Upload
phamnguyet
View
250
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 3
mencantumkan tujuan pendidikan Nasional sebagai berikut :
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan di atas secara tersirat menunjukkan bahwa semua karakteristik
manusia Indonesia dicapai melalui proses perkembangan. Proses pendidikan
harus dapat menyentuh dunia kehidupan individu sehingga individu tersebut
dapat menginternalisasi nilai dan perilaku.
Upaya pendidikan yang banyak menyentuh kehidupan Individu salah
satunya melalui pendidikan luar biasa. Jaminan penyelenggaraan pendidikan
luar biasa ini tercantum dalam undang-undang sistim pendidikan Nasional No.
20 tahun 2003 pasal 5 “bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan”. Sedangkan pada pasal 32 dinyatakan
bahwa “pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, social dan atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa”.
Dewasa ini Departemen Pendidikan Nasional terus mengupayakan
menambah fasilitas belajar bagi warga Negara yang memiliki kelainan fisik
dan atau mental (anak luar biasa) yang belum tertam[ung di sekolah melalui
pengembangan Sekolah Dasar terpadu, Kelas khusu, Guru kunjung dan
pendirian gedung Sekolah Luar Biasa Pembina dan Sekolah Luar Biasa
Konvensional.
Program pendidikan guru pendidikan luar biasa yang telah ada selama ini,
sebagian besar di adakan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa atau pendidikan
khusus pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Banyak
unsure sistemik yang memerlukan penataan kembali dalam upaya
meningkatkan kualitas Pendidikan Luar Biasa sesuai dengan kemajuan Ilmu
pengetahuan dan kebutuhan akan layanan pendidikan luar biasa, seperti :
kurikulum dan materi pengajaran, tenaga pendidik atau guru, peserta didik,
saran dan prasarana penunjang, proses belajar mengajar dan pengelolaan
program pendidikan itu sendiri.
Penanganan serempak terhadap semua unsure tersebut sangat sulit untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu salah satu unsure strategis yang perlu digarap
adalah unsure guru terutama kualitas kemampuan profesionalnya.
B. Identifikasi Masalah
Perbaikan kualitas kemampuan guru dapat dillakukan melalui dua faktor.
Pertama peningkatan kemampuan guru yang telah ada di lapangan yaitu
pendidikan dalam jabatan dan kedua peningkatan mutu persiapan guru melalui
perbaikan lembagga pendidikannya yaitu pendidikan prajabatan. Hanya
efektif apabila perbaikan itu diarahkan kepada penyegaran dan penambahan
informasi. Keberhasilan pendidikan dalam jabatan sangat bergantung kepada
kualitas pendidikan prajabatan guru yang bersangkutan. Perbaikan kualitas
kemampuan guru melalui perbaikan program pendidikan prajabatan diduga
merupakan upaya yang paling efektif.
Upaya pengembangan program pendidikan guru PLB belum sepenuhnya
memberikan hasil yang diharapkan. Terlihat dari keberagaman
penyelenggaraan program pendidikan Guru PLB antara satu LPTK dengan
LPTK lainnya. Hal ini menuntut kejelasan kemampuan professional Guru
PLB yang dapat dijadikan acuan pengembangan program masing-masing
penyelenggara pendidikan.
Kajian ini ditekankan kepada upaya pengembangan pendidikan Guru PLB
yang difokuekan pada kompetensi yang diharapkan dari Guru PLB. Kajian ini
mengacu pada kompetensi guru yang diharapkan.
C. Batasan Masalah
Kajian tentang kompetensi Guru PLB ini dibatasi pada upaya
pengembangan program pendidikan prajabatan seperti apakah yang perlu
dikembangkan untuk menyiapkan Guru PLB
Jadi istilah kompetensi Guru PLB dibatasi pada karakteristik pribadi
sosial-profesional yang diharapkan dimiliki Guru PLB.
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan gambaran tentang karakteristik pribadi-sosial-
profesional Guru PLB yang diharapkan.
2. Memberikan informasi penting bagi Guru PLB tentang pentingnya
profesionalitas dalam layanan pendidikan luar biasa.
3. Hasil tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
upaya mengembangkan program pendidikan Guru untuk mendidik Guru
pendidikan luar biasa.
