Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FITOREMEDIASI LOGAM BERAT (Mn, Pb, Zn) DARI LIMBAH CAIR
LABORATORIUM KIMIA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH
KAYU APU DADAK (Azolla pinnata R.Br.)
PHYTOREMEDIATION OF HEAVY METALS (Mn, Pb, Zn) FROM
WASTEWATER CHEMICAL LABORATORY SATYA WACANA CHRISTIAN
UNIVERSITY BY WATER FERN (Azolla pinnata R.Br.)
Oleh,
Lenny Binfun Saneraro Mansawan
NIM : 652010601
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
(Kimia)
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
Fitoremediasi Logam Berat (Mn, Pb, Zn) dari Limbah Cair Laboratorium Kimia
Universitas Kristen Satya Wacana oleh Kayu Apu Dadak (Azolla pinnata R.Br.)
Phytoremediation of Heavy Metals (Mn, Pb, Zn) from Wastewater Chemical Laboratory
Satya Wacana Christian University by Water Fern (Azolla pinnata R.Br.)
1)Lenny B.S. Mansawan,
2)Sri Hartini,
3)A.Ign.Kristijanto
1) Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika 2)3)
Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRACT The objective of this study were: firstly to determine the optimum of A. pinnata population densities
on the manganese (Mn), zinc (Zn) and lead (Pb) absorption, and secondly to determine the
effectiveness of Mn, Zn and Pb absorption by different population densities of Water Fern (A.
pinnata). Data were analysed by Randomized Completely Block Design (RCBD), 6 treatments and
4 replication. As the treatents are various percentage surface area coverage of the plastic cups by
A.pinnata, which are: 0% (control, no A. pinnata), 12,5%, 25%, 37,5%, 50%, 62,5%, respectively.
To test the differences between treatment means, the Honestly Significant of Differences (HSD)
were used using 5% level of significant. The result of this study show that: firtsly, 62.5%
population densities of A. pinnata can absorb optimally manganese (Mn), zinc (Zn), and lead (Pb),
respectively. Secondly, the effectivity of A. pinnata absorp heavy metals are as follow: Mn 10,48
mg/l (95,11%); Pb 1,77 mg/l (90,90%), and Zn 7,12 ,mg/l (87,04%), respectively from wastewater
Chemistry Laboratory within 4 days.
Keywords: Azolla pinnata, Heavy Metals, Phytoremediation, Wastewater
PENDAHULUAN
Air limbah laboratorium adalah air limbah yang dihasilkan dari kegiatan
laboratorium, berupa sisa hasil kegiatan yang tidak dimanfaatkan lagi. Air limbah
laboratorium mengandung banyak bahan berbahaya, misalnya logam berat yang dapat
mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kehidupan manusia (Siswoyo dkk. 2007).
Limbah laboratorium berasal dari kegiatan praktikum dasar, penelitian mahasiswa maupun
dosen yang menggunakan bahan kimia anorganik (misal berbagai jenis garam: NaCl,
MgCl2, MgSO4, K2(CrO4), Fe(NH4SO4)2, dan lain-lain); organik (Alkohol, Aldehida,
Aseton, senyawa Amina dan lain-lain); bahan kimia bersifat asam (HCl, H2SO4, HNO3,
asam fospat, asam karboksilat, dan lain-lain) atau basa (NaOH, KOH, dan lain-lain), yang
berasal dari kegiatan laboratorium. Karakteristik air limbah laboratorium dapat
dikatagorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) karena sebagian besar
unsur-unsur yang berbahaya terdapat dalam air limbah laboratorium adalah logam berat
seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Krom (Cr), dan Merkuri (Hg) dan lainnya. Selain itu
2
terdapat juga zat padat terlarut (TDS), amoniak (NH3), Nitrit (NO2), dan pengaruh derajat
keasaman atau pH (Said, 2009). Hasil penelitian Rhofiah dkk. (2011) menunjukkan
konsentrasi besi (Fe) 46,4 mg/l dan mangan (Mn) 3,91 mg/l dalam air limbah
Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banjar; konsentrasi seng (Zn) 33,63
mg/l dan timbel (Pb) 6,70 mg/l dalam limbah cair Laboratorium Kimia Fisik, Kimia
Anorganik dan afiliasi Departemen Kimia FMIPA, Universitas Indonesia (Adli, 2012).
Lebih lanjut penelitian Suprihatin dan Indrasti (2010) dalam limbah cair laboratorium
menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri (Hg) 77,6-391,6 mg/l, perak (Ag) 2,6 - 9,1 mg/l,
dan kromium (Cr) 11,3 – 21,9 mg/l, tentunya berbahaya jika dibuang langsung ke badan
air tanpa diolah terlebih dahulu. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pencemaran air untuk parameter logam, seng (Zn) dan
timbel (Pb) kelas II berturut-turut sebesar 0,05 mg/l; dan 0,03 mg/l.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam upaya mengurangi bahaya dari
pencemaran logam berat adalah teknik fitoremediasi. Menurut Muliadi dkk. (2013)
fitoremediasi merupakan salah satu metode remediasi yang mengandalkan peranan
tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi dan mengimobilisasi bahan
pencemar logam berat. Lebih lanjut menurut Purwaningsih (2009), keunggulan metode
fitoremediasi dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah lain adalah prosesnya
yang alami, adanya hubungan sinergis antara tanaman, mikroorganisme, dan lingkungan
atau habitat hidup, serta tidak diperlukan teknologi tinggi. Mekanisme fitoremediasi terdiri
atas: fitoekstraksi (phytoextraction), rizofiltrasi (rhizofiltration), fitostabilisasi
(phytostabilization), rizodegradasi (rhyzodegradation), fitodegradasi (phytodegradation),
fitovolatisasi (phytovolatization) (Gambar 1).
