250 mg/dl kadar gula darah tinggi
(harga rujukan kadar GD sewaktu untuk kategori bukan DM : plasma
vena : <110 mg/dl, darah kapiler <90 mg/dl; untuk memastikan
apakah pasien menderita DM tipe II perlu dilakukan pemeriksaan
kadar gula darah puasa dan kadar gula darah dua jam postprandial.
d. Hb 8,1 gr% kadar hemoglobin rendah (harga rujukan normal untuk
wanita 13,2 – 17,3 gr/dl).
e. Kreatinin 2,3 mg/dl terjadi peningkatan kadar kreatinin serum;
biasanya peningkatan kreatinin menunjukkan adanya
kelainan/gangguan pada ginjal.
f. Proteinuria +2 didapatkan protein (albumin) dalam urin 500-1500
mg/24 jam; menunjukkan adanya kegagalan filtrasi glomerulus.
3. Indikasi (I) dan kontraindikasi (KI) meloxicam
I : terapi osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.
KI : perdarahan gastrointestinal dan serebrovaskuler, asma, tukak
peptic aktif, insufisiensi ginjal berat, insufisiensi hati berat, gangguan
perdarahan lain, anak < 15 tahun, hamil dan laktasi.
4. Indikasi dan kontraindikasi bisoprolol
I : terapi hipertensi (tunggal atau kombinasi).
KI : gangguan hati dan ginjal, penyakit arteri koronaria, bronkospastik,
hipoglikemia, diabetes yang mendapat insulin, anak, hamil dan laktasi.
5. Indikasi dan kontraindikasi furosemid
I : terapi pada edema yang berhubunga dengan gagal jantung kongestif,
terapi tambahan pada edema pulmonal akut.
KI : gangguan fungsi ginjal, anuria, oliguria, hipokalemia, hiponatremia,
hipotensi.
6. Prinsip pengobatan pada geriatri
a. Ketahui riwayat pengobatan lengkap geriatric, baik dari rekam medis
maupun anamnesis dengan pasien.
5
b. Jangan memberikan obat sebelum waktunya.
c. Jangan menggunakan obat terlalu lama.
d. Kenali obat yang digunakan (sifat farmakologi obat dan efek
sampingnya).
e. Meminimalkan penggunaan berbagai macam obat (multi farmasi);
berikan obat hanya sesuai indikasi saja.
f. Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-lahan.
g. Obati sesuai patokan.
h. Beri dorongan supaya patuh berobat.
i. Hati-hati menggunakan obat baru.
Langkah 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran
LO :
1. Bagaimana patofisiologi gejala dalam scenario ?
2. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari meloxicam,
bisoprolol dan furosemid ? Apa indikasi, kontraindikasi, farmakodinamik
dan farmakokinetik ?
3. Apa saja diagnosis banding pasien ?
4. Apa saja pemeriksaan yang dibutuhkan ?
5. Apa hubungan antara pencahayaan yang kurang dengan kondisi pasien ?
6. Apa ada hubungannya dengan faktor psikologis pasien ?
7. Bagaimana tata laksana dan apa edukasi yang diberikan pada pasien ?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai macam penyakit
/ gangguan pada geriatri ?
Langkah 6 : Mengumpulkan informasi baru
6
Langkah 7 : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru
yang diperoleh
A. PATOFISIOLOGI
1. Jatuh
Stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Sistem sensorik
Yang telibat dalam sistem sensorik adalah visus (penglihatan),
pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif.
b. Sistem saraf pusat (SSP)
SSP memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik.
c. Kognitif
Beberapa penelitian mengatakan dementia diasosiasikan dengan
meningkatnya risiko jatuh.
d. Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskletal menyebabkan gangguan gaya berjalan
(gait). Gangguan gait terjadi akibat proses penuaan tersebut antara lain
disebabkan oleh:
- Kekakuan jaringan penghubung
- Berkurangnya massa otoot
- Perlambatan konduksi saraf
- Penurunan visus / lapang pandang
- Kerusakan proprioseptif
Yang kesemuanya menyebabkan:
- Penurunan range of motion (ROM) sendi
- Penurunan kekuatan otot
- Perpanjangan waktu reaksi
- Kerusakan persepsi dalam
- Peningkatan postural sway (goyangan badan)
7
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan gerak,
langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.
Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang
goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah /
terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset,
tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
Pada lansia terjadi perubahan pada sistem pembuluh darah. Hal
ini dapat disebabkan karena pembentukan plak ateroma pada sistem
karotis. Fungsi dari circulus wilisi terganggu akibat penyempitan
pembuluh darah. Gangguan fungsi jantung pada lansia berakibat pada
penurunan cerebral blood flow (CBF). Hal ini mengakibatkan
gangguan sirkulasi serebral atau perubahan sirkulasi darah di otak.
Arteri serebralis berkelok-kelok, apabila pada gerakan leher tertentu,
arteri tersebut dapat tertekuk sehingga dapat berakibat insufisiensi
sirkulasi didaerah batang otak, gangguan aliran darah ke otak bagian
belakang dan cerebelum. Hal ini berdampak pada pusing dan
hilangnya mekanisme reflek mempertahankan postur tubuh sehingga
lansia tiba-tiba terjatuh (drop attack).
Faktor intrinsik jatuh adalah kondisi fisik dan neuropsikiatrik,
penurunan visus dan pendengaran, perubahan neuromuskuler, gaya
berjalan dan reflek postural karena proses menua, sedang faktor
ekstrinsiknya adalah obat-obatan yang diminum, alat-alat bantu
berjalan, dan lingkungan yang tidak mendukukng (berbahaya).
Beberapa penyebab jatuh pada lansia adalah kecelakaan, nyeri
kepala dan atau vertigo, hipotensi ortostatik, obat-obatan, proses
penyakit kardiovaskuler dan neurologi, idiopatik dan sinkope (drop
attack, penurunan darah ke otak secara tiba-tiba).
2. Nafsu makan menurun
8
Pada lansia terjadi proses menua pada saluran cerna. Terjadi
perubahan pada rongga mulut, faring dan esofagus, lambung, usus halus,
pankreas, hati, usus besar dan rektum. Pada lambung terjadi atrofi mukosa,
sel kelenjar, sel parietal dan sel chief. Hal ini mengakibatkan penurunan
sekresi asam lambung, peptin, dan faktor intrinsik yang kesemuanya
berdampak pada berkurangnya rasa lapar atau nafsu makan. Selain itu
ukuran lambung lansia lebih kecil sehingga daya tampung makanan
semakin sedikit.
3. Lutut kanan sakit sehingga susah berjalan
Pada lansia terjadi perubahan pada sistem muskuloskelatal dan
jaringan lainnya yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan rematik. Rematik bukan suatu penyakit namun
meruapakan suatu sindrom. Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot,
hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita
tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot dan
gangguan gerak.
4. Mata kabur dan pendengaran berkurang
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh
jaringan kelopak mata. Perubahan ini disebut juga dengan perubahan
involusional yang terjadi pada musculus orbicularis, retraktor palpebra
inferior, tarsus, tendo kantus medial/lateral, aponeurosis muskulus levator
palpebra, dan kulit. Terjadi pula proses penuaan pada kornea, perubahan
sensitivitas dan fragilitas kornea lansia, sistem lakrimal, muskulus siliaris,
produksi humor aqueous, perubahan refraksi dan perubahan struktur
jaringan dalam bola mata. Proses degenerasi dialami oleh berbagai
jaringan dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan
sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan usia muda.
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai
lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di
9
organ corti berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia
pertengahan, keadaan yang sama juga terjadi pada serabut aferen dan
eferen sel sensorik dari kokhlea. Disamping itu juga terjadi penurunan
elastisitas membran basalis di kokhlea dan membrana timpani. Selain itu,
pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan,
sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu
akibat lanjutnya usia.
