Upload
farhanalex37
View
4
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED
INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP
PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI
SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
FITRI NUR KOLIFAH
K 3307005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fitri Nur Kolifah
NIM : K3307005
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia
Menyatakan bahwa Skripsi saya berjudul EFEKTIVITAS METODE
PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI
EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS
XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN
2010/2011. Ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Fitri Nur Kolifah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED
INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP
PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI
SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Disusun Oleh :
FITRI NUR KOLIFAH
K 3307005
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Sugiharto, Apt., M.S. NIP. 19490317 197603 1 002
Pembimbing II
Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. NIP. 19780806 200604 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Diterima
untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : _______________
Tanggal : _______________
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang (Tanda Tangan)
Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si. _____________
Sekretaris : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D. _____________
Anggota I : Drs. Sugiharto, Apt., M.S. _____________
Anggota II : Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. _____________
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan,
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 002
31 Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Fitri Nur Kolifah. EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMA N 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel terdiri dari 2 kelas, kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang dipilih secara random sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t pihak kanan.
Hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen menggunakan TAI disertai eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol menggunakan ceramah disertai demonstrasi, untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 3,211 > 1,67), untuk aspek afektif (thitung > ttabel = 1,725 > 1,67) dan untuk aspek psikomotor (thitung > ttabel = 2,06 > 1,67) dengan = 5 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011
Kata kunci : efektivitas, TAI, eksperimen, koloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Fitri Nur Kolifah. THE EFFECTIVENESS OF TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) LEARNING METHOD WITH EXPERIMENT TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT COLLOID ON XI CLASS IN THE 2nd SEMESTER OF SMA NEGERI 8 SURAKARTA IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. December 2011. The purpose of this research is to know the effectivity of TAI (Teams Assisted Individualization) learning method with experiment toward learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. This research employ an experimental method that was Randomized Control Group Pretest-Postest Design for cognitive, affective, and psychomotor aspect. The population of this research was 2nd semester of XI class SMA N 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. The sampling technique employ a random sampling technique. The sample consist of two class that was class XI IPA 4 as experimental class and class XI IPA 3 as control class. The main data of this
om cognitive, affective, and psychomotor aspect. Right section t-test for testing hypotheses was used to analyze the data.
From the research, it could be concluded that the students learning achievement of experimental class by using TAI with experiment was higher than control class by using lecture with demonstration, from the right section t-test cognitive aspect (tobs > ttable = 3,211 > 1,67), for affective aspect (tobs > ttable = 1,725 > 1,67), and for psychomotor aspect (tobs > ttable = 2,06 > 1,66) with = 5%. So, it could be concluded that TAI with experiment learning method was effective to increase learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year.
Key word : effectivity, TAI, experiment, colloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
sudah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
(Q.S. Al Insyirah : 6-7)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(QS. Al-Mujadilah : 11)
Kedewasaan bukanlah tentang seberapa tua usia kita, namun kedewasaan
adalah tentang sikap, pertimbangan, dan orientasi kita
dalam mengarungi lika-liku kehidupan.
(Penulis)
Kebahagian bukanlah tentang terpenuhinya segala apa yang kita inginkan,
tapi kebahagiaan adalah tentang kemanfaatan kita bagi diri dan
orang lain yang didasarkan atas keikhlasan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini teruntuk :
Mewujudkan harapan Ibu dan Bapakku yang senantiasa memberikan semua yang terbaik
Mbak Ning, Mbak Min, Mbak Imut, Mbak Ama yang selalu mendukung dan
Teman-teman seperjuangan di Azimah, Al-Fina, LDK, TF dan crew Al Abidin yang senantiasa menyemangatiku
mengucapkan mistaqon gholidzon
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak
rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam
atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan pengarahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang
telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang
telah memberikan pengarahan dan izin penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt., M.S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah pula memberikan
bimbingan dan pengarahan, sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku penasehat akademik atas bimbingan dan
nasehat selama ini.
7. Ibu Dra. A.D. Gayatri, M.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8
Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan kita.