E. Manfaat Kajian
Kajian tentang profil Guru PLB, standar program, dan struktur program
pendidikan Guru PLB, maka hasil kajian ini bermanfaat untuk :
1. Membantu secara lebih baik bagi tenaga kependidikan dan masyarakat
pengguna PLB dalam memahami berbagai faktor yang menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan luar biasa.
2. Sumbangan bagi lembaga pendidikan Guru PLB dan pihak pengambil
keputusan berkenaan dengan seleksi dan pengembangan sistem
pembelajaran bagi calon Guru PLB.
3. Sumbangan bagi pihak yang berwenang dalam peningkatan kualifikasi
guru PLB untuk membuat program pendidikan dalam jabatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian mengenai kompetensi Guru pendidikan Luar Biasa ini terarah pada
pengembangan program pendidikan Guru Luar Biasa pada jenjang paska SMU di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Untuk mencapai tujuan tersebut, kajian ini diarahkan dalam tahapan berikut :
1. Penelaahan kompetensi Guru pendidikan Luar Biasa yang diharapkan
dalam bentuk ciri atau karakteristik yang mungkin telah dimiliki oleh
calon Guru sebelum memasuki pendidikan prajabtan, karakteristik yang
mungkin diperoleh melalui pendidikan prajabatan, dan karakteristik yang
hanya dapat diperoleh melalui pelaksanaan tugas disuatu lembaga
pendidikan.
2. Pengembangan standar program pendidikan guru pendidikan luar biasa.
Pengembangan standar ini dijadikan sebagai asumsi programatik dalam
pengembangan program pendidikan dan diangkat melalui temuan profil
guru pendidikan luar biasa melalui program pendidikan prajabatan. Cirri-
ciri tersebut merupakan kriteria keberhasilan program pendidikan Guru
pada saat calon Guru menyelesaikan pendidikannya.
Kajian pustaka pada bagian ini dipusatkan pada gagasan tentang : (1)
pendekatan yang dapat digunakan untuk merinci kompetensi Guru dalam
bentuk karakteristik Guru pendidikan Luar Biasa yang diharapkan dihasilkan
oleh lembaga penyelenggara pendidikan, (2) standar pokok yang dapat
digunakan sebagai karakteristik dalam pengembangan program pendidikan
Guru pendidikan Luar Biasa.
A. Beberapa Pendekatan Terhadap Kompetensi Guru Pendidikan Luar
Biasa
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Yang jelas ia menunjukan
kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau latihan. Dalam hubungannya dengan tenaga [profesional
kependidikan kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang
bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan
tugas-tugas kependidikan].
Dikatakan perbuatan karena ia merupakan tingkah laku yang dapat
diamati meskipun sebenarnya seringkali terlihat pula proses yang tidak
nampak seperti klasifikasi dan penilaian informasi atau pengambilan
keputusan yang dilakukan sebelum perbuatan yang nampak dilaksanakan. Ini
pulalah yang menyebabkan bahwa kompetensi professional itu selalu ditandai
oleh rasionalitas karena perbuatan professional selalu dilakukan dengan
kesadaran penuh akan mengapa disamping bagaimana perbuatan yang
dimaksud dilaksanakan. Dengn demikian dapatlah disimpulkan bahwa istilah
kompetensi dipergunakan dalam dua konteks yaitu sebagai indikator
kemampuan yang menuju kepada perbuatan yang bias diamati dan sebagai
konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta
tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Perangkat kompetensi profesional yang dipergunakan bagi tenaga
kependidikan dapat ditinjau dari dua segi yaitu profil kompetensi dan
spectrum kompetensi. Profil kompetensi menunjuk kepada berbagai aspek
kompetensi yang dimiliki menunjuk variasi kualitatif dan kuantitatif perangkat
kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kepandidikan yang diperlukan untuk
mengoperasionalisasikan dan pengembangan sistem pendidikan.
Abdul majid (2005 : 4), mengemukakan kompetensi adalah seperangkat
tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan
sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,
teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu
pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dilihat dari sudut
teknologi dan baik ditinjau dari sudut etika.
Depdiknas (2002 : 23) merumuskan definisi kompetensi sebagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksi dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Guru akan
menunjukkan kualitas Guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan
fungsinya sebagai Guru. Artinya Guru bukan saja harus pintar, tapi juga
pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi
Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau berperilaku layaknya seorang
Guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan
jenjang pendidikan.