5. Sering lupa
Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat hal ini berdampak pada penurunan daya
ingat dan gangguan psikomotor. Perubahan morfologi yang tampak adalah
terjadinya penebalan meningeal, atrofi serebral (berat otak menurun 10%
antara usia 30 – 70 tahun). Sedangkan untuk perubahan histologi terjadi
mulai hilangnya tonjolan dendrit diikuti dengan pembengkakan batang
dendrit dan badan sel. Secara progresif akan terjadi fragmentasi dan
kematian sel. Pada neuron terjadi hilangnya RNA, mitokondria dan enzim
sitoplasma. Berbagai perubahan degeneratif terjadi dengan frekuensi yang
meningkat pada individu berumur >60 tahun. Perubahan morfologi
tersebut mengakibatkan berbagai perubahan secara fungsional berupa
mulai hilangnya tanggapan intelektual, agilitas mental dan daya pemikiran
abstrak. Terjadi gangguan persepsi, analisis, dan integrasi input sensorik
yang menurun. Terjadi penurunan memori jangka pendek dan kemampuan
belajar.
Akibat perubahan yang terjadi pada morfolgis dan fungsi dari
sistem saraf pusat dapat terjadi keadaan patologis berupa penurunan
cadangan intelektual yang dapat berakibat terjadinya keadaan dementia
( suatu keadaan defisit pada memori dan intelek).
(Martono, 2009)
Yang mempengaruhi sakit pada lansia adalah :
1) Genetik
10
Apabila ada penyakit genetik, maka akan menambah kecenderungan untuk
menderita penyakit tersebut.
2) Gaya hidup
Apabila sejak kecil memiliki gaya hidup yang tidak sehat sepetti merokok,
minuman keras, akan berdampak saat tua nanti.
3) Makanan
Bila lansia memiliki pantangan makanan (contoh DM pantangan makan
minum manis), maka memang harus tidak boleh makan makanan tersebut
supaya tidak memperparah sakitnya.
4) Kemampuan emosi
Lansia yang temperamental akan memperparah sakit yang dideritanya.
5) Riwayat penyakit
Lansia yang dulunya memiliki riwayat jatuh atau kecelakaan yang berlebih
tentunya akan berdampak di masa lansia.
6) Lingkungan hidup
Lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan lansia juga menjadi yang
tidak baik juga dan akan menimbulkan penyakit.
7) Dukungan sosial
Lansia harus selalu mendapatkan dukungan sosial agar menjadi merasa
dibutuhkan dan menimbulkan kesehatan psikologis yang baik.
8) Perubahan homeostasis pembentukan dan perusakan cadangan faal
berkaitan dengan keseimbangan
a. Tulang : osteoklas bekrja lebih, kepadatan tulang berukurang
b. Sendi : bantalan sendi lebih kaku
c. Kulit : perusakan hebat keriput
11
9) Muskuloskeletal
10) Kolagen : cross linked tidak teratur mobilitas menurun, fleksibilitas
menurun nyeri, kekuatan otot menurun, sulit bergerak
11) Kartilago : lunak dan granulasi rata kaku rentan terhadap gesekan
( sering pada sendi besar penumpu berat badan )
12) Sistem imun : sirkulasi limfosit menurun fungsi kelenjar limfe menurun
fungsi supressor sel menurun peningkatan autoantibody (risiko
penyakit autoimun), respon terhadap vaksinasi menurun
Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi pasien pada skenario :
a. Pencahayaan yang kurang terang
b. Tinggal sendiri, tidak ada pengawasan, merasa tidak diperhatikan
(Martono, 2009)
B. HIPERTENSI
1. Definisi
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur, yaitu tekanan darah
sistolik (TDS) > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg.
Hipertensi sistoldiastolik didiagnosis bila TDS ≥ 140 mmhg dan TDD ≥ 90
mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS ≥ 140 mmHg dengan TDD <
90 mmHg.
Berikut adalah definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut
WHO:
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal < 130 < 85
Normal-tinggi 130-139 85-89
12
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Subkelompok : boderline 140 - 149 90 – 94
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90
Subkelompok : boderline 140 – 149 < 90
Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai kategori yang
lebih tinggi.