Gambar 1. Mekanisme fitoremediasi (Tangahu et al. 2011)
3
Fitoekstraksi yaitu penyerapan dan translokasi kontaminan oleh akar tanaman ke
bagian atas tanaman (tunas) yang dapat dipanen. Rizofiltrasi adalah penyerapan atau
pengendapan kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar tumbuhan. Fitostabilisasi
yaitu penggunaan tanaman tertentu untuk menghambat kontaminan dalam tanah dan air
tanah melalui penyerapan dan akumulasi dalam jaringan tanaman, adsorpsi ke akar atau
pengendapan dalam zona akar. Rizodegradasi yaitu pemecahan dari kontaminan dalam
tanah melalui aktivitas mikroba yang ditingkatkan dengan zona akar. Fitodegradasi yaitu
pemecahan dari kontaminan yang diserap oleh tumbuhan melalui proses metabolisme di
dalam tanaman atau pemecahan kontaminan dari luar pada tanaman melalui efek senyawa
yang dihasilkan oleh tanaman. Fitovolatilisasi merupakan pengambilan dan transpirasi dari
kontaminan oleh tanaman, dengan pelepasan kontaminan atau bentuk modifikasi dari
kontaminan ke atmosfer dari tanaman (Tangahu et al. 2011). Tanaman yang digunakan
dalam metode fitoremediasi merupakan tanaman yang memiliki kemampuan untuk
mengangkut berbagai pencemar (Aiyen, 2005). Tanaman tertentu dalam hal ini berperan
menyerap logam dan mineral yang tinggi atau fitoakumulator dan fitokhelator (Rossiana
dkk. 2007). Clemens (2001) menjelaskan terdapat 5 aspek dasar akumulasi logam dalam
tanaman yaitu, mobilisasi logam berat, penyerapan ion logam oleh akar tanaman,
translokasi dalam tanaman, penyerapan ion logam dalam jaringan tanaman dan toleransi
logam. Lebih lanjut Clemens (2001) menjelaskan toleransi logam merupakan prasyarat
untuk akumulasi logam. Hal ini tergantung pada pengkhelat dari ion logam pada sitosol
dan selanjutnya penghilangan dari sitosol. Pada sel tumbuhan, vakuola besar, yang
dianalogikan dengan lisosom, berfungsi sebagai lokasi penyimpanan untuk semua jenis
senyawa beracun. Respon terbaik dipelajari dalam sel tanaman untuk paparan logam
adalah pembentukan fitokelatin (PCs) (Grill et al. 1985 dan Rauser 1995, dalam Clemens,
2001).
Beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi seperti,
kiambang (Salvinia molesta), eceng gondok (Eichhornia crassipes), kangkung air (Ipomea
aquatica), mata ikan (Lemna minor), dan Kayu Apu Dadak (Azolla pinnata R.Br). Lebih
lanjut, A. pinnata memiliki kandungan protein total mencapai 25-35% ( Basak et al. 2002,
dalam Suryati, 2007), dengan komposisi asam amino sebagai berikut: lisin, metionin,
sistin, threonin, triptofan, arginin, isoleusin, leusin, fenil, alanin, tirosin, glisin, serin, dan
valin (Alalade dan Iyayi, 2006, dalam Suryati, 2007). Dengan kandungan protein yang
4
tinggi, A. pinnata berpotensi memiliki kemampuan untuk mengikat ion logam dari media
air. Juga Djojosuwito (2000, dalam Suryati, 2007) menjelaskan A. pinnata mempunyai
kemampuan untuk menyerap logam berat sehingga dapat digunakan untuk membersihkan
air dari logam berat. Menurut Sachdeva dan Sharma (2012), Azolla mempunyai
kemampuan untuk menyerap logam berat seperti Kromium (Cr), Seng (Zn), Nikel (Ni),
Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), bahkan Uranium (U). Lebih lanjut Young dan Weizhen
(1985, dalam Sachdeva dan Sharma, 2012) telah mempelajari toleransi empat jenis Azolla
terhadap Cu, Mn, Fe, Zn, Mo, Co, Cd, dan logam lainnya dan menemukan bahwa Azolla
sp. mampu bertahan dalam konsentrasi logam-logam tersebut, tanpa mempengaruhi
pertumbuhannya. Ganji et al. (2005, dalam Sachdeva dan Sharma, 2012) menemukan
bahwa A. pinnata dan Lemna minor dapat menghilangkan logam berat besi dan tembaga
dari air tercemar. Dari hasil penelitian Thayapara et al. (2013) menunjukkan bahwa A.
pinnata mampu menyerap timbel (Pb) sebesar 1.383 mg/kg berat kering setelah empat hari
treatment dan konsentrasi timbel (Pb) dalam media pertumbuhan telah dikurangi 83%.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa timbel (Pb), cadmium (Cd), dan tembaga (Cu)
terakumulasi dalam daun A. pinnata setelah 30 hari periode pertumbuhan, dengan
akumulasi tertinggi Pb, Cd, dan Cu masing-masing sebesar 270,11; 255,20; 209,50 mg/m2
pada konsentrasi 2,0 ppm masing-masing logam (Abd et al. 2011).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menentukan nisbah tutupan area A. pinnata yang terbaik dalam penyerapan Mn,
Zn dan Pb dari limbah cair Laboratorium Kimia.
2. Menentukan efektivitas daya serap dari A. pinnata terhadap logam Mn, Zn, dan Pb
dari limbah cair Laboratorium Kimia.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorim Kimia Lingkungan, Program Studi Kimia,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Waktu
pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Mei 2015.
Bahan dan Piranti
A. pinnata diperoleh dari Desa Bancaan Tengah Sidorejo Lor, Salatiga. Air limbah
yang digunakan berasal dari limbah cair Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga. Bahan kimia yang digunakan
5
yaitu fero amonium sulfat (FAS) 0,1 N, HgSO4, K2Cr2O7 0,25 N, AgSO4, MnSO4, larutan
Alkali-Iod, Na2S2O3 0,025 N, AlluVer 3 Alluminium Reagent, Chromver 3 Reagent,
Ferrover Iron Reagent.
Piranti yang digunakan antara lain Spektrofotometer HACH DR/EL 2700, HACH
DR/EL 2000, pH meter, Neraca analistis (Mettler H 80) di analisakan di Laboratorium
Kimia, Universitas Kristen Satya Wacana, dan Spektroskopi Serapan Atom (Perkin Elmer,
3110) di analisakan di Laboratorium Wahana, Semarang.
Karakterisasi Limbah Awal
Limbah cair Laboratorium Kimia UKSW ditampung sebelumnya dalam wadah yang
telah disiapkan, kemudian dikarakterisasi kandungan fisiko-kimiawi terlebih dahulu.