Surakarta, Juli 2012
Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 8
A. Kajian Teori ......................................................................................... 8
1. Efektivitas ...................................................................................... 8
2. Belajar ............................................................................................ 9
3. Prestasi Belajar ............................................................................... 11
4. Pembelajaran .................................................................................. 12
5. Metode Pembelajaran TAI ............................................................ 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
6. Metode Konvensional .................................................................... 20
7. Eksperimen ..................................................................................... 21
8. Demonstrasi ................................................................................... 22
9. Koloid ............................................................................................. 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 33
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 34
D. Perumusan Hipotesis ............................................................................ 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36
1. Tempat Penelitian........................................................................... 36
2. Waktu Penelitian ............................................................................ 36
B. Metode Penelitian................................................................................. 36
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 38
1. Populasi Penelitian ......................................................................... 38
2. Sampel Penelitian ........................................................................... 38
3. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
1. Variabel Penelitian ......................................................................... 39
2. Teknik Pengumpuan Data .............................................................. 39
3. Instrumen Penelitian....................................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47
1. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 47
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51
A. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 51
1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Koloid ................... 51
2. Pencapaian Hasil Posttest Siswa Materi Pokok Koloid ................. 52
3. Selisih Nilai Postest dan Pretest Siswa Materi Pokok Koloid ....... 52
B. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................... 57
1. Uji Normalitas ................................................................................ 57
2. Uji Homogenitas ............................................................................ 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 58
D. Pembahasan Analisis Data ................................................................... 59
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 66
A. Kesimpulan .......................................................................................... 66
B. Implikasi ............................................................................................... 66
C. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010.................... 2
Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi .............. 24
Tabel 3. Jenis-jenis Koloid .............................................................................. 25
Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob ..................................... 30
Tabel 5. Pola Penelitian ................................................................................... 37
Tabel 6. Penskoran Aspek Afektif .................................................................. 45
Tabel 7. Hasil Pretest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .............................................................................................. 51
Tabel 8. Hasil Posttest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol .............................................................................................. 52
Tabel 9. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Kelas Eksperimen dan kelas
Kontrol .............................................................................................. 52
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Materi Pokok Koloid ....................................................................... 53
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Afektif
Materi Pokok Koloid ...................................................................... 54
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
Materi Pokok koloid ........................................................................ 55
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Siswa Materi Pokok
Koloid .............................................................................................. 57
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok
Koloid .............................................................................................. 58
Tabel 15. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Kelas Eksperimen dan Kelas
kontrol .............................................................................................. 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ....... 15
Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi .......... 24
Gambar 3. Efek Tyndall .................................................................................. 26
Gambar 4. Gerak Brown ................................................................................. 27
Gambar 5. Elektroforesis ................................................................................ 27
Gambar 6. Adsorpsi Koloid ............................................................................ 28
Gambar 7. Proses Dialisis ............................................................................... 29
Gambar 8. Contoh Emulgator ......................................................................... 29
Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 34
Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ........................................................................................ 59
Gambar 11. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi
Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 59
Gambar 12. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ........................................................................................ 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ...................................................................................... 71
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 75
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ................................................................. 92
Lampiran 4. Instrumen Kognitif ................................................................... 106
Lampiran 5. Instrumen Afektif ..................................................................... 123
Lampiran 6. Instrumen Psikomotor .............................................................. 135
Lampiran 7. Kuisioner ................................................................................. 147
Lampiran 8. Data Induk Kelas Kontrol ......................................................... 149
Lampiran 9. Data Induk Kelas Eksperimen .................................................. 150
Lampiran 10. Uji Normalitas ......................................................................... 152
Lampiran 11. Uji Homogenitas ....................................................................... 159
Lampiran 12. Uji T Pihak Kanan ................................................................... 162
Lampiran 13. Uji Normalitas Sampel ............................................................ 165
Lampiran 14. Uji Homogenitas Sampel .......................................................... 168
Lampiran 15. Uji T matching .......................................................................... 169
Lampiran 16. Data Induk Nilai Ksp ................................................................ 170
Lampiran 17. Daftar Kelompok Kelas Kontrol .............................................. 172
Lampiran 18. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen ........................................ 173
Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), salah satu Misi Pendidikan
Nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing
ditingkat nasional, regional, dan internasional. Optimalisasi mutu pendidikan
sangat penting dilakukan dalam rangka membentuk out put sumber daya manusia
yang unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Upaya peningkatan mutu
pendidikan telah lama dilakukan. Salah satunya diwujudkan dengan mengadakan
perombakan dan pembaharuan kurikulum yang dinilai lebih tepat digunakan
untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum yang diterapkan dan dikembangkan di Indonesia saat ini adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP merupakan kurikulum yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan dengan
berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Prinsip yang digunakan dalam
pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta lingkungan.
KTSP pada dasarnya merupakan aplikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
di Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai suatu konsep dan sekaligus sebuah
program yang memiliki ciri-ciri: 1) Menekankan pada ketercapaian siswa baik
secara individual maupun secara klasikal. 2) Berorientasi pada hasil dan
keberagaman. 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi. 4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5) Penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi (Mimin Haryati: 2007).
Dalam KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru
(teacher centered), akan tetapi lebih menempatkan siswa sebagai subyek didik,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sehingga dalam kurikulum ini menuntut diterapkannya penggunaan metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), sehingga siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa
siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berfikir mandiri. Potensi ini akan
berkembang jika siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk berfikir mandiri
tanpa perlu didikte lagi.