Berikut ini adalah klasifikasi dan tekanan darah umur ≥ 18 tahun menurut JNC
VII dibandingkan JNC VI:
JNC 7
Kategori
Tekanan
JNC 6
Kategori
tekanan
Tekanan
darah
Sistolik
Dan/atau Tekanan
darah
diastolik
(mmHg)
Normal Optimal < 120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
- Normal <130 Dan <85
- Normal-
Tinggi
130-139 Atau 85-89
Hipertensi Hipertensi
Derajat 1 Derajat 1 140-159 Atau 90-99
Derajat 2 - >/=160 Atau >/=100
Derajat 2 160-179 Atau 100-109
Derajat 3 >/=180 Atau >/=110
2. Patofisiologi
13
Patofisiologi hipertensi adalah sebagai berikut baik TDS maupun TDD
meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif
sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun
dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini
sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan pembuluh darah`dan
penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan
tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan
predictor terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme
pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan
normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh
darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan
elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan
penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan
pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah
dengan umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat
menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan
terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan
refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi
hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-β
dan vasokonstriksi adrenergik-α akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi
dan selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi
juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin
plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak
mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan-perubahan
di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output),
penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikel
kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan
penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
14
3. Diagnosis
Beberapa faktor yang menyebabkan salah diagnosis hipertensi pada lanjut
usia adalah:
a. Panjang cuff mungkin tidak cukup untuk orang gemuk atau
berlebihan atau orang terlalu kurus.
b. Penurunan sensitivitas reflex baroreseptor sering
menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan hipotensi
postural.
c. Fluktuasi akibat ketegangan (hipertensi jas putih = white
coat hypertension) & latihan fisik juga lebih sering pada
lanjut usia.
d. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis menyebabkan
tekanan darah terukur lebih tinggi.
Kesulitan pengukuran tekanan darah dapat diatasi dengan cara pengukuran
ambulatory. Bulpitt et al. (1999) menganjurkan bahwa sebelum menegakkan
diagnosis hipertensi pada lanjut usia, hendaknya paling sedikit dilakukan
pemeriksaan di klinik sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda dalam
beberapa minggu.
Gejala HTS yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the
SYST-EUR trial adalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki
menunjukkan keluhan. Gejala yang menonjol yang ditemukan pada penderita
perempuan dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri sendi tangan (35% pada
perempuan dan 22% pada laki-laki), berdebar (33% dan 17%), mata kering (16%
dan 6%), penglihatan kabur (35% dan 23%), kramp pada tungkai (43% dan 31%),
nyeri tenggorok (15% dan 7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua
jenis kelamin, 68%.
4. Penatalaksanaan
Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut
usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia
menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu)
15
akibat kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada perempuan sering
ditemukan hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya TDS.
a. Sasaran tekanan darah
Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD hendaknya mempertimbangkan
aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sys-Eur trial merekomendasikan
penurunan TDS < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau
penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal.
b. Modifikasi pola hidup
Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita hipertensi
lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah :
1) menurunkan berat badan jika ada kegemukan
2) mengurangi minum alkohol
3) meningkatkan aktivitas fisik aerobik
4) mengurangi asupan garam
5) mempertahankan asupan kalium yang adekuat
6) mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
7) menghentikan merokok
8) mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
Seperti halnya pada orang yang lebih muda, intervensi nonfarmakologis ini
harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan.
c. Terapi farmakologis
Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi
metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam
memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis
16
kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan
pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretik
atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretik dan
antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretik tiazid sama dalam
menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya
akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita
dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat;
namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit
arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi
dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik,
penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi keduanya
merupakan pilihan terbaik.
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural (penyekat
adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat-obatan yang
dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis α 2 sentral) harus diberikan dengan
hati-hati. Karena pada lanjut usia sering ditemukan penyakit lain dan pemberian
lebih dari satu jenis obat, maka perlu diperhatikan adanya interaksi obat antara
antihipertensi dengan obat lainnya. Obat yang potensial memberikan efek
antihipertensi misalnya : obat anti psikotik terutama fenotiazin, antidepresan
khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol. Obat yang
memberikan efek antagonis antihipertensi adalah: kortikosteroid dan obat
antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan toksisitas adalah:
a. tiazid: teofilin meningkatkan risiko hypokalemia, lithium risiko toksisitas
meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun
b. Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi,
gagal jantung; digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral
meningkatkan efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan
hipoglikemia.