Standar kompetensi Guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam
pengukuran kinerja Guru untuk mendapatkan jaminan kualitas Guru dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Sedangkan Ciri atau profil Guru yang baik dapat didekati melalui
kemampuan yang diharapkan dimiliki Guru. D.A. Tisna Amidjaja (1980 : 10)
mengemukakan bahwa pendidikan persiapan bagi seorang Guru harus mampu
mengembangkan tiga aspek kompetensi pada dirinya, yaitu ; (1) kompetensi
pribadi, dan (2) kompetensi masyarakat.
Cara lai mendekati profil Guru adalah dengan menelaah unjuk kerja yang
diharapkan ditampilkan Guru dalam melaksanakan fungsi peranannya sebagai
Guru. Charkes Johnson (1980 : 12) mengungkapkan kemampuan professional
Guru sebagai berikut : (1) Unjuk kerja, (2) Penguasaan materi pelajaran yang
harus diajarkan kepada siswanya, (3) Penguasaan landasan professional
keguruan dan kependidikan, (4) Penguasaan proses pengajaran dan
pendidikan, (5) Penguasaan cara-cara untuk menyesuaikan diri, (60
Kepribadian.
Sedangkan National Education Assosiation (Houston et al., 1988 : 54)
dalam penelitiannya di Amerika Serikat mengungkapkan tugas Guru yang
harus dilakukan sehari-hari, yaitu : (1) Menjaga agar siswa selalu
melaksanakan tugasnya, (2) Mencatat kehadiran siswa, (3) Menyesuaikan
rencana kerja dalam kegiatan kelas, (4) Memantau kegiatan di luar sekolah,
(5) Merencanakan pelajaran, (6) Mendiskusikan pekerjaan dengan rekan
sejawat, (7) Memberikan penyuluhan kepada siswa, (8) Memberikam respon
terhadap pertanyaan kepada sekolah, (9) Mengadakan pertemuan dengan
orangtua siswa, (10) Menghadiri rapat Guru.
Kemala Arora (1978) mengadakan penelitian tentang perbedaan antara
Guru yang efektif dengan guru yang tidak efektif, hasilnya menunjukkan
bahwa guru yang efektif memiliki karakteristik berikut : (1) Memutuskan
untuk menjadi guru sejak kecil, (2) Berminat untuk menjadi Guru karena
menghargai pekerjaan menjadi Guru, (3) Memutuskan untuk menjadi Guru
atas kemauan sendiri, (4) Bersedia melaksanakan pekerjaan mendidik selain
mengajar, (5) Berminat untuk mengikuti pendidikan jabatan, (6) Mendapat
kepuasan tentang pekerjaan sebagai Guru, (7) Kepuasan kerja bukan semata-
mata faktor financial melainkan terutama memperoleh hasil kerja yang baik,
pergaulan intim dengan siswa dan teman sejawat, (8) Tidak berkeinginan
untuk meninggalkan profesi Guru, (9) Memiliki sikap positif terhadap Guru
dan profesinya, siswa, relasi Guru-siswa, suasana di sekolah, inovasi dalam
pengajaran, pekerjaan rumah dan alat bantu pengajaran.
Khususnya Guru pendidikan Luar Biasa, Samuael A. Kirk (1970 : 372)
menyatakan bahwa kualifikasi pribadi-sosial dari Guru pendidikan Luar Biasa
dibutuhkan karakteristik : fleksibel, antusias, emosi yang stabil, pribadi yang
hangat, kekerabatan, penuh pengertian, simpatik, obyektif, sensitive, memiliki
mental yang kuat, dan sabar. Untuk Guru SLB anak yang maladjusted harus
memiliki rasa humor yang tinggi.
Lord dan Kirk (Kirk, 1970 : 376) lebih lanjut menyatakan tentang
karakteristik umum yang penting dimiliki oleh Guru anak luar biasa sebagai
berikut :
1. Kemampuan untuk mengarahkan diri; kemampuan ini diperlukan karena
di sekolah luar biasa guru-gurunya mampu mengolah programnya sendiri
tanpa bantuan teknis dari orang lain.
2. Tekun dan sabar menghadapi karakteristik anak luar biasa yang memiliki
ketidakmampuan dalam belajar.
3. Mampu bereksperimen; baik itu metode, bahkan ajaran maupun prosedur
dibuat oleh Guru sendiri karena alat-alat dan bahan pengajarannya harus
disesuaikan dengan jenis ketunaan atau kebutuhan anak luar biasa.