Guru dipandang sebagai suatu media dalam proses pembelajaran yang
berfungsi sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengembangkan
potensinya. Caranya adalah dengan memberikan pelayanan pembelajaran. Agar
upaya tersebut berhasil maka harus dipilih metode belajar yang sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar agar siswa dapat aktif, interaktif
dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa yang
telah mengambil jurusan Ilmu Alam. Pada umumnya banyak siswa yang
beranggapan bahwa pelajaran kimia itu sulit dan membosankan. Hal ini cukup
beralasan karena pelajaran kimia bersifat abstrak. Banyak materi yang harus
dipelajari yang sifatnya hafalan, melibatkan lebih dari sekedar pemecahan soal-
soal dan menuntut banyak belajar. Oleh karena itu seorang guru kimia diharapkan
dapat menyajikan materi lebih menarik dan penuh inovasi. Salah satunya adalah
dengan pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Pada pembelajaran kimia, khususnya materi pokok Koloid sering ditemui
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada
siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, bahwa nilai Koloid yang diperoleh dari SMA Negeri 8
Surakarta tahun ajaran 2009/2010 adalah seperti pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Nilai Kompetensi Dasar Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010
No Kelas Rata-rata nilai 1 XI IPA-1 58,31 2 XI IPA-2 51,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Rendahnya rata-rata nilai Koloid ini dimungkinkan karena metode
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dari hasil observasi, diketahui
bahwa masih adanya beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa kegiatan
belajar mengajar berpusat pada guru. Dalam hal ini guru yang lebih aktif
memberikan informasi dalam menerangkan suatu konsep. Pada materi pokok
Koloid ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode
ceramah-demonstrasi.
Pembelajaran dengan metode ceramah ini cenderung membuat siswa pasif
dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diupayakan
suatu bentuk pembelajaran yang mampu menyerap secara materi dan mempunyai
kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain mampu meningkatkan prestasi
belajar juga diharapkan metode pembelajaran yang diterapkan dapat membuat
siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi
berpusat pada siswa. Salah satu cara untuk mengajak siswa agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran TAI (Team
Assisted Individualization). TAI merupakan salah satu tipe dari pembelajaran
kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa menerapkan pengetahuannya,
belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman - temannya
yang mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide atau gagasan, dan
tanggung jawab terhadap tugasnya.
Penerapan pembelajaran kooperatif saat ini dipandang sangatlah penting
untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
membimbing siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan saling
membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa
dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa
tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah
dipikirkan (Slavin, 2008 : 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Materi Koloid mengandung banyak konsep yang harus dikuasai siswa,
sedangkan kemampuan siswa untuk memahami konsep tersebut berbeda-beda.
Dalam TAI terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten
yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam
suatu kelompok. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling
membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem
kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Dengan metode TAI diharapkan konsep-konsep yang terdapat dalam
materi Koloid dapat dikuasai dengan baik. Selain itu metode TAI dapat
meningkatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar sehingga suasana
pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Dalam hal ini peran
pendidik sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik
cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya.
Metode TAI lebih menekankan pada aspek kooperatif. Dengan
karakteristik materi Koloid yang mengandung banyak konsep dan sebagian
bersifat abstrak. Maka metode TAI akan lebih baik jika disertai eksperimen.
Dengan eksperimen siswa melakukan percobaan secara langsung sehingga
memperoleh gambaran yang jelas tentang sistem koloid dan tidak sekedar
membayangkan. Selain itu eksperimen dapat memberi kesempatan pada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional
serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa yang akan datang.
Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan diantaranya :1) Dapat
mengamati proses, 2) Mengembangkan ketrampilan inkuiri, 3) Mengembangkan
sikap ilmiah, dan 4) Memperkaya pengalaman belajar peserta didik dengan hal-
hal yang bersifat obyektif dan realistis (Mulyani Sumantri dan Johar Permana,
2001: 132).
Untuk mengatahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa terhadap
metode pembelajaran yang digunakan maka perlu diukur efektivitasnya.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari
penggunaan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen pada pokok bahasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Koloid di kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta. Indikator keefektifan
ini apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode pembelajaran TAI disertai eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
konvensional.
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, peneliti terdorong untuk
METODE
PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI
EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS
XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid masih bisa
ditingkatkan ?
2. Apakah metode pembelajaran TAI disertai eksperimen dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran kimia pada materi pokok Koloid ?
3. Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode TAI disertai
eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan
metode konvensional ?
4. Apakah pembelajaran kimia dengan metode TAI disertai eksperimen efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Kualitas penelitian terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan
masalah. Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini dititikberatkan pada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8
Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Metode Pembelajaran
a. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah
metode TAI disertai eksperimen.
b. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode
ceramah disertai demonstrasi.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.
4. Materi Ajar
Penyampaian materi dibatasi pada salah satu materi pokok pelajaran kimia
kelas XI, yaitu materi pokok Koloid.
5. Metode konvensional
Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajar, yaitu ceramah
disertai demonstrasi.