17
Dosis beberapa obat diuretik penyekat beta, penghambat ACE, penyekat
kanal kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pada penderita hipertensi pada
lanjut usia adalah sebagai berikut. Dosis obat-obat diuretik (mg/hari) misalnya:
bendrofluazid 1,25-2,5, klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid
12,5-25, dan indapamid SR 1,5. Dosis obat-obat penyekat beta yang
direkomendasikan adalah: asebutolol 400 mg sekali atau dua kali sehari, atenolol
50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mg sekali sehari, celiprolol 200-400 mg
sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali sehari, oksprenolol 180-120 mg dua
kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali sehari.
Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah: kaptopril
6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari, perindropil 2-8 mg
sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-10 mg sekali sehari.
Dosis obat-obat penyekat kanal kalsium yang dianjurkan adalah: amilodipin 5-10
mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekali sehari, felodipin 5-20 mg sekali sehari,
nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60 mg sekali sehari, verapamil 120-
240 mg dua kali sehari.
Dosis obat-obat penyekat alfa yang dianjurkan adalah doksazosin 1-16 mg
sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.
(Kuswardhani, 2006)
C. DEMENTIA
Dementia bukanlah diagnostik spesifik, melainkan suatu istilah
yang digunakan untuk mendeskripsikan kelompok gejala yang
mempengaruhi kemampuan intelektual dan sosial, yang cukup
parah,sehingga mempengaruhi kemampuan harian, terdapat banyak
penyebab dari dementia, seperti Alzheimer, yang merupakan penyebab
tersering dari dementia progresif
Menurunnya daya ingat umumnya terjadi pada kasus dementia,
namun, itu saja tidak membuat seseorang didiagnosa menderita dementia.
Dementia dideteksi dari adanya minimal 2 gangguan fungsi otak, seperti
18
menurunnya ingatan, dan ketidakmampuan untuk menilai dan berbahasa.
Selain itu juga dapat menyebabkan kebingungan, ketidakmampuan
mengenali orang, perubahan kepribadian dan perilaku sosial,
ketidakmampuan mempelajari hal baru, paranoid, agitasi, halusinasi dan
beberapa kelainan psikologis lainnya, beberapa penyebab dementia dapat
disembuhkan, dan beberapa lainnya tidak.
Dementia progresif adalah dementia yang memburuk seiring
waktu, umumnya tidak dapat disembuhkan, dan terjadi pada pasien lanjut
usia. Beberapa penyakit menyebabkan hal ini, seperti Alzheimer, lewy
body dementia, dementia vaskular dan frontotemporal dementia. Selain itu
terdapat juga beberapa penyakit yang berhubungan dengan gangguan saraf
pusat sepereti Huntington's, dementia pugilistica, HIV, Creutz-jakob
disease, dan dementia sekunder, seperti oleh keadaan yang membatasi
gerakan tubuh atau penggunaan otak, seperti penyakit parkinson. Selain itu
terdapat juga penyebab dementia yang dapat disembuhkan seperti
dementia akibat infeksi atau kelainan imun, akibat kelainan metabolik dan
endokrin, defisiensi nurtisi, hematoma subdural, keracunan, tumor otak,
anoxia, masalah respirasi dan kardiovaskular atau reaksi terhadap
medikasi.
Terdapat beberapa faktor resiko pada kasus dementia, dibagi
menjadi 2, faktor resiko yang tidak dapat diubah, dan yang dapat diubah.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia lanjut, memiliki riwayat
keluarga dementia, dan down syndrome, sedangkan yang dapat diubah
adalah konsumsi alkohol, atherosclerosis, tekanan darah, kolesterol,
depresi, diabetes, tingkat estrogen dan hemosistein, serta merokok.
Pengobatan dapat memperlambat atau membatasi perkembangan
dari gejala. Cholinesterase inhibitor, seperti donepezil, rivastigmine, dan
galantamine hydrobromide adalah pengobatan yang umumnya diberikan
pada kasus alzheimer, bekerja dengan meningkatkan senyawa transmiter
yang berhubungan dengan memori dan penilaian, dengan efek samping
seperti mual, muntah dan diare, walaupun umumnya digunakan pada kasus
19
alzheimer, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati dementia
vaskular, oleh parkinson, dan yang disebabkan oleh Lewy body.