4. Memiliki fisik yang kuat untuk dapat membantu melayani anak luar biasa
fengan segala jenis kekurangannya.
5. Penyesuaian diri pribadi; ini penting karena Guru sering berhubungan
dengan anak luar biasa dan orangtuanya sehingga melibatkan masalah-
masalah pribadi.
B. Standar Pengembangan Program Pendidikan Guru Pendidikan Luar
Biasa
Tulisan-tulisan mengenai program pendidikan luar biasa tidak pernah
melewatkan bidang kajian yang merupakan isi program, bahkan beberapa
penuis telah melibatkan pada isi programnya saja (lihat misalnya, Kirk, 1970 ;
373 – 386)
Rekomendasi mengenai bidang-bidang kajian yang perlu diberikan dalam
program pendidikan luar biasa baik secara kualifikasi umum (General
Qualifications) maupun pada keahlian kekhususan pendidikan anak luar biasa
adalah sebagai berikut.
1. Latar belakang pendidikan umum tentang kebudayaan; semua Guru
pendidikan luar biasa diharapkan mempunyai latar belakan pendidikan
kebudayaan, pendidikan seni, ilmu pengetahuan alam dan biologi,
matematika, humaniora dan ilmu pengetahuan sosial.
2. Pendidikan dasar dan menengah, setiap Guru pendidikan luar biasa
harus mempunyai latar belakang pendidikan umum karena dalam
kegiatan kerjanya Guru PLB menggunakan prinsip-prinsip dan tehnik
pendidikan dasar dan menengah.
3. Latar belakang pendidikan luar biasa secara umum, sebelum
mengkhususkan pada salah satu jenis keluarbiasaan semua guru PLB
harus terlatih dalam memahami psikologi dan pendidikan semua
kelompok ketunaan anak, masalah perilaku anak, tes dan pengukuran
kependidikan bagi anak luar biasa.
4. Profesionalisasi salah satu jenis ketunaan anak luar biasa, Guru yang
mengajar anak luar biasa seperti anak tuna netra, tuna rungu, tuna
wicara, dan atau lainnya harus mempunyai latar belakang pendidikan
dan pelatihan pendidikan umum, pendidikan dasar dan menengah,
serta pendidikan luar biasa secara umum.
Program pendidikan untuk calon Guru anak tuna grahita menurut Samuel
A. Kirk (1970 : 378-379) meliputi :
1. Pengetahuan umum tentang keterbelakangan mental, sosiologi,
psikologi, sosial dan pendidikan untuk anak mampu didik dan mampu
latih.
2. Teori dan metodologi pengajaran anak tuna grahita ini dapat diberikan
selama satu atau dua semester yang meliputi masa;ah-masa;ah umum
pengelolaan kelas, kurikulum, persiapan bahan ajar, teknik pengajaran
membaca-menulis-mengucapkan, ilmu sosial, isi kurikulum untuk
anak tuna grahita, koreksi bicara, organisasi-administrasi-pengajaran
kelas anak tuna grahita.
Untuk calon Guru spesialisasi pendidikan anak tuna rungu wicara biasanya
harus mempunyai persiapan dalam pendidikan kebudayaan, pendidikan dasar,
dan berlatar belakang kursus atau pelatihan yang berhunungan dengan anak
luar biasa. Kompetensi yang dibutuhkan untuk calon Guru anak tuna rungu
wicara meliputi :
1. Komunikasi : Guru anak tuna rungu wicara harus mempunyai
informasi yang baik tentang proses komunikasi yaitu pendengaran,
bicara, bahasa, membaca bibir dan mata.
2. Adaptasi kurikulum : Guru anak tuna rungu wicara harus mampu
menyesuaikan kurikulum untuk kebutuhan dan sesuai kemampuan
anak tuna rungu wicara.
3. Pengukuran dan testing psikologi: Guru anak tuna rungu wicara harus
memahami tentang tes dan pengukuran khususnya yang berhubungan
dengan ketunarunguan.
4. Penyesuaian sosial: Guru harus memahami keterbatasan sosialisasi
anak dan tehnik serta sumber fasilitas penyesuaian.
5. Hubungan sekolah-rumah: Guru harus mampu menggunakan metode
hubungan sosial agar tercipta hubungan harmonis antara sekolah dan
rumah.