Karakterisasi awal meliputi, suhu, pH, warna, Turbiditas, DHL (Daya Hantar Listrik), TDS
(Total Dissolved Solids), COD (Chemical Oxygen Demand) dan logam-logam berat (Tabel
3.1).
Tabel 3.1 Parameter Fisiko-Kimiawi Cair Laboratorium Kimia UKSW
Perlakuan Awal A. pinnata
A. pinnata yang telah dikumpulkan dari sawah dicuci hingga bersih dari lumpur dan
kandungan lainnya dengan akuades. Kemudian di tumbuhkan dalam loyang berdiameter
28,6 cm, dan tinggi 12,2 cm dengan menggunakan air sumur. Sejumlah 10 gram A.
pinnata dikeringkan dalam drying cabinet bersuhu 50 C selama seharian kemudian
dihaluskan lalu diukur kadar logam berat dalam A. pinnata menggunakan Spektroskopi
Serapan Atom (Perkin Elmer, 3110). Sebelum diberi perlakuan, A. pinnata diadaptasi
terlebih dahulu dalam suasana laboratorium dengan media tumbuh campuran air sumur dan
air sawah.
6
Perlakuan limbah laboratorium dengan A. pinnata
Tumbuhan A. pinnata ditumbuhkan terlebih dahulu dalam gelas plastik berdiameter
8,1 cm yang berisi air limbah laboratorium kimia. Tiap-tiap gelas plastik diisi limbah
Laboratorium Kimia dengan konsentrasi 1,25 % lalu tumbuhan A. pinnata ditumbuhkan
dengan berbagai nisbah tutupan area, yaitu: 0%; 12,5%; 25%; 37,5%; 50%, dan 62,5%
dari luas permukaan gelas. Analisa terhadap air limbah dilakukan pada hari ke-2, 3,dan 4
sedangkan analisa laju pertumbuhan A. pinnata dilakukan pada hari ke-4.
Perhitungan Rataan Laju Pertumbuhan Relatif (Relative Growth Rates (RGR)
digunakan persamaan Hunt (1978) dalam Leblebici et al. (2009) :
…………………………………………………….……….…(1)
Keterangan: W1 : bobot kering sampel awal
W2 : bobot kering sampel setelah perlakuan
T2-T1 : lama waktu penelitian (hari)
Analisa logam berat dalam tumbuhan dan air limbah diukur dengan menggunakan
Spektrofotometer HACH DR/EL 2700 di Laboratorium Kimia, Program Studi Kimia,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga dan
Spektroskopi Serapan Atom (Perkin Elmer, 3110) di Wahana Laboratorium-Semarang.
Penentuan COD (Alaert dan Santika, 1987)
Sejumlah 0,4 gram HgSO4 dimasukkan ke dalam kolf 250, kemudian ditambah
dengan 20 ml sampel dan batu didih. Kemudian K2Cr2O7 0,25 N sebanyak 10 ml
ditambahkan ke dalam kolf. Selanjutnya 30 ml reagen AgSO4 ditambahkan ke dalam kolf
dan dikocok perlahan lalu dipanaskan dengan bunsen selama ±2 jam. Kolf dibiarkan dingin
dan kondensor dibilas dengan akuades. Larutan yang telah direfluk diencerkan menjadi
100 ml. Setelah itu, larutan ditambah 3-4 tetes indikator ferroin. Dikromat yang tersisa
dalam larutan dititrasi dengan larutan standard Fero Amonium Sulfat (FAS) 0,1 N sampai
warna menjadi coklat merah. Blanko terdiri dari 20 ml akuades yang mengandug semua
reagen yang ditambahkan pada sampel lalu direfluk dengan cara yang sama.
………… …………………………….....(2)
Keterangan : A = ml FAS yang digunakan untuk titrasi blanko
B = ml FAS yang digunakan utnuk titrasi sampel
N =Normalitas larutan FAS
7
Penentuan Kadar Air (Sulaeman dkk. 2005) dan Bobot Kering (APHA (1998) dalam
Leblebici et al. (2009))
Sejumlah 1,0 gram tumbuhan A. pinnata ditimbang dalam cawan petri yang sudah
diketahui bobotnya. Masing-masing cawan dioven pada suhu 105 C selama 4 jam,
kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang. Kemudian A. pinnata dipanaskan
lagi dalam oven selama 1 jam, didinginkan kembali di dalam desikator lalu ditimbang.
Perlakuan ini diulangi hingga mencapai bobot yang konstan.
……………………………………….(3)
……………………………………(4)
Keterangan : W0 = bobot cawan petri awal
W = bobot cawan petri akhir
W1 = bobot sampel awal
W2 = bobot sampel kering
Analisa Data (Steel & Torie, 1980)
Data jerapan logam berat Mn, Zn dan Pb dianalisis dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) 6 perlakuan dengan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah persen nisbah
tutupan area gelas oleh A. pinnata yaitu: 0%; 12,5% ; 25%; 37,5%; 50%, dan 62,5%, dan
sebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian rataan perlakuan digunakan Uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Awal Limbah Cair Laboratorium Kimia dan Tumbuhan Kayu Apu
Dadak (A. pinnata)
Hasil karakterisasi awal dari limbah cair Laboratorium Kimia dan A. pinnata
disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Karakterisasi Awal Limbah Cair Laboratorium Kimia sebagai Media Tanam
8
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa air limbah Laboratorium Kimia
mengandung banyak jenis logam berat selain Mn, Zn, dan Pb, yang bersitfat toksik. Dari
Tabel 4.1 terlihat juga kadar logam berat Mn, Pb dan Zn tinggi berturut-turut yaitu, 8,148
ppm; 6,135 ppm dan 18,240 ppm. Sedangkan hasil pengukuran awal kadar logam berat
dalam A. pinnata disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Karakterisasi Awal Kadar Logam Berat dalam Kayu Apu Dadak (A. pinnata) (Kadar
air 94,19%)
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa A. pinnata yang digunakan telah mengandung logam
berat yang bervariasi kadarnya, berkisar antara 0,006 mg/kg sampai 0, 162 mg/kg.
Kadar Mn (mg/L±SE) Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai Padat
Populasi Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam Waktu 2-4 hari
Rataan kadar Mn (mg/L±SE) antar berbagai tingkat nisbah tutupan area Kayu Apu
Dadak (A. pinnata) selama 2-4 hari berkisar antara 0,5393 ± 0,0417 mg/L sampai 12,9308
± 0,1040 mg/L (Tabel 4.3 dan Lampiran 1).