Memantine adalah obat alzheimer yang digunakan untuk meregulasi
aktifitas glutamat, yang juga bekerja sebagai transmiter kimiawi yang
bekerja pada sebagian besar fungsi otak. Pengobatan lain umumnya
berhubungan dengan pengobatan kondisi lain yang menyebabkan
dementia. Hal lain yang tidak kalah penting adalah edukasi tentang gaya
hidup, baik pada pasien maupun pada keluarga atau orang disekitar pasien.
D. OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis atau sering juga disebut degeneratif arthritis adalah
jenis arthritis yang paling sering ditemui di dunia. Osteoarthritis terjadi
karena bantalan kartilago pada ujung tulang pada persendian mulai rusak
seiring waktu, sehingga ketika kartilago rusak sepenuhnya, yang ada
hanya gesekan antara tulang dengan tulang. Walaupun osteoarthritis dapat
terjadi di seluruh sendi tubuh, kelainan ini umumnya terjadi pada sendi
dimana banyak pergerakan dan tekanan, seperti tangan, leher, tulang
belakang, lutut dan pinggul. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang
dapat menyembuhkan kondisi ini, namun tatalaksana dapat dilakukan
untuk menghambat perkembangan penyakit ini adalah dengan mengurangi
nyeri dan menjaga fungsi sendi.
Terdapat beberapa keluhan yang didapatkan dari pasien OA,
seperti nyeri, yang bisa dirasakan baik saat bergerak, maupun setelah
berhenti bergerak. Lutut atau siku yang terasa lunak. Kaku sendi, yang
umumnya terasa saat bangun tidur atau setelah beberapa saat tidak
bergerak. Kurangnya flexibilitas dari sendi. Sensasi "grating" dimana
terasa ada tulang yang bergesekan setiap kali bergerak, dan suara seperti
kayu patah. terbentuknya "bone spur" atau munculnya bagian tambahan
abnormal pada tulang, umumnya pada lutut, menyebabkan kehilangan
fleksibilitas dan nyeri.
20
Terdapat beberapa faktor resiko pada kasus ini seperti usia lanjut,
gender wanita lebih sering, orang yang lahir dengan malformasi sendi atau
defek kartilago, adanya trauma pada sendi, obesitas yang menambah
banyaknya beban pada sendi, gaya hidup yang miskin gerak, beberapa
jenis pekerjaan dimana memerlukan tenaga yang kuat, gerakan yang
berulang, atau keadaan dimana tidak banyak bergerak, selain itu juga oleh
beberpa penyakit, seperti diabetes, tiroid yang kurang bekerja, gout,
penyakit Paget juga dapat meningkatkan resiko terkena osteoarthritis.
Terdapat beberapa tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien
dengan osteoarthritis, seperti medikasi dengan Acetaminophen, NSAIDS,
dan narkotik. Acetamonophen dapat mengurangi sakit namun tidak
mengurangi inflamassi, terbukti efektif bagi pasien dengan nyeri tingkat
rendah dan menengah, namun jika digunakan berlebihan dari dosis, dapat
menyebabkan kerusakan hari. NSAIDs mengurangi sakit dan inflamasi.
umumnya tersedia ibuprofen, dan naproxen, sedangkan yang lain
memerlukan resep kusus, NSAIDs dapat menyebabkan mual, tinitus,
masalah kardiovaskular, masalah perdarahan, serta kerusakan hati dan
ginjal, hal ini perlu diperhatikan karena pada usia lanjut terjadi
peningkatan resiko komplikasi. Selain itu juga bisa melalui terapi
rehabilitasi medis dan fisiologis, mencari cara mengurangi tekanan pada
sendi, memakai penahan sendi, suntikan cortisone, injeksi lubrikan,
operasi untuk mengembalikan tulang ke posisinya, dan penggantian cairan
sendi (joint replacement).
E. PEMERIKSAAN YANG DIPERLUKAN PADA KASUS
Pendekatan diagnostik pasien jatuh adalah sebagai berikut.