Program pendidikan bagi anak tuna rungu wicara meliputi : (1)
Pengajaran bicara, (2) Pengajaran bahasa, (3) Metode pengajaran secara
umum, (4) Metode pengajaran bicara-membaca, (5) Sejarah, pendidikan dan
bimbingan untuk anak tuna rungu wicara, (6) Mekanisme pendengaran dan
bicara, (7) Testing pendengaran dan pelatihan auditory, (8) Observasi dan
pengajaran pada siswa, (9) Anatomi dan fisiologi pendengaran serta
mekanisme vocal-phonetik dan lain-lain, (10) Koreksi bicara dan pathology
bicara, (11) Audiology, (12) Psikologi perkembangan anak, (13) Praktek
klinis.
Kurikulum untuk program pendidikan Guru anak tuna daksa harus dapat
membekali calon guru untuk dapat mengatasi masalah yang timbul pada anak
tuna daksa. Guru harus dibekali dengan: (1) Penjelajahan kondisi, penyebab
dan treatment ketunadaksaan, pengetahuan tentang medis, fisioterapi,
occupational therapy dan pendidikan kesehatan, (2) adaptasi lingkungan kelas
yang meliputi pengetahuan tentang penggunaan bahan ajar, alat bantu fisik,
manajemen dan administrasi kelas, serta pengajaran praktek untuk anak tuna
daksa.
Untuk program pendidikan Guru anak tuna netra meliputi :
1. Pengetahuan medis, terdiri atas (a) anatomi, fisiologi, pathologi dan
kesehatan mata, (b) pengetahuan tentang fungsi optalmologi dan
optometris.
2. Penyesuaian diri siswa; meliputi kemampuan tentang sikap dan
personal pada ketunaan fisik, masalah sosial dan tujuan hidup.
3. Evaluasi anak; yaitu keterampilan dalam menggunakan berbagai jenis
tes, catatan dan interpretasinya pada bidang medis dan sosial.
4. Kurikulum, tehnik pengajaran dan bahan ajaran.
5. Pengetahuan dan pemahaman literature yang berhubungan dengan
anak tuna netra.
6. Hubungan interpersonal; yaitu kemampuan bekerja sama dengan
orangtua, Guru kelas dam pihak ahli lain.
7. Kemampuan untuk mengajarkan bahan bacaan dan penulisan huruf
Braille.
Guru yang bekerja untuk mendidik anak tuna laras diharapkan memiliki
karakteristik :
1. Kepribadian matang, respek terhadap diri dan orang lain, mempunyai
rasa humor yang tinggi, fleksibel dan mampu menyesuaikan diri.
2. Memiliki latar belakang pengetahuan dalam bidang, (a) kesehatan
mental, (b) psikologi anak, abnormal dan remaja, (c) bimbingan
pekerjaan dan bimbingan pribadi, (d) aspek-aspek emosi dari
ketunaan personal dan kemampuan belajar, (e) mampu memanfaatkan
waktu senggang.
3. Berpengalaman dalam klinis dan pekerjaan kelompok. Kemampuan
yang diharapkan adalah :
1) Mampu membantu anak berbakat untuk memiliki tanggung
jawab sosial, menyenangi masyarakat dan mau membantu
orang lain.
2) Mampu menciptakan lingkungan dimana anak berbakat dapat
berpartisipasi secara efisiensi melalui diskusi kelompok dan
hubungan sosial.
3) Mampu mengembangkan iklim kelas yang kondusif bagi
perkembangan mental anak berbakat.
4) Mampu mengajarkan pada anak berbakat untuk menggunakan
pendekatan pemecahan masalah dalam belajar, belajar
mandiri, melakukan penelitian, dan menilai kemajuan
belajarnya sendiri.
5) Mengetahui dan memahami masalah-masalah sosial dan
emosional untuk membantu perkembangan mental anak.
6) Mampu mengembangkan kelenturan kurikulum pengayaan
secara individualisasi sesuai kebutuhan siswanya.
Program pendidikan bagi Guru PLB untuk keahlian kekhususan dan latar
belakang pendidikan yang dipersyaratkan dalam menempuh program
pendidikan tersebut.