Tabel 4.3 Purata Kadar Mn (mg/L±SE) dari Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai
Nisbah Tutupan Area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam Waktu 2-4 hari
Waktu
Nisbah Tutupan Area (%)
(Hari) 62,5 50 37,5 25 12,5 0
2
Purata 0,7970 1,8740 2,7993 5,5118 10,3688 12,9308
± SE ± 0,0228 ± 0,0228 ± 0,0620 ± 0,2936 ± 0,2606 ± 0,1040
W = 0,6255 (a) (b) (c) (d) (e) (f)
3
Purata 0,5885 1,6298 2,7085 3,4620 9,1713 11,2098
± SE ± 0,0357 ± 0,0390 ± 0,1398 ± 0,1897 ± 0,1925 ± 0,1695
W = 0,5977 (a) (b) (c) (d) (e) (f)
4
Purata 0,5393 1,2070 2,2148 3,2395 7,3955 11,0200
± SE ± 0,0417 ± 0,0497 ± 0,0521 ± 0,1205 ± 0,1928 ± 0,1240
W = 0,5044 (a) (b) (c) (d) (e) (f) Keterangan : - W = BNJ 5%
- Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama dalam baris yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda
secara bermakna, sedangkan angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata.
- Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 4.3, 4.5, dan 4.7.
9
Dari Tabel 4.3, terlihat bahwa kadar Mn yang diserap oleh Kayu Apu Dadak dari
limbah cair Laboratorium Kimia dalam waktu 2 – 4 hari terjadi pada nisbah tutupan area
A. pinnata 62,5% (Gambar 2 dan Lampiran 1).
Gambar 2. Diagram Batang purata kadar Mn (mg/L) dari limbah cair Laboratorium Kimia
antar berbagai tingkat nisbah tutupan area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) pada hari
ke-2 (a), hari ke-3 (b), dan hari ke-4 (c)
Telaah lebih lanjut dari Gambar 2 tampak bahwa nisbah tutupan area A. pinnata
62,5% merupakan nisbah tutupan area yang terbaik dalam proses penyerapan Mn oleh
Kayu Apu Dadak (A. pinnata) khususnya pada hari ke-4 dengan efektivitas penyerapan Mn
sebesar 95,11% (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Efektivitas Daya Serap Logam Mn oleh Tumbuhan Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dari
Limbah Cair Laboratorium Kimia pada nisbah tutupan area 62,5% dalam waktu 2-4
hari
Waktu
(hari)
Kontrol
(mg/L)
Nisbah Tutupan Area
62,5% (mg/L)
Daya Serap
(mg/L)
2 12,9308 ± 0,1040 0,7970 ± 0,0228 12,13 (93,84%)
3 11,2098 ± 0,1695 0,5885 ± 0,0357 10,62 (94,75%)
4 11,0200 ± 0,1240 0,5393 ± 0,0417 10,48 (95,11%)
Dari Tabel 4.4, terlihat bahwa efektivitas serapan Mn oleh A. pinnata berkisar antara
10,48 mg/L (hari ke-4) sampai 12,13 mg/L (hari ke-2). Pada hari ke-2 efektivitas serapan
Mn oleh A. pinnata tinggi yaitu, 12,13 mg/L (93,84%), hal ini terkait dengan logam Mn
juga merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan oleh A. pinnata untuk pertumbuhan.
Menurut Cho-Ruk et al. (2006, dalam Tangahu et al. 2011) Mn merupakan salah satu
logam esensiel untuk pertumbuhan dalam proses fitoekstraksi. Lebih lanjut menurut
Reimer and Duthie (1993, dalam Jafari and Akhavan, 2011), Mn merupakan salah satu
mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Batan (2006, dalam
Pratama, 2013) A. pinnata mengandung berbagai unsur hara, salah satunya Mn dengan
kandungan sekitar 66-2.944 ppm. Penyerapan terbaik Mn oleh A. pinnata terjadi pada hari
10
ke-4 (95,11%), disebabkan beban toksik dari logam menyebabkan penyerapan terjadi pada
padat populasi A. pinnata yang lebih tinggi dengan tingkat penyerapan yang lebih rendah.
Hasil penelitian Elsharawy et al. (2004, dalam Shafi, 2015) menunjukkan A. pinnata dapat
membersihkan logam Mn sebesar 65,1% dari limbah cair campuran untuk irigaisi selama
10 hari. Hasil peneltian ini menunjukkan efektivitas serapan yang lebih tinggi.
Kadar Pb (mg/L±SE) Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai Padat
Populasi Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam Waktu 2 – 4 hari
Rataan kadar Pb (mg/L±SE) antar berbagai tingkat nisbah tutupan area Kayu Apu
Dadak (A. pinnata) selama 2-4 hari berkisar antara 0,1773 ± 0,0166 mg/L sampai 2,7558 ±
0,3084 mg/L (Tabel 4.5 dan Lampiran 2).
Tabel 4.5 Purata kadar Pb (mg/L±SE) dari Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai
Nisbah Tutupan Area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam waktu 2-4 hari
Waktu
Nisbah Tutupan Area (%)
(Hari) 62,5 50 37,5 25 12,5 0
2
Purata 0,3505 0,7245 1,0590 1,2530 1,9128 2,7558
± SE ± 0,0114 ± 0,0343 ± 0,0277 ± 0,0710 ± 0,1007 ± 0,3084
W = 0,6279 (a) (ab) (bc) (c) (d) (e)
3
Purata 0,2923 0,6385 1,0258 1,3010 1,8393 2,4088
± SE ± 0,0477 ± 0,0132 ± 0,0458 ± 0,0458 ± 0,0395 ± 0,0253
W = 0,5769 (a) (ab) (bc) (cd) (d) (d)
4
Purata 0,1773 0,5188 0,9328 1,1420 1,7668 1,9490
± SE ± 0,0166 ± 0,0400 ± 0,0256 ± 0,0869 ± 0,0697 ± 0,0318
W = 0,2460 (a) (b) (c) (d) (e) (e)
Dari Tabel 4.5, terlihat bahwa kadar Pb yang diserap oleh A. pinnata terjadi pada
nisbah tutupan area A. pinnata 62,5% dalam waktu 2 -4 hari. Penyerapan Pb pada nisbah
tutupan area 62,5% mulai terjadi pada hari ke-2 dengan serapan Pb yang terbaik oleh
Kayu Apu Dadak sebesar 0,3505 ± 0,0114 mg/L (Gambar 3 dan Lampiran 2). Hasil
penelitian Parikh and Mazumder (2015) menunjukkan bahwa A. pinnata dapat menyerap
Pb lebih besar 50% dari limbah minyak bumi tetapi kurang dari 50% dari konsentrasi yang
diencerkan (0,5 ml/ml) dari air limbah.