Direkomendasikan untuk melakukan asesmen pada semua lansia sebagai
bagian dari pemeriksaan rutin yang meliputi:
1. Semua lansia yang kontrol rutin di puskesmas / dokter / tenaga kesehatan
lain wajib untuk ditanya tentang jatuh minimal setahun sekali
21
2. Semua lansia yang dilaporkan jatuh satu kali wajib diobservasi dengan
meminta untuk melakukan the get up and go test. Apabila pasien dapat
melakukan tanpa kesulitan tidak memerlukan asesmen lanjutan
3. Pasien yang mengalami kesulitan untuk melakukan tes itu memerlukan
kajian lebih lanjut
Asesmen jatuh adalah bagian dari asesmen geriatri, meliputi:
1. Riwayat Penyakit (Jatuh)
Anamnesis dilakukan terhadap penderita dan saksi mata, terdiri atas:
a) Seputar jatuh: mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,
berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok,
sedang makan, sedang buang air kecil / besar, sedang batuk / bersin,
sedang menoleh tiba-tiba / aktivitas lain.
b) Gejala yang menyertai: nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-
tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinensia, sesak napas.
c) Kondisi komorbid yang relevan: pernah stroke, Parkinsonism,
osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit
sensorik.
d) Review obat-obatan yang diminum: antihipertensi, diuretik, autonomik
bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.
e) Review keadaan lingkungan: tempat jauh, rumah maupun tempat-
tempat kegiatannya.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda vital: nadi, tensi, respirasi, suhu badan.
b) Kepala dan leher: penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising.
c) Jantung: aritmia, kelainan katup.
22
d) Neurologi: perubahan status mental, defisit lokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
e) Muskuloskeletal: perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem
kaki (podiatrik), deformitas.
3. Asesmen Fungsional
Observasi atau pencarian terhadap:
a) Fungsi gait dan keseimbangan: observasi pasien ketika bangkit dari
duduk di kursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,
ketika mau duduk di bawah.
b) Mobilitas: dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat
bantu, memakai kursi roda atau dibantu.
c) Aktivitas kehidupan sehari-hari: mandi, berpakaian, bepergian,
kontinens.
(Martono, 2009)
23
BAB III
SIMPULAN
1. Pasien dalam skenario mengalami jatuh yang bisa disebabkan oleh faktor-
faktor risiko seperti gangguan visus akibat proses menua atau pencahayaan
yang kurang, gangguan gaya berjalan / gait karena gangguan
muskuloskeletal dan gangguan kognitif seperti demensia.
2. Kelainan-kelainan yang dialami pasien dalam skenario dapat merupakan
perubahan anatomik dan fisiologik akibat proses menua atau merupakan
proses patologik, yaitu:
a. Nafsu makan dan minum menurun merupakan perubahan fisiologis
pada saluran cerna lansia karena penurunan indra pengecap dan
pencium, produksi saliva, sensitivitas reseptor esophagus yang
menurun atau kelainan periodontal dan kehilangan gigi.
b. Pasien mengalami reumatik pada usia lanjut, yaitu osteoarthritis
dengan manifestasi klinik lutut kanan pasien terasa sakit ketika
digerakkan dan kesulitan berjalan.
c. Mata kabur dapat merupakan akibat proses menua fisiologik atau
patologik, seperti sklerokeratitis nekrotikans, ulkus kornea, katarak dan
glaukoma.
d. Pendengaran berkurang dapat merupakan akibat proses menua
fisiologik atau patologik, seperti tuli konduktif dan sindrom Meniere’s.
e. Pasien mengalami demensia dengan ciri penurunan kognitif yang
ditandai dengan sering lupa.
24
BAB IV
SARAN
1. Semua anggota kelompok sudah berpartisipasi aktif dalam diskusi tutorial
kali ini, diharapkan keaktifan ini tetap dipertahankan dan ditingkatkan
pada diskusi-diskusi tutorial selanjutnya.
2. Langkah-langkah diskusi dan pembahasannya telah dilakukan secara
sistematis. Hal ini perlu dipertahankan.
3. Diharapkan pada diskusi-diskusi selanjutnya, khususnya pada seven jump
ke-3 dan 4 yang membahas mengenai patofisiologi dan patogenesis gejala
maupun penyakit lebih diperdalam lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kuswardhani RAT (2006). Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. J Peny
Dalam, 7:135-140.
Martono, H. Hadi.2009.Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut) Edisi 4.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
http://www.mayoclinic.com/health/dementia/DS01131
http://www.mayoclinic.com/health/osteoarthritis/DS00019
26