Pengembangan program pendidikan Guru seharusnya mengikuti kaedah-
kaedah pokok yang akan dijadikan patokan. Kaedah-kaedah pokok itu
merupakan standar pengembangan program pendidikan Guru. Salah satu
standar program penyiapan Guru dan tenaga kependidikan lainnya
dikembangkan oleh National Council for Accreditation of Teacher Education
(NCATE, 1970) suatu badan di Amerika Serikat yang mengakreditasi
program pendidikan Guru dan tenaga kependidikan lainnya (Rochman, et al.,
1989 : 10)
Perangkat standar yang digunakan oleh National Council for
Accreditation of Teacher Education (NCATE) diperinci menjadi enam
komponen yaitu :
1. Pengelolaan
2. Kurikulum
3. Tenaga pengajar
4. Mahasiswa
5. Sumber dan saran
6. Sistem evaluasi
Fokus pengembangan program dalam kajian ini dibatasi pada standar
mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan panduan terinci mengenai
program pendidikan yang dilaksanakan di lembaga pendidikan. Komponen ini
mencakup : tujuan yang hendak dicapai, materi ajaran untuk mencapai tujuan,
pengelolaan proses belajar mengajar, praktikum mata kuliah dan praktek
kependidikan.
Standar untuk pengembangan program pendidikan Guru termasuk Guru
Pendidikan Luar Biasa, salah satunya adalah perangkat kurikulum. Standar
mengenai pengembangan struktur program kurikulum pendidikan luar biasa
sekurang-kurangnya mencakup 3 kelompok standar, yaitu : (1) Asumsi
programatik pendidikan Guru PLB, (2) Standar tujuan program pendidikan
Guru PLB, dan (3) Standar isi program pendidikan Guru PLB.
C. Struktur Program Kurikulum Pendidikan Guru PLB
Pada waktu ysng lalu di Indonesia pendidikan luar biasa dididik pada
jenjang Strata nol (seperti sekolah Guru pendidikan luar biasa pada
jenjang/setara Diploma Dua, Diploma tiga di IKIP/FKIP) dan strata satu
(IKIP/FKIP) tanpa adanya kesenjangan antara jenjang pendidikan calon Guru
SLB yang seharusnya dengan apa yang terjadi pada masa lalu di Indonesia
serta penyelenggaraan/lembaga pendidikan tenaga kependidikan antara yang
satu di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
(lembaga SGPLB) dan satunya Direktorat Jenderal pendidikan tinggi.
Sekarang ini penyelenggaraannya sudah di bawah naungan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi sehingga ada keseragaman dalam pengembangan
program pendidikannya.
Bidang kajian yang akan dijadikan isi program bagi pendidikan
prajabatan Guru pendidikan luar biasa perlu telaan empiris dan teoritis.
Namun tinjauan dari sisi professional saja tidak akan mencakup sehingga
masih dibutuhkan pertimbangan lain yang lebih komprehensif dengan
merujuk keadaan yang berlaku sekarang.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi merumuskan beberapa pokok
pikiran bahwa :
Pada dasarnya isi program pendidikan prajabatan Guru terdiri atas unsure
(a) umum yang berlaku bagi segenap program jenjang pendidikan tinggi di
tanah air. (b) bidang ilmu sumber bahan ajaran yang akan dibina lulusan
kelak, (c) pemahaman mendalam peserta didik penerima layanan sesuai
jenjang dan jenis sekolah rujukan tugas lulusan kelak, dan (d) teori dan
keterampilan keguruan yang merupakan cirri khas pendidikan professional
prajabatan guru.
Program pendidikan prajabatan Guru pendidikan luar biasa sama dengan
program pendidikan prajabatan Guru lainnya, yaitu terdiri atas kelompok-
kelompok : (a) mata kuliah dasar umum (MKDU) yang berlaku bagi semua
program pendidikan tinggi di Indonesia (8-10%), (b) mata kuliah dasar
kependidikan (MKDK) yang diujukan untuk membentuk kemampuan dasar
keahlian (8-10%), (c) mata kuliah bidang studi yang akan diajarkannya kelak
beserta proses pembelajarannya (70-75%), dan (d) mata kuliah proses belajar
mengajar (MKPBM) untuk memberikan kemampuan dalam mengelola proses
belajar mengajar.