11
Gambar 3. Diagram Batang purata kadar Pb (mg/L) dari limbah cair laboratorium kimia antar
berbagai nisbah tutupan area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) pada hari ke-2 (a), hari
ke-3 (b), dan hari ke-4 (c)
Dari Gambar 3, terlihat bahwa proses penyerapan Pb terjadi pada 62,5% nisbah
tutupan area A. pinnata, dengan efektivitas serapan Pb oleh A. pinnata berkisar 1,77 – 2,41
mg/L (87, 28 % - 90, 90%) (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Efektivitas Daya Serap Logam Pb oleh Tumbuhan Kayu Apu Dadak (A. pinnata)
dari Limbah Cair Laboratorium Kimia pada nisbah tutupan area 62,5% dalam waktu
2-4 hari
Waktu
(hari)
Kontrol
(mg/L)
Nisbah Tutupan Area
62,5% (mg/L)
Daya Serap
(mg/L)
2 2,7558 ± 0,3084 0,3505 ± 0,0114 2,41 (87,28%)
3 2,4088 ± 0,0253 0,2923 ± 0,0477 2,12 (87,87%)
4 1,9490 ± 0,0318 0,1773 ± 0,0166 1,77 (90,90%)
Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat efektivitas serapan terbaik Pb oleh nisbah tutupan
area A. pinnata 62,5% sebesar 1,77 mg/L (90,90%) pada hari ke-4. Efek toksisitas dari
logam berat pada pertumbuhan tanaman mengikuti urutan sebagai berikut : Cu > Se> Pb >
Cd > Ni > Cr (Zayed, 1998, dalam Chaudhary and Sharma, 2014). Jika dilihat dari
efektoksisitas, A. pinnata mampu menyerap timbel (Pb) bersamaan dengan penyerapan Zn
dan Mn. Selain itu, pH berpengaruh terhadap penyerapan logam berat semakin asam
kelarutan logam berat semakin tinggi, sehingga mudah terabsorpsi. Menurut Suprihatin dan
Indrasti (2010) kelarutan logam menurun dengan meningkatnya pH larutan. Lebih lanjut
menurut Noor (1994, dalam Yuniarti, 2012) menjelaskan Penyerapan logam berat oleh
tumbuhan dipengaruhi oleh kompetitor, logam, ligan alam, dan buatan, karakteristik dan
jenis lingkungan, tumbuhan, dan pH larutan. Hasil penelitian Sanyahumbi et al. (1998,
dalam Bennicelli et al., 2004) menunjukkan penyerapan Pb oleh A. filiculoides L.
dipengaruhi oleh pH dan nilai pH 3.5 dan 4.5 merupakan pH yang optimal dalam
penyerapan Pb. Hasil penelitian Hidayat (2011) menunjukkan bahwa A. pinnata mampu
menyerap Pb sebesar 4,68% dari konsentrasi Pb 140 ppm. Sedang penelitian Murdhiani
12
(2011) menunjukkan bahwa Azolla mampu menurunkan konsentrasi timbel (Pb) hingga
100% dalam sistem irigasi sawah. Lebih lanjut penelitian lain oleh Thayapara et al. (2013)
menunjukkan bahwa A. pinnata mampu menyerap timbel (Pb) sebesar 1.383 mg/kg berat
kering setelah empat hari dan terjadi pengurangan konsentrasi timbel (Pb) sebesar 83%.
Efektivitas Serapan Pb dalam penelitian ini jauh lebih baik bila dibandingan dengan hasil
penelitian Thayapara et al. tersbut di atas.
Kadar Zn (mg/L±SE) Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai Padat
Populasi Kayu Apu Dadak (A.pinnata) dalam Waktu 2 – 4 hari
Rataan kadar Zn (mg/L±SE) antara berbagai nisbah tutupan area Kayu Apu Dadak
(A. pinnata) selama 2-4 hari berkisar antara 1,0600 ± 0,0295 mg/L sampai 12,2635 ±
0,0796 mg/L (Tabel 4.7 dan Lampiran 3).
Tabel 4.7 Purata kadar Zn (mg/L±SE) dari Limbah Cair Laboratorium Kimia Antar Berbagai
Nisbah Tutupan Area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam waktu 2-4 hari
Waktu
Nisbah Tutupan Area (%)
(Hari) 62,5 50 37,5 25 12,5 0
2
Purata 1,3493 2,6903 3,8445 6,2678 8,5743 12,2635
± SE ± 0,0214 ± 0,1203 ± 0,0762 ± 0,2212 ± 0,1659 ± 0,0796
W = 0,5445 (a) (b) (c) (d) (e) (f)
3
Purata 1,0700 2,1360 3,1705 4,9988 7,8170 9,8125
± SE ± 0,1957 ± 0,0510 ± 0,0482 ± 0,1609 ± 0,1711 ± 0,3800
W = 0,9442 (a) (b) (c) (d) (e) (f)
4
Purata 1,0600 2,0475 3,0530 4,6875 7,8093 8,1798
± SE ± 0,0295 ± 0,0240 ± 0,0389 ± 0,2801 ± 0,2499 ± 0,1831
W = 0,8285 (a) (b) (c) (d) (e) (e)
Dari Tabel 4.7, terlihat bahwa kadar Zn yang diserap oleh Kayu Apu Dadak dari
limbah cair Laboratorium Kimia dalam waktu 2 – 4 hari terjadi pada kepadatan A. pinnata
62,5% (Gambar 3 7 dan Lampiran 3).