6. Efektif
Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila rata-rata prestasi
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI
disertai eksperimen lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
Apakah metode
pembelajaraan TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI
disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua
SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Informasi mengenai implementasi pembelajaran TAI yang disertai eksperimen
pada materi pokok Koloid
2. Inovasi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai
3. Masukan bagi para guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia materi
pokok Koloid sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
4. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu
proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Efektivitas
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Poerwadarminta (1984 : 266) efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya,
kesannya), manjur, mujarab, mempan. Menurut Davis dalam Slamet Soewandi,
dkk (2008: 43) efektivitas mengacu pada apa yang dikerjakan dan suatu
pembelajaran dikatakan efektif jika apa yang dikerjakan benar. Menurut Mulyasa
(2004 : 82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
Elis dalam Slamet Soewandi, dkk (2008: 43) mengatakan bahwa efektivitas,
selain mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil, yaitu peringkat prestasi
akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Agar dapat mencapai
prestasi belajar yang optimal, maka proses pun harus efektif, yaitu ada kesesuaian
antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui
perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, lebih banyak tugas-tugas
yang mendukung pencapaian tujuan, ada variasi metode pembelajaran,
pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara
berkesinambungan, dan memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa
pada tugas yang dilakukannya. Dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran
Efektif, Richard Dunne dan Teg Wragg (1996) mengemukakan tentang
karakteristik pembelajaran efektif, yaitu bahwa pembelajaran efektif memudahkan
siswa belajar, sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep
dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang
diinginkan. Dengan demikian efektivitas berarti ada efek (pengaruh, akibat) yang
menunjukkan keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan karena kesesuaian
antara proses dengan tujuan.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Mengenai pengertian belajar para ahli mengemukakan rumusan yang
berbeda-beda. Howard L. Kingskey dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 13)
Learning is the process by which behavior (in the broader
. Belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktik atau latihan. Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
an-
perubahan sebagai berikut : 1) Penambahan informasi, 2) Pengembangan atau
peningkatan pengertian, 3) Penerimaan sikap-sikap baru, 4) Perolehan
penghargaan baru, 5) Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah
dipelajari. Ia juga mengatakan bahwa seseorang dapat belajar secara efektif bila
memiliki tanggung jawab dan terlibat secara aktif di dalam proses belajar
mengajar. Dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang berupa penambahan informasi,
ketrampilan dan sikap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
tiga golongan, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar
(approach to learning).
1). Faktor Internal
Dari faktor internal dibagi menjadi 2 faktor yaitu :
a). Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, dan cacat tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b). Faktor psikologis, meliputi; intelegensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi.
2). Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan
menjadi 2 faktor, yaitu faktor sosial dan faktor nonsosial.
a). Faktor sosial, meliputi keluarga, guru dan masyarakat.
b). Faktor nonsosial, meliputi gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal
siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.
3). Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala macam cara/strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai
tujuan belajar tertentu (Muhibbin Syah, 2005 : 132-139).
Dengan demikian agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka dalam
proses pembelajaran harus memperhatikan ketiga faktor tersebut. Kondisi internal
meliputi jasmaniah dan psikologis, siswa akan dapat belajar dengan baik jika
kesehatan jasmaniahnya baik, tidak sakit atau menderita cacat tubuh. Selain itu
psikologis siswa juga berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran.
Siswa yang memiliki minat, motivasi, dan intelegensi baik cenderung mudah
dalam menerima pelajaran, sebaliknya siswa yang sedang bermasalah biasanya
susah untuk berkonsentrasi, sehingga sulit menerima pelajaran. Selain faktor
internal, kondisi lain yang mempengaruhi keefektifan belajar adalah kondisi
eksternal yang meliputi faktor sosial dan nonsosial. Kondisi sosial meliputi
keluarga, teman, guru, dan masyarakat yang berinteraksi dengan siswa. Siswa
yang mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang di
sekitarnya, biasanya mudah dalam menerima pelajaran. Faktor ketiga yang
mempengaruhi keefektifan belajar adalah faktor pendekatan belajar, yaitu
pemilihan metode yang digunakan guru untuk mengajar. Faktor ini sangat penting
dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut mampu untuk
memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
materi pelajaran yang akan dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari prestasi belajar. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2004: 102) achievement atau prestasi belajar adalah
realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Sedangkan Muhibbin Syah (2005: 150) berpendapat bahwa
pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Penguasaan hasil belajar
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, ketrampilan berfikir, maupun ketrampilan motorik. Sistem penilaian
dalam KTSP menerapkan sistem berkelanjutan yang mencakup tiga aspek yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Secara eksplisit ketiga aspek ini tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir atau intelektual
siswa. Mimin Haryati (2007: 22) mengungkapkan bahwa menurut taksonomi
Bloom kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir hirarkis yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan aspek
kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir sederhana, yaitu mengingat sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Aspek kognitif
terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Menurut
Wina Sanjaya (2005: 35) keenam tingkatan tersebut adalah :
1) Tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang
materi pembelajaran secara fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
2) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan
persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi,
dan menyimpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau
prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
4) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan,
merinci dan mengurai suatu obyek.
