83
i EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : FITRI NUR KOLIFAH K 3307005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

FITRI NUR KOLIFAH -K.3307005.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED

    INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP

    PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI

    SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA

    TAHUN AJARAN 2010/2011

    SKRIPSI

    Oleh :

    FITRI NUR KOLIFAH

    K 3307005

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    Juli 2012

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Fitri Nur Kolifah

    NIM : K3307005

    Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia

    Menyatakan bahwa Skripsi saya berjudul EFEKTIVITAS METODE

    PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI

    EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS

    XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN

    2010/2011. Ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber

    informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

    jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

    Surakarta, Juli 2012

    Yang membuat pernyataan

    Fitri Nur Kolifah

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • iii

    EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED

    INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP

    PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI

    SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA

    TAHUN AJARAN 2010/2011

    Disusun Oleh :

    FITRI NUR KOLIFAH

    K 3307005

    Skripsi

    Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

    Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    Juli 2012

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • iv

    PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji

    Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    Surakarta, Juli 2012

    Persetujuan Pembimbing

    Pembimbing I

    Drs. Sugiharto, Apt., M.S. NIP. 19490317 197603 1 002

    Pembimbing II

    Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. NIP. 19780806 200604 2 001

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • v

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Diterima

    untuk memenuhi persyaratan Gelar Sarjana Pendidikan.

    Pada Hari : _______________

    Tanggal : _______________

    Tim Penguji Skripsi

    Nama Terang (Tanda Tangan)

    Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si. _____________

    Sekretaris : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D. _____________

    Anggota I : Drs. Sugiharto, Apt., M.S. _____________

    Anggota II : Budi Hastuti, S.Pd., M.Si. _____________

    Disahkan oleh :

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret

    a.n Dekan,

    Pembantu Dekan I,

    Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.

    NIP. 19660415 199103 1 002

    31 Juli 2012

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • vi

    ABSTRAK

    Fitri Nur Kolifah. EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMA N 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel terdiri dari 2 kelas, kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang dipilih secara random sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t pihak kanan.

    Hasil analisis data menggunakan uji-t pihak kanan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas eksperimen menggunakan TAI disertai eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol menggunakan ceramah disertai demonstrasi, untuk aspek kognitif (thitung > ttabel = 3,211 > 1,67), untuk aspek afektif (thitung > ttabel = 1,725 > 1,67) dan untuk aspek psikomotor (thitung > ttabel = 2,06 > 1,67) dengan = 5 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011

    Kata kunci : efektivitas, TAI, eksperimen, koloid

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • vii

    ABSTRACT

    Fitri Nur Kolifah. THE EFFECTIVENESS OF TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) LEARNING METHOD WITH EXPERIMENT TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT COLLOID ON XI CLASS IN THE 2nd SEMESTER OF SMA NEGERI 8 SURAKARTA IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. December 2011. The purpose of this research is to know the effectivity of TAI (Teams Assisted Individualization) learning method with experiment toward learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. This research employ an experimental method that was Randomized Control Group Pretest-Postest Design for cognitive, affective, and psychomotor aspect. The population of this research was 2nd semester of XI class SMA N 8 Surakarta in 2010/2011 academic year. The sampling technique employ a random sampling technique. The sample consist of two class that was class XI IPA 4 as experimental class and class XI IPA 3 as control class. The main data of this

    om cognitive, affective, and psychomotor aspect. Right section t-test for testing hypotheses was used to analyze the data.

    From the research, it could be concluded that the students learning achievement of experimental class by using TAI with experiment was higher than control class by using lecture with demonstration, from the right section t-test cognitive aspect (tobs > ttable = 3,211 > 1,67), for affective aspect (tobs > ttable = 1,725 > 1,67), and for psychomotor aspect (tobs > ttable = 2,06 > 1,66) with = 5%. So, it could be concluded that TAI with experiment learning method was effective to increase learning achievement Colloid on XI class in the 2nd semester of SMA Negeri 8 Surakarta in 2010/2011 academic year.

    Key word : effectivity, TAI, experiment, colloid

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • viii

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

    sudah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

    sungguh-sungguh (urusan) yang lain

    (Q.S. Al Insyirah : 6-7)

    Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

    (QS. Al-Mujadilah : 11)

    Kedewasaan bukanlah tentang seberapa tua usia kita, namun kedewasaan

    adalah tentang sikap, pertimbangan, dan orientasi kita

    dalam mengarungi lika-liku kehidupan.

    (Penulis)

    Kebahagian bukanlah tentang terpenuhinya segala apa yang kita inginkan,

    tapi kebahagiaan adalah tentang kemanfaatan kita bagi diri dan

    orang lain yang didasarkan atas keikhlasan.

    (Penulis)

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • ix

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini teruntuk :

    Mewujudkan harapan Ibu dan Bapakku yang senantiasa memberikan semua yang terbaik

    Mbak Ning, Mbak Min, Mbak Imut, Mbak Ama yang selalu mendukung dan

    Teman-teman seperjuangan di Azimah, Al-Fina, LDK, TF dan crew Al Abidin yang senantiasa menyemangatiku

    mengucapkan mistaqon gholidzon

    Almamater

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • x

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak

    rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam

    atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan,

    dan pengarahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

    telah memberikan izin penyusunan skripsi.

    2. Bapak Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang

    telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang

    telah memberikan pengarahan dan izin penyusunan skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt., M.S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    5. Ibu Budi Hastuti, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing II yang telah pula memberikan

    bimbingan dan pengarahan, sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini.

    6. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S., selaku penasehat akademik atas bimbingan dan

    nasehat selama ini.

    7. Ibu Dra. A.D. Gayatri, M.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8

    Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

    8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

    Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

    Maha Esa. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan kita.