Gambar 4. Diagram Batang purata kadar Zn (mg/L) dari limbah cair laboratorium kimia antar
berbagai tingkat nisbah tutupan area Kayu Apu Dadak (A. pinnata) pada hari ke-2
(a), hari ke-3 (b), dan hari ke-4 (c)
13
Dari Gambar 4, terlihat bahwa nisbah tutupan area A. pinnata 62,5% merupakan
nisbah tutupan area yang terbaik dalam proses penyerapan Zn, dengan efektivitas
penyerapan Zn sebesar 8, 74 mg/L (89, 10%) pada hari ke-3 (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Efektivitas Daya Serap Logam Zn oleh Tumbuhan Kayu Apu Dadak (A. pinnata)
dari Limbah Cair Laboratorium Kimia pada nisbah tutupan area 62,5% dalam waktu
2-4 hari
Waktu
(hari)
Kontrol
(mg/L)
Nisbah Tutupan Area
62,5% (mg/L)
Daya Serap
(mg/L)
2 12,2635 ± 0,0796 1,3493 ± 0,0214 10,91 (89,00%)
3 9,8125 ± 0,3800 1,0700 ± 0,1957 8,74 (89,10%)
4 8,1798 ± 0,1831 1,0600 ± 0,0295 7,12 (87,04%)
Berdasarkan Tabel 4.8, terlihat bahwa efektivitas serapan Zn oleh A. pinnata
berkisar antara 7,12 mg/L (hari ke-4) sampai 10,91 mg/L (hari ke-2). Pada hari ke-2
efektivitas serapan Zn oleh A. pinnata tinggi, yaitu 10,91 mg/L (89%). Hal ini terkait
dengan Zn merupakan salah satu mikronutrien yang dibutuhkan A. pinnata. Menurut
Batan (2006, dalam Pratama, 2013) A. pinnata mengandung berbagai unsur hara, salah
satunya Zn dengan kandungan sekitar 26 - 989 ppm. Jika penyerapan Zn dibandingkan
dengan Mn pada hari ke-2, terlihat bahwa pada hari ke-2 efektivitas serapan Mn lebih
besar dibanding Zn. Hal ini terkait dengan jari-jari atom Zn lebih kecil dari Mn, sehingga
Zn lebih susah untuk dilepaskan, karena semakin besar gaya tarik inti terhadap elektron
valensi. Jari-jari atom (Å) Mn sebesar 1,37 Å sedang Zn 1,34 Å (Suminar dan Safitri,
2003). Walaupun energi ionisasi Zn lebih besar dibanding Mn, tetapi Zn relatif stabil
dibanding Mn karena mempunyai konfigurasi penuh. Selain itu, afinitas elekron pada
logam Zn > Mn > Pb, sehingga logam Mn dan Pb lebih mudah terabsorbsi dibanding
dengan logam Zn. Namun menurut Widyati (2011) masing-masing tumbuhan
mengembangkan mekanisme akumulasi logam yang berbeda-beda. Sehingga penyerapan
logam Mn, Pb dan Zn pun tergantung dari mekanisme penyerapan dari A. pinnata.
Hasil penelitian Shafi et al. (2015) menunjukkan A. pinnata telah mengakumulasi
logam Zn sebesar 2.1 ppm dengan total penghilangan sebesar 2.04 ppm, dan efisiensi
sebesar 34% setelah 10 hari periode pada Ekosistem Sungai Dal, India. A. pinnata dapat
mengurangi konsentrasi Zn pada dua musim (kering dan basah) dengan efisiensi 70,03%
dan 64,51% selama 28 hari dalam limbah cair domestik di Nigeria pada rawa buatan
(Akinbile et al. 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas serapan yang lebih
tinggi.
14
Pola Serapan Mn, Pb, Zn dan Rataan Relative Growth Rates (RGR) A. pinnata
Berdasarkan Jumlah Koloni dan Bobot Basah Antar Berbagai Nisbah Tutupan Area
pada hari ke-4
Pola serapan Mn, Pb dan Zn dalam hubungannya dengan RGR Jumlah Koloni dan
Bobot Basah antar berbagai persentase padat populasi pada hari ke-4 disajikan pada
Gambar 5.
Gambar 5. Serapan Mn, Pb, Zn dan Pertumbuhan A. pinnata Berdasarkan Relative Growth
Rates (RGR) Jumlah Koloni (a) dan Bobot Basah (b) Antar Berbagai Nisbah
Tutupan Area pada hari ke-4
Dari Gambar 5 a dan b terlihat bahwa rataan RGR laju pertumbuhan A. pinnata
terjadi pada nisbah tutupan area 37,5%. Hal ini sejalan dengan dimulainya penyerapan Mn,
Pb maupun Zn. Grafik Rataan Laju Pertumbuhan A. pinnata menunjukkan pola
pertumbuhan yang sama yaitu, mulai meningkat dan mencapai maksimum pada nisbah
tutupan area 37,5 %, kemudian menurun drastis pada nisbah tutupan area 50% dan 62,5%.
Pada nisbah tutupan area 37,5% A. pinnata tumbuh secara maksimal karena dipengaruhi
luas permukaan sehingga memungkinkan adanya pertambahan koloni yang baru. Hal lain
yang mempengaruhi pertumbuhan A. pinnata ialah adanya kandungan Mn dan Zn yang
merupakan mikronutrien yang terdapat pada limbah cair Laboratorium Kimia (Tabel 4.1).
Telaah Lebih lanjut dalam kaitan dengan efektivitas daya serap terlihat bahwa pada hari
ke-4, nibah tutupan area 62,5% A. pinnata efektif menyerap Mn, Zn dan Pb dengan
optimal. Hal ini sejalan dengan rataan grafik rataan laju pertumbuhan A. pinnata yang
mencapai minimum pada nisbah tutupan area 62,5% pada hari ke-4. Akumulasi Zn dan Pb
oleh A. pinnata terjadi di akar (rizofiltrasi), sedangkan Mn mengalami proses fitoekstraksi.