5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau
komponen, menyusun, dan lain sebagainya.
6) Tingkatan evaluasi penilaian, meliputi kemampuan menilai (jugment) terhadap
obyek studi menggunakan kriteria tertentu.
b. Aspek afektif
Aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat
siswa terhadap materi pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi aspek ini
meliputi memberikan respon terhadap nilai, menerima nilai, menerapkan dan
mempraktikkan nilai (Wina Sanjaya, 2005: 35). Menurut Mimin Haryati (2007:
38) Karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.
c. Aspek psikomotor
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individual. Menurut Sax dalam Mimin Haryati (2007: 25),
ketrampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan reflek, gerakan
dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi
non diskursif.
4. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2011: 164) adalah proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari ketrampilan dan
pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Dalam pembelajaran peserta didik
sebagai subjek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah,
mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyelesaikan masalah.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005: 102) pembelajaran diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan dalam mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik, mengembangkan
kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,
bermuatan nilai, etika estetika, logika dan kinestitika, serta menyediakan
pengalaman belajar yang beragam. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang
bersifat dua arah, dalam hal ini siswa ditempatkan sebagai subjek belajar yang
memegang peranan utama, sehingga dalam setting belajar mengajar siswa dituntut
beraktivitas secara penuh.
a. Karakteristik Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2005: 79) Terdapat beberapa karakteristik penting
dalam istilah pembelajaran. Karakteristik-karakteristik pembelajaran adalah :
1) Pembelajaran Berarti Membelajarkan Siswa
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama adalah membelajarkan siswa. Oleh
karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh
mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh
mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi
hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang
yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.
2) Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa,
maka proses pembelajaran siswa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-
satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
3) Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat
membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran siswa haruslah berperan sebagai subjek pembelajaran. Artinya siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang harus aktif menemukan ilmu, guru hanyalah fasilitator bagi siswa untuk
menggali pengetahuan.
b. Pilar-pilar Pembelajaran
Dalam istilah pembelajaran terdapat pilar-pilar penting yang harus ada.
Empat pilar pembelajaran tersebut dirumuskan Unesco dalam Suhaenah Suparno,
(2000: 14-15), yaitu :
1) Learning to know atau learning to learn
Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil
belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan
proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari akan
tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
yang harus dipelajari tersebut.
2) Learning to do
Belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan
akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir
penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.
Ini juga mengandung arti pembelajarn berorientasi pada pengalaman (learning
by experiences).
3) Learning to be
Belajar adalah membentuk manusia
kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu
dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
4) Learning to live together
Belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan dalam masyarakat global dimana baik secara individual maupun
secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri
bersama kelompoknya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar agar hasil yang dicapai siswa sesuai
dengan tujuan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
belajar mengajar. Adapun faktor-faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar
1 sebagai berikut :
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar
Gagasan mentah (Raw input) merupakan bahan baku yang berupa
pemberian pengalaman belajar. Dengan learning teaching process (proses
pembelajaran) diharapkan input dapat berubah menjadi output (keluaran) dengan
kualifikasi tertentu. Interaksi berbagai faktor dari lingkungan (environmental
input) dengan peralatan atau media (instrumental input) akan menghasilkan
keluaran tertentu (Kasihani Kasbolah, 2001: 22).
5. Metode Pembelajaran TAI
Metode pembelajaran TAI adalah suatu metode pembelajaran kooperatif
yang diungkapkan oleh Slavin. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan
dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok,
baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Pembelajaran kooperatif
tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tetapi memiliki
struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi
secara terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif. Pembelajaran
kooperatif ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makluk sosial, yang
selalu berinteraksi, saling membantu diantara anggota kelompok untuk mencapai
hasil yang lebih baik.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif
menurut Anita Lie (2007: 31) adalah
Environmental Input
Raw Input Learning Teaching Process Output
Instrumental Input
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Saling ketergantungan positif
Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan inilah yang disebut dengan saling ketergantungan
positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: saling
ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, peran, saling
ketergantungan hadiah.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesame siswa.
3) Akuntabilitas individual
Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota
kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual.
4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, berani
mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,
tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan
tetapi secara sengaja diajarkan.
Menurut Slavin (2008 : 5), keberhasilan dari proses belajar kooperatif
adalah karena adanya 5 prinsip, yaitu :
a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok.
Tugas dari ketua kelompok memberikan sumbangan pengetahuan bagi
anggota kelompoknya, karena ketua kelompok dianggap memiliki
kemampuan lebih dibanding anggota kelompoknya yang lain. Anggota yang
lain diharapkan memperhatikan dan mempelajari informasi yang diberikan
ketua kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang
heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial atau tingkat
kecerdasan.
c. Ketergantungan pribadi yang positif
Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu
karena pada awalnya mereka harus mampu mambangun pengetahuannya
sendiri sebelum mereka bekerja sama dengan temannya
d. Keterampilan bekerja sama.