    Surakarta, Juli 2012

    Penulis.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

    HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

    ABSTRAK ....................................................................................................... vi

    ABSTRACT ..................................................................................................... vii

    HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5

    C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5

    D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6

    E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

    F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 8

    A. Kajian Teori ......................................................................................... 8

    1. Efektivitas ...................................................................................... 8

    2. Belajar ............................................................................................ 9

    3. Prestasi Belajar ............................................................................... 11

    4. Pembelajaran .................................................................................. 12

    5. Metode Pembelajaran TAI ............................................................ 15

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xii

    6. Metode Konvensional .................................................................... 20

    7. Eksperimen ..................................................................................... 21

    8. Demonstrasi ................................................................................... 22

    9. Koloid ............................................................................................. 23

    B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 33

    C. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 34

    D. Perumusan Hipotesis ............................................................................ 35

    BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 36

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36

    1. Tempat Penelitian........................................................................... 36

    2. Waktu Penelitian ............................................................................ 36

    B. Metode Penelitian................................................................................. 36

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 38

    1. Populasi Penelitian ......................................................................... 38

    2. Sampel Penelitian ........................................................................... 38

    3. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 38

    D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39

    1. Variabel Penelitian ......................................................................... 39

    2. Teknik Pengumpuan Data .............................................................. 39

    3. Instrumen Penelitian....................................................................... 41

    E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47

    1. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 47

    2. Uji Hipotesis .................................................................................. 49

    BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51

    A. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 51

    1. Pencapaian Hasil Pretest Siswa Materi Pokok Koloid ................... 51

    2. Pencapaian Hasil Posttest Siswa Materi Pokok Koloid ................. 52

    3. Selisih Nilai Postest dan Pretest Siswa Materi Pokok Koloid ....... 52

    B. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................... 57

    1. Uji Normalitas ................................................................................ 57

    2. Uji Homogenitas ............................................................................ 57

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xiii

    C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 58

    D. Pembahasan Analisis Data ................................................................... 59

    BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 66

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 66

    B. Implikasi ............................................................................................... 66

    C. Saran ..................................................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 71

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Nilai Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010.................... 2

    Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi .............. 24

    Tabel 3. Jenis-jenis Koloid .............................................................................. 25

    Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob ..................................... 30

    Tabel 5. Pola Penelitian ................................................................................... 37

    Tabel 6. Penskoran Aspek Afektif .................................................................. 45

    Tabel 7. Hasil Pretest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol .............................................................................................. 51

    Tabel 8. Hasil Posttest Materi Pokok Koloid Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol .............................................................................................. 52

    Tabel 9. Selisih Nilai Posttest dan Pretest Kelas Eksperimen dan kelas

    Kontrol .............................................................................................. 52

    Tabel 10. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif

    Materi Pokok Koloid ....................................................................... 53

    Tabel 11. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Aspek Afektif

    Materi Pokok Koloid ...................................................................... 54

    Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

    Materi Pokok koloid ........................................................................ 55

    Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Siswa Materi Pokok

    Koloid .............................................................................................. 57

    Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok

    Koloid .............................................................................................. 58

    Tabel 15. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Kelas Eksperimen dan Kelas

    kontrol .............................................................................................. 58

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar ....... 15

    Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi .......... 24

    Gambar 3. Efek Tyndall .................................................................................. 26

    Gambar 4. Gerak Brown ................................................................................. 27

    Gambar 5. Elektroforesis ................................................................................ 27

    Gambar 6. Adsorpsi Koloid ............................................................................ 28

    Gambar 7. Proses Dialisis ............................................................................... 29

    Gambar 8. Contoh Emulgator ......................................................................... 29

    Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 34

    Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Kognitif

    Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol ........................................................................................ 59

    Gambar 11. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi

    Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 59

    Gambar 12. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

    Materi Pokok Koloid untuk Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol ........................................................................................ 60

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Silabus ...................................................................................... 71

    Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 75

    Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ................................................................. 92

    Lampiran 4. Instrumen Kognitif ................................................................... 106

    Lampiran 5. Instrumen Afektif ..................................................................... 123

    Lampiran 6. Instrumen Psikomotor .............................................................. 135

    Lampiran 7. Kuisioner ................................................................................. 147

    Lampiran 8. Data Induk Kelas Kontrol ......................................................... 149

    Lampiran 9. Data Induk Kelas Eksperimen .................................................. 150

    Lampiran 10. Uji Normalitas ......................................................................... 152

    Lampiran 11. Uji Homogenitas ....................................................................... 159

    Lampiran 12. Uji T Pihak Kanan ................................................................... 162

    Lampiran 13. Uji Normalitas Sampel ............................................................ 165

    Lampiran 14. Uji Homogenitas Sampel .......................................................... 168

    Lampiran 15. Uji T matching .......................................................................... 169

    Lampiran 16. Data Induk Nilai Ksp ................................................................ 170

    Lampiran 17. Daftar Kelompok Kelas Kontrol .............................................. 172

    Lampiran 18. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen ........................................ 173

    Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 174

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

    2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), salah satu Misi Pendidikan

    Nasional adalah meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing

    ditingkat nasional, regional, dan internasional. Optimalisasi mutu pendidikan

    sangat penting dilakukan dalam rangka membentuk out put sumber daya manusia

    yang unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Upaya peningkatan mutu

    pendidikan telah lama dilakukan. Salah satunya diwujudkan dengan mengadakan

    perombakan dan pembaharuan kurikulum yang dinilai lebih tepat digunakan

    untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.

    Kurikulum yang diterapkan dan dikembangkan di Indonesia saat ini adalah

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan

    dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP merupakan kurikulum yang

    disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan dengan

    berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh Badan

    Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Prinsip yang digunakan dalam

    pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,

    dan kepentingan peserta didik serta lingkungan.

    KTSP pada dasarnya merupakan aplikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

    di Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai suatu konsep dan sekaligus sebuah

    program yang memiliki ciri-ciri: 1) Menekankan pada ketercapaian siswa baik

    secara individual maupun secara klasikal. 2) Berorientasi pada hasil dan

    keberagaman. 3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

    metode yang bervariasi. 4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi sumber belajar

    lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5) Penilaian menekankan pada proses dan

    hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi (Mimin Haryati: 2007).

    Dalam KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru

    (teacher centered), akan tetapi lebih menempatkan siswa sebagai subyek didik,

    1

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 2

    sehingga dalam kurikulum ini menuntut diterapkannya penggunaan metode

    pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), sehingga siswa lebih

    aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa

    siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berfikir mandiri. Potensi ini akan

    berkembang jika siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk berfikir mandiri

    tanpa perlu didikte lagi.