Program pendidikan LPTK PLB di Universitas berstatus jurusan dalam
Fakultas dengan nama program studi Pendidikan Luar Biasa. Program
pendidikan yang dapat diselenggarakan adalah program Pra jabatan dan
program dalam jabatan. Program Pra jabatan meliputi : Program Diploma,
Sarjana, Magister, Doktor dan program penyetaraan. Program dalam jabatan
meliputi : Program Sertifikasi, Program Akta, kerjasama Program Lisensi.
Kewenangan program Pra jabatan adalah sebagai berikut :
1. Program Diploma
Program Diploma PLB menghasilkan pilihan utama yaitu kewenangan
sebagai Guru dan istruktur bidang keahlian PLB tertentu. Instruktur
bidang keahlian PLB mencakup bidang : orientasi dan mobilitas, Braille,
Komunikasi total, Binawicara, Bina Persepsi Bunyi dan Irama, Bina
Gerak, Bina Diri, Bina Pribadi Sosial, Bina Keterampilan.
2. Program Sarjana
Program sarjana PLB menghasilkan kewenangan utama dan kewenangan
tambahan. Kewenangan utama Program Sarjana adalah sebagai Guru
PLB di sekolah khusus dan Guru PLB di sekolah regular. Guru PLB di
sekolah khusus mempunyai dua kewenangan sebagai Guru kelas dan
Guru/instruktur bidang keahlian PLB. Guru di sekolah leguler
mempunyai kewenangan sebagai Guru dan istruktur bidang keahlian
PLB, Guru remedial dan pengayaan. Kewenangan tambahan program
sarjana sebagai tenaga administrator dibidang PLB dengan bidang
keahlian pengelola lembaga PLB dan tenaga administrasi dibidang PLB.
3. Program Pasca Sarjana
Program pasca sarjana mencakup dua tingkat yaitu program Megister dan
program Doktor. Program Pascca Sarjana mempunyai kewenangan
sebagai peneliti, penembangan konsultan dibidang pendidikan luar biasa.
4. Program Penyetaraan
Program penyetaraan menghasilkan kewenangan utama program sarjana
yaitu sebagai guru PLB di sekolah khusus dan Guru PLB di sekolah
regular. Program penyetaraan tidak memperoleh kualifikasi kewenangan
tambahan dalam program sarjana.
Kewenangan pogram dalam jabatan adalah sebagai berikut:
1) Program sertifikasi mempunyai kewenangan sebagai Guru dan
instruktur bidang keahlian PLB pada salah satu bidang garapan ke
PLB-an.
2) Program Akta PLB mempunyai kewenangan pilihan yaitu sebagai
Guru PLB di sekolah khusus atau sebagai Guru PLB di sekolah
regular. Khusus program Akta mempunyai kualifikasi
kewenangan tambahan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Guru PLB
Karakteristik dan sub karakteristik yang ditampilkan kompetensi Guru
berdasarkan hasil kajian pada bab II dipahami secara holistic. Kajian
kompetensi ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan sosok Guru yang
diharapkan dapat berhasil guna dalam menjalankan profesinya di lembaga
PLB.
Kompetensi dalam kajian ini menunjukkan tugas yang seyogyanya
dilakukan oleh Guru PLB. Ada sejumlah tugas ideal yang harus dilakukan
oleh Guru PLB, dan ada tugas yang tidak perlu dilakukan oleh Guru
pendidikan luar biasa, baik karena keterbatasan kompetensi ataupun demi
keberhasilgunaan pendidikan luar biasa yakni, guru PLB seyogyanya tidak
melakukan pencarian donatur dan pengelolaan keuangannya, serta mengelola
lembaga pendidikannya karena merupakan tugas kepala sekolah bersangkutan.
Pengungkapkan tugas yang dapat dilakukan oleh orang lain (seperti oleh
bendahara yayasan) dapat menjadi kendala bagi keberhasil gunaan PLB.
Adanya keterbatasan dari kompetensi Guru PLB merupakan haly yang
wajar bagi sebuah profesi, karena keterbatasan itulah sebuahprofesi disebut
professional.
B. Standar Pengembangan Program Pendidikan
Aspek esensial dalam standar program pendidikan guru PLB meliputi
aspek, yakni pengalaman belajar yang bersifat praktis dan teoritis.
Pengalaman praktek lapangan dikehendaki dapat dijadikan inti esensial
program pendidikan Guru PLB pada keahlian kekhususan bersifat praktis.