Dalam proses bekerja sama perlu keterampilan khusus sehingga kelompok
tersebut berhasil membawa nama kelompoknya
e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi yang terbaik jika mereka
mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah.
Adapun keuntungan-keuntungan yang dapat diambil dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa
saling percaya kepada sesama manusia, memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari E. B. Kolawole
dalam academic journal (2008) pembelajaran kooperatif efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar, interaksi ketrampilan sosial dan mengembangkan
meta-kognitif siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa variasi yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu metode belajar kooperatif yang
dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain adalah TAI
a. Definisi TAI (Teams Assisted Individualization)
TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok, terdapat seorang
siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara
individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Pembelajaran
TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen
untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya
diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang
memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama
(kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.
Slavin (2008 : 190) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, metode
ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,
misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
b. Komponen-komponen dalam TAI
Menurut Slavin (2008 : 195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan
komponen, yaitu :
1) Kelompok / tim
Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-
masing terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam
menjalankan aktivitas akademik, jenis kelamin, dan suku etnik. Fungsi utama
dari kelompok adalah membentuk semua anggota kelompok agar mengingat
materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja.
2) Tes pengelompokan
Siswa-siswi diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal
ini digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok.
3) Materi kurikulum
Proses pengajaran harus sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum
yang berlaku dengan menerapkan teknik dan srategi pemecahan masalah
untuk penguasaan materi.
4) Kelompok belajar
Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa
dalam kelompoknya mendengarkan presentasi guru dan mengerjakan lembar
kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru
meminta penjelasan dari guru.
5) Penilaian dan pengakuan tim
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan
criteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika dapat
melampaui criteria yang telah ditentukan.
6) Mengajar kelompok
Materi yang belum dipahami oleh semua kelompok dapat ditanyakan kepada
guru dan guru memberikan penjelasan kepada kelompok tersebut. Pada saat
guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual
dan kelompok dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini
keaktifan siswa sangat diutamakan.
7) Lembar kerja
Pada setiap materi yang diajarkan diberikan lembar kerja secara individual
untuk mengetahui pemahaman individu.
8) Mengajar seluruh kelas
Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentian
program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan serta memberikan
kesimpulan pada materi tersebut
c. Langkah-langkah dalam Pembelajaran TAI
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran TAI adalah sebagai berikut :
1) Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk membentuk kelompok dan
menentukan siswa yang berperan sebagai asisten.
2) Guru memberikan materi Koloid secara singkat.
3) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan
hasil pre-test, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan satu siswa yang
berperaan sebagai asisten.
4) Setiap kelompok melaksanakan eksperimen sesuai dengan petunjuk yang
terdapat di Lembar Kerja Siswa (LKS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Setiap kelompok mendiskusikan data hasil eksperimen yang telah
dilaksanakan dengan anggota kelompoknya dengan dipandu oleh asisten,
kemudian guru memberikan bantuan secara individual dan kelompok bagi
yang memerlukannya.
6) Ketua kelompok (asisten) melaporkan hasil diskusi kelompoknya dengan
mempresentasikan hasil kerjanya.
7) Guru menetapkan kelompok terbaik sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan
8) Mengajar kembali konsep-konsep materi yang belum dipahami oleh siswa.
9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
6. Metode Konvensional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah konvensional berarti
berdasarkan kesepakatan umum (adat, kebiasaan, kelaziman); tradisional.
Sedangkan menurut Margono (1995: 50) pembelajaran konvensional artinya
pembelajaran yang kita kenal sehari-hari. Guru mengajar sejumlah siswa dalam
ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Dalam hal ini kelas disusun
berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai minat, kepentingan, kecakapan, dan
kecepatan belajar yang sama. Ciri metode konvensional siswa cenderung pasif
dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan sebagai sumber belajar,
mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan metode dan isi
materi pelajaran. Siswa yang mempunyai pemahaman materi pelajaran yang lebih
cepat akan merasa malas dan jemu dalam mengikuti pelajaran, kurang terampil
serta tergantung pada guru.
Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru masih mengandalkan
ceramah dalam memberikan materi pelajaran. Penggunaan metode ceramah
sangat tergantung pada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh
dalam metode ceramah. Kepiawaian guru dalam menguasai forum, ketrampilan
bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan metode ini. Adapun
kelemahan metode ceramah ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1. Dapat memberikan kejenuhan pada peseta didik.
2. Menimbulkan verbalisme pada peserta didik.
3. Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.
4. Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik.
5. Terjadi proses satu arah dari guru ke peserta didik.
8. Eksperimen
Eksperimen adalah metode mengajar yang menyajikan suatu bahan ajar
dengan menggunakan peragaan yang didukung dengan alat-alat yang memadai.
Pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang
ditemukan sendiri oleh siswa melalui percobaan secara mandiri. Keterlibatan
siswa akan terlihat dan kemampuan menyerap pelajaran akan teruji.