    Guru dipandang sebagai suatu media dalam proses pembelajaran yang

    berfungsi sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengembangkan

    potensinya. Caranya adalah dengan memberikan pelayanan pembelajaran. Agar

    upaya tersebut berhasil maka harus dipilih metode belajar yang sesuai dengan

    situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar agar siswa dapat aktif, interaktif

    dan kreatif dalam proses pembelajaran.

    Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa yang

    telah mengambil jurusan Ilmu Alam. Pada umumnya banyak siswa yang

    beranggapan bahwa pelajaran kimia itu sulit dan membosankan. Hal ini cukup

    beralasan karena pelajaran kimia bersifat abstrak. Banyak materi yang harus

    dipelajari yang sifatnya hafalan, melibatkan lebih dari sekedar pemecahan soal-

    soal dan menuntut banyak belajar. Oleh karena itu seorang guru kimia diharapkan

    dapat menyajikan materi lebih menarik dan penuh inovasi. Salah satunya adalah

    dengan pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar

    sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

    Pada pembelajaran kimia, khususnya materi pokok Koloid sering ditemui

    siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada

    siswa kelas XI SMA Negeri 8 Surakarta. Berdasarkan hasil observasi yang

    dilakukan oleh peneliti, bahwa nilai Koloid yang diperoleh dari SMA Negeri 8

    Surakarta tahun ajaran 2009/2010 adalah seperti pada Tabel 1 berikut :

    Tabel 1. Nilai Kompetensi Dasar Koloid Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010

    No Kelas Rata-rata nilai 1 XI IPA-1 58,31 2 XI IPA-2 51,44

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 3

    Rendahnya rata-rata nilai Koloid ini dimungkinkan karena metode

    pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Dari hasil observasi, diketahui

    bahwa masih adanya beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa kegiatan

    belajar mengajar berpusat pada guru. Dalam hal ini guru yang lebih aktif

    memberikan informasi dalam menerangkan suatu konsep. Pada materi pokok

    Koloid ini metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode

    ceramah-demonstrasi.

    Pembelajaran dengan metode ceramah ini cenderung membuat siswa pasif

    dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diupayakan

    suatu bentuk pembelajaran yang mampu menyerap secara materi dan mempunyai

    kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain mampu meningkatkan prestasi

    belajar juga diharapkan metode pembelajaran yang diterapkan dapat membuat

    siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi

    berpusat pada siswa. Salah satu cara untuk mengajak siswa agar lebih aktif dalam

    proses pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran TAI (Team

    Assisted Individualization). TAI merupakan salah satu tipe dari pembelajaran

    kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa menerapkan pengetahuannya,

    belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman - temannya

    yang mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide atau gagasan, dan

    tanggung jawab terhadap tugasnya.

    Penerapan pembelajaran kooperatif saat ini dipandang sangatlah penting

    untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

    membimbing siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan saling

    membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

    kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan

    dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

    menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa

    dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa

    tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah

    dipikirkan (Slavin, 2008 : 4).

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 4

    Materi Koloid mengandung banyak konsep yang harus dikuasai siswa,

    sedangkan kemampuan siswa untuk memahami konsep tersebut berbeda-beda.

    Dalam TAI terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten

    yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam

    suatu kelompok. Metode pembelajaran TAI akan memotivasi siswa saling

    membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem

    kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek

    kooperatif. Dengan metode TAI diharapkan konsep-konsep yang terdapat dalam

    materi Koloid dapat dikuasai dengan baik. Selain itu metode TAI dapat

    meningkatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar sehingga suasana

    pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Dalam hal ini peran

    pendidik sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik

    cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta

    didiknya.

    Metode TAI lebih menekankan pada aspek kooperatif. Dengan

    karakteristik materi Koloid yang mengandung banyak konsep dan sebagian

    bersifat abstrak. Maka metode TAI akan lebih baik jika disertai eksperimen.

    Dengan eksperimen siswa melakukan percobaan secara langsung sehingga

    memperoleh gambaran yang jelas tentang sistem koloid dan tidak sekedar

    membayangkan. Selain itu eksperimen dapat memberi kesempatan pada siswa

    untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional

    serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa yang akan datang.

    Metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan diantaranya :1) Dapat

    mengamati proses, 2) Mengembangkan ketrampilan inkuiri, 3) Mengembangkan

    sikap ilmiah, dan 4) Memperkaya pengalaman belajar peserta didik dengan hal-

    hal yang bersifat obyektif dan realistis (Mulyani Sumantri dan Johar Permana,

    2001: 132).

    Untuk mengatahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa terhadap

    metode pembelajaran yang digunakan maka perlu diukur efektivitasnya.

    Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dari

    penggunaan metode pembelajaran TAI disertai eksperimen pada pokok bahasan

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 5

    Koloid di kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta. Indikator keefektifan

    ini apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

    metode pembelajaran TAI disertai eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi

    belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran

    konvensional.

    Bertolak dari latar belakang masalah di atas, peneliti terdorong untuk

    METODE

    PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI

    EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR KOLOID SISWA KELAS

    XI SEMESTER DUA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat

    diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid masih bisa

    ditingkatkan ?

    2. Apakah metode pembelajaran TAI disertai eksperimen dapat meningkatkan

    kualitas proses pembelajaran kimia pada materi pokok Koloid ?

    3. Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode TAI disertai

    eksperimen lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan

    metode konvensional ?

    4. Apakah pembelajaran kimia dengan metode TAI disertai eksperimen efektif

    untuk meningkatkan prestasi belajar Koloid siswa ?

    C. Pembatasan Masalah

    Kualitas penelitian terletak pada kedalaman pengkajian pemecahan

    masalah. Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah dalam

    penelitian ini dititikberatkan pada :

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 6

    1. Subjek penelitian

    Subjek penelitian adalah siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8

    Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

    2. Metode Pembelajaran

    a. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah

    metode TAI disertai eksperimen.

    b. Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah metode

    ceramah disertai demonstrasi.

    3. Prestasi Belajar

    Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif, afektif

    dan psikomotor.

    4. Materi Ajar

    Penyampaian materi dibatasi pada salah satu materi pokok pelajaran kimia

    kelas XI, yaitu materi pokok Koloid.

    5. Metode konvensional

    Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode

    pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajar, yaitu ceramah

    disertai demonstrasi.