Pengalaman belajar yang dikehendaki ialah agar dapat mengembangkan
pemikiran kreatif dan inovatif serta kebutuhan profesionalisme yang terus
menerus.
C. Alternatif Model Struktur Kurikulum
Ada rasa kekhawatiran mengenai keterampilan professional Guru PLB
yang hanya memiliki satu keahlian kekhususan (spesialisasi) pendidikan anak
luar biasa. Ditinjau dari pengalaman empiris telah terbukti bahwa
pengembangan program pendidikan Guru PLB pada jenjang D 2 (SGPLB)
dan strata satu yang hanya memkali Guru PLB dengan satu kealian
kekhususan (misalnya spesialisasi A, B, atau C dan sebagainya) tidak banyak
menunjukkan hasil gunanya. Hal ini diduga karena kurang efektifnya
perancangan program pendidikan Guru PLB, penempatan Guru PLB
dilembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kewenangan program
pendidikan Guru, penempatan Guru PLB dilembaga utama pelaksanaan
tugasnya, dan adanya tuntutan keadaan dan kemajuan ilmu pendidikan luar
biasa itu sendiri.
Sekarang ini lembaga kependidikan telah mengubah pengembangan
kemampuan professional Guru PLB perlu memiliki beberapa kemampuan
professional kekhususan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
profesionalisme dan layanan pendidikan kepada anak luar biasa yang
memiliki keragaman dan berbagai kelainan yang disandangnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari kajian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Study empiris yang melibatkan pakar pendidikan luar biasa sebagai
penimbang ahli, Dosen PLB, Guru, dan kepala SLB/SDLB sebagai
penimbang lapangan perlu dilakukan guna menemukan karakteristik
probadi-sosial-profesional yang diharapkan dimiliki Guru PLB. Dengan
kata lain perlu adanya suatu penelitian tentang profesionalisme Guru
PLB.
2. Standar pengembangan program pendidikan Guru PLB perlu disusun
berdasarkan kualifikasi yang dikehendaki oleh kebutuhan lapangan.
Pendidikan Guru PLB diberikan penekanan yang seimbang pada aspek
teknis, pengetahuan teoritis dan pemikiran filosofis yang mendasari PLB.
Pengalaman belajar dikehendaki oleh standar ini agar diarahkan untuk
membantu calon Guru PLB mengembangkan pemikiran yang kreatif,
inovatif, semangat meneliti dan pertumbuhan professional.
3. Perlu adanya pengembangan struktur kurikulum program pendidikan
Guru PLB yang bersifat alternatife model. Sebagai alternative model,
struktur tersebut membuka peluang untuk mengalami penyesuaian sesuai
dengan misi dan tujuan lembaga pendidikan Guru PLB.
B. SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil kajian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Lembaga Pendidikan Guru PLB
Lembaga pendidikan Guru PLB seyogyanya dapat melakukan uji
coba dan melakukan suatu penelitian tentang profesionalisme Guru
PLB. Hal ini guna memperoleh masukan baik berupa profil temuan
standar pengembangan, maupun alternative model struktur program
pendidikan luar biasa yang diajukan.
Standar program model struktur kurikulum program pendidikan
Guru luar biasa dapat dijadikan bahan evaluasi program oleh lembaga
pendidikan Guru PLB untuk diadakan perbaikan dan pengembangan.
Lembaga pendidikan Guru PLB bertanggung jawab dan dapat
meningkatkan kemampuan Guru PLB yang telah bertugas, lembaga
tersebut perlu menyelenggarakan program peningkatan dengan
menggunakan profil Guru PLB yang standar.
2. Pelaksanaan Prrogram Pendidikan, Pola Pembinaan dan
Pengembangan Guru PLB
Pelaksanaan program pendidikan Guru PLB menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Tingkat pusat, dan
Universitas (FKIP/FIP) dan Kantor Dinas Propinsi di tingkat daerah,
berkenaan dengan aspek akademik, sarana pendidikan, ketenagaan,
administrasi, secara bersama-sama untuk mengadakan pengembangan
dan implikasinya yang berhubungan dengan kebijakan maupun
operasionalisasi program.
Pola pembinaan dan pengembangan Guru PLB perlu ditangani
bersama-sama dari tahap seleksi calon Guru, pendidikan prajabatan, dan
pendidikan lanjutan setelah bekerja. Pola diarahkan pada ketercapaian
profil Guru PLB yang diinginkan.