Menurut Mulyasa (2009: 110) metode eksperimen merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang melibatkan melibatkan peserta didik bekerja dengan
benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan
maupun kelompok. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan
menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan, atau suatu proses.
Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu
kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya, mengolah
sendiri, membuktikan suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses
yang dialami tersebut.
Inci Morgil, dkk (2009) dalam jurnal ilmiah pendidikan Turki menyatakan
bahwa tujuan dari eksperimen adalah :
a. Mengaktualisasikan konsep pembelajaran
b. Meningkatkan ketrampilan psikomotor
c. Meningkatkan ketrampilan penelitian
d. Menciptakan pembelajaran yang efektif
Dengan metode eksperimen mampu memberikan pengalaman yang
membantu siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kehidupan sehari-hari dan dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Adapun
kelebihan-kelebihan metode ini diantaranya :
a. Membuat peserta didik percaya akan kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri dari pada hanya menerima penjelasan guru atau buku.
b. Peserta didik aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir
ilmiah
d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan
menghilangkan verbalisme.
e. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama.
Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas, metode
eksperimen juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
a. Memerlukan peralatan percobaan yang lengkap.
b. Memerlukan waktu yang relatif lama.
c. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang
berpengalaman dalam penelitian.
d. Kegagalan dan kesalahan dalam eksperimen berakibat kesalahan dalam
menyimpulkan.
9. Demonstrasi
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133) metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli
dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Menurut Suradji (2008: 37)
mendemonstrasikan sesuatu artinya mempertunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu. Yang didemonstrasikan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada
kalanya pula suatu proses terjadinya suatu peristiwa. Hal ini sebagaimana
pendapat Silberman (2007: 225) yang mengatakan bahwa demonstrasi ini cocok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
digunakan ketika mengajar jenis prosedur langkah demi langkah. Dari berbagai
pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperlihatkan atau menunjukkan kepada peserta
didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber lainnya. Tujuan penggunaan metode
demonstrasi adalah :
1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau
dikuasai peserta didik.
2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik.
3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para
peserta didik secara bersama-sama.
Kelemahan metode demonstrasi adalah :
1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.
2) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus
dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.
3) Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru
10. Koloid
Dalam kurikulum KTSP kompetensi dasar yang ditetapkan dalam materi
pokok Koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun materi Koloid yang disampaikan adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian Sistem Koloid
Koloid merupakan campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase,
yaitu fase pendispersi dan fase terdispersi. Fase pendispersi bersifat kontinyu
sedangkan fase terdispersi bersifat diskontinyu (terputus-putus). Perbandingan
antara sifat larutan sejati, koloid dan suspensi disajikan dalam Gambar 2 dan
Tabel 2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi. Sumber:
www.yahooimage.com
Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi
No Larutan Koloid Suspensi 1 Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Heterogen
2 Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
3 Satu fase Dua fase
Dua fase
4 Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil
5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra
Dapat disaring
6 Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin
Contoh: sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones
Contoh: air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air
(Utami dkk, 2009: 221 )
b. Jenis-jenis Koloid
Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase
terdispersi dan fase pendispersi. Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan
jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi dan
Sirup Larutan
Susu Koloid
Kopi Suspensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
fase pendispersi koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu seperti pada Tabel
3 berikut ini :
Tabel 3. Jenis-jenis Koloid
No Fase terdispersi Fase pendispersi Nama Contoh 1 Padat Gas Aerosol Debu, asap 2 Padat Cair Sol Tinta, cat, sol emas 3 Padat Padat Sol padat Gelas berwarna 4 Cair Gas Aerosol Kabut 5 Cair Cair Emulsi Susu, santan 6 Cair Padat Emulsi padat Jeli, mutiara 7 Gas Cair Buih Buih sabun 8 Gas Padat Buih Padat
(Utami dkk, 2009: 222)
c. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan-bahan kimia
berbentuk koloid. Hal ini karena koloid merupakan cara untuk menyajikan suatu
campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara
(pada tingkat makroskopis atau tidak mudah rusak).
1) Industri kosmetik
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap
badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.
2) Industri tekstil
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi,
sehingga dapat melekat pada tekstil.
3) Industri farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak
mudah rusak.
4) Industri sabun dan detergen
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara
kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat
membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.