    6. Efektif

    Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila rata-rata prestasi

    belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran TAI

    disertai eksperimen lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti

    pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

    D. Perumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

    Apakah metode

    pembelajaraan TAI disertai eksperimen efektif untuk meningkatkan prestasi

    belajar Koloid siswa kelas XI semester dua SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 7

    E. Tujuan penelitian

    Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

    tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui efektivitas metode pembelajaran TAI

    disertai eksperimen terhadap prestasi belajar Koloid siswa kelas XI semester dua

    SMA Negeri 8 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Informasi mengenai implementasi pembelajaran TAI yang disertai eksperimen

    pada materi pokok Koloid

    2. Inovasi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan metode

    pembelajaran yang sesuai

    3. Masukan bagi para guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat

    dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia materi

    pokok Koloid sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

    4. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu

    proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Efektivitas

    Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh

    Poerwadarminta (1984 : 266) efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya,

    kesannya), manjur, mujarab, mempan. Menurut Davis dalam Slamet Soewandi,

    dkk (2008: 43) efektivitas mengacu pada apa yang dikerjakan dan suatu

    pembelajaran dikatakan efektif jika apa yang dikerjakan benar. Menurut Mulyasa

    (2004 : 82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,

    tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

    Elis dalam Slamet Soewandi, dkk (2008: 43) mengatakan bahwa efektivitas,

    selain mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil, yaitu peringkat prestasi

    akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Agar dapat mencapai

    prestasi belajar yang optimal, maka proses pun harus efektif, yaitu ada kesesuaian

    antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam

    kurikulum, cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui

    perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, lebih banyak tugas-tugas

    yang mendukung pencapaian tujuan, ada variasi metode pembelajaran,

    pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara

    berkesinambungan, dan memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa

    pada tugas yang dilakukannya. Dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran

    Efektif, Richard Dunne dan Teg Wragg (1996) mengemukakan tentang

    karakteristik pembelajaran efektif, yaitu bahwa pembelajaran efektif memudahkan

    siswa belajar, sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep

    dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang

    diinginkan. Dengan demikian efektivitas berarti ada efek (pengaruh, akibat) yang

    menunjukkan keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan karena kesesuaian

    antara proses dengan tujuan.

    8

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 9

    2. Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

    manusia. Mengenai pengertian belajar para ahli mengemukakan rumusan yang

    berbeda-beda. Howard L. Kingskey dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 13)

    Learning is the process by which behavior (in the broader

    . Belajar adalah

    proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui

    praktik atau latihan. Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu

    proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

    laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

    dalam interaksi dengan lingkungan.

    an-

    perubahan sebagai berikut : 1) Penambahan informasi, 2) Pengembangan atau

    peningkatan pengertian, 3) Penerimaan sikap-sikap baru, 4) Perolehan

    penghargaan baru, 5) Pengerjaan sesuatu dengan mempergunakan apa yang telah

    dipelajari. Ia juga mengatakan bahwa seseorang dapat belajar secara efektif bila

    memiliki tanggung jawab dan terlibat secara aktif di dalam proses belajar

    mengajar. Dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    belajar adalah proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan yang

    menghasilkan perubahan tingkah laku yang berupa penambahan informasi,

    ketrampilan dan sikap yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman.

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor

    yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi

    tiga golongan, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar

    (approach to learning).

    1). Faktor Internal

    Dari faktor internal dibagi menjadi 2 faktor yaitu :

    a). Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, dan cacat tubuh

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 10

    b). Faktor psikologis, meliputi; intelegensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi.

    2). Faktor Eksternal

    Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan

    menjadi 2 faktor, yaitu faktor sosial dan faktor nonsosial.

    a). Faktor sosial, meliputi keluarga, guru dan masyarakat.

    b). Faktor nonsosial, meliputi gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal

    siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.

    3). Faktor Pendekatan Belajar

    Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala macam cara/strategi yang

    digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses

    pembelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional

    yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai

    tujuan belajar tertentu (Muhibbin Syah, 2005 : 132-139).

    Dengan demikian agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka dalam

    proses pembelajaran harus memperhatikan ketiga faktor tersebut. Kondisi internal

    meliputi jasmaniah dan psikologis, siswa akan dapat belajar dengan baik jika

    kesehatan jasmaniahnya baik, tidak sakit atau menderita cacat tubuh. Selain itu

    psikologis siswa juga berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pembelajaran.

    Siswa yang memiliki minat, motivasi, dan intelegensi baik cenderung mudah

    dalam menerima pelajaran, sebaliknya siswa yang sedang bermasalah biasanya

    susah untuk berkonsentrasi, sehingga sulit menerima pelajaran. Selain faktor

    internal, kondisi lain yang mempengaruhi keefektifan belajar adalah kondisi

    eksternal yang meliputi faktor sosial dan nonsosial. Kondisi sosial meliputi

    keluarga, teman, guru, dan masyarakat yang berinteraksi dengan siswa. Siswa

    yang mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang di

    sekitarnya, biasanya mudah dalam menerima pelajaran. Faktor ketiga yang

    mempengaruhi keefektifan belajar adalah faktor pendekatan belajar, yaitu

    pemilihan metode yang digunakan guru untuk mengajar. Faktor ini sangat penting

    dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Guru dituntut mampu untuk

    memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan

    materi pelajaran yang akan dipelajari.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 11

    3. Prestasi Belajar

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

    Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari prestasi belajar. Menurut Nana

    Syaodih Sukmadinata (2004: 102) achievement atau prestasi belajar adalah

    realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

    seseorang. Sedangkan Muhibbin Syah (2005: 150) berpendapat bahwa

    pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah

    sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Penguasaan hasil belajar

    seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

    pengetahuan, ketrampilan berfikir, maupun ketrampilan motorik. Sistem penilaian

    dalam KTSP menerapkan sistem berkelanjutan yang mencakup tiga aspek yaitu

    aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Secara eksplisit ketiga aspek ini tidak

    dapat dipisahkan satu sama lain.

    a. Aspek kognitif

    Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir atau intelektual

    siswa. Mimin Haryati (2007: 22) mengungkapkan bahwa menurut taksonomi

    Bloom kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir hirarkis yang terdiri dari

    pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan aspek

    kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir sederhana, yaitu mengingat sampai

    pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

    menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau

    prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Aspek kognitif

    terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Menurut

    Wina Sanjaya (2005: 35) keenam tingkatan tersebut adalah :

    1) Tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang

    materi pembelajaran secara fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

    2) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan

    persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi,

    dan menyimpulkan.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 12

    3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau

    prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.