Dengan komposisi asam amino yang bermacam-macam, A. pinnata mampu membentuk
senyawa logam pengkhelat untuk membentuk senyawa kompleks, dan juga dapat
menghasilkan zat khelat fitokhelat yang membantu penyerapan logam. Fitokhelatin
terbentuk ketika tanaman terpapar logam. Fitokhelatin (PCs) merupakan glutathione
15
berukuran kecil yang diturunkan, sintesis peptida enzimatik, yang megikat logam dan
merupakan bagian utama dalam sistem detoksifikasi logam pada tanaman, memiliki
struktur umum ( -glutamyl-cysteinyl)n-glycine, (n= 2-11) (Ali et al. 2013). Lebih lanjut Ali
et al. (2013), menjelaskan peptida / protein yang paling penting terlibat dalam akumulasi
dan tolerasi logam adalah fitokhelatin (PCs) dan metalotionin (MTs). Fitokhelatin (PCs)
dan metalotionin (MTs) tanaman kaya akan gugus sulfhidril sistein, yang mengikat dan
menyerap ion logam berat. Metalotionin ini (MTs) yang berat molekul rendah (4-10 kDa),
kaya sistein, protein yang mengikat logam melalui kelompok thiol dari residu sistein.
Greger (1999, dalam Thyaparan et al., 2013) mengatakan penyerapan logam berat pada
tanaman juga dapat dipengaruhi oleh persaingan, kation dari nutrien bersaing dengan
logam untuk tempat serapan. Sehingga penyerapan logam akan menurun dengan
meningkatnya konsentrasi dari nutrisi. Proses penyerapan logam berat oleh akar dibantu
dengan suatu zat khelat , yaitu fitosiderofor. Molekul fitosiderofor mengikat Zn dan Mn,
sedangkan Pb diikat oleh fitokhelatin, kemudian membentuk suatu molekul reduktase di
membran akarnya untuk meningkatkan penyerapan. Reduktase ini berfungsi mereduksi
logam yang selanjutnya diangkut melalui kanal khusus di dalam membran akar (Marschner
and Romheld, 1994 dalam Siswoyo, 2011). Menurut Peer et al. (2008, dalam Widyati,
2011) sifat toleran ditentukan oleh kandungan glutation (GSH), sistein (Cys) dan O-acetyl-
L-serine (OAS) sedangkan kemampuan mengakumulasikan logam berat pada jaringan
dipengaruhi oleh kandungan serine acetyltransferase (SAT) dan aktivitas glutation
reduktase. Logam berat diubah menjadi bentuk yang kurang toksik melalui reaksi kimiawi
atau pembentukan kompleks dengan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman,
untuk dapat masuk ke dalam jaringan tanpa meracuni tanaman. Tanaman umumnya
mengeluarkan kelompok thiol sebagai pengkhelat (ligand), tetapi banyak juga metabolit
yang dikeluarkan sebagai ligand tergantung jenis logam yang akan dikhelat (Peer et al.,
2008, dalam Widyati, 2011). Fumbarov et al. (2005) mengisolasi sebuah cDNA tipe 2
metalotionin yang disebut AzMT2, dan menyimpulkan bahwa Metalotionin, AzMT2,
merespon lebih pada ion Cd dan Ni dalam Azolla filiculoide, sehingga dapat berperan
serta dalam mekanisme detoksifikasi, dan AzMT2 merespon lebih lunak untuk ion Zn dan
Cu yang merupakan mikronutrien penting.
16
KESIMPULAN
1. Nisbah tutupan area A. pinnata 62,5% merupakan nisbah tutupan area yang terbaik
dalam penyerapan Mn, Pb, Zn dari limbah cair Laboratorium Kimia
2. Efektivitas daya serap tumbuhan Kayu Apu Dadak (A. pinnata) dalam waktu 4 hari
mampu menyerap Mn 10,48 mg/l (95,11%); Pb 1,77 mg/l (90,90%); dan Zn 7,12
mg/l (87,04%) dari limbah cair Laboratorium Kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, E. A., Azza, A.M., E.M. Aref, and H.A.M. Hassanein., 2011. Bioaccumulation of
Heavy Metals By The Water Fern Azolla Pinnata. Egypt Journal Agric. Res., 89 (4).
Adli, H., 2012. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Dengan Metode Presipitasi dan
Adsorpsi Untuk Penurunan Kadar Logam Berat. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok.
Aiyen, 2005. Ilmu Remediasi Untuk Atasi Pencemaran Tanah di Aceh dan Sumatera Utara
Peneliti Fitoremediasi Dosen Pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako-Palu.
Diakses dari http://pkrlt.ugm.ac.id (Diunduh pada tanggal 5 Agustus 2011).
Akinbile, C.O., T.A. Ogunrinde, H.C. Man, and H.A. Aziz., 2015. Phytoremediation of
Domestic Wastewater Surface Constructed Wetlands using Azolla pinnata.
International Journal of Phytoremediation. Volume 18, Issue 1, page 54-61
Alaerts dan Santika. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional
Ali, H., E. Khan, M. A. Sajad, 2013. Phytoremediation of Heavy Metals- Concepts and
Applications. Chemosphere 91 (2013) 869-881.
Azamia, M., 2012. Pengolahan Limbah Cair Labratorium Kimia dalam Penurunan Kadar
Organik Serta Logam Berat Fe, M, Cr dengan Metode Koagulasi dan Adsorpsi.
Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Bennicelli, R., Z. Stepniewska, A. Banach, K. Szajnocha, and J. Ostrowski, 2004. The
Ability of Azolla caroliniana to remove heavy metals (Hg(II), Cr (III), Cr (VI)) from
Municipal Waste Water. Chemosphere 55 (2004) 141-146.
Chaudhary, E. and P., Sharma, 2014. Duckweed Plant : A Better Future Option For
Phytoremediation. International Journal of Emerging Science and Engineering
(IJESE). ISSN: 2319-6378, Volume-2, Issue-7, Page 39-41.
Clemens, S., 2001. Developing Tools For Phytoremediation: Towards A Molecular
Understanding Of Plant Metal Tolerance and Accumulation. International Journal of
Occupational Medicine and Environmental Healt, Vol 14, No.3, 235-239.
Fumbarov, T.S., and P.B. Goldsbrough, 2005. Characterization and Expression of
Metallothionein Gene In Fern Azolla filiculoides Under Heavy Metal Stress. Planta
(2005) 223; 69-76.
Hanafiah, 2009. Pengaruh Tinggi Genangan Air dan Konsentrasi Logam Berat Kadmium
terhadap Mikrosimbion pada Simbiosis Azolla- Anabena azollae. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Surakarta.