5) Industri makanan
Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam jangka
waktu cukup lama, seperti kecap, saos, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Sifat-sifat Sistem Koloid
Koloid memiliki sifat-sifat yang khas dibandingkan dengan campuran
lainnya. Sifat-sifat koloid tersebut antara lain:
1) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa terhamburnya cahaya oleh partikel koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara
lain: sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor
dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu, berkas sinar matahari
melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. Menurut
Ralph H. Petrucci (1985) efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan
antara larutan sejati dan koloid. Dalam larutan sejati cahaya yang lewat akan
diteruskan, sedangkan dalam koloid cahaya yang lewat akan dihamburkan ke
segala arah. Peristiwa efek Tyndall dapat diamati melalui Gambar 3 dibawah
ini :
Gambar 3. Efek Tyndall. Sumber: www.yahooimage.com
2) Gerak Brown
Apabila disperse koloid diamati dari dibawah mikroskop dengan pembesaran
yang tinggi maka akan tampak adanya partikel yang bergerak terus menerus
dengan gerak patah-patah (gerak zig zag). Gerakan zig zag pada partikel
koloid inilah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown ini terjadi akibat
adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel terdispersi,
sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan
mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain
dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar. Kejadian tersebut terjadi
berulang secara terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran partikel
terdispersi yang relatif besar dibandingkan medium pendispersinya. Adanya
gerak Brown ini mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ukurannya besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak terus-menerus
pengaruh dari gaya gravitasi kurang berarti. Peristiwa gerak Brown dapat
diilustrasikan melalui Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Gerak Brown. Sumber: www.yahooimage.com
3) Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila
ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian
dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang
bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian,
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Peristiwa elektroforesis dapat diamati melalui Gambar 5 dibawah ini :
Gambar 5. Elektroforesis. Sumber: www.yahooimage.com
4) Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan ion/muatan listrik oleh permukaan
partikel koloid. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke
bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh
kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bermuatan negatif. Gambar 6 berikut merupakan contoh dari peristiwa
adsorpsi koloid :
Gambar 6. Adsorpsi Koloid. Sumber: www.yahooimage.com
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena
bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak,
sehingga terhindar dari pengelompokan antar-sesama partikel koloid itu (jika
partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-
kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya
mengendap). Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain,
misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses
penjernihan air minum.
5) Koagulasi
Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi.
Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa
mekanisme atau peristiwa. Peristiwa mekanisme misalnya pemanasan atau
pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi
dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan agar-agar
akan menggumpal bila didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan
terjadinya koagulasi antara lain pencampuran koloid yang berbeda muatan
dan adanya elektrolit.
e. Kestabilan Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan
larutan. Suatu produk industri dalam brentuk koloid umumnya diinginkan dalam
kondisi yang stabil. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat
mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini,
sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid
itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid
terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan
koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
Gambar 7 berikut merupakan contoh proses dialisis :
Gambar 7. Proses Dialisis. Sumber: www.yahooimage.com
2) Koloid Pelindung (Emulgator)
Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatkan
kestabilan koloid, misalnya koloid pelindung (emulgator). Contoh pada
pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal
besar es atau gula seperti pada Gambar 8 berikut ini :
Gambar 8. Contoh Emulgator. Sumber: www.yahooimage.com
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil
dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti
suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob
berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika
medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-
masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/
hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air
mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid
tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada
koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena
mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Sol hidrofil tidak akan menggumpal
pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat
dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut
dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil.
Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob
dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat
terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali
dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob dirangkum dalam Tabel 4
berikut :
Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob
No Sol hidrofil Sol hidrofob 1 Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorpsi mediumnya 2 Dapat dibuat dengan konsentrasi
yang relatif besar Hanya stabil pada konsentrasi kecil
3 Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit
Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit
4 Viskositas lebih besar daripada mediumnya
Viskositas hampir sama dengan mediumnya
5 Bersifat reversible Tidak reversible 6 Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas
(Utami dkk, 2009: 229)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
g. Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel
larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk
dengan medium pendispersi. Ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat
terdispersi, maka cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu
dengan cara disperse dan cara kondensasi.
1) Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik
(cara busur Bredig).
a) Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau pengiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan
medium dispersi. Misalnya Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus
serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir),
kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
b) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi
memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi
dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida)
yang dikatalisis oleh enzim pepsin. Contohnya Agar-agar dipeptisasi oleh air,
nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS
dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
c) Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom
tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi,
cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung
menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia,
seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan
pergantian pelarut.
a) Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S)
dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam
larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S (sol belerang) (1)
b) Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh pembuatan sol Fe(OH)3
dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan
FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) (2)
c) Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) As2S3(s) + 6H2O(l) (3)
d) Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan
penggantian pelarut. Contohnya Apabila larutan jenuh kalsium asetat
dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Shafiuddin dalam International
Journal of Educational Administration (2010: 589-595) yang berjudul
Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dalam satu kelas
bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran kooperatif
bukan hanya bekontribusi dalam pengembangan intelektual siswa, tetapi juga
pengembangan sosial dan psikologis. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
pembelajaran kooperatif lebih effektif dari pada pembelajaran konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas Borrman dalam Eurasia Journal of
mathematics, Science & Technology Education (2008: 327-335) yang berjudul
Laboratory Education in New Zealand pembelajaran
dengan laboratorium menunjukkan hasil yang positif, artinya terjadi
peningkatan prestasi dan apresiasi atau ketertarikan siswa terhadap materi
pelajaran. Selain itu pembelajaran dengan loboratorium baik untuk
meningkatkan kepercayaan di