    4) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan,

    merinci dan mengurai suatu obyek.

    5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau

    komponen, menyusun, dan lain sebagainya.

    6) Tingkatan evaluasi penilaian, meliputi kemampuan menilai (jugment) terhadap

    obyek studi menggunakan kriteria tertentu.

    b. Aspek afektif

    Aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat

    siswa terhadap materi pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi aspek ini

    meliputi memberikan respon terhadap nilai, menerima nilai, menerapkan dan

    mempraktikkan nilai (Wina Sanjaya, 2005: 35). Menurut Mimin Haryati (2007:

    38) Karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai dan

    moral.

    c. Aspek psikomotor

    Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

    kemampuan bertindak individual. Menurut Sax dalam Mimin Haryati (2007: 25),

    ketrampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan reflek, gerakan

    dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi

    non diskursif.

    4. Pembelajaran

    Pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2011: 164) adalah proses

    komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan

    belajar dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari ketrampilan dan

    pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Dalam pembelajaran peserta didik

    sebagai subjek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah,

    mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyelesaikan masalah.

    Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005: 102) pembelajaran diarahkan untuk

    mengembangkan kemampuan dalam mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 13

    hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian

    kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik, mengembangkan

    kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,

    bermuatan nilai, etika estetika, logika dan kinestitika, serta menyediakan

    pengalaman belajar yang beragam. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang

    bersifat dua arah, dalam hal ini siswa ditempatkan sebagai subjek belajar yang

    memegang peranan utama, sehingga dalam setting belajar mengajar siswa dituntut

    beraktivitas secara penuh.

    a. Karakteristik Pembelajaran

    Menurut Wina Sanjaya (2005: 79) Terdapat beberapa karakteristik penting

    dalam istilah pembelajaran. Karakteristik-karakteristik pembelajaran adalah :

    1) Pembelajaran Berarti Membelajarkan Siswa

    Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama adalah membelajarkan siswa. Oleh

    karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh

    mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh

    mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi

    hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang

    yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.

    2) Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja

    Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa,

    maka proses pembelajaran siswa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-

    satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat

    belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

    3) Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan

    Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi

    proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan

    dicapai. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat

    membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.

    Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses

    pembelajaran siswa haruslah berperan sebagai subjek pembelajaran. Artinya siswa

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 14

    yang harus aktif menemukan ilmu, guru hanyalah fasilitator bagi siswa untuk

    menggali pengetahuan.

    b. Pilar-pilar Pembelajaran

    Dalam istilah pembelajaran terdapat pilar-pilar penting yang harus ada.

    Empat pilar pembelajaran tersebut dirumuskan Unesco dalam Suhaenah Suparno,

    (2000: 14-15), yaitu :

    1) Learning to know atau learning to learn

    Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil

    belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan

    proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari akan

    tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari

    yang harus dipelajari tersebut.

    2) Learning to do

    Belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan

    akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir

    penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.

    Ini juga mengandung arti pembelajarn berorientasi pada pengalaman (learning

    by experiences).

    3) Learning to be

    Belajar adalah membentuk manusia

    kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu

    dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.

    4) Learning to live together

    Belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan

    kebutuhan dalam masyarakat global dimana baik secara individual maupun

    secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri

    bersama kelompoknya.

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

    Dalam proses belajar mengajar agar hasil yang dicapai siswa sesuai

    dengan tujuan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 15

    belajar mengajar. Adapun faktor-faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar

    1 sebagai berikut :

    Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

    Gagasan mentah (Raw input) merupakan bahan baku yang berupa

    pemberian pengalaman belajar. Dengan learning teaching process (proses

    pembelajaran) diharapkan input dapat berubah menjadi output (keluaran) dengan

    kualifikasi tertentu. Interaksi berbagai faktor dari lingkungan (environmental

    input) dengan peralatan atau media (instrumental input) akan menghasilkan

    keluaran tertentu (Kasihani Kasbolah, 2001: 22).

    5. Metode Pembelajaran TAI

    Metode pembelajaran TAI adalah suatu metode pembelajaran kooperatif

    yang diungkapkan oleh Slavin. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

    pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan

    dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok,

    baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Pembelajaran kooperatif

    tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tetapi memiliki

    struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga terjadi interaksi

    secara terbuka dan hubungan interdependensi yang efektif. Pembelajaran

    kooperatif ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makluk sosial, yang

    selalu berinteraksi, saling membantu diantara anggota kelompok untuk mencapai

    hasil yang lebih baik.

    Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

    elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif

    menurut Anita Lie (2007: 31) adalah

    Environmental Input

    Raw Input Learning Teaching Process Output

    Instrumental Input

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 16

    1) Saling ketergantungan positif

    Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling

    membutuhkan. Hubungan inilah yang disebut dengan saling ketergantungan

    positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: saling

    ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber,

    saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, peran, saling

    ketergantungan hadiah.

    2) Interaksi tatap muka

    Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap

    muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru,

    tetapi juga dengan sesame siswa.

    3) Akuntabilitas individual

    Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota

    kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual.

    4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi

    Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, berani

    mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,

    tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang

    bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan

    tetapi secara sengaja diajarkan.

    Menurut Slavin (2008 : 5), keberhasilan dari proses belajar kooperatif

    adalah karena adanya 5 prinsip, yaitu :

    a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok.

    Tugas dari ketua kelompok memberikan sumbangan pengetahuan bagi

    anggota kelompoknya, karena ketua kelompok dianggap memiliki

    kemampuan lebih dibanding anggota kelompoknya yang lain. Anggota yang

    lain diharapkan memperhatikan dan mempelajari informasi yang diberikan

    ketua kelompok.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 17

    b. Keheterogenan kelompok

    Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang

    heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakang sosial atau tingkat

    kecerdasan.

    c. Ketergantungan pribadi yang positif

    Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu

    karena pada awalnya mereka harus mampu mambangun pengetahuannya

    sendiri sebelum mereka bekerja sama dengan temannya

    d. Keterampilan bekerja sama.