Hidayat, B, 2011. Skrining Tumbuhan Hiperakumulator. Jurnal Kultura, Volume 12, No.1,
September 2011.
Jafari, N and M., Akhavan, 2011. Effect of Ph and Heavy Metal Concentration on
Phytoaccumulation of Zinc by Three Duckweeds Species. American-Eurasian
J.Agric & Environ. Sci., 10 (1):34-41. ISSN 1818-6769. IDOSI Publications.
17
Jain, S., K., Vasudevan, P., and Jha, N., K., 1990. Azolla Pinnata R.Br and Lemna Minor
L. For Removal Of Lead and Zinc From Polluted Water. Wat.Res, Vol 24, No.2, pp
177-183.
Leblebici, Z., A. Ahmed, and D. Fatih, 2009. “Influence of Salinity on The Growth and
Heavy Metal Accumulation Capacity of Spirodela polyrrhiza Lemnaceae”. Turk J
Biol, 35 (2011) 215-220, TUBITAK, doi: 10.3906/biy-0906-13.
Muliadi, D. Liestiany, Yanny, dan S. Sumarna., 2013. Fitoremediasi: Akumulasi dan
Distribusi Logam Berat Nikel, Cadmium dan Chromium dalam Tanaman Ipomea
reptans. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia. HKI Sumatra
Barat.https://www.academia.edu/5353083/FITOREMEDIASI_AKUMULASI_DAN
_DISTRIBUSI_LOGAM_BERAT_NIKEL_CADMIUM_DAN_CHROMIUM_DAL
AM_TANAMAN_Ipomea_reptans. (Diunduh pada tanggal 12 September 2014).
Murdhiani, T. Sabrina, dan Sumono, 2011., Penurunan Logam Berat Timbal (Pb) pada
kolam Biofiltrasi Air Irigasi Dengan Menggunakan Tanaman Air (Aquatic Plant).
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR, Volume 5, No.2.
Parikh, P.S., and S.K. Mazumder,, 2015. “Capacity of Azolla pinnata var.imbricata to
Absorb Heavy Metals and Fluorides from the Wastewater of Oil and Petroleum
Refining Industry at Vadodara”. International Journal of Allied Practice, Research
and Review, Volume II, Issue I, p.n 37-43, 2015.
Pratama, I., 2013. Penggunaan Konsentrasi Pupuk Cair Azolla (Azolla pinnata) Terhadap
Kepadatan Populasi dan Kandungan Protein Skeletonema costatum. Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Purwaningsih, I.S, 2009., “Pengaruh Penambahan Nutrisi Terhadap Efektitifitas
Fitoremediasi Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap
Limbah Orto-Klorofenol”. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.3, No.1. Hal 5-9.
Rhofiah, S., B. J. Priatmadi, T. Rohman, dan M.Adriani., 2011. “Pengolahan Limbah Cair
Laboratorium Dengan Berbagai Waktu Retensi”. ENVIROSCIENTEAE, 7 (3). pp.
174-186. ISSN 1978-8096.
Rossiana, N., T. Supriatun, dan Y. Dhahiyat., 2007. Fitoremediasi Limbah Cair dengan
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.Solms) dan Limbah Padat Industri
Minyak Bumi dengan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Bermikoriza.
Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjajaran. Bandung.
Sachdeva, S., and A. Sharma., 2012. “Azolla: Role in Phytoremediation of Heavy Metals”.
Manav Rachna International University, Faridabad. IJMRS’s International Journal of
Engineering Science Published. Page 9-14.
Said, M., 2009. “Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan
Alum Sulfat dan Poli Aluminum Klorida (PAC)”. Jurnal Penelitian Sains. Sumatera
Selatan.
Shafi, N., A.K.Pandit, A.N. Kamili, and B. Mustaq., 2015. “Heavy Metal Accumulation
by Azolla pinnata of Dal Lake Ecosistem, India”. Journal of Environment Protection
and Sustainable Development, Volume 1, No 1, 2015, pp.8-12.
Siswoyo, E., 2011. Pengolahan Air Limbah Laboratorium Dengan Menggunakan Sistem
Kombiasi Adsorpsi dan Fitoremediasi. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Yogyakarta.
Siswoyo, E., Kasam, Dian S., dan Eny H., 2007. Pengolahan Air Limbah Laboratorium
Dengan Menggunakan Constructed Wetland. Laporan Penelitian. UII. Yogyakarta.
18
Steel, R.G.D & J.H. Torie., 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pedekatan
Biometrik. Jakarta: Gramedia.
Sulaeman, Suparto, dan Eviati., 2005. Petunjuk Teknis: Analisa kimia tanah, tanaman, air
dan pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. Bogor.
Suminar, S.A., dan A. Safitri. (Eds), 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern (Edisi keempat).
Erlangga: Jakarta.
Suryati, L., 2007. Pemisahan Kromium(III) dari Media Air Menggunakan Biomassa Azolla
pinnata yang Diamobilisasi Pada Matriks Polisilikat. Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Malang.
Suprihatin dan N. S. Indrasti., 2010., Penyisihan Logam Berat dari Limbah Cair
Laboratorium dengan Metode Presipitasi dan Adsorpsi. Jurnal Makara Sains, Vol.14,
No.1, hal 44-50.
Tangahu, V.B., S. R.S.Abdullah, H.Basri, M. Idris, N. Anuar, and M.Mukhlisin., 2011. A
Review on Heavy Metals (As, Pb, and Hg) Uptake by Plants through
Phytoremediation. International Journal of Chemical Engineering, Volume 2011,
Articel ID 939161. 31 page. Hindawi Publishing Corporation.
Thayaparan, M., Iqbal S.S., Chathuranga P.D.K, and Iqbal M.C.M., 2013. Rhizofiltration
of Pb by Azolla pinnata. International Journal Of Environmental Science, Volume 3,
No 6. pp 1811-1821. ISSN 0976-4402.
Widyati, E. 2011. Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat Untuk
Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Mitra Hutan Tanaman, Vol.6, No.2,
Hal: 46-56.
Yuniarti, S.I. 2012. Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Krom di Daerah Industri
Sukaregang, Garut. Skripsi. Universitas Pedidikan Indonesia/ Respository. UPI.
Diakses dari: http://a-research.upi.edu/skripsiview.php?start=2589. (Diunduh pada
tanggal 18 September 2015).