    Dalam proses bekerja sama perlu keterampilan khusus sehingga kelompok

    tersebut berhasil membawa nama kelompoknya

    e. Otonomi kelompok

    Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi yang terbaik jika mereka

    mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah.

    Adapun keuntungan-keuntungan yang dapat diambil dengan menerapkan

    model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kepekaan dan

    kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,

    menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa

    saling percaya kepada sesama manusia, memandang masalah dan situasi dari

    berbagai perspektif. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari E. B. Kolawole

    dalam academic journal (2008) pembelajaran kooperatif efektif untuk

    meningkatkan prestasi belajar, interaksi ketrampilan sosial dan mengembangkan

    meta-kognitif siswa.

    Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa variasi yang dapat

    diterapkan dalam proses pembelajaran. Salah satu metode belajar kooperatif yang

    dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain adalah TAI

    a. Definisi TAI (Teams Assisted Individualization)

    TAI merupakan metode pembelajaran secara kelompok, terdapat seorang

    siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara

    individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Pembelajaran

    TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 18

    ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen

    untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya

    diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang

    memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama

    (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

    Slavin (2008 : 190) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, metode

    ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.

    Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.

    Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,

    misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

    b. Komponen-komponen dalam TAI

    Menurut Slavin (2008 : 195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan

    komponen, yaitu :

    1) Kelompok / tim

    Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-

    masing terdiri dari 4-5 orang siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam

    menjalankan aktivitas akademik, jenis kelamin, dan suku etnik. Fungsi utama

    dari kelompok adalah membentuk semua anggota kelompok agar mengingat

    materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja.

    2) Tes pengelompokan

    Siswa-siswi diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal

    ini digunakan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok.

    3) Materi kurikulum

    Proses pengajaran harus sesuai dengan materi yang terdapat dalam kurikulum

    yang berlaku dengan menerapkan teknik dan srategi pemecahan masalah

    untuk penguasaan materi.

    4) Kelompok belajar

    Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa

    dalam kelompoknya mendengarkan presentasi guru dan mengerjakan lembar

    kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya kepada

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 19

    anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru

    meminta penjelasan dari guru.

    5) Penilaian dan pengakuan tim

    Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan

    criteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika dapat

    melampaui criteria yang telah ditentukan.

    6) Mengajar kelompok

    Materi yang belum dipahami oleh semua kelompok dapat ditanyakan kepada

    guru dan guru memberikan penjelasan kepada kelompok tersebut. Pada saat

    guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual

    dan kelompok dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Dalam hal ini

    keaktifan siswa sangat diutamakan.

    7) Lembar kerja

    Pada setiap materi yang diajarkan diberikan lembar kerja secara individual

    untuk mengetahui pemahaman individu.

    8) Mengajar seluruh kelas

    Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentian

    program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum

    dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan serta memberikan

    kesimpulan pada materi tersebut

    c. Langkah-langkah dalam Pembelajaran TAI

    Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran TAI adalah sebagai berikut :

    1) Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk membentuk kelompok dan

    menentukan siswa yang berperan sebagai asisten.

    2) Guru memberikan materi Koloid secara singkat.

    3) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan

    hasil pre-test, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan satu siswa yang

    berperaan sebagai asisten.

    4) Setiap kelompok melaksanakan eksperimen sesuai dengan petunjuk yang

    terdapat di Lembar Kerja Siswa (LKS).

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 20

    5) Setiap kelompok mendiskusikan data hasil eksperimen yang telah

    dilaksanakan dengan anggota kelompoknya dengan dipandu oleh asisten,

    kemudian guru memberikan bantuan secara individual dan kelompok bagi

    yang memerlukannya.

    6) Ketua kelompok (asisten) melaporkan hasil diskusi kelompoknya dengan

    mempresentasikan hasil kerjanya.

    7) Guru menetapkan kelompok terbaik sesuai dengan kriteria yang telah

    ditetapkan

    8) Mengajar kembali konsep-konsep materi yang belum dipahami oleh siswa.

    9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

    6. Metode Konvensional

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah konvensional berarti

    berdasarkan kesepakatan umum (adat, kebiasaan, kelaziman); tradisional.

    Sedangkan menurut Margono (1995: 50) pembelajaran konvensional artinya

    pembelajaran yang kita kenal sehari-hari. Guru mengajar sejumlah siswa dalam

    ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Dalam hal ini kelas disusun

    berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai minat, kepentingan, kecakapan, dan

    kecepatan belajar yang sama. Ciri metode konvensional siswa cenderung pasif

    dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan sebagai sumber belajar,

    mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan metode dan isi

    materi pelajaran. Siswa yang mempunyai pemahaman materi pelajaran yang lebih

    cepat akan merasa malas dan jemu dalam mengikuti pelajaran, kurang terampil

    serta tergantung pada guru.

    Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru masih mengandalkan

    ceramah dalam memberikan materi pelajaran. Penggunaan metode ceramah

    sangat tergantung pada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh

    dalam metode ceramah. Kepiawaian guru dalam menguasai forum, ketrampilan

    bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan metode ini. Adapun

    kelemahan metode ceramah ini adalah sebagai berikut :

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 21

    1. Dapat memberikan kejenuhan pada peseta didik.

    2. Menimbulkan verbalisme pada peserta didik.

    3. Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.

    4. Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik.

    5. Terjadi proses satu arah dari guru ke peserta didik.

    8. Eksperimen

    Eksperimen adalah metode mengajar yang menyajikan suatu bahan ajar

    dengan menggunakan peragaan yang didukung dengan alat-alat yang memadai.

    Pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang

    ditemukan sendiri oleh siswa melalui percobaan secara mandiri. Keterlibatan

    siswa akan terlihat dan kemampuan menyerap pelajaran akan teruji.

    Menurut Mulyasa (2009: 110) metode eksperimen merupakan suatu

    bentuk pembelajaran yang melibatkan melibatkan peserta didik bekerja dengan

    benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan

    maupun kelompok. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen

    siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

    mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan

    menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan, atau suatu proses.

    Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu

    kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya, mengolah

    sendiri, membuktikan suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses

    yang dialami tersebut.

    Inci Morgil, dkk (2009) dalam jurnal ilmiah pendidikan Turki menyatakan

    bahwa tujuan dari eksperimen adalah :

    a. Mengaktualisasikan konsep pembelajaran

    b. Meningkatkan ketrampilan psikomotor

    c. Meningkatkan ketrampilan penelitian

    d. Menciptakan pembelajaran yang efektif

    Dengan metode eksperimen mampu memberikan pengalaman yang

    membantu siswa mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 22

    kehidupan sehari-hari dan dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Adapun

    kelebihan-kelebihan metode ini diantaranya :

    a. Membuat peserta didik percaya akan kebenaran kesimpulan percobaannya

    sendiri dari pada hanya menerima penjelasan guru atau buku.

    b. Peserta didik aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan

    melalui percobaan yang dilakukannya.

    c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir

    ilmiah

    d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan

    menghilangkan verbalisme.

    e. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama.

    Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas, metode

    eksperimen juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

    a. Memerlukan peralatan percobaan yang lengkap.

    b. Memerlukan waktu yang relatif lama.

    c. Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang

    berpengalaman dalam penelitian.

    d. Kegagalan dan kesalahan dalam eksperimen berakibat kesalahan dalam

    menyimpulkan.

    9. Demonstrasi

    Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133) metode

    demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

    mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu

    yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan yang

    dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli

    dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Menurut Suradji (2008: 37)

    mendemonstrasikan sesuatu artinya mempertunjukkan atau memperlihatkan

    sesuatu. Yang didemonstrasikan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada

    kalanya pula suatu proses terjadinya suatu peristiwa. Hal ini sebagaimana

    pendapat Silberman (2007: 225) yang mengatakan bahwa demonstrasi ini cocok

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 23

    digunakan ketika mengajar jenis prosedur langkah demi langkah. Dari berbagai

    pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa demonstrasi adalah cara

    penyajian pelajaran dengan memperlihatkan atau menunjukkan kepada peserta

    didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari yang

    dipertunjukkan oleh guru atau sumber lainnya. Tujuan penggunaan metode

    demonstrasi adalah :

    1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau

    dikuasai peserta didik.

    2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik.

    3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para

    peserta didik secara bersama-sama.

    Kelemahan metode demonstrasi adalah :

    1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

    2) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus

    dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu.

    3) Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru

    10. Koloid

    Dalam kurikulum KTSP kompetensi dasar yang ditetapkan dalam materi

    pokok Koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

    dalam kehidupan sehari-hari. Adapun materi Koloid yang disampaikan adalah

    sebagai berikut:

    a. Pengertian Sistem Koloid

    Koloid merupakan campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase,

    yaitu fase pendispersi dan fase terdispersi. Fase pendispersi bersifat kontinyu

    sedangkan fase terdispersi bersifat diskontinyu (terputus-putus). Perbandingan

    antara sifat larutan sejati, koloid dan suspensi disajikan dalam Gambar 2 dan

    Tabel 2 berikut ini:

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 24

    Gambar 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi. Sumber:

    www.yahooimage.com

    Tabel 2. Perbandingan antara Larutan Sejati, Koloid, dan Suspensi

    No Larutan Koloid Suspensi 1 Homogen, tak dapat

    dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra

    Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra

    Heterogen

    2 Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm

    Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm

    Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm

    3 Satu fase Dua fase

    Dua fase

    4 Stabil Pada umumnya stabil Tidak stabil

    5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra

    Dapat disaring

    6 Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin

    Contoh: sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones

    Contoh: air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air

    (Utami dkk, 2009: 221 )

    b. Jenis-jenis Koloid

    Telah kita ketahui bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase

    terdispersi dan fase pendispersi. Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan

    jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi dan

    Sirup Larutan

    Susu Koloid

    Kopi Suspensi

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 25

    fase pendispersi koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu seperti pada Tabel

    3 berikut ini :

    Tabel 3. Jenis-jenis Koloid

    No Fase terdispersi Fase pendispersi Nama Contoh 1 Padat Gas Aerosol Debu, asap 2 Padat Cair Sol Tinta, cat, sol emas 3 Padat Padat Sol padat Gelas berwarna 4 Cair Gas Aerosol Kabut 5 Cair Cair Emulsi Susu, santan 6 Cair Padat Emulsi padat Jeli, mutiara 7 Gas Cair Buih Buih sabun 8 Gas Padat Buih Padat

    (Utami dkk, 2009: 222)

    c. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

    Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan-bahan kimia

    berbentuk koloid. Hal ini karena koloid merupakan cara untuk menyajikan suatu

    campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara

    (pada tingkat makroskopis atau tidak mudah rusak).

    1) Industri kosmetik

    Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap

    badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.

    2) Industri tekstil

    Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi,

    sehingga dapat melekat pada tekstil.

    3) Industri farmasi

    Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak

    mudah rusak.

    4) Industri sabun dan detergen

    Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara

    kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat

    membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.

    5) Industri makanan

    Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam jangka

    waktu cukup lama, seperti kecap, saos, dan sebagainya.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 26

    d. Sifat-sifat Sistem Koloid

    Koloid memiliki sifat-sifat yang khas dibandingkan dengan campuran

    lainnya. Sifat-sifat koloid tersebut antara lain:

    1) Efek Tyndall

    Efek Tyndall adalah peristiwa terhamburnya cahaya oleh partikel koloid.

    Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara

    lain: sorot lampu mobil pada malam yang berkabut, sorot lampu proyektor

    dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu, berkas sinar matahari

    melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. Menurut

    Ralph H. Petrucci (1985) efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan

    antara larutan sejati dan koloid. Dalam larutan sejati cahaya yang lewat akan

    diteruskan, sedangkan dalam koloid cahaya yang lewat akan dihamburkan ke

    segala arah. Peristiwa efek Tyndall dapat diamati melalui Gambar 3 dibawah

    ini :

    Gambar 3. Efek Tyndall. Sumber: www.yahooimage.com

    2) Gerak Brown

    Apabila disperse koloid diamati dari dibawah mikroskop dengan pembesaran

    yang tinggi maka akan tampak adanya partikel yang bergerak terus menerus

    dengan gerak patah-patah (gerak zig zag). Gerakan zig zag pada partikel

    koloid inilah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown ini terjadi akibat

    adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel terdispersi,

    sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan

    mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain

    dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar. Kejadian tersebut terjadi

    berulang secara terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran partikel

    terdispersi yang relatif besar dibandingkan medium pendispersinya. Adanya

    gerak Brown ini mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 27

    ukurannya besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak terus-menerus

    pengaruh dari gaya gravitasi kurang berarti. Peristiwa gerak Brown dapat

    diilustrasikan melalui Gambar 4 dibawah ini :

    Gambar 4. Gerak Brown. Sumber: www.yahooimage.com

    3) Elektroforesis

    Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila

    ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian

    dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak

    ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan

    negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang

    bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian,

    elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

    Peristiwa elektroforesis dapat diamati melalui Gambar 5 dibawah ini :

    Gambar 5. Elektroforesis. Sumber: www.yahooimage.com

    4) Adsorpsi

    Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan ion/muatan listrik oleh permukaan

    partikel koloid. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.

    Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke

    bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh

    kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga

    bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 28

    bermuatan negatif. Gambar 6 berikut merupakan contoh dari peristiwa

    adsorpsi koloid :

    Gambar 6. Adsorpsi Koloid. Sumber: www.yahooimage.com

    Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena

    bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak,

    sehingga terhindar dari pengelompokan antar-sesama partikel koloid itu (jika

    partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-

    kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya

    mengendap). Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain,

    misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses

    penjernihan air minum.

    5) Koagulasi

    Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi.

    Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa

    mekanisme atau peristiwa. Peristiwa mekanisme misalnya pemanasan atau

    pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi

    dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan agar-agar

    akan menggumpal bila didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan

    terjadinya koagulasi antara lain pencampuran koloid yang berbeda muatan

    dan adanya elektrolit.

    e. Kestabilan Koloid

    Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan

    larutan. Suatu produk industri dalam brentuk koloid umumnya diinginkan dalam

    kondisi yang stabil. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan dengan

    cara-cara sebagai berikut :

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 29

    1) Dialisis

    Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat

    mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat

    dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini,

    sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid

    itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid

    terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan

    partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan

    koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

    Gambar 7 berikut merupakan contoh proses dialisis :

    Gambar 7. Proses Dialisis. Sumber: www.yahooimage.com

    2) Koloid Pelindung (Emulgator)

    Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatkan

    kestabilan koloid, misalnya koloid pelindung (emulgator). Contoh pada

    pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal

    besar es atau gula seperti pada Gambar 8 berikut ini :

    Gambar 8. Contoh Emulgator. Sumber: www.yahooimage.com

    f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

    Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil

    dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 30

    menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti

    suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut

    koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob

    berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika

    medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-

    masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

    Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/

    hidrofob. Butir-butir koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air

    mediumnya. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid

    tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada

    koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob mendapat kestabilan karena

    mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa

    muatan koloid menstabilkan sistem koloid. Sol hidrofil tidak akan menggumpal

    pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat

    dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut

    dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil.

    Dengan perkataan lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob

    dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat

    terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali

    dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol hidrofob dirangkum dalam Tabel 4

    berikut :

    Tabel 4. Perbedaan antara Sol Hidrofil dan Hidrofob

    No Sol hidrofil Sol hidrofob 1 Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorpsi mediumnya 2 Dapat dibuat dengan konsentrasi

    yang relatif besar Hanya stabil pada konsentrasi kecil

    3 Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit

    Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit

    4 Viskositas lebih besar daripada mediumnya

    Viskositas hampir sama dengan mediumnya

    5 Bersifat reversible Tidak reversible 6 Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas

    (Utami dkk, 2009: 229)

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 31

    g. Pembuatan Sistem Koloid

    Sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel

    larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar, kemudian diaduk

    dengan medium pendispersi. Ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat

    terdispersi, maka cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu

    dengan cara disperse dan cara kondensasi.

    1) Cara Dispersi

    Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi

    dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik

    (cara busur Bredig).

    a) Cara Mekanik

    Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau pengiling

    koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan

    medium dispersi. Misalnya Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus

    serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir),

    kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

    b) Peptisasi

    Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu

    endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi

    memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi

    dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida)

    yang dikatalisis oleh enzim pepsin. Contohnya Agar-agar dipeptisasi oleh air,

    nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS

    dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

    c) Cara Busur Bredig

    Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang

    akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam

    medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.

    Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom

    tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi,

    cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 32

    2) Cara Kondensasi

    Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung

    menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia,

    seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan

    pergantian pelarut.

    a) Reaksi Redoks

    Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

    Contoh: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S)

    dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam

    larutan SO2.

    2H2S(g) + SO2(aq) 2H2O(l) + 3S (sol belerang) (1)

    b) Hidrolisis

    Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh pembuatan sol Fe(OH)3

    dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan

    FeCl3, maka akan terbentuk sol Fe(OH)3.

    FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) (2)

    c) Dekomposisi Rangkap

    Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.

    2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) As2S3(s) + 6H2O(l) (3)

    d) Penggantian Pelarut

    Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan

    penggantian pelarut. Contohnya Apabila larutan jenuh kalsium asetat

    dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

    perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • 33

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan

    penulis adalah sebagai berikut :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Shafiuddin dalam International

    Journal of Educational Administration (2010: 589-595) yang berjudul

    Cooperative Learning Approach in Learning Mathematics menyatakan

    bahwa pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dalam satu kelas

    bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan. Pembelajaran kooperatif

    bukan hanya bekontribusi dalam pengembangan intelektual siswa, tetapi juga

    pengembangan sosial dan psikologis. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa

    pembelajaran kooperatif lebih effektif dari pada pembelajaran konvensional.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas Borrman dalam Eurasia Journal of

    mathematics, Science & Technology Education (2008: 327-335) yang berjudul

    Laboratory Education in New Zealand pembelajaran

    dengan laboratorium menunjukkan hasil yang positif, artinya terjadi

    peningkatan prestasi dan apresiasi atau ketertarikan siswa terhadap materi

    pelajaran. Selain itu pembelajaran dengan loboratorium baik untuk

    meningkatkan kepercayaan di